BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG BERNORMA CONE BERNILAI-

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3 No. 2, KONSEP DASAR RUANG METRIK CONE. Yogyakarta

KAJIAN TEOREMA TITIK TETAP PEMETAAN KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK CONE LENGKAP DENGAN JARAK-W

Kekontraktifan Pemetaan pada Ruang Metrik Kerucut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Misalkan diberikan suatu ruang vektor atas lapangan R atau C. Jika

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann.

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh

TEOREMA TITIK TETAP DI RUANG BANACH CONE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN ( )

Variabel Banyak Bernilai Real 1 / 1

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi ruang vektor,

TEOREMA TITIK TETAP DI RUANG METRIK CONE PADA JARAK-W. Skripsi. Untuk memenuhi sebagai persyaratan. mencapai derajat Sarjana S-1

KALKULUS MULTIVARIABEL II

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSATAKA

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Deret Tak Terhingga. Ayundyah. Barisan Tak Hingga. Deret Tak Terhingga

Analisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab

BAB III KEKONVERGENAN LEMAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 ; untuk k = n 0 ; untuk k n. e [n]

BAB I PENDAHULUAN. umum ruang metrik dan memperluas pengertian klasik dari ruang Euclidean R n, sehingga

Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan

DISTRIBUSI SATU PEUBAH ACAK

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

RENCANA KEGIATAN PERKULIAHAN Kode Mata Kuliah : MAA 526 Nama Mata Kuliah : Analisis Fungsional

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

Ketunggalan titik Tetap Pemetaan Kondisi Tipe Kontraktif pada Ruang Banach

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde 1 (Review)

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III TRANSFORMASI MATRIKS DERET DIRICHLET HOLOMORFIK. A. Transformasi Matriks Mengawetkan Kekonvergenan

BAB I PENDAHULUAN. : k N} dan A(m) menyatakan banyaknya m suku pertama (x n ) yang menjadi suku (x nk ), maka A(m)

Hendra Gunawan. 16 Oktober 2013

Konvergensi Barisan dan Teorema Titik Tetap

PEMETAAN KONTRAKTIF LEMAH MULTIVALUED DI RUANG METRIK PARSIAL

Discrete Time Dynamical Systems

CARA LAIN PEMBUKTIAN TEOEMA ARZELA-ASCOLI DAN HUBUNGANNYA DENGAN EKSISTENSI PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL (SUATU KAJIAN TEORITIS)

Persamaan Diferensial

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

TEOREMA TITIK TETAP BANACH

untuk setiap x sehingga f g

PERSAMAAN DIFERENSIAL I PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

TOPOLOGI METRIK PARSIAL

ABSTRAK 1 PENDAHULUAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SIFAT KELENGKAPAN RUANG METRIK BERNILAI KOMPLEKS

TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH

DERET TAK HINGGA. Contoh deret tak hingga :,,, atau. Barisan jumlah parsial, dengan. Definisi Deret tak hingga,

BAB V MOMENTUM ANGULAR Pengukuran Simultan Beberapa Properti Dalam keadaan stasioner, momentum angular untuk elektron hidrogen adalah konstan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

EKSISTENSI TITIK TETAP DARI SUATU TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH

II LANDASAN TEORI. Contoh. Ditinjau dari sistem yang didefinisikan oleh:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

OPERATOR PADA RUANG BARISAN TERBATAS

BAB III FUNGSI UJI DAN DISTRIBUSI

ANALISA KETUNGGALAN TITIK TETAP PADA PEMETAAN KONTRAKTIF DI RUANG METRIK LENGKAP DENGAN MEMANFAATKAN JARAK-W

TITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Uji Deret Positif. Ayundyah. Uji Integral. Uji Komparasi. Uji Rasio.

fungsi Dan Grafik fungsi

Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji

BAB II LANDASAN TEORI

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan

II. LANDASAN TEORI ( ) =

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Persamaan Diferensial Biasa

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN: DUA TIPE PEMETAAN KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK CONE

PENGEMBANGAN RUANG FUNGSI KLASIK Oleh: Encum Sumiaty FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta

yang Dibangun oleh Ukuran Bernilai Proyeksi

Kalkulus II. Diferensial dalam ruang berdimensi n

Daftar Isi 5. DERET ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. Dosen FMIPA - ITB September 26, 2011

