BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

Ruang Sampel, Titik Sampel dan Kejadian

Bab 2 DISTRIBUSI PELUANG

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Menurut Darnius, O (2006, Hal : 53) simulasi dapat diartikan sebagai suatu

STATISTIKA. Muhamad Nursalman Pendilkom/Ilkom UPI

Kumpulan pasangan nilai-nilai dari variabel acak X dengan probabilitas nilai-nilai variabel random X, yaitu P(X=x) disebut distribusi probabilitas X

Kompetens n i s : Mahasiswa mam a pu p menjel enj a el s a ka k n gejala ekonomi dengan meng guna k n a konsep probabil i i l t i as

MODUL II DISTRIBUSI PELUANG DISKRIT DAN KONTINU

KONSEP DASAR PROBABILITAS DAN DISTRIBUSI PROBABILITAS LELY RIAWATI, ST, MT.

KONSEP DASAR PROBABILITAS

DISTRIBUSI TEORITIS. P(M) = p = probabilitas untuk mendapat bola merah (sukses) 30

PS-02 HUKUM-HUKUM PROBABILITAS. Nur Hayati, S.ST, MT Yogyakarta, Februari 2016

MATERI STATISTIK II. Genrawan Hoendarto

Tugas Kelompok. Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif. Judul Makalah Revisi DISTRIBUSI PELUANG

PROBABILITAS (PELUANG) PENGERTIAN PROBABILITAS

Hidup penuh dengan ketidakpastian

Statistika Farmasi

CIRI-CIRI DISTRIBUSI NORMAL

PENGANTAR PROBABILITAS STATISTIKA UNIPA SBY

STATISTICS. Oleh: Hanung N. Prasetyo DISTRIBUSI NORMAL WEEK 6 TELKOM POLTECH/HANUNG NP

BAB II DISTRIBUSI PROBABILITAS

Contoh: Aturan Penjumlahan. Independen. P(A dan B) = P(A) x P(B)

KAJIAN TENTANG PENDEKATAN DISTRIBUSI BINOMIAL OLEH DISTRIBUSI NORMAL SKRIPSI MUSTAFA KEMAL RAMBE

DISTRIBUSI TEORITIS. Variabel Acak Distribusi Teoritis Binomial Normal

DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT TEORITIS 2. Distribusi Hipergeometrik

Materi #2 TIN315 Pemeliharaan dan Rekayasa Keandalan Genap 2015/2016

DISTRIBUSI PROBABILITAS (PELUANG)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 Teori Probabilitas

Nilai harapan suatu variabel acak x ditulis E (x) didefinisikan E (x) = Σ x. f (x) Var (x) = σ x 2 = E [ x E (x) ] 2 = E (x 2 ) { E (x) } 2

DISTRIBUSI PROBABILITAS

Distribusi Diskrit dan Kontinu yang Penting. Oleh Azimmatul Ihwah

DISTRIBUSI TEORITIS DISTRIBUSI TEORITIS

STK 511 Analisis statistika. Materi 3 Sebaran Peubah Acak

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

STATISTIK PERTEMUAN VI

Model dan Simulasi Universitas Indo Global Mandiri

BAHAN AJAR STATISTIKA DASAR Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 4. BEBERAPA DISTRIBUSI PELUANG DISKRET

Bab 3 Pengantar teori Peluang

STATISTIK PERTEMUAN III

Pert 3 PROBABILITAS. Rekyan Regasari MP

PENS. Probability and Random Process. Topik 5. Beberapa jenis Distribusi Variabel Acak. Prima Kristalina April 2015

Distribusi Peluang. Kuliah 6

Bagian 2. Probabilitas. Struktur Probabilitas. Probabilitas Subyektif. Metode Frekuensi Relatif Kejadian untuk Menentukan Probabilitas

