BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Doddy Lesmana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ruang Terbuka Ruang terbuka merupakan suatu tempat atau area yang dapat menampung aktivitas tertentu manusia, baik secara individu atau secara kelompok (Hakim,1993). Contoh ruang terbuka meliputi jalan, taman, pedestrian, plaza, pemakaman, lapangan olahraga. Secara teoritis pengertian ruang terbuka (Open Space) adalah: a. Merupakan ruang yang terdiri dari ruang keras (hard space) dibatasi oleh dinding arsitektural serta digunakan untuk aktfitas sosial dan ruang lunak (soft space) didominasi oleh lingkungan alam seperti kebun, jalur hijau, dan taman (Trancik,1986). b. Merupakan ruang 3 dimensi yang dibatasi oleh berbagai elevasi ketinggian seperti bangunan dan pohon (Krier,1979). Dari beberapa pendapat ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa ruang terbuka adalah sebuah ruang yang terdiri dari perkerasan ataupun penghijauan yang dapat menampung berbagai aktivitas manusia didalamnya. Secara umum, ruang terbuka di perkotaan terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau. Pengertian ruang terbuka hampir sama dengan ruang terbuka hijau (RTH). Beberapa fungsi sosial ruang terbuka (Open Space) adalah : a. Tempat bermain terutama bagi anak-anak. b. Tempat berolahraga. c. Tempat Berinteraksi sosial masyarakat d. Ruang untuk mendapatkan udara segar atau bersantai e. Sebagai pembatas di antara massa bangunan Beberapa fungsi ekologis ruang terbuka (Open Space) adalah : a. Menyerap air hujan b. Memperbaiki, mempengaruhi kualitas udara c. Menambah nilai arsitektur bangunan d. Memelihara ekosistem tertentu 6
2 2.2 Ruang Terbuka Hijau Definisi Ruang Terbuka Hijau Pada dasarnya semua aktivitas manusia tidak terlepas dari ruang terbuka hijau, baik itu anak-anak hingga lanjut usia. Sebagaimana kita ketahui, bahwa ruang terbuka hijau itu sangat penting salah satunya untuk berinteraksi sosial manusia. Namun, keberadaan ruang terbuka hijau yang baik sulit di temukan. Berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, menyatakan bahwa RTH merupakan tempat tumbuh tanaman baik disengaja atau tidak pada area berbentuk memanjang atau mengelompok. Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan vegetasi. Manfaat yang di hasilkan RTH kota yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut (Dep. Pekerjaan Umum, 2008). Keberadaan RTH sangat berperan dalam memperbaiki kualitas hidup masyarakat. Jika dipandang dari fungsinya, maka ruang terbuka hijau dapat dimanfaatkan sebagai ruang publik atau ruang tempat berinteraksi manusia. ruang publik berkembang sejalan dengan kebutuhan manusia dalam melakukan kegiatan bersama baik berkaitan dengan sosial, ekonomi, dan budaya (Darmawan,2006). Berdasarkan penjelasan Pasal 29 Ayat (1) UU Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, bahwa RTH publik merupakan RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. RTH publik meliputi taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Sedangkan ruang terbuka hijau privat meliputi kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan Fungsi dan Peranan Ruang Terbuka Hijau Secara umum, RTH dibangun secara merata di perkotaan untuk memenuhi fungsi dari berbagai segi sebagai berikut: a. Segi sosial, ekonomi, dan budaya, bahwa RTH merupakan tempat rekreasi, pendidikan, interaksi sosial masyarakat. 7
3 b. Segi Fisik, bahwa RTH berfungsi sebagai pengatur iklim, penyerapan air tanah, produsen oksigen, peneduh, penghalang angin, habitat satwa. c. Segi ekosistem perkotaan, RTH merupakan bagian dari usaha pangan, produsen oksigen, tanaman berbunga, dan lain-lain. d. Segi estetis, bahwa RTH berperan untuk meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan kota. Dapat menciptakan keseimbangan dan keserasian antara berbagai bangunan, taman kota, jalur hijau jalan, jalur biru kali dan bantaran rel kereta api (Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, 2006) Manfaat Ruang Terbuka Hijau Menurut Hakim dan Utomo (2004) bahwa manfaat RTH di wilayah perkotaan antara lain sebagai berikut : a. Memciptakan kenyamanan, kesehatan dan keindahan lingkungan sebagai paru-paru kota. b. Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat kota c. Memberikan hasil produksi berupa kayu, daun, bunga, dan buah d. Sebagai tempat tumbuh tumbuhan dan hidup satwa. e. Berfungsi sebagai area resapan air untuk mengurangi aliran air, menangkap dan menyimpan air, menjaga keseimbangan tanah untuk menjamin kesuburan tanah serta sebagai area sirkulasi udara perkotaan. f. Sebagai tempat sarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi perkotaan Dari pernyataan para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa dengan adanya RTH di perkotaan dapat dikatakan sangat penting karena manusia memerlukan tempat-tempat yang nyaman, aman, dan indah. Pentingnya RTH terhadap manusia yaitu agar manusia memiliki tempat untuk berkumpul atau bersosialisasi. 8
4 2.2.4 Jenis-Jenis Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan tabel 2.1, dapat dilihat bahwa jenis-jenis RTH berdasarkan fungsi dan aktivitas sebagai berikut: Tabel 2.1 Jenis-Jenis RTH No Jenis RTH Fungsi Aktivitas 1. Taman Kota - Paru-Paru Kota - Konservasi air tanah 2. Taman Wisata Alam - Pelestarian tumbuhan dan hewan 3. Taman Rekreasi - Sarana rekreasi tanpa di batasi oleh bangunan 4. Taman Lingkungan - Peredam kebisingan Perumahan/ - Area interaksi sosial Permukiman - Area bermain dan olahraga 5. Taman Lingkungan Perkantoran - Taman untuk Beristirahat - Sirkulasi udara 6. Taman Hutan Raya - Pelestarian tumbuhan dan hewan - Untuk kepentingan penelitian - Area Pariwisata 7. Hutan Kota - Habitat satwa liar - Menciptakan lingkungan sehat, nyaman, sejuk 8. Hutan Lindung - Mencegah banjir - Mengatur kualitas air - Keseburan tanah 9. Bentang Alam - Pengaman kawasan lindung perkotaan, pengendali air 10. Cagar Alam - Kawasan penelitian dan pengembangan ilmu - Rekreasi - Rekreasi - Olahraga - Bermain - Bersantai - Bersosialisasi masyarakat - Berkumpul, Bersantai - Bermain, Olahraga - Upacara - Olahraga - Area parkir - Rekreasi - Penelitian - Kehidupan satwa liar - Kawasan dijaga ketat. - Tempat rekreasi, tempat mendaki - Meneliti 9
5 11. Kebun Raya - Kawasan hijau untuk penelitian 12. Kebun Binatang - Tempat rekreasi - Sebagai area Penelitian - Meneliti - Atraksi hewan pelihara - Rekreasi - Meneliti 13. Pemakaman Umum - Area pemakaman - Area penghijauan - Pemakaman - Berziarah 14. Lapangan Olahraga - Tempat bermain - Area olahraga - Meningkatkan kualitas - bersosialisasi - berolahraga - berkumpul lingkungan 15. Lapangan Upacara - Area upacara - Kegiatan upacara 16. Parkir Terbuka - Sirkulasi Kota - Parkir 17. Lahan Pertanian Perkotaan - Sebagai Area Pangan - Penanaman - Pengolahan - Distribusi Pangan 18. Jalur Tegangan - Jalur pengaman - Penghijauan Tinggi tegangan tinggi 19. Sempadan - Area Penyerapan - Penghijauan - Area Penghijauan - Area perlindungan dari bencana 20. Jalur Pengaman - Pengaman ruang - Pedestrian Jalan disamping lalu lintas 21. Jalur Hijau - Budidaya tanaman - Penghijauan 22. Daerah Penyangga - Peredam kebisingan - melindungi area sekitar apabila terjadi bencana - Penghijauan 23. Taman Atap - Atap bangunan - Peneduh - mengurangi kebisingan (Sumber: Peraturan Menteri No1 Tahun 2007) - penghijauan - taman di atap bangunan 10
6 2.3 Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Kepemilikan Berdasarkan tabel 2.2, dapat dilihat bahwa klasifikasi jenis RTH berdasarkan kepemilikan sebagai berikut: Tabel 2.2 Kepemilikan RTH No Jenis RTH Publik RTH Privat RTH Pekarangan a. Pekarangan rumah tinggal b. Halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha c. Taman atap bangunan RTH Taman dan Hutan Kota a. Taman RT b. Taman RW c. Taman Kelurahan d. Taman Kecamatan e. Taman Kota f. Hutan Kota g. Sabuk hijau (green belt) RTH Jalur Hijau Jalan a. Pulau Jalan dan Median Jalan b. Jalur Pejalan Kaki c. Ruang dibawah jalan layang RTH Fungsi Tertentu a. RTH sempadan rel kereta api b. Jalaur hijau jaringan listrik tegangan tinggi c. RTH sempadan sungai d. RTH sempadan pantai e. RTH pengamanan sumber air baku/ mata air f. Pemakaman (Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008) Ruang Terbuka Hijau Publik Ruang terbuka hijau (RTH) Publik adalah RTH yang lokasi lahannya merupakan milik pemerintah dan digunakan untuk kepentingan umum serta dikelola oleh pemerintah. Yang termasuk RTH Publik adalah taman kota, taman lingkungan, taman pemakaman, pedestrian, jalur hijau sepanjang jalan, pantai, sungai, kereta api. 11
