1.3 Pembuktian Tautologi dan Kontradiksi. Pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar bagaimanapun nilai proposisi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1.3 Pembuktian Tautologi dan Kontradiksi. Pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar bagaimanapun nilai proposisi"

Transkripsi

1 1.3 Pembuktian Tautologi dan Kontradiksi Pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar bagaimanapun nilai proposisi yang membentuknya disebut toutologi, sedangkan proposisi yang selalu bernilai salah disebut kontradiksi. Contoh toutologi : A A Tabel kebenarannya : A A A A T F T F T T Contoh kontradiksi : A A Tabel kebenarannya : A A A A T F F F T F

2 Suatu proposisi dengan simbul P (p 1, p 2, p 3,... p n ) dimana p 1... p n adalah proposisi-proposisi yang merupakan proposisi majemuk dimana kebenaran P ditentukan oleh kebenaran p 1, p 2, p 3,... p n. Sebagai contoh : P(p,q) = p q. Jika P (p 1, p 2, p 3,... p n ) adalah tautologi maka tidak P adalah kontradiksi dan sebaliknya. Suatu argumen dinyatakan dengan proposisi majemuk misalnya ( p 1 p 2 3 p... p n ) Q adalah suatu implikasi dengan p 1,p 2, p 3,,p n sebagai hipotesa (antiseden ) sedangkan Q adalah suatu kesimpulan (konskwen). Komponenkomponen dari antiseden disebut premis dan semuanya harus bernilai benar agar kesimpulannya benar maka argumennya menjadi benar. Jika argumennya benat disebut dengan argumen benat dan jika argumennya salah maka disebut dengan argumen salah. Sebagai contoh : Selidiki apakah argumen dibawah ini benar! Ali tidak belajar (P) Jika ali tidak belajar maka ia tidak mendapat nilai baik (Q) Jika Ani tidak mengganggu Ali maka Ali mendapat nilai baik Karena itu ani mengganggu Ali (K) Penyelesaiannya : P = Ali belajar Q = Ali mendapat nilai baik K = Ani mengganggu Ali P = Ali tidak belajar Q = Ali tidak mendapat nilai baik K = Ani tidak mengganggu Ali Sehingga dalam simbolisme logika menjadi :

3 [ P ( P Q ) ( K Q ) K. Kita buat tabel kebenarannya : P Q K P Q K P Q K Q P A B M K (A) (B) (M) T T T F F F T T F T T T F F F T T F F T T F T F T F T T F T T F F F T T T F F T F T T T F F F T F T F T F T F T F F F T F F T T T F T T T T F F F T T T T F F T Jadi dapat disimpulkan argumen diatas bernilai benar. Membuktikan suatu toutologi disamping menggunakan metode tabel kebenaran ada cara lain yaitu tidak mempergunakan tabel, sebab penalaran dilakukan diluar tabel. Contoh : (P Q) (P R Q R) Untuk membuktikan bahwa bentuk ini merupakan tautologi, maka kita amati bahwa bentuk keseluruhan merupakan suatu implikasi, sebab simbol dominannya adalah tanda implikasi. Dengan mengamati tabel, kita tahu bahwa suatu implikasi itu bernilai benar jika antisedennya salah atau konsekuennya benar.

4 Pada contoh diatas antisedennya pasti salah jika P dan Q mempunyai nilai yang berlainan, maka cukuplah diselidiki kejadian dimana P dan Q mempunyai nilai logika yang sama. Tetapi dalam contoh diatas ekuivalensi yang terletak disebelah kanan dari tanda biimplikasi pasti bernilai benar, apapun nilai dari R. Dengan demikian konsekuen dari seluruh bentuk dipandang sebagai suatu implikasi, bernilai benar, dan terbuktilah bahwa bentuk ini merupakan tautologi. Pembuktian dapat juga diselesaiakan dengan reductio ad absurdum (bukti kemustahilan). Diandaikan bentuk yang dihadapi adalah bukan tautologi, maka ada suatu pemberian nilai pada variabel-variabel yang mengakibatkan antiseden bernilai benar dengan konsekuen bernilai salah. Antesedennya bernilai benar jika P dan Q bernilai sama. Dalam pada itu konsekuen tak mungkin bernilai salah, apapun nilai R. Langkah terakhir ini didapat dengan mengamati hasil dari tabel untuk konjungsi dan ekuivalensi Ekivalen Perhatikan kalimat Guru pahlawan bangsa dan Tidak benar bahwa guru bukan pahlawan bangsa. Kedua kalimat tersebut akan mempunyai nilai kebenaran yang sama, tidak perduli bagaimana nilai kebenaran dari pernyataan semula. Definisi : Dua buah pernyataan dikatakan ekivalen (berekivalensi logis) jika kedua pernyataan itu mempunyai nilai kebenaran yang sama.

5 Pernyataan P ekivalen dengan pernyataan Q dapat ditulis sebagai P Q. Berdasarkan definisi diatas, sifat-sifat pernyataan yang ekivalen (berekivalensi logis) adalah : a) P P b) Jika P Q maka Q P c) Jika P Q dan Q R maka P R Sifat pertama berarti bahwa setiap pernyataan selalu mempunyai nilai kebenaran yang sama dengan dirinya sendiri. Sifat yang kedua berarti bahwa jika suatu pernyataan mempunyai nilai kebenaran yang sama dengan suatu pernyataan lain, maka tentu berlaku sebaliknya. Sedangkan sifat ketiga berarti bahwa jika pernyataan pertama mempunyai nilaikebenaran yang sama dengan pernyataan yang kedua dan pernyataan kedua mempunyai nilai kebenaran yang sama dengan pernyataan ketiga maka nilai kebenaran pernyataan pertama adalah sama dengan nilai kebenaran pernyataan ketiga. Rangkuman 1) Pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar bagaimanapun nilai proposisi yang membentuknya disebut toutologi, sedangkan proposisi yang selalu bernilai salah disebut kontradiksi. 2) Dua buah pernyataan dikatakan ekivalen (berekivalensi logis) jika kedua pernyataan itu mempunyai nilai kebenaran yang sama. Pernyataan P ekivalen dengan pernyataan Q dapat ditulis sebagai P Q. Latihan Soal- Soal Dengan menggunakan tabel kebenaran, 1) Apakah bentuk-bentuk pernyataan majemuk berikut merupakan tautologi, atau kontradiksi?

6 a) (P Q) b) P ( P) Q c) (P Q) (P Q) 2) Buktikan setiap pernyataan berikut ini! a) P ( P P) b) P ( P P) c) (P Q) ( P Q) d) (P Q) ( P Q) 3) Buktikan bahwa P Q tidak ekivalen dengan P Q. 4) Buktikan bahwa (P Q) (P Q) merupakan kontradiksi. Buktikan bahwa bentuk-bentuk di bawah ini merupakan tautologi tanpa mengerjakan pengisian tabel! 5) (P Q).. (P Q) (Q P) 1) (P Q).. ( P Q) ( Q P) 2) (P & Q) R.. (P & R) Q 3) P (Q R).. Q (P R) 4) Buktikan dengan menggunakan reduction ad absurdum bahwa bentuk P Q.. (Q & R) (R & P) merupakan toutologi Penggunaan Rumus-rumus Tautologi Pada Bukti-bukti Matematika Rumus-rumus tautologi yang penting akan dibicarakan dalam pembahasan berikut, dimana rumus-rumus tersebut dapat dibuktikan dengan metode tabel nilai. Namun penalaran diluar tabel nilai seperti telah dibicarakan terdahulu dapat mencapai

7 hasil yang jauh lebih cepat.empat rumus yang pertama mempunyai kedudukan istimewa karena merupakan apa yang disebut suatu realisai (model) dari suatu Aljabar Boole Abstrak (Abstact Boolean Algebra). Rumus 1. Sifat komutatif dari konjungsi dan disjungsi P & Q Q & P P v Q Q v P Rumus 2. Sifat distributif dari konjungsi terhadap disjungsi dan dari disjungsi terhadap konjungsi. P & (Q v R) (P & Q) v (P & R) P v (Q & R) (P v Q) & (P v R) Rumus 3. P & T T & P P P v F F v P P Rumus 4. P v P T P & P T Dalam rumus-rumus diatas T menyajikan bentuk yang nilainya senantiasa benar (jadi suatu tautologi) dan F senantiasa salah (kontradiksi). Mengingat tabel kebenaran dari biimplikasi maka ruas kiri dan ruas kanan dari tanda mempunyai nilai logika yang sama. Sehingga mengassersi P v P T tidak lain adalah mengassersi bahwa P v P adalah tautologi. Rumus 5. Hukum identitas, hukum negasi rangkap, hukum-hukum idempoten, serta sifat assosiatif dari konjungsi dan disjungsi serta hukum penyerapan.

