BAB 11 RESOLUSI. 1. Pendahuluan. 2. Resolving argumen

dokumen-dokumen yang mirip
Teknik Penyederhanaan untuk Menyederhanakan Teknik Resolusi

FM-UDINUS-PBM-08-04/R0

FM-UDINUS-BM-08-05/R0

BAN 10 BENTUK NORMAL

BAB 6 EKUIVALENSI LOGIS

BAB 9 TABLO SEMANTIK. 1. Pendahuluan. 2. Tablo semantik

BAB 8 STRATEGI PEMBALIKAN

Representasi Kalimat Logika ke dalam Matriks Trivia

REPRESENTASI PENGETAHUAN UTHIE

BAB 7 PENYEDERHANAAN

BAB I LOGIKA MATEMATIKA

Logika. Arum Handini Primandari, M.Sc. Ayundyah Kesumawati, M.Si.

IMPLEMENTASI STRATEGI PERLAWANAN UNTUK PEMBUKTIAN VALIDITAS ARGUMEN DENGAN METODE REDUCTIO AD ABSURDUM

BAB I PENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA

Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada 1

Representasi Pengetahuan : Logika Predikat

Silogisme Hipotesis Ekspresi Jika A maka B. Jika B maka C. Diperoleh, jika A maka C

BAB IV LOGIKA A. Pernyataan B. Operasi uner

STMIK Banjarbaru EKUIVALENSI LOGIKA. 10/15/2012 H. Fitriyadi & F. Soesianto

BAB 5 TAUTOLOGI. 1. Pendahuluan. 2. Evaluasi validitas argumen

PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF

REPRESENTASI PENGETAHUAN

Perangkai logika / operator digunakan untuk mengkombinasikan proposisi-proposisi atomik menjadi proposisi majemuk. Untuk menghindari kesalahan tafsir

Definisi 2.1. : Sebuah pernyataan yang bernilai benar atau salah disebut dengan proposisi (proposition)

KALKULUS PERNYATAAN. Totologi & Kontradiksi. Tingkat Kekuatan Operator. Tabel Kebenaran 9/30/2013. Nur Insani, M.Sc

Matematika Industri I

Logika Matematika. ILFA STEPHANE, M.Si. September Teknik Sipil dan Geodesi Institut Teknologi Padang

PENGERTIAN. Proposisi Kalimat deklaratif yang bernilai benar (true) atau salah (false), tetapi tidak keduanya. Nama lain proposisi: kalimat terbuka.

LOGIKA PROPOSISI 3.1 Proposisi logika proposisional. Contoh : tautologi yaitu proposisi-proposisi yang nilainya selalu benar. Contoh 3.

METODE INFERENSI. Level 2. Level 3. Level 4

SILABUS MATAKULIAH. Indikator Pokok Bahasan/ Materi Aktifitas Pembelajaran

LOGIKA. Arum Handini Primandari

LOGIKA. /Nurain Suryadinata, M.Pd

Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara proposisi atau pernyataan (statements).

PEMBUKTIAN MATEMATIKA

PERTEMUAN TAUTOLOGI, KONTRADIKSI, DAN CONTINGENT

Berdasarkan tabel 1 diperoleh bahwa p q = q p.

Pertemuan 2. Proposisi Bersyarat

PROPOSISI MAJEMUK. dadang mulyana

Logika Proposisi. Pertemuan 2 (Chapter 10 Schaum, Set Theory) (Chapter 3/4 Schaum, Theory Logic)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

Logika Matematika BAGUS PRIAMBODO. Silogisme Silogisme Hipotesis Penambahan Disjungsi Penyederhanaan Konjungsi. Modul ke: Fakultas FASILKOM

LOGIKA MATEMATIKA. MATEMATiKA DISKRET S1-SISTEM INFORMATIKA STMIK AMIKOM. proposisi conjungsi tautologi inferensi

Logika Matematika Diskret (TKE132107) Program Studi Teknik Elektro, Unsoed

PERBANDINGAN SISTEM GENTZEN DENGAN SISTEM LEMMON PADA PEMBUKTIAN VALIDITAS ARGUMEN

LOGIKA MATEMATIKA (Pendalaman Materi SMA)

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb.

BAB I PENDAHULUAN. a. Apa sajakah hukum-hukum logika dalam matematika? b. Apa itu preposisi bersyarat?

LOGIKA Ponco Wali Pranoto PTI FT UNY create: Ratna W.

