HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN AGRONOMI 13 AKSESI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) MELISA A

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ulangan ANALISIS SIDIK RAGAM Sumber variasi db jk kt F hitung

PELAKSANAAN PENELITIAN

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

BAHAN METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

Lampiran 1. Gambar Bagan Lahan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertanaman Musim Pertama

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar,

TINJAUAN PUSTAKA Botani

USULAN PELEPASAN VARIETAS KENTANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Studi Fenologi Pembungaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN. Pengamatan Vegetatif di Kebun Uji Sei Dadap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

DESKRIPSI VARIETAS BARU

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

G3K2 G1K1 G2K3 G2K2. 20cm. Ulangan 2 20cm G3K3 G3K1 G3K2. Ulangan 3 20cm. 20cm G1K1 G1K3 G1K2

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian

HASIL. Pengaruh Seduhan Kompos terhadap Pertumbuhan Koloni S. rolfsii secara In Vitro A B C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau Varietas Vima 1

Ukuran Plot: 50 cm x 50 cm

Pertumbuhan dan Potensi Produksi Beberapa Genotipe Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) di Tanah Masam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Deskripsi Varetas Adira-1

Lampiran 1. Bagan Penelitian. Letak tanaman dalam plot. Universitas Sumatera Utara P3M2. P0M2 1,5 m P2M0 P0M3 P1M1 P2M2 P0M3. 1,5 m P3M1 P0M1 P2M0

Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Percobaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST)

Lampiran 1. Analisis Ragam Peubah Tinggi Tanaman Tebu Sumber Keragaman. db JK KT F Hitung Pr > F

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Pertumbuhan Beberapa Genotipe Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) di Tanah Masam. Growth of Physic Nut (Jatropha curcas L.) Genotypes on Acid Land

Transkripsi:

20 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Kondisi tanaman jarak pagar selama penelitian cukup baik. Lahan yang digunakan merupakan lahan bekas penambangan semen. Lahan ini berada pada ketinggian 200 m dpl. Selama penelitian berlangsung, kondisi cuaca berubah-ubah (Tabel 1). Curah hujan tertinggi terjadi pada Maret dengan total curah hujan 535 mm/bulan sedangkan curah hujan terendah terjadi pada November dengan total curah hujan 42 mm/bulan. Tabel 1 menunjukkan perubahan cuaca selama pengamatan di lapangan. Tabel 1. Kondisi iklim selama Oktober 2009 sampai April 2010 Bulan Total curah hujan (mm/bulan) Rata-rata temperatur ( o C) Rata-rata radiasi sinar matahari (Watt/m 2 ) Kadar air tanah (%) Oktober 422 30 214.02 19 November 42 31 176.93 20 Desember - - 174.72 22 Januari - - 137.99 22 Februari 489 29 169.26 22 Maret 535 29 168.03 23 April 77 30 187.53 20 Sumber : PT Indocement Rata-rata curah hujan selama pengamatan adalah 313 mm/bulan. Temperatur udara paling tinggi selama pengamatan terjadi pada November yaitu 31 o C sedangkan temperatur udara paling rendah terjadi pada Februari dan Maret yaitu 29 o C. Rata-rata temperatur udara, radiasi sinar matahari, dan kadar air tanah selama pengamatan adalah 29.8 o C, 175.50 Watt/m 2, dan 21 %. Pengamatan tanaman jarak pagar di lapangan dilakukan selama tujuh bulan, yaitu pertengahan Oktober 2009 sampai akhir April 2010. Bahan tanam yang digunakan berasal dari setek batang yang ditanam di polibag selama dua bulan. Kematian di lapangan sangat kecil karena kondisi bibit sebelum dipindahkan ke lapangan cukup baik.

21 Selain itu, pada saat curah hujan sedikit dilakukan penyiraman sehingga tanaman jarak pagar mendapat suplai air yang cukup. Tanaman jarak pagar mulai terserang hama dan penyakit saat tanaman mencapai fase generatif (14 28 MSP). Hama yang menyerang tanaman jarak pagar antara lain Chrysochoris javanus Westw., Valanga nigricornis Burmeister, Ferrisia virgata Ckll., dan Tetranychus sp. Selain itu, tanaman jarak pagar juga terserang hama tungau yang mengakibatkan tunas dan daun muda menjadi keriting ( Gambar 2) ). Tungau yang menyerang tanaman jarak pagar adaa dua macam, yaitu tungauu Polyphagotarsonemus latus (Banks) dan tungau dari famili Eriophyidae. Penyakit yang menyerang tanaman jarak pagar adalah busuk Fusarium dan witche s broom. Tanamann jarak pagar yang terserang busuk Fusarium dan tungau dapat dilihat di Gambar 2. (a) (b) Keterangan: (a) tanaman jarak pagar yang terserang busuk Fusarium (b) daun jarak pagar yang terserang tungau Gambar 2. Tanaman jarak pagar yang terserang busuk Fusarium dan daun jarak pagar yang terserang tungau Karakterr Kualitatif 15 Aksesi Jarak Pagar Pengamatan terhadap karakter kualitatif dilakukan pada 0 MSP, 2 MSP, dan setelah tanaman jarak pagar mencapai fase generatif. Peubah kualitatif yang diamati pada 0 MSP dan 2 MSP adalah bentuk daun, tekstur daun, tepi daun, pertulangan daun, warna daun muda, warna daun tua, warna tangkai daun, dan warna batang. Peubah kualitatif yang diamati setelah tanamann mencapai fase generatif (10 MSP) adalah jenis bunga berdasarkan bunga yang pertama mekar, jenis bunga yang terbentuk dalam satu malai, warna sepal, warna petal, bentuk buah muda, warna buah muda, bentuk biji, dan warna biji.

22 Bentuuk daun jarrak pagar pada p 0 MS SP dan 2 MSP M untukk seluruh aksesi a menunjukkkan bentuk yang sama yaitu bulatt. Tekstur daaun jarak paagar pada 0 MSP untuk akssesi Medann I, Medann II, Bengkulu I, Beengkulu IIII, Bengkulu u IV, Banten III, Bogor I, Bogor II, Sukabumii I, Sukabuumi II, Sukkabumi III, dan Sukabumii IV menunnjukkan tekkstur daun yang kasarr sedangkann aksesi lainnya berteksturr daun licinn. Setelah tanaman jaarak pagar dipindahkkan ke lapaangan (2 MSP) seluruh s akssesi jarak paagar yang diamati d berttekstur kasaar kecuali aksesi a Bogor II yang y memiliiki tekstur daun d licin (T Tabel 2 dann 3). Tepi daun jarakk pagar untuuk seluruh aksesi jaraak pagar paada 0 MSP P dan 2 MSP menunjukkan m n jumlah yaang sama yaitu y 5. Dauun jarak paggar pada 0 MSP untuk akssesi Medann I, Medann II, Bengk kulu II, Beengkulu IIII, Bengkulu u IV, Sukabumii III, dan Suukabumi IV V menunjuk kkan pertulaangan yang jelas sedan ngkan aksesi lainnya bertuulang daun kurang jellas. Pertulaangan daunn sebagian besar aksesi jaraak pagar seetelah dipinndahkan ke lapangan kurang k jelaas kecuali aksesi a Medan II, Bengkulu II, Bengkullu III, dan Sukabumi S II menunjukkkan tulang daun yang jelass (Tabel 2 dan 3). Warna W daun muda jarakk pagar saaat di pembiibitan bervariasi, yaitu coklaat, hijau, daan hijau keccoklatan (Gaambar 3). (a) (c) (b) Keterangan:: (a) Coklat (b) Hijau (c) Hijaau kecoklatan Gambar 3. Warna dauun muda jarrak pagar Aksessi Bengkuluu I, Bengkullu III, Sukaabumi I, dann Sukabumii II menunju ukkan daun mudda yang berrwarna hijauu. Aksesi Banten B I daan Banten III memiliki daun muda yanng berwarrna coklat sedangkan n aksesi yang y lain berwarna hijau kecoklatann. Warna daun d mudaa jarak pag gar setelah dipindahkkan ke lapaangan (2 MSP) untuk u seluruuh aksesi addalah berwarrna coklat (Tabel ( 2 dann 3).

