BAB IV. Pelaksanaan, Hasil Penelitian, dan Pembahasan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Semarang Jawa Tengah merupakan salah satu Sekolah Dasar di Gugus Mina

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No Rombel Jumlah siswa Persentase 1 Kelas IVa 33 50% 2 Kelas IVb 33 50% Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Setting dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Negeri Salatiga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Bringin 01. Letak sekolah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan Eksperimen Kontrol Jumlah Seluruhnya 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 IVA 23 50% Kontrol 2 1VB 23 50% Eksperimen Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Jumlah Kelas SMP Negeri 1 Bawen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Langkah awal yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian di SD Negeri Tlogo dan SD

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 17 Kota Jambi, kelas VII yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Subjek dan Pelaksanaan Penelitian Gambaran Umum Subjek penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 SDN Mangunsari 07 Salatiga Eksperimen % 2 SDN 03 Karangrejo Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah. Jumlah Seluruhnya 60. Tabel 10.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di SD N 1 Tlogopucang yang beralamat di desa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

an SDN Giyanti Kelompok Kontrol SDN 01 Mungseng Kelompok Eksperimen Jumlah sampel penelitaian 50

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. peneliti melakukan dokumentasi berupa foto-foto selama penelitian berlangsung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. Dalam penelitian ini seluruh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian eksperimen, Penelitian ini bertujuan untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kranggan Kabupaten Temanggung, dengan populasi penelitian sebanyak 219

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan terhadap siswa di MAN se Kabupaten Blitar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV Pelaksanaan, Hasil Penelitian, dan Pembahasan 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Panunggalan 05 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah. Jumlah siswa yang ada di SD Panunggalan 5 mulai dari kelas I sampai kelas VI adalah sebanyak 115 siswa. Jumlah tenaga pendidik di SD Negeri Panunggalan 05 sebanyak 11 Orang. 11 tenaga pendidik tersebut terdiri dari 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 1 guru bahasa inggris, 2 guru agama dan 1 guru penjaskes. Penelitian ini dilakukan di kelas VI SD Negeri Panunggalan 02 Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan sebagai kelas uji coba instrumen dan kelas VI SD Negeri Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan sebagai kelas yang digunakan untuk eksperimen. Jumlah siswa di SD Negeri Panunggalan 2 Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan sebagai kelas uji coba instrumen berjumlah 27 siswa. Sedangkan jumlah siswa di SD Negeri Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan sebagai kelas eksperimen berjumlah 25 siswa. Adapun alasan yang menjadikan pertimbangan peneliti memilih kelas VI SD Negeri Panunggalan 5, berdasarkan observasi pada tanggal 17 Februari 2016 pada kelas VI dalam mata pelajaran IPA dengan pokok bahasan sistem tata surya, guru masih terlihat belum menerapkan metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa terhadap materi yang akan dipelajari, dan didukung dengan hasil belajar siswa yang masih kurang membuat guru kelas mengusulkan pelaksanaan penelitian dilaksanakan di kelas VI supaya mempersiapkan siswa dalam menghadapi ujian maupun tes yang lainnya. Selain observasi dengan guru peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa siswi kelas VI SD Panunggalan 5, 38

hasilnya 23 dari 25 siswa di kelas VI tersebut mengatakan bahwa mereka kurang menyukai mata pelajaran IPA karena materinya sulit-sulit dan dalam penyampaiannya masih membosankan. Oleh karena itu penelitian dilakukan di kelas VI SD Negeri Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan semester II tahun ajaran 2015/2016. Penelitian pertama kali dilakukan dengan memberikan pretest pada kelas VI dengan jumlah 25 siswa setelah instrument soal dikatakan valid, dan reliabel. Kemudian peneliti baru mengadakan pretest yang telah dilakukan pada tanggal 17 Maret 2016. Dalam penelitian ini pretest dilakukan untuk mengukur hasil belajar IPA pada ranah kognitif sebelum diberi perlakuan berdasarkan SK: 9. Memahami matahari sebagai pusat tata surya dan interaksi bumi dalam tata surya dan KD: 9.1. Mendeskripsikan sistem tata surya dan posisi penyusun tata surya. Kemudian dilakukan dengan memberikan posttest setelah diberi perlakuan dengan menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu berdasarkan SK: 9. Memahami matahari sebagai pusat tata surya dan interaksi bumi dalam tata surya dan KD: 9.1. Mendeskripsikan sistem tata surya dan posisi penyusun tata surya. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24 dan 26 Maret 2016 yang berkolaborasi dengan guru kelas VI SD Negeri Panunggalan 05 yaitu bapak Jefri Yoga. P, S.Pd. SD dengan menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu. Pembelajaran dilaksanakan pada jam pertama dan kedua. Pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe talking stick diawali dengan apersepsi menyanyikan lagu naik-naik kepuncak gunung yang diganti liriknya dengan materi tata surya. Judul lagu tersebut adalah Sistem Tata Surya siswa-siswi terlihat antusias saat menyanyikan lagu tersebut, setelah beberapa kali lagu tata surya dinyanyikan beberapa siswa sudah terlihat ada yang mulai meghafal karena lagunya cukup mudah diingat oleh siswa, setelah itu guru mulai menyampaikan tujuan pembelajaran. Untuk mempermudah proses pembelajaran guru membagi siswa kedalam 5 kelompok. Setiap kelompok 39