REPRESENTASI PENGETAHUAN. Pertemuan 6 Diema Hernyka Satyareni, M. Kom

Representasi Pengetahuan

PENGENALAN LOGIKA MATEMATIKA

KOMPARASI PENGGUNAAN METODE TRUTH TABLE DAN PROOF BY FALSIFICATION DALAM PENENTUAN VALIDITAS ARGUMEN. Abstrak

q = Socrates is a man r = Socrates is mortal Bila dibuat tabel kebenaran, hasilnya invalid.

LOGIKA MATEMATIKA. LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) MATEMATIKA PAKET C TINGKAT V DERAJAT MAHIR 1 SETARA KELAS X

ATURAN INFERENSI. Dr. Julan HERNADI & (Asrul dan Enggar) Pertemuan 6 FONDASI MATEMATIKA. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unmuh Ponorogo

MATEMATIKA DISKRIT LOGIKA

Konvers, Invers dan Kontraposisi

METODE INFERENSI (1)

MODUL PERKULIAHAN EDISI 1 MATEMATIKA DISKRIT

BAB 6 LOGIKA MATEMATIKA

LOGIKA SIMBOLIK. Bagian II. September 2005 Pengantar Dasar Matematika 1

MODUL 3 OPERATOR LOGIKA

EKSKLUSIF OR (XOR) DEFINISI

LOGIKA MATEMATIKA LOGIKA. Altien Jonathan Rindengan, S.Si, M.Kom

Struktur Diskrit. Catatan kuliah Struktur Diskrit Program Ilmu Komputer. disusun oleh Yusuf Hartono Fitri Maya Puspita

Kalkulus Proposisi. Author-IKN. MUG2B3/ Logika Matematika

MAKALAH RANGKUMAN MATERI LOGIKA MATEMATIKA : NURHIDAYAT NIM : DBC

Inferensi. Definisi: Dapat dituliskan : A, B, C, D,, H C K

1.3 Pembuktian Tautologi dan Kontradiksi. Pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar bagaimanapun nilai proposisi

6. LOGIKA MATEMATIKA

Berpikir Komputasi. Sisilia Thya Safitri, MT Citra Wiguna, M.Kom. 3 Logika Proposisional (I)

2.1. Definisi Logika Proposisi Logika proposisi Atomic proposition compound proposition

Proposition Logic. (Logika Proposisional) Bimo Sunarfri Hantono

LOGIKA. Ratna Wardani Pendidikan Teknik Informatika. 10/28/2008> Pertemuan-1-2 1

METODE PENARIKAN KESIMPULAN

PIRANTI LUNAK PEMBUKTIAN PERNYATAAN LOGIKA PROPOSISI DENGAN METODE RESOLUSI MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN PROSEDURAL

Cerdik Matematika. Bambang Triatma. Matematika. Cerdik Pustaka [Type the phone number] [Type the fax number]

Unit 7 PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF. Clara Ika Sari Budhayanti. Pendahuluan. Selamat belajar dan tetap bersemangat, semoga Anda sukses.

Matematika Logika Aljabar Boolean

STMIK Banjarbaru LOGIKA PROPOSISIONAL. 9/24/2012 H. Fitriyadi & F. Soesianto

BAB III REPRESENTASI PENGETAHUAN

HEURISTIK UNTUK MEMPERCEPAT PEMBUKTIAN VALIDITAS ARGUMEN DENGAN TABLO SEMANTIK DI LOGIKA PREDIKAT

Pengantar Logika. Didin Astriani Prasetyowati, M.Stat UIGM

Pernyataan adalah kalimat yang bernilai benar atau salah tetapi tidak sekaligus benar dan salah.

Suatu pernyataan akan memiliki bentuk susunan minimal terdiri dari subjek diikuti predikat, baru kemudian dapat diikuti objeknya.