23 Warna daun tua jarak pagar yang diamati dapat dibedakan menjadi hijau dan hijau tua (Gambar 4) ). Warna daun jarak pagar pada 0 MSP untuk sebagian besar aksesi jarak pagar adalah hijau kecuali aksesi Medan II dan Banten I memiliki daun yang berwarna hijau tua tetapi setelah tanaman jarak pagar berumur 2 MSP aksesi jarak pagar yang menunjukkan warna hijau tua adalah aksesi Medan II, Bengkulu II, dan Bengkulu III. (a) (b) Keterangan: (a) Hijau muda (b) Hijau tua Gambar 4. Warna daun jarak pagar Warna tangkai daun jarak pagar untuk aksesi Medan I, Medan II, Bengkulu II, Bengkulu III, Bengkulu IV, Banten I, Banten II, Bogor I, Bogor II, Sukabumi III, dan Sukabumi IV yaitu hijau keunguan. Aksesi Bengkulu I, Bogor III, Sukabumi I, dan Sukabumi II memiliki tangkai daun berwarna hijau. Warna tangkai daun jarak pagar setelah dipindahkan ke lapangann (2 MSP) untuk aksesi Medan II, Bogor I, Bogor III, Sukabumi I, Sukabumi III, dan Sukabumi IV berwarna hijau sedangkan aksesi yang lain berwarnaa hijau keunguan (Tabel 2 dan 3). Warna batang jarak pagar saat di pembibitan untuk aksesi Medan II, Bengkulu II, Bengkulu III, dan Banten II yaitu hijau sedangkan aksesi yang lain berwarna abu-abu. Tanaman jarak pagar setelah dipindahkan ke lapangan (2 MSP) menunjukkan warna batang yang sama untuk semua aksesi yaitu abu-abu. Aksesi jarak pagar yang diamati dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan bunga yang pertama mekar, yaitu bunga yang pertama mekar adalah bunga jantan dan bunga yang pertama mekar adalah bunga hermaprodit. Bunga jarak pagar yang pertama mekar untuk seluruh aksesi jarak pagar yang diamati adalah bunga jantann kecuali aksesi Banten I yang menunjukkan bunga yang

24 pertama mekar adalah bunga hermaprodit. Berdasarkan bunga yang mekar dalam satu malai, aksesi jarak pagar juga dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu bunga yang mekar dalam satu malai adalah bunga jantan dan betina dan bunga yang mekar dalam satu malai adalah bunga jantan dan hermaprodit. Sebagian besar bunga yang mekar pada satu malai adalah bunga jantan dan betina kecuali aksesi Medan II, Bengkulu III, Bantenn I, dan Banten II bunga yang mekar dalam satu malai adalah bunga jantan dan hermaprodit (Tabel 4). Jantan Betina Hermaprodit Keterangan: (a) Bunga jantan dan hermaprodit dalam satu malai (b) Bunga jantan dan betina dalam satu malai Gambar 5. Jenis bunga jarak pagar berdasarkan bunga yang mekar dalam satu malai Warna sepal seluruh aksesi jarak pagar yang diamati adalah hijau kekuningan sedangkan petal berwarna hijau muda. Aksesi jarak pagar yang berasal dari Medan, Bengkulu, dan Banten menunjukkan bentuk buah muda bulat sedangkann aksesi jarak pagar yang berasal dari Bogor dan Sukabumi buah muda berbentuk lonjong. Warna buah muda untuk seluruh aksesi jarak pagar yang diamati adalah berwarna hijau sedangkan biji jarak pagar yang diamati berwarna hitam dan berbentuk lonjong (Tabel 4).

25 Tabel 2. Rekapitulasi peubah kualitatif 15 aksesi jarak pagar pada pembibitan (0 MSP) Daun Batang Aksesi Warna Bentuk Tekstur Tepi Pertulangan Muda Tua Tangkai Warna Medan I Bulat Kasar 5 Jelas Hijau kecoklatan Hijau Hijau keunguan Abu-abu Medan II Bulat Kasar 5 Jelas Hijau kecoklatan Hijau tua Hijau keunguan Hijau Bengkulu I Bulat Kasar 5 Kurang jelas Hijau Hijau Hijau Abu-abu Bengkulu II Bulat Licin 5 Jelas Hijau kecoklatan Hijau Hijau keunguan Hijau Bengkulu III Bulat Kasar 5 Jelas Hijau Hijau Hijau keunguan Hijau Bengkulu IV Bulat Kasar 5 Jelas Hijau kecoklatan Hijau Hijau keunguan Abu-abu Banten I Bulat Licin 5 Kurang jelas Coklat Hijau tua Hijau keunguan Abu-abu Banten II Bulat Kasar 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau keunguan Hijau Bogor I Bulat Kasar 5 Kurang jelas Hijau kecoklatan Hijau Hijau keunguan Abu-abu Bogor II Bulat Kasar 5 Kurang jelas Hijau kecoklatan Hijau Hijau keunguan Abu-abu Bogor III Bulat Licin 5 Kurang jelas Hijau kecoklatan Hijau Hijau Abu-abu Sukabumi I Bulat Kasar 5 Kurang jelas Hijau Hijau Hijau Abu-abu Sukabumi II Bulat Kasar 5 Kurang jelas Hijau Hijau Hijau Abu-abu Sukabumi III Bulat Kasar 5 Jelas Hijau kecoklatan Hijau Hijau keunguan Abu-abu Sukabumi IV Bulat Kasar 5 Jelas Hijau kecoklatan Hijau Hijau keunguan Abu-abu 25

26 Tabel 3. Rekapitulasi peubah kualitatif 15 aksesi jarak pagar pada 2 MSP Daun Batang Aksesi Warna Bentuk Tekstur Tepi Pertulangan Muda Tua Tangkai Warna Medan I Bulat Kasar 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau keunguan Abu-abu Medan II Bulat Kasar 5 Jelas Coklat Hijau tua Hijau Abu-abu Bengkulu I Bulat Kasar 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau keunguan Abu-abu Bengkulu II Bulat Kasar 5 Jelas Coklat Hijau tua Hijau keunguan Abu-abu Bengkulu III Bulat Kasar 5 Jelas Coklat Hijau tua Hijau keunguan Abu-abu Bengkulu IV Bulat Kasar 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau keunguan Abu-abu Banten I Bulat Kasar 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau keunguan Abu-abu Banten II Bulat Kasar 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau keunguan Abu-abu Bogor I Bulat Kasar 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau Abu-abu Bogor II Bulat Licin 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau keunguan Abu-abu Bogor III Bulat Kasar 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau Abu-abu Sukabumi I Bulat Kasar 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau Abu-abu Sukabumi II Bulat Kasar 5 Jelas Coklat Hijau Hijau keunguan Abu-abu Sukabumi III Bulat Kasar 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau Abu-abu Sukabumi IV Bulat Kasar 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau Abu-abu 26

27 Tabel 4. Rekapitulasi peubah kualitatif 15 aksesi jarak pagar pada fase generatif Aksesi Jenis bunga yang pertama mekar Jenis bunga yang terbentuk dalam satu malai Bunga Buah Biji Warna Bentuk (buah muda) Warna (buah muda) Bentuk Petal Sepal Medan I Jantan Jantan dan betina Hijau kekuningan Hijau muda Bulat Hijau Lonjong Hitam Medan II Jantan Jantan dan hermaprodit Hijau kekuningan Hijau muda Bulat Hijau Lonjong Hitam Bengkulu I Jantan Jantan dan betina Hijau kekuningan Hijau muda Bulat Hijau Lonjong Hitam Bengkulu II Jantan Jantan dan betina Hijau kekuningan Hijau muda Bulat Hijau Lonjong Hitam Bengkulu III Jantan Jantan dan hermaprodit Hijau kekuningan Hijau muda Bulat Hijau Lonjong Hitam Bengkulu IV Jantan Jantan dan betina Hijau kekuningan Hijau muda Bulat Hijau Lonjong Hitam Banten I Hermaprodit Jantan dan hermaprodit Hijau kekuningan Hijau muda Bulat Hijau Lonjong Hitam Banten II Jantan Jantan dan hermaprodit Hijau kekuningan Hijau muda Bulat Hijau Lonjong Hitam Bogor I Jantan Jantan dan betina Hijau kekuningan Hijau muda Lonjong Hijau Lonjong Hitam Bogor II Jantan Jantan dan betina Hijau kekuningan Hijau muda Lonjong Hijau Lonjong Hitam Bogor III Jantan Jantan dan betina Hijau kekuningan Hijau muda Lonjong Hijau Lonjong Hitam Sukabumi I Jantan Jantan dan betina Hijau kekuningan Hijau muda Lonjong Hijau Lonjong Hitam Sukabumi II Jantan Jantan dan betina Hijau kekuningan Hijau muda Lonjong Hijau Lonjong Hitam Sukabumi III Jantan Jantan dan betina Hijau kekuningan Hijau muda Lonjong Hijau Lonjong Hitam Sukabumi IV Jantan Jantan dan betina Hijau kekuningan Hijau muda Lonjong Hijau Lonjong Hitam Warna 27

