HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam dicampur dengan arang sekam. Kandungan hara tanah pada unsur N dan C tergolong cukup, namun memiliki kandungan K yang rendah dan susunan kation dalam tanah yang lain rendah. Tanah yang digunakan memiliki ph yang netral (Lampiran 3 dan 4). Gambar 4. Keadaan Pertanaman Kolesom Data dari stasiun klimatologi Darmaga-Bogor, menunjukkan selama penelitian curah hujan bulan Maret dan Mei cukup besar, berkisar 415 dan 331 mm, sedangkan pada bulan April curah hujan sangat sedikit sebesar 43 mm. Pemenuhan kebutuhan air selama bulan April, dilakukan melalui penyiraman pada pagi hari. Temperatur rata-rata selama penelitian yaitu 26.7 o C (Lampiran 5). Curah hujan yang cukup besar dalam periode penelitian ini mengakibatkan tanaman kolesom mudah terserang bakteri. Bakteri yang banyak menyerang

2 16 adalah Pseudomonas sp (Gambar 5). Bakteri ini menyebabkan penyakit layu dengan ciri-ciri busuk dan basah pada batang dan akar, berwarna kecoklatan, berlendir dan daun menggulung, kemudian tanaman mati (Mualim, 2009). Intensitas serangan bakteri ini sebesar ± 20 %. Penanganan penyakit layu dengan mengeradikasi tanaman yang terkena penyakit dan membuangnya jauh dari areal pertanaman kolesom. Serangan hama belalang mulai tampak pada umur tanaman 4 MST. Serangan belalang mengakibatkan daun menjadi robek (Gambar 6). Intensitas serangan hama belalang sebesar ± 5 %. Gambar 5. Kolesom yang Terserang Penyakit Layu (Pseudomonas sp.) Gambar 6. Daun Kolesom yang Terserang Belalang Pemanenan pada tanaman kolesom merupakan bagian dari pemangkasan. Keadaan daun-daun pada pucuk yang dipanen setelah pemangkasan menjadi lebih

3 17 kecil. Pada penelitian ini pembungaan terjadi pada umur 6 MST (1 minggu setelah panen ke-2). Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan dan produksi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Komponen Pertumbuhan dan Produksi Peubah Pupuk N Pupuk K N*K Koefisien keragaman Jumlah Cabang 3 MST tn tn tn MST * tn tn MST ** ** tn MST ** * tn MST tn tn tn MST * tn tn Tebal Jaringan Daun ** ** ** Bobot Basah Akar tn tn tn Bobot Kering Akar tn * tn Bobot Basah Batang tn * tn Bobot Kering Batang tn ** tn Bobot Basah Daun tn * tn Bobot Kering Daun tn ** tn Bobot Tajuk * ** tn Rasio Bobot tn * tn Tajuk/Akar Jumlah Daun saat Panen Panen 1 (3 MST) tn tn tn Panen 2 (5 MST) ** tn tn Panen 3 (7 MST) * tn tn Panen Total ** ** tn Bobot Pucuk saat Panen Panen 1 (3 MST) * tn tn Panen 2 (5 MST) ** tn tn Panen 3 (7 MST) tn tn tn Panen Total ** tn tn Keterangan : *= berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5%, **= berbeda nyata menurut uji F pada taraf 1%, tn= tidak nyata, 1 hasil transformasi Pemberian pupuk N melalui daun berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang (4, 5, 6, 8 MST), bobot tajuk, jumlah daun panen (panen ke-2, panen ke-3

4 18 dan panen total), bobot pucuk saat panen (panen ke-2 dan panen total), dan ketebalan jaringan daun. Pemberian pupuk K melalui daun berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang (5 dan 6 MST), bobot kering akar, bobot basah batang, bobot kering batang, bobot basah daun, bobot kering daun, bobot tajuk, rasio bobot tajuk/akar, jumlah daun (panen total), dan ketebalan jaringan. Terdapat interaksi antara pemberian pupuk N dan K melalui daun hanya pada peubah ketebalan jaringan daun. Jumlah cabang Secara keseluruhan jumlah cabang tanaman kolesom meningkat dengan bertambahnya umur, kecuali pada perlakuan 2 g KCl/l, 4 g KCl/l dan kontrol (Tabel 5). Penurunan jumlah cabang diduga terjadi karena adanya pembungaan yang menghambat tumbuhnya cabang-cabang baru. Jumlah cabang tertinggi pada setiap minggu pengamatan adalah tanaman yang diberi tambahan pupuk N dengan konsentrasi 2 g urea/l dan pupuk K dengan konsentrasi 1 g KCl /l, yaitu 1.6 kali lebih banyak dari tanaman kontrol (tanpa pemberian tambahan pupuk N-K). Tabel 5. Jumlah Cabang Kolesom pada Berbagai Konsentrasi N-K Setiap Minggu Perlakuan Umur Tanaman (Minggu Setelah Tanam ke- ) Rata-rata Pupuk N (g urea/l) ab 5.2b 5.8ab ab a 6.0a 6.0a a c 4.3c 4.5b b bc 4.7bc 5.2ab ab 5.1 Pupuk K (g KCl/l) a 6.2a a 5.5ab a 5.3ab b 4.7b Kontrol Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05