memiliki 5 anggota secara acak. Guru mulai menyampaikan materi pembelajaran dengan berpanduan pada buku paket SAINS untuk kelas VI SD, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang kurang dipahami oleh siswa, siswa berdiskusi tentang materi sistem tata surya secara berkelompok dan diberi waktu selama 15 menit, setelah selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya guru mempersilahkan siswa untuk menutup bacaan. Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu siswa, setelah itu dengan diiringi lagu Sistem Tata Surya tongkat digulirkan dari satu siswa ke siswa yang lainnya. Guru memberhentikan lagu setiap saat, bersama dengan itu tongkat berhenti dan dipegang oleh salah satu siswa. Siswa yang beruntung akan mendapatkan sebuah pertanyaan dari guru dan mereka harus menjawabnya secara langsung. Bersama dengan siswa guru membahas dan membenarkan jawaban siswa yang kurang tepat. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan berpedoman pada RPP yang disesuaikan dengan teori penggunaan model kooperatif tipe talking stick. Pada pertemuan pertama siswa terlihat antusias saat bermain tongkat berbicara/talking stick meskipun ada beberapa siswa yang masih melihat papan tulis saat menyanyikan lagu Sistem Tata Surya. Pada pertemuan kedua siswa diberikan materi yang sama dengan model kooperatif tipe talking stick. Pada pertemuan kedua siswa sangat antusias saat mengikuti pembelajaran bahkan seluruh siswa sudah menghafal lagu Sistem Tata Surya dan menyanyikannya secara lantang baik saat apersepsi maupun saat bermain talking stick. Namun begitu masih ada satu ataupun dua siswa yang salah menjawab ketika mendapatkan soal dari guru saat bermain talking stick. Disetiap akhir pembelajaran guru selalu melakukan refleksi dan membuat kesimpulan dengan melibatkan siswa. Setelah pembelajaran dilakukan selama 2 kali pertemuan, pada pertemuan akhir peneliti membagikan soal posttest. Data pretest dan posttest kemudian dianalisis uji normalitas dan dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t-test. 40

4.2 Hasil Penelitian Hasil penelitian ini terdiri dari data deskriptif dan analisis data. Deskriptif data meliputi data hasil observasi implementasi model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar IPA sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan (posttest). Sedangkan analisis data meliputi uji persyaratan yaitu uji normalitas selanjutnya uji t-test dengan menggunakan paired samples test. 4.2.1 Analisis Deskriptif setiap Variabel 4.2.1.1 Variabel X (Model Kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu) Model kooperatif tipe talking stick yang merupakan variabel X atau variabel bebas merupakan suatu model yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran supaya siswa aktif dalam pembelajaran. Dalam penerapan model kooperatif tipe talking stick ini menggunakan langkahlangkah pembelajaran diawali dengan kegiatan persiapan, kegiatan pelaksanaan, dan kegiatan penutup. Kegiatan persiapan diawali dengan menyiapkan alat dan bahan pembelajaran seperti tongkat/stick, materi dan RPP, menyampaikan tujuan dan apersepsi. Langkah selanjutnya kegiatan pelaksanaan dilakukan dengan pemberian materi pelajaran serta membagi siswa dalam lima (5) kelompok, membimbing kelompok bekerja dan belajar. Kegiatan penutup mencakup penarikan kesimpulan, pemberian evaluasi, memberikan penghargaan bagi kelompok belajar serta tindak lanjut. Berdasarkan pada langkah-langkah pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe talking stick peneliti kemudian menyusun lembar observasi, yang berfungsi sebagai alat pengumpul data penggunaan model kooperatif tipe talking stick dalam kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan untuk memantau jalannya perlakuan pembelajaran sesuai dengan ketentuan dan teori yang digunakan. Langkah-langkah tersebut kemudian disusun menjadi lembar observasi yang di dalamnya peneliti 41

menyediakan 2 kolom. Pada kolom keterangan ya menunjukkan bahwa kegiatan dilaksanakan sedangkan kolom keterangan tidak menunjukkan bahwa kegiatan tidak dilaksanakan. Untuk 23 aspek yang akan diobservasi berdasarkan langkah-langkah model talking stick observer harus mengisi setiap pertanyaan dengan memberikan tanda centang ( ) sesuai dengan kenyataan yang dilihatnya. Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe talking stick 1 (satu) KD disampaikan dalam dua kali pertemuan dan setiap pertemuan kegiatan pembelajaran diobservasi. Hasil observasi selama 2 (dua) kali pertemuan pada kelas perlakuan dengan model kooperatif tipe talking stick dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2. Tabel 4.1 Hasil Observasi Tindakan Pertemuan 1 No Aspek Indikator Keterangan 1. Pra pembelajaran (Penyampaian tujuan dan motivasi siswa) ya tidak 1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. 2. Guru memeriksa kesiapan siswa sebelum pembelajaran dimulai. 3. Guru mengadakan doa bersama. 4. Guru melakukan presensi. 5. Guru memberikan motivasi agar siswa bersungguh-sungguh dalam belajar. 2. Kegiatan awal 6. Guru mulai melakukan apersepsi sesuai materi yang akan diajarkan. 7. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk merangsang berfikir. 3. Kegiatan inti (penyajian informasi, pengorganisasian ke dalam 8. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai hari ini.melalui papan tulis. 9. Guru menyampaikan materi pokok pembelajaran yang akan dipelajari. 10. Guru memberikan kesempatan untuk siswa bertanya tentang materi yang belum jelas. 42

kelompok belajar) 4. Kegiatan Akhir (evaluasi, pemberian penghargaan) 11. Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok. 12. Guru menyiapkan materi pembelajaran tambahan dalam bentuk teks untuk dibaca dan dipelajari oleh masing-masing kelompok. 13. Siswa berdiskusi untuk membahas masalah yang terdapat di dalam wacana. 14. Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan siswa untuk menutup bacaan. 15. Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu siswa, setelah itu dengan diiringi media lagu anak-anak (berisi materi pembelajaran) tongkat digulirkan dari satu siswa ke siswa yang lainnya. 16. Setelah lagu selesai dinyanyikan, siswa yang memegang tongkat terakhir harus menjawab pertanyaan dari guru. 17. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru 18. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal yang belum dipahami. 19. Guru melibatkan siswa dalam membuat kesimpulan dari kegiatan pembelajaran. 20. Guru memberikan soal evaluasi. 21. Guru melakukan refleksi pembelajaran. 22. Guru memberikan penghargaan terhadap siswa yang aktif dalam pembelajaran, dan memotivasi siswa yang lainnya. 23. Guru menutup pembelajaran. 43