Karakter Kuantitatif 15 Aksesi Jarak Pagar Pengamatan terhadap 15 aksesi jarak pagar dilakukan pada fase vegetatif dan fase generatif. Rekapitulasi pengaruh beberapa aksesi jarak pagar terhadap karakter morfologi dan agronomi serta koefisien keragaman jarak pagar pada fase vegetatif dan fase generatif ditampilkan pada Tabel 5 sedangkan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 1 2. Tabel 5. Rekapitulasi pengaruh 15 aksesi jarak pagar terhadap karakter morfologi dan agronomi yang diamati Karakter morfologi dan agronomi Aksesi KK (%) Fase vegetatif Pembibitan (0 MSP) Tinggi cabang ** 25.45(a) Jumlah cabang * 20.31(a) Jumlah buku tn 28.18 Diameter batang ** 16.96 Jumlah daun * 34.07 Panjang daun ** 13.79 Lebar daun * 17.69 2 MSP Tinggi cabang ** 28.65(a) Jumlah cabang * 32.80 Diameter cabang * 23.43 Jumlah daun * 25.74 Panjang daun tn 16.96 Lebar daun * 20.12 Panjang tangkai daun tn 25.52 6 MSP Tinggi cabang tn 25.09 Jumlah cabang ** 28.12 Diameter cabang * 11.28 Jumlah daun tn 24.74(a) Panjang daun Lebar daun Panjang tangkai daun tn tn * 12.48 14.26 13.42 28

29 Tabel 5. Lanjutan Karakter morfologi dan agronomi Aksesi KK (%) Fase vegetatif 10 MSP Tinggi cabang tn 29.38 Jumlah cabang ** 14.10(a) Diameter cabang tn 19.58(a) Jumlah daun tn 23.66(a) Panjang daun tn 11.86 Lebar daun tn 13.62 Panjang tangkai daun * 13.80 Fase generatif Jumlah cabang produktif * 19.57(a) Persentase cabang produktif ** 24.35 Waktu mekar bunga pertama ** 21.59 Jumlah buah per malai * 28.26(a) Jumlah buah per tanaman * 33.78(b) Keserempakan masak buah * 28.92(a) Jumlah biji per tanaman * 35.02(c) Bobot biji kering * 32.98(c) Keterangan : *: berpengaruh nyata pada taraf 5 %, **: berpengaruh sangat nyata pada taraf 1 % tn: tidak berpengaruh nyata KK: Koefisien Keragaman a: transformasi 0.5 b: transformasi 7 c: transformasi 20 MSP: Minggu Setelah Pindah Bahan tanam yang digunakan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antar aksesi jarak pagar untuk peubah diameter batang setek (Tabel 5). Diameter batang setek jarak pagar yang diamati berkisar 1.24 2.14 cm. Rata-rata diameter batang setek jarak pagar yang digunakan pada penelitian ini adalah 1.56 cm. Diameter batang setek paling besar ditunjukkan oleh aksesi Bengkulu IV sedangkan aksesi Medan I dan Bogor I memiliki diameter batang setek yang paling kecil. Aksesi jarak pagar yang berasal dari Bengkulu memiliki rata-rata diameter batang setek jarak pagar terbesar dibandingkan keempat daerah lainnya, yaitu 1.87 cm sedangkan aksesi jarak pagar dari Medan menunjukkan rata-rata diameter batang setek yang paling kecil yaitu 1.28 cm. Aksesi jarak pagar yang berasal dari Sukabumi, Banten, dan Bogor memiliki rata-rata diameter batang setek 1.58 cm, 1.51 cm, dan 1.36 cm. Aksesi Bengkulu IV merupakan aksesi jarak pagar yang memiliki diameter batang setek paling besar yaitu 2.14 cm, apabila dibandingkan dengan ketiga aksesi lainnya yang berasal dari Bengkulu. Aksesi Sukabumi II,

30 Banten II, Bogor II, dan Medan II merupakan aksesi yang memiliki diameter batang setek terbesar dibandingkan aksesi lainnya yang berasal dari daerah yang sama. Diameter batang setek jarak pagar untuk keempat aksesi tersebut adalah 1.74 cm, 1.64 cm, 1.44 cm, dan 1.32 cm. Kisaran rata-rata diameter batang setek untuk aksesi jarak pagar dari Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan Sukabumi adalah 1.24 1.32 cm, 1.56 2.14 cm, 1.38 1.64 cm, 1.24 1.44 cm, dan 1.41 1.71 cm. Diameter batang setek dan jumlah setek 15 aksesi jarak pagar di pembibitan (0 MSP) ditunjukkan oleh Tabel 6. Tabel 6. Diameter batang setek dan jumlah buku setek 15 aksesi jarak pagar di pembibitan (0 MSP) Aksesi Diameter batang setek (cm) Jumlah buku setek Medan I 1.24 d 10.8 Medan II 1.32 cd 15.8 Bengkulu I 2.10 ab 12.4 Bengkulu II 1.68 cd 13.6 Bengkulu III 1.56 cd 13.8 Bengkulu IV 2.14 a 10.8 Banten I 1.38 cd 15.4 Banten II 1.64 cd 14.8 Bogor I 1.24 d 13.4 Bogor II 1.44 cd 16.4 Bogor III 1.40 cd 12.6 Sukabumi I 1.48 cd 9.0 Sukabumi II 1.74 bc 12.4 Sukabumi III 1.41 cd 15.6 Sukabumi IV 1.70 c 13.0 Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berpengaruh nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 % Tabel 5, menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan jumlah buku setek antar aksesi jarak pagar yang digunakan. Jumlah buku setek jarak pagar yang diamati berkisar 9.0 16.4 buku dengan rata-rata 13.3 buku (Tabel 6). Aksesi Bogor II memiliki jumlah buku setek paling banyak sedangkan aksesi Sukabumi I memiliki jumlah buku setek yang paling sedikit. Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa aksesi jarak pagar dari Banten menunjukkan rata-rata jumlah buku setek terbanyak yaitu 15.1 buku sedangkan

31 aksesi yang memiliki rata-rata jumlah buku setek paling sedikit adalah aksesi jarak pagar yang berasal dari Medan yaitu 10.8 buku. Rata-rata jumlah buku setek untuk aksesi jarak pagar dari Bogor, Bengkulu, dan Sukabumi adalah 14.1 buku, 12.7 buku, dan 12.5 buku. Aksesi Banten I memiliki jumlah buku setek lebih banyak dibandingkan aksesi Banten II, yaitu 15.4 buku. Jumlah buku setek terbanyak untuk jarak pagar yang berasal dari Bogor, Bengkulu, Sukabumi, dan Medan ditunjukkan oleh aksesi Bogor II, Bengkulu III, Sukabumi III, dan Medan II dengan jumlah buku setek masing-masing yaitu 16.4 buku, 13.8 buku, 15.6 buku, dan 15.8 buku. Kisaran rata-rata jumlah buku setek untuk aksesi yang berasal dari Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan Sukabumi adalah 10.8 15.8 buku, 10.8 13.8 buku, 14.8 15.4 buku, 12.6 16.4 buku, dan 9.0 15.6 buku. Perbedaan peubah tinggi cabang antar aksesi jarak pagar terlihat pada 0 MSP dan 2 MSP (Tabel 5). Tinggi cabang jarak pagar pada 0 MSP sangat bervariasi yaitu berkisar antara 0.70 cm 21.72 cm dengan rata-rata 9.73 cm (Tabel 7). Aksesi Medan II menunjukkan cabang jarak pagar yang paling tinggi sedangkan cabang yang paling rendah ditunjukkan oleh aksesi Bogor III saat tanaman jarak pagar berada di pembibitan. Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa saat tanaman jarak pagar berumur 0 MSP, rata-rata cabang tertinggi ditunjukkan oleh aksesi jarak pagar yang berasal dari Banten dengan nilai 15.18 cm sedangkan aksesi jarak pagar yang berasal dari Bogor menunjukkan rata-rata tinggi cabang yang terendah yaitu 4.18 cm. Aksesi jarak pagar dari Medan, Bengkulu, dan Sukabumi memiliki ratarata tinggi cabang masing-masing 14.89 cm, 11.96 cm, dan 6.37 cm. Cabang jarak pagar tertinggi untuk masing-masing daerah yang diamati ditunjukkan oleh aksesi Medan II, Banten II, Bengkulu II, Sukabumi IV, dan Bogor I dengan tinggi cabang secara berurutan adalah 21.72 cm, 16.76 cm, 16.14 cm, 10.16 cm, dan 7.10 cm. Tinggi cabang jarak pagar yang berasal dari Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan Sukabumi secara berurutan berkisar antara 8.06 21.72 cm, 8.22 16.14 cm, 13.60 16.76 cm, 0.70 7.10 cm, dan 2.32 10.16 cm. Tabel 7 menunjukkan tinggi cabang 15 aksesi jarak pagar pada 0 10 MSP.