7 2.3.2 Ruang Terbuka Hijau Privat Ruang terbuka hijau (RTH) Privat adalah RTH yang lokasi lahannya merupakan milik individual atau pribadi serta dikelola oleh pihak swasta/ perseorangan yang dikendalikan melalui izin pemanfaatan ruang oleh pemerintah daerah. Yang termasuk RTH Privat adalah halaman rumah milik swasta/ masyarakat yang ditanami tumbuhan. 2.4 Nilai-Nilai Ruang Terbuka Hijau Wijanarko (2006) mengungkapkan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam RTH meliputi nilai ekologis dan alam, nilai psikologis, nilai sosial-budaya serta nilai estetika. Nilai ekologis dari RTH adalah sebagai tempat yang menyediakan udara segar, menyerap gas karbondioksida(co 2 ), menahan angin dan dapat mengurangi tingkat kebisingan yang disebabkan oleh kendaraan ataupun sumber lainnya. Nilai psikologis dari RTH adalah sebagai tempat berkumpul keluarga, tempat bermain anak-anak, serta dapat dijadikan sebagai tempat untuk melepaskan lelah atau stress. Nilai sosial-budaya yang terkandung dalam RTH adalah sebagai tempat atau ruang untuk interaksi sosial antar masyarakat sehingga nilai sosial dapat tumbuh dan berkembang pada RTH. Nilai estetika dari ruang terbuka hijau adalah dengan adanya berbagai jenis vegetasi yang ditata dengan rapi dapat menciptakan kenyamanan visual. Adanya variasi tanaman mulai dari rumput-rumputan hingga pohon tinggi dapat menambah nilai estetika pada RTH. 2.5 Fasilitas Pendukung Ruang Terbuka Hijau Menurt Rubenstein (1992), mengemukakan bahwa fasilitas/ elemen pendukung RTH sebagai berikut: a. Ground Cover, adalah elemen utama sebagai penutup tanah berupa tekstur, material. Adapun dari segi material dibedakan atas 2 (dua),yakni: Material Keras : batu-bata, paving, aspal Material Lunak : rumput dan tanah liat 12
8 b. Bangku (tempat duduk), diperlukan untuk beristirahat atau bersantai menikmati suasana taman. Bangku dapat dibuat dari besi, kayu, batu atau beton dan memiliki sandaran. Umumnya bangku yang baik memiliki ketinggian 37,5-45cm. c. Tanaman peneduh, berfungsi sebagai peneduh terhadap sinar matahari dan hujan, mengurangi kebisingan, polusi kendaraan bermotor, dan memperindah kawasan. d. Tempat sampah, merupakan prasarana dalam menjaga kebersihan lingkungan taman. e. Jam, apabila ditempatkan pada posisi yang tepat dapat menjadi landmark di taman. f. Lampu, dimana berfungsi sebagai penerangan bagi pengguna ruang terutama pada malam hari. g. Sculpture, berfungsi sebagai penambah estetika dan vocal point (menarik perhatian mata). Contohnya: patung, air mancur. 2.6 Kebijakan Dan Standar Ruang Terbuka Hijau Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengharuskan proporsi ruang terbuka hijau sebanyak 30% dengan rincian sebesar 20% ruang terbuka hijau publik, dan 10% ruang terbuka hijau privat dari luas wilayahnya. Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin ekosistem kota. Standar kebutuhan RTH menurut peraturan menteri pekerjaan umum No.05/PRT/M/2008 berdasarkan jumlah penduduk dapat dibagi kedalam beberapa unit lingkungan. Penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk dapat dilihat pada Tabel