8 P P (hukum identitas) P P (hukum negasi rangkap) Hukum hukum idempoten : P & P.P Q v Q.Q Sifat assosiatif dari konjungsi : ( P & Q ) & R P & ( Q & R ) Sifat assosiatif dari disjungsi : ( P v Q ) v R P v ( Q v R ) Hukum-hukum penyerapan : P & ( P v Q ) P P v ( P & Q ) P Rumus 6. T P..P F P. T P T..P P F..P Kebenaran dari rumus-rumus diatas mudah diyakini dengan mengingat tabel-tabel nilai. Rumus 7. P Q.. P v Q P Q.. P & Q P Q.. ( P v Q) & ( Q v P)

9 P Q.. (P & Q) v ( P & Q) Rumus-rumus diatas memperlihatkan bahwa implikasi dan ekuivalensi dapat dinyatakan dengan negasi,konjungsi dan disjungsi. Rumus 8. P Q.. (P Q) & ( Q P) Rumus 9. Sifat transitif dari implikasi : (P Q) & ( Q R).. P R Rumus 10. P (Q R).. Q (P R) Rumus 11. Hukum Eksportasi-Importasi P (Q R)..(P & Q) R Rumus 12. Hukum Modus Ponens P & (P Q).. Q Rumus 13. Hukum Kontraposisi P Q.. Q P Hukum ini amat banyak digunakan dalam pembuktian soal-soal matematika. Apabila orang menjumpai kesulitan dalam membuktikan B dari A ( yaitu membuktikan A B) maka dapat dicoba membuktikan B A. Contoh : Apabila ½ (1 + (-1) n ) ganjil maka n pastilah genap. Bukti : Kontraposisi kalimat diatas sangat mudah dibuktikan.

10 Ingkaran dari n genap adalah ganjil. Tapi jika n ganjil maka ½ (1 + (-1) n ) = 0. Karena 0 adalah bilangan genap maka bukti selesai. Soal diatas dapat juga dibuktikan dengan cara lain, yang penting diingat bahwa suatu implikasi dan kontraposisinya mempunyai nilai logika yang sama. Rumus 14. ( P Q).. ( P Q) ( P Q) Rumus ini langsung bisa didapat dari rumus 8 dengan mengambil kontraposisi dari konjungsi kedua dirumus kanan. Contoh : Buktikan bahwa tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap ujung-ujung M dan N dari ruas garis MN adalah garis tegak lurus yang membagi sama besar ruas garis MN. Bukti : Tempat kedudukan dari titik-titik yang memenuhi suatu syarat didefinisikan sebagai himpunan titik-titik dengan syarat tersebut sebagai syarat keanggotaan. Maka titik-titik pada garis tegak lurus dibuktikan memenuhi syarat itu dan titik-titik di luar garis tegak dibuktikan tidak memenuhinya. Apabila A adalah singkatan dari Titik P terletak pada tempat kedudukan dan B adalah untuk titik P memenuhi syarat, maka yang harus dibuktikan adalah benarnya kalimat A B. Sehingga dengan rumus 14 diatas dan hukum kontrapositif maka cukup membuktikan A B dan B A. Bukti-bukti tersebut dikerjakan dengan menggunakan gambar dibawah ini.

11 C D P M N Rumus 15. Rumus-rumus ingkaran. P Q.. P & Q P & Q.. P v Q disebut hukum De Morgan pertama. P v Q.. P & Q disebut hukum De Morgan kedua P Q. (P & Q) v (Q & P) Rumus-rumus ini diperlukan pada bukti-bukti dengan reductio ad absurdum yang akan dibicarakan pada pembahasan berikut Reductio Ad Absurdum Pembuktian dengan reductio ad absurdum adalah dimulai dengan mengandaikan bahwa yang berlaku adalah ingkaran dari apa yang harus dibuktikan, dimana dari pengandaian ini diturunkan suatu kontradiksi. Karena kontradiksi tidak mungkin terjadi, sedangkan penalaran sahih, maka kekeliruan harus ada pada permulaan penalaran, yaitu pada pengandaian. Maka pengandaian harus diingkar. Dengan menggunakan ingkaran rangkap maka terbuktilah apa yang harus dibuktikan. Dalam hal ini dapat dibuktikan kalimat otomik ataupun kalimat majemuk seperti implikasi dan sebagainya. Rumus-

12 rumus dibawah ini menyajikan beberapa bentuk dari pembuktian dengan reductio ad absurdum. Rumus 16.Reductio ad absurdum bentuk pertama P (Q & Q)..P Apabila dari kalimat A dapat diturunkan suatu kontradiksi, maka dapat disimpulkan bahwa A benar. A (B & B).. A Bernilai T karena tautologi diatas. A (B & B) Bernilai T karena B & B diturunkan dari A. A bernilai T karena modus ponens. Contoh : Buktikan bahwa 2 adalah bilangan irasional. Bukti : Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat disajikan sebagai hasil bagi dua bilangan bulat, sedangkan ingkarannya adalah bilangan irasional. Jelas bahwa 2 bukanlah bilangan bulat. Andaikan bahwa 2 adalah rasional (disingkat R) dengan bentuk m/n = 2 dengan m dan n saling prima dan n 1. Ma ka m 2 /n 2 = 2 atau m = 2n 2. Perhatikan bahwa m pasti genap, sebab kuadrat bilangan ganjil adalah ganjil, sehingga m 2 = 2p 2 dan n = 2q + 1.Maka m 2 = 4p 2 dan 4!m 2 (artinya m 2 habis dibagi oleh 4) (disingkat B),sedangkan n 2 = 4q 2 + 4q + 1 atau 2n = 8q 2 + 8q + 2 dan 4!n 2. Karena m 2 = 2n 2 maka 4!m 2 merupakan kontradiksi., pengandaian harus diingkar dan bukti selesai. Rumus 17. Reductio ad absurdum bentuk kedua P P..P

13 Untuk membuktikan A, maka dimulai dengan mengandaikan A. Apabila dari A ini dapat diturunkan A maka di dalam sistem ada kontradiksi, yaitu A dari andaian,dan A dari pembuktian. Maka pengandaian harus diingkar dengan hasil A. Jadi A terbukti. A A..A Bernilai T karena rumus diatas merupakan tautologi. A A Bernilai T karena A diturunkan dari A. A bernilai T karena modus ponens. Contoh : Pandang himpunan semesta bilangan bulat. Apabila x habis dibagi oleh bilangan prima p maka x habis dibagi oleh p, (dilambangkan p!x). Kalimat p!x disingkat A. Bukti : Jika suatu hasil ganda habis dibagi oleh bilangan prima p maka sekurang-kurangnya salah satu faktor akan habis dibagi oleh p. Andaikan bahw p!x, karena p!x.x m - 1 dan p!x maka p!x. Demikian p!x m - 2, p!x m - 3 dan seterusnya. Akhirnya p!x.bukti selesai. Rumus 18 Reductio ad absurdum bentuk ketiga (P & Q) Q..P Q Contoh : Pandang himpunan semesta bilangan real. Apabila (untuk setiap c 0 berlaku a b + c) (disingkat A) maka (a b) (disingkat B). Buktikan implikasi tersebut benar! Bukti : Disini harus dibuktikan implikasi A B.Kita mulai dengan mengingkarnya. Jadi andaikata A B yaitu A & B,dari ingkaran tersebut kita berusaha membuktikan B. Apabila berhasil, terdapat kontradiksi dengan B, maka A & B harus diingkar, sehingga