32 Tabel 7. Tinggi cabang 15 aksesi jarak pagar pada 0 10 MSP Aksesi Tinggi cabang (cm) 0 MSP 2 MSP 6 MSP 10 MSP Medan I 8.06 cde 8.34 bc 22.30 44.98 Medan II 21.72 a 20.30 a 27.12 41.52 Bengkulu I 9.48 bcde 9.26 bc 25.62 44.38 Bengkulu II 16.14 ab 15.70 ab 29.88 50.14 Bengkulu III 14.00 abc 14.14 ab 20.74 29.82 Bengkulu IV 8.22 cde 8.92 bc 18.00 33.88 Banten I 13.60 abcd 14.26 ab 24.50 45.60 Banten II 16.76 ab 19.80 a 27.10 42.08 Bogor I 7.10 de 9.04 bc 23.46 43.30 Bogor II 4.74 ef 6.44 bc 23.84 45.38 Bogor III 0.70 g 3.32 c 22.14 45.96 Sukabumi I 2.32 fg 7.40 c 20.06 37.52 Sukabumi II 5.10 efg 7.96 c 20.73 38.28 Sukabumi III 7.88 de 11.10 bc 26.10 45.38 Sukabumi IV 10.16 bcd 10.02 bc 23.86 47.64 Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berpengaruh nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 % Perbedaan antar aksesi jarak pagar terlihat pada peubah jumlah cabang untuk setiap minggu pengamatan (Tabel 5). Jumlah cabang tanaman jarak pagar yang berumur 10 MSP antara 2.0 5.8 cabang dengan rata-rata 3.5 cabang. Aksesi Medan II memiliki jumlah cabang terbanyak pada 10 MSP sedangkan aksesi Bengkulu I dan Bengkulu II memiliki jumlah cabang yang paling sedikit. Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah cabang jarak pagar terbanyak pada 10 MSP ditunjukkan oleh aksesi jarak pagar yang berasal dari Banten dengan jumlah 5.2 cabang sedangkan aksesi jarak pagar dari Sukabumi menunjukkan rata-rata jumlah cabang yang paling sedikit yaitu 2.9 cabang. Aksesi jarak pagar dari Medan, Bogor, dan Bengkulu masing-masing memiliki rata-rata jumlah cabang sebesar 4.5 cabang, 3.1 cabang, dan 3.0 cabang. Jumlah cabang jarak pagar terbanyak untuk daerah yang diamati ditunjukkan oleh aksesi Medan II, Bengkulu III, Bogor I, dan Sukabumi IV dengan jumlah masing-masing 5.8 cabang, 5.0 cabang, 3.6 cabang, dan 3.4 cabang. Aksesi Banten I dan Banten II memiliki jumlah cabang yang sama yaitu 5.2 cabang. Rata-rata jumlah

33 cabang jarak pagar yang berasal dari Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan Sukabumi secara berurutan memiliki kisaran antara 3.3 5.8 cabang, 2.0 5.0 cabang, 5.2 cabang, 2.6 3.6 cabang, dan 2.5 3.4 cabang. Jumlah cabang 15 aksesi jarak pagar pada 0 10 MSP dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah cabang 15 aksesi jarak pagar pada 0 10 MSP Aksesi Jumlah cabang 0 MSP 2 MSP 6 MSP 10 MSP Medan I 3.4 bcd 3.2 bcd 4.4 bcd 3.3 bc Medan II 4.4 abcd 2.8 bcd 6.4 a 5.8 a Bengkulu I 3.0 cd 2.4 d 2.2 g 2.0 d Bengkulu II 4.2 abcd 2.8 bcd 3.4 efg 3.0 cd Bengkulu III 5.2 abc 5.2 a 5.2 abcd 5.0 ab Bengkulu IV 3.4 bcd 2.6 cd 2.4 g 2.0 d Banten I 6.8 a 4.0 abcd 5.6 abc 5.2 ab Banten II 6.4 a 5.0 a 6.0 ab 5.2 ab Bogor I 6.4 ab 4.4 ab 5.6 abc 3.6 bc Bogor II 4.4 abcd 2.8 bcd 3.8 defg 3.2 cd Bogor III 3.8 abcd 3.6 abcd 3.8 defg 2.6 cd Sukabumi I 2.4 d 2.6 cd 2.5 fg 2.5 cd Sukabumi II 4.2 abcd 4.3 abc 4.5 bcde 3.0 cd Sukabumi III 3.4 bcd 2.4 d 3.4 efg 3.0 cd Sukabumi IV 4.6 abcd 4.0 abcd 4.2 cdef 3.4 cd Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berpengaruh nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 % Perbedaan antar aksesi jarak pagar untuk peubah diameter cabang terlihat pada 2 MSP dan 6 MSP (Tabel 5). Tanaman jarak pagar pada 2 MSP memilki diameter cabang antara 0.45 0.90 cm dengan rata-rata 0.62 cm. Diameter cabang terbesar pada 0 MSP ditunjukkan oleh aksesi Bengkulu I sedangkan diameter cabang terkecil ditunjukkan oleh aksesi Sukabumi I. Rata-rata diameter cabang jarak pagar terbesar pada 0 MSP ditunjukkan oleh aksesi jarak pagar yang berasal dari Bengkulu yaitu 0.71 cm sedangkan rata-rata diameter cabang terkecil ditunjukkan oleh aksesi jarak pagar yang berasal dari Sukabumi yaitu 0.55 cm. Aksesi jarak pagar dari Medan, Banten, dan Bogor memiliki rata-rata diameter cabang masing-masing yaitu 0.62 cm, 0.61 cm, dan 0.61 cm. Aksesi Bengkulu I, Bogor I, Sukabumi IV, Medan I, dan Banten II

34 merupakan aksesi jarak pagar yang memiliki diameter cabang terbesar untuk masing-masing daerah yang diamati. Aksesi Bengkulu I memiliki diameter cabang 0.90 cm dan aksesi Bogor I, Sukabumi IV, dan Medan I menunjukkan diameter cabang yang sama, yaitu 0.68 cm sedangkan aksesi Banten II memiliki diameter cabang sebesar 0.66 cm. Kisaran diameter cabang untuk aksesi jarak pagar yang berasal dari Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan Sukabumi adalah 0.55 0.68 cm, 0.58 0.90 cm, 0.56 0.66 cm, 0.49 0.68 cm, dan 0.45 0.68 cm. Diameter cabang 15 aksesi jarak pagar pada 2 10 MSP ditampilkan dalam Tabel 9. Tabel 9. Diameter cabang 15 aksesi jarak pagar pada 2 10 MSP Aksesi Diameter cabang (cm) 2 MSP 6 MSP 10 MSP Medan I 0.68 b 0.94 abcd 1.39 Medan II 0.55 bc 0.74 d 1.19 Bengkulu I 0.90 a 1.07 ab 1.51 Bengkulu II 0.70 b 1.12 a 1.53 Bengkulu III 0.64 bc 0.92 abcd 1.26 Bengkulu IV 0.58 bc 0.87 bcd 1.37 Banten I 0.56 bc 0.91 bcd 1.49 Banten II 0.66 bc 0.85 cd 3.38 Bogor I 0.68 b 1.02 abcd 1.42 Bogor II 0.67 bc 0.95 abc 1.61 Bogor III 0.49 bc 0.94 abcd 1.50 Sukabumi I 0.45 c 0.89 bcd 1.38 Sukabumi II 0.50 bc 0.86 cd 1.24 Sukabumi III 0.58 bc 0.93 abcd 1.48 Sukabumi IV 0.68 b 0.97 abc 1.36 Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berpengaruh nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 % Peubah jumlah daun berbeda antar aksesi jarak pagar pada 0 MSP dan 2 MSP (Tabel 5). Jumlah daun untuk seluruh aksesi jarak pagar mengalami peningkatan setiap minggunya. Jumlah daun jarak pagar pada 0 MSP berkisar antara 3.2 10.2 helai dengan rata-rata 7.8 helai. Aksesi jarak pagar yang memiliki jumlah daun terbanyak pada 0 MSP adalah Bengkulu I sedangkan aksesi Sukabumi I menunjukkan jumlah daun paling sedikit. Jumlah daun 15 aksesi jarak pagar pada 0 10 MSP ditunjukkan oleh Tabel 10.

