UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M.H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG BEKASI PERIODE 01 APRIL - 30 MEI 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER RINA MEDIANA, S.Farm ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M.H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG BEKASI PERIODE 01 APRIL - 30 MEI 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker RINA MEDIANA, S.Farm ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014 ii

3 SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di. Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh kepada saya. Depok, 27 Juni 2014 Rina Mediana iii

4 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Rina Mediana NPM : Tanda Tangan : Tanggal : 27 Juni 2013 iv

5 HALAMAN PENGESAHAN Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh: Nama : Rina Mediana, S. Farm. NPM : Program Studi : Apoteker Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Kalbe Farma, Tbk. Kawasan Industri Delta Silicon Jl. M.H. Thamrin Blok A3-1, Lippo Cikarang Bekasi Periode 01 April - 30 Mei 2014 Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi. DEWAN PENGUJI Pembimbing I : Yashinta Widyaningtyas. S.Farm., Apt. (.) Pembimbing II : Dra. Maryati Kurniadi, M.Si., Apt. (.) iii

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Kalbe Farma, Tbk. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Apoteker pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Yashinta Widyaningtyas, S.Farm, Apt. dan Nadia Dwanda L.A. S.Farm, Apt selaku Pembimbing dan Supervisor Quality Assurance PT. Kalbe Farma, Tbk. yang telah banyak memberikan pengalaman, bimbingan dan pengetahuan selama melaksanakan PKPA di PT. Kalbe Farma, Tbk. 2. Dra. Maryati Kurniadi, M. Si., Apt. selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan laporan PKPA 3. Anne Prima Heryanti, S.Si., Apt., selaku Manager Departemen Quality Assurance PT. Kalbe Farma, Tbk. 4. Seluruh Inspektor dan Admin Quality Assurance PT. Kalbe Farma, Tbk site Cikarang 5. Dr. Hayun, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI yang telah memberikan kesempatan, arahan, dan bimbingan selama pelaksanaan PKPA di PT. Kalbe Farma, Tbk. 6. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., selaku Dekan Fakultas Farmasi UI. 7. Seluruh staf di PT. Kalbe Farma, Tbk. atas kerja sama dan bantuan selama penulis melaksanakan kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA. 8. Seluruh staf pengajar Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI. iv

7 v 9. Seluruh rekan Apoteker UI angkatan LXXVIII atas motivasi, semangat, kerjasama dan keceriaan selama pelaksanaan PKPA bersama di PT. Kalbe Farma, Tbk. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan PKPA ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan laporan PKPA ini. Semoga pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan penulis selama mengikuti PKPA dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan Penulis 2014

8 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik, saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Rina Mediana NPM : Program Studi : Apoteker Fakultas : Farmasi Jenis Karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Industri Kalbe Farma, Tbk Kawasan Industri Delta Silicon Periode 6 Januari - 22 Januari Jl. MH Thamrin No A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi Periode 1 April-30 Mei 2014 beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 27 Juni 2014 Yang menyatakan (Rina Mediana) viii

9 ABSTRAK Nama : Rina Mediana, S. Farm NPM : Program Studi : Profesi Apoteker Judul : Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Pt. Kalbe Farma, Tbk. Kawasan Industri Delta Silicon Jl. M.H. Thamrin Blok A3-1, Lippo Cikarang Bekasi Periode 01 April - 30 Mei 2014 Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan di PT. Kalbe Farma, Tbk. Kawasan Industri Delta Silicon Jl. M.H. Thamrin Blok A3-1, Lippo Cikarang Bekasi. Kegiatan PKPA ini bertujuan agar mahasiswa profesi apoteker dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang segala aspek industri farmasi yang berhubungan dengan CPOB serta mengetahui penerapan CPOB di PT. Kalbe Farma, Tbk. serta mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab apoteker dalam industri farmasi yang diharapkan dapat menjadi bekal untuk menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya. Tugas khusus yang diberikan berjudul Annual Product Review (APR) Tablet XX Tahun 2013.Tugas khusus ini bertujuan untuk melakukan review terhadap salah satu produk di PT. Kalbe Farma, Tbk dan memperoleh Trend Analysis dari poduk tersebut sehingga dapat diberikan rekomendasi terbaik untuk pengembangan produk. Kata kunci : PT. Kalbe Farma, Tbk. Annual Product Review, APR, Tren Analysis Tugas umum : x + 71 halaman; 2 gambar, 1 table, 2 lampiran Tugas khusus : v + 39 halaman; 6 tabel; 6 lampiran Daftar Acuan Tugas Umum : 5 ( ) Daftar Acuan Tugas Khusus : 5 ( )

10 ABSTRACT Name : Rina Mediana, S. Farm NPM : Study Program : Pharmacist Title : Report of Apothecary Profession Internship at PT. Kalbe Farma, Tbk. in Kawasan Industri Delta Silicon Jl. M.H. Thamrin Blok A3-1, Lippo Cikarang Bekasi on April 1st - May 30th 2014 Report of Apothecary Profession Internship at PT. Kalbe Farma, Tbk. in Kawasan Industri Delta Silicon Jl. M.H. Thamrin Blok A3-1, Lippo Cikarang Bekasi on April 1st - May 30th This internship activity is intended that the student of pharmacist profession can improve the knowledge and insight on all aspects relating to the pharmaceutical industry as well as knowing the implementation of GMP GMP PT. Kalbe Farma Tbk. and to know and understand the roles and responsibilities of pharmacists in the pharmaceutical industry is expected to be equipped to face the real working world. Special task that given were the Annual Product Review (APR) Tablets XX of This task aims to do a review of one of the products in the PT. Kalbe Farma Tbk and Trend Analysis of product obtain the best recommendation that can be given to the development of the product. Keywords : PT. Kalbe Farma Tbk. Annual Product Review, APR, Trends Analysis Common tasks : x + 71 pages; 2 images, 1 table, 2 attachments Specific tasks : v + 39 pages; 6 tables; 6 attachments General Tasks References: 5 ( ) Special Assignment References: 5 ( )

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN UMUM Industri Farmasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan Mutu Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan Audit dan Persetujuan Pemasok Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk, dan Produk Kembalian Dokumentasi Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Kualifikasi dan Validasi BAB 3 TINJAUAN KHUSUS PT. KALBE FARMA, TBK Sejarah dan Perkembangan PT. Kalbe Farma, Tbk Visi dan Misi Lokasi dan Tata Ruang Bangunan Kantor Bangunan Pabrik Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk., Tbk Departement Research and Development Departemen Process Development Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Departemen Group Process Improvement (GPI) Departemen Quality Operation vi

12 vii Departemen Quality System Departemen Logistik Departemen Teknik BAB 4 PEMBAHASAN Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya) Limbah non B Peralatan Sanitasi dan Higiene Pengawasan Mutu Inspeksi Diri, Audit Mutu & Persetujuan Pemasok Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk, dan Produk Kembalian Dokumentasi Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Kualifikasi dan Validasi BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN... 79

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1. Logo PT. Kalbe Farma, Tbk Gambar 3.2. Gambaran Kegiatan Masing-Masing Seksi Departemen QC viii

14 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kelas Kebersihan berdasarkan jumlah partikulat udara yang diperbolehkan ix

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Bagan struktur organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk Lampiran 2. Bagan Alur pengembangan produk x

16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri farmasi mempunyai peran penting dalam menjamin dan memperbaiki kesehatan masyarakat, menghasilkan obat untuk mengatasi berbagai penyakit, minimalisasi risiko kesehatan dan menjamin pelayanan kesehatan yang berkesinambungan bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang. Oleh karena itu, semua industri farmasi harus berupaya agar dapat menghasilkan produk obat yang memenuhi standar kualitas yang dipersyaratkan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2006). Proses pembuatan sediaan farmasi hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi yang telah mendapat izin dari Menteri Kesehatan dan mampu memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Penerapan CPOB dalam industri farmasi bertujuan untuk memastikan mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaannya (BPOM, 2012). Aspek yang diatur dalam CPOB meliputi manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan hygiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, audit mutu, dan audit persetujuan pemasok, penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi. Penerapan CPOB yang benar dan tepat berdampak pada konsistensi mutu obat yang diproduksi sehingga produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan dan sesuai tujuan penggunaan produk. Apoteker merupakan profesi yang mutlak diperlukan dalam proses penerapan CPOB di suatu industri farmasi dan diperkenankan menjadi penanggung jawab bidang produksi, pengawasan mutu, dan pemastian mutu. Dalam memenuhi tanggung jawab tersebut, seorang apoteker harus memiliki kompetensi, pengalaman, dan keterampilan yang baik untuk menjamin CPOB dijalankan dengan benar dan tepat. 1

17 2 Kompetensi, pengalaman, dan keterampilan yang dibutuhkan seorang apoteker di industri farmasi dapat dipahami lebih baik melalui adanya kesempatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Dalam rangka pembinaan terhadap generasi baru di bidang industri farmasi, yaitu tenaga apoteker, PT Kalbe Farma, Tbk. memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melaksanakan PKPA. Pelaksanaan PKPA di PT Kalbe Farma, Tbk. ini berlangsung dari tanggal 2 April sampai dengan 30 Mei Tujuan a. Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan segala aspek CPOB di PT Kalbe Farma, Tbk. b. Memahami peran dan tugas apoteker dalam industri farmasi

18 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Pengertian industri farmasi berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Fungsi industri farmasi adalah pembuatan obat/bahan obat, pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi. Industri Farmasi dalam membangun usahanya perlu mendapatkan izin industri farmasi. Izin tersebut akan dikeluarkan oleh Direktur Jendral Kementrian Kesehatan. Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi, yaitu berbadan usaha berupa perseroan terbatas, memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat, memiliki NPWP, memiliki secara tetap 3 orang apoteker Warga Negara Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu, komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung dan tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian. Izin usaha pendirian industri farmasi juga membutuhkan persetujuan prinsip. Permohonan persetujuan prinsip diajukan kepada Direktur Jendral dengan tembusan kepada kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan dan kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Izin industri dikeluarkan setelah pihak perusahaan telah mengajukan permohonan Rencana Induk Pembangunan (RIP) kepada kepala Badan POM. Persetujuan prinsip diberikan kepada industri farmasi untuk dapat langsung melakukan persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi, peralatan dan lain-lain yang diperlukan, termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan di bidang obat. Persetujuan prinsip tersebut berlaku selama jangka waktu 3 tahun dan selama jangka waktu tersebut, perusahaan yang bersangkutan harus menyampaikan laporan informasi kemajuan 3

19 4 pembangunan fisik setiap 6 bulan sekali kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Persyaratan agar mendapatkan persetujuan prinsip, yaitu : a. Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan b. Fotokopi KTP/identitas direksi dan komisaris perusahaan c. Susunan direksi dan komisaris d. Pernyataan direksi dan komisaris tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi e. Fotokopi sertifikat tanah/bukti kepemilikan f. Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha berdasarkan Undang-Undang Gangguan (HO) g. Fotokopi Surat Tanda Daftar Perusahaan h. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan i. Fotokopi NPWP j. Persetujuan lokasi dari pemerintah daerah provinsi k. Persetujuan RIP dari Kepala Badan l. Rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat m. Surat asli pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing apoteker penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu n. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu Setelah selesai melaksanakan tahap persetujuan prinsip, dapat dilakukan permohonan izin usaha industri. Permohonan diajukan kepada Direktur Jenderal Kementrian Kesehatan dengan tembusan kepada Kepala BPOM dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Izin industri farmasi berlaku untuk seterusnya selama industri farmasi bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.

20 5 Surat permohonan izin industri farmasi harus ditandatangani oleh direktur utama dan apoteker penganggung jawab pemastian mutu dengan kelengkapan, yaitu : a. Fotokopi persetujuan prinsip Industri Farmasi b. Surat persetujuan penanaman modal untuk industri farmasi dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) atau Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) c. Daftar peralatan dan mesin yang digunakan d. Jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya e. Fotokopi sertifikat upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan /Analisis Mengenai Dampak Lingkungan f. Rekomendasi kelengkapan administratif izin industri farmasi dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi g. Rekomendasi Pemenuhan CPOB dari Kepala BPOM. h. Daftar pustaka wajib seperti Farmakope edisi terakhir i. Surat asli pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing apoteker penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu j. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu dari pimpinan perusahaan k. Fotokopi ijazah dan STRA dari masing--masing apoteker penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu l. Surat pernyataan komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung maupun tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian. Setelah industri farmasi dibangun maka industri tersebut wajib memenuhi persyaratan CPOB. Pemenuhan persyaratan CPOB dibuktikan dengan adanya sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku selama lima tahun sepanjang memenuhi persyaratan. Setiap industri farmasi wajib menjalankan fungsi farmakovigilans yaitu seluruh kegiatan tentang pendeteksian, penilaian, pemahaman, dan pencegahan efek samping atau masalah lainnya terkait dengan penggunaan obat. Implementasi dari farmakovigilans pada industri farmasi adalah berupa tindakan pelaporan kepara kepala badan apabila ditemukan obat dan atau bahan obat hasil

21 6 produksi industri tersebut yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, atau mutu. Adanya perubahan yang signifikan terhadap pemenuhan CPOB yang terjadi pada industri farmasi, industri farmasi wajib melaporkan hal tersebut kepada BPOM untuk disetujui. Perubahan yang dapat terjadi mencakup perubahan kapasitas produksi atau perubahan lokasi produksi. Industri farmasi yang melakukan penambahan kapasitas produksi atau penambahan bentuk sediaan tidak memerlukan izin perluasan. Izin perluasan diperlukan apabila perusahaan yang bersangkutan akan menambah luas area produksi. Izin usaha industri farmasi berlaku untuk seterusnya selama perusahaan industri farmasi yang bersangkutan berproduksi. Permohonan izin usaha industri farmasi dapat diajukan setelah pembangunan fisik industri farmasi selesai dan perusahaan siap melaksanakan kegiatan produksi komersial. 2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) Cara pembuatan obat yang baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat yang dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Pengendalian menyeluruh merupakan hal yang sangat essensial pada pembuatan obat, untuk menjamin bahwa konsumen menggunakan obat bermutu tinggi. CPOB merupakan pedoman yang sangat penting tidak hanya bagi industri farmasi dan regulator, tetapi juga bagi konsumen dalam memenuhi kebutuhannya akan pengobatan yang aman, berkhasiat, dan berkualitas. Terdapat 12 aspek dalam CPOB, yaitu: Manajemen Mutu Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah, atau tidak efektif. Manajemen mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu kebijakan mutu yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen dalam perusahaan, para

22 7 pemasok, dan distributor. Unsur dasar manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya, serta tindakan sistematis untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan tinggi, sehingga produk atau jasa pelayanan yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut pemastian mutu Personalia Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pengawasan mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Industri farmasi bertanggungjawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal yang berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaan. Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantunkan dalam uraian tugas tertulis. Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama tersebut diisi oleh personil purnawaktu. Struktur organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian rupa sehingga bagian Produksi, Pengawasan Mutu, Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dipimpin oleh orang yang berbeda serta tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-masing personil hendaklah diberi wewenang penuh dan sarana yang memadai yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif Kepala bagian Produksi hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dalam bidang pembuatan obat dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara profesional. Kepala bagian Produksi hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam produksi obat, termasuk:

23 8 a. Memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan; b. Memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan secara tepat; c. Memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani oleh kepala bagian Produksi sebelum diserahkan kepada kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu); d. Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian produksi; e. Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan f. Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan. Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah seorang apoteker terkualifikasi dan memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara profesional. Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam pengawasan mutu, termasuk: a. Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi; b. Memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan; c. Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja pengambilan sampel, metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain; d. Memberi persetujuan dan memantau semua analisis berdasarkan kontrak; e. Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian pengawasan mutu; f. Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan g. Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.

24 9 Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara profesional. Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh untuk melaksanakan tugas yang berhubungan dengan sistem mutu/ pemastian mutu, termasuk: a. Memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk) sistem mutu; b. Ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan manual mutu perusahaan; c. Memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala; d. Melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan Mutu; e. Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal (audit terhadap pemasok); f. Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi; g. Memastikan pemenuhan persyaratan teknik atau peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM) yang berkaitan dengan mutu produk jadi; h. Mengevaluasi/ mengkaji catatan bets; dan i. Meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan mempertimbangkan semua faktor terkait. Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil yang berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk. Personil baru hendaklah mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan. Pelatihan berkesinambungan hendaklah juga diberikan, dan efektifitas penerapannya hendaklah dinilai secara berkala. Program pelatihan ini harus telah disetujui kepala bagian masing-masing. Pelatihan hendaklah diberikan oleh orang yang terkualifikasi Bangunan dan Fasilitas Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat

25 10 dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Persyaratan bangunan menurut CPOB, yaitu : a. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah, dan air maupun dari kegiatan industri lain yang berdekatan; b. Bangunan dan fasilitas hendaklah dikonstruksi, dilengkapi, dan dirawat agar memperoleh perlindungan maksimal; c. Dalam menentukan rancang bangunan dan tata letak hendaklah dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut: kesesuaian dengan kegiatan lain, yang mungkin dilakukan dalam sarana yang sama atau dalam sarana yang berdampingan; tata letak ruang yang sedemikian rupa untuk memungkinkan kegiatan produksi dilaksanakan di daerah yang letaknya diatur secara logis dan berhubungan mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas kebersihan yang disyaratkan; luasnya ruang kerja yang memungkinkan penempatan peralatan dan bahan secara teratur dan logis serta terlaksananya kegiatan, kelancaran arus kerja, komunikasi dan pengawasan yang efektif; pencegahan penggunaan kawasan industri sebagai lalu lintas umum; d. Daerah pengolahan produk steril dipisahkan dari daerah produksi lain serta dirancang dan dibangun secara khusus; e. Produk antibiotika tertentu, hormon tertentu, sitotoksik tertentu, bahan aktif berpotensi tinggi hendaklah diproduksi di bangunan terpisah; f. Permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai, dan langit-langit) hendaklah licin, bebas dari keretakan, dan sambungan yang terbuka serta mudah dibersihkan dan bila perlu mudah didesinfeksi; g. Saluran air limbah hendaklah cukup besar dan mempunyai bak kontrol serta ventilasi yang baik; h. Area produksi diventilasi secara efektif dengan fasilitas pengendali udara.

26 Area Penimbangan Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan cara penimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang didesain khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area penyimpanan atau area produksi Area Produksi Untuk memperkecil risiko bahaya medis yang serius akibat terjadi pencemaran silang, suatu sarana dan self-contained harus disediakan untuk produksi obat tertentu seperti produk yang dapat menimbulkan sensitisasi tinggi (misal golongan penisilin) atau preparat biologis (misal mikroorganisme hidup). Produk lain seperti antibiotika tertentu, hormon tertentu (misal hormon seks), sitostatika tertentu, produk mengangandung bahan aktif tertentu berpotensi tinggi, dan produk non obat hendaklah diproduksi di bangunan terpisah. Tata letak ruang produksi sebaiknya dirancang sedemikian rupa untuk: a. Memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling berhubungan antara satu ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas kebersihan yang dipersyaratkan; b. Mencegah kesesakan dan ketidakteraturan; dan c. Memungkinkan komunikasi dan pengawasan yang efektif terlaksana. Tingkat kebersihan ruang/ area untuk pembuatan obat hendaklah diklasifikasikan sesuai dengan jumlah maksimum partikulat udara yang diperbolehkan untuk tiap kelas kebersihan sesuai tabel di bawah ini: Tabel 2.1 Kelas Kebersihan berdasarkan jumlah partikulat udara yang diperbolehkan. Ukuran Partikel Kelas Non operasional Operasional 0,5 μm 5 μm 0,5 μm 5 μm A B C D Tidak Tidak ditetapkan ditetapkan E Tidak Tidak ditetapkan ditetapkan

27 Area Penyimpanan Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas memadai untuk meyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk seperti bahan awal dan bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran. Area terpisah dan terkunci hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan dan produk yang ditolak, atau yang ditarik kembali atau yang dikembalikan Area Pengawasan Mutu Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area produksi. Area pengujian biologi, mikrobiologi, dan radioisotop hendaklah terpisah satu dengan yang lain. Laboratorium pengawasan mutu hendaklah didesain sesuai dengan kegiatan yang dilakukan. Luas ruang hendaklah memadai untuk mencegah pencampurbauran dan pencemaran silang. Hendaklah disediakan tempat penyimpanan dengan luas yang memadai untuk sampel, baku pembanding (bila perlu dengan kondisi suhu terkendali), pelarut, pereaksi dan catatan Sarana pendukung Ruang istirahat dan kantin hendaklah dipisahkan dari area produksi dan laboratorium pengawasan mutu. Sarana untuk mengganti pakaian kerja, membersihkan diri dan toilet hendaklah disediakan dalam jumlah yang cukup dam mudah diakses. Toilet tidak boleh berhubungan langsung dengan area produksi atau area penyimpanan. Ruang ganti pakaian hendaklah berhubungan langsung dengan ara produksi namun letaknya terpisah Peralatan Pembuatan obat hendaklah menggunakan peralatan yang memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk obat terjamin secara seragam dari bets ke bets dan memudahkan pembersihan dan perawatannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan baku, produk

28 13 antara, produk ruahan atau obat jadi tidak boleh bereaksi atau mengabsorpsi, yang dapat mengubah identitas, mutu, atau kemurniannya di luar batas yang telah ditentukan. Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan untuk mengukur, menimbang, mencatat dan mengendalikan hendaklah dikalibrasi dan diperiksa pada interval waktu tertentu dengan metode yang ditetapkan. Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah risiko kesalahan atau kontaminasi. Antara masing-masing peralatan hendaklah ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindarkan kesesakan dan memastikan tidak terjadi kekeliruan dan kecampurbauran produk. Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau pencemaran yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk. Peralatan dan alat bantu hendaklah dibersihkan, disimpan, dan bila perlu disanitasi dan disterilisasi untuk mencegah kontaminasi atau sisa bahan dari proses sebelumnya yang akan memengaruhi mutu produk Sanitasi dan Higiene Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan, dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber kontaminasi produk. Sumber kontaminasi potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Penerapan higiene perorangan meliputi pemeriksaan kesehatan, mencuci tangan sebelum memasuki area produksi, memakai pakaian pelindung. Semua personil hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut. Sesudah pemeriksaan kesehatan awal hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja dan kesehatan personil secara berkala. Tiap personil yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka yang dapat merugikan mutu produk hendaklah dilarang menangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses dan obat jadi sampai kondisi personil tersebut dipertimbangkan tidak lagi menimbulkan risiko.

29 14 Kegiatan makan, minum dan merokok tidak diperbolehkan dalam area gudang, laboratorium dan area produksi. Sanitasi meliputi bangunan dan fasilitas. Tiap bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan dikonstruksi dengan tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihan peralatan diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah dihilangkan. Prosedur pembersihan, sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas prosedur memenuhi persyaratan Produksi Kegiatan produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Unsur-unsur produksi yang diatur oleh CPOB meliputi pembelian bahan awal yaitu bahan baku dan bahan pengemas; validasi proses; pencegahan kontaminasi silang; sistem penomoran bets/ lot; penimbangan dan penyerahan; pengolahan; pengemasan; pengawasan selama proses; penanganan bahan dan produk yang ditolak, dipulihkan dan dikembalikan; karantina dan penyerahan produk jadi; catatan pengendalian pengiriman obat; penyimpanan bahan awal, bahan kemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi dan pengiriman dan pengangkutan Bahan awal Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan, dan bila memungkinkan, langsung dari produsen. Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaklah dicatat. Catatan hendaklah berisi keterangan mengenai pasokan, nomor bets/lot, tanggal penerimaan atau penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal daluwarsa bila ada. Bahan awal yang diterima hendaklah dikarantina sampai disetujui dan diluluskan untuk pemakaian oleh kepala bagian Pengawasan Mutu.

30 15 Bahan awal di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label hendaklah memuat keterangan paling sedikit sebagai berikut: a. Nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan; b. Nomor bets/ kontrol yang diberikan pada saat penerimaan bahan; c. Status bahan (misal: karantina, sedang diuji, diluluskan, ditolak); d. Tanggal daluwarsa atau tanggal uji ulang bila perlu. Jika digunakan sistem penyimpanan terkomputerisasi yang divalidasi penuh, maka semua keterangan di atas tidak perlu ditampilkan dalam bentuk tulisan terbaca pada label Validasi proses Apabila suatu formula pembuatan atau metode preparasi baru diadopsi, hendaklah diambil langkah untuk membuktikan prosedur tersebut cocok untuk pelaksanaan produksi rutin, dan bahwa proses yang telah ditetapkan dengan menggunakan bahan dan peralatan yang telah ditentukan, akan senantiasa menghasilkan produk yang menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu Pencegahan pencemaran silang Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus dihindarkan. Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya debu, gas, uap, percikan atau organisme dari bahan atau produk yang sedang diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator. Tingkat risiko pencemaran ini tergantung dari jenis pencemar dan produk yang tercemar. Tiap tahap proses, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap pencemaran mikroba dan pencemaran lain Sistem penomoran bets/ Lot Hendaklah tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran bets/ lot dengan tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/ lot produk antara, produk ruahan atau produk jadi dapat diidentifikasi.

31 16 Sistem penomoran bets/lot yang digunakan pada tahap pengolahan dan tahap pengemasan hendaklah saling berkaitan. Sistem penomoran bets/ lot hendaklah menjamin bahwa nomor bets/ lot yang sama tidak dipakai secara berulang. Alokasi nomor bets/ lot hendaklah segera dicatat dalam suatu buku log. Catatan tersebut hendaklah mencakup tanggal pemberian nomor, identitas produk dan ukuran bets/ lot yang bersangkutan Penimbangan dan penyerahan Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap. Hanya bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah diluluskan oleh Pengawasan Mutu dan masih belum daluwarsa yang boleh diserahkan. Bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang diserahkan hendaklah diperiksa ulang kebenarannya dan ditandatangani oleh supervisor produksi sebelum dikirim ke area produksi Pengembalian Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang dikembalikan ke gudang penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan benar dan direkonsiliasi. Bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan hendaklah tidak dikembalikan ke gudang penyimpanan kecuali memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan Operasi pengolahan-produk antara dan produk ruahan Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan hendaklah diperiksa sebelum dipakai. Kondisi lingkungan di area pengolahan hendaklah dipantau dan dikendalikan agar selalu berada pada tingkat yang dipersyaratkan untuk kegiatan pengolahan. Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan hendaklah diperiksa sebelum digunakan. Peralatan hendaklah dinyatakan bersih secara tertulis sebelum

32 17 digunakan. Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang tertulis. Tiap penyimpangan hendaklah dipertanggungjawabkan dan dilaporkan. Semua produk antara dan ruahan hendaklah diberi label Bahan dan produk kering Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan pencemaran silang yang terjadi pada saat penanganan bahan dan produk kering, perhatian khusus hendaklah diberikan pada desain, pemeliharaan serta penggunaan sarana dan peralatan. Apabila layak hendaklah dipakai sistem pembuatan tertutup atau metode lain yang sesuai. Hendaklah dijaga agar tablet atau kapsul tidak ada yang terselip atau tertinggal tanpa terdeteksi di mesin, alat penghitung atau wadah produk ruahan Produk cair, krim dan salep (non steril) Produk cair, krim dan salep mudah terkena kontaminasi terutama terhadap mikroba atau cemaran lain, selama proses pembuatan. Oleh karena itu, tindakan khusus diambil untuk mencegah kontaminasi. Penggunaan sistem tertutup untuk produksi dan transfer sangat dianjurkan; area produksi di mana produk atau wadah bersih tanpa tutup terpapar ke lingkungan hendaklah diberi ventilasi yang efektif untuk udara yang disaring Bahan pengemas Pengadaan, penanganan dan pengawasan bahan pengemas primer dan bahan pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang sama seperti terhadap bahan awal. Perhatian khusus hendaklah diberikan kepada bahan cetak. Bahan cetak tersebut hendaklah disimpan dengan kondisi keamanan yang memadai dan orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk. Label lepas dan bahan cetak lepas lain hendaklah disimpan dan diangkut dalam wadah tertutup untuk menghindarkan kecampurbauran. Bahan pengemas hendaklah diserahkan kepada personil yang berwenang sesuai prosedur tertulis yang disetujui.