9 No. Tabel 2.3 Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk Unit Lingkungan Tipe RTH Luas Min/Unit (m 2 ) Luas Min/Ka pita (m 2 ) Lokasi jiwa Taman RT 250 1,0 Di tengah lingkungan RT jiwa Taman RW ,5 Di pusat kegiatan RW jiwa Dikelompokkan Taman ,3 dengan sekolah/pusat Kelurahan kelurahan Dikelompokkan Taman ,2 dengan sekolah/pusat jiwa kecamatan kecamatan Pemakaman Disesuaikan 1,2 Tersebar Taman Kota ,3 Di pusat wilayah/kota jiwa Hutan Kota Disesuaikan 4,0 Di dalam/kawasan pinggiran Untuk fungsi Disesuaikan dengan Disesuaikan 12,5 tertentu kebutuhan (Sumber: Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, 2008) 2.7 Kebijakan Pada Rumah Susun Dalam UU Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun, menetapkan bahwa persyaratan keandalan bangunan rumah susun meliputi: a. Persyaratan kenyamanan, meliputi kenyamanan ruang gerak dan hubungan antarruang, kondisi udara dalam ruang, pandangan, serta terhadap tingkat getaran dan tingkat kebisingan. b. Persyaratan keselamatan, merupakan kemampuan bangunan rumah susun untuk mendukung beban muatan serta untuk mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir. c. Persyaratan kesehatan, meliputi sistem penghawaan, pencahayaan, sanitasi, dan penggunaan bahan bangunan. 14
10 d. Persyaratan kemudahan. Meliputi kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan rumah susun serta sarana dan prasarana dalam pemanfaatan bangunan rumah susun. Dalam UU Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun, menetapkan tentang prasarana, sarana, dan utilitas di lingkungan rumah susun sebagai berikut: a. Prasarana merupakan kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian rumah susun yang memnuhi standar tertentu untuk kebutuhan tempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman meliputi drainase, jaringan jalan, sanitasi, air bersih, dan tempat sampah. b. Sarana merupakan fasilitas dalam lingkungan hunian rumah susun yang berfungsi sebagai pendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya meliputi sarana umum (ruang terbuka hijau, tempat rekreasi, sarana olahraga, tempat pemakaman umum, sarana pemerintahan, dan lain-lain) dan sarana ekonomi (kesehatan, pendidikan, peribadatan, dan perniagaan). c. Utilitas Umum merupakan kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan hunian rumah susun yang mencakup jaringan listrik, jaringan gas, dan jaringan telepon. 2.8 Kenyamanan Definisi Kenyamanan Hakim (1993) menyatakan bahwa kenyamanan adalah segala sesuatu yang memperlihatkan dirinya sesuai dan harmonis dengan penggunaan suatu ruang, baik ruang itu sendiri maupun dengan berbagai bentuk, tekstur, warna, simbol maupun tanda, suara dan bunyi kesan, intensitas dan warna cahaya maupun bau, atau apapun juga. Dengan kata lain kenyamanan merupakan kepuasan manusia dalam melaksanakan suatu aktivitas di suatu ruang. Kenyamanan merupakan salah satu bentuk kepuasan manusia dalam menyikapi sesuatu. Apabila manusia merasa nyaman dalam suatu ruang baik itu ruang terbuka hijau, maka manusia akan senantiasa berada di ruang tersebut dalam kurun waktu yang lama dan terus-menerus. Dengan adanya manusia yang 15
11 berada pada suatu ruang dalam jumlah yang banyak, maka fungsi dari ruangan tersebut dapat tercipta salah satunya yaitu interaksi sosial Faktor Yang Mempengaruhi Kenyamanan Menurut Hakim (1993), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kenyamanan adalah: a. Sirkulasi Sirkulasi sangat berpengaruh terhadap pola pergerakan dari ruang yang satu ke ruang yang lain. Sirkulasi yang kurang baik berpengaruh terhadap kenyamanan manusia. Pembagian sirkulasi menurut fasilitasnya adalah sebagai berikut : - Sirkulasi Manusia, yaitu meliputi jalur pedestrian yang saling berhubungan dengan aktivitas di dalamnya. Hal ini perlu di perhatikan dalam perencanaan sirkulasi manusia adalah lebar jalan, fasilitas penyeberangan, penambahan nilai estetika, dan lain-lain. - Sirkulasi Kendaraan, meliputi jalur distribusi (jalur cepat) dan jalur akses (jalur lambat). Hubungan kedua jalur ini yang harus diperhatikan adalah rambu lalu lintas dan ruang parkir yang disesuaikan dengan keadaan site. b. Daya alam atau iklim Salah satu hal yang mempengaruhi kenyamanan secara thermal adalah radiasi matahari, angin, curah hujan - Sinar Matahari berpengaruh pada daerah tropika terutama pada siang hari maka perlu adanya peneduh. Dengan adanya peneduh, diharapkan sinar matahari langsung dapat berkurang. Terutama pada area olahraga terbuka seperti lapangan basket perlu disesuaikan letak orientasi lapangan terhadap matahari. (Lihat pada Gambar 2.1). 16