35 Tabel 10. Jumlah daun 15 aksesi jarak pagar pada 0 MSP 10 MSP Aksesi Jumlah daun 0 MSP 2 MSP 6 MSP 10 MSP Medan I 8.0 ab 8.6 bc 26.0 50.0 Medan II 9.0 a 8.2 bc 24.6 46.0 Bengkulu I 10.2 a 13.0 a 27.0 44.0 Bengkulu II 10.0 a 11.0 ab 26.4 45.2 Bengkulu III 9.4 a 9.4 abc 20.8 40.6 Bengkulu IV 7.6 ab 8.8 bc 20.8 41.6 Banten I 8.8 ab 10.2 ab 33.2 66.2 Banten II 8.8 ab 11.0 ab 27.8 66.4 Bogor I 6.8 abc 10.6 ab 31.0 47.8 Bogor II 6.8 abc 11.0 ab 32.4 55.0 Bogor III 5.0 bc 10.8 ab 27.8 49.4 Sukabumi I 3.2 c 6.0 c 23.8 51.2 Sukabumi II 6.2 abc 8.5 bc 17.3 34.6 Sukabumi III 8.0 ab 11.5 ab 28.3 43.0 Sukabumi IV 9.4 a 10.8 ab 26.0 43.4 Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berpengaruh nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 %. Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah daun terbanyak pada 0 MSP ditunjukkan oleh aksesi jarak pagar yang berasal dari Bengkulu dengan jumlah daun 9.3 helai sedangkan aksesi jarak pagar dari Bogor memiliki rata-rata jumlah daun paling sedikit yaitu 6.2 helai. Aksesi jarak pagar dari Banten, Medan, dan Sukabumi memiliki rata-rata jumlah daun secara berurutan adalah 8.8 helai, 8.5 helai, dan 6.7 helai. Aksesi jarak pagar yang memiliki jumlah daun paling banyak untuk tiap daerah yang diamati adalah Bengkulu II, Sukabumi IV, dan Medan II dengan jumlah daun jarak pagar masing-masing 10.2 helai, 9.4 helai, dan 9.0 helai. Aksesi Banten I dan Banten II memiliki jumlah daun jarak pagar yang sama pada 0 MSP yaitu 8.8 helai. Demikian juga dengan aksesi Bogor I dan Bogor II menunjukkan jumlah daun jarak pagar yang sama saat di pembibitan yaitu 6.8 helai. Kisaran jumlah daun jarak pagar untuk aksesi yang berasal dari Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan Sukabumi adalah 8.0 9.0 helai, 7.6 10.2 helai, 8.8 helai, 5.0 6.8 helai, dan 3.2 9.4 helai. Perbedaan antar aksesi jarak pagar untuk peubah panjang daun terlihat pada 0 MSP (Tabel 5). Peubah panjang daun pada 2 MSP, 6 MSP, dan 10 MSP tidak

36 berbeda antar aksesi jarak pagar yang diamati. Panjang daun jarak pagar pada 0 MSP berkisar antara 7.46 12.70 cm dengan rata-rata 9.56 cm (Tabel 11). Aksesi Bengkulu II memiliki daun terpanjang pada 0 MSP sedangkan daun terpendek ditunjukkan oleh aksesi Bogor III. Tabel 11 menunjukkan bahwa pada 0 MSP, aksesi dari Banten memiliki rata-rata panjang daun terbesar yaitu 10.06 cm, sedangkan rata-rata panjang daun terkecil ditunjukkan oleh aksesi yang berasal dari Bogor yaitu 8.39 cm. Aksesi jarak pagar dari Sukabumi, Bengkulu, dan Medan memiliki rata-rata panjang daun 9.60 cm, 9.92 cm, dan 10.02 cm. Panjang daun paling besar untuk jarak pagar yang berasal dari Bengkulu, Banten, Medan, Sukabumi dan Bogor ditunjukkan oleh aksesi Bengkulu II, Banten II, Medan II, Sukabumi III, dan Bogor II dengan panjang daun masing-masing 12.70 cm, 10.34 cm, 10.34 cm, 10.23 cm, dan 8.92 cm. Aksesi jarak pagar dari Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan Sukabumi masing-masing memiliki rata-rata panjang daun yang berkisar antara 9.70 10.34 cm, 8.22 12.70 cm, 9.78 10.34 cm, 7.46 8.92 cm, dan 8.40 10.23 cm. Panjang daun 15 aksesi jarak pagar pada 0 10 MSP dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Panjang daun 15 aksesi jarak pagar pada 0 10 MSP Aksesi Panjang daun (cm) 0 MSP 2 MSP 6 MSP 10 MSP Medan I 9.70 bc 9.22 11.30 14.52 Medan II 10.34 bc 9.18 9.96 12.12 Bengkulu I 10.44 b 9.90 10.26 13.54 Bengkulu II 12.70 a 12.06 12.26 14.04 Bengkulu III 8.30 cde 9.48 9.78 12.56 Bengkulu IV 8.22 de 8.80 11.16 12.44 Banten I 9.78 bcd 9.44 10.88 12.80 Banten II 10.34 bc 9.92 10.22 12.66 Bogor I 8.78 bcde 9.02 11.12 13.66 Bogor II 8.92 bcde 8.46 11.34 13.44 Bogor III 7.46 e 8.90 11.48 15.30 Sukabumi I 8.40 bcde 7.40 9.48 12.78 Sukabumi II 9.98 bcd 8.83 10.53 12.68 Sukabumi III 10.23 bcd 9.85 9.68 14.83 Sukabumi IV 9.78 bcd 9.56 10.74 14.60 Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berpengaruh nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 %

37 Perbedaan antar aksesi jarak pagar untuk peubah lebar daun terlihat pada 0 MSP dan 2 MSP (Tabel 5). Daun jarak pagar yang diamati pada 0 MSP memiliki lebar daun antara 6.70 12.42 cm dengan rata-rata 9.92 cm (Tabel 12). Lebar daun jarak pagar yang paling kecil ditunjukkan oleh aksesi Bogor III pada saat tanaman jarak pagar berumur 0 MSP sedangkan daun terlebar ditunjukkan oleh aksesi Bengkulu II. Lebar daun 15 aksesi jarak pagar pada 0 10 MSP ditunjukkan oleh Tabel 12. Tabel 12. Lebar daun 15 aksesi jarak pagar pada 0 10 MSP Aksesi Lebar daun (cm) 0 MSP 2 MSP 6 MSP 10 MSP Medan I 10.08 ab 9.86 bcd 14.28 17.62 Medan II 11.16 ab 10.14 abcde 11.44 15.42 Bengkulu I 10.88 ab 13.14 a 12.26 15.42 Bengkulu II 12.42 a 12.46 ab 12.70 16.84 Bengkulu III 9.86 abc 11.40 abcd 11.80 17.40 Bengkulu IV 8.76 bcd 9.28 bcde 11.38 15.76 Banten I 10.68 abc 11.06 abcde 13.68 16.44 Banten II 11.08 ab 10.74 abcde 10.60 14.32 Bogor I 9.14 bcd 9.58 bcde 13.52 16.32 Bogor II 9.54 bc 9.38 bcde 13.06 16.72 Bogor III 6.70 d 9.04 cde 13.60 18.48 Sukabumi I 8.07 cd 8.32 de 12.20 15.86 Sukabumi II 9.35 bc 8.00 e 12.50 14.92 Sukabumi III 9.85 abc 10.05 abcde 11.43 17.18 Sukabumi IV 11.18 ab 12.14 abc 12.70 17.68 Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berpengaruh nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 % Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa rata-rata lebar daun jarak pagar pada 0 MSP yang paling besar adalah aksesi dari Banten, yaitu 10.88 cm dan bernilai antara 10.68 11.68 cm, sedangkan aksesi jarak pagar dari Bogor memiliki rata-rata lebar daun terkecil dibandingkan keempat daerah lainnya. Ratarata lebar daun aksesi jarak pagar yang berasal dari Bogor adalah 8.46 cm dengan kisaran antara 6.70 9.54 cm. Aksesi jarak pagar yang berasal dari Medan, Bengkulu, dan Sukabumi memiliki rata-rata lebar daun 10.62 cm, 10.48 cm, dan 9.61 cm dengan kisaran masing-masing 10.08 11.16 cm, 8.76 12.42 cm, dan 8.07 11.18 cm. Aksesi Bengkulu II, Banten II, Sukabumi IV, Medan II, dan