TEOREMA TITIK TETAP BANACH UNTUK MENDAPATKAN SYARAT KEKONVERGENAN METODE JACOBY

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A

Catatan Kuliah KALKULUS II BAB V. INTEGRAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konsep ruang metrik merupakan salah satu konsep dasar dalam matematika analisis. Selama bertahun-tahun, para peneliti mencoba mengembangkan konsep ruang metrik. Pada 1992, S. G. Matthews mengembangkan ruang metrik menjadi ruang metrik parsial. Pengembangan ini didasari oleh permasalahan yang ditemukan dalam ilmu komputer. Program komputer tidak dapat memproses barisan tak hingga x = {x 0, x 1, } dalam waktu yang terbatas. Oleh karena itu, dilakukan pembatasan sampai suku tertentu. Akibatnya, data yang diproses tidak lengkap. Jika jarak dua barisan dalam himpunan semua barisan berhingga dan tak hingga adalah d( x, ȳ) = 2 k, dengan k adalah bilangan terbesar sehingga x i = y i, i < k, maka dua barisan yang sama belum tentu memiliki jarak nol, sebab suku-suku barisan bisa sama jika terdefinisi. Permasalahan tersebut melatarbelakangi pengembangan konsep metrik, dengan menambahkan sifat jarak suatu titik dengan dirinya sendiri tidak harus nol, yang kemudian lebih dikenal dengan metrik parsial. Berbeda halnya dengan pengembangan yang dilakukan oleh Matthews, pada 2007, Long-Guang dan Xian mengembangkan konsep metrik dengan mengganti nilai metrik yang semula berupa bilangan real dengan suatu nilai di dalam ruang Banach real terurut. Di dalam ruang Banach real tersebut, didefinisikan suatu himpunan tak kosong, dengan sifat-sifat khusus, yang dinamakan cone. Dengan mendefinisikan suatu urutan parsial yang relatif terhadap cone di dalam ruang Banach, cone memiliki kemiripan dengan himpunan bilangan real tak negatif di dalam sistem bilangan real, misalnya setiap x anggota cone, berlaku 0 x. Lebih lanjut, himpunan bilangan real tak negatif merupakan salah satu contoh cone. Dengan mengganti nilai metrik yang semula berupa bilangan real tak negatif menjadi suatu 1

2 vektor di dalam cone, maka diperoleh suatu pengembangan baru dari konsep metrik, yang dinamakan metrik cone. Pada metrik cone jarak dua titik tidak hanya dapat dinyatakan dalam bilangan real, tetapi dapat dinyatakan dalam bentuk vektor, baik itu berupa fungsi, matriks, atau vektor lainnya. Contohnya, jarak dua kota dapat dinyatakan dalam (a, b), dengan a menyatakan jarak dalam artian panjang lintasan, dan b menyatakan waktu tempuh dengan kecepatan rata-rata yang konstan. Melihat kelebihan dari konsep metrik parsial dan metrik cone, beberapa peneliti menggabungkan kedua konsep tersebut sehingga diperoleh suatu konsep baru terkait dengan metrik, yang nilainya berupa vektor dan jarak suatu titik dengan dirinya sendiri tidak harus nol. Pengembangan ini, selanjutnya disebut dengan metrik cone parsial. Konsep metrik parsial merupakan perumuman dari konsep metrik. Oleh karena itu, setiap ruang metrik merupakan ruang metrik parsial. Dari suatu ruang metrik parsial (X, p) dapat dibentuk ruang metrik (X, d p ), dengan d p (x, y) = 2p(x, y) p(x, x) p(y, y), untuk setiap x, y X. Dalam Ansar (2013), disebutkan bahwa salah satu sifat dari ruang metrik (X, d p ) adalah (X, d p ) merupakan ruang metrik lengkap jika dan hanya jika (X, p) merupakan ruang metrik parsial lengkap. Berdasarkan pejelasan tersebut, dapat dibentuk ruang metrik cone dari suatu ruang metrik cone parsial. Salah satu teori yang erat kaitannya dengan ruang metrik adalah teori titik tetap. Teori titik tetap menarik untuk dipelajari karena memiliki banyak peranan, baik dalam pengembangan teori matematika maupun penerapannya, beberapa di antaranya adalah dalam permasalahan persamaan integral, persamaan diferensial, persamaan matriks, sistem dinamik, dan ekonomi. Oleh karena itu, banyak peneliti yang mengembangkan teori titik tetap. Pengembangan teori titik tetap dapat dilakukan pada bagian pemetaan yang digunakan, ataupun pada himpunan atau ruang yang merupakan domain dari pemetaan tersebut. Ini berarti, selain di ruang metrik, teori titik tetap juga dapat dikembangkan di ruang metrik parsial, ruang metrik cone, dan ruang metrik cone parsial. Pengembangan teori titik tetap di ruang metrik

