Produksi di Industri Farmasi

dokumen-dokumen yang mirip
Aspek-aspek CPOB. Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

Penggunaan terbesar herbal. Fitofarmaka. supplement. kosmetik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri

Oleh : Bambang Priyambodo

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang terdepan, suatu industri harus mampu mengoptimalkan produksinya dalam

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

DOKUMENTASI PRODUKSI

PERSONALIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam industri manufaktur saat ini sebagian besar proses produksi

UNIVERSITAS INDONESIA

DITOLAK BAGIAN PENGAWASAN MUTU PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga

TUGAS FARMASI INDUSTRI ELIMINASI DAN VALIDASI 12 ASPEK CPOB

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. terbentuk karena hasil penggabungan/ merger antara dua perusahaan besar kimia

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt.

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT BANDUNG

(BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus Sejak berdirinya hingga sekarang ini PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:. TENTANG PEDOMAN PENERAPAN CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG BAIK

PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt.

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri

BAB III KEGIATAN DI INDUSTRI FARMASI P.T. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN PEMASUKAN OBAT IMPOR

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PABRIK PHARMASI ZENITH JL. TAMBAK AJI NO. 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 1 APRIL 23 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA

PEDOMAN PENYIAPAN DOKUMEN INDUK INDUSTRI FARMASI DAN INDUSTRI OBAT TRADISIONAL PENDAHULUAN

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2 Presiden Nomor 55 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125); 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto

UNIVERSITAS INDONESIA


PERSYARATAN TEKNIS CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK BAB 1

UNIVERSITAS INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik pada tahun Saat ini

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 1 MANAJEMEN MUTU

DOKUMENTASI

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 466/Kpts/TN.260/V/99 TENTANG PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT HEWAN YANG BAIK MENTERI PERTANIAN,

IOT adalah industri yang memproduksi obat traditional dengan total asset diatas Rp ,- (enam ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah

UNIVERSITAS INDONESIA

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT BANDUNG

Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 2.1 Tinjauan Lembaga Farmasi Angkatan Udara (LAFIAU) Sejarah dan Perkembangan Lembaga Farmasi Angkatan Udara

UNIVERSITAS INDONESIA

Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim / Salep

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus 1971.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

Produksi di Industri Farmasi

PRODUKSI istilah terkait Pembuatan Seluruh rangkaian kegiatan dalam menghasilkan suatu obat, meliputi produksi dan pengawasan mutu, mulai dari pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, proses pengolahan, pengemasan sampai obat jadi untuk didistribusi Produksi Seluruh kegiatan dalam pembuatan obat, mulai dari penerimaan bahan, dilanjutkan dengan pengolahan, pengemasan dan pengemasan ulang, penandaan dan penandaan ulang sampai menghasilkan produk jadi Pengolahan Bagian dari siklus produksi mulai dari penimbangan bahan awal sampai menghasilkan produk ruahan Pengemasan Bagian siklus produksi yang dilakukan terhadap produk ruahan untuk menghasilkan produk jadi.

Produk Jadi Produk (Obat) yang telah melalui seluruh tahap proses pembuatan PRODUKSI istilah terkait Produk Ruahan Bahan yang telah selesai diolah dan tinggal memerlukan kegiatan pengemasan untuk menjadi obat jadi. Produk Antara Tiap bahan atau campuran bahan yang masih memerlukan satu atau lebih tahap pengolahan lanjutan untuk menjadi produk ruahan.

PRODUKSI istilah terkait Bets Sejumlah obat yang mempunyai sifat dan mutu yang seragam yang dihasilkan dalam satu siklus pembuatan atas suatu perintah pembuatan tertentu. Esensi suatu bets adalah homogenitasnya. Lot Bagian tertentu dari suatu bets yang memiliki sifat dan mutu yang seragam dalam batas yang telah ditetapkan. Apabila suatu produk diproduksi dengan proses terus-menerus, lot berarti suatu bagian tertentu yang dihasilkan dalam suatu satuan waktu atau satuan jumlah sedemikian rupa sehingga menjamin bagian ini memiliki sifat dan mutu yang seragam dalam batas yang telah ditetapkan.