38 Bogor II memiliki lebar daun paling besar dibandingkan aksesi lainnya untuk daerah yang sama, lebar daun untuk masing-masing aksesi adalah 12.42 cm, 11.68 cm, 11.18 cm, 11.16 cm, dan 9.54 cm. Peubah panjang tangkai daun berbeda antar aksesi jarak pagar pada 6 MSP dan 10 MSP (Tabel 5). Tangkai daun jarak pagar yang diamati pada 10 MSP memiliki panjang antara 14.20 20.02 cm dengan rata-rata 17.49 cm. Aksesi Sukabumi IV memiliki tangkai daun terpanjang pada 10 MSP sedangkan aksesi Bengkulu IV menunjukkan tangkai daun terpendek. Tabel 13 menunjukkan panjang tangkai daun 15 aksesi jarak pagar pada 2 10 MSP. Tabel 13. Panjang tangkai daun 15 aksesi jarak pagar pada 2 10 MSP Aksesi Panjang tangkai daun (cm) 2 MSP 6 MSP 10 MSP Medan I 13.74 15.36 a 19.56 ab Medan II 10.46 12.96 abcd 16.40 abcd Bengkulu I 11.12 13.36 abcd 15.28 cd Bengkulu II 15.74 15.22 a 16.58 abcd Bengkulu III 12.86 13.02 abcd 16.06 bcd Bengkulu IV 13.00 10.72 d 14.20 d Banten I 11.24 13.08 abcd 18.98 ab Banten II 13.04 14.76 ab 17.96 abc Bogor I 13.32 15.12 ab 18.86 abc Bogor II 13.36 15.52 a 17.96 abc Bogor III 11.98 14.88 ab 18.92 abc Sukabumi I 11.00 14.70 abc 16.22 bcd Sukabumi II 11.15 12.33 bcd 17.98 abc Sukabumi III 14.08 11.95 cd 17.37 abcd Sukabumi IV 16.20 13.22 abcd 20.02 a Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berpengaruh nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 % Tabel 13 menunjukkan saat tanaman jarak pagar berumur 10 MSP, rata-rata tangkai daun jarak pagar yang terpanjang adalah aksesi dari Bogor yaitu 18.58 cm sedangkan rata-rata tangkai daun terpendek ditunjukkan oleh aksesi dari Bengkulu dengan rata-rata panjang tangkai daun 15.53 cm. Aksesi dari Banten, Medan, dan Sukabumi memiliki rata-rata panjang tangkai daun yaitu 18.47 cm, 17.98 cm, dan 17.90 cm. Aksesi Bogor III. Banten I, Medan I, Sukabumi IV, dan Bengkulu II memiliki tangkai daun terpanjang untuk tiap daerah, panjang tangkai daun

39 masing-masing 18.92 cm, 18.98 cm, 19.56 cm, 20.02 cm, dan 16.58 cm. Panjang tangkai daun jarak pagar pada 10 MSP untuk aksesi dari Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan Sukabumi masing-masing bernilai antara 16.40 19.56 cm, 14.20 16.58 cm, 17.96 18.98 cm, 17.96 18.92 cm, dan 16.22 20.02 cm. Perlakuan aksesi jarak pagar menunjukkan pengaruh yang nyata pada taraf 5 % terhadap peubah fase generatif yaitu jumlah buah per tanaman, jumlah buah per malai, keserempakan masak buah, jumlah cabang produktif, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji kering. Pengaruh perlakuan aksesi jarak pagar yang nyata pada taraf 1 % ditunjukkan oleh peubah persentase cabang produktif dan waktu mekar bunga pertama sedangkan perlakuan aksesi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap peubah jumlah sepal dan jumlah petal (Tabel 5). Seluruh aksesi jarak pagar yang diamati memiliki sepal dan petal berjumlah 5 helai. Jumlah cabang produktif jarak pagar berkisar antara 1.0 4.6 cabang per tanaman dengan rata-rata 2.6 cabang (Tabel 14). Jumlah cabang produktif terbanyak ditunjukkan oleh aksesi Banten I sedangkan aksesi Bengkulu II memiliki cabang produktif yang paling sedikit. Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa aksesi jarak pagar yang memiliki rata-rata jumlah cabang produktif terbanyak adalah aksesi jarak pagar dari Banten yaitu 3.6 cabang sedangkan aksesi dari Bengkulu memiliki rata-rata jumlah cabang produktif paling sedikit yaitu 2.2 cabang. Aksesi jarak pagar dari Bogor dan Sukabumi memiliki rata-rata cabang produktif yang sama yaitu 2.6 cabang sedangkan aksesi dari Medan memiliki rata-rata jumlah cabang produktif 2.4 cabang. Jumlah cabang produktif terbanyak untuk tiap daerah yang diamati ditunjukkan oleh aksesi Banten I, Bogor II, Sukabumi IV, Bengkulu I, dan Medan I dengan jumlah cabang produktif masing-masing 4.6 cabang, 3.0 cabang, 3.2 cabang, 3.0 cabang, dan 3.0 cabang. Kisaran rata-rata jumlah cabang produktif untuk aksesi jarak pagar dari Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan Sukabumi secara berurutan adalah 1.8 3.0 cabang, 1.0 3.0 cabang, 2.6 4.6 cabang, 2.4 3.0 cabang, dan 1.8 3.2 cabang. Persentase cabang produktif jarak pagar merupakan perbandingan antara jumlah cabang produktif dengan jumlah seluruh cabang dalam satu tanaman. Rata-rata persentase cabang produktif jarak pagar adalah 85.1 % dan berkisar

40 antara 46.5 % 100 % (Tabel 14). Aksesi Medan II memiliki persentase cabang produktif yang paling rendah sedangkan aksesi Medan I, Bengkulu I, Banten I, Bogor II, Sukabumi I, Sukabumi II, Sukabumi III, dan Sukabumi IV seluruh cabangnya menghasilkan buah. Rata-rata persentase cabang produktif jarak pagar yang paling tinggi ditunjukkan oleh aksesi jarak pagar yang berasal dari Sukabumi dengan nilai 100 % sedangkan aksesi jarak pagar yang memiliki rata-rata persentase cabang produktif paling rendah adalah aksesi jarak pagar yang berasal dari Medan yaitu 73.3 %. Aksesi jarak pagar dari Bogor memiliki rata-rata persentase cabang produktif sebesar 89.9 % sedangkan rata-rata persentase cabang produktif untuk aksesi jarak pagar yang berasal dari Bengkulu dan Banten menunjukkan jumlah yang sama yaitu 76.7 %. Seluruh aksesi jarak pagar yang berasal dari Sukabumi menunjukkan persentase jumlah cabang produktif sebesar 100 % dan aksesi Bogor II, Bengkulu I, Banten I, dan Medan I juga menunjukkan persentase yang sama. Kisaran persentase cabang produktif untuk aksesi jarak pagar yang berasal dari Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan Sukabumi adalah 46.5 100 %, 55.4 100 %, 53.4 100 %, 74.0 100 %, dan 100 %. Waktu mekar bunga pertama berkisar 71.6 142.8 hari dengan rata-rata 106.6 hari (Tabel 14). Waktu mekar paling cepat ditunjukkan oleh aksesi Bengkulu I sedangkan waktu mekar paling lama ditunjukkan oleh aksesi Banten II. Mayoritas aksesi mulai berbunga setelah berumur 90 110 hari setelah tanaman dipindahkan ke lapangan. Aksesi jarak pagar yang berasal dari Sukabumi memiliki rata-rata waktu mekar bunga pertama paling cepat yaitu 91.9 hari sedangkan aksesi yang menunjukkan rata-rata waktu mekar bunga pertama paling lama adalah aksesi jarak pagar dari Banten. Aksesi jarak pagar dari Banten rata-rata memerlukan 127.5 hari sampai bunga pertama mekar. Rata-rata waktu mekar bunga pertama untuk aksesi jarak pagar dari Bogor, Bengkulu, dan Medan masing-masing adalah 98.1 hari, 110.7 hari, dan 119.8 hari. Aksesi Sukabumi III, Bogor I, Bengkulu I, Medan I, dan Banten I merupakan aksesi jarak pagar yang memiliki waktu mekar bunga pertama paling cepat diantara aksesi yang lain dari daerah yang sama dengan waktu mekar bunga pertama secara berurutan 76.3 hari, 96.8 hari, 71.6 hari, 107.0 hari, dan 112.2 hari. Rata-rata