3 parsial sudah dilakukan oleh Matthews (1992), Bukatin, dkk. (2009), dan Ansar (2013). Selain Long-Guang dan Xian (2007), teorema titik tetap di ruang metrik cone juga sudah dibahas oleh Rezapour dan Hamlbarani (2008), bahkan Aage dan Salunke (2009) sudah membahas tentang teorema titik tetap bersama di ruang metrik cone. Konsep ruang metrik cone parsial dan beberapa teorema titik tetap sudah pernah dibahas oleh Sonmez (2012) yang kemudian dilanjutkan oleh Dey dan Saha (2013), namun teorema tersebut masih mensyaratkan cone normal dan kondisi kontraksi yang digunakan masih sama dengan kondisi kontraksi di ruang metrik cone yang diberikan dalam Long-Guang dan Xian (2007). Dalam penelitian ini, penulis bermaksud membahas tentang ruang metrik cone dan teorema titik tetap di dalamnya, serta membangun sifat-sifat di ruang metrik cone parsial dengan memperhatikan sifat-sifat yang ada di ruang metrik cone dan ruang metrik parsial. Penulis juga bermaksud mengembangkan teorema titik tetap di ruang metrik cone parsial dengan cone yang berkaitan tidak harus normal. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Membahas tentang ruang metrik cone dan teorema titik tetap di ruang metrik cone. 2. Membahas tentang definisi dan contoh ruang metrik cone parsial. 3. Membangun konsep-konsep topologi dalam ruang metrik cone parsial. 4. Membentuk ruang metrik cone berdasarkan suatu ruang metrik cone parsial dan menyelidiki sifat-sifatnya. 5. Membangun teorema-teorema titik tetap di ruang metrik cone parsial.

4 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk lebih memperjelas pemahaman tentang sifat-sifat ruang metrik cone dan ruang metrik cone parsial. Selain itu, dalam penelitian ini, akan dibahas tentang pengembangan teorema titik tetap di ruang metrik cone parsial, yang merupakan perumuman dari teorema titik tetap di ruang metrik cone dan ruang metrik parsial. Pengembangan konsep ruang metrik dan teorema titik tetap ini diharapkan dapat membawa manfaat untuk membantu mengembangkan ilmu di bidang matematika analisis maupun penerapannya, terutama untuk konsep dengan sifat jarak suatu titik dengan dirinya sendiri tidak harus nol. 1.4. Tinjauan Pustaka Konsep ruang metrik merupakan salah satu konsep dasar dalam mempelajari matematika analisis. Dalam Royden (1988), ruang metrik (X, d) didefinisikan sebagai himpunan tak kosong X yang dilengkapi dengan fungsi bernilai real d yang terdefinisi pada X X, dengan sifat, untuk setiap x, y, dan z di dalam X berlaku: (i) d(x, y) 0; (ii) d(x, y) = 0 jika dan hanya jika x = y; (iii) d(x, y) = d(y, x); dan (iv) d(x, y) d(x, z)+d(z, y). Fungsi d disebut metrik. Penjelasan lebih lanjut tentang ruang metrik, dan teori titik tetap di ruang metrik diberikan dalam Royden (1988), Kreyszig (1978), Khamsi dan Kirk (2001), serta Agarwal, dkk. (2004). Selanjutnya, definisi metrik tersebut diperumum oleh Matthews (1992) dengan sifat, jarak suatu titik dengan dirinya sendiri tidak harus nol, yang selanjutnya dikenal dengan metrik parsial. Dalam Bukatin, dkk. (2009), metrik parsial p pada himpunan tak kosong X didefinisikan sebagai fungsi bernilai real pada X X, dengan sifat, untuk setiap x, y, z X berlaku : (i) 0 p(x, x) p(x, y); (ii) p(x, y) = p(x, x) = p(y, y) x = y; (iii) p(x, y) = p(y, x); dan (iv) p(x, y) p(x, z) + p(z, y) p(z, z). Himpunan X dilengkapi dengan metrik parsial p disebut ruang metrik parsial. Pada ruang metrik parsial, Matthews (1992) mendefinisikan kekonvergenan barisan serta memberikan teorema titik tetap untuk