Dari hasil observasi pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe talking stick di kelas VI SD N Panunggalan 5 pada pertemuan 1 yang dikakukan pada pada tanggal 24 Maret 2016 menunjukkan bahwa langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran sudah memenuhi kriteria penggunaan model kooperatif tipe talking stick. oleh karena itu pada pertemuan 1 dapat dikatakan guru sudah menerapkan model kooperatif tipe talking stick dengan baik sesuai dengan langkahlangkah pembelajaran yang tercantum dalam RPP. Tabel 4.2 Hasil Observasi Tindakan Pertemuan 2 No Aspek Indikator Keterangan 1. Pra pembelajaran (Penyampaian tujuan dan motivasi siswa) ya tidak 1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. 2. Guru memeriksa kesiapan siswa sebelum pembelajaran dimulai. 3. Guru mengadakan doa bersama. 4. Guru melakukan presensi. 5. Guru memberikan motivasi agar siswa bersungguh-sungguh dalam belajar. 2. Kegiatan awal 6. Guru mulai melakukan apersepsi sesuai materi yang akan diajarkan. 7. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk merangsang berfikir. 3. Kegiatan inti (penyajian informasi, pengorganisasian ke dalam kelompok belajar) 8. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai hari ini.melalui papan tulis. 9. Guru menyampaikan materi pokok pembelajaran yang akan dipelajari. 10. Guru memberikan kesempatan untuk siswa bertanya tentang materi yang belum jelas. 11. Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok. 12. Guru menyiapkan materi pembelajaran tambahan dalam bentuk teks untuk dibaca dan 44

4. Kegiatan Akhir (evaluasi, pemberian penghargaan) dipelajari oleh masing-masing kelompok. 13. Siswa berdiskusi untuk membahas masalah yang terdapat di dalam wacana. 14. Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan siswa untuk menutup bacaan. 15. Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu siswa, setelah itu dengan diiringi media lagu anak-anak (berisi materi pembelajaran) tongkat digulirkan dari satu siswa ke siswa yang lainnya. 16. Setelah lagu selesai dinyanyikan, siswa yang memegang tongkat terakhir harus menjawab pertanyaan dari guru. 17. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru 18. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal yang belum dipahami. 19. Guru melibatkan siswa dalam membuat kesimpulan dari kegiatan pembelajaran. 20. Guru memberikan soal evaluasi. 21. Guru melakukan refleksi pembelajaran. 22. Guru memberikan penghargaan terhadap siswa yang aktif dalam pembelajaran, dan memotivasi siswa yang lainnya. 23. Guru menutup pembelajaran. Dari hasil observasi pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe talking stick di kelas VI SD N Panunggalan 5 pada pertemuan 2 yang dikakukan pada pada tanggal 26 Maret 2016 menunjukkan bahwa langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran sudah 45

memenuhi kriteria penggunaan model kooperatif tipe talking stick dengan baik karena terlihat pada tabel 4.1 bahwa semua prosedur telah dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu pada pertemuan 2 dapat dikatakan guru sudah menerapkan model kooperatif tipe talking stick dengan baik sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang tercantum dalam RPP. Hasil observasi yang ada pada 4.1 dan 4.2 secara keseluruhan sudah menunjukkan bahwa dalam mengimplementasikan model kooperatif tipe talking stick dalam pembelajaran IPA, sudah melakukan semua prosedur sesuai dengan model kooperatif tipe talking stick dalam proses belajar mengajar dengan baik atau sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran yang tercantum dalam RPP, hal tersebut ditunjukkan dengan pemberian tanda centang ( ) pada keterangan ya mengandung maksud sudah dilaksanakan. 4.2.1.2 Variabel Y (Hasil Belajar Siswa) Dalam penelitian ini pengumpulan data hasil belajar IPA siswa kelas VI SD N Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan menggunakan teknik pretest-posttest yaitu sebelum siswa diberi perlakuan atau treatment dengan menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu siswa diberikan pretest terlebih dahulu untuk mengukur kemampuan awal siswa, kemudian pemberian posttest digunakan untuk mengukur kemampuan siswa setelah mendapatkan perlakuan (treatment). Instrument pretest dan posttest sebelumnya telah uji coba pada kelas uji coba di kelas VI SD N Panunggalan 2 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan yaitu pada tanggal 14 Maret 2016 selanjutnya dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Skor hasil belajar pretest dan posttest yang diperoleh masih berupa data mentah. Untuk mempermudah menarik kesimpulan dari data yang telah diperoleh maka data mentah tersebut perlu diolah terlebih dahulu untuk memperoleh gambaran yang baik mengenai data tersebut. Data skor 46