5 19 Gambar 7. Kurva Jumlah Cabang Tanaman Kolesom terhadap Konsentrasi Pupuk N Penyemprotan pupuk urea dengan konsentrasi 2 g urea/l memberikan respon tertinggi terhadap jumlah cabang tanaman kolesom. Pada penyemprotan pupuk urea dengan konsentrasi 3 g urea/l akan menurunkan jumlah cabang, kemudian dengan ditingkatkan kembali konsentrasi pupuk urea menjadi 4 g urea/l mampu meningkatkan kembali jumlah cabang, namun tidak melebihi respon dengan konsentrasi 2 g urea/l. Pola pertumbuhan jumlah cabang tanaman akibat penyemprotan pupuk N membentuk pola kuadratik (Gambar 7). Jumlah cabang tanaman kolesom pada umur 3 MST mengikuti persamaan regresi y = 0.1x x (R² = ), pada umur 4 MST mengikuti persamaan regresi y = 0.025x x (R² = 0.433), pada umur 5 MST mengikuti persamaan regresi y = -0.1x x (R² = ), pada umur 6 MST mengikuti persamaan regresi y = 0.125x x (R² = ), pada umur 7 MST mengikuti persamaan regresi y = 0.05x x (R² = 0.232), dan pada umur 8 MST mengikuti persamaan regresi y = 0.075x x (R² = ).

6 20 Gambar 8. Kurva Jumlah Cabang Tanaman Kolesom terhadap Konsentrasi Pupuk K Penyemprotan pupuk KCl dengan konsentrasi 1 g KCl/l memberikan respon tertinggi terhadap jumlah cabang tanaman kolesom. Peningkatan konsentrasi pupuk KCl lebih dari 1 g KCl/l memberikan respon negatif terhadap jumlah daun tanaman kolesom (Gambar 8). Jumlah cabang tanaman kolesom pada umur 5 MST akibat pengaruh penyemprotan pupuk K mengambarkan pola kuadratik mengikuti pola regresi y = -0.2x x (R² = **), sedangkan pada umur 6 MST menggambarkan pola linier negatif mengikuti pola regresi y = -0.47x (R² = *). Tebal Jaringan Daun Perlakuan penambahan pupuk N-K melalui daun sangat nyata meningkatkan ketebalan jaringan daun kolesom. Tebal jaringan daun terbesar adalah tanaman dengan tambahan kombinasi konsentrasi N-K sebesar 2 g urea/l dan 4 g KCl/l (Gambar 9). Penambahan pupuk melalui daun menyebabkan adanya pertambahan ketebalan jaringan dibandingkan tanpa adanya pertambahan pupuk. Penambahan pupuk melalui daun dengan konsentrasi 2 g urea/l dan 4 g KCl/l meningkatkan ketebalan jaringan daun sampai 2.3 kali lebih besar bila dibandingkan kontrol.

7 21 Gambar 9. Tebal Jaringan Tanaman Kolesom terhadap Kombinasi Konsentrasi Pupuk N-K Bobot Akar Pengamatan bobot basah dan kering akar dilakukan diakhir penelitian, hanya bobot kering akar yang nyata dipengaruhi oleh pupuk K (Tabel 6). Tabel 6. Respon Bobot Basah dan Bobot Kering Akar terhadap Penyemprotan Pupuk N dan Pupuk K Perlakuan Bobot Basah Akar Bobot Kering Akar Pupuk N (g urea/l) g Pupuk K (g KCl/l) g ab ab a b Kontrol Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05

8 22 Penyemprotan pupuk K melalui daun dengan konsentrasi 3 g KCl/l nyata tertinggi meningkatkan bobot basah dan bobot kering akar. Penyemprotan pupuk K dengan konsentrasi 3 g KCl/l meningkatkan bobot akar 4.7 kali lebih besar dibandingkan kontrol. Penyemprotan pupuk K mulai dari kontrol sampai konsentrasi 3 g KCl/l terus meningkatkan bobot kering akar, namun dengan penyemprotan pada konsentrasi 4 g KCl/l bobot kering akar menurun. Konsentrasi 3 g KCl/l merupakan batas maksimum penyemprotan pupuk K melalui daun dalam meningkatkan bobot akar tanaman kolesom, jika pemberian konsentrasi K ditingkatkan akan memberikan respon negatif terhadap bobot akar kolesom. Respon bobot kering akar akibat adanya penyemprotan pupuk K membentuk pola kuadratik, dengan persamaan regresi y = x x (R² = *), dengan titik puncak pada konsentrasi 2 g KCl/l (Gambar 10 dan 11). Gambar 10. Kurva Bobot Kering Akar pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K