28/09/2012 SAMPLE SPACE, SAMPLE POINTS, EVENTS. ω Ω

Pertemuan ke Nilai Harapan (Mean atau Rata rata) dan Varians Distribusi Kontinu

Jenis Distribusi. 1. Distribusi Probabilitas 2. Distribusi Binomial (Bernaulli) 3. Distribusi Multinomial 4. Distribusi Normal (Gauss)

Probabilitas. Tujuan Pembelajaran

DISTRIBUSI PELUANG TEORITIS

BAB 8 DISTRIBUSI PELUANG DISKRIT

Distribusi Normal. Statistika (MAM 4137) Syarifah Hikmah JS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Menurut Open Darnius (2006, hal: 53) simulasi dapat diartikan sebagai suatu

STATISTIKA LINGKUNGAN

KONSEP DASAR PROBABILITAS OLEH : RIANDY SYARIF

Nilai Harapan / Nilai Ekspektasi

DISTRIBUSI NORMAL. Pertemuan 3. Distribusi Normal_M. Jainuri, M.Pd 1

Probabilitas metode ilmiah yang dikembangkan untuk menyelesaikan persoalan yang berhubungan dengan ketidakpastian (uncertaint).

Probabilitas dan Statistika Distribusi Peluang Kontinyu 1. Adam Hendra Brata

DISTRIBUSI PROBABILITAS

DISTRIBUSI PROBABILITAS KONTINYU. Nur Hayati, S.ST, MT Yogyakarta, Maret 2016

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa Distribusi Peluang Diskrit

Probabilitas dan Statistika Ruang Sampel. Adam Hendra Brata

Distribusi Peluang Teoritis. Titik-titik contoh di dalam Ruang Sampel (S) dapat disajikan dalam bentuk numerik/bilangan.

BAB II PROBABILITAS Ruang sampel (sample space)

BAB 2 LANDASAN TEORI

Haryoso Wicaksono, S.Si., M.M., M.Kom. 26

STATISTIKA EKONOMI I Chapter 4 Distribusi Probabilitas Normal dan Binomial Chapter 5 Teori Sampling

DISTRIBUSI PELUANG.

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 3 Sebaran Peluang Peubah Acak

DISTRIBUSI BINOMIAL STKIP SILIWANGI BANDUNG LUVY S ZANTHY KAPSEL SMA

Distribusi Normal Distribusi normal, disebut pula distribusi Gauss, adalah distribusi probabilitas yang paling banyak digunakan dalam berbagai

Peubah Acak. 14-Sep-07 TPADF (Kelas Ganjil/ Rahmat) Lecture 2 page 1

BAB 2 LANDASAN TEORI

KAJIAN TENTANG PENDEKATAN DISTRIBUSI BINOMIAL OLEH DISTRIBUSI NORMAL SKRIPSI RIDWAN NASUTION

LAB MANAJEMEN DASAR MODUL STATISTIKA 1

Distribusi Probabilitas Diskrit. Dadan Dasari

Peubah acak X yang berdistribusi normal dengan rataan sebagai: 2 ) X ~ N(,

KONSEP PROBABILITAS & DISTRIBUSI PROBABILITAS

Oleh: BAMBANG AVIP PRIATNA M

Metode Statistika (STK 211) Pertemuan ke-5

Pertemuan 1 KONSEP DASAR PROBABILITAS

Statistika (MMS-1403)

OUT LINE. Distribusi Probabilitas Normal. Pengertian Distribusi Probabilitas Normal. Distribusi Probabilitas Normal Standar

DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRET Distribusi Binomial. Nur Hayati, S.ST, MT Yogyakarta, Maret 2016

15Ilmu. Uji t-student dan Uji Z (Distribusi Normal)

Pengantar Proses Stokastik

Hubungan antara kejadian dengan ruang contohnya Representasi secara grafis untuk mengilustrasikan logical relations di antara kejadian kejadian

PROBABILITAS 02/10/2013. Dr. Vita Ratnasari, M.Si

TATAP MUKA IV UKURAN PENYIMPANGAN SKEWNESS DAN KURTOSIS. Fitri Yulianti, SP. MSi.