Prinsip PRODUKSI Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar

Dokumen PRODUKSI Spesifikasi (bahan awal, bahan pengemas, produk jadi, bila perlu produk antara dan produk ruahan)

Contoh spesifikasi

Dokumen PRODUKSI Dokumen Produksi Induk yang berisi formula produksi dari suatu produk dalam bentuk sediaan dan kekuatan tertentu, tidak tergantung dari ukuran bets

Contoh dokumen produksi induk informasi umum

komposisi atau formula produk Serta daftar bahan Contoh dokumen produksi induk Spesifikasi bahan awal

Contoh dokumen produksi induk prosedur pengolahan

Contoh dokumen produksi induk prosedur pengolahan

pengemasan Contoh dokumen produksi induk peralatan

peralatan Contoh dokumen produksi induk Pengawasan dan

Contoh dokumen produksi induk syarat

Dokumen PRODUKSI Prosedur Produksi Induk, terdiri dari Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk, yang masing-masing berisi prosedur pengolahan dan prosedur pengemasan yang rinci untuk suatu produk dengan bentuk sediaan, kekuatan dan ukuran bets spesifik. Prosedur Produksi Induk dipersyaratkan divalidasi sebelum mendapat pengesahan untuk digunakan Catatan Produksi Bets, terdiri dari Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets, yang merupakan reproduksi dari masing-masing Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk, dan berisi semua data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan produksi dari suatu bets produk

Merupakan salah satu personel kunci dalam industri farmasi Kepala bagian produksi Kepala bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang lain

Kepala bagian produksi apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi Pelatihan Pengalaman praktis Keterampilan manajerial

Kepala bagian produksi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam produksi obat memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan secara tepat memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani sebelum diserahkan kepada kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)

Kepala bagian produksi memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian produksi memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam produksi obat memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan

Personel PRODUKSI Tiap personil hendaklah tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindarkan risiko terhadap mutu obat. Kekurangan jumlah personil cenderung memengaruhi kualitas obat, yang mengakibatkan tugas akan dilakukan secara tergesa-gesa dengan segala risikonya. Kekurangan jumlah personil biasanya mengakibatkan kerja lembur sering dilakukan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dan mental baik bagi operator maupun supervisor atau malahan bagi personil pada tingkat lebih tinggi, yaitu - antara lain - yang melakukan evaluasi dan / atau mengambil keputusan.

Manhours (Jumlah jam kerja jika dikerjakan seorang personel) Misal: hitung manhours untuk tiap batch produksi tablet A, jika diketahui: Penimbangan bahan (mulai dari persiapan administratif, persiapan jalur, persiapan bahan sampai pembersihan ruangan setelah menimbang): oleh 2 orang selama 30 menit Proses Granulasi (termasuk persiapan jalur) Pencampuran bahan: oleh 2 orang selama 30 menit, Pengeringan memakai FBD: oleh 2 orang selama 45 menit, Pengayakan: oleh 2 orang selama 15 menit, Lubrikasi: oleh 2 orang selama 15 menit. Pencetakan tablet (termasuk persiapan jalur) : oleh 1 orang selama 6 jam Pengemasan primer (termasuk persiapan jalur): oleh 2 orang selama 6 jam Pengemasan sekunder (termasuk persiapan jalur) Kodifikasi bahan pengemas: oleh 2 orang selama 3 jam, Pelipatan brosur: oleh 1 orang selama 1 jam, Pengemasan: oleh 5 orang selama 4 jam.

Suatu industri X memiliki 4 jenis produk yaitu: Tablet A, Tablet B, Kapsul C, dan sirup D Contoh menghitung jumlah personel operator produksi Produk Manhour/ Batch Ukuran batch Produksi/ tahun Tablet A 50 500.000 tab. 25 jt tab. Tablet B 120 1 jt tab. 40 jt tab. Kapsul C 30 100.000 kap 14,4 jt kap sirup D 20 1000 L 200.000 L TOTAL Jika hari kerja tiap operator dalam 1 tahun adalah 222 hari kerja (setelah memperhitungkan hari libur, hari libur nasional, hak cuti, sakit, mengikuti training) dengan 7 jam kerja tiap hari Berapakah personel operator yang dibutuhkan? Total Manhour /tahun

Suatu industri X memiliki 4 jenis produk yaitu: Tablet A, Tablet B, Kapsul C, dan sirup D Contoh menghitung jumlah personel operator produksi Produk Manhour/ Batch Ukuran batch Produksi/ tahun Jika hari kerja tiap operator dalam 1 tahun adalah 222 hari kerja (setelah memperhitungkan hari libur, hari libur nasional, hak cuti, sakit, mengikuti training) dengan 7 jam kerja tiap hari Berapakah personel operator yang dibutuhkan? Total Manhour /tahun Tablet A 50 500.000 tab. 25 jt tab. 2.500 Tablet B 120 1 jt tab. 40 jt tab. 4.800 Kapsul C 30 100.000 kap 14,4 jt kap 4.320 sirup D 20 1000 L 200.000 L 4.000 TOTAL 15.620 Jam

