PEMBAHASAN. Pengamatan Vegetatif di Kebun Uji Sei Dadap

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBAHASAN. Pengamatan Vegetatif di Kebun Uji Sei Dadap"

Transkripsi

1 44 PEMBAHASAN Pengamatan Vegetatif di Kebun Uji Sei Dadap Pengamatan pertumbuhan vegetatif di kebun uji Sei Dadap meliputi tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun fronds (pelepah), panjang rachis, lebar dan tebal petiol, panjang dan lebar anak daun, dan jumlah anak daun satu sisi. Pengamatan tersebut sebagian digunakan dalam menentukan leaf area index (LAI). Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ke duri rudimenter pelepah ke- 17. Jumlah daun dihitung dengan menjumlahkan seluruh daun pada setiap tanaman. Panjang rachis diukur dari ujung daun sampai duri rudimenter pada bagian pangkal pelepah. Luas petiola merupakan perkalian antara lebar dan tebal petiola, sedangkan leaf area dihitung dengan mengalikan jumlah anak daun satu sisi dengan luas anak daun dan faktor koreksi. Faktor koreksi yang digunakan adalah karena tanaman berumur 4-7 tahun. Berdasarkan hasil rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa persilangan dan ulangan (tahun pengamatan) mempengaruhi karakter vegetatif yang diamati. Koefisien keragaman pada setiap karakter pengamatan menunjukkan bahwa keragaman pada setiap persilangan sedikit. Rekapitulasi sidik ragam karakter vegetatif tanaman kelapa sawit di kebun uji Sei Dadap dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengamatan Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit di Sei Dadap Karakter F-hitung P U KK Tinggi ** ** Lingkar Batang ** ** Jumlah Pelepah ** ** Panjang Rachis ** ** Luas Petiola ** ** Leaf Area ** ** Total Leaf Area ** ** Leaf Area Index ** ** Keterangan: P = Persilangan U = Ulangan (tahun) KK = Koefisien Keragaman * = berpengaruh nyata pada taraf 5 % ** = berpengaruh nyata pada taraf 1 %

2 Pertumbuhan dan pengamatan vegetatif di kebun uji Sei Dadap dapat dilihat pada Tabel 8. Tinggi tanaman pada berbagai persilangan berkisar antara cm. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada persilangan 13MA3326/98, yaitu cm, dan terendah terdapat pada persilangan 19BA82/99, yaitu cm. Lingkar batang berkisar m. Persilangan dengan lingkar batang tertinggi terdapat pada persilangan 17 BB5626/98, yaitu 3.29 m dan terendah pada persilangan 5 BB5462/98, yaitu 2.77 m. Jumlah daun fronds (pelepah) berkisar Pelepah terbanyak terdapat pada persilangan 11MA1559/99 dan terendah terdapat pada persilangan 10MA1613/99. Jumlah daun yang dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit sangat terkait dengan jumlah bunga atau tandan yang dihasilkan (Ikhwan dan Asmono, 1998). Panjang rachis berkisar antara m. Panjang rachis tertinggi terdapat pada persilangan 17BB5626/98 dan rachis terpendek terdapat pada persilangan 3BB5036/98. Panjang rachis pada tanaman kelapa sawit akan berhubungan dengan jarak tanam yang akan menentukan densitas tanaman. Rachis yang panjang akan mengakibatkan tanaman saling menaungi dan mengurangi produktivitas tanaman (Ikhwan dan Asmono, 1998). Luas petiola berkisar cm 2. Luas petiola tertinggi terdapat pada persilangan 13MA3326/98 dan terendah terdapat pada persilangan 10MA1613/99. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa hubungan korelatif antara luas petiola dengan bobot kering tidak berubah oleh umur, perlakuan, dan keturunan, sehingga diduga luas petiola yang tinggi akan menghasilkan tandan sawit yang lebih berat (Ikhwan dan Asmono, 1998). 45

3 46 Tabel 8. Nilai Rataan Pangamatan Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit di Kebun Uji Sei Dadap Persilangan TG (cm) LB (m) JD PR (m) LP (cm 2 ) LA (m 2 ) TLA (m 2 ) LAI 1 BB1058/ bcdef 3.06cde 44.78abc 5.46cdefg 34.57abcde 9.45ab ab 6.05ab 3 BB5036/ b 2.85hij 46.77ab 5.07i 32.61cde 8.51ef abc 5.68abc 4 BB1240/ def 2.92ghi 45.62abc 5.11i 31.87cdef 8.10f bcd 5.29bcd 5 BB5462/ g 2.77j 44.28abcd 5.30gh 30.44def 8.97abcde abc 5.67abc 6 BA95/ bcdef 2.98efg 43.88abcd 5.33fgh 33.44abcde 8.53def bcd 5.33bcd 7 BB1523/ g 2.93fgh 39.41d 5.63bc 30.79def 9.54a bcd 5.36bcd 8 MA1853/ cdef 3.15bc 44.14abcd 5.68b 35.22abcde 9.29ab abc 5.83abc 9 BA3954/ bcdef 2.79j 44.66abc 5.25hi 31.21def 8.49ef bcd 5.37bcd 10 MA1613/ g 2.93gh 39.33d 5.44cdefg 26.86f 8.54def d 4.76d 11 MA1559/ bcd 3.17b 48.29a 5.56bcd 35.96abcd 9.11abcd a 6.26a 12 MA1403/ g 2.83ij 41.71bcd 5.53bcde 31.87cdef 9.55a abc 5.70abc 13 MA3326/ a 2.97efg 44.71abc 5.57bcd 39.06a 9.19abc abc 5.83abc 14 BB1420/ f 3.06cde 42.33bcd 5.54bcd 33.33bcde 9.05abcde abcd 5.45abcd 15 BB1633/ g 2.91ghi 43.16abcd 5.49cdef 29.82ef 8.92bcde abcd 5.49abcd 16 BB1374/ g 2.98efg 41.39cd 5.24hi 38.71ab 8.53def cd 5.02cd 17 BB5626/ ef 3.29a 44.36abcd 5.96a 37.40abc 9.49ab ab 5.99ab 18 BA75/ bcde 3.03def 43.23abcd 5.60bcd 31.74cdef 8.60cdef bcd 5.27bcd 19 BA82/ g 3.04de 43.39abcd 5.44defg 36.94abc 8.96abcde abcd 5.51abcd 20 BJ5652/ bc 3.09bcd 44.90abc 5.35efgh 37.29abc 9.34ab ab 5.98ab Keterangan: Indeks huruf pada kolom yang sama diolah lanjut dari hasil uji t-tukey pada taraf 5 % TG = Tinggi LB = Lingkar Batang JD = Jumlah Daun (Pelepah) PR = Panjang Rachis LP = Luas Petiola LA = Leaf Area TLA = Total Leaf Area LAI = Leaf Area Index 46