14 A B terbukti. B berarti a b yaitu a b 0 sehingga??? 0. Selanjutnya???? diambil sebagai c. Menggunakan ketentuan A, maka a b +??? yaitu 2a 2b + a b. Jadi a b inilah B, bukti selesai yaitu A B terbukti. (A & B) B..A B bernilai T karena rumus di atas (A & B) B bernilai T karena B diturunkan dari A & B A B bernilai T karena modus ponens Rumus 19 Reductio ad absurdum bentuk keempat (P & Q) P.. P Q Contoh : Apabila (a,b real dan positif ) (disingkat A) maka berlakulah [ ½ (a + b) > ab) (disingkat B). Bukti : Disini harus dibuktikan suatu implikasi A B. Ingkaranya adalah A & B, dari ingkarannya ini kita berusaha membuktikan A. Apabila berhasil, maka terdapat kontadiksi, sebab A diketahui. Sehingga A & B harus diingkar, maka terbukti A B. Sekarang untuk soal diatas menjadi, andaikan (a,b bilangan real positif) dan ½ (a + b) < ab. Maka ¼ ( a 2 + b 2 + 2ab) < ab, yaitu a 2 + b 2 + 2ab < 4ab sehingga a 2 + b 2 2ab < 0. Maka (a b) < 0. Ini kontradiksi dengan a,b real positif. Bukti selesai, jadi A B terbukti. (A & B) A.. A B bernilai T karena rumus diatas (A & B) A bernilai T karena A diturunkan dari A & B

15 A B bernilai T karena modus ponens Rumus 20 Ex Falso Sequitur Quad Libet P..P Q Rumus ini penting karena mempunyai akibat di bawah ini. Misalkan dalam matematika terdapat suatu kontradiksi A & A, sedangkan B suatu kalimat matematika sembarang, maka dapat diperoleh A..A B A A B A B bernilai T karena rumus tautologi di atas bernilai T karena ketentuan bernilai T karena modus ponens bernilai T karena ketentuan bernilai T karena modus ponens Sehingga kalimat sembarang B dapat dibuktikan bernilai benar. Di dalam matematika, dibedakan bukti-bukti langsung (direct proofs) dan buktibukti tak langsung (indirec proofs). Reductio ad absurdum dan kontraposisi dipandangsebagai bukti tak langsung. Para matematikawan lebih menyukai bukti langsung karena alasan estetika dan filosofi, sehingga jika seorang matematikawan berhasil menemukan suatu bukti langsung, maka pasti itulah yang disajikan. Contoh : Buktikan bahwa banyaknya bilangan-bilangan prima adalah tak-berhingga! Bukti tak langsung (dengan reductio ad absurdum) Andaikan banyaknya bilangan prima adalah berhingga, maka ada bilangan prima terbesar, misalnya N. Jelas bahwa [(1, 2, 3... N) + 1] tidak habis dibagi oleh bilangan-bilangan 2, 3, sampai dengan N. Karena N bilangan prima terbesar, maka [(1, 2, 3... N) + 1] bukan bilangan prima, sehingga mempunyai faktor terkecil. Fakrot ini pasti bilangan prima dan pasti lebih besar dari pada N, maka terdapat kontradiksi. Jadi pengandaian harus diingkar dan bukti selesai. Bukti secara langsung Pada bilangan (N! + 1) tidak diadakan asumsi apapun tentang N, sehingga dengan menggunakan penalaran seperti di atas maka faktor terkecil dari bilangan ini adalah suatu bilangan prima yang lebih besar dari N. Kita mulai dengan N = 2, sedangkan faktor terkecil dari (N! + 1) disajikan dengan N, sehingga N, N, N,... adalah deret naik yang terdiri atas bilangan prima. Dengan demikian terbuktilah tidak adanya bilangan prima terbesar.

16 Bukti langsung dapat dipandang lebih baik dibandingkan dengan bukti tak langsung karena tidak mengadakan suatu asumsi yang sebenarnya tidak perlu diadakan. Rangkuman Membuktikan suatu toutologi dapat dilakukan dengan metode tabel, tetapi cara tesebut memerlukan waktu terlalu lama, karena kita harus membuat tabel kebenaran dari kalimat yang kita buktikan. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan penalaran di luar tabel seringkali dapat mencapai hasil dengan jauh lebih cepat dan juga dapat dibuktikan dengan Reductio Ad Absurdum, dimana cara ini dimulai dengan mengandaikan bahwa yang berlaku adalah ingkaran dari apa yang harus dibuktikan, dimana dari pengandaian ini diturunkan suatu kontradiksi. Karena kontradiksi tidak mungkin terjadi, sedangkan penalaran sahih, maka kekeliruan harus ada pada permulaan penalaran, yaitu pada pengandaian, sehingga pengandaian harus diingkar. Dengan menggunakan ingkaran rangkap maka terbuktilah apa yang harus dibuktikan. Latihan Soal-Soal Buktikan bahwa bentuk-bentuk di bawah ini merupakan tautologi, jika mungkin tanpa pengisian tabel. Notasi yang digunakan adalah campuran tanda titik dengan tanda kurung. 1) P: :P Q..Q 2) P (P Q Q) 3) P & Q R: : R & Q P 4) (P Q) & ( R S): (P & R) (Q & S) 5) Apabila a, b real positif maka ½ (a + b) ab. a) Buktikan dengan reductio ad absurdum. b) Berikan suatu bukti langsung. 6) Buktikan dengan reductio ad absurdum

17 Bilangan yang menjadi akar dari persamaan x m + c 1 x m c m = 0 adalah bulat atau irasional. 7) Perlihatkan bahwa untuk membuktikan A B C D E F G Cukup dibuktikan A B C D E F G A 8) Apabila a bulat dan a 2 habis dibagi 2 maka pastilah juga a habis dibagi 2. a) Buktikan dengan reductio ad absurdum. Buktikan dengan cara langsung.

RUMUS-RUMUS TAUTOLOGI. (Minggu ke-5 dan 6)

RUMUS-RUMUS TAUTOLOGI. (Minggu ke-5 dan 6) RUMUS-RUMUS TAUTOLOGI (Minggu ke-5 dan 6) 1 1 Rumus-rumus tautologi Rumus 1.1 (Komutatif) 1. p q q p 2. p q q p Bukti: p q p q q p T T T T T F F F F T F F F F F F 2 Rumus 1.2 (Distributif) 1. p (q r) (p

Lebih terperinci

BAB II TAUTOLOGI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBUKTIAN

BAB II TAUTOLOGI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBUKTIAN BAB II TAUTOLOGI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBUKTIAN 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibicarakan rumus-rumus tautologi dan prinsip-prinsip pembuktian yang tidak saja digunakan di bidang matematika, tetapi

Lebih terperinci

BAB I TAUTOLOGI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBUKTIAN

BAB I TAUTOLOGI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBUKTIAN BAB I TAUTOLOGI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBUKTIAN Pada bab ini akan dibicarakan rumus-rumus tautologi dan prinsip-prinsip pembuktian yang tidak saja digunakan di bidang matematika, tetapi juga dapat diterapkan

Lebih terperinci

Pernyataan adalah kalimat yang bernilai benar atau salah tetapi tidak sekaligus benar dan salah.

Pernyataan adalah kalimat yang bernilai benar atau salah tetapi tidak sekaligus benar dan salah. LOGIKA MATEMATIKA 1. Pernyataan Pernyataan adalah kalimat yang bernilai benar atau salah tetapi tidak sekaligus benar dan salah. Pernyataan dilambangkan dengan huruf kecil, misalnya p, q, r dan seterusnya.

Lebih terperinci

Matematika Industri I

Matematika Industri I LOGIKA MATEMATIKA TIP FTP - UB Pokok Bahasan Proposisi dan negasinya Nilai kebenaran dari proposisi Tautologi Ekuivalen Kontradiksi Kuantor Validitas pembuktian Pokok Bahasan Proposisi dan negasinya Nilai

Lebih terperinci

PENGERTIAN. Proposisi Kalimat deklaratif yang bernilai benar (true) atau salah (false), tetapi tidak keduanya. Nama lain proposisi: kalimat terbuka.