9 23 1 g KCl/l 2 g KCl/l 3 g KCl/l 4 g KCl/l Kontrol Gambar 11. Akar Kolesom pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K (g KCl/l) Bobot Batang Penyemprotan pupuk N dan K melalui daun menunjukkan penambahan bobot basah dan bobot kering batang yang lebih besar bila dibandingkan kontrol. Bobot basah dan kering batang kolesom nyata dipengaruhi oleh penambahan pupuk K, tidak dipengaruhi oleh pupuk N dan interaksi antara kedua faktor tersebut. Penambahan pupuk K dengan konsentrasi 2 g KCl/l memberikan respon bobot basah batang 2.9 kali lebih besar bila dibandingkan dengan kontrol (Tabel 7). Bobot basah dan bobot kering batang memiliki trend hasil yang sama, yakni membentuk pola kuadratik (Gambar 12 dan 13). Pemberian konsentrasi K mulai dari kontrol sampai pada konsentrasi 2 g KCl/l akan meningkatkan bobot basah dan kering batang, namun setelah konsentrasi ditingkatkan menjadi 3 dan 4 g KCl/l akan menurunkan bobot basah dan bobot kering batang. Penyemprotan pupuk K terhadap bobot basah daun mengikuti pola kuadratik dengan persamaan regresi y = x x (R² = 0.873*), dan bobot kering batang mengikuti pola kuadratik dengan persamaan regresi y = x x (R² = *).

10 24 Tabel 7. Respon Bobot Basah dan Bobot Kering Batang terhadap Penyemprotan Pupuk N dan Pupuk K Perlakuan Bobot Basah Batang Bobot Kering Batang Pupuk N (g urea/l) g Pupuk K (g KCl/l) g ab 3.10ab a 3.92a bc 2.57b c 1.94b Kontrol Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05 Gambar 12. Kurva Bobot Basah Batang pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K

11 25 Gambar 13. Kurva Bobot Kering Batang pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K Bobot Daun Semakin besar bobot basah daun akan semakin meningkatkan produksi pucuk segar kolesom yang dihasilkan. Pada penelitian ini bobot basah dan bobot kering daun nyata dipengaruhi oleh pemberian pupuk K. Secara keseluruhan dengan adanya penyemprotan pupuk N-K melalui daun mampu meningkatkan bobot basah (3.3 kali) dan bobot kering daun (2.2 kali) dibandingkan dengan kontrol (Tabel 8). Tabel 8. Respon Bobot Basah dan Bobot Kering Daun Terhadap Penyemprotan Pupuk N dan Pupuk K Perlakuan Bobot Basah Daun Bobot Kering Daun Pupuk N (g urea/l) g Pupuk K (g KCl/l) g a 2.33a a 2.07ab ab 1.61bc b 1.24c Kontrol Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05

12 26 Penyemprotan pupuk N dengan konsentrasi 2 g urea/l memberikan peningkatan bobot basah dan bobot kering daun kolesom yang lebih besar dibandingkan konsentrasi pupuk N yang lain. Konsentrasi 2 g urea/l merupakan titik puncak respon terbaik terhadap bobot basah dan bobot kering akar, penyemprotan dengan konsentrasi lebih dari 2 g urea/l akan memberikan respon negatif terhadap bobot basah dan bobot kering daun kolesom. Pengaruh penyemprotan pupuk K terhadap bobot basah dan bobot kering daun membentuk pola linier negatif (Gambar 14 dan 15). Bobot basah daun akibat penyemprotan pupuk K mengikuti persamaan regresi y = x (R² = *), dan bobot kering daun kolesom mengikuti persamaan regresi y = x (R² = **). Gambar 14. Kurva Bobot Basah Daun pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K

13 27 Kontrol Gambar 15. Kurva Bobot Kering Daun pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K Bobot Tajuk Bobot tajuk merupakan jumlah bobot pucuk, daun dan batang tanaman kolesom. Bobot tajuk tanaman kolesom dipengaruhi secara nyata oleh adanya penyemprotan pupuk N dan pupuk K melalui daun. Penyemprotan pupuk N atau K melalui daun memberikan peningkatan bobot tajuk 2.5 lebih besar dibandingkan kontrol (Tabel 9). Tabel 9. Respon Bobot Tajuk Terhadap Penyemprotan Pupuk N dan Pupuk K Perlakuan Bobot Tajuk (g) Pupuk N (g urea/l) ab a ab b Pupuk K (g KCl/l) a a b b Kontrol Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05