Contoh menghitung jumlah personel operator produksi Jika hari kerja tiap operator dalam 1 tahun adalah 222 hari kerja (setelah memperhitungkan hari libur, hari libur nasional, hak cuti, sakit, mengikuti training) dengan 7 jam kerja tiap hari Jam kerja personel tiap tahun = 222 hari x 7 jam/hari = 1554 jam/orang Berapakah personel operator yang dibutuhkan? Jumlah personel = 15620 Jam : 1554 jam/orang = 10,05 10 orang

Jam kerja tidak reguler Tugas lebih kompleks Menghitung personel pada posisi lebih tinggi? Job Analysis Uraian Tugas Pengetahuan Keterampilan Kemampuan

Uraian tugas

UraianTugas

UraianTugas

UraianTugas

bahan awal proses Produk antara Alur Produksi proses Produk ruahan Proses pengemasan Produk Jadi

Penandaan status bahan dan produk dalam produksi Label KARANTINA menyatakan bahwa suatu bahan atau produk sedang dalam proses pemeriksaan oleh Pengawasan Mutu dan belum boleh digunakan Label DILULUSKAN menyatakan bahwa bahan dan produk dapat di proses lebih lanjut atau untuk produk jadi sudah dapat dijual Label DITOLAK menyatakan bahwa suatu bahan dan produk tidak dapat digunakan untuk proses lanjut atau untuk produk jadi tidak dapat dijual

CONTOH

Hendaklah tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran bets/lot dengan tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk ruahan atau produk jadi dapat diidentifikasi Nomor Bets dan Lot Sistem penomoran bets/lot hendaklah menjamin bahwa nomor bets/lot yang sama tidak dipakai secara berulang. untuk produk yang sama minimal 10 tahun contoh penomoran: nomor bets: 003142 nomor lot : 003142 A Digit pertama menunjukkan tahun produksi Digit kedua dan ketiga menunjukkan jenis sediaan Digit keempat, kelima dan keenam menunjukkan urutan produksi dalam tahun yang sama Digit ketujuh menunjukkan urutan lot dari suatu bets

Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui (terkualifikasi) dan memenuhi spesifikasi yang relevan, dan bila memungkinkan, langsung dari produsen Bahan awal Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaklah dicatat. Catatan hendaklah berisi keterangan mengenai pasokan, nomor bets/lot, tanggal penerimaan atau penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal daluwarsa bila ada Bahan awal yang diterima hendaklah dikarantina sampai disetujui dan diluluskan untuk pemakaian oleh kepala bagian Pengawasan Mutu Hanya bahan awal yang sudah diluluskan oleh bagian Pengawasan Mutu dan masih dalam masa simpan yang boleh digunakan

Alur Barang dan Personel

Forecasting (PPIC) Rencana produksi Penjadwalan produksi Penyiapan bahan awal Produksi

PPIC Memperkirakan kebutuhan bahan awal dan produk untuk merencanakan dan mengendalikan produksi Membuat rencana produksi (semester, triwulan, bulanan, mingguan, harian) Memastikan target produksi tercapai Menerima dan mengirim permintaan produk kepada konsumen (melalui marketing)

MIX UP Yang perlu diperhatikan selama proses produksi CROSS CONTAMINATION

Pengolahan produk yang berbeda tidak boleh dilakukan secara bersamaan atau bergantian dalam ruang kerja yang sama kecuali tidak ada risiko terjadi kecampurbauran ataupun kontaminasi silang

Pencemaran silang Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus dihindarkan. Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya debu, gas, uap, percikan atau organisme dari bahan atau produk yang sedang diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator.

Pencemaran silang hendaklah dihindarkan dengan tindakan teknis atau pengaturan yang tepat produksi di dalam gedung terpisah (diperlukan untuk produk seperti penisilin, hormon seks, sitotoksik tertentu, vaksin hidup, dan sediaan yang mengandung bakteri hidup dan produk biologi lain serta produk darah); tersedia ruang penyangga udara dan penghisap udara; memperkecil risiko pencemaran yang disebabkan oleh udara yang disirkulasi ulang atau masuknya udara yang tidak diolah atau udara yang diolah secara tidak memadai;

Pencemaran silang hendaklah dihindarkan dengan tindakan teknis atau pengaturan yang tepat memakai pakaian pelindung yang sesuai di area di mana produk yang berisiko tinggi terhadap pencemaran silang diproses; melaksanakan prosedur pembersihan dan dekontaminasi yang terbukti efektif, karena pembersihan alat yang tidak efektif umumnya merupakan sumber pencemaran silang; menggunakan sistem self-contained; pengujian residu dan menggunakan label status kebersihan pada alat.