33 Kegiatan pengemasan Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan menjadi produk jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas. Semua kegiatan pengemasan hendaklah dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang diberikan dan menggunakan bahan pengemas yang tercantum dalam Prosedur Pengemasan Induk. Rincian pelaksanaan pengemasan hendaklah dicatat dalam Catatan Pengemasan Bets Pengawasan selama proses Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi penyebab variasi karakteristik produk dalam-proses. Di samping itu, pengawasan selama-proses hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada prosedur umum sebagai berikut: 1. Semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk hendaklah diperiksa pada saat awal dan selama proses pengolahan atau pengemasan; dan 2. Kemasan akhir hendaklah diperiksa selama proses pengemasan dengan selang waktu yang teratur untuk memastikan kesesuaiannya dengan spesifikasi dan memastikan semua komponen sesuai dengan yang ditetapkan dalam Prosedur Pengemasan Induk Bahan dan produk yang ditolak, dipulihkan, dan dikembalikan Bahan dan produk yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang jelas dan disimpan terpisah di area terlarang (restricted area). Bahan atau produk tersebut hendaklah dikembalikan kepada pemasoknya atau bila dianggap perlu, diolah ulang atau dimusnahkan. Langkah apapun yang diambil hendaklah terlebih dulu disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan dicatat.

34 19 Pengolahan ulang produk yang ditolak hendaklah merupakan suatu kekecualian. Hal ini hanya diperbolehkan jika mutu produk akhirnya tidak terpengaruh, bila spesifikasinya dipenuhi dan prosesnya dikerjakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan disetujui setelah dilakukan evaluasi terhadap resiko yang mungkin timbul. Catatan pengolahan ulang hendaklah disimpan. Pemulihan semua atau sebagian dari bets sebelumnya, yang memenuhi persyaratan mutu, dengan cara penggabungan ke dalam bets lain dari produk yang sama pada suatu tahap pembuatan obat, hendaklah diotorisasi sebelumnya Karantina dan penyerahan produk jadi Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Prosedur tertulis hendaklah mencantumkan cara penyerahan produk jadi ke area karantina, cara penyimpanan sambil menunggu pelulusan, persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh pelulusan, dan cara pemindahan selanjutnya ke gudang produk jadi. Selama menunggu pelulusan dari bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), seluruh bets/ lot yang sudah dikemas hendaklah ditahan dalam status karantina. Pelulusan akhir produk hendaklah didahului dengan penyelesaian yang memuaskan dari paling tidak hal sebagai berikut: a. Produk memenuhi persyaratan mutu dalam semua spesifikasi pengolahan dan pengemasan; b. Sampel pertinggal dari kemasan dipasarkan dalam jumlah yeng mencukupi untuk pengujian di masa mendatang; c. Pengemasan dan penandaan memenuhi semua persyaratan sesuai hasil pemeriksaan oleh bagian Pengawasan Mutu; d. Rekonsiliasi bahan pengemas cetak dan bahan cetak dapat diterima; dan e. Produk jadi yang diterima di area karantina sesuai dengan jumlah yang tertera pada dokumen penyerahan barang.

35 Catatan pengendalian pengiriman obat Sistem distribusi hendaklah didesain sedemikian rupa untuk memastikan produk yang pertama masuk didistribusikan lebih dahulu. Sistem distribusi hendaklah menghasilkan catatan sedemikian rupa sehingga distribusi tiap bets/lot obat dapat segera diketahui untuk mempermudah penyelidikan atau penarikan kembali jika diperlukan. Penyimpangan terhadap konsep first-in first-out (FIFO) hendaklah hanya diperbolehkan untuk jangka waktu yang pendek dan hanya atas persetujuan manajemen yang bertanggung jawab Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi Bahan dan produk hendaklah diletakkan tidak langsung di lantai dan dengan jarak yang cukup terhadap sekelilingnya. Kondisi penyimpanan obat dan bahan hendaklah sesuai dengan yang tertera pada penandaan berdasarkan hasil uji stabilitas. Data pemantauan suhu hendaklah tersedia untuk dievaluasi. Alat yang dipakai untuk pemantauan hendaklah diperikasa pada selang waktu yang telah ditentukan dan hasil pemerikasaan hendaklah dicatat dan disimpan. Semua catatan pemantauan hendaklah disimpan untuk jangka waktu paling tidak sama dengan umur bahan atau produk yang bersangkutan ditambah 1 tahun, atau sesuai dengan peraturan pemerintah. Pemetaan suhu hendaklah dapat menunjukkan suhu sesuai batas spesifikasi di semua area fasilitas penyimpanan. Disarankan agar alat pemantau suhu diletakkan di area yang paling sering menunjukkan fluktuasi suhu. Penyimpanan di luar gedung diperbolehkan untuk bahan yang dikemas dalam wadah yang kedap (misal drum logam) dan mutunya tidak terpengaruh oleh suhu atau kondisi lain Pengawasan Mutu Kegiatan pengawasan mutu merupakan bagian yang penting dari CPOB untuk memastikan bahwa produk yang dibuat senantiasa mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan dalam seluruh rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk mencapai sasaran mutu yang ditetapkan mulai dari awal pembuatan sampai distribusi obat jadi. Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium,

36 21 tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Pengawasan Mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analisis. Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan. Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan Audit dan Persetujuan Pemasok Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB ditetapkan. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif. Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar, independen, atau tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk, dan Produk Kembalian Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak hendaklah disusun suatu

37 22 sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif. Tiap keluhan yang menyangkut kerusakan produk hendaklah dicatat yang mencakup rincian mengenai asal-usul keluhan dan diselidiki secara menyeluruh dan mendalam. Kepala Bagian Pengawasan Mutu hendaklah dilibatkan dalam pengkajian masalah tersebut. Jika produk pada suatu bets ditemukan atau diduga cacat, maka hendaklah dipertimbangkan untuk memeriksa bets lain untuk memastikan apakah bets lain juga terpengaruh. Khusus bets yang mengandung hasil pengolahan ulang dari bets yang cacat hendaklah diselidiki. Setelah melakukan penyelidikan dan evaluasi terhadap laporan dan keluhan mengenai suatu produk hendaklah dilakukan tindak lanjut. Tindak lanjut ini mencakup: a. Tindakan perbaikan bila diperlukan; b. Penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang bersangkutan; c. Tindakan lain yang tepat. Badan POM hendaklah diberitahukan apabila industri farmasi mempertimbangkan tindakan yang terkait dengan kemungkinan kesalahan pembuatan, kerusakan produk, pemalsuan atau segala hal lain yang serius mengenai mutu produk. Operasi penarikan kembali hendaklah mampu untuk dilakukan segera dan tiap saat. Penarikan kembali produk dapat berupa satu atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari semua peredaran distribusi. Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang diperiksa secara berkala untuk mengatur segala tindakan penarikan kembali. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Pelaksanaan Penarikan Kembali, antara lain: a. Tindakan penarikan kembali produk hendaklah dilakukan segera setelah diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan; b. Pemakaian produk yang berisiko tinggi terhadap kesehatan, hendaklah dihentikan dengan cara embargo yang dilanjutkan dengan penarikan kembali

38 23 dengan segera. Penarikan kembali hendaklah menjangkau sampai tingkat konsumen; c. Sistem dokumentasi penarikan kembali produk di industri farmasi, hendaklah menjamin bahwa embargo dan penarikan kembali dilaksanakan secara cepat, efektif dan tuntas; dan d. Pedoman dan prosedur penarikan kembali terhadap produk hendaklah dibuat untuk memungkinkan embargo dan penarikan kembali dapat dilakukan dengan cepat dan efektif dari seluruh mata rantai distribusi. Produk yang ditarik kembali hendaklah diberi identifikasi dan disimpan terpisah di area yang aman sementara menunggu keputusan terhadap produk tersebut. Perkembangan proses penarikan kembali hendaklah dicatat dan dibuat laporan akhir, termasuk hasil rekonsiliasi antara jumlah produk yang dikirim dan yang ditemukan kembali. Efektivitas penyelenggaraan penarikan kembali hendaklah dievaluasi dari waktu ke waktu Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi induk/ formula pembuatan, prosedur, metode, instruksi, laporan, dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah sangat penting. Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Dokumen Produksi Induk, Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk (Formula Pembuatan, Instruksi Pengolahan dan Instruksi

39 24 Pengemasan) menyatakan seluruh bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan serta menguraikan semua operasi pengolahan dan pengemasan. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi tertentu, misalnya pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan, pengambilan sampel, pengujian, dan pengoperasian peralatan. Catatan menyajikan riwayat tiap bets produk, termasuk distribusinya dan semua keadaan yang relevan yang berpengaruh pada mutu produk akhir Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak dilakukan jika suatu perusahan membuat produk di perusahaan lain atau sebaliknya. Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dengan penerima kontrak harus dibuat secara jelas dalam hal tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian manajemen mutu (pengawasan mutu) Kualifikasi dan Validasi Kualifikasi dan validasi adalah bagian penting dari sistem pemastian mutu sehingga tercantum sebagai persyaratan CPOB bagi industri farmasi. CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi (RIV). RIV hendaklah mencakup sekurang-kurangnya data sebagai berikut: a. Kebijakan validasi; b. Struktur organisasi kegiatan validasi; c. Ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi; d. Format dokumen: format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal pelaksanaan;

40 25 e. Pengendalian perubahan; dan f. Acuan dokumen yang digunakan. Protokol validasi tertulis hendaklah dibuat untuk merinci kualifikasi dan validasi yang akan dilakukan. Protokol hendaklah dikaji dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Protokol validasi hendaklah merinci langkah kritis dan kriteria penerimaan. Kualifikasi adalah kegiatan pembuktian bahwa perlengkapan, fasilitas, atau sistem yang digunakan dalam suatu proses/ sistem akan selalu bekerja sesuai dengan kriteria yang diinginkan dan konsisten. Kualifikasi diklasifikasikan menjadi empat, yaitu kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, dan kualifikasi kinerja. Kualifikasi Desain adalah dokumen yang memverifikasikan bahwa desain dari fasilitas, sistem dan peralatan sesuai untuk tujuan yang diinginkan. Kualifikasi Instalasi adalah dokumentasi yang memverifikasikan bahwa seluruh aspek kunci dari instalasi peralatan atau sistem telah sesuai dengan tujuan desainnya dan mengikuti rekomendasi yang diberikan oleh industri pembuat. Kualifikasi Kinerja adalah dokumentasi yang memverifikasikan bahwa fasilitas, sistem dan peralatan, yang telah terpasang dan difungsikan, dapat bekerja secara efektif dan memberi hasil yang dapat terulang, berdasarkan metode proses dan spesifikasi yang disetujui. Kualifikasi Operasional adalah dokumentasi yang memverifikasikan bahwa seluruh fasilitas, sistem dan peralatan yang telah diinstalasi atau dimodifikasi berfungsi sesuai rancangan pada rentang operasional yang diantisipasi. Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Validasi diklasifikasikan menjadi tiga, yakni validasi proses, validasi pembersihan, validasi metode analisis. Validasi Proses adalah tindakan pembuktian yang didokumentasikan bahwa proses yang dilakukan dalam batas parameter yang ditetapkan dapat bekerja secara efektif dan memberi hasil yang dapat terulang untuk menghasilkan produk jadi yang memenuhi spesifikasi dan atribut mutu yang ditetapkan sebelumnya. Pada umunya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan (validasi prospektif). Dalam

41 26 keadaan tertentu, jika hal di atas tidak memungkinkan, validasi dapat juga dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan (validasi konkuren). Proses yang sudah berjalan hendaklah juga divalidasi (validasi retrospektif). Validasi Pembersihan adalah tindakan pembuktian yang didokumentasikan bahwa prosedur pembersihan yang disetujui akan senantiasa menghasilkan peralatan bersih yang sesuai untuk pengolahan obat. Tujuan validasi metode analisis adalah untuk menunjukkan bahwa metode analisis sesuai tujuan penggunaannya. Validasi metode analisis umumnya dilakukan terhadap 4 jenis: a. Uji identifikasi b. Uji kuantitatif kandungan impuritas (impurity) c. Uji batas impuritas d. Uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan aktif obat atau obat atau komponen tertentu dalam obat. Metode analisis lain seperti uji disolusi untuk obat atau penentuan partikel untuk bahan aktif obat, hendaklah juga divalidasi.

42 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS PT. KALBE FARMA, TBK. 3.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Kalbe Farma, Tbk. PT. Kalbe Farma, Tbk., pertama kali didirikan pada tanggal 10 September 1966 sebagai industri rumah tangga dengan nama kalbe. Nama Kalbe merujuk pada nama para pemegang saham awal, yakni Khoew Sioe Tjiang, Liem Lian Kiok dan Boenjamin Setiawan. Pada mulanya kalbe hanya sebuah garasi rumah di Jalan Simpang I No.1, Tanjung Priok, Jakarta Utara oleh seorang farmakolog bernama dr. Boenjamin Setiawan. Pendirian Kalbe bertujuan untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan nasional pada umumnya dan meningkatkan kesejahteraan serta derajat kesehatan masyarakat pada khususnya, yang tercermin dalam moto perusahaan yaitu The Scientific Pursuit of Health For A Better Life (Mengabdikan Ilmu Untuk Kesehatan dan Kesejahteraan). Pada tanggal 24 Desember 1966, Kalbe memperoleh ijin untuk melakukan aktivitas produksi dari Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (DitJen POM) dan sejak mendapatkan izin tersebut Kalbe resmi menjadi sebuah Perseroan Terbatas dan berubah nama menjadi PT.Kalbe Farma. Pada awal tahun 1967 PT. Kalbe Farma mulai melaksanakan produksinya untuk pertama kali. Produk pertama yang dihasilkan oleh PT. Kalbe Farma, adalah gel untuk luka dengan merek Bioplacenton,, produk ini merupakan produk yang menjadi ciri khas PT. Kalbe Farma hingga sekarang. Pada tahun 1969, PT.Kalbe Farma mendirikan tiga kantor cabang, yaitu kantor cabang perwakilan Bandung, Semarang, dan Surabaya. Produk PT. Kalbe Farma berkembang menjadi berbagai macam produk farmasi sesuai dengan kebutuhan konsumen yang beragam. Dalam rangka meningkatkan pelayanan penyediaan obat sebagai tuntutan atas meningkatnya kebutuhan obat yang berkualitas maka pada bulan April 1972, PT. Kalbe Farma melakukan perluasan usahanya dengan memindahkan usahanya ke lokasi yang lebih luas yaitu ke Jl. Ahmad Yani, Pulomas, Jakarta Timur. Pada tanggal 15 Agustus 1974, 27

43 28 berdasarkan surat Keputusan Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 352/BPKM/VII/74/PMDN, pada tahun 1980, aktivitas distribusi produk-produk PT. Kalbe Farma dipisahkan dari kegiatan industrinya yaitu dengan mendirikan PT. Enseval Putra Megatrading yang bertindak sebagai distributor tunggal PT. Kalbe Farma. Pada tanggal 30 Juli 1991, PT. Kalbe Farma mendaftarkan dirinya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Sejak saat itu PT.Kalbe Farma berubah nama menjadi PT. Kalbe Farma, Tbk. Pendaftaran PT. Kalbe Farma di Bursa Efek bertujuan memberikan kesempatan kepada masyarakat umum untuk ikut memiliki industri ini sekaligus menanamkan sahamnya di PT Kalbe Farma Tbk Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia No.43/Menkes/SK/II/1998 yang berisi tentang himbauan kepada seluruh industry farmasi di Indonesia untuk menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam melakukan kegiatan produksinya, mendorong PT. Kalbe Farma, Tbk. Untuk membangun pabrik baru. Pada tahun 1994, PT. Kalbe Farma, Tbk.,membangun pabrik baru di kompleks industri Delta Silicon (Cikarang). Semua jalur produksi dipindahkan secara bertahap dari Pulomas ke Cikarang pada tahun 1997 sampai dengan tahun Pabrik baru tersebut diresmikan pada tanggal 17 Desember 1998 bersamaan dengan diterimanya sertifikat ISO 9001 yang lebih menekankan pada Customer Satisfaction (kepuasan pelanggan) terhadap produk yang dihasilkan. Pabrik baru PT. Kalbe Farma,Tbk. Memiliki luas area m 2 dengan luas bangunan sekitar m 2. PT. Kalbe Farma, Tbk. melakukan akuisisi perusahaan seperti PT. Bintang Toedjoe (1990), Dankos Laboratories (1992), HexPharm Jaya (1993), Saka Farma (1997), Merek Dagang Woods (1997), Baxter Kalbe (1999), dan PT. Erbapharma Internasional (2000). Untuk mendukung proses produksi dan mencegah ketergantungan kebutuhan bahan pengemas, PT. Kalbe Farma, Tbk., melakukan akuisisi terhadap 2 perusahaan, yaitu PT. Igar Jaya dan PT. Avesta Continental Pack. PT. Igar Jaya memproduksi vial, ampul gelas, alat kesehatan sekali pakai, wadah, dan tutup plastik, sedangkan PT. Avesta Continental Pack memproduksi bahan pengemas fleksibel termasuk blister dan strip obat padat, juga untuk industri makanan, agrokimia, dan industri kosmetik. Bahan pengemasan sekunder seperti dus, corg box, dan master box disuplai oleh PT. Kageo, sedangkan sebagian kecil kemasan lain (kemasan primer tertentu)

44 29 masih bergantung pada produk impor. PT. Kalbe Farma, Tbk., mulai menerapkan metode perjanjian lisensi dengan beberapa perusahaan farmasi dunia seperti Pharmacia Corporation, Bristol-Myers Squibb, Daiichi Pharmaceutical, Fujisawa Pharmaceutical, dan Pfizer, Inc. Pada tahun 2000, PT. Kalbe Farma, Tbk. memiliki sekitar 1400 tenaga pemasaran yang tersebar di 52 cabang perwakilan dan memiliki tugas melayani kebutuhan di seluruh provinsi di Indonesia sehingga dapat memungkinkan PT. Kalbe Farma, Tbk., menguasai target pasar sekitar 12.8% dari total pasar farmasi Indonesia. Pada saat ini PT. Kalbe Farma, Tbk., telah memasuki 28 negara termasuk empat kantor perwakilan Kalbe di Srilanka, Malaysia, Myanmar, Afrika Selatan, dan Zimbabwe. Di akhir tahun 2004, PT. Kalbe Farma, Tbk., berhasil melakukan integrasi sertifikat ISO 9001 (Sistem Manajemen Mutu) versi 2000, sertifikat ISO (Sistem Manajemen Lingkungan), dan OHSAS 18001/SMK3 (Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja) setelah menyelesaikan audit ketiga sistem tersebut secara bersamaan pada bulan Oktober 2004, PT. Kalbe Farma, Tbk., melakukan perubahan logo perusahaan dengan tag line yang baru yaitu ilmu pengetahuan untuk memperkaya kehidupan (Life Enriching Science). Logo tersebut merupakan simbol dari tujuan dan komitmen Kalbe untuk berbagi manfaat yang dihasilkan dari ilmu pengetahuan dengan seluruh pelanggan, yang tidak hanya terbatas untuk memperjuangkan kesehatan agar lebih baik, namun juga mendorong terjadinya perubahan yang berarti yang pada gilirannya akan memperkaya kualitas kehidupan secara keseluruhan. 3.2 Visi dan Misi Visi PT. Kalbe Farma, Tbk., adalah Menjadi perusahaan perawatan kesehatan terbaik yang dimotori oleh inovasi, nama dagang yang kuat, dan manajemen yang unggul. Untuk mencapai visi tersebut, PT. Kalbe Farma, Tbk., menetapkan misi perusahaan yakni Meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik. Misi tersebut terfokus pada tiga elemen utama, yaitu:

45 30 a. Konsumen PT. Kalbe Farma, Tbk.,mampu menyediakan produk berkualitas dengan harga murah dan terjangkau, mudah diperoleh, serta dengan pelayanan yang prima untuk menyenangkan hati pelanggan agar menjadi pilihan pertama konsumen. b. Sumber Daya Manusia (SDM) PT. Kalbe Farma, Tbk., mampu mewujudkan SDM yang sesuai dengan kualifikasi dan tuntutan pekerjaan, memiliki dedikasi tinggi, inovatif, berorientasi pada pelayanan dan kualitas, serta pengembangan SDM melalui proses belajar yang berkelanjutan dan lingkungan kerja yang sehat dan mendukung. c. Proses dan Kualitas PT. Kalbe Farma, Tbk. mampu meningkatkan kecepatan dan efisiensi proses kerja melalui sistem dan prosedur kerja yang rapi sesuai dengan perencanaan, usaha, pemeriksaan, dan aksi (plan, do, check, and action/pdca). Visi dan misi tersebut didukung oleh nilai-nilai utama yakni gigih untuk mencapai yang terbaik, inovasi, kerjasama yang kokoh, lincah, memberikan pelayanan terbaik, serta integritas. Dalam mencapai visi dan misi tersebut, PT. Kalbe Farma, Tbk., memiliki moto The Scientific Pursuit of Health For A Better Life (Mengabdikan Ilmu Untuk Kesehatan dan Kesejahteraan). Selain itu, PT Kalbe Farma, Tbk. juga membuat suatu core values (nilai inti) yang berfungsi menunjang penerapan visi dan misi yaitu berupa Kalbe Panca Sradha dan dijadikan landasan oleh seluruh karyawan dalam menjalankan kinerja sehari-hari: a. Trust is the glue of life (Saling percaya adalah perekat diantara kami.) b. Mindfulness is the foundation of our action (Kesadaran penuh adalah dasar setiap tindakan kami). c. Innovation is the key to our success (Inovasi adalah kunci keberhasilan kami.) d. Strive to be the best (Bertekad untuk menjadi yang terbaik.) e. Interconnectedness is a universal way of life (Saling keterkaitan adalah panduan hidup kami.)

46 31 Gambar 3.1 Logo PT. Kalbe Farma, Tbk. Logo tersebut merupakan simbol dari tujuan dan komitmen Kalbe untuk berbagi manfaat yang dihasilkan dari ilmu pengetahuan dengan seluruh pelanggan, yang tidak hanya terbatas untuk memperjuangkan kesehatan agar lebih baik, namun juga mendorong terjadinya perubahan yang berarti yang pada gilirannya akan memperkaya kualitas kehidupan secara keseluruhan. 3.3 Lokasi dan Tata Ruang PT. Kalbe Farma, Tbk.terletak di Kawasan Industri Delta Silicon Jalan M.H. Thamrin Blok A1-3, Lippo Cikarang, Bekasi. Bangunan PT. Kalbe Farma,Tbk. Memiliki luas area m 2 dengan luas bangunan sekitar m 2. Bangunan ini terdiri dari gedung kantor, gedung produksi, teknik, gudang dan sarana pendukung seperti pengolahan limbah, lapangan parkir, koperasi, dan kantin. Bangunan PT. Kalbe Farma, Tbk.,terdiri dari dua bagian yaitu bangunan kantor dan bangunan pabrik Bangunan Kantor Gedung kantor PT. Kalbe Farma, Tbk., terdiri dari empat lantai yaitu: a. Lantai 1 meliputi bagian Operasional Cikarang, Departemen Sumber Daya Manusia dan Pengembangan (Human Resource Development), Departemen Personalia dan Umum (Personal General Affair), Departemen Pengembangan Proses (Process Development), Departemen Akuntansi, ruang perpustakaan, dan kantin. b. Lantai 1½ meliputi Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Pusat (PPIC), Departemen Veteriner, Departemen Teknologi Informasi(IT), dan Departemen Group Process Improvement (GPI).

47 32 c. Lantai 2 meliputi Departemen Keuangan dan Pemasaran, Departemen Quality System, dan Direksi. d. Lantai 3 meliputi Departemen Research and Development (R&D), yang terdiri dari bagian pengembangan operasional Cikarang dengan laboratorium formulasi dan laboratorium pengembangan metode analisis, Departemen Pemastian Mutu (Quality Assurance), Departemen Pengawasan Mutu (Quality Control) dengan laboratorium pengawasan mutu. e. Lantai 4 meliputi ruangan pilot plant Departemen Research and Development Bangunan Pabrik Gedung produksi terdiri dari tiga lantai yang masing-masing lantai dipisahkan oleh ruang yang disebut Mezanin, yaitu ruang khusus untuk penempatan fasilitas utilitas seperti penyedot udara, pipa-pipa, kabel listrik, dan lain-lain. Tiap lantai terdiri dari jalur-jalur produksi dengan jumlah total 11 line, yaitu line 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8A, 8B, 9,10, dan 11 (1 extension). Pembagian ruangan pada gedung produksi adalah sebagai berikut: a. Lantai dasar digunakan untuk ruang produksi line 9 dan 10, gudang alkohol, Departemen Teknik, Ruang QA Facility Validation dan ruang loker karyawan. b. Lantai 1 digunakan untuk ruang produksi line 1, line 2, line 4, line 5, line 11 (1 extension), gudang bahan baku dan wadah, gudang kemas, dan gudang obat jadi. c. Lantai 2 digunakan untuk ruang produksi line 6, line 7, line 8A, dan 8B. d. Lantai 3 digunakan untuk ruang purified water generator, pure steam generator, water for injection generator, dan oil free air compressor. Lantai ruang produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk., dicat dengan cat epoksi agar mudah dibersihkan, dibuat melengkung (tidak memiliki sudut) agar tidak menjadi tempat berkumpulnya debu, serta bingkai jendelanya dibuat miring dengan maksud agar mudah dibersihkan dan juga tidak menjadi tempat berkumpulnya debu. Sistem utilitas yang memiliki PT.Kalbe Farma, Tbk. Antara lain : a. Boiler merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan uap panas bertekanan (steam) sebagai sumber panas bagi mesin pengering seperti fluid bed dryer, boiling tank.