PENGERTIAN. Proposisi Kalimat deklaratif yang bernilai benar (true) atau salah (false), tetapi tidak keduanya. Nama lain proposisi: kalimat terbuka. BAB 2 LOGIKA PENGERTIAN Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara proposisi atau pernyataan (statements). Proposisi Kalimat deklaratif yang

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA LOGIKA. Altien Jonathan Rindengan, S.Si, M.Kom

LOGIKA MATEMATIKA LOGIKA. Altien Jonathan Rindengan, S.Si, M.Kom LOGIKA MATEMATIKA LOGIKA Altien Jonathan Rindengan, S.Si, M.Kom Pendahuluan Untuk menemukan suatu gagasan baru dari informasi dan gagasan yang telah ada, diperlukan proses berpikir. Proses ini dikenal

Lebih terperinci

Logika. Arum Handini Primandari, M.Sc. Ayundyah Kesumawati, M.Si.

Logika. Arum Handini Primandari, M.Sc. Ayundyah Kesumawati, M.Si. Logika Arum Handini Primandari, M.Sc. Ayundyah Kesumawati, M.Si. Logika Matematika Kalimat Terbuka dan Tertutup Kalimat terbuka adalah kalimat yang tidak mengandung nilai kebenaran Contoh: Semoga kamu

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA (Pendalaman Materi SMA)

LOGIKA MATEMATIKA (Pendalaman Materi SMA) LOGIKA MATEMATIKA (Pendalaman Materi SMA) Disampaikan Pada MGMP Matematika SMA Provinsi Bengkulu Tahun Ajaran 2007/2008 Oleh: Supama Widyaiswara LPMP Bengkulu DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT

Lebih terperinci

I. PERNYATAAN DAN NEGASINYA

I. PERNYATAAN DAN NEGASINYA 1 I. PERNYATAAN DAN NEGASINYA A. Pernyataan. Pernyataan adalah suatu kalimat yang mempunyai nilai benar atau salah, tetapi tidak sekaligus keduanya. Benar atau salahnya suatu pernyataan dapat ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB 4 PROPOSISI. 1. Pernyataan dan Nilai Kebenaran

BAB 4 PROPOSISI. 1. Pernyataan dan Nilai Kebenaran BAB 4 PROPOSISI 1. Pernyataan dan Nilai Kebenaran Ilmu logika adalah berhubungan dengan kalimat-kalimat (argumen-argumen) dan hubungan yang ada diantara kalimat-kalimat tersebut. Tujuannya adalah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Apa sajakah hukum-hukum logika dalam matematika? b. Apa itu preposisi bersyarat?

BAB I PENDAHULUAN. a. Apa sajakah hukum-hukum logika dalam matematika? b. Apa itu preposisi bersyarat? BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Secara etimologi, istilah Logika berasal dari bahasa Yunani, yaitu logos yang berarti kata, ucapan, pikiran secara utuh, atau bisa juga ilmu pengetahuan. Dalam arti

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA I. PENDAHULUAN

LOGIKA MATEMATIKA I. PENDAHULUAN LOGIKA MATEMATIKA I. PENDAHULUAN Logika adalah dasar dan alat berpikir yang logis dalam matematika dan pelajaran-pelajaran lainnya, sehingga dapat membantu dan memberikan bekal tambahan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

LOGIKA. /Nurain Suryadinata, M.Pd

LOGIKA. /Nurain Suryadinata, M.Pd Nama Mata Kuliah Kode Mata Kuliah/SKS Program Studi Semester Dosen Pengampu : Matematika Diskrit : MAT-3615/ 3 sks : Pendidikan Matematika : VI (Enam) : Nego Linuhung, M.Pd /Nurain Suryadinata, M.Pd Referensi

Lebih terperinci

Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada 1

Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada 1 2. ALJABAR LOGIKA 2.1 Pernyataan / Proposisi Pernyataan adalah suatu kalimat yang mempunyai nilai kebenaran (benar atau salah), tetapi tidak keduanya. Contoh 1 : P = Tadi malam BBM mulai naik (memiliki

Lebih terperinci

MATEMATIKA DISKRIT LOGIKA

MATEMATIKA DISKRIT LOGIKA MATEMATIKA DISKRIT LOGIKA Logika Perhatikan argumen di bawah ini: Jika anda mahasiswa Informatika maka anda tidak sulit belajar Bahasa Java. Jika anda tidak suka begadang maka anda bukan mahasiswa Informatika.

Lebih terperinci

Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA. Wahyudi. Pendahuluan

Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA. Wahyudi. Pendahuluan Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA Wahyudi Pendahuluan D alam menyelesaikan permasalahan matematika, penalaran matematis sangat diperlukan. Penalaran matematika menjadi pedoman atau tuntunan sah atau tidaknya

Lebih terperinci

Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara proposisi atau pernyataan (statements).

Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara proposisi atau pernyataan (statements). Logika (logic) 1 Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara proposisi atau pernyataan (statements). Proposisi Kalimat deklaratif yang bernilai

Lebih terperinci

Pertemuan 2. Proposisi Bersyarat

Pertemuan 2. Proposisi Bersyarat Pertemuan 2 Proposisi ersyarat Proposisi ersyarat Definisi 4 Misalkan p dan q adalah proposisi. Proposisi majemuk jika p, maka q disebut proposisi bersyarat (implikasi dan dilambangkan dengan p q Proposisi

Lebih terperinci

MATEMATIKA DASAR (Ekivalensi dan Kuantifikasi)

MATEMATIKA DASAR (Ekivalensi dan Kuantifikasi) MATEMATIKA DASAR (Ekivalensi dan Kuantifikasi) Antonius Cahya Prihandoko Universitas Jember Indonesia Jember, 2015 Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Ekivalensi dan Kuantifikasi Jember, 2015 1 / 20

Lebih terperinci

Logika Proposisi 1. Definisi 1. (Proposisi) Proposisi adalah kalimat yang bernilai benar atau salah, tetapi tidak keduanya sekaligus.

Logika Proposisi 1. Definisi 1. (Proposisi) Proposisi adalah kalimat yang bernilai benar atau salah, tetapi tidak keduanya sekaligus. Logika Proposisi 1 I. Logika Proposisi Logika adalah bagian dari matematika, tetapi pada saat yang sama juga merupakan bahasa matematika. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ada kepercayaan bahwa

Lebih terperinci

BAB I LOGIKA MATEMATIKA

BAB I LOGIKA MATEMATIKA BAB I LOGIKA MATEMATIKA A. Ringkasan Materi 1. Pernyataan dan Bukan Pernyataan Pernyataan adalah kalimat yang mempunyai nilai benar atau salah, tetapi tidak sekaligus benar dan salah. (pernyataan disebut

Lebih terperinci

Berdasarkan tabel 1 diperoleh bahwa p q = q p.

Berdasarkan tabel 1 diperoleh bahwa p q = q p. PEMAHAAN 1. Pengertian Kata LOGIKA mengacu pada suatu metode atau cara yang sistematis dalam berpikir (reasoning), dan terdapat dua sistem khusus yaitu : suatu metode dasar yang disebut dengan Kalkulus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN INDUKSI MATEMATIKA Di dalam Matematika, sebuah pernyataan atau argumen dan bahkan sebuah rumus sekalipun tidak hanya sekedar dibaca.

PENDAHULUAN INDUKSI MATEMATIKA Di dalam Matematika, sebuah pernyataan atau argumen dan bahkan sebuah rumus sekalipun tidak hanya sekedar dibaca. PENDAHULUAN INDUKSI MATEMATIKA Di dalam Matematika, sebuah pernyataan atau argumen dan bahkan sebuah rumus sekalipun tidak hanya sekedar dibaca. Karena hampir semua rumus dan hukum yang berlaku tidak tercipta

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA. LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) MATEMATIKA PAKET C TINGKAT V DERAJAT MAHIR 1 SETARA KELAS X

LOGIKA MATEMATIKA. LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) MATEMATIKA PAKET C TINGKAT V DERAJAT MAHIR 1 SETARA KELAS X LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) LOGIKA MATEMATIKA Oleh: Hj. ITA YULIANA, S.Pd, M.Pd MATEMATIKA PAKET C TINGKAT V DERAJAT MAHIR 1 SETARA KELAS X Created By Ita Yuliana 37 Logika Matematika Kompetensi

Lebih terperinci

LOGIKA. Arum Handini Primandari

LOGIKA. Arum Handini Primandari LOGIKA Arum Handini Primandari LOGIKA MATEMATIKA KALIMAT TERBUKA DAN TERTUTUP Kalimat terbuka adalah kalimat yang tidak mengandung nilai kebenaran Contoh: Apakah kamu tahu pencipta lagu PPAP? Semoga ujian

Lebih terperinci

BAB 6 LOGIKA MATEMATIKA

BAB 6 LOGIKA MATEMATIKA A 6 LOGIKA MATEMATIKA A RINGKAAN MATERI 1. Pengertian Logika adalah suatu metode yang diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran (bentuk pemikiran yang masuk akal). Pernyataan adalah kalimat yang hanya

Lebih terperinci

Unit 6 PENALARAN MATEMATIKA. Clara Ika Sari Budhayanti. Pendahuluan. Selamat belajar, semoga Anda sukses.