14 28 Penyemprotan pupuk N dengan konsentrasi 2 g urea/l memberikan respon bobot tajuk yang terbesar dibandingkan konsentrasi pupuk N yang lain dan 2.5 kali lebih besar dari kontrol. Pemberian pupuk N mulai dari 1 g urea/l mulai meningkatkan bobot tajuk sampai pada konsentrasi 2 g urea/l, namun dengan penambahan konsentrasi 3 g urea/l mulai menurunkan bobot tajuk tanaman kolesom. Penyemprotan melalui daun dengan konsentrasi pupuk 2 g urea/l merupakan titik puncak bobot tajuk tanaman. Pengaruh penyemprotan pupuk N terhadap bobot tajuk tanaman kolesom akan mengikuti pola kuadratik, dengan persamaan regresi y = x x (R² = *). Penyemprotan melalui daun dengan konsentrasi pupuk 2 g urea/l merupakan titik puncak bobot tajuk (Gambar 16). Gambar 16. Kurva Bobot Tajuk pada Berbagai Konsentrasi Pupuk N Penyemprotan pupuk dengan konsentrasi 2 g KCl/l memberikan respon bobot tajuk yang terbesar dibandingkan konsentrasi pupuk K yang lain dan 2.5 kali lebih besar dari kontrol. Pemberian pupuk K mulai dari 1 g KCl/l mulai meningkatkan bobot tajuk sampai pada konsentrasi 2 g KCl/l, namun dengan penambahan konsentrasi 3 g KCl/l mulai menurunkan bobot tajuk tanaman kolesom. Pengaruh penyemprotan pupuk N terhadap bobot tajuk tanaman kolesom akan mengikuti pola kuadratik, dengan persamaan regresi y = -6.5x x (R² = **). Penyemprotan melalui daun dengan

15 29 konsentrasi pupuk 2 g KCl/l merupakan titik puncak bobot tajuk tanaman (Gambar 17). Gambar 17. Kurva Bobot Tajuk pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K Rasio Bobot Tajuk/Akar Arah pertumbuhan tanaman dapat dilihat dengan membandingkan rasio bobot kering tajuk/akar. Semakin besar rasio bobot kering/tajuk menunjukkan pertumbuhan tanaman lebih besar kearah tajuk. Dengan melihat rasio bobot kering tajuk/akar dapat membandingkan arah perkembangan pertumbuhan dari pemberian konsentrasi pupuk tambahan N-K yang berbeda. Penyemprotan pupuk K melalui daun berpengaruh secara nyata terhadap rasio bobot tajuk/akar tanaman kolesom (Tabel 10). Penyemprotan pupuk N melaui daun tidak berpengaruh terhadap rasio bobot tajuk. Pada penelitian ini tidak ada pengaruh interaksi pupuk K dan pupuk N terhadap rasio bobot tajuk/akar tanaman kolesom. Penyemprotan pupuk K melalui daun dengan konsentrasi 1 g KCl/l memberikan respon rasio bobot tajuk/akar yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol. Begitu pula dengan konsentrasi 2 g KCl/l memberikan respon yang sama. Penyemprotan pupuk K dengan konsentrasi 3 dan 4 g KCl/l memberikan respon rasio bobot tajuk/akar yang lebih rendah dengan kontrol (Tabel 10).

16 30 Tabel 10. Respon Bobot Tajuk/Akar Terhadap Penyemprotan Pupuk N dan Pupuk K Perlakuan Rasio Bobot Tajuk/Akar Pupuk N (g urea/l) Pupuk K (g KCl/l) a a b ab Kontrol Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05 Penurunan rasio tajuk/akar menunjukkan pertumbuhan kearah akar. Hasil penelitian Mualim (2009) menunjukkan penurunan nilai rasio bobot kering tajuk/akar berkaitan dengan remobilisasi hara dari bagian tajuk (source) ke daerah akar (sink). Pada penelitian ini rasio bobot tajuk/akar menujukkan penurunan dibandingkan dengan kontrol pada pemberian konsentrasi pupuk 4 g urea/l atau pupuk 3 g KCl/l, dengan demikian pemberian pupuk N dan K pada konsentrasi ini cenderung lebih menumbuhkan akar. Kandungan Klorofil Total Daun Kandungan klorofil total daun tertinggi (1.15µmol/g) dihasilkan pada tambahan kombinasi konsentrasi 2 g urea /l + 1 g KCl/l (Gambar 18). Tambahan kombinasi konsentrasi N-K 1-4 g/l klorofil daun dibandingkan dengan kontrol. melalui daun meningkatkan kandungan Kandungan klorofil total daun terkait dengan fotosintesis yang terjadi di dalam daun. Proses fotosintesis akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman (Darmawan dan Baharsjah, 2010).