48 33 b. Kompresor adalah alat untuk menghasilkan udara bertekanan dan dapat pula digunakan sebagai tenaga penggerak mesin, contohnya pada mesin stripping dan blistering. Udara yang dihasilkan harus memenuhi syarat bebas uap air dan uap minyak. c. Purified water generation merupakan alat untuk membuat aquademin dari city water. Alat ini memiliki ion exchanger dan filter yang secara otomatis dapat membersihkan (regenerasi) sendiri bila filter yang digunakan di dalamnya kotor. d. Chiller, alat ini fungsinya untuk menghasilkan air dingin bersuhu 5.5 C yang akan disirkulasikan ke AHU. Air ini akan mendinginkan udara yang disirkulasikan ke dalam ruangan. Proses yang akan terjadi berlangsung secara berkesinambungan. Berdasarkan CPOB tahun 2012, ruangan di industri farmasi dibagi menjadi 5 jenis area berdasarkan perbedaan tingkat kebersihannya, yaitu kelas A, B, C, D dan E. Kelas A, B, C, dan D digunakan untuk produksi sediaan steril dan kelas E untuk produksi sediaan nonsteril. PT Kalbe Farma, Tbk. telah menyesuaikan kembali klasifikasi ruangan sesuai dengan pedoman CPOB Meskipun demikian dalam kesehariannya area produksi steril (kelas A, B, C, dan D) masih disebut sebagai area putih (white area), area produksi nonsteril (kelas E) disebut area abu-abu (grey area), dan area pengemasan sekunder disebut area hitam (black area). 3.4 Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk., Tbk. Bagan struktur organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk., dapat dilihat pada Lampiran Departement Research and Development Departemen Research and Development (R&D) berperan dalam dalam pengembangan produk baru, perbaikan, atau improvement existing product, pengatasan masalah produksi, proyek penelitian khusus, penentuan spesifikasi bahan baku untuk manufacturing, penyusunan metode analisa, penentuan shelf-life

49 34 produk, dan penunjang data untuk penyusunan dossier registrasi (formula, data stabilitas, dan kemasan). Salah satu tugas dari R&D adalah mengembangkan produk baru. Bagan alur pengembangan produk baru terlampir pada Lampiran 2. Pengembangan produk baru diawali dengan mengumpulkan ide-ide produk baru baik dari dalam divisi R&D maupun dari luar atau dapat berasal dari permintaan pihak marketing. Ide-ide yang ada akan dievaluasi oleh pihak-pihak yang terkait. Evaluasi tersebut meliputi peninjauan tren obat, besarnya pasar, pertumbuhan pasar, tren teknologi dan kebijakan perusahaan. Dari ide tersebut akan terpilih ide yang terbaik dan akan diberikan rekomendasikan yang sesuai. Ide yang telah mendapat rekomendasi akan dibuat suatu program dan profil obat baru.program dan profil tersebut dijalankan melalui dua cara, yaitu melalui bantuan eksternal (outsourching) atau dari dalam perusahaan sendiri (in house development). Setelah ditentukan cara pelaksanaan program produk baru, kemudian akan dibuat jadwal peluncuran produk baru kepasaran. Dalam menjalankan tugasnya, R&D akan terkait dan bekerja sama secara langsung maupun tidak langsung dengan bagian-bagian lainnya. Keterkaitan tersebut misalnya adalah dengan : a. Marketing, misalnya dalam hal persetujuan kemasan produk, forecasting produk, segmentasi pasar, dan lain-lain b. Medical, berkaitan dengan indikasi dan efek farmakologi produk yang dihasilkan berupa brosur atau leaflet c. Product Planning, misalnya dalam hal koordinasi peluncuran produk. d. External, berkaitan dengan supplier raw material, bahan kemas, dan untuk pengujian produk yang tidak bisa dilakukan pada institusi pendidikan, atau pada pemberi lisensi. e. Corporate Business Development dan Ethical Business Development berkaitan dalam hal koordinasi produk baru f. Registrasi, berkaitan dengan registrasi produk baru Departemen R&D dipimpin oleh seorang R&D Pharma Deputy Director. Departemen R&D mencakup tiga bagian utama, yaitu:

50 Packaging Development (pengembangan kemasan) Tugas utama Packaging Development adalah melakukan penelitian dan pengembangan material kemasan (primer dan sekunder) untuk produk baru, melakukan penelitian dan pengembangan desain produk baru, dan menyiapkan atau menyediakan dokumen yang terkait dengan kemasan meliputi dokumen spesifikasi, metode analisis (MA), dan Formulation (pengembangan formula) Tugas utama Formulation adalah pengembangan produk baru, baik OTC maupun ethical, sesuai dengan perkembangan teknologi sediaan farmasi. Proses pengembangan produk baru ini dapat dilakukan di dalam perusahaan atau di luar perusahaan, misalnya melalui kegiatan lisensi atau bekerja sama dengan lembaga penelitian/ pendidikan Analytical Development (pengembangan metode analisis) Tugas utama Analytical Development adalah sebagai berikut: a. Mengembangkan metode analisis suatu senyawa obat, bahan pengemas, dan sampel produk sehingga diperoleh metode analisis yang sesuai. Metode analisis yang diperoleh selanjutnya divalidasi dan dijadikan acuan analisis pemeriksaan rutin sehingga metode analisis tersebut menjadi valid, efektif, dan praktis. b. Menentukan approved manufacturer bahan baku baru yang digunakan di PT. Kalbe Farma, Tbk. c. Melakukan pengujian stabilitas pre marketing (skala laboratorium dan skala pilot), baik dengan uji stabilitas dipercepat (accelerated stability study) maupun uji stabilitas waktu sebenarnya (real time stability study) Departemen Process Development Pada awalnya Departemen Process Development merupakan bagian dari departemen Research & Development. Pada awal tahun 2007, Process Development dipisahkan dari Departemen R&D di mana R&D fungsinya lebih ke arah riset pengembangan produk baru sedangkan untuk Proses Development lebih ke produk-produk yang sudah ada (existing product). Secara umum Departemen Proses Development menangani semua produk-produk yang sudah ada (existing),

51 36 menerima peralihan tanggung jawab terhadap status material yang berubah dari percobaan menjadi induk, dan mengatasi masalah atau trouble shooting produksi. Departemen Process Development dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: Formulation (formulasi) Tugas utama bagian formulasi adalah memperbaiki atau mengembangkan formula-formula produk existing, mendukung bagian produksi jika ada masalah terutama dalam hal formulasi, dan mendukung bagian pembelian (purchasing) dalam hal diversifikasi raw material. Menyiapkan dokumen untuk bagian produksi, seperti: Prosedur Pengolahan Induk 1 (PPI 1) yang berisi keterangan Raw Material yang digunakan dan Prosedur Pengolahan Induk 2 (PPI 2) yang berisi prosedur pembuatan obat dan spesifikasinya. Berikut adalah bagian formulation process meliputi : a. Melakukan perbaikan formula b. Meningkatkan performa produksi, misalnya : meningkatkan rendemen, perbaikan kecepatan mesin cetak tablet c. Melakukan trial diversifikasi bahan baku d. Memperbaiki dan menyiapkan dokumen kerja yang berkaitan dengan produksi e. Memberikan bantuan teknik apabila ada perubahan pada mesin atau peralatan yang berkaitan dengan produksi f. Membantu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan proses produksi. Misalnya : tablet gagal cetak, laju disolusi tablet tidak memenuhi spesifikasinya. g. Membantu melakukan validasi produk-produk exsisting h. Mengerjakan proyek khusus, missal penggantian mesin pengayak Packaging (kemasan) Tugas utama bagian kemasan adalah melakukan penelitian dan pengembangan material kemasan, baik primer dan sekunder, penelitian dan pengembangan tersebut juga mencakup uji stabilitas dan trial di produksi (jika diperlukan). Selain itu bagian kemasan juga melakukan penelitian dan pengembangan desain kemasan produk existing, mulai dari pembuatan konsep,

52 37 verifikasi sampai dengan penyiapan disket dan print-out final art work untuk dikirim ke supplier kemasan serta menyiapkan/ menyediakan dokumen yang terkait dengan kemasan, seperti Prosedur Pengolahan Induk (PPI) dan Production Model (PM) Kemas. Bagian ini juga memberi dukungan terhadap bagian lain untuk masalah-masalah yang terkait/ berhubungan dengan kemasan, seperti pembelian mesin baru di bagian produksi, diversifikasi supplier oleh bagian Purchasing dan permintaan penyederhanaan prosedur pemeriksaan dari bagian QC Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan/ Production Planning and Inventory Control (PPIC) PT. Kalbe Farma, Tbk., merupakan bagian dari grup PPIC dari empat situs perusahaan yang berada di bawah grup Kalbe, yaitu PT. Kalbe Farma, Tbk., PT. Dankos Farma, PT. Hexpharm Jaya, dan PT. Fima. Grup PPIC ini menjadi penghubung antara bagian pemasaran dan distributor, yaitu PT. Enseval Putera Megatrading dengan divisi produksi masing-masing situs. Departemen PPIC berada dibawah koordinasi Assistant Director Plant. PPIC manager membawahi PPIC specialist, sedangkan PPIC specialist membawahi empat bagian yaitu Inventory Plannning Control (IPC), Production Planning Control (PPC), dan Toll Manufacturing. Secara umum tugas dari departemen ini adalah sebagai berikut: a. Merencanakan, mempersiapkan, dan mengendalikan proses produksi mulai dari bahan baku sampai obat jadi. b. Mengkoordinasikan kegiatan logistik Melakukan kegiatan toll manufacturing, meliputi Toll in, yaitu permintaan produksi dari perusahaan lain yang bisa dipenuhi karena masih tersedia kapasitas. Toll out, yaitu permintaan bantuan produksi ke perusahaan lain karena tidak memiliki fasilitas produksi produk bersangkutan atau karena kapasitas tidak mencukupi. c. Membuat laporan ke instansi terkait, antara lain hasil produksi, pemakaian material seperti prekursor, dan narkotika/psikotropika.

53 Inventory Planning Control (IPC): a. Menghitung Evaluasi Kebutuhan Material (EKM) bulanan selama 6 bulan kedepan berdasrkan Rolling Production Plan (RPP). b. Memantau persediaan bahan baku, wadah, dan kemasan dengan mempertimbangkan prioritas penggunaan material di bagian produksi. c. Membuat Formulir Permintaan Barang (FPB) untuk material. d. Memperbanyak dan menurunkan Kartu Produksi (KP) atau Prosedur Pengolahan Induk (PPI) Production Planning Control (PPC): a. Menerjemahkan rolling forecast (ROFO) yang merupakan permintaan dari PT. Enseval Putera Megatrading menjadi Rolling Production Plan (RPP) dengan mempertimbangkan stock, buffer stock, work in process (WIP), batch size, average selling out, pending order, dan day of inventory (DOI). ROFO merupakan jumlah perkiraan penjualan selama 6 bulan mendatang dalam satuan unit. RPP merupakan rencana produksi yang dibuat setiap 6 bulan mendatang dalam satuan batch. b. Mengirim RPP ke bagian IPC untuk dijadikan dasar penyusunan Rencana Pemakaian Material (RPM) setiap bulan. c. Membuat rencana produksi bulanan (RPB) yang berisikan jumlah batch dan target yang harus dicapai oleh Departmen Produksi selama satu bulan. d. Mengevaluasi pencapaian rencana produksi bulan lalu untuk perencanaan rencana produksi bulan berikutnya e. Toll Manufacturing bertugas mengkoordinasi produk-produk toll out dan toll in untuk menjamin agar kebutuhan sales dan marketing tetap dapat dipenuhi oleh rekanan yang telah ditentukan oleh perusahaan apabila kapasitas produksi tidak tersedia/ tidak mencukupi Departemen Produksi Departemen produksi merupakan bagian Plant Department yang dipimpin oleh Group Production Manager (GPM). GPM membawahi 4 manager produksi. Masing-masing manager memiliki tanggung jawab terhadap mini company

54 39 produksi yang terdiri dari beberapa jalur produksi, yang disebut line. Mini company promag terdiri dari line 1 dan line 1 extension. Mini company I terdiri dari line 2, 9, dan 10. Mini company II terdiri dari line 4, 5, dan 6. Sedangkan untuk mini company III terdiri dari line 7, 8A, dan 8B. Masing-masing line dijalankan oleh supervisor produksi atau disebut juga Penanggung Jawab Line (PJL) yang bertanggung jawab kepada manager produksi di masing-masing mini company. Sedangkan PJL pada masing-masing line produksi membawahi koordinator lapangan, administrasi, operator, pembantu operator, production helper, dan packer. Line Produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk., Cikarang terdiri dari 11 bagian line yaitu line 1,1 extension, 2, 4, 5, 6, 7, 8A, 8B, 9, dan 10. Line tersebut digolongkan menjadi dedicated line dan non-dedicated line. Dedicated line merupakan line yang memproduksi obat dalam jenis produk yang relatif sedikit, tapi dengan ukuran batch yang besar. Line ini terdiri atas line 1, 4, 9 dan 11. Non-dedicated line merupakan line yang memproduksi obat dengan jenis produk relatif banyak namun dengan ukuran batch yang relatif kecil atau sedikit. Line ini terdiri atas line 2, 5, 6, 7, 8A, 8B, dan 10. Produk obat yang diproduksi di setiap line adalah sebagai berikut: a. Line 1: line ini memproduksi 1 jenis produk sediaan padat yaitu tablet Promag. Line ini juga mempunyai extension. Line 1 extension ini khusus memproduksi tablet Promag untuk menunjang permintaan pasar yang tidak dapat dipenuhi oleh line 1. Untuk line 1 extention sejak agustus 2013 telah melakukan produksi karena telah lolos kualifikasi. b. Line 2: line ini terdiri atas 2 line yang merupakan gabungan dari line 2A dan line 2B. Sebagian besar produk line 2A adalah tablet inti, sedangkan produk line 2B adalah tablet coating. Produk line 2 antara lain: Neo Entrostop, Xon- Ce, Pronicy, Neuralgin, Cypron, Vitazym, Zegavit, dan Zegase. c. Line 4: line yang memproduksi tablet inti, contoh produknya: Procold, dan Promag Double Action. d. Line 5: line yang memproduksi sediaan cair oral antara lain sirup, emulsi, dan suspensi, seperti Cerebrofort, Plantacid, dan Woods. e. Line 6: line ini khusus memproduksi sediaan cair steril (injeksi) seperti

55 40 Rantin, Ulsikur, dan Kalmethason e. f. Line 7: line ini memproduksi sediaan semi padat topikal seperti krim, semi solid seperti jeli, dan salep, serta sediaan suppositoria dan ovula. Contoh produknya adalah Bioplacenton (gel), Mycoral (krim), dan Kaltrofen (gel dan suppositoria). g. Line 8: line yang banyak memproduksi beberapa jenis produk obat namun volumenya kecil. Produk yang dihasilkan tersebut sebagian besar merupakan produk ethical. Line ini dibagi menjadi 2 yaitu line 8A yang menangani proses pembuatan produk, line 8B menangani pengemasan produk. Pada tahun 2013 ini, line 8 mengalami penambahan area produksi yaitu line 8 extension. h. Line 9: line ini khusus memproduksi sediaan cair non oral seperti Kalpanax Tincture. i. Line 10: line ini khusus melakukan pengemasan ulang (repack) untuk produk impor. Tugas umum Departemen Produksi secara keseluruhan adalah melakukan proses produksi dari raw material dan packaging material menjadi produk jadi. Tugas dan tanggung jawab masing-masing line produksi antara lain: a. Mencapai target produksi (kuantitas, kualitas, dan waktu yang tepat) yang ditetapkan berdasarkan ketersediaan kapasitas mesin dan ketersediaan tenaga kerja serta memonitor aktivitas harian dan mingguan berdasarkan Jadwal Produksi Mingguan (JPM). b. Mengoptimalkan dan mengontrol expense (biaya bulanan dan tahunan) yang dipakai untuk mencapai target produksi. Sebagai contoh, biaya lembur dan gaji karyawan, biaya tools and supplies (selang, solvent, dan oli) dan maintenance mesin (break down dan periodik). c. Mencapai rendemen (yield) yang ditetapkan dengan cara meminimalkan bahan baku yang terbuang pada setiap tahap proses dan mengusulkan penyederhanaan proses (bekerjasama dengan R&D). Rendemen sudah ditetapkan standarnya setiap tahun. d. Memastikan ketersediaan utilitas kerja, seperti Air Handling Unit (AHU), pengendali tekanan, Relative Humidity (RH), udara, dan suhu.

56 41 e. Memantau produktivitas kerja (orang dan mesin). f. Mengefisienkan pemakaian kapasitas mesin dengan cara melakukan penjadwalan yang efisien, penempatan operator yang tepat, dan perawatan mesin. g. Memeriksa, mengevaluasi, dan memberi approval dokumen-dokumen yang dipakai dan dikirim ke QC. h. Membimbing supervisor dan subordinat. i. Memberi masukan kepada atasan, untuk perencanaan jangka panjang (misal: perubahan lay out ruangan, penambahan mesin dan karyawan, optimalisasi cara kerja). j. Memastikan suasana kerja yang sehat dan memotivasi bawahan (misalnya membantu masalah mereka dan memberi training). k. Memastikan dipenuhinya standar atau peraturan yang berlaku (misal: CPOB, ISO 9000, OSHAS 18000, ISO 14000, dan cgmp) dan berkomitmen untuk mengimplementasikan kebijakan mutu, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), dan lingkungan. Ruangan di area produksi dibagi menjadi tiga jenis, berdasarkan jumlah partikel yang diperbolehkan tiap feet 3, yaitu : a. Black area Lantai pada black area berwarna hijau dan dinding berwarna kuning muda. Black area terdiri atas ruangan pengemasan sekunder, ruang antara untuk menuju grey area, ruang manajer atau supervisor, dan ruangan administrasi. Perlengkapan yang harus digunakan ketika masuk Black area, yaitu baju (dilengkapi penutup kepala) dan celana putih khusus black area, dan sandal karet. b. Grey area Lantai pada Grey area berwarna biru tua dan dinding berwarna kuning muda. Grey area terdiri atas ruang gudang timbang, ruang proses produksi, ruang pengemasan primer, ruang penyangga atau buffer, dan koridor. Perlengkapan yang harus digunakan ketika masuk Grey area, yaitu : pakaian overall (dilengkapi penutup kepala) yang melapisi pakaian black area, masker, sarung tangan (apabila kontak langsung dengan produk), sepatu karet atau shoe cover,

57 42 dan ear protector apabila bekerja dengan mesin yang mempunyai tingkat kebisingan yang tinggi. c. White area Lantai pada White area berwarna biru muda dan dinding berwarna kuning muda. White area terdiri atas ruang penyangga, ruang ganti pakaian, ruang penyemprot udara dan ruang pengisian (filling). White area hanya terdapat di line 6. Perlengkapan yang harus digunakan ketika masuk White area baju terusan bebas serat yang dilengkapi dengan penutup kepala, sarung tangan, googles, dan sepatu khusus White area Departemen Group Process Improvement (GPI) Departemen Group Process Improvement adalah departemen yang terbentuk pada tahun Departemen ini bertujuan untuk mengadakan continual improvement agar perusahaan dapat terus berkembang menjadi lebih baik. Misi GPI adalah untuk mengarahkan perbaikan berkesinambungan agar tumbuh menjadi budaya di lingkungan Kalbe Group serta untuk memfasilitasi kegiatan tersebut di empat operasi bisnis agar dapat tumbuh secara bersama. Tugas dan tanggung jawab dari departemen GPI antara lain adalah: a. Energy Cost Saving b. Standar Minimal Spesifikasi Mesin c. Focus Plant d. Proyek Lean e. Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin (5R) f. Continual improvement (ConIm) Dalam melakukan perbaikan proses dengan metode Continual Improvement ada enam tahapan, yaitu: a. Understand the customer Memahami pernyataan end customer terkait tentang keinginan, kebutuhan, harapan terhadap suatu produk atau jasa yang dijadikan sebagai persyaratan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, perusahaan harus mengukur kemampuan dan mengidentifikasi adanya gap.

58 43 b. Analisis Efisiensi Fokus pada pemenuhan kebutuhan dan harapan pelanggan internal, minimasi biaya, minimasi variasi, dan waktu siklus. c. Analyze the Process Pada tahap analisis, amati kondisi proses exsisting, proses yang tidak efektif, tidak efisien, dan proses yang buruk. d. Improve the Process Aktivitas improvement tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Continual Improvement membentuk pemahaman yang fundamental pada customer requirement, kapabilitas proses, dan root cause gap yang terjadi. Contohnya dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas produk atau jasa, maka aktivitas improvement yang dilakukan adalah berfokus pada pengurangan variasi, error, serta cacat. e. Implement changes f. Standardize and monitor Departemen Quality Operation Quality Operation adalah departemen yang bertugas menjamin mutu produk yang dihasilkan dengan memperhatikan seluruh aspek yang berpengaruh pada kualitas produk. Departemen QO dipimpin oleh seorang QO Manajer yang bertanggung jawab kepada Group Head Quality. Secara umum QO dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Quality Control (QC) QC merupakan bagian dari QO yang secara umum bagian QC bertugas dalam: a. Pelulusan dan pengujian terhadap material yang datang (raw material dan packaging material), produk ruahan dan produk jadi. b. Memberikan persetujuan pemeriksaan (retesting) dan pengerjaan ulang (rework) suatu produk. c. Menangani pemusnahan material atau produk jadi (kadaluwarsa atau tidak memenuhi syarat).

59 44 Bagian-bagian dalam Departemen QC: a. Seksi Bahan Baku (Raw material) Bagian ini bertanggung jawab dalam menganalisa semua bahan baku yang masuk yang akan digunakan untuk proses produksi. b. Seksi Wadah dan Kemasan (Packaging Material) Bagian ini bertugas melakukan pemeriksaan terhadap semua wadah dan kemasan dengan prosedur berdasarkan MA yang telah ditetapkan oleh Departemen R&D bagian packaging development. c. Seksi Obat Jadi Seksi obat jadi bertugas dalam melakukan pemeriksaan dan meloloskan atau menolak produk jadi yang akan dipasarkan. Sampel yang dikirim dari bagian produksi ke laboratorium QC merupakan sampel obat ruah yang belum dikemas. Jika dari hasil pemeriksaan tersebut sampel memeenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan, maka QC akan mengeluarkan perintah rilis kemas kepada produk tersebut sehingga produk tersebut dapat lanjut kepada tahap kemas. d. Laboratorium Mikrobiologi Bagian ini bertugas melakukan pemeriksaan mikrobiologi material dan obat sesuai dengan MA yang telah ditetapkan oleh Departemen R&D. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu: potensi antibiotika, uji sterilitas, uji pirogen/ endotoksin, pemeriksaan angka total mikroba, pemeriksaan untuk uji sampel stabilitas, pemeriksaan sampel pertinggal, dan pemeriksaan hasil validasi pembersihan mesin. Selain mendukung seksi bahan baku, seksi wadah dan kemasan, dan seksi obat jadi, laboratorium mikrobiologi juga mendukung bagian validasi dalam pemeriksaan ruangan. Gambar 3.2. Gambaran Kegiatan Masing-Masing Seksi Departemen QC

60 45 Dalam pelaksanaan analisis produk ruahan, jika terdapat parameter yang tidak memenuhi persyaratan, maka dipertimbangkan terlebih dahulu apakah parameter tersebut kritis atau tidak. Setelah itu, lakukan investigasi terhadap MA, apakah analisis telah dilakukan dengan benar. Investigasi dilakukan pada titik yang berbeda atau analisis yang berbeda. Jika memang hasilnya tidak memenuhi persyaratan, maka lakukan investigasi pada bets sebelumnya. Jika bets sebelumnya memenuhi syarat, maka dilakukan pemeriksaan ulang dengan menambahkan jumlah sampel. Jika bets sebelumnya tidak memenuhi syarat, maka lakukan konfirmasi kepada departemen produksi. Jika dalam kurun waktu dan jumlah bets tertentu hasilnya selalu tidak memenuhi syarat, maka lakukan pengajuan persyaratan yang baru. Hubungan Departemen QC dengan departemen lain adalah sebagai berikut: a. Departemen Logistik Bahan baku dan bahan kemas yang diterima oleh Departemen Logistik diperiksa oleh Departemen QC. Sebelum mendapat izin rilis dari QC, maka gudang belum berhak untuk mengeluarkan barang ke bagian produksi. b. Departemen R&D Departemen QC melakukan pemeriksaan rutin menggunakan metode analisa yang ditetapkan oleh Analytical Development dan Packaging Development yang merupakan bagian dari Departemen R&D. Sebelum suatu metode analisa ditetapkan oleh Analytical Development dan Packaging Development, dilakukan transfer metode analisa ke Departemen QC untuk menyempurnakan metode analisa tersebut c. Departemen Produksi Departemen QC memeriksa kualitas produk ruahan berdasarkan sampling yang dilakukan oleh Departemen Produksi (IPC mandiri). Untuk In Process Control (IPC) dilakukan oleh Departemen Produksi karena bagian produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk., Tbk. dianggap sudah mampu untuk melakukan IPC sendiri dan Departemen QC melakukan pemeriksaan composit sample dari hasil suatu proses produksi.