Unit 6 PENALARAN MATEMATIKA. Clara Ika Sari Budhayanti. Pendahuluan. Selamat belajar, semoga Anda sukses. Unit 6 PENALARAN MATEMATIKA Clara Ika Sari Budhayanti Pendahuluan D alam menyelesaikan permasalahan matematika, penalaran matematis sangat diperlukan baik di bidang aritmatika, aljabar, geometri dan pengukuran,

Lebih terperinci

LOGIKA (LOGIC) Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara pernyataanpernyataan

LOGIKA (LOGIC) Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara pernyataanpernyataan LOGIKA (LOGIC) Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara pernyataanpernyataan (statements). Proposisi kalimat deklaratif yang bernilai benar (true)

Lebih terperinci

Logika Matematika. Cece Kustiawan, FPMIPA, UPI

Logika Matematika. Cece Kustiawan, FPMIPA, UPI Logika Matematika 1. Pengertian Logika 2. Pernyataan Matematika 3. Nilai Kebenaran 4. Operasi Uner 5. Operasi Biner 6. Tabel kebenaran Pernyataan 7. Tautologi, Kontradiksi dan Kontingen 8. Pernyataan-pernyataan

Lebih terperinci

PEMBUKTIAN MATEMATIKA

PEMBUKTIAN MATEMATIKA PEMBUKTIAN MATEMATIKA LOGIKA INFERENSIA Altien Jonathan Rindengan, S.Si, M.Kom Pendahuluan Kata inferensia digunakan untuk menyatakan sekumpulan premis yang diikuti dengan kesimpulan. Infrensia yang sahih

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA. Tabel kebenarannya sbb : p ~ p B S S B

LOGIKA MATEMATIKA. Tabel kebenarannya sbb : p ~ p B S S B LOGIKA MATEMATIKA A. Pernyataan, kalimat terbuka, dan ingkaran pernyataan. 1. Pernyataan Pernyataan adalah kalimat yang mengandung nilai benar atau salah tetapi tidak sekaligus kedua-duanya. a. Hasil kali

Lebih terperinci

BAB IV LOGIKA A. Pernyataan B. Operasi uner

BAB IV LOGIKA A. Pernyataan B. Operasi uner BAB IV LOGIKA A. Pernyataan Pernyataan adalah kalimat matematika tertutup yang benar atau yang salah, tetapi tidak kedua-duanya pada saat yang bersamaan. Pernyataan biasa dilambangkan dengan p, q, r,...

Lebih terperinci

BAB I DASAR-DASAR LOGIKA

BAB I DASAR-DASAR LOGIKA BAB I DASAR-DASAR LOGIKA 11 Pendahuluan Logika adalah suatu displin yang berhubungan dengan metode berpikir Pada tingkat dasar, logika memberikan aturan-aturan dan teknik-teknik untuk menentukan apakah

Lebih terperinci

1 INDUKSI MATEMATIKA

1 INDUKSI MATEMATIKA 1 INDUKSI MATEMATIKA Induksi Matematis Induksi matematis merupakan teknik pembuktian yang baku di dalam matematika. Melalui induksi matematis maka dapat mengurangi langkah-langkah pembuktian bahwa semua

Lebih terperinci

Modul ke: Logika Matematika. Proposisi & Kuantor. Fakultas FASILKOM BAGUS PRIAMBODO. Program Studi SISTEM INFORMASI.

Modul ke: Logika Matematika. Proposisi & Kuantor. Fakultas FASILKOM BAGUS PRIAMBODO. Program Studi SISTEM INFORMASI. Modul ke: 5 Logika Matematika Proposisi & Kuantor Fakultas FASILKOM BAGUS PRIAMBODO Program Studi SISTEM INFORMASI http://www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Kalkulus Proposisi Konjungsi Disjungsi

Lebih terperinci

Logika Matematika. Logika Matematika. Jurusan Informatika FMIPA Unsyiah. September 26, 2012

Logika Matematika. Logika Matematika. Jurusan Informatika FMIPA Unsyiah. September 26, 2012 Jurusan Informatika FMIPA Unsyiah September 26, 2012 Cara menentukan nilai kebenaran pernyataan majemuk dengan menggunakan tabel kebenaran, yaitu dengan membagi beberapa bagian (kolom). Nilai kebenarannya

Lebih terperinci

Pertemuan 3 METODE PEMBUKTIAN

Pertemuan 3 METODE PEMBUKTIAN Pertemuan 3 METODE PEMBUKTIAN Metode Pembuktian Petunjuk umum dalam pembuktian Langkah-langkah untuk melakukan pembuktian adalah sebagai berikut: 1. Tulislah teorema yang akan dibuktikan 2. Tandailah permulaan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMK... Mata Pelajaran : Matematika Kelas : XI Program Keahlian : Akuntansi dan Penjualan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMK... Mata Pelajaran : Matematika Kelas : XI Program Keahlian : Akuntansi dan Penjualan RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMK... Mata Pelajaran : Matematika Kelas : XI Program Keahlian : Akuntansi dan Penjualan Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Alokasi Waktu

Lebih terperinci

BAB III HIMPUNAN. 2) Mahasiswa dapat menyebutkan relasi antara dua himpunan. 3) Mahasiswa dapat menentukan hasil operasi dari dua himpunan

BAB III HIMPUNAN. 2) Mahasiswa dapat menyebutkan relasi antara dua himpunan. 3) Mahasiswa dapat menentukan hasil operasi dari dua himpunan BAB III HIMPUNAN Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami pengertian himpunan, relasi antara himpunan, operasi himpunan, aljabar himpunan, pergandaan himpunan, serta himpunan kuasa. Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

Logika Matematika BAGUS PRIAMBODO. Tautologi dan Kontradiksi Argumen 1/Penarikan kesimpulan yang valid: modus ponen, modus tolen.

Logika Matematika BAGUS PRIAMBODO. Tautologi dan Kontradiksi Argumen 1/Penarikan kesimpulan yang valid: modus ponen, modus tolen. Modul ke: 6 Logika Matematika Tautologi dan Kontradiksi Argumen 1/Penarikan kesimpulan yang valid: modus ponen, modus tolen Fakultas FASILKOM BAGUS PRIAMBODO Program Studi SISTEM INFORMASI http://www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

SILABUS. Menyimak pemahaman tentang bentuk pangkat, akar dan logaritma beserta keterkaitannya. Mendefinisikan bentuk pangkat, akar dan logaritma.

SILABUS. Menyimak pemahaman tentang bentuk pangkat, akar dan logaritma beserta keterkaitannya. Mendefinisikan bentuk pangkat, akar dan logaritma. SILABUS Nama Sekolah : SMA NEGERI 6 PONTIANAK Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas/Program : X Semester : 1 STANDAR KOMPETENSI: 1. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat, akar, dan logaritma.

Lebih terperinci

PROPOSISI MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 1

PROPOSISI MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 1 PROPOSISI MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 1 Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara pernyataan (statements). Proposisi Pernyataan atau kalimat

Lebih terperinci

SILABUS. Menyimak pemahaman tentang bentuk pangkat, akar dan logaritma beserta keterkaitannya. Mendefinisikan bentuk pangkat, akar dan logaritma.

SILABUS. Menyimak pemahaman tentang bentuk pangkat, akar dan logaritma beserta keterkaitannya. Mendefinisikan bentuk pangkat, akar dan logaritma. SILABUS Nama Sekolah : SMA PGRI 1 AMLAPURA Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas/Program : X Semester : 1 STANDAR KOMPETENSI: 1. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat, akar, dan logaritma.