DISTRIBUSI BINOM. Ciri-ciri: 1.Eksperimen terdiri dari n percobaan yang dapat diulang

HARAPAN MATEMATIK. Nur Hayati, S.ST, MT Yogyakarta, Maret 2016

DISTRIBUSI NORMAL. RatuIlmaIndraPutri

MATERI BAB I RUANG SAMPEL DAN KEJADIAN. A. Pendahuluan Dari jaman dulu sampai sekarang orang sering berhadapan dengan peluang.

Pengantar Proses Stokastik

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA

MK Statistik Bisnis 2 MultiVariate. Haryoso Wicaksono, S.Si., M.M., M.Kom. 1

KONSEP DASAR PROBABILITAS

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Probabilitas (Peluang) Probabilitas adalah suatu nilai untuk mengukur tingkat kemungkinan terjadinya suatu peristiwa (event) akan terjadi di masa mendatang yang hasilnya tidak pasti (uncertain event). Probabilitas dinyatakan antara 0 (nol) sampai 1 (satu) atau dalam persentase. Probabilitas 0 menunjukkan peristiwa yang tidak mungkin terjadi, sedangkan probabilitas 1 menunjukkan peristiwa yang pasti terjadi. P(A) = 0,99 artinya probabilitas bahwa kejadian A akan terjadi sebesar 99 % dan probabilitas A tidak terjadi adalah sebesar 1%. Ada tiga hal penting dalam rangka membicarakan probabilitas, yaitu percobaan (experiment), ruang sampel (sample space) dan kejadian (event). Percobaan (experiment) adalah pengamatan terhadap beberapa aktivitas atau proses yang memungkinkan timbulnya paling sedikit 2 (dua) peristiwa tanpa memperhatikan peristiwa mana yang akan terjadi. Contoh : Kegiatan melempar mata uang akan menghasilkan peristiwa muncul gambar atau angka, kegiatan jual beli saham akan menghasilkan peristiwa membeli atau menjual, perubahan harga-harga akan menghasilkan peristiwa inflasi atau deflasi, pertandingan sepak bola akan menghasilkan peristiwa menang, kalah atau seri. Kegiatan-kegiatan yang menimbulkan peristiwa tersebut dikenal sebagai percobaan. Ruang sampel (sample space) atau semesta (universe) merupakan himpunan dari semua hasil (outcome) yang mungkin dari suatu percobaan (experiment). Jadi

10 ruang sampel adalah seluruh kemungkinan peristiwa yang akan terjadi akibat adanya suatu percobaan atau kegiatan. Contoh : Dari kegiatan diatas dapat diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 2.1 Percobaan dan Hasil Percobaan Ruang Sampel Melempar Mata Uang { Gambar, Angka } Perdagangan Saham { Menjual, Membeli } Perubahan harga { Inflasi, Deflasi } Pertandingan Sepak Bola { Menang, Kalah, Seri} Kejadian (event) adalah kumpulan dari satu atau lebih hasil yang terjadi pada sebuah percobaan atau kegiatan. Kejadian menunjukkan hasil yang terjadi dari suatu percobaan. Dalam setiap percobaan atau kegiatan hanya ada satu hasil. Pada kegiatan jual beli saham, kalau tidak membeli berarti menjual. Pada perubahan harga terjadi inflasi atau deflasi. Dua peristiwa tersebut tidak dapat terjadi bersamaan. Pada pertandingan sepak bola juga hanya terjadi satu peristiwa, apakah klub sepak bola tersebut menang, kalah atau seri. Tidak mungkin dalam suatu pertandingan sepak bola, misalnya Persipura dan PSM, hasilnya adalah Persipura menang juga kalah. Peristiwa yang mungkin adalah Persipura menang, Persipura kalah, atau seri. Urutan antara percobaan, ruang sampel dan peristiwa yaitu:

11 Tabel 2.2 Urutan Percobaan, Hasil, dan Peristiwa Percobaan / Kegiatan Ruang Sampel Kejadian / Peristiwa Pertandingan sepak bola antara Persipura VS PSM di Stadion Mandala, Jayapura, 27 Februari 2010 Persipura Menang Persipura Kalah Seri, Persipura tidak kalah dan menang Persipura Menang Nilai probabilitas dapat dihitung berdasarkan nilai hasil observasi (sifatnya subjektif) atau berdasarkan pertimbangan pembuat keputusan atau tenaga ahli dalam bidangnya secara subjektif. Besarnya nilai kemungkinan bagi munculnya suatu kejadian adalah selalu diantaa 0 (nol) dan 1 (satu). Pernyataan ini dapat ditulis sebagai 0 P(A) 1, dimana P(A) menyatakan nilai kemungkinan bagi munculnya kejadian A. Jika suatu percobaan dapat menghasilkan N macam hasil yang berkemungkinan sama (equallylikely) dan jika tepat terdapat sebanyak n hasil yang berkaitan dengan kejadian A, maka probabilitas kejadian A adalah : P(A) = Contoh: Didalam kegiatan pengendalian mutu produk, ada 100 buah barang yang diperiksa, ternyata ada 12 buah barang yang cacat atau rusak. Kalau kebetulan diambil secara acak satu saja, berapa probabilitasnya bahwa barang yang diambil adalah barang yang rusak.

12 Dari soal diketahui bahwa: N = 100 buah barang n = 12 buah barang yang rusak A = barang yang diambil secara acak Jadi, probabilitas memperoleh barang yang rusak adalah : P (A) = P (A) = = 0,12 Jika n = 0, berarti tidak ada barang yang rusak, P (A) = = 0, kejadian ini disebut impossible event (tidak mungkin terjadi). Tetapi jika n = N = 100, berarti semua barang rusak, P (A) = = 1, kejadian ini disebut sure event (pasti terjadi). 2.2 Operasi-Operasi dalam Kejadian Ada beberapa operasi-operasi dalam kejadian yaitu: gabungan (union), irisan (intersection), komplemen (complement), selisih dan kejadian majemuk 2.2.1 Gabungan (Union) Gabungan dua kejadian A dan B, dinyatakan dengan A B, merupakan kejadian yang mengandung semua elemen yang termasuk A atau B atau keduanya. A B = {x : x A atau x B} Jika digambarkan pada diagram Venn maka daerah yang diarsir merupakan himpunan A B.

13 Gambar 2.1 Gabungan 2.2.2 Irisan (Intersection) Irisan dua kejadian A dan B, dinyatakan dengan A B, merupakan kejadian yang elemen-elemennya merupakan anggota dari A dan B. A B = {x : x A atau x B} Jika digambarkan pada diagram Venn maka daerah yang diarsir merupakan himpunan A B Gambar 2.2 Irisan 2.2.3 Komplemen (Complament) Komplemen dari kejadian A, dinyatakan dengan A c, adalah kejadian dari elemenelemen yang merupakan anggota semesta tetapi bukan anggota A.

14 A c = {x : x S, x A} himpunan A c. Jika digambarkan pada diagram Venn maka daerah yang diarsir merupakan Gambar 2.3 Komplemen 2.2.4 Selisih Selisih kejadian B dari kejadian A dinyatakan dengan A B adalah kejadian dari elemen-elemen yang merupakan anggota dari A tetapi bukan anggota dari B. A - B = {x : x A, x B} Jika digambarkan pada diagram Venn maka daerah yang diarsir merupakan himpunan A - B. Gambar 2.4 Selisih