61 46 d. Departemen Pembelian (Purchasing) Hubungan Departemen QC dengan bagian pembelian melibatkan bagian Analytical Development dan Formulasi. Bagian pembelian akan membeli bahan baku maupun bahan kemas dari pemasok baru setelah memperoleh persetujuan dari bagian Analytical Development dan Formulasi. Selanjutnya, bahan baku dan bahan kemas yang dibeli dari source baru diperiksa kualitasnya oleh Departemen QC menggunakan metode analisa yang ditetapkan oleh bagian Analytical Development. e. Departemen Marketing Departemen QC memberikan informasi ke Departemen Marketing tentang release batch number pertama produk baru dan pemberitahuan perubahan kemasan Quality Assurance (QA) Departemen QA dipimpin oleh seorang QA Manajer yang bertanggung jawab langsung kepada QO manager. Secara umum QA dibagi menjadi empat kelompok besar yaitu Audit Proses, Post Marketing, Validasi, dan GMP Compliance. a. Audit Proses Audit Proses/Process Inspection dilakukan untuk memastikan proses produksi yang sedang berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Audit proses dilakukan terhadap seluruh bagian yang terlibat dengan proses produksi. Petugas inspeksi datang ke departemen produksi secara langsung dan berkala untuk mengamati apakah pada proses produksi terdapat penyimpangan atau tidak, hal ini bertujuan jika terdapat penyimpangan maka dapat dideteksi sehingga upaya perbaikan dapat segera dilakukan. Selain itu, juga terdapat bagian evaluasi catatan bets (Evaluation Batch Record/EBR). Bagian ini bertanggung jawab memeriksa kelengkapan batch record serta menyatukan data-data dari produksi dan hasil analisa dari departemen QC, selain itu EBR juga bertugas untuk mengontrol penyimpanan sampel tertinggal. EBR diperlukan sebagai dokumentasi dan untuk memastikan produk sebelum dirilis

62 47 telah dievaluasi dengan benar termasuk penelusuran masalah jika terjadi penyimpangan. b. Post Marketing Post Marketing bertugas melakukan pemantauan atau pengawasan terhadap kualitas produk jadi setelah produk tersebut diproduksi dan dipasarkan. Tugas dari post marketing adalah menangangi keluhan pelanggan (product complaint), menangani recall dan returned product, menangani batch record, dan post marketing stability testing. c. Validasi Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Bagian Validasi di PT. Kalbe Farma, Tbk.,memiliki bagian validasi proses, validasi pembersihan, validasi fasilitas dan utilitas, validasi computer, dan annual product review. Kalibrasi dan kualifikasi merupakan suatu proses yang termasuk ke dalam validasi fasilitas. Kalibrasi bertujuan untuk memastikan semua peralatan yang digunakan untuk pengukuran selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sehingga menjamin ketelitian pengukuran berada dalam batas yang diijinkan. Sebagai parameter digunakan suatu kalibrator yang spesifik untuk setiap instrumen. Sedangkan kualifikasi adalah tindakan untuk memastikan kelayakan dari suatu mesin atau peralatan. Kualifikasi yang dilakukan meliputi: Design Qualification (DQ), Installation Qualfication (IQ), Operational Qualification (OQ), dan Performance Qualification (PQ). Kalibrasi merupakan bagian dari kualifikasi, dengan interval pengujian yang lebih sempit (misalnya, kalibrasi dilakukan per 6 bulan, sedangkan kualifikasi dilakukan minimal 3 tahun bila tidak ada perubahan yang signifikan). d. GMP Compliance Pada GMP Compliance terdapat bagian pengendalian perubahan (Change Control). Tujuan Change Control adalah agar setiap perubahan yang berkaitan dengan mutu, lingkungan dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dievaluasi dahulu dampaknya terhadap mutu, lingkungan, dan K3 serta sesuai

63 48 pada ketentuan, peraturan atau undang-undang terkait sebelum diimplementasikan. Jika terjadi suatu perubahan, misalnya terjadi penggantian mesin, maka departemen tersebut akan mengajukan usulan perubahan, kemudian perubahan tersebut diamati dan dipelajari oleh tiap departemen yang terkait, apakah perubahan memberikan dampak atau tidak Departemen Quality System Quality System (QS) mempunyai fungsi utama memastikan standar atau pedoman yang ada senantiasa berjalan dengan baik. QS bertugas memelihara dan mengembangkan sistem di PT. Kalbe Farma, Tbk., Secara keseluruhan, sistem yang dibuat telah memasukkan unsur-unsur CPOB/c-GMP, ISO 9001:2000, ISO 14001:2004, dan OHSAS a. System Compliance Bagian ini memiliki tanggung jawab dalam Management Review, Audit Development, Corrective Action/Preventive Action (CAPA), dan Standard Development. b. Document Compliance Secara umum tugas QS dalam Document Compliance adalah apabila terdapat dokumen baru atau perubahan pada dokumen lama, dokumen baru atau dokumen yang telah diubah tersebut harus dikaji terlebih dahulu oleh QS. Selanjutnya QS akan mengkaji dampak perubahan terhadap departemen lain. Setelah dokumen diperbaiki disetujui oleh QS, perlu dilakukan pelatihan pada semua personil yang terkait. Setelah itu, dokumen tersebut baru bisa didistribusikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. c. Occupational Health, Safety & Environment (OHSE) compliance OHSE dikoordinasi oleh System Compliance yang bertugas untuk memastikan kinerja sistem manajemen K3 & lingkungan telah diterapkan dengan baik. Selain itu OHSE juga bertugas untuk melakukan identifikasi, mencegah, dan mengatasi hazard (bahaya) yang akan timbul akibat tidak memahami standar prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Cara yang dilakukan antara lain: eliminasi, substitusi, engineering control, visual control dan administration control, alat pelindung diri (APD).

64 49 d. Plan Do Check Action (PDCA) Divisi ini bertugas untuk memeriksa setiap kegiatan kerja yang akan dilaksanakan oleh departemen-departemen yang ada di PT. Kalbe Farma, Tbk. Pada umumnya mereka akan mengikuti setiap rapat kerja yang ada dan mengevaluasi kinerja program serta status kemajuannya. e. Continual Improvement Program Development Bagian Program Development memiliki tugas yang terbagi menjadi dua, yaitu Program Development & Maintenance dan Training Development Maintenance. Bagian ini bertanggung jawab untuk merancang dan melaksanakan sistem pelatihan bagi karyawan, khususnya karyawan baru, sebagai sarana untuk meningkatkan budaya kualitas karyawan sehingga tercipta produk yang berkualitas. Program-program pengembangan yang dilaksanakan antara lain 5R, Ko HASE, serta CONIM (Continual Improvement). Setiap kebijakan CONIM yang telah dibuat oleh Group Process Improvement (GPI) kemudian diteruskan kepada divisi ini untuk kemudian dirancang pelaksanaannya Departemen Logistik Logistik atau Warehouse adalah departemen yang bertanggung jawab atas penerimaan, penyimpanan, pengeluaran bahan baku, wadah, bahan kemas, dan produk jadi. Secara struktural departemen logistik dipimpin oleh seorang Manager Logistik yang membawahi empat supervisor gudang, yaitu supervisor gudang bahan baku (raw material) dan wadah (primary packaging material), supervisor gudang penimbangan, supervisor gudang kemasan sekunder (secondary packaging material), serta supervisor gudang produk jadi (finished good) dan sarana promosi. Bagian Logistik memiliki peranan penting dalam kegiatan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran bahan baku, wadah, kemasan, maupun produk. Dalam menjalankan peran tersebut, Departemen Logistik terkait dengan beberapa bagian, yaitu bagian QA/QC, R&D, Purchasing, PPIC, Produksi, dan Teknik. Fungsi dan tugas dari masing-masing seksi adalah sebagai berikut:

65 Seksi gudang bahan baku/wadah Gudang bahan baku dan wadah mempunyai beberapa ruang penyimpanan dengan suhu ruangan yang berbeda-beda, yaitu ruang suhu kamar (25-30 C), ruang AC (20-25 C), dan ruang pendingin/cool room (2-8 C) untuk penyimpanan bahan baku yang rentan terhadap suhu. Untuk ruang AC terdiri dari 6 ruangan yaitu, ruang AC 1 untuk penyimpanan material halal, ruang AC 2 untuk penyimpanan essence dan flavouring, ruang AC 3 untuk penyimpanan bahan kemas primer (foil), ruang AC 4 untuk penyimpanan berbagai macam bahan baku, ruang AC 5 untuk penyimpanan bahan baku beta laktam dalam kemasan asli, ruang AC 6 untuk penyimpanan bahan baku dan wadah yang bersifat umum, serta ruang AC khusus untuk penyimpanan menthae peppermint oil. Selain itu, terdapat beberapa area atau ruang yang penting seperti: a. Area khusus prekursor serta tempat khusus penyimpanan bahan baku yang bersifat prekursor narkotika dan psikotropika. Area ini selalu terkunci dan akses ke area ini harus mendapat persetujuan supervisor dan mengisi log book. b. Ruang sampling QC, ruang khusus untuk proses sampling bahan baku dan wadah yang baru datang untuk diuji kualitasnya sebelum digunakan. c. Ruang tolak, ruangan atau area yang terpisah yang menyimpan bahan baku dan wadah yang ditolak oleh QC. Penataan barang di gudang bahan baku dan wadah menggunakan system racking secara alfabetis dan numerik dimana setiap rak terdapat beberapa level (tingkat vertikal) dan beberapa kolom (horizontal), serta didata secara komputerisasi menggunakan sistem IBAS (Integrated Barcode Application System) yang menggantikan fungsi kartu letak barang dan memuat kode produk, nama produk, dan nomor Certificate of Analysis (CoA). Cara penyimpanan barang di gudang pada dasarnya disusun antara lain berdasarkan hal-hal berikut: a. Kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan (suhu, cahaya, dan kelembaban). b. Kedekatan dengan pelanggan (gudang timbang atau produksi). c. Bentuk material dan sifat bahan baku (flammable atau non flammable). d. Untuk barang-barang toll out didekatkan area toll out. e. Berdasarkan status (karantina, baik, atau tolak).

66 Seksi gudang penimbangan Gudang timbang adalah tempat berlangsungnya proses penimbangan dan penyediaan bahan baku dan wadah yang dibutuhkan oleh produksi berdasarkan Jadwal Produksi Mingguan (JPM). Bahan baku dan wadah yang ditimbang dan disediakan sesuai dengan Prosedur Pengolahan Induk yang diturunkan yaitu: PPI 1A, 1B dan 3A. Bahan baku dan wadah ditimbang dan disediakan dengan sistem First Expired First Out (FEFO) oleh gudang timbang, kemudian dikirim ke produksi sesuai line yang membutuhkan Seksi gudang kemasan Gudang kemas memiliki tanggung jawab melayani permintaan kemasan sekunder berupa master box, dus, brosur, dan label kemudian mengirimkannya ke setiap line produksi berdasarkan PPI 3B. Kemasan sekunder yang dikirim oleh vendor akan diperlakukan sama seperti bahan baku dan wadah, yaitu akan dikarantina terlebih dahulu untuk pengujian kualitas kemasan tersebut. Jika QC menyatakan status kemasan adalah BAIK maka kemasan yang sesuai dengan PPI 3B akan dikirim ke produksi. Sistem FEFO juga diterapkan untuk pengiriman kemasan sekunder untuk produksi. d. Seksi gudang produk dan sarana promosi Ruang lingkup, fungsi, dan tugas seksi gudang produk dan sarana promosi adalah sebagai berikut: a. Menerima, memeriksa produk dan dokumen, serta memasukkan data. b. Menata dan menyimpan produk. c. Mengirimkan produk untuk pelanggan (distributor, ekspor, dan sebagainya) atas Sales Order/Shipping Instruction Internal dari marketing atau Formulir Kebutuhan Barang (FKB). d. Melaksanakan cycle count produk. e. Menerima, memeriksa, dan memasukkan data produk retur. f. Menerima, menata, menyimpan, dan mengirimkan sarana promosi atas permintaan Marketing Departemen Teknik Departemen Teknik menunjang proses produksi dengan cara memelihara dan melakukan perawatan semua mesin di semua departemen. Walaupun tidak

67 52 berperan secara langsung dalam kegiatan produksi, namun Departemen Teknik merupakan pendukung utama kegiatan produksi di industri farmasi. Departemen Teknik memiliki tanggung jawab dalam pengadaan, perbaikan dan pemeliharaan gedung, sarana penunjang dan mesin-mesin yang digunakan di industri farmasi. Secara umum, Departemen Teknik dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: Bagian Utilitas. Tugas dan tanggung jawab dari bagian utilitas adalah: a. Memastikan tersedianya energi listrik, air, udara dingin, tekanan udara/uap dan sarana penunjang lain untuk keperluan produksi dan operasi perusahaan seharihari. b. Memastikan perawatan terhadap mesin-mesin utilitas agar produksi dapat berjalan secara efisien Bagian Pemeliharaan. Tugas dan tanggung jawab dari bagian pemeliharaan yaitu: a. Menyusun dan mengimplementasikan rencana perawatan atau perbaikan mesin dan peralatan. b. Mengevaluasi hasil yang sudah dicapai. c. Mengontrol pelaksanaan instalasi baru, pemeliharaan berkala mesin yang mengalami kerusakan dan penyediaan suku cadang agar dapat menunjang kelancaran proses produksi. Kerja pemeliharaan dibagi menjadi dua, yakni pemeliharaan preventif dan penanganan kerusakan. Pemeliharaan preventif merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk menjamin agar mesin-mesin produksi dan sarana penunjang lainnya selalu dalam keadaan optimum dan dapat dioperasikan secara optimal. Sementara itu penanganan kerusakan adalah perawatan mesin yang mengalami kerusakan dan harus segera diperbaiki agar tidak mengganggu proses produksi Bagian Suku Cadang Bagian ini bertanggung jawab dalam penyediaan stok suku cadang untuk mesin-mesin yang ada baik untuk Produksi maupun untuk bagian lain. Suku cadang

68 53 yang disediakan adalah suku cadang dari mesin-mesin yang sangat penting yang harus terus berjalan atau merupakan suku cadang yang pemesanannya membutuhkan waktu lama, sehingga jika terjadi kerusakan dapat segera ditangani Administrator Administrator bertanggung jawab dalam melaksanakan urusan administrasi di Bagian Teknik Koordinator Pekerjaan Sipil Bagian ini bertanggung jawab dalam melaksanakan suatu proyek pembangunan baru, misalnya membuat ruangan baru, membuat gedung baru.

69 BAB 4 PEMBAHASAN PT. Kalbe Farma, Tbk. merupakan salah satu industri farmasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan di Indonesia yang memiliki komitmen untuk membantu masyarakat mewujudkan kesehatan dan kehidupan yang lebih baik. Hal ini diwujudkan dengan memproduksi produk - produk yang terjamin kualitasnya sehingga tidak membahayakan masyarakat. Dalam mewujudkan komitmennya, PT. Kalbe Farma, Tbk. telah menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam setiap aspek pembuatan obat. CPOB merupakan suatu petunjuk yang bersifat dinamis, artinya mengikuti perkembangan jaman dan kemajuan teknologi dengan kriteria kualifikasi yang terus berubah Jaminan kualitas produk PT. Kalbe Farma, Tbk. telah diakui melalui berbagai standar internasional, antara lain dengan diperolehnya sertifikat ISO 9001 (2001) untuk sistem manajemen, sertifikat ISO untuk jaminan terhadap sistem lingkungan, dan sertifikat OHSAS 18001/SMK3 untuk jaminan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). 4.1 Manajemen Mutu Dalam CPOB, manajemen mutu disyaratkan untuk menjamin pembuatan obat agar sesuai dengan tujuan utama penggunaannya, memenuhi syarat izin edar, dan bermutu dalam arti tidak menimbulkan resiko berbahaya dalam penggunaannya. Konsep dasar pengawasan mutu, CPOB, dan pemastian mutu adalah aspek manajemen mutu yang saling terkait. Sistem manajemen mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk telah dijalankan sesuai ketentuan CPOB yaitu dilakukan upaya penjagaan mutu produk obat sejak awal proses pengolahan karena pada prinsipnya, mutu suatu produk obat tidak hanya ditentukan dari hasil akhir. Hal tersebut dilakukan agar produk obat jadi yang dihasilkan dapat memenuhi spesifikasinya sesuai izin edar (quality) serta memenuhi kriteria safety dan efficacy. 54

70 55 Kegiatan manajemen mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk. sudah memenuhi CPOB. Bagian dari manajemen mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah Quality Operation, di mana pada bagian ini terdapat Quality Assurance (pemastian mutu) dan Quality Control (pengawasan mutu). Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pengawasan mutu bertugas untuk mengontrol kualitas dari bahan awal (bahan baku dan bahan kemas) hingga ke produk jadi yang siap dipasarkan. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik, kimia, dan mikrobiologi. Tugas bagian Quality Assurance / Quality Control adalah untuk melakukan sampling, inspeksi, pengujian, pemantauan, pelulusan dan penolakan terhadap bahan baku, bahan kemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Selama proses, bagian pengawasan mutu melakukan pemeriksaan terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan, misalnya berat pencetakan tablet, ketebalan tablet, ph larutan sirup dan lain sebaginya. Pemeriksaan kesesuaian harus dilakukan terhadap produk antara, produk ruahan dan produk jadi sebelum diserahkan ke gudang. Bagian Quality Control harus memiliki bangunan yang memadai, personal yang terlatih dan prosedur yang telah disetujui. Pedoman tata cara bekerja di laboratorium yang terperinci terdapat pada ketentuan Good Laboratory Practices atau GLP. Pemastian mutu ini dipastikan dengan pelaksanaan CPOB untuk menghindarkan atau meminimalkan resiko terhadap produk. Pelaksanaan CPOB itu sendiri dipastikan dengan melakukan pengawasan mutu. Pengawasan mutu ini meliputi berbagai macam aspek seperti produk yang sesuai standar, bangunan dan fasilitas yang memadai, dan sebagainya. 4.2 Personalia CPOB mensyaratkan jumlah personil yang memadai dan terkualifikasi untuk melaksanakan semua tugas. Setiap karyawan harus memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara professional. Setiap karyawan juga harus mempunyai sikap dan kesadaran tinggi untuk mewujudkan CPOB, serta memahami tanggung jawabnya masing-masing.

71 56 PT. Kalbe Farma, Tbk. menggunakan tenaga kerja yang terlatih secara teknis dengan jumlah memadai untuk melaksanakan kegiatan produksi dan pengawasan mutu. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur dan spesifikasi yang telah ditentukan secara efektif dan efisien. Masing-masing bagian, yaitu bagian produksi, QA, dan QC dipimpin oleh seorang apoteker yang tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Apoteker ini diberi wewenang penuh dan sarana yang cukup untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Personalia PT. Kalbe Farma, Tbk. sudah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh CPOB di mana personil kunci yaitu Kepala Bagian Pengawasan Mutu, Kepala Bagian Manajemen Mutu, dan Kepala Bagian Produksi dipimpin oleh seorang apoteker dan bersifat independen satu sama lain. Jumlah karyawan di setiap tingkatan hendaklah cukup serta memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan sesuai dengan tugasnya. Mereka hendaknya memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara profesional dan sebagaimana mestinya. Mereka hendaknya mempunyai sikap dan kesadaran tinggi untuk mewujudkan CPOB. Struktur organisasi perusahaan hendaknya sedemikian rupa sehingga bagian produksi dan bagian pengawasan mutu dipimpin oleh orang yang berlainan yang tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-masing bagian hendaknya diberi wewenang penuh dan sarana cukup yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Keduanya tidak boleh mempunyai kepentingan lain di luar organisasi di luar pabrik, yang dapat menghambat atau membatasi tanggung jawabnya atau yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan pribadi atau finansial. Di samping manajer produksi dan manajer pengawasan mutu hendaknya tersedia tenaga yang terlatih secara teknis dalam jumlah memadai untuk melaksanakan kegiatan produksi dan pengawasan mutu sesuai dengan prosedur dan spesifikasi yang telah ditentukan. Mereka hendaknya memahami petunjuk kerja yang tertulis. Pada saat pengangkatan, mereka diberi pelatihan (training) yang cukup. Tanggung jawab yang diberikan kepada setiap karyawan tidak boleh berlebihan sehingga dapat menimbulkan resiko terhadap mutu obat.

72 57 Seluruh karyawan yang ikut serta secara langsung dalam kegiatan pembuatan obat dan atau yang karena tugasnya mengharuskan mereka masuk ke daerah pembuatan obat, hendaknya dilatih mengenai kegiatan tertentu yang sesuai dengan tugasnya maupun mengenai prinsip CPOB. Pelatihan mengenai CPOB hendaknya dilakukan secara berkesinambungan dan dengan frekuensi yang memadai untuk menjamin supaya para karyawan terbiasa dengan persyaratan CPOB yang berkaitan dengan tugasnya. Setiap karyawan di PT. Kalbe Farma, Tbk., setiap pertama kali masuk akan mengikuti initial training, yaitu pelatiha mengenai CPOB. Pemahaman CPOB setiap karyawan sebelm dan sesudah pelatihan akan dievaluasi dengan pelaksanaan pretest dan posttest. Hasil pretest dan posttest ini akan dimasukan ke penilaian setiap karyawan. Catatan pelatihan karyawan mengenai CPOB hendaknya disimpan dan efektivitas program pelatihan hendaknya dinilai secara berkala. Setelah mengadakan pelatihan, prestasi karyawan dinilai untuk menentukan apakah mereka telah memiliki kualifikasi yang memadai untuk melaksanakan tugas yang diberikan. Untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman karyawan terhadap CPOB di PT. Kalbe Farma Tbk., dilakukan program pelatihan Kualitas Lima Aspek (KUA LIMA) yang telah memasukkan unsur-unsur CPOB, K3, dan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Aspek KUA LIMA meliputi produk, manusia, bahan dan peralatan, metode serta lingkungan kerja. Penjabaran dari lima aspek dalam KUA LIMA adalah sebagai berikut : a. Produk yang senantiasa berorientasi pada pasar b. Sumber daya manusia yang selalu mengutamakan kualitas c. Peralatan, bahan, dan teknologi yang memadai. d. Proses, prosedur, dan metode kerja yang efisien. e. Lingkungan kerja yang mendorong prestasi. Pelaksanaan Program KUA LIMA ini dilaksanakan dalam dua tingkatan, yaitu tingkat I - V, serta plus 1 dan plus 2. Evaluasi dan ujian kenaikan tingkat dilakukan tiap enam bulan sekali. Setiap tiga tahun sekali dilakukan refresh, yaitu ujian yang dilakukan kepada personel yang telah mendapatkan training. Pelatihan

73 58 ini diadakan setiap 3 bulan oleh bagian Quality System (QS) seksi Training Program yang bekerja sama dengan Human Resource Development (HRD). Dalam melaksanakan kegiatannya, PT. Kalbe Farma, Tbk. tidak lepas dari peran serta apoteker. Apoteker yang berkualitas dituntut untuk dapat bekerja secara optimal mutu produk yang dihasilkan dapat berkualitas juga. Apoteker yang bekerja di PT. Kalbe Farma, Tbk. ditempatkan secara khusus pada bagian BO (Business Operation) karena pada bagian ini diperlukan peran serta karyawan yang sangat kompeten dalam bidang obat. Sebagai contoh adalah pada bagian QC, QA, R&D, produksi, dan PPIC. Bagian-bagian tersebut sangat erat kaitannya dengan peran serta apoteker, karena apotekerlah yang sangat mengerti dan sangat kompeten pada bidang tersebut. Apoteker yang bekerja pada bagian QA bertanggung jawab terhadap mutu obat mulai dari awal proses produksi dilakukan hingga dihasilkan produk jadi. Tugas utama seorang apoteker yang bekerja pada bagian QC adalah melakukan kontrol kualitas dari bahan awal (bahan baku dan bahan kemas) sejak masuk ke gudang hingga ke produk jadi yang siap dipasarkan. Seorang apoteker yang bekerja pada bagian produksi bertanggung jawab terhadap pengolahan bahan awal hingga menjadi produk jadi. Apoteker yang bekerja pada bagian R&D bertanggung jawab dalam melakukan penelitian dan pengembangan suatu produk baru. Selain itu, bagian R&D juga bertanggung jawab dalam pengembangan kemasan, pengembangan formulasi, dan pengembangan metode analisis. Pada bagian PPIC, apoteker bertanggung jawab antara lain dalam perencanaan, persiapan, dan pengendalian proses produksi. Tugas ini erat kaitannya dengan tugas yang dilakukan oleh bagian produksi, sehingga bagian ini memerlukan apoteker yang berkualitas juga. Hal-hal di atas merupakan gambaran bahwa PT. Kalbe Farma, Tbk. tidak lepas dari peran apoteker dalam melaksanakan semua kegiatannya. Kalbe Service Exellence (KSE) merupakan salah satu upaya PT. Kalbe Farma Tbk. untuk menjamin kepuasan terhadap semua pelanggan, baik internal maupun eksternal. Setiap karyawan harus melaksanakan sebelas perilaku KSE, yaitu senyum tulus, wajah hangat dan bersemangat, pelanggan adalah orang penting, dengarkan kebutuhannya, menyebut namanya, bahasa tubuh positif, bicarakan yang diminati pelanggan, bahasa yang halus dan tepat, beritahukan

74 59 proses yang sudah/sedang/akan dikerjakan, pengetahuan akan produk, serta tampil dengan rapi. 4.3 Bangunan dan Fasilitas PT. Kalbe Farma, Tbk. berada di kawasan industri Delta Silicon I, Cikarang. Lokasi pabrik terletak cukup jauh dari pemukiman penduduk sehingga resiko pencemaran, baik dari pabrik ke lingkungan maupun dari lingkungan ke pabrik, dapat dihindari. Gedung dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang dapat mencegah terjadinya kontaminasi yang berasal dari udara, tanah, air, maupun dari kegiatan di sekitarnya, seperti debu dari industri lain, rembesan air, serangga, binatang pengerat, dan sebagainya. PT. Kalbe Farma, Tbk. juga memiliki instalasi pengolahan limbah untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan. Pengolahan limbah pabrik ini bekerja sama dengan pihak luar. Ketentuan CPOB mengharuskan bangunan industri farmasi agar mudah dibersihkan, mudah dirawat dan mudah dioperasikan. Berikut ini adalah beberapa contoh pelaksanaan ketentuan tersebut : a. Agar mudah dibersihkan dan dirawat, sudut ruangan di area pengolahan dibuat melengkung, serta dilapisi dengan cat khusus. b. Agar mudah diopreasikan bangunan memiliki tata ruang, penempatan alat dan sarana pendukung yang tertentu. Bangunan juga harus cukup luas dan tertata baik, agar memudahkan penempatan alat-alat dan bahan, serta memberikan area kerja yang cukup leluasa. Hal tersebut agar pekerjaan dapat dilakukan dengan lancar, dan tidak terjadi campur baur. Pengelolaan limbah bertujuan untuk mengatur alur pembuangan limbah agar sesuai dengan prosedur dan keamanan. Limbah dapat dibagi menjadi : Limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). a. Untuk limbah B3 padat, limbah dikirim ke PPLI (Pusat Penanganan Limbah Industri) dan PT. Wastec untuk diolah dan dibuang. b. Untuk limbah cair, dikirim ke PT. Wastec untuk diolah dan dibuang.

75 Limbah non B3 a. Limbah padat, dijual ke PT. CKU. Limbah padat ini dapat berupa kertas, botol, kardus, dsb. b. Limbah cair, diolah di WWTP. Secara umum bangunan di PT. Kalbe Farma Tbk. memiliki ukuran, rancang bangun, konstruksi, dan tata letak yang memadai sesuai dengan persyaratan CPOB. Hal ini menunjang pelaksanaan kerja, pembersihan, dan pemeliharaan dapat dilakukan dengan baik. Rancang bangun dan tata letak ruang produksi pada PT. Kalbe Farma, Tbk. dibagi menjadi beberapa kelompok sehingga kegiatan-kegiatan dapat berlangsung tanpa harus berhubungan dengan daerah luar. Ruang ganti pakaian berhubungan langsung dengan area produksi dan dipisahkan oleh pintu yang hanya dapat diakses dengan menggunakan kartu akses karyawan. Lalu lintas barang dan orang dipisahkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya kontaminasi silang. Penghubung antar ruang atau kelas yang berbeda adalah ruang buffer atau ruang antara, sedangkan untuk barang digunakan penghubung berupa kotak penghubung (pass box). Khusus perpindahan antara grey area dengan white area terdapat air lock yang dilengkapi air shower. Setiap ruang produksi memiliki koridor sebagai lalu lintas umum karyawan atau bahan. Pada area produksi terdapat ruang staging yang digunakan sebagai tempat penyimpanan kemasan dan bahan baku. Selain itu, terdapat pula ruang work in process (WIP) untuk staging produk ruahan dan produk antara. Desain permukaan lantai, dinding, langit-langit, dan pintu dibuat kedap air serta tidak terdapat sambungan dan mudah untuk dibersihkan. Permukaan lantai ruang produksi menggunakan beton yang dilapisi epoksi, sudut-sudut ruangan dibuat melengkung, sambungan dilapisi oleh silicon rubber, dinding dan langitlangitnya dilapisi cat minyak. Penutup fitting lampu, titik ventilasi, dan instalasi lainnya dibuat rata dengan langit-langit sehingga meminimalkan adanya celah yang dapat menahan debu. Sarana-sarana penunjang produksi, seperti Heating, Ventilating, and Air Conditioning (HVAC), pipa saluran air, Air Handling Unit (AHU), kabel listrik diletakkan di ruangan khusus di antara setiap lantai ruangan produksi yang disebut mezzanine. Beberapa ruangan juga dilengkapi dengan pengumpul debu (dust collector) untuk mengendalikan jumlah partikel sesuai

76 61 dengan kelas ruangan masing-masing. Bangunan PT. Kalbe Farma, Tbk. menerapkan sistem line (jalur produksi). Satu line mencakup semua tahap pengolahan sampai dengan pengemasan produk sehingga kontaminasi silang dapat dihindari. Ruang produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk. diklasifikasikan sesuai dengan ASEAN GMP, yaitu kelas I dan II (white area), kelas III (grey area), dan kelas IV (black area). Apabila dikaitkan dengan CPOB, kelas black area merupakan kelas E, kelas grey area merupakan kelas C (untuk produksi steril), D (untuk produksi non-steril), dan kelas white area merupakan kelas A, B (produksi steril). Sebagai penghubung antara kelas ruangan yang satu dengan yang lain disediakan ruang antara atau ruang buffer dan loker karyawan. Setiap kelas ruangan memiliki persyaratan jumlah partikel dan jumlah mikroba tertentu, serta tekanan udara yang berbeda untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang. Pengaturan perbedaan tekanan udara ini dilakukan dengan membedakan volume udara yang dimasukkan ke dalam ruangan oleh AHU. White area memiliki tekanan udara paling tinggi dan black area memiliki tekanan udara yang paling rendah, sedangkan tekanan udara di grey area berada diantaranya. Black area ditandai dengan lantai yang di cat epoksi berwarna hijau dan dinding yang di cat minyak berwarna kuning muda. Area ini meliputi ruang penanggung jawab line produksi, ruang pengemasan sekunder, dan ruang ganti pakaian untuk menuju grey area. Grey area memiliki lantai berwarna biru tua dan dinding berwarna kuning muda. Area ini meliputi daerah-daerah yang berhubungan langsung dengan proses produksi, seperti gudang timbang, koridor penghubung gudang timbang dengan ruang proses produksi, ruang proses produksi, ruang pengemasan primer, serta ruang penyangga atau buffer. Lantai white area berwarna biru muda dengan dinding berwarna kuning muda. Area ini khusus memproduksi sediaan steril, meliputi ruang penyangga, ruang ganti pakaian, ruang penyemprot udara (air shower), dan ruang pengisian (filling). Pada area ini dilengkapi pula penyaring HEPA yang dapat menyaring udara yang masuk ke dalam ruangan sehingga dapat membatasi jumlah dan ukuran partikel, serta jumlah bakteri yang ada di ruangan tersebut.