4 Luas permukaan daun atau leaf area (LA) erat kaitannya dengan kapasitas asimilasi, dimana dengan kerapatan tertentu menyebabkan persaingan antar pohon. LA dihitung menggunakan rumus: LA = 2b (n LW) Keterangan: LA = Leaf Area, yaitu luas permukaan satu cabang daun. b = faktor koreksi : umur 1-2 tahun = umur 4-7 tahun = umur 7-8 tahun untuk 2b = 1.1 n = jumlah anak daun satu sisi L = panjang anak daun rata-rata W = lebar anak daun rata-rata 47 Luas permukaan daun pada setiap persilangan berkisar m 2. Leaf area terbesar terdapat pada persilangan 12MA1403/99, yaitu 9.55 m 2. Selain itu terdapat pada persilangan 7BB1523/99 yang memiliki luas permukaan daun yang hampir sama dengan persilangan 12MA1403/99 yaitu sebesar 9.54 m 2. Total luas permukaan daun (total leaf area) merupakan jumlah seluruh permukaan daun dalam satu pohon dan diperoleh dengan mengalikan luas permukaan daun satu cabang daun dengan jumlah seluruh daun yang ada. Total leaf area (TLA) di kebun uji Sei Dadap berkisar m 2. TLA terluas terdapat pada persilangan 11MA1559/99, yaitu m 2. TLA terendah terdapat pada persilangan 10MA1613/99, yaitu m 2. Index luas permukaan daun (leaf area index) adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara total leaf area (TLA) dengan luas permukaan tanah yang digunakan setiap pokok. Angka LAI (leaf area index) dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah umur tanaman, jenis tanaman, jarak tanam, penunasan, dan luas permukaan daun masing-masing pokok. LAI mempunyai hubungan erat dengan produksi bahan kering maupun produksi tandan (Syukur et al., 1981). LAI tanaman kelapa sawit di kebun uji Sei Dadap berkisar antara LAI tertinggi terdapat pada persilangan 11MA1559/99 yaitu 6.26, dan terendah terdapat pada persilangan 10 MA1613/99 yaitu 4.76 (Tabel 8). Leaf area index (LAI) adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara total LA dengan luas permukaan tanah yang digunakan setiap pokok. Angka LAI tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah umur tanaman,

5 jenis tanaman, jarak tanam, penunasan, dan luas permukaan daun masing-masing pokok. Angka LAI pada kelapa sawit mempunyai hubungan erat dengan produksi bahan kering maupun produksi tandan. Tabel 9 memperlihatkan korelasi antar peubah vegetatif pada setiap pengamatan. Tinggi tanaman memiliki korelasi positif terhadap jumlah daun, panjang rachis, luas petiola, dan leaf area. Korelasi tersebut menunjukkan bahwa tinggi tanaman dipengaruhi oleh jumlah daun, panjang rachis, luas petiola, dan leaf area. Lingkar batang memiliki korelasi positif terhadap panjang rachis, luas petiola, leaf area, total leaf area, dan leaf area index. Jumlah daun fronds (pelepah) memiliki korelasi negatif terhadap panjang rachis, luas petiola, dan leaf area, namun memiliki korelasi positif terhadap total leaf area dan leaf area index. Panjang rachis memiliki korelasi positif terhadap luas petiola dan leaf area. Luas petiola berkorelasi positif terhadap leaf area. Total leaf area memiliki korelasi positif terhadap leaf area index. 48 Tabel 9. Korelasi Antar Peubah Pertumbuhan Vegetatif LB JD PR LP LA TLA LAI TG ** 0.447** 0.708** 0.573** LB ** 0.494** 0.367** 0.264* 0.264* JD ** ** ** 0.763** 0.762** PR ** 0.766** LP 0.603** LA TLA 0.999** Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf 5 % Keterangan lain sama seperti Tabel 8. ** = berbeda nyata pada taraf 1 % TG = Tinggi LB = Lingkar Batang JD = Jumlah Daun (Pelepah) PR = Panjang Rachis LP = Luas Petiola LA = Leaf Area TLA = Total Leaf Area LAI = Leaf Area Index Analisis Tandan Dari data sekunder yang didapatkan dari laboratorium analisis tandan diperoleh informasi mengenai berbagai peubah yang digunakan dalam analisis tandan suatu pohon. Peubah tersebut yaitu bobot tandan, % buah/tandan, % inti/buah, % daging/buah, % minyak/daging, dan % minyak/tandan. Data analisis

6 tandan berasal dari pengambilan tandan di kebun uji Sei Dadap. Hasil sidik ragam disajikan pada Tabel 10. Rekapitulasi sidik ragam karakter generatif tanaman kelapa sawit di kebun Uji Sei Dadap secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 10. Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Analisis Tandan Karakter F-hitung P U KK (%) Bobot Tandan ** ** 8.72 Buah/Tandan tn ** 2.19 Daging/Buah ** ** 1.99 Inti/Buah ** ** 7.44 Minyak/Daging ** ** 2.71 Minyak/Tandan ** ** 4.43 Keterangan: P = Persilangan U = Ulangan (tahun) KK = Koefisien Keragaman (%) * = berpengaruh nyata pada taraf 5 % **= berpengaruh nyata pada taraf 1 % Berdasarkan rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 10, persilangan yang diamati berpengaruh nyata terhadap nilai bobot tandan, begitu juga dengan daging/buah, inti/buah, minyak/daging, dan minyak/tandan. Persilangan tidak berpengaruh nyata terhadap buah./tandan yang dihasilkan. Ulangan (tahun pengamatan) memiliki pengaruh yang sangat nyata pada setiap karakter yang diamati. Menurut Gomez dan Gomez (1995) nilai koefisien keragaman (KK) menunjukkan tingkat ketepatan perlakuan dalam suatu percobaan dan menunjukkan pengaruh lingkungan dan faktor lain yang tidak dapat dikendalikan dalam suatu percobaan. Berbagai karakter yang terdapat pada analisis tandan dibandingkan dengan persilangan yang ada. Nilai rataan karakter tandan pada berbagai persilangan disajikan pada Tabel 11. Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai tertinggi bobot tandan terdapat pada hasil persilangan 11MA1559/99 yaitu kg. Buah/tandan tidak berpengaruh nyata pada setiap persilangan tetapi rataan tertinggi pada persilangan 11MA1559/99 sebesar persen. Daging/buah rataan tertinggi pada persilangan 9BA3954/98 yaitu sebesar persen. Nilai rataan inti/buah tertinggi terdapat pada persilangan 4BB1240/99 sebesar %, sedangkan terendah terdapat pada persilangan 14BB1420/99. Persilangan yang 49