Lebih terperinci

Konvers, Invers dan Kontraposisi

Konvers, Invers dan Kontraposisi MODUL 5 Konvers, Invers dan Kontraposisi Represented by : Firmansyah,.Kom A. TEMA DAN TUJUAN KEGIATAN PEMELAJARAN 1. Tema Konvers, Invers dan Kontraposisi 2. Fokus Pembahasan Materi Pokok 1. Konvers, invers

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 TABEL KEBENARAN DADANG MULYANA. TABEL KEBENARAN (TB) digunakan untuk menyajikan hubungan antara nilai kebenaran sejumlah proposisi.

PERTEMUAN 2 TABEL KEBENARAN DADANG MULYANA. TABEL KEBENARAN (TB) digunakan untuk menyajikan hubungan antara nilai kebenaran sejumlah proposisi. PEREMUAN 2 ABEL KEBENARAN DADANG MULYANA ABEL KEBENARAN (B) digunakan untuk menyajikan hubungan antara nilai kebenaran sejumlah proposisi. ABEL 1 : B untuk proposisi dan negasinya p p MASALAH LOGIKA 1

Lebih terperinci

BAB 6 EKUIVALENSI LOGIS

BAB 6 EKUIVALENSI LOGIS BAB 6 EKUIVALENSI LOGIS 1. Pendahuluan Bab ini akan membahas persamaan-persamaan antara dua buah ekspresi logika yang mungkin ekuivalen (sama), mungkin berbeda, yang kesamaan atau perbedaan tadi akan dibuktikan

Lebih terperinci

Logika Matematika. Bab 1

Logika Matematika. Bab 1 Bab 1 Sumber: pkss.co.id Pada bab ini, Anda akan diajak untuk memecahkan masalah yang ber - hubungan dengan konsep, di antaranya mendeskripsikan pernyataan dan bukan pernyataan (kalimat terbuka), mendeskripsikan

Lebih terperinci

EKUIVALENSI LOGIS. Dr. Julan HERNADI & (Asrul dan Enggar) Pertemuan 3 FONDASI MATEMATIKA. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unmuh Ponorogo

EKUIVALENSI LOGIS. Dr. Julan HERNADI & (Asrul dan Enggar) Pertemuan 3 FONDASI MATEMATIKA. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unmuh Ponorogo Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unmuh Ponorogo Pertemuan 3 FONDASI MATEMATIKA Variasi bentuk implikasi Berangkat dari implikasi p q kita dapat membentuk tiga pernyataan implikasi relevan yang

Lebih terperinci

PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF

PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF Unit 6 PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF Wahyudi Pendahuluan U nit ini membahas tentang penalaran induktif dan deduktif yang berisi penarikan kesimpulan dan penalaran indukti deduktif. Dalam penalaran induktif

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN EDISI 1 MATEMATIKA DISKRIT

MODUL PERKULIAHAN EDISI 1 MATEMATIKA DISKRIT MODUL PERKULIAHAN EDISI 1 MATEMATIKA DISKRIT Penulis : Nelly Indriani Widiastuti S.Si., M.T. JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 2011 DAFTAR ISI Daftar Isi. 2 Bab 1 LOGIKA

Lebih terperinci

Pertemuan 5. Proposisi Lanjutan. Dosen Ir. Hasanuddin Sirait, MT STMIK Parna Raya Manado HP :

Pertemuan 5. Proposisi Lanjutan. Dosen Ir. Hasanuddin Sirait, MT  STMIK Parna Raya Manado HP : Pertemuan 5 Proposisi Lanjutan Dosen Ir. Hasanuddin Sirait, MT www.hsirait.wordpress.com STMIK Parna Raya Manado HP : 081356633766 KESETARAAN LOGIS Dua buah pernyataan yang berbeda dikatakan setara/equivalen

Lebih terperinci

STMIK Banjarbaru EKUIVALENSI LOGIKA. 10/15/2012 H. Fitriyadi & F. Soesianto

STMIK Banjarbaru EKUIVALENSI LOGIKA. 10/15/2012 H. Fitriyadi & F. Soesianto 1 EKUIVALENSI LOGIKA 2 Pada tautologi dan kontradiksi, dapat dipastikan bahwa jika dua buah ekspresi logika adalah tautologi, maka kedua buah ekspresi logika tersebut ekuivalen secara logis, demikian pula

Lebih terperinci

Materi 4: Logika. I Nyoman Kusuma Wardana. STMIK STIKOM Bali

Materi 4: Logika. I Nyoman Kusuma Wardana. STMIK STIKOM Bali Materi 4: Logika I Nyoman Kusuma Wardana STMIK STIKOM Bali Logika merupakan dasar dr semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara pernyataan-pernyataan (statements). Dalam Logika

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Matematika tidak dapat terlepas dalam kehidupan manusia sehari-hari, baik saat mempelajari matematika itu sendiri maupun mata kuliah lainnya. Mata kuliah Pengantar

Lebih terperinci

BAHAN AJAR LOGIKA MATEMATIKA

BAHAN AJAR LOGIKA MATEMATIKA 1 BAHAN AJAR LOGIKA MATEMATIKA DI SUSUN OLEH : DRS. ABD. SALAM,MM KELAS X BM & PAR SMK NEGERI 1 SURABAYA LOGIKA MATEMATIKA Standar Kompetensi : Menerapkan logika matematika dalam pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

Logika Matematika. Logika Matematika. Jurusan Informatika FMIPA Unsyiah. September 26, 2012

Logika Matematika. Logika Matematika. Jurusan Informatika FMIPA Unsyiah. September 26, 2012 Jurusan Informatika FMIPA Unsyiah September 26, 2012 yang diharapkan Dasar: Menggunakan logika matematika. Indikator Esensial: 1 Mengidentifikasi suatu tautologi 2 Menentukan ingkaran suatu pernyataan

Lebih terperinci

MATEMATIKA DISKRIT. Logika

MATEMATIKA DISKRIT. Logika MATEMATIKA DISKRIT Logika SILABUS KULIAH 1. Logika 2. Himpunan 3. Matriks, Relasi dan Fungsi 4. Induksi Matematika 5. Algoritma dan Bilangan Bulat 6. Aljabar Boolean 7. Graf 8. Pohon REFERENSI Rinaldi

Lebih terperinci

NEGASI KALIMAT DAN KALIMAT MAJEMUK (Minggu ke-3)

NEGASI KALIMAT DAN KALIMAT MAJEMUK (Minggu ke-3) NEGASI KALIMAT DAN KALIMAT MAJEMUK (Minggu ke-3) 1 1 Kata Penghubung Kalimat 1. Konjungsi: menggunakan kata penghubung: dan 2. Disjungsi: menggunakan kata penghubung: atau 3. Implikasi: menggunakan kata

Lebih terperinci

MAKALAH RANGKUMAN MATERI LOGIKA MATEMATIKA : NURHIDAYAT NIM : DBC

MAKALAH RANGKUMAN MATERI LOGIKA MATEMATIKA : NURHIDAYAT NIM : DBC MAKALAH RANGKUMAN MATERI LOGIKA MATEMATIKA Nama : NURHIDAYAT NIM : DC 113 055 JURUAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTA TEKNIK UNIVERITA PALANGKA RAYA 2013 A I PENGERTIAN Logika adalah dasar dan alat berpikir

Lebih terperinci

Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara proposisi atau pernyataan (statements).

Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara proposisi atau pernyataan (statements). Logika (logic) 1 Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara proposisi atau pernyataan (statements). Proposisi Kalimat deklaratif yang bernilai

Lebih terperinci

BUKTI DAN PEMBUKTIAN DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH. Tedy Machmud Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo

BUKTI DAN PEMBUKTIAN DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH. Tedy Machmud Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo BUKTI DAN PEMBUKTIAN DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH Tedy Machmud Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo Abstrak: Pengajaran matematika pada dasarnya dititikberatkan pada perubahan

Lebih terperinci

Jadi penting itu baik, tapi jadi baik jauh lebih penting

Jadi penting itu baik, tapi jadi baik jauh lebih penting LOGIKA MATEMATIKA Logika Matematika - Pernyataan, Nilai Kebenaran, dan Kalimat Terbuka - Pernyataan Majemuk - Konvers, Invers, dan Kontraposisi - Kuantor Universal dan Kuantor Eksistensial - Ingkaran dari

Lebih terperinci

NAMA LAMBANG KATA PERNYATAAN LOGIKANYA PENGHUBUNG

NAMA LAMBANG KATA PERNYATAAN LOGIKANYA PENGHUBUNG LOGIKA MATEMATIKA A. PERNYATAAN DAN KALIMAT TERBUKA Kalimat terbuka adalah kalimat yang belum dapat ditentukan nilai kebenarannya (benar dan salah). 1. Gadis itu cantik. 2. Bersihkan lantai itu. 3. Pernyataan/kalimat

Lebih terperinci

PERTEMUAN TAUTOLOGI, KONTRADIKSI, DAN CONTINGENT

PERTEMUAN TAUTOLOGI, KONTRADIKSI, DAN CONTINGENT PERTEMUAN 5 1.1 TAUTOLOGI, KONTRADIKSI, DAN CONTINGENT Tautologi adalah suatu bentuk kalimat yang selalu bernilai benar (True) tidak peduli bagaimanapun nilai kebenaran masing-masing kalimat penyusunnya,

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUKTIAN. (Yus Mochamad Cholily)

TEKNIK PEMBUKTIAN. (Yus Mochamad Cholily) TEKNIK PEMBUKTIAN (Yus Mochamad Cholily) Pembuktian merupakan aktifitas yang tidak bisa dipisahkan dengan Matematika. Hal ini disebabkan produk matematika pada umumnya berbentuk teorema yang harus dibuktikan

Lebih terperinci

Proposition Logic. (Logika Proposisional) Bimo Sunarfri Hantono

Proposition Logic. (Logika Proposisional) Bimo Sunarfri Hantono Proposition Logic (Logika Proposisional) Bimo Sunarfri Hantono bimo@te.ugm.ac.id Proposition (pernyataan) Merupakan komponen penyusun logika dasar yang dilambangkan dengan huruf kecil (p, q, r,...) yang

Lebih terperinci

MODUL LOGIKA MATEMATIKA

MODUL LOGIKA MATEMATIKA PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODUL LOGIKA MATEMATIKA AUTHOR: Navel Mangelep UNIVERSITAS NEGERI MANADO FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA KATA PENGANTAR Salah satu penunjang

Lebih terperinci

Perhatikan skema sistem bilangan berikut. Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan pecahan adalah bilangan yang berbentuk a b

Perhatikan skema sistem bilangan berikut. Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan pecahan adalah bilangan yang berbentuk a b 2 SISTEM BILANGAN Perhatikan skema sistem bilangan berikut Bilangan Bilangan Kompleks Bilangan Real Bilangan Rasional Bilangan Irasional Bilangan Bulat Bilangan Pecahan Bilangan bulat adalah bilangan yang

Lebih terperinci

Modul Matematika X Semester 2 Logika Matematika

Modul Matematika X Semester 2 Logika Matematika Modul Matematika X Semester 2 Logika Matematika Oleh : Markus Yuniarto, S.Si Tahun Pelajaran 2014 2015 SMA Santa Angela Jl. Merdeka No. 24 Bandung LOGIKA MATEMATIKA A. Standar Kompetensi : Menggunakan

Lebih terperinci

Logika Matematika Diskret (TKE132107) Program Studi Teknik Elektro, Unsoed

Logika Matematika Diskret (TKE132107) Program Studi Teknik Elektro, Unsoed Logika Matematika Diskret (TKE132107) Program Studi Teknik Elektro, Unsoed Iwan Setiawan Tahun Ajaran 2013/2014 Logika Klasik Matematika Diskret (TKE132107) - Program Studi Teknik

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 3 F T T F T F T F

PERTEMUAN KE 3 F T T F T F T F PEREMUAN KE 3 E. DISJUNGSI EKSLUSI (Exclusive OR) Misalkan p dan q adalah proposisi. Exclusive or p dan q, dinyatakan dengan notasi, adalah proposisi yang bernilai benar bila hanya salah satu dari p dan

Lebih terperinci

LOGIKA Matematika Industri I

LOGIKA Matematika Industri I LOGIKA TIP FTP UB Pokok Bahasan Pengertian Logika Pernyataan Matematika Nilai Kebenaran Operasi Uner Operasi Biner Tabel kebenaran Pernyataan Tautologi, Kontradiksi dan Kontingen Pernyataan-pernyataan

Lebih terperinci

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS X ( 1 ) SEMESTER I

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS X ( 1 ) SEMESTER I KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS X ( 1 ) SEMESTER I KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) MATA PELAJARAN: MATEMATIKA Sekolah : SMA/MA... Kelas : X Semester : I (SATU) KKM

Lebih terperinci

LOGIKA DAN PEMBUKTIAN

LOGIKA DAN PEMBUKTIAN BAB I LOGIKA DAN PEMBUKTIAN A. PENGANTAR Prinsip dari logika matematika memiliki korelasi dengan pembuktian kebenaran yang dilakukan menggunakan tabel kebenaran ataupun tanpa menggunakan tabel kebenaran

Lebih terperinci

Oleh: Anita T. Kurniawati, MSi Diah Arianti, S.Kom

Oleh: Anita T. Kurniawati, MSi Diah Arianti, S.Kom BUKU AJAR (DIKTAT) MATEMATIKA DISKRIT Oleh: Anita T. Kurniawati, MSi Diah Arianti, S.Kom JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA SUARABAYA 2010 KATA

Lebih terperinci

Logika. Apakah kesimpulan dari argumen di atas valid? Alat bantu untuk memahami argumen tsb adalah Logika

Logika. Apakah kesimpulan dari argumen di atas valid? Alat bantu untuk memahami argumen tsb adalah Logika Pengantar Logika 1 Logika Perhatikan argumen di bawah ini: Jika anda mahasiswa Informatika maka anda pasti belajar Bahasa Java. Jika anda tidak suka begadang maka anda bukan mahasiswa Informatika. Tetapi,

Lebih terperinci

MATEMATIKA DASAR (Validitas Pembuktian)

MATEMATIKA DASAR (Validitas Pembuktian) MATEMATIKA DASAR (Validitas Pembuktian) Antonius Cahya Prihandoko Universitas Jember Indonesia Jember, 2015 Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Validitas Pembuktian Jember, 2015 1 / 22 Outline 1 Premis

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA SOAL DAN PENYELESAIAN Logika, Himpunan, Relasi, Fungsi JONG JEK SIANG Kita menjalani hidup dari apa yang kita dapatkan Tetapi kita menikmati hidup dari apa yang kita berikan Jong Jek

Lebih terperinci

Contoh : 1..Buktikan bahwa untuk semua bilangan bulat n, jika n adalah bilangan ganjil, maka n 2 adalah bilangan ganjil! Jawab :

Contoh : 1..Buktikan bahwa untuk semua bilangan bulat n, jika n adalah bilangan ganjil, maka n 2 adalah bilangan ganjil! Jawab : PEMBUKTIAN LANGSUNG Untuk menunjukan pernyataan (p=>q) benar dapat dilakukan dengan menggunakan premis p untuk mendapatkan konklusi q. Metode pembuktian yang termasuk bukti langsung antara lain modus ponens,

Lebih terperinci

Selamat datang di Perkuliahan LOGIKA MATEMATIKA Logika Matematika Teori Himpunan Teori fungsi

Selamat datang di Perkuliahan LOGIKA MATEMATIKA Logika Matematika Teori Himpunan Teori fungsi Selamat datang di Perkuliahan LOGIKA MAEMAIKA Logika Matematika eori Himpunan eori fungsi Dosen : Dr. Julan HERNADI PUSAKA : Kenneth H Rossen, Discrete mathematics and its applications, fifth edition.

Lebih terperinci

Logika & Himpunan 2013 LOGIKA MATEMATIKA. Oleh NUR INSANI, M.SC. Disadur dari BUDIHARTI, S.Si.