77 62 Gudang bahan baku dan wadah, gudang kemas, dan gudang produk disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam penyimpanan dan penelusuran barang. Penyimpanan barang yang baru datang, karantina, atau barang ditolak diletakkan terpisah. Gudang penyimpanan bahan-bahan mudah terbakar atau mudah meledak diletakkan terpisah. Selain itu, juga terdapat sarana gudang dengan kondisi khusus, seperti suhu dan kelembaban ruangan yang terkendali misalnya penyimpanan pada suhu 2-8 o C. 4.4 Peralatan Peralatan yang digunakan untuk produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk. memiliki rancang-bangun dan konstruksi yang kuat, ukuran yang memadai, serta ditempatkan pada posisi yang tepat. Masing-masing alat memiliki penandaan sehingga memudahkan dalam identifikasi mesin. Pemasangan dan penempatan peralatan di atur sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Bahan yang digunakan untuk peralatan selama proses produksi sebagian besar adalah baja tahan karat (stainless steel). Peralatan senantiasa di rawat menurut jadwal yang tepat supaya tetap berfungsi dengan baik dan konsisten. Perawatan dan pembersihan juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pencemaran yang dapat merubah identitas dan mutu atau kemurnian produk. Peralatan yang digunakan pada tiap line produksi disesuaikan dengan produk yang dihasilkan dan ukuran batch dari produk tersebut. Penempatan peralatan produksi dilakukan secara berurutan sehingga mempermudah proses produksi. Pemisahan peralatan dilakukan untuk menghindari kontaminasi silang antara produk satu dengan produk yang lain. Selain itu, untuk mencegah adanya kontaminasi dari debu yang dihasilkan pada saat proses produksi, peralatan yang menghasilkan debu dilengkapi dust collector. Peralatan juga diberi penandaan status penggunaan alat tersebut untuk menghindari kesalahan penggunaan alat. Tiap mesin diletakkan dalam ruang sesuai dengan proses yang sedang berlangsung misalnya timbangan pada ruang timbang dan mesin mixing pada ruang campur massa. Bila terdapat lebih dari satu alat dalam satu ruangan maka peralatan diletakkan tidak berdekatan dengan tujuan untuk memberikan keleluasaan bekerja

78 63 dan mencegah terjadinya cross contamination dan mix-up antar bahan maupun produk ruahan. Keakuratan peralatan selalu dijaga dengan melakukan validasi, kalibrasi, dan kualifikasi secara teratur oleh Departemen Pemastian Mutu bekerja sama dengan lembaga metrologi setempat. Peralatan dan mesin baru harus melalui tahapan kualifikasi terlebih dahulu, yaitu kualifikasi instalasi (IQ), kualifikasi operasi (OQ) dan kualifikasi kinerja (PQ). Sedangkan untuk peralatan lama dilakukan secara periodik yaitu setiap 3 tahun. Kalibrasi dilakukan terhadap peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji, dan mencatat pada periode tertentu yang sudah ditetapkan dan tercatat dalam Jadwal Kalibrasi Alat. Begitu pula dengan mesin dan sistem-sistem penunjang seperti pure steam, dust collector system, instalasi aquademin, dan Heat Ventilating Air Conditioner (HVAC) telah terkalibrasi untuk menjamin dihasilkannya produk berkualitas yang reproducible. Penjadwalan kalibrasi tiap peralatan di Kalbe Farma dibuat secara system komputerisasi. Dalam system ini, tercantum tanggal dilakukannya kalibrasi dan tanggal daluwarsa kalibrasi tersebut. Setiap harinya, peralatan akan diverifikasi kinerja peralatan tersebut bekerja. Verifikasi dilakukan untuk memastikan bahwa peralatan yang akan digunakan tersebut masih baik digunakan, kinerjanya sesuai dengan yang diharapkan, dan tidak adanya kerusakan. Peralatan yang digunakan, terutama peralatan umum yang digunakan berbagai produk akan dibersihkan secara berkala dengan metode pembersihan yang telah divalidasi sebelumnya oleh pemastian mutu. Pembersihan ini ditujukan untuk mencegah kontaminasi silang produk dari perlatan yang digunakan serta sebagai salah stu bentuk perawatan perlatan tersebut. Pemeliharaan peralatan menjadi tanggung jawab departemen produksi dan juga departemen teknik yaitu bagian Planner Maintenance. Bagian ini melakukan preventive maintenance yang meliputi pengecekan, penggantian bagian-bagian dari mesin yang rusak dan lubrikasi mesin secara periodik. Kegiatan perawatan dan pencegahan dilakukan dengan mempertimbangkan jadwal produksi sehingga tidak mengganggu jalannya proses produksi. Umumnya kegiatan ini dilakukan setiap bulan.

79 Sanitasi dan Higiene Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi harus diterapkan pada setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene, meliputi personalia, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan setiap hal yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Oleh karena itu, diperlukan suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Prosedur sanitasi dan higiene harus divalidasi, serta dievaluasi secara berkala untuk selalu memastikan bahwa hasilnya efektif dan memenuhi persyaratan. Semua karyawan PT. Kalbe Farma, Tbk. harus menjalani pemeriksaan kesehatan, baik sebelum diterima menjadi karyawan maupun selama bekerja. Karyawan yang bertugas sebagai pemeriksa visual diharuskan menjalani pemeriksaan mata secara berkala untuk melihat apakah mata masih dapat bekerja optimal dan tidak menimbulkan kerugian. Tiap karyawan yang mengidap suatu penyakit yang dapat merugikan kualitas produk, seperti TBC, herpes, Cacat air, campak, atauhepatitis dilarang menangani bahan baku, bahan pengemas, bahan yang sedang dalam proses, dan obat jadi sampai karyawan tersebut dinyatakan telah sembuh. Setiap karyawan dilarang untuk makan dan merokok di dalam gedung produksi maupun kantor, khususnya di daerah yang berhubungan dengan produk, seperti daerah produksi dan gudang. Toilet, tempat cuci tangan, kotak P3K, dan ruang minum (pantry) yang terpisah dari ruang kerja dan ruang produksi merupakan salah satu bentuk sarana penunjang pelaksanaan sanitasi dan higiene. Kantin dan koperasi di atur sedemikian rupa sehingga lokasinya dekat, namun tidak berhubungan langsung dengan kantor maupun area produksi. PT. Kalbe Farma pun menyediakan tempat khusus merokok yang terletak di dekat pos satpam di gerbang masuk area PT. Kalbe Farma. Pada setiap grey area bagian produksi terdapat ruang pencucian untuk mencuci alat-alat yang telah selesai digunakan untuk proses produksi. Sanitasi ruangan dan peralatan dilakukan secara berkala minimal seminggu sekali, kecuali ruang steril pada line 6. Pada ruang tersebut dilakukan sanitasi setiap hari dengan menggunakan alkohol 70%. Sanitasi peralatan juga dilakukan setiap terjadi pergantian jenis produk. Pembersihan rutin dilakukan pula pada alat yang sudah

80 65 lama tidak digunakan. Peralatan yang dapat dipindahkan di cuci di ruang pencucian pada grey area, sedangkan peralatan yang tidak dapat dipindahkan di cuci di ruangan tempat peralatan tersebut berada. Pada ruangan tersebut telah dilengkapi dengan saluran khusus untuk pembuangan limbah dari pencucian alat. Pembersihan alat dan mesin tersebut dilakukan berdasaran prosedur tetap yang telah ditetapkan oleh Pemastian Mutu. Semua ruang di jalur produksi memiliki status yang tertempel pada pintu ruangan, meliputi label TELAH DIBERSIHKAN, SEDANG PROSES, atau UNTUK DIBERSIHKAN. Hanya ruang dengan label TELAH DIBERSIHKAN yang dapat digunakan untuk proses produksi. Label untuk alat/mesin meliputi label SIAP PAKAI, SEDANG PROSES, UNTUK DIBERSIHKAN. Hanya alat/mesin berlabel SIAP PAKAI saja yang dapat digunakan untuk proses produksi. Sebelum memasuki black area, karyawan harus menggunakan perlengkapan berupa baju dan celana berwarna putih yang dilengkapi dengan penutup kepala dan sandal karet. Untuk masuk ke grey area atau white area, karyawan melalui ruang penyangga di mana tekanan udara di ruang buffer lebih kecil daripada ruang produksi sehingga mencegah adanya kontaminasi. Perlengkapan yang digunakan selama berada di grey area berupa baju terusan yang dilengkapi dengan penutup kepala yang dirangkap dengan baju black area, masker, dan sepatu khusus dengan bagian depan tertutup atau menggunakan penutup sepatu (shoes cover). Sarung tangan digunakan jika bersentuhan langsung dengan produk, sedangkan penutup telinga digunakan untuk operator yang bekerja dengan mesinmesin yang bising. Khusus grey area pada line 6 baju terusan yang digunakan berwarna merah muda, sedangkan pada line lainnya berwarna putih. Pada white area karyawan merangkap baju grey area dengan baju terusan bebas serat dengan penutup kepala, sarung tangan, masker, penutup mata, dan sepatu khusus. Pakaian kotor di simpan terpisah dalam wadah tertutup dan di cuci secara berkala dua kali dalam seminggu. Peraturan ini berlaku untuk semua orang, termasuk pimpinan dan tamu pabrik.

81 Produksi Departemen Produksi bertanggung jawab untuk memproduksi produk sesuai dengan target dan JPB (Jadwal Produksi Bulanan) yang ditetapkan bersama dengan Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan (PPIC). Proses produksi dilaksanakan berdasarkan Prosedur Pengolahan Induk (PPI) yang disusun oleh R&D dan dikeluarkan oleh Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan (PPIC). Prosedur Pengolahan Induk (PPI) merupakan dokumen induk yang menjadi acuan dalam proses produksi dari Raw Material hingga produk dapat dirilis, termasuk di dalamnya berbagai parameter kritis dan pengujian yang menentukan kualitas produk. Prosedur Pengolahan Induk (PPI) di Kalbe Farma terbagi menjadi tiga jenis, yaitu PPI 1 yaitu PPI Material di bagian penimbangan, yang terbagi menjadi 1A untuk tablet inti dan 1B untuk salut. PPI 2 merupakan PPI proses yang digunakan di bagian produksi. PPI 3 adalah PPI kemas yang terdiri dari PPI 3A untuk kemas primer dan 3B untuk kemas sekunder. Formula dan proses yang digunakan telah tervalidasi melalui beberapa tahap, seperti percobaan pada skala laboratorium dan produksi, pravalidasi, dan validasi. Penggunaan PPI bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa produk senantiasa dibuat dengan prosedur yang tetap dan tervalidasi sehingga kualitas produk selalu terjaga. Selain itu, penggunaan PPI juga ditujukan untuk memudahkan penelusuran pada proses produksinya jika ditemukan masalah pada suatu produk. Semua proses produksi dikerjakan sesuai dengan PPI dan bila ada perubahan dalam proses dicatat sebagai Kontrol Perubahan Proses (KPP) dalam Catatan Produksi Bets (CPB). Untuk produk yang telah rilis, pengolahan ulang produk dilakukan melalui pengajuan Formulir Usulan Pengolahan Ulang (FUPU) dengan persetujuan dari QA. Pencemaran silang dan tercampurnya bahan dicegah dengan pembagian proses produksi dalam jalur produksi (line). Proses dikerjakan dalam ruang yang terpisah sesuai dengan tahapan proses dan terdapat ruang penyangga di antara kelas yang berbeda. Setiap jalur produksi mempunyai ruang timbang yang terpisah. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencemaran di ruang timbang. Setiap jalur juga dilengkapi dengan AHU, pengumpul debu, dan pengaturan tekanan dalam upaya

82 67 pencegahan pencemaran, baik kimia maupun mikroba. Selain itu, terdapat persyaratan penggunaan pakaian yang berbeda-beda pada tiap kelas. Petugas produksi di setiap line akan melakukan line cleareance dia area produksi tersebut saat proses produksi satu batch selesai dan akan berpindah ke produksi batch atau produk selanjutnya. Hal ini untuk mencegah terjadinya mix up dalam produk yang diproduksi. Parameter kritis line cleareance yang dilakukan adalah area produksi harus bebas dari sisa produk sebelumnya, kemasan produk sebelumnya, dan amapah produk sebelumnya. Kontrol selama proses oleh bagian produksi dilakukan untuk menjamin kualitas produk. Parameter yang diperiksa, yaitu parameter-parameter kritis yang mempengaruhi kualitas produk. Laboratorium kontrol selama proses terletak di setiap jalur produksi dan dilengkapi dengan alat penguji yang sesuai dengan bentuk sediaan pada jalur produksi tersebut. Dengan adanya kontrol selama proses, penyimpangan yang terjadi dapat langsung terdeteksi sehingga dapat segera diambil tindakan untuk mengatasinya. Kontrol yang dilakukan selama proses sesuai dengan Prosedur Pengolahan Induk (PPI), meliputi jenis uji yang dilakukan, banyaknya sampel yang diambil, frekuensi pengambilan sampel, titik-titik pengambilan sampel, dan batas-batas yang masih memenuhi syarat untuk setiap spesifikasi uji yang dilakukan. Pengawasan mutu produk antara dan produk jadi juga dilakukan oleh Departemen Pengawasan Mutu. Produk antara boleh di kemas hanya jika sudah dinyatakan memenuhi persyaratan dan dirilis oleh Departemen Pengawasan Mutu. Pengemasan produk di PT. Kalbe Farma, Tbk. dilakukan secara manual dan otomatis tergantung mesin yang digunakan pada masing-masing jalur produksi. Untuk produk dari line 1, line 5, dan line 11 pengemasan sudah dilakukan dengan otomatis hingga tahap penimbangan. Setelah produk dikemas akan dilakukan pemeriksaan oleh Bagian Penjaminan Mutu untuk menentukan apakah produk dapat dirilis atau tidak. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan hasil bahwa produk tidak dapat dirilis, akan dilakukan tindakan lebih lanjut, yaitu bisa berupa pengolahan ulang, rilis dengan perubahan spesifikasi, atau pemusnahan. Pengolahan ulang untuk produk yang belum dirilis bisa dilakukan bila ada pengajuan Kontrol Perubahan Proses yang disetujui oleh Departemen Produksi,

83 68 R&D, dan Pemastian Mutu. Pengolahan ulang produk yang telah rilis dilakukan melalui pengajuan Formulir Usulan Pengolahan Ulang dengan persetujuan dari Departemen Pemastian Mutu. Produk jadi, baik yang dalam status karantina maupun rilis, disimpan di gudang obat jadi yang terhubung langsung dari ruang produksi sesuai dengan kondisi penyimpanan yang tertera pada label klaim. Contoh pertinggal (retained sample) dikirim ke Pemastian Mutu bagian Pascapemasaran dan PPI dikirim ke bagian Evaluasi Catatan Bets. Apoteker memegang peranan penting dalam proses produksi. Seorang apoteker yang menjadi manajer produksi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pembuatan obat. Obat dibuat sesuai Cara Pembuatan Obat yang Baik dan memenuhi spesifikasi kualitas yang ditetapkan dalam batas waktu dan biaya yang telah ditentukan. Apoteker yang menjadi supervisor produksi akan mengatur dan memastikan obat dibuat menurut prosedur pembuatan yang telah ditentukan dan sesuai jadwal; memeriksa catatan pengolahan batch telah diisi dengan benar; serta membimbing karyawan dalam bidang teknis dan mengatur ketertiban atau disiplin karyawan. 4.7 Pengawasan Mutu Pengawasan mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk. dilakukan oleh bagian Pengawasan Mutu (QC) yang berada di bawah departemen Quality Operation (QO). Kegiatan pengawasan mutu merupakan bagian yang penting dari CPOB untuk memastikan bahwa produk yang dibuat senantiasa mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Sesuai dengan yang tertera pada CPOB, bagian ini sebaiknya independen dan terpisah dari produksi hal ini bertujuan agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan. Untuk memproduksi produk yang bermutu, keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan dalam seluruh rangkaian pembuatan adalah hal yang mutlak untuk mencapai sasaran mutu yang ditetapkan mulai dari awal pembuatan sampai distribusi obat jadi. Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk serta mencakup semua kegiatan analisis.

84 69 Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan. Tugas utama bagian pengawasan utu adalah mengontrol kualitas dari bahan awal (bahan baku dan bahan kemas) sejak masuk ke gudang hingga menjadi produk jadi yang siap dipasarkan. Pemeriksaan di bagian Pengawasan Mutu meliputi pemeriksaan bahan baku, produk ruahan, produk jadi, dan bahan kemas. Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan fisik, kimia, dan mikrobiologi. Bagian ini bertanggung jawab dalam menganalisa semua bahan baku dan produk jadi menggunakan metode analisis yang telah disusun oleh bagian Analytical Development, departemen R&D. Selain itu, bagian Pengawasan Mutu juga melakukan pemeriksaan bahan kemas dan wadah menggunakan metode analisis tertentu yang ditetapkan oleh bagian Packaging Development. Kalibrasi dan validasi metode analisis dilakukan sesuai jadwal untuk menjamin agar peralatan dan metode analisa yang digunakan memberikan hasil pengukuran yang tepat. Peralatan yang digunakan untuk analisis selalu dalam keadaan terkalibrasi. Jika ada alat yang belum dikalibrasi, alat tersebut tidak boleh digunakan. Pada setiap alat ditempel label yang menandakan kondisi alat, tanggal kalibrasi terakhir, dan tanggal kalibrasi selanjutnya. Dengan adanya label tersebut, dapat dicegah penggunaan alat yang tidak terkalibrasi. Selain itu, terdapat pula Prosedur Tetap untuk semua alat di Laboratorium Pengawasan Mutu. Prosedur Tetap pengoperasian alat selalu diletakkan di dekat alat untuk memudahkan operator atau personel lain dalam menggunakan alat yang bersangkutan. Hal ini juga untuk menghindari adanya kesalahan. Alat pelindung diri disediakan untuk keselamatan personil, seperti masker, kaca mata pelindung, sarung tangan, dan pembasuh mata. Baku pembanding disimpan dalam kondisi yang sesuai. Pada wadahnya terdapat label informasi mengenai nama zat, nama penyalur, kadar, tanggal bahan datang, dan jenis stok. Hal ini telah sesuai dengan aturan CPOB.

85 70 Ruang laboratorium untuk pemeriksaan di bagian Pengawasan Mutu telah sesuai dengan aturan CPOB, seperti persyaratan spesifikasi ruangan, desain ruangan, dan tempat pembuangan limbah. Laboratorium memiliki letak yang terpisah dengan ruang produksi. Laboratorium mikrobiologi juga terpisah dari laboratorium lain. Laboratorium ini dilengkapi dengan peralatan yang berkaitan dalam hal pengujian mutu obat. 4.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu & Persetujuan Pemasok Inspeksi diri dan audit mutu bertujuan untuk menilai kesesuaian seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu dalam industri farmasi dengan ketentuan CPOB. Hal ini juga bertujuan untuk mengevaluasi dan menentukan tindakan apa yang harus diambil sebagai langkah korektif jika terjadi suatu penyimpangan. Kegiatan ini hendaklah dilakukan secara teratur. PT. Kalbe Farma, Tbk. telah melaksanakan program inspeksi diri melalui Departemen Pemastian Mutu. Inspeksi tersebut mencakup kesesuaian dengan sistem atau regulasi yang berlaku dan penilaian aspek produksi melalui inspeksi proses yang dilakukan secara berkala. Pelaksanaan inspeksi diri di PT. Kalbe Farma, Tbk. diwujudkan dalam bentuk audit internal yang dilakukan secara rutin. Audit internal dilakukan dua kali dalam setahun oleh suatu tim internal PT. Kalbe Farma, Tbk. yang telah terlatih dan tersertifikasi. Pelaporannya meliputi hasil audit, penilaian dan kesimpulan, serta usulan tindakan perbaikan. Berdasarkan laporan audit, manajemen perusahaan akan mengevaluasi dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan. Audit eksternal dilakukan oleh auditor dari Badan Sertifikasi Nasional yang menilai kelayakan penerapan ISO Saat ini, PT. Kalbe Farma, Tbk. telah berhasil melakukan resertifikasi ISO 9001 sekaligus memperoleh sertifikasi ISO dan OHSAS 18001/SMK3 yang merupakan sertifikasi terhadap sistem manajemen lingkungan dan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. PT. Kalbe Farma, Tbk. juga mengalami inspeksi mendadak dari Badan POM dalam rangka memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap pelaksanaan CPOB. Selain itu, setiap departemen juga dapat melakukan inspeksi sendiri. Hasil audit

86 71 akan dibuat menjadi suatu rangkuman audit yang pada intinya adalah usulan untuk tindakan perbaikan. Bahan awal dan bahan pengemas di PT. Kalbe Farma, Tbk. berasal dari pemasok yang memenuhi spesifikasi dan telah disetujui oleh bagian Pemastian Mutu. Evaluasi dilakukan sebelum pemasok disetujui. Evaluasi mempertimbangkan riwayat pemasok dan sifat bahan yang dipasok. 4.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk, dan Produk Kembalian Keluhan dapat berasal dari dalam maupun luar perusahaan. Keluhan tersebut dapat menyangkut mutu produk, efek samping yang merugikan, atau masalah efek terapetik. Pelaksanaan penanganan keluhan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap penanganan keluhan serta dilakukan dokumentasi setiap keluhan yang diterima. Keluhan dari dalam perusahaan dapat berasal dari semua pihak yang berkaitan dengan kegiatan manufaktur, sedangkan keluhan dari luar dapat berasal dari distributor, dokter, pasien, apoteker, rumah sakit/klinik, dan pemerintah. Keluhan dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan melalui bagian pemasaran. Laporan sebaiknya disampaikan dengan menyertakan contoh yang dikeluhkan. Setiap keluhan dicatat dalam Formulir Keluhan Pelanggan (FKP) atau Surat Keluhan Pelanggan (SKP) yang kemudian dikirim ke bagian Pascapemasaran. FKP berisi keterangan antara lain: No, tanggal penerimaan, nama dan alamat pengirim, produk yang dikeluhkan (nama produk dan nomor bets) serta isi keluhan. Bagian ini menangani keluhan dengan cara melihat batch record dan pengujian terhadap contoh pertinggal akan dilakukan apabila diperlukan. Catatan tertulis mengenai semua keluhan dibuat dan ditangani oleh bagian yang terkait sesuai dengan jenis keluhan yang diterima. Misalnya keluhan menyangkut mutu ditangani oleh bagian Pengawasan Mutu, sedangkan keluhan dan laporan mengenai efek samping dan reaksi obat ditangani oleh bagian medis (ethical) di bagian pemasaran. Atas dasar hasil evaluasi dan penelitian terhadap keluhan yang ada, bagian Pascapemasaran membuat jawaban atas keluhan dan bila perlu meminta saran dari pihak terkait, di PT. Kalbe Farma, Tbk. waktu untuk memberikan

87 72 jawaban atas keluhan secara resmi yakni 6 hari kerja, akan tetapi di mini company waktu untuk memberikan jawaban atas keluhan adalah 4 hari kerja, hal ini bertujuan untuk memuaskan para konsumen. Tindak lanjut yang dilakukan adalah tindakan perbaikan/pencegahan atau bila ternyata keluhan yang dikirimkan dapat merugikan pelanggan bisa dilakukan penarikan kembali. Hasil evaluasi dan tindak lanjut yang dilakukan kemudian dilaporkan kepada bagian terkait dalam perusahaan antara lain: Bagian Pemasaran, Bagian Pengawasan Mutu, Bagian Produksi dan direksi. Penarikan kembali obat dapat berupa penarikan kembali satu atau lebih bets atau seluruh obat jadi tertentu. Penarikan kembali produk bisa dilakukan sebagai tindak lanjut dari evaluasi terhadap adanya keluhan. Penarikan berdasarkan evaluasi dilakukan bila produk tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar pertimbangan efek samping. Selain itu, penarikan kembali produk bisa terjadi karena adanya Surat Perintah Penarikan Produk yang dikeluarkan oleh Badan POM (SPPP BPOM). Dengan adanya SPPP BPOM maka perlu dilakukan evaluasi terhadap contoh pertinggal (retained sample) sesuai nomor bets yang dimaksud. Jika hasil evaluasi sesuai dengan SPPP BPOM, bagian Pengawasan Mutu akan menindaklanjuti pelaksanaan penarikan yaitu pembuatan SPPP ke pelanggan yang dilakukan dalam waktu satu minggu. Setelah penarikan produk, dilakukan tindak lanjut berupa pemusnahan ataupun pengerjaan ulang. Selain itu perlu dibuat laporan penarikan produk yang ditujukan ke Badan POM. Penarikan produk dari produsen dilakukan dengan prosedur yang sama dengan penarikan karena adanya SPPP BPOM. Pemusnahan produk hasil penarikan dilaksanakan dengan memakai jasa pihak dari luar PT. Kalbe Farma, Tbk. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan. Produk obat yang dikembalikan akan diganti oleh PT. Kalbe Farma, Tbk. jika setelah dilaksanakan evaluasi ternyata kerusakan tersebut diakibatkan oleh kesalahan dari pihak perusahaan atau produk yang dikembalikan belum melewati batas waktu pengembalian yang telah ditetapkan yaitu 1 bulan sebelum atau 4 bulan setelah tanggal kadaluwarsa. Selain itu semua produk kembalian harus masih