7 memiliki rataan tertinggi pada minyak/daging adalah persilangan 4BB1240/99 sebesar persen. Rataan tertinggi minyak/tandan terdapat pada persilangan 9BA3954/98 sebesar persen. Tabel 11. Nilai Rataan Karakter Analisis Tandan Kelapa Sawit di Kebun Uji Sei Dadap Persilangan BT (%) BPT (%) DPB (%) IPB (%) MPD (%) MPT (%) 1BB1058/ bcde e 10.88a 59.01abcd 26.97bcd 3BB5036/ cde cde 10.18ab 59.83ab 27.72abcd 4BB1240/ defg e 11.30a 62.00a 27.62abcd 5BB5462/ cdef bc 8.97bcd 60.50ab 28.94ab 6BA95/ bcd a 6.36hijk 58.60bcde 29.95a 7BB1523/ efg cde 8.74cde 55.30fg 25.44d 8MA1853/ efg ab 7.71defg 59.28abcd 28.80ab 9BA3954/ defg a 6.11jk 57.86bcdef 30.13a 10MA1613/ g cde 7.21fghij 57.77bcdef 26.75bcd 11MA1559/ a bcd 9.09bc 55.58efg 26.87bcd 12MA1403/ cdef e 8.56cde 57.50bcdefg 25.72cd 13MA3326/ cdef a 6.62ghij 56.21defg 27.96abcd 14BB1420/ defg a 5.18k 51.36hi 25.82cd 15BB1633/ defg a 6.23ijk 55.31fg 27.98abc 16BB1374/ defg de 10.14ab 48.96i 22.34e 17BB5626/ fg ab 7.49efghi 59.58abc 28.98ab 18BA75/ abcd a 7.64efgh 59.52abc a 19BA82/ ab cde 11.13a 54.53gh 25.46cd 20BJ5652/ abc bc 8.29cdef 56.35cdefg 27.10bcd Keterangan: Indeks huruf pada kolom yang sama diolah lanjut dari hasil uji t-tukey pada taraf 5 % BT = Bobot Tandan BPT = Buah/Tandan DPB = Daging/Buah IPB = Inti/Buah MPD = Minyak/Daging MPT = Minyak/Tandan Keterangan ini berlaku pula untuk tabel-tabel selanjutnya. Karakter-karakter yang terdapat pada analisis tandan memungkinkan memiliki korelasi antar karakter. Menurut Gomez dan Gomez (1995) nilai koefisien korelasi (r) menunjukkan bagian keragaman dalam satu peubah yang dapat diperhitungkan sebagai fungsi linear peubah yang lainnya. Tanda negatif atau positif pada nilai r menunjukkan arah perubahan pada satu peubah secara nisbi terhadap peubah yang lainnya. Korelasi antar karakter yang diamati pada analisis tandan ditunjukkan pada Tabel 12. Berdasarkan Tabel 12 karakter bobot tandan, buah/tandan, daging/buah, inti/buah, dan minyak/daging memiliki korelasi yang baik terhadap 50

8 minyak/tandan. Bobot tandan dan inti/buah memiliki korelasi negatif terhadap minyak/tandan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar bobot tandan dan inti/buah, maka minyak/tandan yang dihasilkan akan semakin sedikit. Buah/tandan, daging/buah, dan minyak/daging memiliki korelasi positif terhadap minyak/tandan. Korelasi tersebut menandakan bahwa semakin tinggi buah/tandan, daging/buah, dan minyak/daging, maka minyak/tandan yang dihasilkan akan semakin meningkat. Tabel 12. Korelasi pada Karakter Analisis Tandan BPT DPB IPB MPD MPT BT ** * ** ** * BPT ** ** DPB ** ** IPB ** MPD ** MPT Keterangan: * = berkorelasi nyata pada taraf 5 % ** = berkorelasi nyata pada taraf 1 % Dari berbagai persilangan di kebun uji Sei Dadap dapat diketahui persilangan terbaik berdasarkan nilai rendemen minyak tertinggi. Penentuan persilangan terbaik dilakukan dengan menggunakan best regression pada setiap karakter yang mempengaruhi minyak/tandan (Y). Karakter yang diuji yaitu buah/tandan (X 1 ), daging/buah (X 2 ), inti/buah (X 3 ), minyak/daging (X 4 ), dan bobot tandan (X 5 ). Penggunaan best regression dilakukan untuk menentukan karakter yang paling berpengaruh/berkontribusi besar terhadap nilai minyak/tandan. Hasil best regression dapat dilihat pada Lampiran 5. Karakter dominan yang memberikan kontribusi terhadap minyak/tandan dilakukan dengan mencari nilai R 2 pada setiap persilangan. Karakter diurutkan berdasarkan besaran kontribusinya terhadap minyak/tandan. Karakter dominan yang mempengaruhi minyak/tandan setiap persilangan ditunjukkan pada Tabel 13. Hasil best regression menunjukkan bahwa dengan tiga faktor X 1, X 2, dan X 4 sudah cukup mewakili dalam penentuan nilai Y. Hal ini disebabkan nilai R 2 yang dimiliki ketiga faktor tersebut hampir sama dengan nilai R 2 yang dihasilkan dari kelima faktor, yaitu X 1, X 2, X 3, X 4, dan X 5. Ketiga faktor dominan yaitu X 1, X 2, dan X 4 digunakan dalam penentuan persamaan regresi yang tepat dari 51

9 keseluruhan data yang ada menggunakan bantuan software Minitab 14. Persamaan regresi yang didapatkan adalah sebagai berikut: Y = X X X 4 Keterangan: Y = minyak/tandan setiap persilangan X 1 = buah/tandan X 2 = daging buah/buah X 4 = minyak/daging buah 52 Tabel 13. Peubah Dominan yang Mempengaruhi Minyak/Tandan Y R 2 Y 1 X 4 X 1 X Y 2 X 4 X 2 X Y 3 X2 X 4 X Y 4 X 4 X 2 X Y 5 X 4 X 2 X Y 6 X 4 X 2 X Y 7 X 4 X 2 X Y 8 X 1 X 4 X Y 9 X 4 X 1 X Y 10 X 4 X 2 X Y 11 X 4 X 2 X Y 12 X 4 X 1 X Y 13 X 4 X 1 X Y 14 X 4 X 1 X Y 15 X 4 X 2 X Y 16 X 4 X 1 X Y 17 X 4 X 2 X Y 18 X 4 X 2 X Y 19 X 4 X 2 X Keterangan: Y(i) = minyak/tandan setiap persilangan X 1 = buah/tandan X 2 = daging buah/buah X 4 = minyak/daging buah Melalui persamaan tersebut nilai persentase minyak dapat diketahui dengan memasukkan nilai rataan X 1, X 2, dan X 4 untuk setiap persilangan. Nilai Y yang tinggi merupakan persilangan dengan rendemen minyak tinggi. Hasil yang diperoleh dari persamaan tersebut terdapat pada Tabel 14. Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa persilangan 9BA3954/98 memiliki rendemen minyak yang paling baik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai persentase yang tinggi dari rendemen minyak/tandan yaitu sebesar persen. Persilangan lainnya dengan rendemen yang baik adalah persilangan 6BA95/99 yaitu sebesar % dan persilangan 18BA75/99 yaitu sebesar 29.7 persen.