17 31 Gambar 18. Kandungan Klorofil Total Daun pada Berbagai Perlakuan N-K Jumlah Daun Panen saat Panen Secara keseluruhan jumlah daun total memperlihatkan perbedaan nyata dengan pemberian tambahan pupuk N-K. Pada saat panen pertama pengaruh belum terlihat, karena pemberian pupuk tambahan dilakukan setelah panen ke-1. Pengaruh pupuk mulai terlihat pada panen ke-2, dan terjadi penurunan jumlah daun pada panen ke-3. Pada saat umur tanaman 6 MST telah terjadi pembungaan, sehingga mengakibatkan penurunan jumlah daun. Penyemprotan pupuk N melalui daun dapat memacu pertumbuhan jumlah daun, pemberian konsentrasi pupuk N dengan 2 g urea/l menghasilkan jumlah daun terbanyak pada panen ke-2, ke-3 dan panen total. Secara keseluruhan dengan adanya penambahan pupuk N dapat meningkatkan jumlah daun saat panen 2.9 kali lebih besar dibandingkan dengan kontrol. Penyemprotan pupuk K tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun pada setiap panen kolesom, namun pada panen total penyemprotan pupuk K memberikan pengaruh nyata. Penyemprotan pupuk K dengan konsentrasi 2 g KCl memberikan respon jumlah daun terbanyak pada panen ke-2, ke-3, dan panen total. Secara keseluruhan dengan adanya penambahan pupuk K mampu meningkatkan jumlah daun saat panen 2.6 kali lebih besar dibandingkan dengan kontrol (Tabel 11).

18 32 Tabel 11. Jumlah Daun Pada Saat Pemanenan Perlakuan Jumlah daun (helai) Panen ke- Panen Total Pupuk N (g urea/l) a 28.6ab 92.3a a 30.4a 99.6a b 21.4bc 76.2b b 19.9c 69.7b Pupuk K(g KCl/l) ab a bc c Kontrol Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05 Peyemprotan pupuk N dan K dengan konsentrasi 2 g urea/l dan 2 g KCl/l memberikan respon jumlah daun tertinggi pada pemanenan ke-2, ke-3 dan panen total. Respon jumah daun dengan penyemprotan pupuk N dan K cenderung sama yang dilihat mulai panen ke-2 sampai pada panen total. Jumlah daun akan meningkat sampai pada konsentrasi 2 g urea/l dan 2 g KCl/l, jika konsentrasi dari masing-masing pupuk N dan K ditambah, perlahan-lahan akan menurunkan jumlah daun tanaman kolesom. Penyemprotan melalui daun dengan konsentrasi pupuk 2 g urea/l merupakan titik puncak jumlah daun kolesom. Pengaruh penyemprotan pupuk N terhadap jumlah daun kolesom pada panen ke-2 akan mengikuti pola kuadratik, dengan persamaan regresi y = x x (R² = 0.816*), pada panen ke-3 akan mengikuti pola kuadratik, dengan persamaan regresi y = x x (R² = *), dan pada panen total akan mengikuti pola kuadratik, dengan persamaan regresi y = -3.45x x + 90 (R² = *) (Gambar 19).

19 33 Gambar 19. Kurva Jumlah Daun saat Panen pada Berbagai Konsentrasi Pupuk N Pengaruh penyemprotan pupuk K terhadap jumlah daun saat panen total membentuk pola linier negatif. Pertumbuhan jumlah daun saat panen akibat penyemprotan pupuk K mengikuti persamaan regresi y = -1.3x x (R² = *). Penyemprotan melalui daun dengan konsentrasi pupuk 2 g KCl/l merupakan titik puncak bobot tajuk (Gambar 20).