BAB V REPRESENTASI PENGETAHUAN

RESOLUTIONS - INTRODUCTION Lecture 11-13

Logika Predikat (Kalkulus Predikat)

ARGUMEN DAN METODE DEDUKSI

LOGIKA & PEMBUKTIAN. Anita T. Kurniawati, MSi LOGIKA

EKUIVALENSI LOGIS. Dr. Julan HERNADI & (Asrul dan Enggar) Pertemuan 3 FONDASI MATEMATIKA. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unmuh Ponorogo

MATEMATIKA DISKRIT. Logika

DASAR-DASAR LOGIKA. Pertemuan 2 Matematika Diskrit

Dasar-dasar Logika. (Review)

MATERI 1 PROPOSITIONAL LOGIC

4. LOGIKA MATEMATIKA

LOGIKA MATEMATIKA I. PENDAHULUAN

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Metode Inferensi. Metode Inferensi 1/54

Logika Matematika. Logika Matematika. Jurusan Informatika FMIPA Unsyiah. September 26, 2012

Transkripsi:

BAB 11 RESOLUSI 1. Pendahuluan Pembuktian ekspresi-ekspresi logika berupa validitas argumen-argumen pada bab-bab sebelumnya sangat penting untuk menemukan metode yang lebih mekanis dan mudah digunakan di dalam logika. Metode tersebut disebut resolusi (resolution). 2. Resolving argumen Logika berhubungan dengan deduksi atau penarikan kesimpulan, masalah pembuktian dan validitas argumen. Perhatikan contoh argumen berikut: Contoh 1: Jika durian ini manis, maka durian ini enak dimakan. Jika durian ini enak dimakan, maka saya akan memakannya. Dengan demikian, jika durian ini enak dimakan, maka saya akan memakannya. Argumen tersebut pasti valid. Pola argumen di atas adalah Silogisme Hipotetis. Jika masih ragu-ragu maka validitasnya dapat dibuktikan dengan langkah-langkah berikut: Pembuktian: Langkah 1: Tentukan variabel proposisionalnya. A = durian ini manis B = durian ini enak dimakan C = saya akan memakannya Langkah 2: Buat bentuk logika masing-masing pernyataan. 1. A B 2. B C 3. A C Langkah 3: Susun dalam bentuk ekspresi logika. ((A B) (B C)) (A C) Sekarang dapat dilihat dengan jelas bahwa ekspresi logika dari argumen tersebut adalah Silogisme Hipotetis, dan sudah dibuktikan tautologi pada bab sebelumnya. Selanjutnya dapat ditulis seperti berikut:

{(A B),(B C)} (A C) Jadi, jika premis-premis, yakni (A B) ) dan (B C) bernilai benar, maka kesimpulan (A C) juga pasti bernilai benar, atau (A C) adalah konsekuensi logis dari (A B) dan (B C). Dengan menggunakan strategi pembalikan, dapat diperlihatkan bahwa menegasi kesimpulan yakni (A C) adalah tidak konsisten dengan premis-premis (A B) dan (B C). untuk membuktikannya digunakan tabel kebenaran dengan penulisan berikut: (A B) (B C) (A C) Dan sudah dapat dipastikan bahwa tabel kebenaran untuk menunjukkan nilai kebenaran seluruhnya salah atau kontradiksi yang berarti argumen valid. Disini masih dapat digunakan sudut pandang semantik dan memperlihatkan ketidakkompatibelannya dengan penulisan berikut: (A B) (B C) (A C) adalah falsum, yakni konstanta proposisional yang selalu bernilai salah. Artinya jika nilai kebenaran dari premis-premis dan negasi kesimpulan-kesimpulan bernilai salah (falsum), maka argumen pasti valid. Sekarang akan dibahas teknik resolving argument dengan memakai cara penulisan terakhir,yakni dengan falsum. Misalkan ekspresi logika (A B) Λ (B C) (A C) di ubah menjadi CNF, maka akan diperoleh hasil berikut ini: (A B) Λ (B C) (A C) ( A v B) ( B v C) ( A C) A B ( A v B) ( B v C) ( A Λ C) De Morgan s Law ( A v B) ( B v C) (A C) Law of Double Negation ( A v B) ( B v C) A C Asosiatif Jadi bentuk CNF yang diperoleh adalah: ( A v B) ( B v C) A C Sekarang perhatikan dengan baik pasangan klausa ( A v B) dan ( B v C), dan perhatikan bahwa klausa pertama mempunyai B dan klausa kedua memiliki pasangannya yakni B. sekarang perhatikan penjelasan berikut satu demi satu: 1. Jika v(b) T, maka v( B) F, maka nilai kebenaran klausa kedua tergantung dari v(c). 2. Jika v(b) F, maka klausa pertama nilai kebenarannya tergantung dari v( A).