hasil belajar pretest dan posttest yang diperoleh dari kelas VI SD N Panunggalan 5 disajikan dan dianalisis secara diskriptif. Tujuannya agar data tersebut dapat dipaparkan secara baik dan disimpulkan secara mudah. Deskriptif data meliputi penyusunan data dalam bentuk tampilan yang mudah terbaca secara lengkap. Tabel distribusi frekuensi merupakan salah satu bentuk penyajian data yang sering ditampilkan secara visual dalam bentuk diagram batang maupun histogram untuk menyederhanakan bentuk dan jumlah data sehingga lebih mudah dipahami. Untuk itu sebelum dilakukan analisis deskriptif, terlebih dahulu dibuat tabel destribusi frekuensi skor hasil belajar pretest dan posttest. 4.2.1.2.1 Hasil Analisis Deskriptif Pretest Pretest untuk mengukur variabel terikat (hasil belajar ranah kognitif) sebelum diberi perlakuan. Jumlah soal pretest sebanyak 10 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian yang diambil dari soal yang valid setelah dianalisis validitas, dan reliabilitas. Skor hasil belajar ranah kognitif dari hasil pretest yang diperoleh masih berupa data mentah. Untuk itu perlu diolah terlebih dahulu untuk memperoleh gambaran yang baik mengenai data tersebut. Berikut ini akan disajikan tabel distribusi frekuensi skor hasil belajar pretest. Untuk mempermudah membuat tabel distribusi frekuensi skor hasil belajar pretest, pertama menentukan berapa banyaknya kelas (K), setelah itu menghitung jangkauan (Range), dan panjang interval kelasnya (I) dengan rumusnya seperti dibawah ini Sugiyono (2011): Banyaknya Kelas (K) = 1 + 3,33 log n = 1 + 3,3 log 25 = 5,61 (dibuat menjadi 6 kelas) Range (R) = (Skor maksimal Skor minimal) + 1 = (72-36) + 1 = 37 47

Interval = = = 6,1 (dibuat menjadi 7) Setelah diketahui banyaknya kelas (K), setelah itu menentukan berapa jumlah jangkauan (Range), dan panjang Interval Kelasnya (I), kemudian disusun tabel distribusi frekuensinya. Rangkuman distribusi frekuensi skor pretest dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Rangkuman Distribusi Frekuensi Skor Pretest No Interval Frekuensi Presentase 1 36-42 4 16% 2 43-49 7 28% 3 50-56 8 32% 4 57-63 3 12% 5 64-70 1 4% 6 71-77 2 8% Jumlah 25 100% Tabel 4.3 menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai 36 sampai dengan 42 terdiri dari 4 siswa dengan presentase 16%, siswa yang mendapat nilai 43 sampai dengan 49 terdiri dari 7 siswa dengan presentase 28%, siswa yang mendapat nilai 50 sampai dengan 56 terdiri dari 8 siswa dengan presentase 32%, siswa yang mendapat nilai 57 sampai dengan 63 terdiri dari 3 siswa dengan presentase 12%, siswa yang mendapat nilai 64 sampai dengan 70 terdiri dari 1 siswa dengan presentasi 4% dan siswa yang mendapat nilai 71 sampai dengan 77 terdiri dari 2 siswa dengan presentase 8% dari jumlah seluruh siswa kelas VI SD N Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Berdasarkan Kriteria 48

Ketuntasan Minimal (KKM 63) data hasil perolehan nilai pretest (sebelum diberikan perlakuan) dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Ketuntasan Hasil Belajar Pretest Kategori Range Pretest Frekuensi Presentase (%) Tuntas 63-100 3 12% Tidak tuntas 0-63 22 88% Jumlah 25 100% Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar pretest dapat dijelaskan bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM 63) sebanyak 22 siswa atau 88% dari 25 siswa. Sedangkan yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM 63) sebanyak 3 siswa atau 12% dari 25 siswa. Distribusi selanjutnya dilakukan dilakukan analisis deskriptif. Di bawah ini merangkum data empirik sebelum diberikan perlakuan pembelajaran (pretest) menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu pada pelajaran IPA siswa kelas VI SD N Panunggalan 5 berdasarkan SK. 9. Memahami matahari sebagai pusat tata surya dan interaksi bumi dalam tata surya, dan KD. 9.1 Mendeskripsikan sistem tata surya dan posisi penyusun tata surya telah diklasifikasikan pada tabel 4.5 Descriptive Statistics di bawah ini dengan ukuran tendensi sentral (Mean), pengukuran penyimpangan (Range, Standar Deviation, dan Variance) 49

Tabel 4.5 Descriptive Statistics Pretest Descriptive Statistics N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance PRETEST 25 36 36 72 52.16 10.359 107.307 Valid N (listwise) 25 Tabel 4.5 menunjukkan jumlah (N) sebanyak 25 mempunyai rentangan (range) sebesar 36 berfungsi untuk mencari panjang kelas dalam distribusi frekuensi. Selanjutnya, skor maksimal 72 sedangkan skor minimal sebesar 36 dengan rata-rata hitung (mean) 52,16. Kemudian standar deviasi (Std. Deviation) sebesar 10,359 yang berfungsi untuk menunjukkan tingkat (drajat) variasi kelompok atau ukuran standar atau penyimpangan dari reratanya. Terakhir memiliki nilai varians (variance) sebesar 107,307 yang berfungsi untuk mengetahui tingkat penyebaran atau variasi data. 4.2.1.2.2 Hasil Analisis Deskriptif Posttest Penelitian ini juga terdapat posttest pada subjek penelitian. Posttest digunakan untuk mengukur variabel terikat (hasil belajar IPA pada ranah kognitif) sesudah diberi perlakuan. Posttest dilakukan untuk mengukur pengaruh penerapan model kooperatif tipe talking stick dalam pembelajaran IPA siswa kelas VI SD N Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Jika ada perbedaan pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan dengan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu terhadap hasil belajar IPA, maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan antara pembelajaran sesudah diberi perlakuan menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu dengan sebelum diberi perlakuan. Jumlah soal posttest sebanyak 10 soal pilihan ganda, dan 5 uraian diambil dari soal 50