88 73 berada dalam kemasan aslinya. Semua obat kembalian tersebut akan dikarantina di gudang obat jadi sambil menunggu hasil evaluasi dari Pascapemasaran untuk menentukan apakah obat kembalian tersebut dapat dikembalikan ke persediaan gudang, dikemas ulang, diolah ulang, atau ditolak. Apabila obat kembalian hendak diolah ulang atau dikemas ulang maka pada nomor bets obat kembalian yang dikemas ulang diberi tambahan huruf R sedangkan obat kembalian yang diolah ulang diberi nomor bets baru. Obat kembalian yang ditolak mendapatkan tanda ditolak berdasarkan surat penolakan oleh bagian pengawasan mutu. Pemusnahannya tidak dilakukan sendiri oleh PT. Kalbe Farma, Tbk, tetapi melibatkan pihak dari luar Dokumentasi Dokumentasi adalah aspek esensial dalam industri farmasi dalam rangka memenuhi persyaratan CPOB. PT. Kalbe Farma, Tbk membagi dokumentasi menjadi empat tingkatan yaitu manual perusahaan, prosedur perusahaan, dokumen pendukung, dan rekaman perusahaan. Dokumentasi di PT. Kalbe Farma, Tbk dibuat dan disusun oleh departemen yang berkaitan dengan jenis dokumen yang dibuat. Dokumentasi spesifikasi dan metode analisa pemeriksaan bahan atau produk disusun oleh Departemen Research and Development (R&D) bagian Analytical Development, sedangkan dokumen hasil pemeriksaan mutu dibuat oleh Departemen Pengawasan Mutu (QC). Dokumen formula, prosedur, metode, dan instruksi dalam proses produksi disusun oleh bagian Departemen R&D dalam bentuk PPI. Pelaksanaan proses produksi didokumentasikan oleh departemen produksi yang ditulis dalam PPI yang telah disediakan. PPI akan ditutup secara online dan akan berperan sebagai batch record. Dokumen pelaksanaan produksi akan diperiksa oleh bagian Quality Assurance (QA) dan rekaman bets akan ditangani oleh bagian QA dalam bentuk Catatan Pengolahan Bets (CPB). Batch record dan retained sample akan disimpan oleh bagian Evaluation Batch Record (EBR) minimal 1 tahun setelah waktu kadaluarsa produk jadi. Penataan dokumen secara sistematis telah dilakukan oleh PT. Kalbe Farma, Tbk. Penataan ini dilakukan untuk memudahkan dalam pencarian dokumen. Penataan dan pengelolaan dokumen dilakukan oleh Departemen Quality System

89 74 (QS) dan juga oleh departemen lain yang terkait. Di samping sistem dokumen secara manual, PT. Kalbe Farma, Tbk. juga menggunakan sistem dokumen yang dibangun dalam suatu sistem jaringan komputer yang terintegrasi antarbagian sehingga mudah diakses oleh masing-masing bagian yang membutuhkan. Sistem dokumentasi ini dinamakan Oracle. Karena banyaknya dokumen dan keterbatasan tempat, PT Kalbe Farma, Tbk. menggunakan jasa eksternal dokumentasi, PT. Arsip Geoservis Indonesia (AGI). Bila suatu saat dibutuhkan, dapat dilakukan recall berdasarkan nomor box dan nomor batch. Waktu pengiriman yang diperlukan juga tidak terlalu lama. Bila pemanggilan dilakukan pada pagi hari, maka di siang harinya dokumen yang diperlukan tersebut sudah datang Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Berdasarkan CPOB, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dilakukan secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan pekerjaan atau produk yang dihasilkan tidak memiliki mutu yang memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas untuk menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Dalam pelaksanaannya, PT. Kalbe Farma, Tbk. bertindak baik sebagai Pemberi Kontrak dalam produksi tol keluar (toll out) maupun Penerima Kontrak dalam produksi tol masuk (toll in). Pelaksanaan tol masuk dan tol keluar bergantung pada kontrak pemanufakturan, misalnya kontrak dimana pabrik lain memberikan produk ruahan dan PT. Kalbe Farma, Tbk. hanya memproses tahap pengemasannya atau kontrak yang menyangkut proses awal hingga akhir produksi. Begitu pula halnya dengan tol keluar dari PT. Kalbe Farma, Tbk. ke pabrik lain. Sebelum melakukan tol keluar, PT. Kalbe Farma, Tbk. terlebih dahulu melakukan seleksi rekanan tol keluar. Tujuan dari seleksi ini adalah agar produk tol keluar yang dihasilkan memenuhi persyaratan kualitas PT. Kalbe Farma, Tbk. Seleksi ini dimulai dari pengajuan rekanan tol keluar ke Manager Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan (PPIC Manager) yang selanjutnya diteruskan ke Manager Departemen Pemastian Mutu (QA) untuk

90 75 dilakukan audit. Untuk memantau kualitas produk yang dihasilkan oleh rekanan tol keluar maka dilakukan Audit Rekanan tol keluar secara berkala. Audit merupakan syarat kerjasama untuk perusahaan yang akan menerima tol keluar PT. Kalbe Farma, Tbk. Audit dilaksanakan dua tahun sekali bila diperlukan. Evaluasi prestasi rekanan tol keluar pemanufakturan dilakukan setiap enam bulan sekali agar dapat mengevaluasi kinerja rekanan sesuai dengan keinginan perusahaan. Evaluasi ini meliputi penyerahan, penyimpangan kualitas dan kelengkapan dokumen. Audit yang dilakukan oleh PT. Kalbe Farma kepada pemasok adalah audit produk dan dokumen. Audit produk adalah dengan menilai produk yang diproduksi oleh pemasok. Audit dokumen adalah dengan mengaudit semua dokumen yang berkaitan dengan pemastian mutu dari produk pemasok, seperti CoA dan annual product review Kualifikasi dan Validasi Kualifikasi dan validasi di PT. Kalbe Farma, Tbk dikoordinasi oleh bagian Pemastian Mutu (QA). Kualifikasi yang dilakukan oleh PT. Kalbe Farma, Tbk. terdiri dari beberapa tahap, yakni DQ, IQ, OQ dan OQ yang mengacu kepada tahaptahap kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan kualifikasi kinerja yang tercantum dalam CPOB. Keempat kualifikasi tersebut dilaksanakan terhadap instrumen baru pada periode tertentu yang sudah ditetapkan yaitu 3 tahun serta dicatat dan didokumentasikan dalam jadwal kualifikasi alat, sedangkan untuk kalibrasi dilakukan setiap 6 bulan bila tidak ada perubahan yang signifikan. Kalibrasi dan kualifikasi ini dapat dilaksanakan di luar jadwal yang ditetapkan sebelumnya, yaitu jika diperkirakan terdapat masalah dengan alat. Dalam melaksanakan validasi, perusahaan mengacu pada Rencana Induk Validasi (RIV). RIV merupakan dokumen yang merangkum filosofi perusahaan secara keseluruhan dan pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan kinerja yang baik. Secara garis besar, organisasi validasi terdiri dari tim pengkaji dan tim pelaksana. Tim pengkaji terdiri dari manajer Departemen R&D, Produksi, Pemastian Mutu/Pengawasan Mutu dan Teknik. Sedangkan, tim pelaksana terdiri dari pengawas, pelaksana, operator, teknisi dan analis dari setiap departemen.

91 76 Validasi yang dilakukan di PT. Kalbe Farma, Tbk. meliputi validasi proses, validasi fasilitas dan sarana penunjang, validasi pembersihan serta validasi komputer. Pelaksanaan validasi sesuai dengan urutan prioritas yang tercantum dalam analisis risiko. Jika terdapat pertimbangan tertentu, seperti terjadinya penyimpangan signifikan yang harus segera ditindaklanjuti, pelaksanaan validasi dapat tidak sesuai dengan analisis risiko. Untuk memperoleh status valid, suatu proses harus secara konsisten memenuhi spesifikasi pada semua tahap melalui prosedur yang telah ditetapkan pada sedikitnya tiga kali pengujian berturut-turut. Jika terjadi modifikasi dalam proses atau terdapat perubahan sistem maupun peralatan yang terlibat dalam proses tersebut perlu dilakukan revalidasi. Validasi proses harus dapat membuktikan kelayakan suatu proses pada skala produksi sehingga juga dapat menjamin konsistensi kualitas produk suatu line dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Validasi proses terhadap produk-produk baru, dilaksanakan setelah diperoleh formula yang optimal hasil pra-validasi oleh Departemen Research dan Development. Validasi proses terbagi menjadi empat macam, yaitu validasi prospektif, validasi konkuren, validasi retrospektif dan validasi ulang/ revalidasi. Jenis validasi yang dipakai di PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah validasi prospektif, konkuren, dan validasi ulang. Jenis validasi proses ini retrospektif diberlakukan dalam kegiatan penjaminan mutu di PT. Kalbe Farma, Tbk. Pada pelaksanaan validasi prospektif dan konkuren sendiri memerlukan tiga bets yang memenuhi syarat hasil validasi secara berturut-turut. PT. Kalbe Farma, Tbk. melaksanakan revalidasi berdasarkan RIV, yaitu tiga tahun sekali atau jika terjadi perubahan yang harus segera ditindaklanjuti dengan validasi. Dalam beberapa hal, validasi dilakukan pada keadaan terburuk untuk menjamin bahwa proses tersebut dapat diterima pada situasi yang ekstrim. Validasi proses untuk produk baru dilaksanakan setelah memperoleh formula yang optimal hasil pra-validasi oleh departemen R&D. Validasi pembersihan dilakukan terhadap mesin atau peralatan setelah digunakan untuk proses produksi produk tertentu atau pengambilan sampel bahan baku tertentu yang ditentukan berdasarkan analisis resiko. Tiap line produksi

92 77 memiliki berbagai macam mesin/alat yang dipakai untuk memproduksi berbagai macam produk dengan spesifikasi yang berbeda, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya satu mesin digunakan untuk lebih dari satu macam produk. Dalam kasus seperti inilah perlu dilakukan analisis risiko untuk menentukan prioritas produk mana yang perlu dilakukan validasi pembersihan. Validasi fasilitas dan sistem penunjang dilakukan terhadap sistem pemanas, ventilasi dan pendingin udara, sistem air, sistem kompresi udara, system pengumpul debu, sistem gas, sistem pabrik, listrik, fasilitas dan peralatan.

93 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. PT. Kalbe Farma, Tbk. telah menerapkan seluruh aspek Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), sehingga produk - produk yang dihasilkan diharapkan telah memenuhi standar keamanan, dan mutunya. b. Apoteker memiliki peranan yang penting dalam industri farmasi, Penerapan ilmu dan keterampilan apoteker secara total akan meningkatkan kualitas produk obat yang dihasilkan oleh industri farmasi akan semakin baik. 5.2 Saran a. Penerapan seluruh aspek CPOB harus terus dilakukan agar mutu produk yang dihasilkan konsisten dan terjaga. b. PT. Kalbe Farma Tbk. sebagai perusahaan Farmasi terbesar se-indonesia sebaiknya terus meningkatkan pemahaman setiap karyawannya akan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam kaitannya dengan bidang kerjanya dan secara mendasar. Pemahaman ini harus terus diperbaharui menyesuaikan dengan pembaharuan dari lembaga regulator yaitu Badan POM. 78

94 DAFTAR ACUAN Badan Pengawas Obat dan Makanan.(2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK Tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.(2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 Tentang Industri Farmasi. Jakarta. PT Kalbe Farma, Tbk. (2011)..LaporanTahunan Jakarta., PT. Kalbe Farma. PT. Kalbe Farma, Tbk.(2013a) Modul Initial Training.. Cikarang, PT. Kalbe Farma Tbk. PT. Kalbe Farma, Tbk.(2013b) Rencana Induk Validai. Cikarang, PT. Kalbe Farma Tbk. 79

95 LAMPIRAN

96 Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk. DIRECTION DIVISION DEPARTMENT BOARD OF DIRECTOR GRUOUP PRODUCTION PRODUCTION MANAGER MANAGER LOGISTIC MANAGER CEO-CORPORATE ENGINEER MANAGER QUALITY SYSTEM MANAGER DIRECTOR IN CHARGE PHARMACEUTICAL HEAD MANUFACTURING HEAD SITE HEAD KALBE PROJECT MANAGER PROCESS IMPROVEMENT MANAGER GROUP HEAD FINANCE & ACCOUNTING FINANCE & ACCOUNTING MANAGER GROUP HEAD HUMAN RESOURCES DEVELOPMENT PERSONEL MANAGER GENERAL AFFAIRS MANAGER QUALITY ASSURANCE MANAGER GROUP HEAD QUALITY OPERATION QUALITY OPERATION MANAGER QUALITY CONTROL MANAGER GROUP PURCHASING MANAGER GENERAL ITEM GROUP HEAD RESEARCH & DEVELOPEMENT GROUP PROCESS IMPROVEMENT MANAGER GROUP HEAD 80

97 81 Lampiran 2. Alur Pengembangan Produk Baru Corporate Marketing Other Sources New Product Ideas Ideas Compilation Product Evaluation - Trend of drug - Market size - Market growth - Trend of tech - Corporate police Product Recommendation New Product Program & Profile Outsourcing Licensing In House Development Product Development (R&D) New Product Launching Schedule

98 UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS KHUSUS LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M. H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI PERIODE 1 APRIL 30 MEI 2014 ANNUAL PRODUCT REVIEW (APR) TABLET XX TAHUN 2013 Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Apoteker RINA MEDIANA, S.Farm ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014

99 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR LAMPIRAN... v BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Mutu Pemastian Mutu Pengkajian Mutu Produk Annual Product Review (APR) Sebagai dasar pertimbangan apabila akan dilakukan perubahan spesifikasi Sebagai dasar pertimbangan apabila akan dilakukan perubahan prosedur atau kontrol Sebagai dasar pertimbangan apabila diperlukan validasi atau revalidasi Mengidentifikasi perbaikan produk atau peluang pengurangan biaya Konfirmasi perubahan sistem kontrol Mempersiapkan jika terjadi pengawasan dari pihak pengawas (BPOM) Sebagai media komunikasi untuk mengetahui status manajemen produk Annual Product Review (APR) di PT. Kalbe Farma, Tbk Ruang Lingkup (PT. Kalbe Farma., 2013) Tata Laksana (PT. Kalbe Farma., 2013) BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus Metode Pembuatan Annual Product Review BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Annual Product Review Tablet XX Tahun Review Tablet XX Tahun Deskripsi Produk Shelf Life Master Formula Status Validasi Stabilita Rework/Reproses Reject Ketidaksesuaian (Non Conformance) ii

100 iii Komplain Recall Rekomendasi BPOM Tren Analisis Tablet XX In Process Control (IPC) Produk Akhir (QC) KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN... 28

101 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Hasil uji IPC tablet XX PPI proses X2-XX Tabel 4.2. Hasil uji IPC iablet XX PPI proses X3-XX Tabel 4.3 Hasil uji IPC tablet XX PPI proses X3-XY Tabel 4.4. Hasil uji QC tablet XX PPI proses X2-XX Tabel 4.5. Hasil uji QC tablet XX PPI proses X3-XX Tabel 4.6 Hasil uji QC tablet XX PPI proses X3-XY iv

102 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Laporan Annual Product Review Tablet XX Lampiran 2 Hasil Analisis Stabilita Lampiran 3 Formulir Deviation Report Lampiran 4. Grafik tren analisis bobot individu produksi Lampiran 5. Grafik tren analisis bobot individu QC Lampiran 6. Grafik tren analisis kekerasan tablet QC v

103 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap industri farmasi harus menjamin obat yang diproduksi tidak hanya memiliki khasiat (efficacy), tetapi juga aman (safety) dan bermutu (quality). Industri farmasi di Indonesia harus menerapkan pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2012). CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu obat. CPOB memiliki 12 aspek umum yang berlaku untuk industri farmasi, mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu obat. Salah satu aspek dalam CPOB adalah manajemen mutu. Di dalam aspek manajemen mutu terdapat bagian pemastian mutu yang mencakup semua hal, baik secara tersendiri maupun secara kolektif yang akan mempengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2012). Pemastian mutu di dalamnya terdapat bagian pengkajian mutu produk secara berkala. Pengkajian mutu produk (Quality product review/qpr) atau yang sering disebut annual product review (APR) sudah diatur dalam bab 1 PIC/S GMP Guide for Medicinal Products sejak 1 Januari Pengkajian mutu produk ini telah diatur oleh regulator berbagai negara, termasuk FDA, EU, dan International Conference on Harmonization (ICH) (Health Science Authority, 2013). PT. Kalbe Farma, Tbk. merupakan salah satu industri farmasi di Indonesia yang bergerak di bidang farmasi, nutrisi, biofarma, eyecare, mesin kesehatan, distribusi dan logistik dan pelayanan kesehatan (PT. Kalbe Farma Tbk, 2011). PT. Kalbe Farma, Tbk. melakukan pemastian mutu produk secara berkala dikenal dengan nama Annual Product Review (APR). APR dibuat tahunan untuk semua produk obat yang dihasilkan di PT. Kalbe Farma, Tbk. dengan tujuan untuk melihat tren kualitas produk tahunan. Review dilakukan terhadap seluruh bets produk yang diproduksi dan rilis dalam periode 1 tahun, dimulai dari bulan Januari hinggadesember pada tahun 1

104 2 sebelumnya, untuk produk dengan ukuran minimal 10 batch (PT. Kalbe Farma, Tbk, 2010). Hal ini berarti review suatu produk pada tahun produksi tertentu dilakukan pada tahun berikutnya, dengan pertimbangan data-data yang dibutuhkan dalam pembuatan APR sudah dapat dilengkapi. Review meliputi variasi dari parameter kritis produk, komplain produk, produk kembalian, penyimpangan kualitas, pengerjaan ulang dan atribut kualitas lain dari produk (PT. Kalbe Farma, Tbk, 2010). Salah satu produk obat dari PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah tablet XX. Perlu dilakukan penyusunan APR (Annual Product Review) untuk melihat tren kualitas produk tersebut pada tahun Hasil review tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai dasar rekomendasi perbaikan j1ka hal tersebut diperlukan untuk tahun berikutnya. 1.2 Tujuan Tujuan pembuatan tugas khusus ini adalah: a. Memahami tata cara penyusunan Annual Product Review (APR) Mycoral tablet. b. Memperoleh tren kualitas produk Tablet XX tahun 2013 dan memberikan rekomendasi untuk tahun 2013.

105 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum di dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu Kebijakan Mutu, yang memerlukan partisipasi dan komitmen jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Diperlukan sistem Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar serta menginkorporasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu. Hal ini hendaklah didokumentasikan dan dimonitor efektivitasnya. (Badan POM RI, 2012) Unsur dasar manajemen mutu adalah (Badan POM RI, 2012): a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya. b. Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (jasa pelayanan) yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu. 2.2 Pemastian Mutu Pemastian mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan mempengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat yang dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Pemastian Mutu mencakup CPOB ditambah 3

106 4 dengan faktor lain di luar pedoman CPOB, seperti desain dan pengembangan produk. (Badan POM RI, 2012) 2.3 Pengkajian Mutu Produk Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses. Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang sebelumnya (Badan POM RI, 2012). Industri farmasi hendaklah melakukan evaluasi terhadap hasil kajian, dan suatu penilaian hendaklah dibuat untuk menentukan apakah tindakan perbaikan dan pencegahan ataupun validasi ulang perlu dilakukan. Prosedur manajemen hendaknya tersedia di industri farmasi, untuk manajemen dan pengkajian aktivitas yang sedang berlangsung serta efektivitas prosedur tersebut yang diverifikasi pada saat inspeksi diri. Bila dapat dibenarkan secara ilmiah, pengkajian mutu dapat dikelompokkan menurut jenis produk, misalnya sediaan padat, sediaan cair, produk steril dan lain-lain. 2.4 Annual Product Review (APR) Annual Product Review (APR) adalah laporan terstruktur dan menyeluruh berisi semua data mengenai proses produksi, sistem analisis, stabilita, pengaduan, perubahan, sistem deviasi, recall dan data pelanggan yang dikaitkan dengan produk farmasi untuk memantau kualitas dari produk tersebut dan meningkatkan kualitasnya, apabila diperlukan. Pihak yang bertanggung jawab dalam persiapan, koordinasi dan pelaksanaan APR adalah Departemen QA (Quality Assurance). Departemen ini bertanggung jawab terhadap keseluruhan proses koordinasi dan administrasi APR, yaitu menjamin bahwa laporan dikeluarkan pada waktu yang tepat setelah dilakukan pengumpulan data, analisis terhadap masalah yang timbul, dan

107 5 pengkajian kembali data sebelum proses akhir dari masing-masing item yang diikutsertakan dalam APR. Selain itu, QA bertanggung jawab terhadap penyusunan dan pemeriksaan dokumen APR dengan memastikan bahwa semua departemen telah mengirimkan data yang diperlukan pada batas waktu yang telah ditentukan. APR harus dilakukan untuk setiap produk komersial. Tujuan dari pembuatan APR ini adalah untuk memverifikasi konsistensi dari proses manufaktur, menilai tren, menentukan kebutuhan untuk perubahan spesifikasi, produksi, manufaktur dan atau pengendalian prosedur dan mengevaluasi kebutuhan untuk revalidasi. APR di satu sisi berfungsi sebagai "validasi berkelanjutan" dan di sisi lain, data dan hasil yang diperoleh merupakan pra-syarat penting untuk perbaikan produk dalam menjaga kestabilannya untuk keseluruhan batch. Pada prinsipnya, standar kualitas produk harus di evaluasi minimal 1 tahun sekali berdasarkan spesifikasi yang ada. (FDA, 2013) Pengkajian kualitas produk secara berkala sedikitnya haus terdiri dari (Health Science Authority, 2013): a. Review dari bahan baku dan bahan kemas. b. Review parameter kritis IPC dan hasil produk jadi. c. Review seluruh batch yang tidak memenuhi spesifikasi lengkap beserta investigasinya d. Review seluruh penyimpangan yang signifikan, investigasi terkait, dan efektivitas dari aksi preventif dan korektif yang dilkakukan e. Review semua perubahan yang terjadi dalam proses atau metode analisis f. Review dari variasi autorisasi marketing yang disubmit/diterima, ditolak, termasuk negara ketiga (untuk eksport) g. Review hasil monitoring stabilitas h. Review produk retur terkait kualitas, complain, recall, dan investigasi yang dilakukan i. Review aksi korektif atas penyimpangan proses atau peralatan produk sebelumnya j. Untuk autorisasi pemasaran dan variasi autorisasi pemasaran, review komitmen post-marketing

108 6 k. Kualifikasi status perlengkapan dan utilitis kritis, contoh HVAC, air, compressed gases, etc l. Review persetujuan teknis untuk memastikan up to date Dokumen yang diperlukan untuk melaksanakan pengkajian produk tahunan (FDA, 2013): a. Instruksi manufaktur dan prosedur kemasan b. Batch catatan produksi dan catatan kemasan batch c. Prosedur uji d. Sertifikat analisis dan protokol uji e. Uji protokol untuk bahan baku f. Rencana sampling dan laporan g. Dokumen modifikasi h. Data penyimpangan 1. Keluhan dan recalls 2. Data Stabilitas Pelaksanaan Annual Product Review (APR) diharapkan memiliki manfaat yang besar bagi industri farmasi yang melakukannya, diantaranya (FDA, 2013): Sebagai dasar pertimbangan apabila akan dilakukan perubahan spesifikasi Selama pengkajian data produk pada jangka waktu tertentu, akan ditemukan titik terang berupa alasan yang tepat perlunya perubahan spesifikasi produk, contoh: jika selama APR ditemukan bahwa banyak tablet yang dikompres tidak memenuhi spesifikasi kelembaban tertentu, hal ini mengindikasi bahwa perubahan spesifikasi diperlukan. Tentunya, perubahan spesifikasi harus ditinjau terhadap persyaratan kualitas produk dan proses. Selain itu, jika nilai kelembaban meningkat, maka hal ini merupakan penyimpangan hasil validasi batch tertentu. Sehingga, diperlukan pemeriksaan untuk menentukan diantara parameter (proses, bahan baku, atau prosedur) manakah yang telah mengalami perubahan Sebagai dasar pertimbangan apabila akan dilakukan perubahan prosedur atau kontrol Contoh fungsi ini adalah jika ditemukan beberapa kesalahan proses yang terjadi selama setahun karena operator pelaksana yang tidak benar dalam mengatur

109 7 suhu pendinginan saat formulasi, maka perubahan prosedur diperlukan, seperti adanya pengaturan suhu dilakukan dua kali untuk proses verifikasi atau perubahan kontrol terhadap instrumen yang digunakan dalam pengukuran suhu. Idealnya, penyimpangan tersebut harus sudah teridentifikasi di awal pada saat proses inspeksi. Namun, hal ini baru terlihat ketika proses pengkajian tahunan, karena pada saat inspeksi produk yang dihasilkan belum ada, sehingga belum bisa dilihat perbedaan yang signifikan antara produk batch yang satu dengan yang lain. Inilah suatu kelebihan dari Annual Product Review (APR) yaitu mampu mengidentifikasi perbedaan hasil secara keseluruhan akibat penyimpangan awal yang tidak terdeteksi Sebagai dasar pertimbangan apabila diperlukan validasi atau revalidasi Jika data menunjukkan bahwa proses atau produk tidak lagi secara konsisten mencapai hasil yang ditentukan, atau dihasilkan data yang tidak sesuai, maka diperlukan adanya revalidasi. Contoh: jika data Annual Product Review (APR) menyatakan bahwa 7 dari 34 batch produk ditolak karena potensinya rendah, maka revalidasi perlu dilakukan. Dengan adanya Annual Product Review (APR) tercipta sebuah sistem yang efektif yang bisa mendeteksi kegagalan lebih cepat dan memberikan rekomendasi yang tepat, karena langsung diketahui 7 batch ditolak, berbeda kasusnya jika hanya ditemukan satu batch pada satu waktu, sulit untuk mengambil rekomendasi yang sesuai Mengidentifikasi perbaikan produk atau peluang pengurangan biaya Contoh dari kasus ini adalah jika sejumlah produk cairan beragam, kemudian dilakukan sampling pada bagian awal, tengah, dan akhir untuk mengukur potensinya. Data Annual Product Review (APR) menyatakan bahwa variasi dari sampel diabaikan, dan hasilnya konsisten maka pengurangan dalam pengujian sampling di titik-titik tertentu untuk cairan tunggal dapat dilakukan. Tentunya, dengan persetujuan pengaturan yang tepat. Dengan begitu, akan terlintas adanya peluang pengurangan biaya pada sampling, dan data Annual Product Review (APR) yang telah disusun dapat berfungsi sebagai fakta pendukung.