10 53 Tabel 14. Nilai Minyak/Tandan yang Didapatkan dari Persamaan Regresi Persilangan X 1 X 2 X 4 Y Keterangan: Y(i) = minyak/tandan setiap persilangan X 1 = buah/tandan X 2 = daging buah/buah X 4 = minyak/daging buah Identifikasi Tetua Dura yang Mewariskan Sifat Crown Disease Penyakit tajuk (crown disease) atau kroonziekte merupakan penyakit yang biasanya terjadi pada tanaman belum menghasilkan berumur 1-3 tahun, tapi kadang-kadang gejalanya sudah mulai terlihat di pembibitan utama. Penyakit tersebut hanya bersifat sementara dan tidak mematikan karena 2-3 tahun kemudian tanaman sakit pada umumnya pulih sendiri. Tanaman yang sakit menjadi terhambat periode generatifnya (Turner, 1981). Penyakit tersebut disebabkan oleh faktor genetis (bawaan) yang diturunkan dari sifat pohon ibu dan bapak yang digunakan untuk menghasilkan bahan tanam, dan dikontrol oleh gen resesif tunggal (Corley dan Tinker, 2003). Gejala penyakit tajuk umumnya dijumpai pada tanaman yang berumur kurang dari 2 tahun setelah tanam dan akan hilang dari populasi pertanaman setelah tanaman berumur 4 tahun bergantung pada berat ringannya insiden penyakit tajuk tersebut.

11 Kepekaan penyakit tajuk sangat ditentukan oleh orijin zuriat. Zuriat yang tetua bapaknya merupakan orijin La Me dan Yangambi mempunyai tingkat insiden panyakit tajuk yang rendah, sedangkan zuriat yang tetua bapaknya merupakan orijin Bah Jambi, Dolok Sinumbah, dan Marihat lebih peka terhadap penyakit tajuk (Yenni, Latif, dan Purba, 2001). Penyakit tajuk ditandai dengan munculnya pelepah muda yang bengkok kira-kira di pertengahan panjang pelepah, dan daun tidak membuka sempurna. Pada daun tombak yang belum membuka sempurna (pupus) terlihat pembusukan jaringan anak-anak daun, berwarna cokelat, menyebar dari bagian tengah yang menyebabkan anak-anak daun menjadi terputus-putus. Gejala serangan penyakit tajuk pada tanaman dapat dilihat pada Gambar Gambar 19. Gejala Serangan Penyakit Tajuk pada Pembibitan Pada daun yang tidak membuka seringkali terdapat pembusukan, bercakbercak dan ditumbuhi berbagai jamur saprofitik atau patogenik lemah yang memperberat kerusakan jaringan (Purba, 2009). Beberapa faktor pendorong terjadinya penyakit ini berhubungan erat dengan kondisi fisiologi khususnya beberapa aspek nutrisi (Purba, 2009): a. Tanaman-tanaman yang dipupuk N berat cenderung lebih rentan dan kerusakan lebih berat. b. Pada defisiensi hara Mg, kasusnya lebih berat. c. Serangan beberapa genera jamur seperti Aspergillus, Fusarium, Phytophthora, Colletotrichum, dan Pestalotiopsis ikut memperberat kerusakan pada pelepah sakit.

12 Insiden penyakit tajuk cukup berpengaruh terhadap capaian produksi tandan buah segar (TBS) terutama pada tanaman muda berumur 4-6 tahun. Penyakit tajuk kronis dapat menurunkan produksi TBS sampai persen. Semakin kecil persentase tanaman yang terkena penyakit tajuk kronis tersebut akan semakin kecil kerugian (Yenni, Latif, dan Purba, 2001). Crossing plan produksi benih harus dilakukan seketat mungkin untuk pengurangan insiden insiden penyakit tajuk, dengan cara tidak memproduksi zuriat-zuriat yang banyak terkena penyakit tajuk meskipun dengan produksi yang tinggi. Gejala penyakit tajuk diamati pada tiga tempat berbeda, yaitu pembibitan, Blok 2005 Afdeling II, dan Blok 2007 Afdeling I. Pada pembibitan terdapat tanaman yang diamati dengan 46 persilangan. Serangan penyakit tajuk pada pembibitan sangat tinggi. Serangan tertinggi terdapat pada persilangan 16BB15/06 (63.75 %), kemudian disusul dengan persilangan 3BA86/05 (44.47 %), 58MA05/05 (32.50 %), 31BA66/05 (31.25 %), 17BA87/05 (29.63 %), 57MA02/06 (27.59 %), 54BB26/06 (23.33 %), 35BA62/06 (21.33 %), 36BA30/06 (20.00 %), dan 66BB09/06 (20.00 %) (Lampiran 6). Di Blok 2005 Afdeling II pengamatan dilakukan pada MA 18 S, MA 19 S, dan MA 20 S. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa serangan penyakit tajuk hanya terdapat pada MA 18 S dengan serangan tertinggi pada persilangan 1BB05/03 (1.91 %). Pada MA 18 S dan MA 20 S tidak terdapat gejala serangan penyakit tajuk (Lampiran 7). Di Blok 2007 Afdeling I pengamatan dilakukan pada MA 21 S, MA 22 S, dan MA 23 S. Serangan penyakit tajuk hanya tampak pada MA 21 S dengan persentase serangan tertinggi terdapat pada persilangan 63BJ18/2004 (30.77 %) dan 68BB08/2005 (27.27 %). Pada MA 22 S dan MA 23 S tidak terdapat gejala serangan CD (Lampiran 8). Penyakit tajuk yang menyerang ketiga lokasi tersebut memiliki tetua yang berbeda sehingga penelusuran perlu dilakukan untuk mengetahui tetua yang paling dominan dalam mewariskan penyakit tersebut. Persilangan yang terserang penyakit tajuk dikelompokkan berdasarkan tetua dan grandparents (orijin) dari persilangan tersebut. Hasil pengelompokan dibagi menjadi dua bagian, yaitu penelusuran tetua sebagai tetua betina, dan penelusuran tetua sebagai jantan. 55