15 2.2.5 Kejadian Majemuk 1. Bila A and B mutually exclusive (kejadian yang terpisah), maka : P (A B) = P(A) + P(B) 2. Bila A dan B dua kejadian sembarang, maka : P (A B) = P(A) + P(B) - P(A B) 3. Bila ada K kejadian yaitu A1, A2,, Ai,, Ak yang mutually exclusive dan membentuk kejadian A, maka: P A P( A 1 A 2 A i A k ) ( ) = ( ) P(A) = 1 4. Bila A dan B independent (bebas), maka : P(A B) = P(A)P(B) 5. Bila A dan B dependent (tidak bebas), maka : P(A B) = P(A)P(B A) P(A B) = P(B)P(A B), dimana P(A) 0, P(B) 0. 2.3 Probabilitas Bersyarat Peluang terjadinya suatu kejadian A bila diketahui bahwa kejadian B telah terjadi disebut peluang bersyarat dan dinyatakan dengan P(A B). P (A B) = ( ) ( )

16 Sama halnya dengan peluang terjadinya suatu kejadian B bila diketaui bahwa kejadian A telah terjadi dan dinyatakan dengan P(B A). P(B A) = ( ) ( ) Dengan mengkombinasikan kedua persamaan maka diperoleh : P(A B)P(B) P(A B) P(B A)P(A) P(A B) = ( ) ( ) Contoh: = ( ) ( ) ( ) Dari 900 nama, terdapat 500 orang pria dengan status 460 orang bekerja, sedangkan 40 orang lagi tidak bekerja, dan 400 orang wanita dengan status 140 orang bekerja sedangkan 260 orang lagi tidak bekerja. Berapa probabilitas terpilihnya pria dengan status telah bekerja? A = pria terpilih B = orang yang terpilih berstatus bekerja P(B) = = P(B A) = = P(A B) = = = 0,77 Dari perhitungan diatas maka diperoleh kemungkinan bahwa nama yang terpilih adalah pria dengan status bekerja adalah sebesar 0,77 atau 77%.

17 2.4 Titik Sampel Titik sampel (sample point) merupakan tiap anggota atau elemen dari ruang sampel. Jika suatu operasi dapat dilakukan dengan n1 cara, dan bila untuk setiap cara ini operasi kedua dapat dilakukan dengan n2 cara, dan bila untuk setiap cara ini operasi ketiga dapat dilakukan dengan n3 cara, dst, maka deretan k operasi dapat dilakukan dengan n1 n2...nk cara. Contoh: Tiga buah koin (uang logam) dilemparkan sekali. Banyaknya titik sampel dalam ruang sampel? Koin I dapat menghasilkan 2 hasil yang mungkin, muka (M) atau belakang (B) Koin II dapat menghasilkan 2 hasil yang mungkin, M atau B Koin III dapat menghasilkan 2 hasil yang mungkin, M atau B Jumlah titik sampel yang dihasilkan = (2) (2) (2) = 8 2.4.1 Kombinasi (Combination) Kombinasi merupakan susunan dari suatu himpunan obyek yang dapat dibentuk tanpa memperhatikan urutan. Kombinasi berkaitan dengan penentuan banyaknya cara memilih r obyek dari sejumlah n obyek tanpa memperhatikan urutannya. Kombinasi merupakan sekatan dengan dua sel, sel pertama berisi r obyek yang dipilih dan (n r) obyek sisanya. Jumlah kombinasi dari n obyek yang berlainan jika diambil sebanyak r. =!! ( )! Contoh: Suatu kelas terdiri atas 4 pria dan 3 wanita Banyaknya panitia yang dibentuk yang beranggotakan 2 pria dan 1 wanita?