110 Konfirmasi perubahan sistem kontrol Perubahan kontrol adalah proses yang diperlukan untuk mengkaji keseluruhan perubahan untuk memastikan bahwa perubahan tidak memiliki dampak merugikan terhadap operasi atau validasi peralatan atau proses. Dalam setahun, dimungkinkan telah terjadi banyak perubahan kecil, namun, diperkirakan tidak berdampak besar terhadap proses atau produk. Namun, jika dikumulatifkan sejumlah perubahan kecil tersebut dapat disetarakan dengan perubahan besar. Maka dari itu, penggunaan Annual Product Review (APR) menyediakan fasilitas untuk melihat produk dan proses dengan "mata elang" sehingga bisa mendeteksi efek kumulatif negatif Mempersiapkan jika terjadi pengawasan dari pihak pengawas (BPOM) Kebanyakan pihak pengawas meminta rangkuman data dari satu atau lebih produk. Jika data ini belum ada, seperti belum tersedia dalam Annual Product Review (APR), maka akan memerlukan banyak waktu untuk mengumpulkan informasi mengenai data tersebut. Data pada Annual Product Review (APR) ini dapat dijadikan antisipasi apabila dilakukan proses pengawasan atau audit yang mendadak dari pihak BPOM atau pihak pengawas lainnya Sebagai media komunikasi untuk mengetahui status manajemen produk CPOB menyatakan bahwa proses produksi yang baik diperlukan untuk menjamin produk yang dihasilkan aman, berkualitas, dan berkhasiat. Sehingga, APR (Annuual Product Review) ini bisa dimanfaatkan sebagai media komunikasi yang merangkum status manajemen setiap produk baik atau tidak, termasuk hal-hal penting (titik kritis produksi) yang memerlukan koreksi. 2.5 Annual Product Review (APR) di PT. Kalbe Farma, Tbk Sistem dokumen di PT. Kalbe Farma, Tbk. terdiri dari 4 level, yaitu (PT. Kalbe Farma, Tbk., 2012): a. Dokumen level 1 Dokumen level 1 dikenal dengan istilah Company Manual (CM). CM berisi

111 9 kebijakan yang menggambarkan tujuan perusahaan dalam menjalankan bisnis bersama fungsi-fungsi dan aktivitas di dalamnya. b. Dokumen level 2 Dokumen level 2 dikenal dengan istilah Company Procedure (CP). CP menggambarkan aktivitas yang dilakukan di dalam perusahaan dan bagaimana aktivitas tersebut dilaksanakan. c. Dokumen level 3 Dokumen level 3 dikenal dengan istilah Support Document (SD). SD merupakan dokumen yang mendukung pelaksanaan dokumen level 2, menjelaskan aktivitas secara detail dalam urutan langkah dan sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas. Contoh dokumen level 3: a. Prosedur Tetap (Protap) b. Prosedur Pengolahan/Pengemasan Induk (PPI) c. Formula Dasar (FD) d. Metode Analisis (MA) e. Profil Kualitas (PK) f. Kartu Sampling (KS) g. Job Description (JD) h. Protokol Validasi i. Site Master File (SMF) j. Rencana Induk Validasi (RIV) k. Dokumen Eksternal l. Dokumen lain untuk pedoman kerja d. Dokumen level 4 Dokumen level 3 dikenal dengan istilah Company Record (CR). CR berupa formulir, check list atau lembar kerja yang digunakan untuk diisi dengan data dalam pengerjaan di lapangan. Annual Product Review (APR) termasuk ke dalam dokumen level 3 yang dikenal dengan istilah Support Document (SD). Pembuatan APR di PT. Kalbe Farma, Tbk. diatur oleh sebuah Prosedur Tetap (Protap). Tujuan penyusunan APR

112 10 adalah untuk melihat tren kualitas produk tahunan (mencakup kapabilitas, ketangguhan proses dan formula, spesifikasi/parameter produk, stabilita dan waktu daluarsa, ada komplain/tidak,dan sebagainya) sehingga dapat menjadi acuan langkah-langkah selanjutnya, seperti contoh: perbaikan formula, parameter proses, dan lainnya (PT. Kalbe Farma, Tbk, 2013). Tanggung jawab dalam penyusunan APR berada pada (PT. Kalbe Farma., 2013): a. QA Officer bertanggung jawab mengkoordinasi pengumpulan data yang diperlukan untuk melakukan review produk dan membuat tren analisis, kesimpulan hasil review dan membuat rekomendasi untuk perbaikan serta menyiapkan rangkuman APR untuk direview. b. Inspektor QA bertanggung jawab mengumpulkan dan menginput data yang diperlukan ke dalam format yang ditentukan dan mendokumentasikan hasil review mengumpulkan dan menginput data Validation Manager bertanggung jawab untuk mereview dan bertanggung jawab terhedap penyusunan APR. c. QA Manager, QC Manager, Process Dev. Manager/Deputi Director RnD Pharma dan Production Manager bertanggung jawab melakukan review terhadap hasil APR dan menyetujui hasil review APR Ruang Lingkup (PT. Kalbe Farma., 2013) a. Review dilakukan terhadap seluruh batch produk yang diproduksi daam periode 1 tahun (dimulai dari bulan Januari sampai Desember pada tahun sebelumnya) di PT. Kalbe Farma-Cikarang. b. Review meliputi: variasi dari parameter kritis produk, komplain produk, komplain produk, produk kembalian, penyimpangan kualitas, pengerjaan ulang dan atribut kualitas lain dari produk, seperti nama dan status alat yang diguanakan.. c. Review mencakup aktivitas dari pengumpulan data, pengolahan data, pembuatan laporan, penyimpulan hasil review, serta follow up tindakan perbaikan yang akan dilakukan berikut dokumentasinya. d. Aspek atau data yang harus dikumpulkan, dirangkum, dan dilakukan review untuk menyusun laporan APR meliputi:

113 11 a. Deskripsi produk mencakup pemerian, wadah dan kemasan (QC). b. Identitas formula dan kemasan yang digunakan beserta perubahannya (QC) c. Jumlah dari semua batch yang diproduksi. d. Shelf life (An. Dev) e. Jumlah (%) produk diproses ulang (QA) f. Jumlah (%) produk ditolak (QA) g. Metode analisis yang digunakan dan perubahannya (QC) h. Status validasi dari proses dan metoda analisis (QA & An. Dev). i. Keluhan pelanggan terhadap produk (QA) j. Penarikan kembali obat jadi (QA) k. Ketidaksesuaian (Non Conformance) selama proses (QA) l. Hasil audit Badan POM (QA) m. Stabilita untuk jenis formula yang berlaku (QA) n. Rekomendasi APR tahun sebelumnya o. Data proses dan produk yang tercantum dalam Catatan Produksi Batch, yang meliputi: a) Data Bahan aktif dan Bahan Pengemas yang digunakan pada masingmasing batch b) Data parameter kritis proses (termasuk hasil pemantauan lingkungan selama proses, dan variable lain yang mempengaruhi proses) c) Data hasil pengujian selama ln Process Control d) Data hasil analisa QC e) Data rendemen (meliputi rendemen proses dan rendemen kemas) f) Data melekat pada CPB mengenai perubahan terhadap proses dan spesifikasi produk (meliputi: Kontrol Perubahan Proses, Formulir Produk Bermasalah, Perubahan Pesyaratan Produk, Formulir Usulan Pengerjaan Ulang) Tata Laksana (PT. Kalbe Farma., 2013) Inspektor QA melakukan input data yang dibutuhkan untuk penyusunan laporan APR berdasarkan daftar entry batch APR. Data yang diinput adalah sebagai berikut:

114 12 a. Input data hasil pengujian QC b. Input data nilai bobot tablet inti/tablet filco/kapsul/dry sirup/ semisolid atau volume QC c. Input data nilai bobot tablet inti/tablet filco/kapsul/dry sirup/ semisolid atau volume IPC yang dilakukan oleh produksi d. Untuk parameter yang berkaitan dengan waktu (contoh: waktu hancur) perhatikan satuan yang diminta pada syarat (biasanya dalam menit). Sebelum nilai diinput, lakukan konversi detik-menit dari nilai waktu hancur yang tercantum dalam lembar periksa. e. Kondisi yang tidak diinginkan di set dengan memasukan syarat dari nilai data yang sudah di blok, kemudian pada format pilih font color merah sehingga nilai yang berada di luar spesifikasi yang ditetapkan akan berwarna merah. f. Lakukan input data identitas produk dan beri judul PRODUCT REVIEW. Product review ini terbagi menjadi 3 bagian, yaitu General (terdir atas tanggal penimbangan,manufacturing date, daluwarsa, no. PPI 2, no PPI 3, serta kode bahan zat aktif dan wadah), Produksi(data IPC dan rendemen), Others (meliputi Deviation Report, PPP, dan FUFU) template dapat dilihat pada Lampiran 3. Setelah inspektor QA melakukan input data maka QA Supervisor melakukan hal sebagai berikut: a. Seluruh data yang ada dikumpulkan, dirangkum dan direview untuk menyusun Trend Analysis Product data sesuai yang dimasukan. b. Verifikasi terhadap hasil input data untuk menjamin data yang diinput sudah benar dan lengkap, dengan cara melakukan verifikasi terhadap data yang keluar dari spesifikasi (penyimpangan), menunjukan kecenderungan tertentu (perbedaan nilai batch yang jauh yang dapat terlihat dari grafik peta kendali) c. Menyusun dan mengisi Laporan APR. Laporan APR (Lampiran 1) terdiri dari lembar Cover, Daftar isi, Review, Trend Analysis (untuk setiap nomor PPI), Product Review, Lampiran-lampiran (Deviation Report, Data Stablilita) Pengisian halaman Review dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Rekomendasi APR: diisikan dengan masukan/rekomendasi APR dari tahun sebelumnya

115 13 b. Deskripsi Produk a) Pemerian: diisi dengan deskripsi sediaan yaitu bentuk sediaan, ukuran, dan karakteristik lain dari sediaan b) Kemasan: diisi dengan deskripsi wadah (kemasan primer produk) yaitu bahan wadah, warna, satuan wadah yang digunakan dan karakteristik lain dari wadah, dan deskripsi kemasan yaitu bahan kemas, warna, satuan kemasaan yang digunakan dan karakteristik lain dari kemasaan. c. Shelf life: diisi dengan shelf life produk a) No. PPI Proses (jumlah batch) diisi dengan kode formula yang digunakan beserta jumlah batch yang menggunakan kode formula tersebut, dan deskripsi perubahan proses bila terdapat perubahan No. PPI b) No. PPI Kemas (Jumlah Batch) diisi dengan kode kemas yang digunakan beserta jumlah batch dan kode produk yang menggunakan kode kemas tersebut, dan deskripsi perubahan proses bila terjadi perubahan PPI d. No. MA diisi dengan No. MA yang digunakan beserta tanggal berlaku dan perubahan isi MA jika terdapat lebih dari MA yang digunakan. e. Bahan Baku Zat Aktif dan wadah diisi dengan review menggunakan bahan baku zat aktif dan wadah yang digunakan f. Status Validasi g. Validasi Proses: diisi dengan status validasi proses terhadap kode formula yang digunakan. Jika terdapat beberapa kode formula, maka dicantumkan status validasinya serta justifikasinya jika beberapa kode formula menggunakan status validasi yang sama Contoh penulisan: Valid tahun 2011 (Konkuren) no. PPI h. Validasi metode analisis diisi dengan status validasi MA yang digunakan, jika terdapat perubahan MA yang digunakan, dicantumkan juga status validasinya. i. Stabilita: diisi dengan BN stabilita terhadap kode formula yang digunakan dan review hasil stabilita. Data stabilita dilampirkan. j. Rework/Reposes: diisi dengan BN produk yang diproses ulang, dan penyebab rework/reproses k. Reject: diisi dengan BN produk yang diproses ulang dan penyebab reject l. Non Conformance: diisi dengan penjelasan setiap penyimpangan yang terjadi

116 14 selama proses, dapat meliputi ketidaksesuaian terhadap prosedur, perubahan spesikasi produk, dan reproses m. Komplain: diisi dengan keterangan keluhan pelanggan terhadap produk n. Penarikan kembali: diisi dengan keterangan penyebab penarikan kembali produk o. Rekomendasi BPOM: diisi dengan keterangan follow up hasil audit Balai POM p. Registrasi: diisi dengan keterangan mengenai submit dokumen registrasi baru atau variasi yang dilakukan terhadap produk termasuk registrasi produk ekspor q. Komitmen Registrasi: diisi dengan status mengenai komitmen registrasi, daftar komitmen dan status dilampirkan r. Summary of Evaluation : diisi dengan kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan evaluasi terhadap produk untuk menggambarkan ketangguhan produk s. Rekomendasi : berisi tentang follow up action yang harus diambil untuk memperbaiki ketidaksesuaian selama proses dan memeperbaiki kestabilan dan kapabilitas proses. Rekomendasi ini menjadi bahan rekomendasi sebelumnya. Trend Analysis Product dibuat terhadap parameter kritis proses serta data hasil pengujian selama In Process Control dan hasil pengujian QC. Analisis statistika digunakan untuk melihat kestabilan data, menggunakan peta kendali dan pemenuhan kualitas produk terhadap spesifikasi produk(berdasarkan nilai Ppk dan Cpk. Analisa statistika dibuat untuk produk denganjumlah BN 10 (PT. Kalbe Farma., 2013). Analisis statistika menggunakan minitab, dilakukan hanya terhadap parameter bobot, volume, kekerasan tablet serta torque, sedangkan parameter lainnya hanya dibuatkan control chart untuk mengetahui tren. Berdasarkan hasil analisa statistik yang dilakukan dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai proses (nilai Ppk dan Cpk) dengan interpretasi nilai kapabilita proses sebagai berikut (PT. Kalbe Farma., 2013): a. Cpk > 1.3 Jika terjadi peningkatan variasi di masa mendatang, kecil kemungkinannya menyimpang dari spesifikasi.

117 15 b. 1.1< Cpk < 1.3 Kondisi ideal, variasi dalam batas yang diijinkan. c. 1.0 < Cpk < 1.1 Perubahan sedikit dalam proses produksi mengakibatkan munculnya penyimpangan. d. 0.9 < Cpk < i.0 Produk cacat (penyimpangan produk) kadangkala muncul, proses harus diperiksa lebih ketat untuk mengeliminasi cacat atau penyimpangan. e. Cpk< 0.9: Produk cacat (penyimpangan produk) terjadi secara teratur, proses tak terkontrol harus diperiksa bagaimana proses kerja, atau design spesifikasi perlu ditinjau ulang. f. Ppk < 1.00: Performa proses tidak baik. Produk tangguh adalah produk yang memenuhi kriteria dibawah ini, yaitu: a. Produk yang tidak ditemukan penyimpangan selama proses produksi yang menunjukkan ketidakkonsistenan proses. b. Produk yang menunjukkan kapabilita proses (pemenuhan terhadap spesifikasi) yang baik, yang dapat dilihat dari tidak terdapatnya hasil IPC dan Final Testing yang keluar dari spesifikasi awal (tidak terdapat perubahan spesifikasi), nilai Ppk (data harus terdistribusi normal) > 1.0 dan nilai Cpk (data harus terdistribusi normal dan data stabil) > 1.0. Laporan Annual Product Review tetap dilakukan terhadap produk yang jumlah batch produksinya < 10 batch selama 1 tahun dengan jumlah batch yang ada namun analisa statistik terhadap parameter bobot, volume, kekerasan, serta torque tidak dilakukan. (PT. Kalbe Farma., 2013) Evaluasi dan kesimpulan dibuat berdasarkan data-data penunjang dan trend analysis Product untuk memperoleh profil kualitas produk tahunan secara keseluruhan yang kemudian menjadi Laporan Annual Product Review. Kesimpulan yang diambil adalah profil kualitas produk memenuhisdyarat jika produk

118 16 memenuhi spesifikasi dan tidak ditemukan penyimpangan selama proses produksi yang menunjukan ketidakkonsistenan proses. Jika nilai Ppk atau Cpk hasil analisa statistik belum menunjukan kapablita proses yang baik dapat dibuatkan rekomendasi atau CPAR. (PT. Kalbe Farma., 2013)

119 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus Tugas khusus dilaksanakan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker pada periode 1 April 30 Mei 2014 di Departemen Quality Assurance (QA), PT. Kalbe Farma, Tbk. yang berlokasi di jalan M. H. Thamrin Blok A1-3, kawasan industri Delta Silicon, Lippo Cikarang, Bekasi. 3.2 Metode Pembuatan Annual Product Review Urutan langkah dalam pembuatan Annual Product Review tablet XX yaitu: 1. Pengumpulan data tablet XX tahun Pengumpulan data untuk pembuatan APR (Annual Product Review) dilakukan dengan melihat hasil analisis pada proses produksi dan QC (Quality Control) yang terdapat pada batch record dari periode Januari hingga Desember Pengolahan data. Data untuk parameter kritis yang diperoleh seperti bobot tablet, kekerasan tablet, tebal tablet, friability tablet, waktu hancur tablet, penetapan kadar Ambroxol, laju disolusi rata-rata tablet. Data diolah dengan menggunakan perangkat lunak berlisensi MINITAB Penyusunan laporan Annual Product Review tablet XX tahun Penyusunan APR tablet XX mencakup: a. Review. b. Tren analisis tablet XX QC. c. Tren analisis produksi tablet XX. d. Product review. e. Laporan uji stabilita. f. Deviation report. g. Pembahasan Hasil 17

120 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Annual Product Review Tablet XX Tahun 2013 Annual Product Review di PT. Kalbe Farma, Tbk. Berada di bawah tanggung jawab Departemen Quality Assurance (QA). APR dibuat dengan cara menganalisa dan mereview data-data dari Batch Record produk-produk yang telah rilis suatu produk selama 1 tahun (mulai bulan Januari sampai Desember). Catatan Bets atau Batch Record berisi Prosedur Pengolahan & Pengemasan Induk (PPI) yang sudah diisi produksi, laporan hasil analisa QC, dan lampiran yang terkait dengan proses produksi, seperti deviation report bila ada. Laporan APR (Lampiran 1) terdiri dari lembar Cover, Daftar isi, Review, Trend Analysis (untuk setiap kode formula), Product Review, serta Lampiranlampiran seperti data stabilita (Lampiran 2) dan Deviation Report (Lampiran 3). 4.2 Review Tablet XX Tahun Deskripsi Produk a. Pemerian Tablet XX Tablet Bulat shallow Convex, diameter 8mm, warna salem (kuning krem), satu sisi bergaris tengah lurus, sisi lain beremboss "KALBE b. Kemasan Kode Kemas 1 Wadah: Strip dengan Foil perak bertuliskan XX warna orange dan foil polos perak yang sudah ada BN, ED, dan HET. Tiap strip berisi 10 Tablet. Tablet Bulat shallow Convex, diameter 8mm, warna salem (kuning krem), satu sis bergaris tengah lurus, sisi lain beremboss "KALBE Kode Kemas 2 Wadah : Strip dengan Foil perak bertuliskan XX warna orange dan foil polos perak yang sudah ada BN, MD dan ED. Tiap strip berisi 10 Tablet. Tablet 18

121 19 Bulat shallow Convex, diameter 8mm, warna salem (kuning krem), satu sis bergaris tengah lurus, sisi lain beremboss "KALBE Kemasan: 1 box terdiri dari 5 strip x 10 tablet Shelf Life Shelf life XX tablet 2 tahun Master Formula Untuk PPI proses, ada 3 PPI yang digunakan selama tahun produksi Proses dari ketiga PPI yang digunakan secara umum sama, namun terdapat beberapa perbedaan atau perubahan. PPI X2-XX terdapat perubahan mesin ayak granul dari Fitzmill menjadi Quadrocomill dari PPI sebelumnya. PPI X3-XX merupakan PPI yang menggantikan PPI X2-XX terdapat penggantian pelarut binder, mengubah alkohol (XXX) menjadi aqua purificata (XXXX), dan menambah Colloidal Sillicone Dioxide 200 (XXXX). PPI yang ketiga adalah PPI X3-XY, PPI versi terbaru dari PPI X3-XX dengan perubahan jumlah aqua purificata, parameter granulasi, dan syarat LOD granul, dan syarat berat granul kering. PPI kemas pada tahun produksi 2013 menggunakan 2 Kode PPI kemas. Kode kemas pertama untuk pemasaran di dalam negeri, kode kemas 2 untuk ekspor ke luar negeri Status Validasi Telah dilakukan validasi konkuren terhadap Tablet XX dengan hasil valid Stabilita Hasil uji stabilita yang dilakukan terhadap Tablet XX menunjukkan bahwa produk tersebut stabil, baik pada uji stabilita jangka panjang maupun uji stabilita dipercepat. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian hasil uji dengan persyaratan yang telah ditetapkan Rework/Reproses Tidak ada produk Tablet XX yang rework/reproses selama tahun produksi 2013.

122 Reject Tidak ada produk Tablet XX yang mengalami reject selama tahun produksi Ketidaksesuaian (Non Conformance) Ketidaksesuaian (Non Conformance) yang ada ditampilkan pada Deviation Report. Produk XX PPI X3-XX dan X3-XY memiliki persentase konformitas sebesar 28,57%. Ketidaksesuaian yang ada meliputi kekerasan tablet yang tidak memenuhi syarat, perubahan syarat parameter kritis, perubahan proses yang tidak sesuai dengan PPI Komplain Tidak ada komplain terhadap Tablet XX pada tahun produksi Recall Tidak ada produk Tablet XX yang mengalami recall selama tahun produksi Rekomendasi BPOM Tidak ada rekomendasi BPOM terhadap Tablet XX. 4.3 Tren Analisis Tablet XX Tren analisis pada tablet XX dibuat untuk masing-masing nomor PPI proses. Tren analisis dilakukan terhadap parameter-parameter kritis seperti bobot individu tablet, kekerasan tablet, waktu hancur, friabilita, penetapan kadar dan disolusi, baik pada proses pemeriksaan IPC (produksi) dan QC. Pembuatan APR menggunakan analisis statistik peta kendali (control chart) dan kapabilitas proses (Process Capability Study) menggunakan program MINITAB dalam proses analisisnya. Analisa statistik dengan MINITAB dibuat hanya untuk parameter-parameter sebagai berikut: a. Bobot individu (Produksi) b. Bobot Individu (QC) c. Kekerasan tablet (QC)

123 21 Sedangkan parameter-parameter lainya hanya dilakukan Trend Analysis saja. Peta kendali terdiri dari grafik-grafik yang dibuat untuk melihat apakah suatu kejadian memiliki pengaruh terhadap proses. Sedangkan kapabilitas proses dapat memberikan gambaran apakah proses yang sedang berjalan memenuhi spesifikasi atau tidak. Follow up akan diberikan dengan mengacu tren analisis yang diberikan. Tren analisis ini pun akan disimpulkan dan dijadikan patokan untuk dibuat Rekomendasi tahun Hasilnya dikatakan terkendali jika semua titik berada dalam rentang UCL (Upper Control Limit) dan LCL (Lower Control Limit). Peta kendali Xbar pada grafik analisis kapabilitas menunjukkan variasi bobot tablet antar batch. Apabila semua titik data berada di antara UCL dan LCL mengindikasikan kestabilan bobot tablet XX dari batch yang diproduksi selama tahun Peta kendali S menggambarkan nilai deviasi bobot individu tablet XX intra batch mengindikasikan kestabilan nilai bobot tablet dalam satu batch In Process Control (IPC) a. PPI proses X2-XX (20 bets) Tabel 4.1 Hasil uji IPC tablet XX PPI proses X2-XX No. Parameter Kritis Syarat Hasil Uji Keterangan 1. Bobot tablet mg mg Memenuhi persyaratan 2. Kekerasan tablet 4-10 Kp 6-9,5 Kp Memenuhi persyaratan 3. Waktu hancur 8 menit 1,17 3 menit Memenuhi persyaratan 4. Tebal tablet 3,3 3,45 mm 3,30 3,45 mm Memenuhi persyaratan 5. Friability tablet 0,5% 0,00 0,30% Memenuhi persyaratan Analisa kapabilitas untuk bobot individu tablet menunjukan nilai Ppk = 2,75 dan nilai Cpk = 2,8. Nilai Ppk menunjukkan performa proses saat ini baik dan nilai Cpk menunjukkan jika terjadi peningkatan variasi di masa mendatang, kecil kemungkinannya menyimpang dari spesifikasi yang ditetapkan. Namun P <0,05 data tidak dapat menggambarkan performa proses karena data tidak terdistribusi

124 22 normal (ransformasi Johnson tidak dapat dilakukan). Sebaran data belum bersifat normal sehingga perlu dilakukan review terhadap setting mesin pencetakan (PIC: Produksi). Grafik dapat dilihat pada Lampiran 4, Gambar 4.1. b. PPI proses X3-XX (9 bets) Tabel 4.2. Hasil uji IPC tablet XX PPI proses X3-XX No. Parameter Kritis Syarat Hasil Uji Keterangan 1. Bobot tablet mg mg Memenuhi persyaratan 2. Kekerasan tablet 4-12 Kp 6,0-11,0 Kp Memenuhi persyaratan 3. Waktu hancur 8 menit 1-2 menit Memenuhi persyaratan 4. Tebal tablet 3,3 3,45 mm 3,31 3,45 mm Memenuhi persyaratan 5. Friability tablet 0,5% 0 0,13% Memenuhi persyaratan Analisa kapabilitas untuk bobot individu tablet menunjukan nilai Ppk = 2,47 dan nilai Cpk = 2,5. Nilai Ppk menunjukkan performa proses saat ini baik dan nilai Cpk menunjukkan jika terjadi peningkatan variasi di masa mendatang, kecil kemungkinannya menyimpang dari spesifikasi yang ditetapkan. Namun P <0,05 data tidak dapat menggambarkan performa proses karena data tidak terdistribusi normal (Transformasi Johnson tidak dapat dilakukan). Sebaran data belum bersifat normal sehingga perlu dilakukan review terhadap setting mesin pencetakan (PIC: Produksi). Grafik dapat dilihat pada Lampiran 4, Gambar 4.2. c. PPI proses X3-XY (6 bets) Tabel 4.3 Hasil uji IPC tablet XX PPI proses X3-XY No. Parameter Kritis Syarat Hasil Uji Keterangan 1. Bobot tablet mg mg Memenuhi persyaratan 2 Kekerasan tablet 4-12 Kp 5-10 Kp Memenuhi persyaratan 3. Waktu hancur tablet 8 menit 1-3 menit Memenuhi persyaratan 4. Tebal tablet inti 3,30-3,45 mm 3,3-3,45 mm Memenuhi persyaratan 5 Friability tablet 0,5% 0,0-0,37 % Memenuhi persyaratan

125 23 Analisa kapabilitas untuk bobot individu tablet menunjukan nilai Ppk = 1,9 dan nilai Cpk = 1,93. Nilai Ppk menunjukkan performa proses saat ini baik dan nilai Cpk menunjukkan jika terjadi peningkatan variasi di masa mendatang, kecil kemungkinannya menyimpang dari spesifikasi yang ditetapkan. Namun P <0,05 data tidak dapat menggambarkan performa proses karena data tidak terdistribusi normal (Transformasi Johnson tidak dapat dilakukan). Sebaran data belum bersifat normal sehingga perlu dilakukan review terhadap setting mesin pencetakan (PIC: Produksi). Grafik dapat dilihat pada Lampiran 4, Gambar Produk Akhir (QC) a. PPI proses X2-XX (20 bets) Tabel 4.4. Hasil uji QC tablet XX PPI proses X2-XX No. Parameter Kritis Syarat Hasil Uji Keterangan 1. Bobot tablet mg mg Memenuhi persyaratan 2. Kekerasan tablet inti 4-10 Kp 5,14-8,99 Kp Memenuhi persyaratan 3. Penetapan kadar % ,5% Memenuhi persyaratan 4. Waktu hancur tablet 8 menit 0,93-4,8 menit Memenuhi persyaratan 5. Laju disolusi rata-rata 30 menit 80 % % Memenuhi persyaratan 6. Konformitas AV 15% 1,8-9,% Memenuhi persyaratan Analisa kapabilitas untuk bobot individu nilai Ppk = 1,9 dan nilai Cpk = 1,92. Nilai Ppk menunjukkan performa proses saat ini baik dan nilai Cpk menunjukkan jika terjadi peningkatan variasi di masa mendatang, kecil kemungkinannya menyimpang dari spesifikasi yang ditetapkan. Namun P < 0,05 sehingga data tidak dapat menggambarkan performa proses karena data tidak terdistribusi normal (Transformasi Johnson tidak dapat dilakukan). Sebaran data belum bersifat normal sehingga perlu dilakukan review terhadap setting mesin pencetakan (PIC: Produksi). Grafik dapat dilihat pada Lampiran 5, Gambar 4.4.