Logika & Himpunan 2013 LOGIKA MATEMATIKA. Oleh NUR INSANI, M.SC. Disadur dari BUDIHARTI, S.Si. LOGIKA MATEMATIKA Oleh NUR INSANI, M.SC Disadur dari BUDIHARTI, S.Si. Logika adalah ilmu yang mempelajari secara sistematis kaidah-kaidah penalaran yang absah/valid. Ada dua macam penalaran, yaitu: penalaran

Lebih terperinci

BAB VI BILANGAN REAL

BAB VI BILANGAN REAL BAB VI BILANGAN REAL PENDAHULUAN Perluasan dari bilangan cacah ke bilangan bulat telah dibicarakan. Dalam himpunan bilangan bulat, pembagian tidak selalu mempunyai penyelesaian, misalkan 3 : 11. Timbul

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA. d. 6 + a > -4 e. 7 adalah faktor dari 63. c. 4 x 6 2. Tentukan variabel dan himpunan penyelesaian dari: a.

LOGIKA MATEMATIKA. d. 6 + a > -4 e. 7 adalah faktor dari 63. c. 4 x 6 2. Tentukan variabel dan himpunan penyelesaian dari: a. LOGIKA MATEMATIKA A. Definisi 1). Pernyataan Pernyataan adalah suatu kalimat yang bernilai benar atau salah, tetapi tidak sekaligus benar dan salah. Air laut rasanya asin, adalah bilangan prima, urabaya

Lebih terperinci

MATERI 1 PROPOSITIONAL LOGIC

MATERI 1 PROPOSITIONAL LOGIC MATERI 1 PROPOSITIONAL LOGIC 1.1 Pengantar Beberapa pernyataan (statement) dapat langsung diterima kebenarannya tanpa harus tahu kebenaran pembentuknya Ada kehidupan di Bulan atau tidak ada kehidupan di

Lebih terperinci

INGKARAN DARI PERNYATAAN

INGKARAN DARI PERNYATAAN HAND-OUT Student Name : Subject : Matematika Wajib Grade/Class : / Toic : Logika Matematika Date : Teacher(s) : Mr. Daniel Kristanto Semester : 2 Parent s Signature : LOGIKA MATEMATIKA Kalimat logika matematika

Lebih terperinci

Himpunan dan Sistem Bilangan Real

Himpunan dan Sistem Bilangan Real Modul 1 Himpunan dan Sistem Bilangan Real Drs. Sardjono, S.U. PENDAHULUAN M odul himpunan ini berisi pembahasan tentang himpunan dan himpunan bagian, operasi-operasi dasar himpunan dan sistem bilangan

Lebih terperinci

KUANTOR. A. Fungsi Pernyataan

KUANTOR. A. Fungsi Pernyataan A. Fungsi Pernyataan KUANTOR Definisi : Suatu fungsi pernyataan adalah suatu kalimat terbuka di dalam semesta pembicaraan (semesta pembicaraan diberikan secara eksplisit atau implisit). Fungsi pernyataan

Lebih terperinci

Struktur Diskrit. Catatan kuliah Struktur Diskrit Program Ilmu Komputer. disusun oleh Yusuf Hartono Fitri Maya Puspita

Struktur Diskrit. Catatan kuliah Struktur Diskrit Program Ilmu Komputer. disusun oleh Yusuf Hartono Fitri Maya Puspita Struktur Diskrit Catatan kuliah Struktur Diskrit Program Ilmu Komputer disusun oleh Yusuf Hartono Fitri Maya Puspita UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2006 Kata Pengantar Buku ini adalah versi pertama dari catatan

Lebih terperinci

Logika. Modul 1 PENDAHULUAN

Logika. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Logika Drs. Sukirman, M.Pd. L PENDAHULUAN ogika merupakan salah satu bidang ilmu yang mengkaji prinsip-prinsip penalaran yang benar dan penarikan kesimpulan yang absah, baik yang bersifat deduktif

Lebih terperinci

BAB V HIMPUNAN ( ( dan dibaca : himpunan semua sedemikian hingga mempunyai sifat.

BAB V HIMPUNAN ( ( dan dibaca : himpunan semua sedemikian hingga mempunyai sifat. BAB V HIMPUNAN 5.1 Pendahuluan Pengertian himpunan dan menjadi anggota suatu himpunan merupakan hal yang mendasar dalam matematika. Orang tidak mungkin mengadakan diskusi matematika dengan tidak menyangkut

Lebih terperinci

LOGIKA SIMBOLIK. Bagian II. September 2005 Pengantar Dasar Matematika 1

LOGIKA SIMBOLIK. Bagian II. September 2005 Pengantar Dasar Matematika 1 LOGIKA IMOLIK agian II eptember 2005 Pengantar Dasar Matematika 1 LOGIKA Realitas Kalimat/ Pernyataan Logis LOGIKA eptember 2005 Pengantar Dasar Matematika 2 Apakah logika itu? Logika: Ilmu untuk berpikir

Lebih terperinci

Materi Kuliah IF2091 Struktur Diskrit. Pengantar Logika. Oleh: Rinaldi Munir. Program Studi Informatika STEI - ITB

Materi Kuliah IF2091 Struktur Diskrit. Pengantar Logika. Oleh: Rinaldi Munir. Program Studi Informatika STEI - ITB Materi Kuliah IF2091 Struktur Diskrit Pengantar Logika Oleh: Rinaldi Munir Program Studi Informatika STEI - ITB 1 Logika Perhatikan argumen di bawah ini: Jika anda mahasiswa Informatika maka anda pasti

Lebih terperinci

Pengantar Logika. Didin Astriani Prasetyowati, M.Stat UIGM

Pengantar Logika. Didin Astriani Prasetyowati, M.Stat UIGM Pengantar Logika Didin Astriani Prasetyowati, M.Stat UIGM 1 BAB I PENGANTAR LOGIKA Konsep Logika Apakah logika itu? Seringkali Logika didefinisikan sebagai ilmu untuk berfikir dan menalar dengan benar

Lebih terperinci

DASAR-DASAR LOGIKA. Pertemuan 2 Matematika Diskrit

DASAR-DASAR LOGIKA. Pertemuan 2 Matematika Diskrit DASAR-DASAR LOGIKA Pertemuan 2 Matematika Diskrit 25-2-2013 Materi Pembelajaran 1. Kalimat Deklaratif 2. Penghubung kalimat 3. Tautologi dan Kontradiksi 4. Konvers, Invers, dan Kontraposisi 5. Inferensi

Lebih terperinci

Matematika Diskrit LOGIKA

Matematika Diskrit LOGIKA Matematika Diskrit LOGIKA 1 Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara pernyataan (statements). Proposisi Pernyataan atau kalimat deklaratif

Lebih terperinci

LOGIKA PROPOSISI. Bagian Keempat : Logika Proposisi

LOGIKA PROPOSISI. Bagian Keempat : Logika Proposisi LOGIKA PROPOSISI Bagian Keempat : Logika Proposisi ARI FADLI, S.T. Logika Proposisi Tujuan : Mahasiswa dapat menyebutkan tentang logika proposisi, operator dan sifat proposisi Proposisi Definisi : Setiap

Lebih terperinci

Matematika Komputasional. Himpunan. Oleh: M. Ali Fauzi PTIIK - UB

Matematika Komputasional. Himpunan. Oleh: M. Ali Fauzi PTIIK - UB Matematika Komputasional Himpunan Oleh: M. Ali Fauzi PTIIK - UB 1 Definisi Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek yang berbeda. Objek di dalam himpunan disebut elemen, unsur, atau anggota. HMIF adalah

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA. Pernyataan

LOGIKA MATEMATIKA. Pernyataan LOGIKA MATEMATIKA 1 PERNYATAAN DAN UKAN PERNYATAAN A Pengertian logika Matematika Logika adalah ilmu untuk berpikir dan menalar dengan benar. Logika matematika (logika simbolik) adalah ilmu tentang penyimpulan

Lebih terperinci

- Mahasiswa memahami dan mampu membuat kalimat, mengevaluasi kalimat dan menentukan validitas suatu kalimat

- Mahasiswa memahami dan mampu membuat kalimat, mengevaluasi kalimat dan menentukan validitas suatu kalimat LOGIKA Tujuan umum : - Mahasiswa memahami dan mampu membuat kalimat, mengevaluasi kalimat dan menentukan validitas suatu kalimat Tujuan Khusus: - mahasiswa diharapkan dapat : 1. memahami pengertian proposisi,

Lebih terperinci