yang valid setelah analisis validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukaran instrument tes. Skor hasil belajar dari hasil posttest yang diperoleh masih berupa data mentah. Untuk itu perlu diolah terlebih dahulu untuk memperoleh gambaran yang baik mengenai data tersebut. Berikut ini akan disajikan tabel distribusi frekuensi skor hasil belajar posttest. Untuk mempermudah membuat tabel distribusi frekuensi skor hasil belajar posttest, pertama menentukan berapa banyaknya kelas (K), setelah itu menghitung jangkauan (Range), dan panjang interval kelasnya (I) dengan rumusnya seperti dibawah ini Sugiyono (2011): Banyaknya Kelas (K) = 1 + 3,33 log n = 1 + 3,3 log 25 = 5,61 (dibuat menjadi 6 kelas) Range (R) = (Skor maksimal Skor minimal) + 1 = (96-56) + 1 = 41 Interval = = = 6,83 (dibuat menjadi 7) Setelah diketahui banyaknya kelas (K), setelah itu menentukan berapa jumlah jangkauan (Range), dan panjang Interval Kelasnya (I), kemudian disusun tabel distribusi frekuensinya. Rangkuman distribusi frekuensi skor posttest dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Rangkuman Distribusi Frekuensi Skor Posttest No Interval Frekuensi Presentase 1 56-62 1 4% 51

2 63-69 3 12% 3 70-76 5 20% 4 77-83 1 4% 5 84-90 3 12% 6 91-97 12 48% Jumlah 25 100% Tabel 4.6 menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai 56 sampai dengan 62 terdiri dari 1 siswa dengan presentase 4%, siswa yang mendapat nilai 63 sampai dengan 69 terdiri dari 3 siswa dengan presentase 12%, siswa yang mendapat nilai 70 sampai dengan 76 terdiri dari 5 siswa dengan presentase 20%, siswa yang mendapat nilai 77 sampai dengan 83 terdiri dari 1 siswa dengan presentase 4%, siswa yang mendapat nilai 84 sampai dengan 90 terdiri dari 3 siswa dengan presentasi 12% dan siswa yang mendapat nilai 91 sampai dengan 97 terdiri dari 12 siswa dengan presentase 48% dari jumlah seluruh siswa kelas VI SD N Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM 63) data hasil perolehan nilai posttest (setelah diberikan perlakuan) dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Ketuntasan Hasil Belajar Posttest Kategori Range Posttest Frekuensi Presentase (%) Tuntas 63-100 24 96% Tidak tuntas 0-63 1 4% Jumlah 25 100% Dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar posttest dapat dijelaskan bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM 63) sebanyak 1 siswa atau 4% dari 25 siswa. 52

Sedangkan yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM 63) sebanyak 24 siswa atau 96% dari 25 siswa. Distribusi selanjutnya dilakukan analisis deskriptif. Di bawah ini merangkum data empirik setelah diberikan perlakuan pembelajaran (posttest) menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu pada pelajaran IPA siswa kelas VI SD N Panunggalan 5 berdasarkan SK. 9. Memahami matahari sebagai pusat tata surya dan interaksi bumi dalam tata surya, dan KD. 9.1 Mendeskripsikan sistem tata surya dan posisi penyusun tata surya telah diklasifikasikan pada tabel 4.8 Descriptive Statistics di bawah ini dengan ukuran tendensi sentral (Mean), pengukuran penyimpangan (Range, Standar Deviation, dan Variance). Tabel 4.8 Descriptive Statistics Posttest Descriptive Statistics N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance POSTTEST 25 40 56 96 84.48 12.183 148.427 Valid N (listwise) 25 Tabel 4.8 menunjukkan jumlah (N) sebanyak 25 mempunyai rentangan (range) sebesar 40 berfungsi untuk mencari panjang kelas dalam distribusi frekuensi. Selanjutnya, skor maksimal 96 sedangkan skor minimal sebesar 56 dengan rata-rata hitung (mean) 84,48. Kemudian standar deviasi (Std. Deviation) sebesar 12,183 yang berfungsi untuk menunjukkan tingkat (drajat) variasi kelompok atau ukuran standar atau penyimpangan dari reratanya. Terakhir memiliki nilai varians (variance) sebesar 148,427 yang berfungsi untuk mengetahui tingkat penyebaran atau variasi data. 4.3 Uji Prasyarat 53

Sebelum dilakukan analisis Uji T-test, dilakukan uji prasyarat atau sering disebut dengan uji asumsi terlebih dahulu. Dalam sebuah penelitian teknik analisis yang digunakan menggunakan analisis parametrik dan analisis nonparametrik. Menurut Slameto (2015) ciri statistik parametrik secara umum terletak pada jenis datanya yang berupa data interval atau rasio, sementara distribusi datanya (populasi) mendekati normal hingga normal. Sedangkan ciri statistik non parametrik menurut Slameto (2015) adalah terletak pada jenis datanya yang berupa data nominal atau ordinal, sementara distribusi datanya tidak diketahui atau bisa disebut tidak normal. Jika dalam penelitian ini digunakan analisis parametrik maka seharunya dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah The One Grup Pretest-Postest Desain. Dalam desain ini sampel yang digunakan hanya 1 kelas yaitu kelas VI SD N Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan yang sebelum perlakuan diberikan terlebih dahulu sampel diberi pretest (tes awal) dan di akhir pembelajaran sampel diberi posttest (test akhir) setelah diberi perlakuan menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu. Maka uji prasyarat yang digunakan hanya Uji Normalitas karena sampel yang digunakan hanya 1 kelas yaitu kelas VI SD N Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Uji normalitas digunakan kerena, untuk mengetahui apakah varian memiliki distribusi normal atau tidak dengan tingkat signifikansi harus di atas 0,05. Uji normalitas untuk kelas yang digunakan dalam eksperimen oleh peneliti diambil dari nilai pretest (sebelum diberi perlakuan) dan posstest (setelah diberi perlakuan) dengan menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu. Uji normalitas dilakukan sebelum melakukan uji T-tes. Uji normalitas berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS 16.0, hasil uji normalitas nilai pretest-posttest pada kelas yang dilakukan eksperimen sebelum dan sesudah menggunakan 54