20 34 Gambar 20. Kurva Jumlah Daun saat Panen Total Konsentrasi Pupuk K pada Berbagai Bobot Pucuk saat Panen Bobot pucuk meningkat dengan adanya penambahan pupuk N-K dibandingkan kontrol. Tidak terdapat interaksi antara penyemprotan pupuk N dan pupuk K terhadap boobt pucuk saat panen. Penyemprotan pupuk N melalui daun dapat meningkatkan bobot pucuk. Pemberian konsentrasi pupuk N 2 g urea/l menghasilkan bobot pucuk terbesar pada panen ke-2, ke-3 dan panen total. Secara keseluruhan dengan adanya penambahan pupuk N dapat meningkatkan bobot pucuk saat panen 2.1 kali lebih besar bila dibandingkan dengan kontrol (Tabel 12). Penyemprotan pupuk K tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun pada setiap panen kolesom. Penyemprotan pupuk K dengan konsentrasi 2 g KCl/l memberikan respon bobot pucuk terbesar pada panen ke-2, ke-3, dan panen total. Secara keseluruhan dengan adanya penambahan pupuk K dapat meningkatkan bobot pucuk saat panen 1.9 kali lebih besar bila dibandingkan dengan kontrol (Tabel 12). Penurunan bobot pucuk berhubungan dengan waktu pembungaan. Pada umur 6 MST terjadi pembungaan yang menghambat pertumbuhan pucuk saat dipanen. Panen ke-3 dilaksanakan saat tanaman berumur 7 MST, sehingga memang memperlihatkan penurunan bobot pucuk. Adanya pembungaan,

21 35 mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan lebih mengarah ke pembentukan biji dan pembentukan akar, sehingga menurunkan produksi pucuk kolesom. Tabel 12. Bobot Pucuk Saat Panen Perlakuan Bobot Pucuk (g) saat Panen ke- Panen Total Pupuk N (g urea/l) 1 7.6ab 24.5b b 2 7.7ab 29.7a a 3 6.2b 18.3c c 4 8.7a 17.7c c Pupuk K(g KCl/l) Kontrol Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05 Gambar 21. Kurva Bobot Pucuk saat Panen pada Berbagai Konsentrasi Pupuk N

22 36 Pembahasan Pemupukan merupakan kunci dalam memberikan kecukupan hara bagi tanaman. Kecukupan hara suatu tanaman dapat terlihat berdasarkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Kekurangan hara pada tanaman dapat diatasi dengan menambahkan pupuk pada tanaman. Pada penelitian ini dilakukan penambahan pupuk N-K pada tanaman kolesom melalui daun. Berdasarkan hasil penelitian ini penambahan kombinasi pupuk N-K melalui daun secara keseluruhan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kolesom. Kegiatan pemanenan merupakan bagian dari pemangkasan yang dapat meningkatkan pertumbuhan pucuk aksilar dan meningkatkan pematahan dormansi. Penyemprotan pupuk N dilakukan setelah pemanenan ke-1 (3 MST). Penyemprotan pupuk N yang dilakukan setelah pemanenan akan semakin membantu peningkatan pucuk-pucuk baru. Hal ini karena fungsi nitrogen meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman (Hardjowigeno, 2007). Penyemprotan pupuk N pada tanaman kolesom saat berumur 3 MST merupakan waktu yang tepat, karena umur 3 MST merupakan saat yang menunjang pertumbuhan maksimum di umur 5 MST tanaman kolesom, sehingga mempengaruhi peningkatan produksi pada panen berikutnya. Penyemprotan pupuk N dengan konsentrasi 2 g urea/l merupakan konsentrasi yang nyata mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi kolesom paling besar (Tabel 12). Penyemprotan pupuk N dengan konsentrasi 2 g urea/l nyata meningkatkan jumlah cabang, ketebalan jaringan daun, dan jumlah daun. Peningkatan jumlah cabang, ketebalan jaringan daun dan jumlah daun, nyata meningkatkan bobot pucuk kolesom. Konsentrasi 2 g urea/l nyata meningkatkan bobot pucuk kolesom pada panen ke-2, ke-3 dan panen total. Jumlah cabang yang semakin banyak akan semakin meningkatkan bobot pucuk tanaman kolesom. Hal ini disebabkan semakin banyak pucuk yang terbentuk pada cabang-cabang tanaman, maka semakin banyak pucuk yang dipanen dan mampu meningkatkan bobot pucuk. Ketebalan jaringan daun yang semakin besar akan meningkatkan bobot pucuk tanaman kolesom. Hal ini

23 37 disebabkan semakin tebal jaringan daun, maka bobot daun akan semakin meningkat. Jumlah daun yang semakin banyak akan meningkatkan bobot pucuk. Hasil Penelitian Aristian (2010) menunjukkan bahwa pemberian pupuk N pada tanaman jarak nyata meningkatkan jumlah cabang dan pada akhirnya mampu meningkatkan jumlah daun. Hal ini disebabkan karena jumlah daun yang semakin banyak, maka kuantitasnya pada saat panen akan meningkat dan meningkatkan bobot pucuk saat panen. Penyemprotan pupuk K sampai dengan konsentrasi 3 g KCl/l nyata meningkatkan jumlah daun pada panen total tanaman kolesom (Tabel 11). Penyemprotan pupuk K sampai dengan konsentrasi 3 g KCl/l juga nyata meningkatkan tebal jaringan daun, bobot kering akar, bobot basah dan bobot kering batang, bobot basah dan bobot kering daun, bobot tajuk tanaman, dan rasio bobot tajuk/akar tanaman. Penyemprotan pupuk K melalui daun pada tanaman kolesom tidak berpengaruh dalam peningkatan produksi pucuk tanaman kolesom. Unsur K merupakan kofaktor dari enzim-enzim dalam proses metabolisme tanaman (Hardjowigeno, 2007).