5 pemetaan kontraksi f : X X dengan kondisi, terdapat k [0, 1), sehingga untuk setiap x, y X berlaku p(f(x), f(y)) p(f(x), f(x)) k (p(x, y) p(x, x)). Ruang metrik parsial juga pernah dibahas oleh Ansar (2013). Dalam Ansar (2013), diperlihatkan bahwa ruang metrik (X, d p ), yang dibentuk dari ruang metrik parsial (X, p) memiliki beberapa sifat, salah satunya (X, d p ) merupakan ruang metrik lengkap jika dan hanya jika (X, p) merupakan ruang metrik parsial lengkap. Selain pengembangan oleh Matthews, pengembangan konsep metrik juga dilakukan oleh Long-Guang dan Xian (2007). Long-Guang dan Xian (2007) tidak selalu menggunakan fungsi bernilai real sebagai metrik. Untuk suatu himpunan tak kosong X, Long-Guang dan Xian mendefinisikan metrik sebagai fungsi dari X X ke suatu ruang Banach terurut E. Mula-mula, Long-Guang dan Xian (2007) mendefinisikan sebuah himpunan, yang dinamakan cone, yang merupakan subset dari suatu ruang Banach real. Dalam penelitian ini, akan digunakan ruang bernorma untuk menggantikan ruang Banach. Penjelasan tentang ruang bernorma diberikan dalam Royden (1988) dan Kreyszig (1978). Himpunan P di dalam ruang bernorma E disebut cone jika memenuhi: (i) P tertutup, tak kosong, dan P {0}; (ii) a, b R, a, b 0, x, y P ax + by P ; dan (iii) x, x P x = 0. Dari cone yang diberikan, kemudian didefinisikan urutan parsial dalam ruang bernorma tersebut, dan didefinisikan pula cone normal dan cone regular. Berdasarkan Long-Guang dan Xian (2007), pemetaan d : X X E disebut metrik cone pada X jika untuk setiap x, y, z X, berlaku: (i) 0 d(x, y); (ii) d(x, y) = 0 jika dan hanya jika x = y; (iii) d(x, y) = d(y, x); dan (iv) d(x, y) d(x, z) + d(y, z). Pada ruang metrik cone, jarak dua buah titik tidak harus berupa bilangan real, dapat bernilai vektor. Adapun teorema titik tetap yang diberikan oleh Long-Guang dan Xian (2007) menggunakan kondisi kontraktif d(t (x), T (y)) L d(x, y), untuk setiap x, y X dengan konstanta L [0, 1), dan mensyaratkan cone terkait harus normal. Long-Guang dan Xian juga memberikan teorema titik tetap untuk pemetaan yang memenuhi kondisi d(t (x), T (y)) k(d(t (x), x) + d(t (y), y)), untuk setiap x, y X, dengan k [0, 1 ) serta pemetaan yang memenuhi kondi- 2 si d(t (x), T (y)) k(d(t (x), y) + d(t (y), x)), untuk setiap x, y X, dengan