12 Gambar 2.1 Ilustrasi Pengaruh Sinar Matahari (Sumber: Hakim,1993) - Angin pada suatu daerah perlu diperhatikan agar tercipta ruang yang nyaman dan sejuk. Pada area terbuka perlu adanya penghalang angin (pohon) agar kecepatan angin dapat dikurangi sehingga suasana nyaman dapat tercipta. Gambar 2.2 Ilustrasi Pengaruh Angin (Sumber: Hakim,1993) b. Kebisingan Pada daerah yang padat penduduk dan industri, maka kebisingan merupakan salah satu masalah yang mengganggu kenyamanan penduduk sekitar. Hal ini dapat dikurangi dengan menanam tanaman-tanaman tertentu sebagai elemen penyaring kebisingan. (Lihat Gambar 2.3). 17
13 Gambar 2.3 Ilustrasi Pengaruh Kebisingan (Sumber: Hakim,1993) c. Bau-bauan Pada daerah pembuangan sampah, maka bau yang tidak sedap dapat tercium oleh orang yang berada atau melalui daerah tersebut. Hal ini dapat dikurangi dengan ditanami pohon atau semak yang dapat mengurangi bau. (Lihat Gambar 2.4) Gambar 2.4 Ilustrasi Pengaruh Bau-Bauan (Sumber: Hakim,1993) d. Bentuk Faktor kenyamanan bentuk yang dimaksud yaitu dari segi perencanaan konstruksinya seperti bentuk bangku/ kursi, lampu taman, susunan bentuk tempat duduk. Perencanaan bentuk yang kurang baik juga berpengaruh terhadap kenyamanan penggunanya seperti posisi duduk yang tidak nyaman. (Lihat Gambar 2.5). 18
14 Gambar 2.5 Ilustrasi Bentuk Tempat Duduk (Sumber: Rutledge,1986) Pemilihan bentuk tempat duduk perlu diperhatikan untuk tercapai kenyamanan pengguna dalam berinteraksi sosial. Menurut Rutledge (1981), bentuk tempat duduk dibagi beberapa tipe sebagai berikut: - Circle (lingkaran), cocok untuk individu (privasi) dan berpasangan, tetapi memiliki kekurangan apabila duduk lebih dari 2 (dua) orang. (Lihat Gambar 2.6). Gambar 2.6 Bentuk Circle (Sumber: Rutledge,1981) - Curve (kurva), pada bentuk ini hanya satu sisi yang bisa dipergunakan. Sisi yang baik digunakan untuk duduk kelompok yaitu sisi cekung. (Lihat Gambar 2.7). 19
15 Gambar 2.7 Bentuk Curve (Sumber: Rutledge,1981) - Straight Slab (Memanjang), bentuk ini baik digunakan untuk duduk sendiri maupun berpasangan, tetapi kurang baik jika duduk berkelompok. (Lihat Gambar 2.8). Gambar 2.8 Bentuk Straight Slab (Sumber: Rutledge,1981) - Single Pod (Tunggal), bentuk ini baik untuk 2-4 orang secara individual. Tetapi sulit untuk interaksi berpasangan. (Lihat Gambar 2.9). Gambar 2.9 Bentuk Single Pod (Sumber: Rutledge,1981) 20
16 - Single Jogs (siku tunggal), bentuk ini baik di gunakan untuk berpasangan, tetapi untuk berkelompok kurang baik karena jarak orang 1 dan 4 cukup jauh. (Lihat Gambar 2.10). Gambar 2.10 Bentuk Single Jogs (Sumber: Rutledge,1981) - Multi Jogs (berliku-liku), bentuk ini merupakan bentuk yang paling baik diantara yang lain. karena bentuk ini dapat menampung pengguna individu, berpasangan, maupun berkelompok secara bersamaan. (Lihat Gambar 2.11). Gambar 2.11 Bentuk Multi Jogs (Sumber: Rutledge,1981) e. Keamanan Faktor keamanan merupakan salah satu masalah yang penting karena masalah ini dapat menghambat aktivitas yang akan dilakukan. Faktor keamanan yang dimaksud tidak sebatas kejahatan saja tetapi juga terhadap hal-hal lain 21
17 misalnya keamanan bermain anak-anak maupun terhadap pengguna ruang lainnya. (Lihat Gambar 2.11). Gambar 2.12 Ilustrasi Keamanan Area Bermain (Sumber: Rutledge,1986) f. Kebersihan Faktor kebersihan merupakan sesuatu yang dapat menambah nilai ketertarikan suatu tempat serta menambah nilai kenyamanan daerah tersebut, karena bebas dari sampah dan bau-bauan yang tidak menyenangkan. Untuk memenuhi hal tersebut perlu disediakan tempat pembuangan sampah di tempattempat tertentu. h. Keindahan (estetis) Faktor Keindahan merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan dalam hal penciptaan kenyamanan karena keindahan dapat mencakup masalah kepuasan batin dan panca indera sehingga rasa nyaman dapat di peroleh. Salah satu hal agar keindahan dapat dicapai adalah dengan mempergunakan variasi bentuk tanaman. Selain itu, berdasarkan Project For Public Space bahwa faktor kenyamanan meliputi persepsi tentang keselamatan, kebersihan, ketersediaan tempat duduk. Adapun faktor kenyamanan yang dimaksud dalam mengevaluasi faktor kenyamanan pada suatu tempat (taman lingkungan) sebagai berikut: a. Aman, segi keamanan yang dimaksud adalah terbebas dari kriminalitas. b. Bersih, yaitu bahwa taman lingkungan terbebas dari sampah. 22