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

PENGARUH KOMBINASI KONSENTRASI PUPUK N-K MELALUI DAUN TERHADAP PRODUKSI PUCUK DAUN KOLESOM (Talinum triangulare Wild)

PENGARUH KOMBINASI KONSENTRASI PUPUK N-K MELALUI DAUN TERHADAP PRODUKSI PUCUK DAUN KOLESOM (Talinum triangulare Wild) i PENGARUH KOMBINASI KONSENTRASI PUPUK N-K MELALUI DAUN TERHADAP PRODUKSI PUCUK DAUN KOLESOM (Talinum triangulare Wild) Disusun Oleh: MAULANA MARMAN A24061763 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Hasil analisis tanah sebelum perlakuan dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan IPB. Lahan penelitian tergolong masam dengan ph H O

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1-26.2 o C dengan suhu minimum berada pada bulan Februari, sedangkan suhu maksimumnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian berlangsung dari bulan Mei 2011 sampai bulan Juli 2011 di lahan Pembibitan Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian diawali dengan pemilihan pohon

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2011. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil analisis ragam dan uji BNT 5% tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran (5a 5e) pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari 2 MST hingga

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Oktober 212 sampai dengan Januari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian di Rumah Kaca 4.1.1 Tinggi Tanaman Hasil Analisis ragam (Analysis of Variance) terhadap tinggi tanaman jagung (Tabel Lampiran 2-7) menunjukkan bahwa tiga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan perkembangan stek pada awal penanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti air, suhu, kelembaban dan tingkat pencahayaan di area penanaman stek.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) PADA BERBAGAI APLIKASI PUPUK NITROGEN+KALIUM MELALUI TANAH DAN DAUN

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) PADA BERBAGAI APLIKASI PUPUK NITROGEN+KALIUM MELALUI TANAH DAN DAUN PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) PADA BERBAGAI APLIKASI PUPUK NITROGEN+KALIUM MELALUI TANAH DAN DAUN Protein and Anthocyanin Production of Waterleaf Shoot

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013- Januari 2014 di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung dan Laboratorium Rekayasa Sumber

Lebih terperinci

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN PEMUPUKAN BERTAHAP NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN PEMUPUKAN BERTAHAP NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN PEMUPUKAN BERTAHAP NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN Protein and Anthocyanin Productions of Waterleaf Shoot

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia Latosol Darmaga Latosol (Inceptisol) merupakan salah satu macam tanah pada lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Pertanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Pertanaman HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Pertanaman Hasil analisis tanah awal menunjukkan bahwa tanah lokasi penelitian tergolong agak masam dengan ph 5.6. Menurut Sundara (1998) tanaman tebu masih dapat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Tinggi Tanaman Tinggi tanaman caisin dilakukan dalam 5 kali pengamatan, yaitu (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Juli 2017 memiliki suhu harian rata-rata pada pagi hari sekitar 27,3 0 C dan rata rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Juli 2017 memiliki suhu harian rata-rata pada pagi hari sekitar 27,3 0 C dan rata rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 Kondisi Lingkungan Tempat Penelitian Lokasi percobaan bertempat di desa Jayamukti, Kec. Banyusari, Kab. Karawang mendukung untuk budidaya tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Hasil analisis kondisi iklim lahan penelitian menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika setempat menunjukkan bahwa kondisi curah hujan, tingkat kelembaban,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kec. Natar Kab. Lampung Selatan dan Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada areal pertanaman jeruk pamelo di lahan petani Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... viii xi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah... 1 1.2 Tujuan... 3 1.3 Landasan Teori... 3 1.4 Kerangka Pemikiran... 5 1.5 Hipotesis... 8

Lebih terperinci

LAMPIRAN DATA. Lampiran 1. Contoh Lengkap Data Pengamatan Jumlah Daun (helai) Umur 1 MST Ulangan Perlakuan