6 k [0, 1 ). Penjelasan lebih lanjut tentang ruang metrik cone dan teorema titik te- 2 tap pada ruang metrik cone juga diberikan dalam Rezapour dan Hamlbarani (2008), serta dalam Aage dan Salunke (2009). Rezapour dan Hamlbarani (2008) memperumum beberapa teorema titik tetap yang diberikan dalam Long-Guang dan Xian (2007) dengan mengabaikan kenormalan dari cone yang digunakan. Di sisi lain, Aage dan Salunke (2009) memberikan teorema tentang titik tetap bersama untuk pemetaan T, S : X X di ruang metrik cone (X, d). Selanjutnya, dalam Sonmez (2012), pengembangan yang sudah dikerjakan oleh Matthews (1992) dan Long-Guang dan Xian (2007) digabungkan, sehingga diperoleh konsep yang lebih luas, yang dinamakan ruang metrik cone parsial. Adapun teorema titik tetap yang diberikan dalam Sonmez (2012), menggunakan kondisi kontraktif seperti pada ruang metrik cone yang diberikan oleh Long-Guang dan Xian (2007). Selanjutnya, Dey dan Saha (2013) melanjutkan pembahasan yang diberikan Sonmez (2012) dengan menambahkan teorema titik tetap untuk pemetaan-pemetaan dengan kondisi yang diberikan dalam Long-Guang dan Xian (2007). Teorema-teorema titik tetap yang sudah diberikan, baik dalam Sonmez (2012) ataupun dalam Dey dan Saha (2013) masih mensyaratkan cone yang digunakan harus normal. 1.5. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur. Terlebih dahulu dikumpulkan dan dipelajari literatur-literatur terkait. Setelah mempelajari literatur-literatur tersebut, penelitian dilanjutkan dengan tahapan sebagai berikut. Pertama, penelitian ditujukan pada ruang metrik cone dan teorema titik tetap di ruang tersebut. Pada tahap ini, dilakukan penyederhanaan terhadap relasi yang digunakan. Dalam Long-Guang dan Xian (2007) dan literatur lainnya, didefinisikan relasi yang relatif terhadap suatu cone P di dalam ruang bernorma E sebagai berikut. Untuk setiap x, y E, (i) x y y x P, (ii) x y x y tetapi x y, dan (iii) x y y x intp. Di dalam penelitian ini, re-

7 lasi yang digunakan hanya relasi (i) dan (ii), sehingga semua definisi dan sifat di dalam ruang metrik cone perlu penyesuaian. Selain itu, teorema-teorema titik tetap yang diberikan mengabaikan kenormalan dari cone yang terkait, serta diberikan pembuktian yang lebih detail. Kedua, penelitian difokuskan pada ruang metrik cone parsial. Disini dibahas hubungan ruang metrik, ruang metrik cone, ruang metrik parsial, dan ruang metrik cone parsial, serta diberikan contoh-contoh tentang ruang metrik cone parsial. Dari sifat-sifat ruang metrik cone, akan dibangun konsep-konsep topologi dari ruang mmetrik cone parsial, dengan memperhatikan konsep-konsep di ruang metrik parsial. Ketiga, ditunjukkan bahwa dari suatu ruang metrik cone parsial (X, p) dapat didefinisikan suatu ruang metrik cone (X, d p ) terhadap cone yang sama, dan diselidiki sifat-sifatnya. Keempat, penelitian diarahkan untuk membangun teorema-teorema titik tetap di ruang metrik cone parsial. Teorema-teorema tersebut dibangun berdasarkan teorema-teorema yang diperoleh pada tahap pertama, yang mengabaikan kenormalan dari cone terkait. Selanjutnya, diselidiki pula akibat dari teorema yang diperoleh. 1.6. Sistematika Penulisan Dalam tesis ini, hasil penelitian akan dibagi ke dalam lima bab. Dalam BAB I, yaitu pendahuluan, dibahas mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan tesis. Selanjutnya, dalam BAB II, yaitu dasar teori, dibahas mengenai teorema titik tetap di ruang metrik, ruang bernorma, dan teorema titik tetap di ruang metrik parsial. Kemudian dilanjutkan ke BAB III dan BAB IV, yaitu pembahasan dari hasil penelitian. BAB III difokuskan untuk membahas teorema titik tetap di ruang metrik

8 cone, sedangkan dalam BAB IV, difokuskan untuk membahas teorema titik tetap di ruang metrik cone parsial. Terakhir, dalam BAB V memuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.