41 waktu mekar bunga pertama untuk aksesi jarak pagar yang berasal dari Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan Sukabumi masing-masing berkisar antara 107.0 132.6 hari, 71.6 131.8 hari, 112.2 142.8 hari, 96.8 98.8 hari, dan 76.3 98.8 hari. Peubah jumlah cabang produktif, persentase cabang produktif, waktu mekar bunga pertama, dan keserempakan masak buah pada 15 aksesi jarak pagar yang diamati ditunjukkan oleh Tabel 14. Tabel 14. Peubah produksi 15 aksesi jarak pagar Aksesi Jumlah cabang produktif Persentase cabang produktif (%) Waktu mekar bunga pertama (hari) Keserempakan masak buah (hari) Medan I 3.0 ab 100 a 107.0 bcde 6.7 ab Medan II 1.8 bc 46.5 b 132.6 ab 2.0 d Bengkulu I 3.0 ab 100 a 71.6 f 8.3 a Bengkulu II 1.0 c 58 b 131.8 abc 2.3 cd Bengkulu III 2.8 b 55.4 b 131.0 abc 6.1 ab Bengkulu IV 2.0 bc 93.4 a 108.6 bcde 6.9 ab Banten I 4.6 a 100 a 112.2 abcd 7.2 ab Banten II 2.6 b 53.4 b 142.8 a 4.5 bcd Bogor I 2.4 b 74.8 a 96.8 def 5.9 abcd Bogor II 3.0 ab 100 a 98.8 cdef 5.6 ab Bogor III 2.4 b 95 a 98.8 cdef 8.7 a Sukabumi I 1.8 bc 100 a 96.8 def 6.8 abc Sukabumi II 3.0 ab 100 a 95.8 def 5.6 ab Sukabumi III 2.4 b 100 a 76.3 ef 7.7 ab Sukabumi IV 3.2 ab 100 a 98.8 cdef 8.2 ab Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berpengaruh nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 % Keserempakan masak buah jarak pagar berkisar antara 2.0 8.7 hari dengan rata-rata 6.1 hari (Tabel 14). Berdasarkan hasil pengamatan terhadap peubah keserempakan masak buah jarak pagar, aksesi Medan II menunjukkan keserempakan masak buah yang paling cepat sedangkan aksesi Bogor III menunjukkan keserempakan masak buah jarak pagar yang paling lama. Rata-rata keserempakan masak buah jarak pagar yang paling cepat ditunjukkan oleh aksesi jarak pagar yang berasal dari Medan. Aksesi ini rata-rata memerlukan waktu 4.4 hari sehingga seluruh buah jarak pagar dalam satu tandan masak. Aksesi jarak

42 pagar dari Sukabumi memiliki rata-rata keserempakan masak paling lama yaitu 7.0 hari sedangkan aksesi dari Banten, Bengkulu, dan Bogor masing-masing memiliki rata-rata keserempakan masak sekitar 5.9 hari, 5.9 hari, dan 6.7 hari. Aksesi Medan II, Banten II, Bengkulu II, Bogor II, dan Sukabumi II merupakan aksesi yang memiliki keserempakan masak buah jarak pagar paling cepat daripada aksesi lainnya yang berasal dari daerah yang sama. Aksesi ini masing-masing memerlukan waktu keserempakan masak sekitar 2.0 hari, 4.5 hari, 2.3 hari, 5.6 hari, dan 5.6 hari. Rata-rata keserempakan masak buah jarak pagar untuk aksesi yang berasal dari Medan, Banten, Bengkulu, Bogor, dan Sukabumi berkisar antara 2.0 6.7 hari, 4.5 7.2 hari, 2.3 8.3 hari, 5.6 8.7 hari, dan 5.6 7.9 hari. Jumlah buah yang dipanen merupakan jumlah buah jarak pagar yang dipanen per tanaman selama pengamatan yaitu, Februari April 2010. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap 15 aksesi jarak pagar, jumlah buah yang dipanen berkisar antara 10.6 102.4 buah dengan rata-rata 53.6 buah (Tabel 15). Aksesi Banten I menunjukkan kemampuan menghasilkan buah yang dipanen per tanaman tertinggi sedangkan jumlah buah yang dipanen paling sedikit ditunjukkan oleh aksesi Bengkulu II. Aksesi jarak pagar yang berasal dari Banten menunjukkan rata-rata jumlah buah yang dipanen per tanaman terbanyak yaitu 72.5 buah sedangkan aksesi jarak pagar dari Bengkulu menunjukkan rata-rata jumlah buah yang dipanen per tanaman paling sedikit yaitu 35.7 buah. Aksesi jarak pagar yang berasal dari Bogor, Banten, dan Sukabumi masing-masing memiliki rata-rata jumlah buah yang dipanen per tanaman 56.7 buah, 49.5 buah, dan 48.9 buah. Jumlah buah jarak pagar yang dipanen per tanaman terbanyak untuk masing-masing daerah ditunjukkan oleh aksesi Banten I, Bogor II, Medan I, Sukabumi II, dan Bengkulu I dengan jumlah buah secara berurutan 102.4 buah, 81.8 buah, 75.4 buah, 70.6 buah, dan 54.4 buah. Aksesi jarak pagar yang berasal dari Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan Sukabumi masing-masing memiliki kisaran rata-rata jumlah buah yang dipanen per tanaman yaitu 23.5 75.4 buah, 10.6 54.4 buah, 42.6 102.4 buah, 43.0 45.2 buah, dan 54.4 70.6 buah. Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa jumlah buah per malai 15 aksesi jarak pagar yang diamati berkisar antara 3.3 11.8 buah dengan rata-rata

43 7.2 buah. Aksesi Banten I menunjukkan jumlah buah per malai paling banyak sedangkan aksesi Medan II menunjukkan jumlah buah per malai paling sedikit. Rata-rata jumlah buah per malai terbanyak ditunjukkan oleh aksesi jarak pagar yang berasal dari Banten dengan rata-rata jumlah buah per malai 8.3 buah. Aksesi jarak pagar dari Medan memiliki rata-rata jumlah buah per malai yang paling sedikit yaitu 6.5 buah. Aksesi jarak pagar yang berasal dari Bogor, Bengkulu, dan Sukabumi masing-masing menunjukkan rata-rata jumlah buah per malai sebanyak 7.5 buah, 7.2 buah, dan 6.9 buah. Banten I, Bogor III, Bengkulu I, Sukabumi IV, dan Medan I merupakan aksesi jarak pagar yang menunjukkan jumlah buah per malai terbanyak dibandingkan aksesi lainnya dari daerah yang sama dengan jumlah buah per malai secara berurutan adalah 11.8 buah, 9.3 buah, 8.3 buah, 8.2 buah, dan 9.8 buah. Rata-rata jumlah buah jarak pagar per malai untuk aksesi jarak pagar dari Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan Sukabumi memiliki kisaran masing-masing antara 3.3 9.8 buah, 2.3 8.3 buah, 4.8 11.8 buah, 6.5 9.3 buah, dan 6.4 8.2 buah. Tabel 15 menunjukkan bahwa jumlah biji jarak pagar yang dipanen per tanaman berkisar antara 36.5 272.0 biji dengan rata-rata 134.3 biji. Aksesi Banten I merupakan aksesi jarak pagar yang menghasilkan biji paling banyak sedangkan aksesi yang paling sedikit menghasilkan biji adalah aksesi Bengkulu II. Aksesi jarak pagar yang berasal dari Banten memiliki rata-rata jumlah biji yang dipanen per tanaman yang terbanyak yaitu 192.7 biji sedangkan aksesi dari Bengkulu memiliki rata-rata jumlah biji yang dipanen per tanaman paling sedikit yaitu 81.9 biji. Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa aksesi jarak pagar yang berasal dari Sukabumi, Bogor, dan Medan menunjukkan rata-rata jumlah biji yang dipanen per tanaman masing-masing adalah 157.6 biji, 137.5 biji, dan 129.5 biji. Aksesi Banten I, Sukabumi II, Bogor II, Medan I, dan Bengkulu I merupakan aksesi jarak pagar yang memiliki jumlah biji yang dipanen per tanaman paling banyak daripada aksesi lain untuk daerah yang sama dan masing-masing aksesi tersebut memiliki jumlah biji yang dipanen sebanyak 272.0 biji, 193.6 biji, 184.4 biji, 198.0 biji, dan 132.8 biji. Kisaran rata-rata jumlah biji yang dipanen untuk aksesi jarak pagar yang berasal dari Medan, Bengkulu, Banten, Bogor,