18 c. Area hijau, yang dimaksud adalah taman lingkungan memiliki penghijauan yang baik. d. Tenang, bahwa pengguna ruang merasa tenang pada saat berada di taman lingkungan. e. Aksesibilitas, yang dimaksud adalah area taman lingkungan mudah dijangkau bagi penggunanya. f. Area duduk, yaitu memiliki area duduk yang tepat, kapasitas tempat duduk yang tepat bagi penggunanya dalam melakukan aktivitas. g. Menarik atau unik, yaitu taman lingkungan memiliki kesan yang baik bagi pengguna ruang. 23
BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan yang terjadi di wilayah perkotaan sedang mengalami perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan yang terjadi lebih banyak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen
Lebih terperinciDisajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)
PENGADAAN TANAH UNTUK RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN PERKOTAAN Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU) Sekilas RTH Di dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota adalah sebuah sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomis yang heterogen
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG
PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan
Lebih terperinciEvaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciMATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW 09-1303) RUANG TERBUKA HIJAU 7 Oleh Dr.Ir.Rimadewi S,MIP J P Wil h d K t Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara langsung dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun waktu
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO Sri Sutarni Arifin 1 Intisari Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau khususnya pada wilayah perkotaan sangat penting mengingat besarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya
9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Lanskap Sekolah
TINJAUAN PUSTAKA 1. Lanskap Sekolah Menurut Eckbo (1964) lanskap adalah ruang di sekeliling manusia mencakup segala hal yang dapat dilihat dan dirasakan. Menurut Hubbard dan Kimball (1917) dalam Laurie
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;
Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. RTH dalam Penataan Ruang Wilayah Perkotaan Perkembangan kota merepresentasikan kegiatan masyarakat yang berpengaruh pada suatu daerah. Suatu daerah akan tumbuh dan berkembang
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN
BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi
Lebih terperinciBAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai
BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai Dari data hasil Sensus Penduduk 2010, laju pertumbuhan penduduk Kota Binjaitahun 2000 2010 telah mengalami penurunan menjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan dan Perancangan Lanskap Planning atau perencanaan merupakan suatu gambaran prakiraan dalam pendekatan suatu keadaan di masa mendatang. Dalam hal ini dimaksudkan
Lebih terperinciPEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR
PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR Oleh : RIAS ASRIATI ASIF L2D 005 394 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Dalam penelitian ini, peran ruang terbuka hijau dibagi menjadi fungsi utama dan fungsi tambahan. Fungsi utama terkait dengan fungsi ekologis, sedangkan fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gorontalo sebagian besar wilayahnya berbentuk dataran, perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian 0 2000 M di atas permukaan laut. Luas
Lebih terperinciPROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa perkembangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).