model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4.9 Output Uji Normalitas Nilai Pretest dan Posttest One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test pretestke posttestke gainscoreke N 25 25 25 Normal Parameters a Mean 52.16 84.48 32.32 Std. Deviation 10.359 12.183 13.262 Most Extreme Differences Absolute.165.214.119 Positive.115.172.110 Negative -.165 -.214 -.119 Kolmogorov-Smirnov Z.823 1.068.594 Asymp. Sig. (2-tailed).507.204.873 a. Test distribution is Normal. Tabel 4.9 menunjukkan bahwa instrumen pretest dan posttest mempunyai data pada One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan tingkat signifikansi (Asymp. Sig. (2-tailed)) 0,507 untuk pretest dan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,204 untuk posttest. Jika dirumuskan 0,507 > 0,05 (pretest) dan 0,204 > 0,05 (posttest). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua data pretest dan posttest dinyatakan berdistribusi normal dengan tingkat signifikasikan > 0,05. Untuk melihat sebaran data uji normalitas di atas, berikut ini disajikan Gambar 4.3.2 yaitu grafik normalitas hasil belajar pretest dan Gambar 4.3.3 yaitu Grafik normalitas hasil belajar posttest. 55

Gambar 4.3.2 Grafik Uji Normalitas Skor Hasil Belajar Pretest Grafik 4.3.3 Grafik Uji Normalitas Skor Hasil Belajar Posttest 4.4 Hasil Uji Hipotesis Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah kelas VI SD N Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan dengan satu perlakuan menggunakan model kooperatif tipe talking stick, artinya 56

sebelum diberikan posttest (diberi perlakuan) siswa terlebih dahulu diberikan pretest (tanpa perlakuan). Untuk melakukan dan mendapatkan hasil dari Uji T-test maka dapat menggunakan bantuan SPSS 16.0 dengan Statistik Paired Sample T-test. Uji T-tes (Paired Sample T-test) dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan model kooperatif tipe talking stick terhadap pencapaian kognitif siswa. Hasilnya dapat dilihat juga melalui perbadaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu pada pelajaran IPA. Karena hipotesis dalam penelitian ini hanya ada satu yaitu ada atau tidaknya pengaruh model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu terhadap hasil belajar IPA, maka hasil dari uji hipotesis tersebut hanya untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari 2 variabel. Dari hipotesis yang sudah dirumuskan pada bab III yaitu: H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan penggunaan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu terhadap pencapaian kognitif materi IPA siswa kelas VI SD Negeri Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan, dengan nilai sig > 0,05. H1: Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu terhadap pencapaian kognitif materi IPA siswa kelas VI SD Negeri Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan, dengan nilai sig < 0,05. Untuk pengambilan keputusan apakah H0 ditolak atau diterima maka menggunakan taraf signifikansi yaitu jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima, jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak. Hasil analisis data Uji T-test atau uji beda rata-rata (Paired Samples Statistics) menggunakan SPSS For Windows Version 16.0 dapat dilihat pada tabel 4.10. 57

Tabel 4.10 Hasil Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 pretestke 52.16 25 10.359 2.072 posttestke 84.48 25 12.183 2.437 Berdasarkan tabel 4.10 jumlah N sebanyak 25 siswa. Nilai rata-rata hitung (mean) untuk pretest adalah 52,16, sedangkan (mean) untuk posttest adalah 84,48 dengan simpangan baku (Std Deviation) pada pretest sebesar 10,356, sedangkan posttest 12,183. Jadi rata-rata hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu lebih tinggi dari pada sebelum diberi perlakuan. Untuk selanjutnya dilakukan Uji t-test (Paired Samples T-test) untuk mengetahui signifikansi perbedaan rata-rata nilai pretest dan posttest. Hasil uji T-test (Paired Samples T-test) dari nilai pretest dan posttest hasil belajar IPA dapat dilihat pada tabel 4.11. Tabel 4.11 Uji T-test Pretest dan Posttest hasil belajar IPA Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Std. Error Difference Sig. (2- Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed) Pair 1 pretestke - posttestke -32.320 13.262 2.652-37.794-26.846-12.185 24.000 58

Tabel 4.11 menunjukkan hasil t-hitung yang telah dilakukan diperoleh dengan menggunakan Paired Samples Test. Berdasarkan hasil analisis SPSS pada kolom Sig (2-tailed) diperoleh nilai 0,000. Jika pada rumusan hipotesis yaitu H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara penggunaan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu terhadap pencapaian kognitif materi IPA Tata Surya siswa kelas VI SD N Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan, dengan nilai sig > 0,05. H1: Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu terhadap pencapaian kognitif materi IPA Tata Surya siswa kelas VI SD N Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan dengan nilai sig < 0,05. Maka dari hasil output disimpulkan bahwa H1 diterima karena sig < 0,05 yaitu 0,000 < 0,05. Berarti hal ini bermakna bahwa pencapaian kognitif IPA siswa (pretest) sebelum diberi perlakuan berbeda dengan pencapaian kognitif IPA siswa (posttest) setelah diberi perlakuan menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu. Nilai rata-rata pembelajaran sesudah menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu lebih tinggi dari nilai rata-rata pembelajaran sebelum menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu. Hal ini diperkuat dengan informasi yang memaparkan nilai ratarata pembelajaran sebelum menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu dan nilai rata-rata pembelajaran sesudah menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu. Rata-rata pembelajaran sebelum menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu yaitu sebesar 52,16 dan rata-rata pembelajaran sesudah menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu yaitu sebesar 84,48. Berarti rata-rata nilai siswa sesudah menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu dengan siswa sebelum menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media berbeda. Nilai posttest siswa yang 59

menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu lebih tinggi daripada nilai pretest belajar siswa sebelum menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu. Dalam hal ini diartikan terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu terhadap pencapaian kognitif materi IPA Tata Surya. Jadi dapat disimpulkan: Terdapat pengaruh pencapaian kognitif yang signifikan antara sebelum dan sesudah penggunaan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu pada mata pelajaran IPA siswa kelas VI SD N Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. 4.5 Pembahasan Hasil Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelas VI SD N Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan berjumlah 25 orang yang terdiri dari 17 laki-laki dan 8 siswa perempuan. Pada waktu peneliti melakukan observasi langsung di kelas, dalam pembelajaran terlihat masih banyak siswa yang cenderung kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hal itu dibuktikan masih banyak siswa yang pasif, sering diam dan ada beberapa siswa yang asik main sendiri ketika guru sedang menyampaikan materi. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas VI SD N Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan, banyak siswa yang beranggapan bahwa pembelajaran IPA sulit dipahami. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang sesuai dengan karakter siswa ataupun materi yang dipelajari. Akan tetapi antusias siswa meningkat ketika guru menerapkan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu dalam pembelajaran IPA. Model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu adalah suatu model pembelajaran menggunakan bantuan tongkat/stick yang berperan melibatkan atau mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dimana dalam proses belajar mengajar guru meminta siswa untuk bernyanyi lagu singkat tentang materi tata surya sambil menggulirkan 60

tongkat/stick sebagai tongkat berbicara. Sebagian besar siswa berlatih untuk aktif bertanya ataupun menjawab pertanyaan dari guru terkait dengan materi yang telah diajarkan sehingga siswa yang berperan aktif terhadap kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas terlebih dahulu guru mempersiapkan alat dan bahan lalu guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran dan menjelaskan langkah-langkah model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu kepada siswa, sehingga siswa tidak mengalami kebingungan atau kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu. Desain eksperimen yang digunakan peneliti adalah The One Grup Pretest-Postest Design. Sesuai dengan desain yang digunakan sampel terlebih dahulu diberikan pretest sebelum diberikan posttest. Pretest dalam penelitian ini merupakan hasil belajar ranah kognitif IPA siswa sebelum diberikan perlakuan (model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu) sedangkan posttest merupakan hasil belajar ranah kognitif IPA siswa setelah diberikan perlakuan atau dalam pembelajarannya menerapkan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu. Untuk hasil belajar pretest dan posttest terdiri dari empat indikator yang dijadikan kisi-kisi instrumen tes berupa soal pilihan ganda dan uraian yaitu 1) mencari informasi tentang planet-planet yang beredar mengelilingi matahari, 2) menentukan posisi-posisi planet dalam tata surya, 3) mendeskripsikan peredaran planetplanet di dalam tata surya, 4) mendiskripsikan benda-benda langit yang mengelilingi matahari selain planet. Berdasarkan perbandingan hasil analisis penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Martiani (2014), Wahyuni (2013), dan Ulfa (2011) terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya terletak pada penggunaan model pembelajaran talking stick (variabel bebas) dan mata pelajaran yang terletak pada variabel terikat yaitu hasil belajar IPA, dimana perbedaan dalam penelitian ini pembelajaran talking stick berfungsi sebagai model pembelajaran sedangkan penelitian sebelumnya berfungsi sebagai 61

metode pembelajaran. Berdasarkan persamaan dan perbedaan yang telah dilakukan dengan penelitian sebelumnya terdapat persamaan yang telah diyakini dapat meningkatkan hasil belajar melalui model ataupun metode pembelajaran talking stick pada mata pelajaran IPA, dimana dalam pembelajaran model talking stick ini dapat menimbulkan antusias belajar siswa yang tinggi, sehingga siswa mampu terlibat secara aktif dalam proses kegiatan pembelajaran dan hasil pembelajaran siswa mengalami peningkatan. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu model kooperatif tipe talking stick dan pencapaian kognitif IPA. Maka sesuai pengujian hipotesis didapat pembahasan yaitu Terdapat pengaruh yang signifikan pada pengunaan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu terhadap pencapaian kognitif IPA siswa kelas VI SD N Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan semester II tahun ajaran 2015/2016. Hal itu terbukti dengan rata-rata nilai posttest (setelah diberikan perlakuan) yaitu 84,48 dengan nilai terendah 56 dan nilai tertinggi 96 lebih tinggi dibanding rata-rata nilai pretest (sebelum diberikan perlakuan) yaitu 52,16 dengan nilai terendah 36 dan nilai tertinggi 96. Dilihat dari jumlah siswa yang tuntas nilai petest sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM 63) sebanyak 3 siswa atau 12% dari 25 siswa. Sedangkan nilai posttest sebanyak 24 siswa atau 96% dari 25 siswa. Meskipun terdapat peningkatan pencapaian kognitif siswa tetapi masih ada 1 siswa yang belum tuntas. Berdasarkan analisis Uji T-test menggunakan Paired Samples Test pada kolom Sig (2-tailed) diperoleh nilai 0,000. Jika pada rumusan hipotesis yaitu H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara penggunaan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu terhadap pencapaian kognitif IPA siswa kelas VI SD N Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan, dan nilai sig > 0,05. H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu terhadap pencapaian kognitif IPA siswa kelas VI SD N Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan, dan nilai sig < 0,05, maka dari hasil output disimpulkan bahwa Hα diterima karena sig < 62