44 dan Sukabumi sacara berurutan adalah 61.0 198.0 biji, 36.5 132.8 biji, 113.4 272.0 biji, 111.0 184.4 biji, dan 130.5 193.6 biji. Jumlah buah yang dipanen per tanaman, jumlah buah per malai, jumlah biji yang dipanen per tanaman, dan bobot biji kering 15 aksesi jarak pagar yang diamati dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Jumlah buah yang dipanen, jumlah buah per malai, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji kering 15 aksesi jarak pagar Aksesi Jumlah buah yang dipanen per tanaman Jumlah buah per malai Jumlah biji yang dipanen per tanaman Bobot biji kering (gram) Medan I 75.4 ab 9.8 ab 198.0 ab 136.13 ab Medan II 23.5 cd 3.3 d 61.0 dc 48.10 dc Bengkulu I 54.4 abc 9.2 ab 132.8 abcd 78.09 abcd Bengkulu II 10.6 d 3.5 cd 36.5 d 25.18 d Bengkulu III 44.0 bcd 8.2 ab 88.8 bcd 55.11 bcd Bengkulu IV 33.6 bcd 7.9 ab 69.4 bcd 44.79 bcd Banten I 102.4 a 11.8 a 272.0 a 179.82 a Banten II 42.6 bcd 4.8 bcd 113.4 bcd 81.92 bcd Bogor I 43.0 bcd 6.5 abcd 117.0 bcd 82.86 abcd Bogor II 81.8 ab 6.7 abc 184.4 ab 130.03 ab Bogor III 45.2 abcd 9.3 ab 111.0 abcd 76.03 abcd Sukabumi I 57.3 abcd 6.4 abcd 130.5 bcd 86.07 bcd Sukabumi II 70.6 ab 6.5 abc 193.6 ab 130.74 ab Sukabumi III 65.2 abc 6.6 abcd 163.6 abc 113.73 abc Sukabumi IV 54.4 abc 8.2 ab 142.6 abcd 98.96 abcd Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berpengaruh nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 % Bobot biji kering jarak pagar diperoleh setelah biji jarak pagar yang dipanen dikeringkan dengan cara diangin-anginkan selama 3 5 hari. Bobot biji kering yang dipanen berkisar antara 25.18 179.82 gram per tanaman dengan rata-rata 91.17 gram (Tabel 15). Aksesi Banten I memiliki bobot biji kering yang dipanen per tanaman paling tinggi sedangkan aksesi Bengkulu II memiliki bobot biji kering yang paling rendah. Rata-rata bobot biji kering jarak pagar per tanaman yang paling tinggi ditunjukkan oleh aksesi jarak pagar yang berasal dari Banten. Aksesi ini memiliki rata-rata bobot biji kering per tanaman sebesar 130.87 gram.

45 Aksesi jarak pagar yang menunjukkan rata-rata bobot biji kering terendah adalah aksesi jarak pagar yang berasal dari Bengkulu yaitu 50.79 gram. Rata-rata bobot biji kering jarak pagar yang dipanen per tanaman untuk aksesi yang berasal dari Sukabumi, Bogor, dan Medan masing-masing adalah 107.38 gram, 96.31 gram, dan 92.12 gram. Bobot biji kering per tanaman jarak pagar yang paling tinggi untuk masing-masing daerah yang diamati ditunjukkan oleh aksesi Banten I, Sukabumi II, Bogor II, Medan I, dan Bengkulu I dengan bobot biji kering secara berurutan adalah 179.82 gram, 130.74 gram, 130.03 gram, 136.13 gram, dan 78.09 gram. Bobot biji kering jarak pagar yang dipanen per tanaman untuk aksesi dari Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan Sukabumi masing-masing berkisar antara 48.10 136.13 gram, 25.18 78.09 gram, 81.92 179.82 gram, 76. 03 130.03 gram, dan 86.07 130.74 gram. Analisis Kemiripan 15 Aksesi Jarak Pagar Kemiripan 15 aksesi jarak pagar dianalisis dengan analisis gerombol. Analisis gerombol didasarkan peubah fase vegetatif dan fase generatif. Peubah fase vegetatif pada 10 MSP yang digunakan adalah lebar daun, panjang tangkai, jumlah cabang, dan tinggi cabang. Peubah fase generatif yang digunakan adalah jumlah cabang produktif, waktu mekar bunga pertama, jumlah buah per tanaman, jumlah buah per malai, keserempakan masak buah, dan bobot biji kering. Hasil analisis gerombol berdasarkan peubah pertumbuhan dan produksi menunjukkan bahwa 15 aksesi jarak pagar yang diamati dapat dikelompokkan menjadi 3 gerombol pada tingkat kemiripan 80 % (Gambar 6). Gerombol I terdiri atas aksesi Medan I, Bengkulu I, Bengkulu III, Bengkulu IV, Bogor I, Bogor II, Bogor III, Sukabumi I, Sukabumi II, Sukabumi III, Sukabumi IV. Gerombol II terdiri atas satu aksesi jarak pagar yaitu aksesi Banten I sedangkan aksesi Medan II, Bengkulu II, dan Banten II dapat dikelompokkan ke dalam gerombol III. Gambar 6 menunjukkan hasil analisis gerombol berdasarkan peubah pertumbuhan pada 10 MSP dan peubah produksi.

46 Aksesi Koefisien kemiripan (%) 100 95 90 85 80 75 Gambar 6. Dendrogram 15 aksesi jarak pagar berdasarkan peubah pertumbuhan dan produksi Seleksi 15 Aksesi Jarak Pagar Perlakuan 15 aksesi jarak pagar menunjukkan perbedaan pada peubah pertumbuhan yang diamati pada 10 MSP dan peubah produksi, peubah tersebut antara lain: jumlah cabang, jumlah cabang produktif, jumlah buah per malai, keserempakan masak buah, dan waktu mekar bunga pertama. Kelima peubah tersebut merupakan peubah terpilih yang dijadikan dasar seleksi terhadap 15 aksesi jarak pagar yang diamati sehingga terpilih aksesi jarak pagar yang memiliki keunggulan morfologi dan agronomi. Pemilihan peubah ini berdasarkan adanya perbedaan nyata dengan uji DMRT pada taraf 5 % antar aksesi jarak pagar terhadap kelima karakter tersebut. Seleksi terhadap 15 aksesi jarak pagar didasarkan data peubah pertumbuhan terpilih pada 10 MSP dan data peubah produksi (Tabel 16). Berdasarkan peubah jumlah cabang, terpilih lima aksesi jarak pagar terbaik yang memiliki jumlah cabang terbanyak ( 3.6 cabang), yaitu aksesi Medan II, Banten I, Banten II, Bengkulu III, dan Bogor I. Seleksi berdasarkan jumlah cabang produktif terpilih enam aksesi terbaik yang menunjukkan jumlah cabang produktif terbanyak ( 3.0 cabang), yaitu aksesi Banten I, Sukabumi IV, Medan I, Bengkulu I,

47 Bogor II, dan Sukabumi II. Enam aksesi jarak pagar terbaik yang memiliki jumlah buah per malai terbanyak ( 8.2 buah) adalah aksesi Banten I, Medan I, Bogor III, Bengkulu I, Bengkulu II, dan Sukabumi IV. Berdasarkan peubah jumlah cabang produktif dan jumlah buah per malai terpilih enam aksesi jarak pagar. Hal ini disebabkan aksesi Bogor II dan Sukabumi II memiliki jumlah cabang produktif yang sama yaitu 3.0 cabang. Demikian juga dengan aksesi Bengkulu III dan Sukabumi IV yang memiliki jumlah buah per malai dengan nilai yang sama yaitu 8.2 buah. Tabel 16. Lima peubah terpilih untuk seleksi 15 aksesi jarak pagar berdasarkan peubah pada fase vegetatif dan fase generatif Aksesi Jumlah cabang Jumlah cabang produktif Jumlah buah per malai Keserempakan masak buah (hari) Waktu mekar bunga pertama (hari) Medan I 3.3 bc 3.0 bc 9.8 ab 6.7 a 107.0 bcde Medan II 5.8 a 1.8 bc 3.3 c 2.0 b 132.6 ab Bengkulu I 2.0 c 3.0 b 9.2 ab 8.3 a 71.6 f Bengkulu II 3.0 bc 1.0 c 3.5 c 2.3 b 131.8 abc Bengkulu III 5.0 a 2.8 b 8.2 abc 6.1 ab 131.0 abc Bengkulu IV 2.0 c 2.0 bc 7.9 abc 6.9 a 108.6 bcde Banten I 5.2 a 4.6 a 11.8 a 7.2 a 112.2 abcd Banten II 5.2 a 2.6 b 4.8 bc 4.5 ab 142.8 a Bogor I 3.6 b 2.4 bc 6.5 abc 5.9 ab 96.8 def Bogor II 3.2 bc 3.0 b 6.7 abc 5.6 ab 98.8 cdef Bogor III 2.6 bc 2.4 bc 9.3 ab 8.7 a 98.8 cdef Sukabumi I 2.5 bc 1.8 bc 6.4 abc 6.8 a 96.8 def Sukabumi II 3.0 bc 3.0 b 6.5 abc 5.6 ab 95.8 def Sukabumi III 3.0 bc 2.4 bc 6.6 bc 7.7 a 76.3 ef Sukabumi IV 3.4 bc 3.2 b 8.2 abc 7.9 a 98.8 cdef Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berpengaruh nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 % Tabel 16 juga menunjukkan bahwa seleksi terhadap 15 aksesi jarak pagar berdasarkan peubah keserempakan masak buah diperoleh lima aksesi terbaik yang memiliki keserempakan masak lebih cepat ( 5.6 hari), yaitu Medan II, Bengkulu II, Banten II, Bogor II, dan Sukabumi II. Berdasarkan waktu mekar bunga pertama terpilih lima aksesi jarak pagar yang memiliki waktu mekar