13 Pada penelusuran tetua yang digunakan sebagai betina didapatkan persentase parent female (PF) dan grandparent female (GPF). Penelusuran tetua yang digunakan sebagai jantan didapatkan melalui persentase parent male (PM) dan grandparent male (GPM). Persentase PF dan PM didapatkan dari jumlah tanaman yang terserang penyakit tajuk dengan berbagai persilangan pada tetua betina atau tetua jantan tertentu. Persentase GPF dan GPM diperoleh dari jumlah seluruh pohon yang terkena penyakit tajuk pada setiap persilangan dan tetua betina keturunan dari orijin betina atau orijin jantan yang sama. Persentase GPF maupun GPM yang tinggi menunjukkan bahwa pohon tersebut banyak mewariskan penyakit tajuk pada keturunannya. Jika dilihat dari perbandingan jumlah serangan penyakit tajuk dengan jumlah tanaman, maka BO6203D mewariskan sifat penyakit tajuk tertinggi (50 %), diikuti dengan BO2942D (32.14 %), BJ5696D (30.77 %), BO6391D (28.07 %), MA1314D (25.76 %), BO4685D (22.96 %). BO4685D mewariskan penyakit tajuk pada 8 persilangan sehingga lebih luas dampaknya, disusul dengan BO2490D (6 persilangan), BO5436D (5 persilangan), BO5449D (5 persilangan), dan BO5530D (4 persilangan). Jika dilihat dari banyaknya jumlah keturunan yang mewariskan penyakit tajuk dari orijin sebagai betina, maka DS155D DS155D paling banyak mewariskan penyakit tajuk pada 6 keturunan dan 9 persilangan, PA131D PA131D (5 keturunan dan 18 persilangan), TI221D GB30D (4 keturunan dan 11 persilangan), BJ169D BJ169D (2 keturunan dan 10 persilangan), BJ7D BJ7D (2 keturunan dan 5 persilangan). Orijin yang mewariskan sifat penyakit tajuk tinggi yaitu DA115D DA115D (50 %), DS29D BJ129D (32.14 %), dan BJ169D BJ169D (21.51 %). Orijin dan tetua sebagai betina yang mewariskan penyakit tajuk dapat dilihat pada Tabel 15. Jika dilihat dari perbandingan jumlah serangan penyakit tajuk dengan jumlah tanaman, maka BO2942D mewariskan sifat penyakit tajuk tertinggi (32.14 %), diikuti dengan BO4685D (31.42 %), BJ5696D (30.77 %), dan BO2600D (26.71 %). BO5462D banyak digunakan sebagai tetua, yaitu pada 7 persilangan, diikuti BO2235D (6 persilangan), BO5530D (6 persilangan), BO3505D (5 persilangan), BO2587D (5 persilangan). 56

14 Tabel 15. Orijin dan Tetua sebagai Betina yang Mewariskan Penyakit Tajuk Orijin Keturunan Persilangan % PF % GPF Betina Jantan BJ 169 D B J169 D BO 4685 D BO 4687 D BJ 7 D BJ7D MA 1314 D BO 4298 D DA 115 D DA 115 D BO 6203 D DS 139 D DS 139 D BO 1176 D BO 2600 D BO 3505 D DS 155 D DS 155 D BO 3517 D BO 3528 D BO 3544 D BO 6391 D DS 25 D DS 29 D BO 1373 D DS 27 D GB 30 D BO 3858 D DS 29 D BJ 129 D BO 2942 D MA 284 D MA 284 D BO 2235 D BO 2490 D BO 5436 D PA 131 D PA 131 D BO 5449 D BJ 5641 D BJ 5585 D BO 2587 D TI 221 D GB 30 D BO 5462 D BO 5530 D BJ 5696 D Keterangan: PF = Parents Female GPF = Grandparents Female 57 Jika dilihat dari banyaknya jumlah keturunan yang mewariskan penyakit tajuk dari orijin sebagai jantan, maka DS155D DS155D paling banyak mewariskan penyakit tajuk pada 8 keturunan dan 17 persilangan, TI221D GB30D mewariskan penyakit tajuk pada 9 keturunan dan 27 persilangan, DS139D DS139D mewariskan penyakit tajuk pada 2 keturunan dan 3 persilangan. Orijin yang mewariskan sifat penyakit tajuk tinggi yaitu BJ169D BJ169D (31.42 %), DS29D BJ129D (32.14 %) dan TI221D GB30D (13.76 %). Orijin dan tetua sebagai jantan yang mewariskan penyakit tajuk disajikan pada Tabel 16.

15 Tabel 16. Orijin dan Tetua sebagai Jantan yang Mewariskan Penyakit Tajuk Orijin Keturunan Persilangan % PM % GPM Betina Jantan BJ 169 D BJ 169 D BO 4685 D BJ 7 D BJ 7 D BO 4298 D DS 139 D DS 139 D BO 1176 D BO 2587 D BO 3505 D BO 3510 D BO 3513 D DS 155 D DS 155 D BO 3517 D BO 3523 D BO 3528 D BO 6391 D BO 3544 D DS 27 D GB 30 D BO 3858 D DS 29 D BJ 129 D BO 2942 D MA 284 D MA 284 D BO 2235 D PA 131 D PA 131 D BO 5449 D BJ 5696 D BO 2587 D BO 2600 D BO 3528 D BO 3544 D TI 221 D GB 30 D BO 3858 D BO 5462 D BO 5530 D BJ 5641 D BJ 5585 D Keterangan: PM = Parents Male GPM = Grandparents Male 58

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC LAMPIRAN 38 38 Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC Perlakuan Laju pertambahan tinggi (cm) kedelai pada minggu ke- a 1 2 3 4 5 6 7 AUHPGC (cmhari)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL 99 PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL Effect of Plant Spacing on Yield of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Penelitian yang bertujuan mempelajari pengaruh jarak tanam terhadap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biji Buru Hotong Gambar biji buru hotong yang diperoleh dengan menggunakan Mikroskop Sterio tipe Carton pada perbesaran 2 x 10 diatas kertas millimeter blok menunjukkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL 117 PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL Effects of Nitrogen Management on Yield of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perbanyakan tanaman cabai secara in vitro dapat dilakukan melalui organogenesis ataupun embriogenesis. Perbanyakan in vitro melalui organogenesis dilakukan dalam media MS dengan penambahan