LAMPIRAN DATA. Lampiran 1. Contoh Lengkap Data Pengamatan Jumlah Daun (helai) Umur 1 MST Ulangan Perlakuan LAMPIRAN DATA Lampiran 1. Contoh Lengkap Data Pengamatan Jumlah Daun (helai) Umur 1 MST Ulangan Total Rataan I II III U 1 F 0 4,000 4,000 3,000 11,000 3,667 U 1 F 1 4,000 4,000 4,000 12,000 4,000 U 1 F

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri dari (1) pengambilan contoh tanah Podsolik yang dilakukan di daerah Jasinga, (2) analisis tanah awal dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium Benih dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Layout Penelitian Blok 1 Blok 2 Blok 3 (P0.Z1) (P1.Z0) (P2.Z1) (P1.Z0) (P2.Z1) (P2.Z2) (P1.Z1) (P0.Z1) (P1.Z1) (P0.Z0)

LAMPIRAN A. Layout Penelitian Blok 1 Blok 2 Blok 3 (P0.Z1) (P1.Z0) (P2.Z1) (P1.Z0) (P2.Z1) (P2.Z2) (P1.Z1) (P0.Z1) (P1.Z1) (P0.Z0) LAMPIRAN A. Layout Penelitian Blok 1 Blok 2 Blok 3 (P0.Z2) (P0.Z1) (P2.Z2) (P2.Z1) (P1.Z0) (P0.Z0) (P0.Z1) (P2.Z1) (P1.Z0) (P1.Z1) (P2.Z2) (P1.Z2) (P2.Z0) (P1.Z1) (P0.Z1) (P0.Z0) (P2.Z0) (P2.Z1) (P1.Z2)

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN APLIKASI PUPUK DAUN NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN APLIKASI PUPUK DAUN NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN APLIKASI PUPUK DAUN NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN Protein and Anthocyanin Productions of Waterleaf Shoot

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Ragam Peubah Tinggi Tanaman Tebu Sumber Keragaman. db JK KT F Hitung Pr > F

Lampiran 1. Analisis Ragam Peubah Tinggi Tanaman Tebu Sumber Keragaman. db JK KT F Hitung Pr > F LAMPIRAN Lampiran 1. Analisis Ragam Peubah Tinggi Tanaman Tebu Asal Kebun 1 651.11 651.11 35.39** 0.0003 Ulangan 2 75.11 37.56 2.04 0.1922 Galat I 2 92.82 46.41 2.52 0.1415 Posisi Batang 2 444.79 222.39

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium I I I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanaan di kebun percobaan IPB, Leuwikopo, Dramaga dengan jenis tanah latosol Dramaga. Percobaan dilaksanakan pada tanggal 26 September 2010 sampai dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Boor. Penukuran bobot kerin, bobot basah, kandunan klorofil dan penerinan tanaman dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan pada Uji F 5% dan disajikan pada Tabel 4.1. Nilai uji tengah DMRT

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan pada Uji F 5% dan disajikan pada Tabel 4.1. Nilai uji tengah DMRT 29 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh nyata perlakuan pada Uji F 5% dan disajikan pada Tabel 4.1. Nilai uji tengah DMRT dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... I. PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... I. PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... iii iv I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang dan Masalah... 1 1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5 1.3 Landasan Teori... 5 1.4 Kerangka Pemikiran...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh Anjani (2013) pada musim tanam pertama yang ditanami tanaman tomat,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari 2009 sampai Juni 2009. Bahan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Percobaan dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan, dari bulan April sampai Agustus 2010. Bahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5 22 10 LS dan 105 14 38 dan Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Lay out Penelitian

LAMPIRAN Lampiran 1. Lay out Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Lay out Penelitian Keterangan : K0 K1 K2 K3 K4 = % KCl + 0 % Abu Sekam Padi = 75 % KCl + 25 % Abu Sekam Padi = 50 % KCl + 50 % Abu Sekam Padi = 25 % KCl + 75 % Abu Sekam Padi = 0 %

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2009, yang merupakan bulan basah. Berdasarkan data iklim dari Badan Meteorologi dan Geofisika, Dramaga,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017. 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017. 3.2 Bahan dan Peralatan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dikebun Percobaan Cikatas,Kampus IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian tempat 250 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 13 4.1 Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisa sidik ragam untuk parameter tinggi tanaman pada 1, 2, 3 dan 4 minggu setelah tanam (MST) yang disajikan pada Lampiran 3a, 3b, 3c dan

Lebih terperinci

Sumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/

Sumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/ Lampiran 1. Deskripsi benih sertani - Potensi hasil sampai dengan 16 ton/ha - Rata-rata bulir per-malainya 300-400 buah, bahkan ada yang mencapai 700 buah - Umur panen padi adalah 105 hari sejak semai

Lebih terperinci