3. Padahal hanya mungkin satu di antara v(b) dan v( B) yang bernilai benar. Misalnya, v(b) T dan v( B) F, atau v(b) F dan v( B) T. 4. Jadi jika v(( A v B) Λ ( B v C)) T,maka dengan memilih salah satu kemungkinan dari nomor (3), dipastikan v( A) T dan v(c) T. 5. Sekarang dapat beralasan jika v(( A v B) Λ ( B v C)) T, dengan v( A) T dan v(c) T, maka v( A v C) T. karena jika v( A v C) F, maka v(( A v B) Λ ( B v C)) tidak bisa bernilai benar. 6. Dengan kata lain, maka (( A v B) dan ( B v C) dapat di reduksi atau di-resolved menjadi satu klausa ( A v C) dengan menghilangkan B dan B. Prinsip resolusi didasarkan pada penjelasan di atas, yakni dua klausa yang masing-masing literal yang berpasangan, misal A dengan A, maka literal yang berpasangan tersebut dapat di resolved. Klausa hasil proses resolve disebut resolvent clause. Sebelum memulai penjelasan resolusi lebih lanjut, perhatikan kelanjutan uraian di atas. 1. Klausa ( A v B) dan ( B v C) dapat di-resolved menjadi satu resolvent, yakni menjadi kalusa ( A v C). 2. Klausa ( A v C) dengan A di resolved menjadi C 3. Klausa C dengan C akan menjadi apa? Membatalkan C dengan C akan menghasilkan klausa kosong, dan bagaimana menyatakan klausa kosong?. Sebaiknya memakai saja, sebab jika dua buah klausa di resolved, hasilnya harus benar. Jadi, jika C di-resolved dengan C, masing-maing harus bernilai benar, maka hasil resolvent-nya harus benar, padahal C dan C tidak mungkin benar bersama-sama. Jadi gunakan saja ekspresi yang nilainya mungkin benar, yakni. Cara lain adalah melihat bahwa klausa berbentuk disjung, dan salah satu disjung harus bernilai benar agar klausa bernilai banar. Tetapi jika tidak ada disjung untuk menunjukkan klausa benar, maka klausa pasti salah. Oleh karena itu, klausa kosong tidak akan memenuhi persyaratan tersebut, ia pasti selalu salah atau falsum. 4. Klausa C di-resolved dengan C menjadi. Oleh karena itu, penggunaan memenuhi persyaratan (A B) Λ (B C) Λ (A C) di atas. Untuk mempermudah penjelasan di atas, gunakan bentuk pohon terbalik (inverted tree) seperti berikut, tetapi jangan lupa untuk tetap menggunakan bentuk CNF.

( A v B) ( B v C) A C ( A v C) C Bentuk normal konjungtif (CNF) dengan empat klausa, yakni ( A v B),( B v C),A dan C, langkah pertama yang dilakukan adalah me-resolved ( A v B) dengan ( B v C), menjadi ( A v C). selanjutnya, ( A v C) di-resolved dengan A menjadi C, dan terakhir C di-resolved dengan C menghasilkan. Pada saat mendapatkan klausa kosong dapat dinyatakan bahwa klausa-klausa yang ada di anggap tidak kompatibel satu dengan lainnya. Dengan kata lain, negasi dari kesimpulan tidak konsisten dengan premis-premis. Argumen justru dunyatakan valid karena pemakaian negasi kesimpulan berarti menggunakan strategi pembalikan. Keindahan metodeini tampak pada bentuk CNF dengan klausa-klausanya yang saling meresolvent jika saling memiliki literal yang komplementer untuk menemukan klausa kosong. Hasilnya memang sangat mekanis dan langsung tampak hasilnya. 3. Himpunan klausa Untuk menentukan CNF sebagai himpunan klausa, sebagai contoh ekspresi di atas, yakni: ( A B) ( B C) A C Dapat dinyatakan dalam bentuk himpunan klausa sehingga dapat ditulis: {( A B), ( B C), A, C} Dengan menghilangkan perangkai. Tetapi jika mengingat sifat komutatif, yakni (A B) (B A), maka himpunan klausa tersebut juga dapat dipindah-pindahkan untuk mempermudah pembuatan pohon terbalik karena resolvent harus ada pasangan literalnya, yang masing-masing berada di satu kalusa. Sebagai contoh, ekspresi logika diatas bisa ditulis : {( A B), A, ( B C), C} Maka gambar pohon terbaliknya sebagai berikut :