Lebih terperinciBUPATI BANGKA TENGAH
BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH,
Lebih terperinciANALISIS DAN SINTESIS
55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT
Lebih terperinciVI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan
116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan
Lebih terperinciANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG
ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG MATA KULIAH ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN UNTUK UJIAN VERIFIKASI HASIL KONVERSI KURIKULUM DOSEN : Ir. NuzuliarRachmah, MT DISUSUN OLEH : MARIA MAGDALENA SARI A. 052. 09. 045
Lebih terperinciBUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH
BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang
Lebih terperinciPranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.
Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars. Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa dapat mengkritisi issue issue aktual tentang penataan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA)
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA) Juliana Maria Tontou 1, Ingerid L. Moniaga ST. M.Si 2, Michael M.Rengkung, ST. MT 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN
BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan merupakan aplikasi dari konsep ekowisata pada pengembangan kawasan agrowisata sondokoro yang meliputi bebera aspek, diantaranya: 6.1. Dasar Pengembangan Dasar
Lebih terperinciTIPOLOGI KEPEMILIKAN RTH DI PERKOTAAN TOBELO
TIPOLOGI KEPEMILIKAN RTH DI PERKOTAAN TOBELO Ristanti Konofo 1, Veronica Kumurur 2, & Fella Warouw 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulanggi Manado 2 & 3 Staf
Lebih terperinciKAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D
KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan
Lebih terperinciSyarat Bangunan Gedung
Syarat Bangunan Gedung http://www.imland.co.id I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sedang giatnya melaksanakan kegiatan pembangunan, karena hal tersebut merupakan rangkaian gerak perubahan menuju kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pembangunan perkotaan cenderung meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan terbuka hijau dialih fungsikan menjadi kawasan pemukiman, perdagangan, kawasan industri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin meningkat pula kebutuhan akan lahan-lahan untuk menyediakan permukiman, sarana penunjang ekonomi
Lebih terperinciBAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa
BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan
Lebih terperinciVI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET
42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,
Lebih terperinciMEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU.
WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPenataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian
Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap merupakan suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun
Lebih terperinciLanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.
Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki
Lebih terperinciPENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA CIMAHI TAHUN
PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA CIMAHI TAHUN 2012-2032 I. UMUM Ruang dilihat sebagai wadah dimana keseluruhan interaksi sistem sosial
Lebih terperinciBAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin
BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang
TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat
Lebih terperinciPerhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)
Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta) Hapsari Wahyuningsih, S.T, M.Sc Universitas Aisyiyah Yogyakarta Email: hapsariw@unisayogya.ac.id Abstract: This research
Lebih terperinciKebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo
Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Fungsi Ekologis Terciptanya Iklim Mikro 81% responden menyatakan telah mendapat manfaat RTH sebagai pengatur iklim mikro.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU
BAB II TINJAUAN TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU 2.1 Kajian Kebijakan Tentang Ruang Terbuka Hijau 2.1.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau Pada dasarnya semua aktifitas manusia tidak terlepas dari ruang terbuka
Lebih terperinciPEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)
PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) pengertian Penataan bangunan dan lingkungan : adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki,mengembangkan atau melestarikan
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG ANALYSIS OF PUBLIC GREEN OPEN SPACE IN BITUNG CITY Alvira Neivi Sumarauw Jurusan Perencanaan Wilayah, Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kuantitas lingkungan. Menurut Reksohadiprodjo dan Karseno (2012: 43),
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kota berupa pembangunan infrastruktur, namun sayangnya terdapat hal penting yang kerap terlupakan, yaitu
Lebih terperinciPERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT
PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Ruang terbuka merupakan ruang publik yang digunakan masyarakat untuk berinteraksi, berolahraga, dan sebagai sarana rekreatif. Keberadaan ruang terbuka juga bermanfaat
Lebih terperinciBAB V ANALISIS SINTESIS
BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,
Lebih terperinciBAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK
26 BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 5.1 Konsep Pengembangan Ancol Ecopark Hingga saat ini Ancol Ecopark masih terus mengalami pengembangan dalam proses pembangunannya. Dalam pembentukan konsep awal,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN PURWOREJO
BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa perkembangan dan pertumbuhan
Lebih terperinciVI. PERENCANAAN HUTAN KOTA
VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.
BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah perkotaan pada umumnya tidak memiliki perencanaan kawasan yang memadai. Tidak terencananya penataan kawasan tersebut ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka
Lebih terperinciMATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK
HANDOUT PERKULIAHAN MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU PROF. Dr. H. MAMAN HILMAN, MPd, MT. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
Lebih terperinciBAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler
BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Terbuka Hijau 2.1.1 Definisi Ruang Terbuka Hijau Secara definitif, ruang terbuka hijau adalah kawasan atau areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Rencana Tata Ruang Wilayah. pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang. Hal tersebut telah digariskan dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Rencana Tata Ruang Wilayah Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Penyelenggaraan penataan ruang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau atau RTH merupakan salah satu komponen penting perkotaan. Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka landasan administrasi dan keuangan diarahkan untuk mengembangkan otonomi
Lebih terperinciPengembangan RS Harum
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP DASAR PENINGKATAN DENGAN GREEN ARCHITECTURE Dari penjabaran prinsi prinsip green architecture beserta langkahlangkah mendesain green building menurut: Brenda dan Robert
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Estetika
4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan merupakan proses pengambilan keputusan dalam melakukan desain pengembangan kawasan Agrowisata berdasarkan analisis perancangan. Konsep perancangan tersebut di
Lebih terperinciHUTAN DIKLAT RUMPIN SEBAGAI SALAH SATU RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN BOGOR
HUTAN DIKLAT RUMPIN SEBAGAI SALAH SATU RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN BOGOR MH. Tri Pangesti Widyaiswara Utama, Balai Diklat Kehutanan Bogor Abstrak Sejalan dengan Undang-Undang No 25 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinciIII. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA
Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi
BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek
Lebih terperincimasyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Lansekap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan
Lebih terperinciBAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,
BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah sebagai tempat menerima pendidikan dan mengasah keterampilan yaitu mengambil
Lebih terperinciKUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA
LAMPIRAN-A STUDI KENYAMANAN PENGGUNA TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK PADA RUMAH SUSUN SUKARAMAI MEDAN DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 Tanggal: Waktu : (Pagi/
Lebih terperinciPERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri
BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ruang Terbuka dan Ruang Terbuka Hijau
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ruang Terbuka dan Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka (RT) terdiri atas Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH). Dalam perencanaan ruang kota dikenal istilah
Lebih terperinciBAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan
BAB V KONSEP V.1. Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan Gambar 34. Zoning dan Pola Sirkulasi Main entrance berada pada bagian selatan bangunan. Warna biru menunjukan
Lebih terperinciBAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN
BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN 4.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil analisis, terdapat beberapa temuan studi, yaitu: Secara normatif, terdapat kriteria-kriteria atau aspek-aspek yang
Lebih terperinci6.1 Peruntukkan Kawasan
6.1 Peruntukkan Kawasan BAB VI RBAN DESIGN GIDELINES Peruntukan kawasan di Sempadan Sungai Jajar ditentukan dengan dasar : 1. Hasil analisis zoning 2. Karakteristik penggunaan lahan Peruntukkan kawasan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun sederhana sewa yang sesuai dengan iklim tropis, ada beberapa kriteria yang diterapkan yaitu : 1. Sesuai dengan kebutuhan
Lebih terperinciSCAFFOLDING 1 (2) (2012) SCAFFOLDING. IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA REMBANG
SCAFFOLDING 1 (2) (2012) SCAFFOLDING http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/scaffolding IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA REMBANG Mashuri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Permukiman Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari. Permukiman perlu ditata agar dapat berkelanjutan dan
Lebih terperinciHIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3
LAMPIRAN VI : PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN TABEL-2 KLASIFIKASI ZONA DAN SUB ZONA HIRARKI I fungsi lindung adm fungsi
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga
Lebih terperinci