126 24 Analisa kapabilitas untuk kekerasan tablet nilai Ppk = 1,18 dan nilai Cpk = 1,98 Nilai Ppk menunjukkan performa proses saat ini tidak baik dan nilai Cpk kurang dari 1,98 menunjukkan jika terjadi peningkatan variasi di masa mendatang, kecil kemungkinannya menyimpang dari spesifikasi yang ditetapkan. P = 0,257 menunjukan data terdistribusi normal.. Sebaran data belum bersifat normal sehingga perlu dilakukan review terhadap setting mesin pencetakan (PIC: Produksi). Grafik dapat dilihat pada Lampiran 6, Gambar 4.7 b. PPI proses X3-XX (9 bets) Tabel 4.5. Hasil uji QC tablet XX PPI proses X3-XX No. Parameter Kritis Syarat Hasil Uji Keterangan 1. Bobot tablet mg mg Memenuhi persyaratan 2. Kekerasan tablet 4-12 Kp 2,69-8,13 Kp Tidak Memenuhi persyaratan 3. Penetapan kadar % 97,05-104,0 Memenuhi persyaratan 4. Waktu hancur tablet inti 8 menit 1,03-3,98 menit Memenuhi persyaratan 5. Laju disolusi rata-rata 30 menit 80 % % Memenuhi persyaratan 6. Konformitas AV 15% 4,0-5,6% Memenuhi persyaratan Analisa kapabilitas untuk bobot individu nilai Ppk = 2,09 dan nilai Cpk = 2,07. Nilai Ppk menunjukkan performa proses saat ini baik dan nilai Cpk menunjukkan jika terjadi peningkatan variasi di masa mendatang, kecil kemungkinannya menyimpang dari spesifikasi yang ditetapkan. Namun P < 0,05 sehingga data tidak dapat menggambarkan performa proses karena data tidak terdistribusi normal (Transformasi Johnson tidak dapat dilakukan). Sebaran data belum bersifat normal sehingga perlu dilakukan review terhadap setting mesin pencetakan (PIC: Produksi). Grafik dapat dilihat pada Lampiran 5, Gambar 4.5 Analisa kapabilitas untuk kekerasan nilai Ppk = 0,59 dan nilai Cpk = 1,01. Nilai Ppk menunjukkan performa proses saat ini tidak baik dan nilai Cpk lebih dari 1,0 dan kurang dari 1,1 menunjukan perubahan sedikit dalam proses produksi mengakibatkan munculnya penyimpangan. P < 0,05 menunjukan data tidak

127 25 terdistribusi normal. Hal ini dapat diperbaiki dengan Transformasi Johnson, diperoleh P = 0,142 dan Ppk 0,59. Sebaran data belum bersifat normal sehingga perlu dilakukan review terhadap setting mesin pencetakan (PIC: Produksi). Grafik dapat dilihat pada Lampiran 6, Gambar 4.8. c. PPI proses X3-XY (5 bets) Tabel 4.6 Hasil uji QC tablet XX PPI proses X3-XY No. Parameter Kritis Syarat Hasil Uji Keterangan 1. Bobot tablet inti mg mg Memenuhi persyaratan 2. Kekerasan tablet 4-12 Kp 3,33-7,99 Kp Tidak Memenuhi persyaratan 3. Penetapan kadar % 99,2-104,4% Memenuhi persyaratan 4. Waktu hancur 1,73-4,77 Memenuhi 8 menit tablet inti menit persyaratan 5. Laju disolusi 30 menit 80 Memenuhi % rata-rata % persyaratan 6. Konformitas AV 15% 2,3-6,6% Memenuhi persyaratan Analisa kapabilitas untuk bobot individu tablet nilai Ppk = 1,17 dan nilai Cpk = 1,22. Nilai Ppk menunjukkan performa proses saat ini baik dan nilai Cpk lebih dari 1,0 dan kurang dari 1,1 menunjukan perubahan sedikit dalam proses produksi mengakibatkan munculnya penyimpangan. P < 0,05 sehingga data tidak dapat menggambarkan performa proses karena data tidak terdistribusi normal (Transformasi Johnson tidak dapat dilakukan). Sebaran data belum bersifat normal sehingga perlu dilakukan review terhadap setting mesin pencetakan (PIC: Produksi). Grafik dapat dilihat pada Lampiran 5, gambar 4.6. Analisa kapabilitas untuk kekerasan tablet nilai Ppk = 0,56 dan nilai Cpk = 0,74. Nilai Ppk menunjukkan performa proses saat ini tidak baik dan nilai Cpk kurang dari 0,9 menunjukkan produk cacat (penyimpangan produk) terjadi secara teratur, proses tidak terkontrol harus diperiksa bagaimana proses kerja atau design spesifikasi perlu ditinjau ulang. P < 0,05 menunjukan data tidak terdistribusi normal. Hal ini dapat diperbaiki dengan Transformasi Johnson, diperoleh P = 0,455 dengan Ppk menjadi 0,63. Sebaran data belum bersifat normal sehingga perlu

128 26 dilakukan review terhadap setting mesin pencetakan (PIC: Produksi). Grafik dapat dilihat pada Lampiran 6, Gambar 4.9. Hasil dari tren analisis menunjukan bahwa selama produksi Tablet XX tahun 2013 cenderung memiliki kapabilitas proses yang baik namun penyebaran data tidak merata. Hal ini bias disebabkan setting mesin yang masih kurang optimal. Hasil tren analisis lainya adalah kekerasan tablet hasil analisis QC yang tidak memenuhi persyaratan pada produksi dengan PPI proses X3-XX dan X3-XY. Penyimpangan hasil analisis dari produk ini tercantum dalam form deviation report terlampir, yang telah diakusisi sebelumnya oleh manajer QA. Deviation report menyatakan bahwa penyimpangan ini dilanjutkan dengan follow up pemeriksaan ulang kekerasan tablet dan friabilita di produksi. Hasil pemeriksaan pertamaa dan pemeriksaan ulang kekerasan tablet dan friabilita di produksi memenuhi syarat sehingga roduk di acc untuk rilis tahap berikutnya. Perbedaan hasil antara hasil analisis QC dan produksi ini menjadi slah satu tren masalah di 2013, yaitu kemungkinan adanya kesalahan selama pengiriman dan penyimpanan sampel sebelum dianalis oleh QC. Berdasarkan tren yang diperoleh dari tren analisis yang dilakukan dapat dibuat rekomendasi tahun Rekomendasi ini dibuat untuk dijadikan acuan pertimbangan dalam proses produksi tablet tahun Rekomendasi tahun 2013 untuk tablet XX adalah perlu dilakukan review proses dan setting mesin karena sebaran data belum terkendali, serta follow up untuk bagian terkait dengan perbedaan hasil yang diberikan pada uji kekerasan Tablet antara QC dan Produksi, perhatikan sifat tablet, proses pengiriman dan penyimpanan sampel dari produksi hingga dianalisis di QC.

129 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Annual Product Review (APR) adalah laporan terstruktur dan menyeluruh berisi semua data mengenai proses produksi, sistem analisis, stabilita, pengaduan, perubahan, sistem deviasi, recall dan data pelanggan yang dikaitkan dengan produk farmasi untuk memantau kualitas dari produk tersebut dan meningkatkan kualitasnya, apabila diperlukan. Penyusunan Annual Product Review Mycoral tablet dilakukan dalam beberapa langkah, yaitu: pengumpulan data IPC (Produksi) dan QC, pengolahan data dan penyusunan laporan APR yang meliputi tren analisis produk, deviation report, product review, dan review secara umum termasuk di dalamnya rekomendasi yang diberikan berdasarkan tren analisis pada tahun b. Hasil pengolahan data dari 35 batch record tablet XX menunjukan parameter kritis IPC (produksi) memenuhi syarat, namun kekerasan tablet pada beberapa batch dalam PPI X3-XX dan X3-XY tidak memenuhi syarat. Perbedaan hasil antara produksi dan QC dapat diakibatkan oleh penyimpangan alat, sifat tablet itu sendiri atau penanganan sampel sebelum dianalisis QC belum benar oleh karena itu diperlukan review terkait analisis QC ini. 5.2 Saran Dalam pembuatan laporan APR suatu produk, diharapkan pengerjaannya dilakukan sesegera mungkin. Input data setiap batchnya diharapakan sesegera mungin sebelum batch record produk tersebut dititipkan kepada vendor sehingga memudahkan penelusuran data tanpa harus me-recall batch record ke vendor. Hal ini bertujuan untuk dapat mengetahui tren analisis produk tersebut lebih awal, dan akan memudahkan pihak industri jika sewaktu-waktu dilakukan audit mutu. 27

130 DAFTAR ACUAN Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Gausepohl, Christian. (2013). Product Quality Review and Annual Product Review. Maas & Peither AG GMP Publishing, 9, 1-2, Health Science Authority. (2013). Regulatory Guidance: Guidance Notes on Product Quality Review. Singapura, Health Product S Regulation Group. PT. Kalbe Farma, Tbk. (2012). Supporting Document: Sistem Dokumen. Bekasi: PT. Kalbe Farma, Tbk. PT. Kalbe Farma, Tbk. (2013). Supporting Document: Annual Product Review. Bekasi: PT. Kalbe Farma, Tbk. 28

131 LAMPIRAN

132 29 Lampiran 1 laporan annual product review tablet XX ANNUAL PRODUCT REVIEW 2013 TABLET XX 5 MG/ 5 X 10 (TXX1/TXXA/TXXD) Nama Jabatan Tanda tangan Tanggal Disusun Oleh : Direview Oleh : Quality Assurance Supervisor Quality Control Manager Production Manager (Line 7 & Line 8) Formulation Process Manager Disetujui Oleh : Quality Assurance Manager

133 30 Lampiran 1 (Lanjutan) DAFTAR ISI I. Review Page 1 of II. Trend Analysis Of XX 5 mg Tablet PPI X2-XX Page 1 of III. Trend Analysis Of XX 5 mg Tablet PPI X3-XX Page 1 of IV Trend Analysis Of XX 5 mg Tablet PPI X3-XY Page 1 of V Product Review TXX1/TXXA PPI X2-XX Page 1 of VI Product Review TXX1/TXXD PPI X2-XX Page 1 of VII Product Review TXX1/TXXA PPI X3-XX Page 1 of VIII Product Review TXX1/TXXD PPI X3-XX Page 1 of IX Product Review TXX1/TXXA PPI X3-XY Page 1 of X Product Review TXX1/TXXD PPI X3-XY Page 1 of XI Hasil Analisis Stabilita TXX2 PPI X2-XX Page 1 of XII Hasil Analisa Stabilita TXX2 PPI X3-XX Page 1 of XIII Hasil Analisa Stabilita TXX2 PPI X3-XY Page 1 of XII Deviation Report Page 1 of

134 31 Lampiran 1 (Lanjutan) REVIEW Rekomendasi 2012 : 2 Deskripsi Produk a Pemerian : b Kemasan : 3 Shelf life : 4 Master Formula a No. PPI Proses (Jumlah Batch) : b No. PPI Kemas (Jumlah batch) : 5 No.MA : 6 Bahan Baku Zat Aktif : 7 Status Validasi a Validasi Proses : b Validasi Metode Analisis : 8 Stabilita : 9 Rework/Reproses : 10 Reject : 11 Non conformance : 12 Komplain : 13 Recall : 14 Rekomendasi BPOM : KESIMPULAN REKOMENDASI

135 32 Lampiran 1 (Lanjutan) TREND ANALYSIS OF XX 5 MG TABLET Kode Produk : TXX1 No. PPI 2: No PPI 3: Batch Covered : I Analisis In Process Control II Analisa Produk Akhir

136 33 Lampiran 1 (lanjutan) PRODUCT REVIEW Kode Produk : TXX1/A Nama Produk : PARAMETER SYARAT Batch Number Average net weight Description QC GENERAL PRODUKSI OTHERS Disintegration time DR of Ketoconazole Assay of Ketoconazole Qualitative test Tanggal penimbangan Manufacturing Date Daluwarsa No KP 2 No KP 3 LOD Berat MSC Mesin cetak Berat tablet hasil cetak Berat netto akhir produk Bobot 100 tablet Yield proses cetak Bobot 100 tablet filco Bobot netto tablet filco Yield proses salut Tebal tablet Friabilita DT Kekerasan tablet DT tab salut Bobot individu tablet inti Bobot individu tablet filco Yield kemas Hasil test kebocoran Mesin blister Sampel Deviation Report

137 Lampiran 2 Hasil analisis stabilita Hasil Analisis Stabilitas TXX1-A Tablet Formula/KP : XX-XX Study Code : PTK/QA/XXXX/XXX Batch No Spesifikasi : XXXXXX : Tablet Bulat shallow Convex, diameter 8mm, warna salem (kuning krem), satu sis bergaris tengah lurus, sisi lain beremboss "KALBE Physics & Chemistry Pemerian DT Kadar DR DR Impurity AV Spot selain spot 30 menit > < 30 menit % utama dalam < = 15% =(80% larutan S RP INIT Sesuai T30 75RH T40 3M 6M 9M 12M 3M 6M Kesimpulan : Keterangan : batch pertama Validasi proses Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai 34

138 Lampiran 2 (Lanjutan) Hasil Analisa Stabilita Real Time Sediaan Tablet Nama Produk : XX Tablet No. Batch : XXXXXX Tgl Produksi : (DDMMYYYY) Ukuran Batch : XXX.000 tab Kemasan : Strip Kondisi Penyimpanan : Suhu 30+2 oc, RH 75+5 % Parameter Pemerian DT DR Kadar Spesifikasi Tablet salut selaput, oblong, 30 menit > 80% < 30 menit warna jingga (Q=0%) % RP (DDMMYYYY) 3M (DDMMYYYY) 6M (DDMMYYYY) 9M (DDMMYYYY) 12M (DDMMYYYY) 18M (DDMMYYYY) 24M (DDMMYYYY) 36M (DDMMYYYY) Kesimpulan Note : produk stabil s.d 60 bulan : *terminasi karena maksimal studi stabilitas adalah 60 bulan sesuai dengan PT-E XXXXXX (MMDDYYYY) ns : not schedule 35

139 Lampiran 3 Formulir Deviation Report DEVIATION REPORT No Tanggal No. Deviation Report Material/ Product Kode BN/QA No PPI No Description Problem Verification Impact Remedial Proposal Remedial Action 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.245 /Menkes/VI/1990, industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ASTRAZENECA INDONESIA CIKARANG SITE JALAN TEKNO RAYA BLOK B1A B1B, CIKARANG, BEKASI JAWA BARAT PERIODE 6 JANUARI 21 FEBRUARI 2014 LAPORAN

Lebih terperinci

Produksi di Industri Farmasi

Produksi di Industri Farmasi Produksi di Industri Farmasi PRODUKSI istilah terkait Pembuatan Seluruh rangkaian kegiatan dalam menghasilkan suatu obat, meliputi produksi dan pengawasan mutu, mulai dari pengadaan bahan awal dan bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi 61 Bandung, di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari

Lebih terperinci

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. PEMASTIAN MUTU (QUALITY ASSURANCE/QA) A. Pendahuluan Industri farmasi bertujuan untuk menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety) dan mutu (quality). Berdasarkan

Lebih terperinci

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB { (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) 2006 atau GMP (Good Manufacturing Practices) 2006 adalah suatu pedoman pembuatan obat berdasarkan berbagai ketentuan dalam CPOB

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SYDNA FARMA JL. RC. VETERAN NO. 89 BINTARO, JAKARTA SELATAN PERIODE 1 APRIL 3 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA

Lebih terperinci

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Tugas Individu Farmasi Industri Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Disusun Oleh : Eka Wahyu Lestari 14340004 Dosen : Drs. Kosasih, M.Sc., Apt. Program Profesi Apoteker

Lebih terperinci

Oleh : Bambang Priyambodo

Oleh : Bambang Priyambodo Oleh : Bambang Priyambodo SISTEMATIKA CPOB: 2012 merupakan penyempurnaan dari CPOB: 2006, mencakup revisi terhadap : Pedoman CPOB: 2006 Suplemen I Pedoman CPOB: 2006 tahun 2009 Aneks 8 : Cara Pembuatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 6 FEBRUARI 30 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA DWI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : ERNITA, S. Farm 093202016 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : SRI ROMAITO HASIBUAN, S.Farm 093202065 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT

Lebih terperinci

PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK

PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK 7 2013, No.122 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK PENDAHULUAN PRINSIP

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG BANDUNG PERIODE 07 MARET 01 APRIL 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MOCHAMAD

Lebih terperinci

Viddy A R. II Selasa, 5 September 2017

Viddy A R. II Selasa, 5 September 2017 INDUSTRI No. Tanggal Topik/Pokok Bahasan Substansi materi Dosen I Selasa, 29 Agustus 2017 Pendahuluan -Ruang lingkup industri farmasi -Pemenuhan CPOB -Jenis-jenis industri farmasi -Ciri-ciri industri farmasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MERCK TBK. JL. TB. SIMATUPANG NO. 8 PASAR REBO JAKARTA TIMUR PERIODE 3 FEBRUARI 28 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT SYDNA FARMA JL. RC. VETERAN NO. 89 BINTARO JAKARTA SELATAN PERIODE 1 JULI 29 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRIWULANTYA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa pengaturan tentang Industri Farmasi yang komprehensif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61,

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, Bandung di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI INDUSTRI FARMASI LANDSON PT. PERTIWI AGUNG JALAN DDN SUKADANAU CIKARANG BARAT BEKASI PERIODE 9 SEPTEMBER-7 NOVEMBER 2014 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LOEDFIASFIATI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL KATA PENGANTAR Assalamu alaikum, wr, wb, Segala Puji senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT beserta junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah S.A.W yang telah melimpahkan rahmat, berkah, dan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI, S.Farm 1106047215

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan Disusun Oleh : Astrie Rezky, S. Farm. 093202004 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ACTAVIS INDONESIA JL. RAYA BOGOR KM 28, JAKARTA TIMUR PERIODE 8 JANUARI 28 FEBRUARI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ACTAVIS INDONESIA JL. RAYA BOGOR KM 28, JAKARTA TIMUR PERIODE 8 JANUARI 28 FEBRUARI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ACTAVIS INDONESIA JL. RAYA BOGOR KM 28, JAKARTA TIMUR PERIODE 8 JANUARI 28 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DINNY

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JALAN RAYA BOGOR KM. 38 PERIODE 9 SEPTEMBER 31 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JALAN RAYA BOGOR KM. 38 PERIODE 9 SEPTEMBER 31 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JALAN RAYA BOGOR KM. 38 PERIODE 9 SEPTEMBER 31 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian industri farmasi Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau

Lebih terperinci

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MATA PELAJARAN : KONSEP DASAR PENGAWASAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 17 JUNI - 30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI Disusun Oleh : Syabrina Naulita Pane, S.Farm. NIM 093202066 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. GUARDIAN PHARMATAMA KAWASAN INDUSTRI MANIS JL. MANIS RAYA KM 8,5 GANDASARI, JATIUWUNG, TANGERANG PERIODE 6 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

2 Presiden Nomor 55 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125); 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,

2 Presiden Nomor 55 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125); 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.794, 2014 KEMEN KP. Obat Ikan. Cara Pembuatan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PERMEN-KP/2014 TENTANG CARA PEMBUATAN OBAT IKAN YANG

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. GALENIUM PHARMASIA LABORATORIES JALAN RAYA BOGOR KM 51,5 CIMANDALA BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 31 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt.

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M. H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI PERIODE 18 JULI 16 SEPTEMBER 2011

Lebih terperinci

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt.

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Riset, Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 245/Menkes/SK/V/1990, yang dimaksud dengan industri farmasi adalah industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga berbagai usaha dilakukan untuk memperoleh tubuh yang sehat. Mulai dari melakukan olah raga, hidup secara

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT BANDUNG

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT BANDUNG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT BANDUNG Disusun Oleh : Eka Saputra, S. Farm. 073202020 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ACTAVIS INDONESIA JL. RAYA BOGOR KM 28, JAKARTA TIMUR PERIODE 12 AGUSTUS 2 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER HERDIYANTI

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:. TENTANG PEDOMAN PENERAPAN CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG BAIK

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:. TENTANG PEDOMAN PENERAPAN CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG BAIK PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:. TENTANG PEDOMAN PENERAPAN CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG BAIK KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. GUARDIAN PHARMATAMA KAWASAN INDUSTRI MANIS JALAN GATOT SUBROTO KM 8,5, GANDASARI, JATIUWUNG, TANGERANG PERIODE 6 JANUARI 28 FEBRUARI

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lebih terperinci

Aspek-aspek CPOB. Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi

Aspek-aspek CPOB. Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Personalia Aspek-aspek CPOB Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan mutu Inspeksi diri dan audit mutu Penanganan keluhan terhadap produk, penarikan

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 659/MENKES/SK/X/1991 TENTANG CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa untuk membuat obat tradisional yang memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ACTAVIS INDONESIA JL. RAYA BOGOR KM 28, JAKARTA TIMUR PERIODE 12 AGUSTUS 30 SEPTEMBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER BRAM

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya PT. Metiska Farma PT. Metiska Farma didirikan pada tahun 1970, atas prakarsa Bapak Memet Tanuwijaya, Bapak Ismail dan Bapak Karim Johan, yang pada

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO.383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 16 JANUARI 2012-10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia 1. PNGERTIAN CPOTB Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, Tujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN DI INDUSTRI FARMASI P.T. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN

BAB III KEGIATAN DI INDUSTRI FARMASI P.T. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN BAB III KEGIATAN DI INDUSTRI FARMASI P.T. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN 3.1 Keterlibatan Dalam Produksi Praktek Kerja Profesi Apoteker di P.T. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan, dilaksanakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Industri Farmasi. Perizinan. Penyelenggaraan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Industri Farmasi. Perizinan. Penyelenggaraan. No.721, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Industri Farmasi. Perizinan. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG

Lebih terperinci

BAB 1 MANAJEMEN MUTU

BAB 1 MANAJEMEN MUTU Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 BAB 1 MANAJEMEN MUTU PRINSIP Industri obat tradisional harus membuat obat tradisional sedemikian rupa agar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.06.11.5629 TAHUN 2011 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS CARA PEMBUATAN OBAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 2.1 Tinjauan Lembaga Farmasi Angkatan Udara (LAFIAU) Sejarah dan Perkembangan Lembaga Farmasi Angkatan Udara

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 2.1 Tinjauan Lembaga Farmasi Angkatan Udara (LAFIAU) Sejarah dan Perkembangan Lembaga Farmasi Angkatan Udara BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Tinjauan Lembaga Farmasi Angkatan Udara (LAFIAU) 2.1.1 Sejarah dan Perkembangan Lembaga Farmasi Angkatan Udara Perjalanan sejarah dimulai ketika di pangkalan udara belum

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.393, 2011 BADAN POM. Obat Tradisional. Pembuatan. Persyaratan Teknis. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.06.11.5629

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.880, 2016 BPOM. Industri Kosmetika Gol. B. Higiene Sanitasi. Dokumen. Penerapan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016 PERIODE XLVI OLEH: WILI MAWARTI NPM: 2448715248 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIFA MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIFA MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. MUTIFA MEDAN Disusun Oleh : Miss Naimah Abdunroni, S. Farm. 083202053 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar Pengesahan LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO.383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 16 JANUARI 2012-10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

(BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus Sejak berdirinya hingga sekarang ini PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

(BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus Sejak berdirinya hingga sekarang ini PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan

Lebih terperinci

PERSYARATAN TEKNIS CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK BAB 1

PERSYARATAN TEKNIS CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK BAB 1 Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis Cara Pembuatan Obat Tradisioanl Yang Baik (CPOTB) PERSYARATAN TEKNIS CARA PEMBUATAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PABRIK PHARMASI ZENITH JL. TAMBAK AJI NO. 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 1 APRIL 23 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PABRIK PHARMASI ZENITH JL. TAMBAK AJI NO. 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 1 APRIL 23 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PABRIK PHARMASI ZENITH JL. TAMBAK AJI NO. 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 1 APRIL 23 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AZMAH

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PFIZER INDONESIA JL. RAYA BOGOR KM 28, JAKARTA TIMUR PERIODE 6 JANUARI MARET 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PFIZER INDONESIA JL. RAYA BOGOR KM 28, JAKARTA TIMUR PERIODE 6 JANUARI MARET 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PFIZER INDONESIA JL. RAYA BOGOR KM 28, JAKARTA TIMUR PERIODE 6 JANUARI 2014 7 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER INDAH

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman masyarakat semakin sadar bahwa akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan. Kesehatan merupakan salah satu aspek terpenting untuk

Lebih terperinci

DOKUMENTASI

DOKUMENTASI DOKUMENTASI PENDAHULUAN Dokumentasi adalah suatu bukti yang dapat dipercaya pada penerapan/pemenuhan CPOTB. Mutu yang direncanakan adalah satu-satunya solusi untuk mengatasi keluhan yang terkait dengan

Lebih terperinci

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Departemen QA merupakan departemen yang bertanggung jawab antara lain : a) Audit internal QA melakukan evaluasi kerja kesemua bagian/departemen

Lebih terperinci

PERIODE XLV. DISUSUN OLEH: FITRI WAHYUNINGSIH, S.Farm

PERIODE XLV. DISUSUN OLEH: FITRI WAHYUNINGSIH, S.Farm LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. HEXPHARM JAYA LABORATORIES JL. ANGSANA RAYA BLOK A3 No. 1 KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICONE 1 LIPPO CIKARANG BEKASI (31 AGUSTUS 30 OKTOBER 2015) PERIODE XLV

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) 2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Prafa merupakan salah satu perusahaan farmasi Indonesia yang mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telah dirumuskan dalam UU RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, yang menyatakan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.382, 2014 KEMENHAN. Peralatan Kesehatan. Lembaga Farmasi TNI. Standardisasi. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI

Lebih terperinci

Penggunaan terbesar herbal. Fitofarmaka. supplement. kosmetik

Penggunaan terbesar herbal. Fitofarmaka. supplement. kosmetik Penggunaan terbesar herbal Fitofarmaka supplement kosmetik Pasar herbal Pasar dunia 10 M USD Nilai export indonesia 100 Triliun Kualitas Produksi herbal GAP GMP GDP GAP ON FARM Iklim Tanah Ketinggian bibit

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ACTAVIS INDONESIA JL. RAYA BOGOR KM 28, JAKARTA TIMUR PERIODE 12 AGUSTUS 30 SEPTEMBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SARY

Lebih terperinci