4. Resolvent Sebelumya sudah dijelaskan mengenai metode resolusi walaupun belum lengkap. Selanjutnya, perhatikan teknik resolusi berikut : Ada dua literal, misalnya p 1 dan p 1, yang disebut pasangan literal yang saling melengkapi (complementary pair). Jika ada dua klausa yang masing-masing memiliki satu dari pasangan tersebut, maka klausa tersebut dapat di-resolved bersama agar menjadi satu klausa baru (resolvent clause), dan cara ini dinamakan resolvent. Sebagai contoh, klausa {p 1, p 2, p 3 } dengan {p 2, p 3 } dapat di-resolved menjadi {p 1, p 3 }. Definisi : Resolvent dua klausa C 1 dan C 2 yang masing-masing klausa berisi salah satu literal berpasangan λ dan λ, maka dapat didefinisikan: res (C 1, C 2 ) = C 1 {λ} U C 1 { λ} Pada definisi resolvent tersebut, operator adalah operator pembeda himpunan, yang hasilnya adalah himpunan yang berasal dari argumen pertama dengan (sub) himpunan dari argumen kedua yang dihilangkan. Sebagai contoh, resolvent dari {1, 2, 3, 4} {2} adalah {1, 3, 4}. Contoh 2: res({p 1, p 2 }, {p 2, p 3 }) = {p 1, p 3 } Contoh 3: res({p 1, p 2, p 3, p 4 }, {p 2, p 3 }) = {p 1, p 3, p 3, p 4 } atau res({p 1, p 2, p 3, p 4 }, {p 2, p 3 }) = {p 1, p 2, p 2, p 4 } Satu klausa yang berisi pasangan literal yang komplementer, misalnya p i dan p i secara otomatis hasilnya pasti benar. Hal ini karena klausa menyatakan disjungsi (p i p i ) pasti

benar karena semuanya pasti benar. Tentu saja klausa hasil resolvent pada contoh 3 adalah benar. Perhatikan tabel kebenarannya : A A A A F T T T F T Pada contoh 3 ada dua hasil yang bisa diperoleh karena ada dua pasangan lieral yang komplementer dari dua klausa sebelum di-resolved, yakni p 2 dengan p 2, dan p 3 dengan p 3. Jika ada yang lebih dari satu cara me-resolved, maka setiap resolvent pasti memiliki pasangan literal yang komplementer dan pasti juga benar. Hasilnya akan menjadi salah jika di-resolved, misalnya{p 1, p 2 } dengan { p 1, p 2 } menjadi, dengan me-resolved pada keduanya yakni p1 dan p2. Dua klausa tersebut bersama-sama kompatibel jika memenuhi nilai bahwa p1 dan p2 keduanya benar. TEOREMA 1 (PRINSIP RESOLUSI) Resolvent dua klausa C 1 dan C 2 adalah konsekuensi logis dari C 1 C 2 yakni ditulis: C 1 C 2 res(c 1, C 2 ) Pembuktian teorema : 1. Misalkan : C 1 = {p 11, p 12,...p 1m, λ} C 2 = {p 21, p 22,...p 2n, λ} Maka res (C 1, C 2 ) = {p 11, p 12,...p 1m, p 21, p 22,...p 2n } 2. Perhatikan nilai kebenaran dengan v(c 1 ) T dan v(c 2 ) T 3. Jika v( ) F, maka v(p 1i ) T untuk beberapa p 1i dengan v(c 1 ) T Maka v({ p 11, p 12,.p 1m, p 21,p 22,...p 2n }) T. Jadi v(res(c 1,C 2 )) T 4. Jika v( ) T, maka v( ) F, dan v(p 1i ) T untuk beberapa pli dengan v(c 2 ) T Maka v({ p 11, p 12,.p 1m, p 21, p 22,...p 2n }) T Jadi v(res(c 1,C 2 )) T 5. Jadi pada saat v( ) T, ataupun v( ) F, dapat disimpulkan jika v(c 1 ) V(C 2 ) T, maka v(res(c 1,C 2 )) T 6. Kesimpulan C 1 C 2 res (C 1,C 2 )