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

Ukuran Plot: 50 cm x 50 cm

Ukuran Plot: 50 cm x 50 cm Lampiran 1. Bagan dan Plot Penelitian 1 2 3 a U b L 1 M 0 L 1 M 2 L 2 M 1 L 3 M 0 L 3 M 2 L 3 M 0 a = 40 cm (jarak antar blok) L 2 M 0 L 2 M 2 L 0 M 2 S b = 20 cm (jarak antar plot) L 0 M 1 L 3 M 0 L 3

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dimulai bulan November 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Kondisi curah hujan selama penelitian berlangsung berada pada interval 42.9 mm sampai dengan 460.7

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo 26 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Adaptasi Galur Harapan Padi Gogo Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo berpengaruh nyata terhadap elevasi daun umur 60 hst, tinggi tanaman

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF HASIL PERSILANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT

IDENTIFIKASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF HASIL PERSILANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT IDENTIFIKASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF HASIL PERSILANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MARIHAT, SUMATERA UTARA i MIKOLEHI FIRDAUS A24060441

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penunasan terhadap Produksi, Jumlah Tandan dan BTR Pengaruh penunasan dilihat dari pengaruhnya terhadap produksi, jumlah tandan dan bobot tandan rata-rata pada setiap kelompok

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Viabilitas yang tinggi ditunjukkan dengan tolok ukur persentase daya berkecambah yang tinggi mengindikasikan bahwa benih yang digunakan masih berkualitas baik. Benih kedelai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Hasil analisis tanah sebelum perlakuan dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan IPB. Lahan penelitian tergolong masam dengan ph H O

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. (turunan) dari persilangan intraspesifik RRIM 600 x PN 1546 di Balai Penelitian

METODE PENELITIAN. (turunan) dari persilangan intraspesifik RRIM 600 x PN 1546 di Balai Penelitian METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan tanaman F1 hasil okulasi (turunan) dari persilangan intraspesifik RRIM 600 x PN 1546 di Balai Penelitian Sungei Putih-Pusat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. jumlah bunga, saat berbunga, jumlah ruas, panjang ruas rata-rata, jumlah

HASIL DAN PEMBAHASAN. jumlah bunga, saat berbunga, jumlah ruas, panjang ruas rata-rata, jumlah III. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter yang diamati terdiri dari tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah bunga, saat berbunga, jumlah ruas, panjang ruas rata-rata, jumlah buku, dan panjang tangkai bunga. Hasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh PGPR terhadap Laju Pertambahan Tinggi Tanaman Kedelai

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh PGPR terhadap Laju Pertambahan Tinggi Tanaman Kedelai 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh PGPR terhadap Laju Pertambahan Tinggi Tanaman Kedelai PGPR sebagai rizobakteria memberikan pengaruh tertentu terhadap pertumbuhan tanaman kedelai yang diujikan di rumah

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Respon Umur Tanaman Pada Cekaman Kekeringan Cekaman kekeringan merupakan salah satu faktor pembatas yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Lebih terperinci

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41 VI. UBI KAYU 6.1. Perbaikan Genetik Sejatinya komoditas ubi kayu memiliki peran cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Pada level harga ubi kayu Rp750/kg, maka dengan produksi 25,5 juta ton (tahun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Kepadatan Mikroba dalam Seduhan Kompos Hasil pengamatan kepadatan mikroba pada seduhan kompos dengan metode pencawanan pengenceran 10-6 pada media PDA menunjukkan bahwa antara seduhan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 35 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Indeks Panen dan Produksi Tanaman Indeks panen menunjukkan distribusi bahan kering dalam tanaman yang menunjukkan perimbangan bobot bahan kering yang bernilai ekonomis dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertambahan Tinggi Bibit (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan bahwa interaksi pupuk kompos TKS dengan pupuk majemuk memberikan pengaruh yang tidak nyata

Lebih terperinci

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya tidak diuji

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah tinggi, diameter, berat kering total (BKT) dan nisbah pucuk akar (NPA). Hasil penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

HASIL. Pengaruh Seduhan Kompos terhadap Pertumbuhan Koloni S. rolfsii secara In Vitro A B C

HASIL. Pengaruh Seduhan Kompos terhadap Pertumbuhan Koloni S. rolfsii secara In Vitro A B C HASIL Pengaruh Seduhan Kompos terhadap Pertumbuhan Koloni S. rolfsii secara In Vitro Pertumbuhan Koloni S. rolfsii dengan Inokulum Sklerotia Pada 5 HSI diameter koloni cendawan pada semua perlakuan seduhan

Lebih terperinci

VI. UBIKAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 23

VI. UBIKAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 23 VI. UBIKAYU 6.1. Perbaikan Genetik Kebutuhan ubikayu semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya berbagai industri berbahan baku ubikayu, sehingga diperlukan teknologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dilakukan dari April Juli 2007 bertepatan dengan akhir musim hujan, yang merupakan salah satu puncak masa pembungaan (Hasnam, 2006c), sehingga waktu penelitian

Lebih terperinci

Uji Daya Hasil Beberapa Genotipe Cabai (Capsicum annuum L.) Toleran pada Lahan Gambut

Uji Daya Hasil Beberapa Genotipe Cabai (Capsicum annuum L.) Toleran pada Lahan Gambut Uji Daya Hasil Beberapa Genotipe Cabai (Capsicum annuum L.) Toleran pada Lahan Gambut Evaluation of Productivity of Some Tolerant Red Pepper Genotypes on Peat Soil Elza Zuhry 1, Deviona 11, M. Syukur 2,

Lebih terperinci

USULAN PELEPASAN VARIETAS KENTANG

USULAN PELEPASAN VARIETAS KENTANG USULAN PELEPASAN VARIETAS KENTANG DEA NADIA KERJASAMA ABG DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA - IPB CV HORTITEK Pangalengan Bandung UPTD BPSBTPH PROVINSI JAWA BARAT 2008 Dalam Kerangka Horticultural Partnership

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertanaman Musim Pertama

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertanaman Musim Pertama HASIL DAN PEMBAHASAN Per Musim Pertama Tinggi Tanaman Tinggi untuk musim pertama terbagi menjadi dua kategori berdasarkan kriteria Deptan (2007) yaitu tinggi (>68 86 cm) untuk Tanggamus, KH 71, Wilis,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan kemajuan ini belum bias penulis selesaikan dengan sempurna. Adapun beberapa hasil dan pembahasan yang berhasil