0,05 yaitu 0,000 < 0,05. Berarti dapat diambil keputusan bahwa: Terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu terhadap pencapaian kognitif IPA siswa kelas VI SD N Panunggalan 5 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Nilai rata-rata pembelajaran sesudah menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu lebih tinggi dari nilai rata-rata pembelajaran sebelum menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu. Perbedaan pencapaian kognitif antara pretest dan posttest ini dipengaruhi oleh penerapan model pembelajaran di dalam kelas. Pembelajaran yang dipengaruhi pada model pembelajaran ini adalah mata pelajaran IPA pada pokok bahasan sistem tata surya. Hal ini sesuai dengan kelebihan model kooperatif tipe talking stick dimana dalam kegiatan pembelajaran lebih berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator, artinya dalam pembelajaran talking stick siswa akan lebih terlibat dan aktif saat proses pembelajaran berlangsung, siswa diberi tanggung jawab lebih untuk dapat memahami materi pembelajaran dan akan berlatih berbicara mengungkapkan pendapat atau menjawab pertanyaan dari guru melalui bantuan tongkat/stick, sehingga akan menimbulkan antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan uraian pembahasan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran IPA menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu dapat melibatkan siswa aktif dan antusias saat mengikuti proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Martiani (2014), Wahyuni (2013), dan Ulfa (2011) yang menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berpengaruh terhadap hasil belajar siswa atau hasil belajar siswa meningkat dan melibatkan siswa aktif atau antusias saat mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian pihak sekolah atau guru dapat menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Sesuai dengan 63

urian pembahasan yang ada dalam penelitian ini maka dapat dipaparkan implikasi teoritis dan praktis sebagai berikut: a. Implikasi Teoritis 1. Pembelajaran kooperatif learning tipe talking stick menekankan pada keaktifan siswa yang menciptakan suasana belajar siswa menarik dan menyenangkan di kelas dengan melatih siswa untuk dapat berbicara dan menyampaikan pendapat sambil bernyanyi gembira. Pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe talking stick menjadikan siswa lebih aktif dan antusias dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe talking stick siswa dituntut untuk mampu mengungkapkan atau mengutarakan pendapat di depan kelas misalnya dalam menjawab pertanyaan dari guru terkait dengan materi yang telah dipelajari, sehingga seluruh siswa mempersiapkan diri atau belajar dengan giat agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Dalam pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe talking stick siswa akan dibentuk menjadi beberapa kelompok untuk mempelajari materi secara lebih mendalam. Dengan berkelompok akan terbentuk interaksi yang positif dan komunikasi antar siswa serta pertukaran pengetahuan atau pengalaman yang mereka miliki akan bertambah. Masing-masing kelompok akan mendapat materi tambahan terkait dengan mata pelajaran yang dipelajari. Siswa diberi waktu untuk memahami dan mempelajari materi tersebut baru kemudian bermain dengan tongkat/talking stick. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, hal itu terbukti rata-rata nilai posttest setelah diberikan perlakuan menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai pretest sebelum diberikan perlakuan, maka sebagai upaya sekolah dan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa dapat menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan 64

media lagu. Setelah membandingkan teori model kooperatif tipe talking stick dengan penelitian hasilnya sejalan dan saling melengkapi. Setelah pembelajaran model kooperatif tipe talking stick disesuaikan dengan standar proses (EEK) maka model kooperatif tipe talking stick menjadi lebih fleksibel atau mudah digunakan oleh guru dan hasilnya terbukti bahwa model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu berpengaruh pada hasil belajar siswa. 2. Secara signifikan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu yang disesuaikan dengan karakteristik siswa serta materi yang akan dipelajari. Dalam penelitian ini penerapan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu telah melibatkan siswa aktif atau antusias dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga siswa akan lebih memahami materi yang dipelajari dan tentunya hasil belajar IPA siswa meningkat. Hasil ini mendukung pendapat Martiani (2014), Wahyuni (2013), dan Ulfa (2011) yang menyatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu model atau metode yang digunakan, peran guru dalam mengajarkan materi, serta peran siswa sebagai subjek didik. b. Implikasi Praktis 1. Implikasi praktis berhubungan dengan kontribusi penelitian bagi sekolah, bagi guru, dan bagi siswa. Pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe talking stick dapat digunakan sebagai salah satu kebijakan yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada pelajaran IPA. Baik siswa dengan karakteristik yang ulet, rajin, mandiri, memiliki kepercayaan diri dan disiplin belajar yang tinggi atau siswa yang cepat bosan dengan rutinitas di dalam kelas, kaku dan kurang antusias. Pembelajaran menggunakan menggunakan model kooperatif tipe talking stick ini menekankan pada aktifitas siswa untuk belajar dengan cara mengingat materi pembelajaran secara berkelompok baik melalui penjelasan guru, buku maupun lagu yang telah dinyanyikan untuk mempermudah siswa 65

dalam menghafal materi sekaligus melatih kemampuan siswa dalam berbicara didepan kelas. Penggunaan menggunakan model kooperatif tipe talking stick berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar yang diperoleh siswa setelah diberikan perlakuan atau treatment menggunakan menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu (posttest) mengalami peningkatan dibandingkan hasil belajar siswa sebelum diberikan perlakuan (pretest). 2. Pembelajaran menggunakan menggunakan model kooperatif tipe talking stick memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan aktifitas, kreatifitas, dan memudahkan siswa dalam mengingat materi pembelajaran yang telah diberikan oleh guru, sehingga IPA tidak menjadi pembelajaran yang membosankan atau sulit untuk dipelajari oleh siswa dan hasil belajar siswa meningkat. Dengan demikian menggunakan model kooperatif tipe talking stick berbantuan media lagu dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam mengajarkan suatu materi terutama pada mata pelajaran IPA yang dalam proses pembelajarannya bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa didalam kelas. 66