Ide yang mendasari resolusi, dapat dicontohkan dengan membuktikan rumus Modus Ponens yang sudah sangat dikenal, yakni: ((A B) A) B atau {(A B), A)} B {( A v B), A} B Dan jika (A B) dan A ditulis dalam bentuk klausa akan menjadi { A, B}, {A}. Selanjutnya, pohon terbaliknya dapat dibuat seperti berikut: Sederhana sekali dan terbukti bahwa C 1 C 2 res (C 1,C 2 ). 5. Resolusi Berikut ini akan didemonstrasikan prinsip resolusi untuk mendeduksi, yang dengan istilah deduksi resolusi (resolution deduction): Definisi : Deduksi resolusi klausa Cdari himpunan klausa S adalah sederetan klausaklausa (C 1,C 2,..C n ) = C, yang setiap C i adalah anggota dari S atau resolvent dari dua klausa yang diperoleh dari S atau anggota awal dari deretan tersebut. Seperti telah dijelaskan di depan, jika S adalah benar pada setiap penilaian kebenaran dari, maka v(c i ) T untuk semua C i, dan tentu saja v(c) T. Contoh 4: Buktikan: (p 1 p 2 p 3 ) Λ ( p 2 p 4 ) ( p 1 p 4 ) ( p 3 p 4 ) p 4 Pembuktian : Langkah 1: Ubahlah CNF menjadi klausa dan urutkan seperti berikut: (1). { p 1, p 2, p 3 } (2). { p 2, p 4 } (3). { p 1, p4} (4). { p 3, p 4 }

Langkah 2: Lakukan resolusi dengan urutan berikut (5). Dari (1) dan (2), diperoleh klausa {p 1,p 3,p 4 } (6). Dari (3) dan (5), diperoleh klausa {p 3,p 4 } (7). Dari (4) dan (6), diperoleh klausa {p 4 } Jadi terbukti: (p 1 p 2 p 3 ) Λ ( p 2 p 4 ) Λ ( p 1 p 4 ) Λ ( p 3 p 4 ) p 4 Derivasi tersebut dapat lebih tampak dalam bentuk pohon resolusi (resolution tree), yang tanpak seperti berikut: Latihan soal: Buktikan: {(p 1 p 2 ),( (p 2 p 3 ) p 1 )} (p 1 p 3 ) 6. Contoh validitas argumen Berikut ini beberapa argument yang hendak dibuktikan validitasnya dengan deduksi resolusi. Perhatikan argument berikut ini: Contoh 5: Jika Ratu mengadakan konser,maka penggemarnya akan dating, jika harga tiket tidak mahal. Jika Ratu mengadakan konser, harga tiket tidak mahal. Dengan demikian, jika Ratu mengadakan konser, penggemarnya akan dating. Langkah 1:

Menentukan variabel-variabel proposisional dan membuat ekspresi logikanya. A = Ratu mengadakan konser. B = Penggemarnya akan datang C = Harga tiket mahal Maka akan menjadi (1) A ( C B) (2) A C (3) A B Ekspresi logikanya adalah: (A ( C B)) Λ (A C) A B Langkah 2: Ubahlah ekspresi logika tersebut dengan strategi pembalikan yang menegasi kesimpulan untuk menghasilkan. (A ( C B)) (A C) ( A B) Langkah 3: Ubahlah menjadi klausa-klausa CNF seperti berikut: (1). (A ( C B)) ( A v ( C v B)) A B ( A v (C v B)) Law of Double Negation (( A v C v B) Hapus tanda kurung (2). (A C) (A v C) A B (3) ( A B) ( A v B) A B ( A Λ B) De Morgan s Law (A Λ B) Law of Double Negation Jadi sekarang bentuknya menjadi: ( A v C v B) ( A v C) A B Langkah 4: Susunlah pohon resolusinya sepert berikut:

Kesimpulan, hasil yang diperoleh ternyata tidak konsisten, dan berarti argument valid. Latihan soal: 1. Manakah dari himpunan klausa-klausa berikut ini yang tidak konsisten atau tidak kompatibel? (1). {{p1,p2,p3},{p1, p3}, { p1, p2}} (2) {{p1, p2,p3},{p1, p3},{ p1,p2, p3}} (3) {{p1, p2, p3, p4},{p1, p3},{ p1,p2, p4},{ p1,p4}} 2. Buktikan bahwa argument-argumen berikut ini valid: (yang dicetak tebal adalah kesimpulannya). (1). A B (2). A B (3). A ( B v C) A v C v D B v C (B C) C v (E F) C v (C A) C D (F D) E C D v A D B A ( D Λ A) 3. Buktikan ekspresi logika berikut ini valid: (1). P Λ (Q R) Λ (P Q) Λ (S R) S (2). (P Λ S) Λ (P Q) Λ (Q R) Λ (S T) (R Λ T)