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat

Lampiran 1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat LAMPIRAN 71 72 Lampiran 1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat No Tanggal Uraian Kegiatan Divisi/ Lokasi Pembimbing 1 01/03/10-05/03/10 Tiba di PPKS Marihat, Sumatera Utara. Penjelasan mengenai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang ditampilkan pada bab ini terdiri dari hasil pengamatan selintas dan pengamatan utama. Pengamatan selintas terdiri dari curah hujan, suhu udara, serangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Data rata-rata volume aliran permukaan pada berbagai perlakuan mulsa vertikal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Data rata-rata volume aliran permukaan pada berbagai perlakuan mulsa vertikal 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Aliran permukaan Data hasil pengamatan aliran permukaan pada setiap perlakuan disajikan pada Lampiran 4. Analisis ragam disajikan masing-masing pada Lampiran 11. Analisis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Cendawan pada Stek (a), Batang Kecoklatan pada Stek (b) pada Perlakuan Silica gel

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Cendawan pada Stek (a), Batang Kecoklatan pada Stek (b) pada Perlakuan Silica gel HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Stek Pengamatan keadaan umum stek bertujuan untuk mengetahui sifat fisik, kualitas dan daya tumbuh stek selama penyimpanan. Keadaan umum stek yang diamati meliputi warna,

Lebih terperinci

PEMILIHAN KRITERIA SELEKSI UNTUK PERAKITAN CABAI (Capsicum annuum L) DI LAHAN GAMBUT

PEMILIHAN KRITERIA SELEKSI UNTUK PERAKITAN CABAI (Capsicum annuum L) DI LAHAN GAMBUT PEMILIHAN KRITERIA SELEKSI UNTUK PERAKITAN CABAI (Capsicum annuum L) DI LAHAN GAMBUT THE CHOICE OF SELECTION CRITERIA FOR CHILI (Capsicum annuum L) ASSEMBLY IN PEATLAND Harry Sugestiadi, Nurbaiti dan Deviona

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 45 BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Implementasi Dalam mengimplementasikan tugas akhir ini digunakan PC dengan spesifikasi sebagai berikut : 4.1.1. Spesifikasi Kebutuhan Perangkat keras yang digunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Neutrofil pada Mencit Jantan Berdasarkan Tabel 2, rata-rata persentase neutrofil ketiga perlakuan infusa A. annua L. dari hari ke-2 sampai hari ke-8 setelah infeksi cenderung lebih

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat 11 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2009. Pelaksanaan meliputi kegiatan lapang dan pengolahan data. Lokasi penelitian terletak

Lebih terperinci

PENGARUH CAMPURAN MEDIA TUMBUH DAN DOSIS PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PEMBIBITAN

PENGARUH CAMPURAN MEDIA TUMBUH DAN DOSIS PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PEMBIBITAN 1 Jurnal Online Agroekoteknologi Vol. 1, No. 1, Desember 2012 PENGARUH CAMPURAN MEDIA TUMBUH DAN DOSIS PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PEMBIBITAN Darwin C. Naibaho

Lebih terperinci

Ulangan ANALISIS SIDIK RAGAM Sumber variasi db jk kt F hitung

Ulangan ANALISIS SIDIK RAGAM Sumber variasi db jk kt F hitung Lampiran 1. Analisis Tinggi Tanaman Data Tinggi Tanaman Minggu ke-14 Ulangan 1 2 3 Jumlah Purata M1 114,40 107,30 109,40 331,10 110,37 M2 110,90 106,60 108,50 326,00 108,67 M3 113,40 108,60 109,20 331,20

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi Bahan Tumbuhan Sumber Insektisida Nabati Hasil ekstraksi menggunakan metode maserasi yang terbanyak diperoleh dari biji S. mahagoni, diikuti daun T. vogelii, biji A.

Lebih terperinci

PENAMPILAN KARAKTER FENOTIPIK 15 GALUR INBRED JAGUNG SELFING KE-14 (S-14) RAKITAN POLINELA

PENAMPILAN KARAKTER FENOTIPIK 15 GALUR INBRED JAGUNG SELFING KE-14 (S-14) RAKITAN POLINELA PENAMPILAN KARAKTER FENOTIPIK 15 GALUR INBRED JAGUNG SELFING KE-14 (S-14) RAKITAN POLINELA Jaenudin Kartahadimaja dan Eka Erlinda Syuriani Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Negeri Lampung Jl.

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Produksi Tandan Buah Segar 4.1.1. Kebun Rimbo Satu Afdeling IV Hasil dari sensus pokok produktif pada tiap blok sampel di masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

SELEKSI INDEKS KEARAH DAYA HASIL DAN KETAHANAN TERHADAP VIRUS PADA GENOTIPE CABAI MERAH INTRODUKSI

SELEKSI INDEKS KEARAH DAYA HASIL DAN KETAHANAN TERHADAP VIRUS PADA GENOTIPE CABAI MERAH INTRODUKSI Seleksi Ketahanan Cabai SELEKSI INDEKS KEARAH DAYA HASIL DAN KETAHANAN TERHADAP VIRUS PADA GENOTIPE CABAI MERAH INTRODUKSI (Index Selection Towards High Yielding and Virus Resistance on Introduced Hot

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 12 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman Berdasarkan Tabel 2 di bawah parameter tinggi tanaman umumnya perlakuan jarak tanam berbeda nyata pada 2, 4 dan 6 MST.Variasi varietas tanaman jagung berbeda

Lebih terperinci

GENETIC VARIABILITY and HERITABILITY 20 GENOTYPE of HIGH YIELD CHILLI (Capsicum annuum L.) IPB COLLECTION

GENETIC VARIABILITY and HERITABILITY 20 GENOTYPE of HIGH YIELD CHILLI (Capsicum annuum L.) IPB COLLECTION GENETIC VARIABILITY and HERITABILITY 0 GENOTYPE of HIGH YIELD CHILLI (Capsicum annuum L.) IPB COLLECTION VARIABILITAS GENETIK dan HERITABILITAS 0 GENOTIPE TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.) UNGGUL KOLEKSI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan 1. Penapisan Galur Padi terhadap Cekaman Besi secara Hidroponik Perlakuan cekaman 750 ppm Fe ke dalam media larutan Yoshida konsentrasi penuh (full strength) selama

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN 18 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Model pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dengan berbagai taraf penunasan dibangun melalui dua kegiatan yaitu (1) percobaan lapangan, dan (2) penyusunan model. Percobaan

Lebih terperinci

Tipe perkecambahan epigeal

Tipe perkecambahan epigeal IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel tanaman sedangkan perkembangan tanaman merupakan suatu proses menuju kedewasaan. Parameter pertumbuhan meliputi

Lebih terperinci

III.Fisiologi Benih Sawit

III.Fisiologi Benih Sawit III.Fisiologi Benih Sawit Kelapa sawit dibedakan ke dalam tiga tipe berdasarkan ketebalan cangkang (shell), karakter ini dikendalikan oleh gen mayor tunggal yang bertindak kodominan, karekteristik tersebut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di UPT Balai Benih Induk (BBI) Palawija Dinas Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang Medan,

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai November 2009 di PTP Nusantara VI pada unit usaha Rimbo Satu Afdeling IV (Gambar Lampiran 5), Rimbo Dua Afdeling

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sebaran Jumlah Telur S. manilae Per Larva Inang

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sebaran Jumlah Telur S. manilae Per Larva Inang HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sebaran Jumlah Telur S. manilae Per Larva Inang Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata jumlah inang yang terparasit lebih dari 50%. Pada setiap perlakuan inang

Lebih terperinci

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) Standar Nasional Indonesia Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Aplikasi Insektisida terhadap Populasi WBC dan Musuh Alaminya di Lapangan Nilaparvata lugens Populasi wereng batang cokelat (WBC) selama penelitian dipengaruhi oleh interaksi antara

Lebih terperinci

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN Sumanto, L. Pramudiani dan M. Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalinatan Selatan ABSTRAK Kegiatan dilaksanakan di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Pendahuluan Pengujian pendahuluan dengan tujuan mencari metode yang dapat membedakan antara genotipe toleran dan peka yang diamati secara visual menunjukkan bahwa dari 65

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Penapisan

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Penapisan 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Penapisan Pada pengujian ini diperolah 3 isolat yang menyebabkan munculnya gejala busuk pangkal batang dan mengakibatkan pertumbuhan tanaman lebih rendah daripada tanpa perlakuan

Lebih terperinci

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL 35 KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL Morphological and Agronomy Characters Of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari karakter morfologi dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Sifat Pertumbuhan dan Taksiran Repeatability Penelitian tentang klon JUN hasil perkembangbiakan vegetatif ini dilakukan untuk mendapatkan performa pertumbuhan serta

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI ( Brassica juncea L ) TERHADAP PEMBERIAN URINE KELINCI DAN PUPUK GUANO

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI ( Brassica juncea L ) TERHADAP PEMBERIAN URINE KELINCI DAN PUPUK GUANO 646. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI ( Brassica juncea L ) TERHADAP PEMBERIAN URINE KELINCI DAN PUPUK GUANO Teuku Alvin Djafar

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN BENIH DALAM AIR PANAS TERHADAP DAYA KECAMBAH DAN PERTUMBUHAN BIBIT LAMTORO (Leucaena leucocephala)

PENGARUH PERENDAMAN BENIH DALAM AIR PANAS TERHADAP DAYA KECAMBAH DAN PERTUMBUHAN BIBIT LAMTORO (Leucaena leucocephala) ABSTRAK PENGARUH PERENDAMAN BENIH DALAM AIR PANAS TERHADAP DAYA KECAMBAH DAN PERTUMBUHAN BIBIT LAMTORO (Leucaena leucocephala) Nurma Ani Staf Pengajar Kopertis Wil. I dpk Universitas Al-Azhar Penelitian

Lebih terperinci

PELAKSANAAN MAGANG. Pengadaan Bahan Tanam Kelapa Sawit

PELAKSANAAN MAGANG. Pengadaan Bahan Tanam Kelapa Sawit 18 PELAKSANAAN MAGANG Pengadaan Bahan Tanam Kelapa Sawit Proses kegiatan di PPKS Marihat dimulai dari Divisi Breeding Research and Development (BRD), yaitu penentuan populasi dasar tanaman kelapa sawit.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1-26.2 o C dengan suhu minimum berada pada bulan Februari, sedangkan suhu maksimumnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman jagung manis nyata dipengaruhi oleh jarak tanam. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 2 sampai 8 dan rataan uji BNT 5% pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO Sutardi, Kristamtini dan Setyorini Widyayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta ABSTRAK Luas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Bahan Tanam Setelah Penyimpanan Penyimpanan bahan tanam dilakukan pada kondisi suhu yang berbeda dengan lama simpan yang sama. Kondisi yang pertama ialah suhu ruang yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahap kultur in vitro dan aklimatisasi. Tahap kultur in vitro dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli

KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli ABSTRAK Tiap varietas padi memiliki pertumbuhan dan produksi serta kemampuan kompetisi yang berbeda terhadap gulma

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang HASIL DA PEMBAHASA 21 Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang Tabel 1 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah. 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah. 1. Tinggi Tanaman Hasil pengamatan tinggi tanaman dan

Lebih terperinci

Tabel 2 Pengaruh inokulan B. japonicum, kompos, dan pupuk N terhadap tinggi tanaman kedelai Wilis pada 30 HST, 60 HST, dan 90 HST

Tabel 2 Pengaruh inokulan B. japonicum, kompos, dan pupuk N terhadap tinggi tanaman kedelai Wilis pada 30 HST, 60 HST, dan 90 HST 3 Pemeliharaan Tanaman dan Pemanenan. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan menyiramnya, mengamati kondisi tanaman, dan membersihkan gulma setiap hari. Pemanenan dilakukan dalam dua tahap yaitu 45 hari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT Baiq Tri Ratna Erawati 1), Awaludin Hipi 1) dan Andi Takdir M. 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil analisis ragam dan analisis regressi metode deteriorasi alami dan metode pengusangan cepat metanol

Lampiran 1. Hasil analisis ragam dan analisis regressi metode deteriorasi alami dan metode pengusangan cepat metanol 80 Lampiran 1. Hasil analisis ragam dan analisis regressi metode deteriorasi alami dan metode pengusangan cepat metanol Perlakua Tolok Hasil Analisis Regresi Peluan Kode**/*/NS Nilai b Persamaan Anov Kode

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Kutu Kebul (Bemisia tabaci) pada Berbagai Stadia Hidup (telur,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Kutu Kebul (Bemisia tabaci) pada Berbagai Stadia Hidup (telur, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah Kutu Kebul (Bemisia tabaci) pada Berbagai Stadia Hidup (telur, nimfa, imago) 4.1.1 Jumlah Telur Hasil anava pada lampiran1.1 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum

Lebih terperinci

RESPON GENOTIPE PADI TERHADAP CEKAMAN RENDAMAN STAGNAN DAN PRODUKTIVITASNYA PADA LINGKUNGAN TUMBUH BERBEDA

RESPON GENOTIPE PADI TERHADAP CEKAMAN RENDAMAN STAGNAN DAN PRODUKTIVITASNYA PADA LINGKUNGAN TUMBUH BERBEDA 49 RESPON GENOTIPE PADI TERHADAP CEKAMAN RENDAMAN STAGNAN DAN PRODUKTIVITASNYA PADA LINGKUNGAN TUMBUH BERBEDA ABSTRACT Rice genotypes responses to stagnant flooding stress and its productivity under different

Lebih terperinci