18 Banyaknya cara memilih 2 dari 4 pria = =!!! = 6 Banyaknya cara memilih 1 dari 3 wanita = =!!! = 3 Banyaknya panitia yang dapat dibentuk = (6) (3) = 18 2.4.2 Permutasi (Permutation) Permutasi merupakan susunan dari suatu himpunan obyek yang dapat dibentuk yang memperhatikan urutan. Banyaknya permutasi n obyek berlainan adalah n! Banyaknya permutasi n obyek berlainan bila diambil r sekaligus. =! ( )! Banyaknya permutasi n benda berlainan yang disusun melingkar adalah (n 1)! Banyaknya permutasi yang berlainan dari n obyek bila n1 adalah jumlah obyek jenis pertama, n2 adalah jumlah obyek jenis kedua,..., nk jumlah obyek ke-k adalah:!!!.! Banyaknya cara menyekat n obyek dalam r sel bila masing-masing berisi n1 obyek pada sel pertama, n2 obyek pada sel kedua, dan seterusnya adalah : n2 +... + nr = n!!!.! dengan n1 + 2.5 Distribusi Probabilitas Diskrit Penyajian distribusi probabilitas dalam bentuk grafis, tabel atau melalui rumusan tidak masalah, yang ingin dilukiskan adalah perilaku (kelakuan) perubah acak tersebut. Sering di menjumpai, pengamatan yang dihasilkan melalui percobaan statistik yang berbeda mempunyai bentuk kelakuan umum yang sama.

19 Oleh karena itu perubah acak diskrit yang berkenaan dengan percobaan tersebut dapat dilukiskan dengan distribusi probabilitas yang sama, dan dapat dinyatakan dengan rumus yang sama. Dalam banyak praktek yang sering di jumpai, hanya memerlukan beberapa distribusi probabilitas yang penting untuk menyatakan banyak perubah acak diskrit. 2.5.1 Distribusi Seragam Distribusi probabilitas yang paling sederhana adalah yang semua perubah acaknya mempunyai probabilitas yang sama. Distribusi ini disebut distribusi probabilitas seragam diskrit. Jika perubah acak X mendapat nilai x1, x2,, xk dengan probabilitas yang sama, maka distribusi probabilitas diskrit diberikan oleh: f ( x; k ) = ; untuk x = x1, x2,, xk Lambang f(x;k) sebagai pengganti f(x), yang menunjukan bahwa distribusi seragam tersebut bergantung pada parameter x Gambar 2.5 Distribusi Seragam

20 Rata-rata dan varians dari distribusi seragam diskrit adalah : Untuk Rata-rata = Untuk Varians = ( ) Contoh: Sebuah dadu seimbang dilemparkan satu kali, maka tiap unsur dalam ruang sampel S={1, 2,3 4, 5, 6}. Muncul dengan probabilitas 1/6. Jadi jika X menyatakan mata dadu yang muncul, maka X terdistribusi peluang seragam (uniform) yakni f(x;6)=1/6, untuk x = 1, 2, 3, 4, 5, 6. 2.5.2 Distribusi Binomial Suatu percobaan yang terdiri atas beberapa usaha, tiap-tiap usaha, memberikan hasil yang dapat dikelompokan menjadi 2-kategori yaitu sukses atau gagal, dan tiap-tiap ulangan percobaan bebas satu sama lainnya. Probabilitas kesuksesan tidak berubah dari percobaan satu ke percobaan lainnya. Proses ini disebut proses Bernoulli. Jadi proses Bernoulli harus memenuhi persyaratan berikut: 1. Percobaan terdiri atas n-eksperimen yang berulang. 2. Setiap eksperimen memiliki 2 (dua) kemungkinan hasil (outcomes), yakni Sukses dan Gagal yang saling meniadakan (mutually axclusive). 3. Kemungkinan sukses ditunjukkan dengan simbol p, dan opini tetap (konstan) dari eksperimen ke eksperimen. Kemungkinan gagal ditunjukkan oleh simbol q.

21 4. Eksperimen sebanyak n kali adalah bersifat bebas (independent), artinya hasil setiap eksperimen tidak mempengaruhi hasil dari eksperimen yang lain. Istilah sukses dan gagal merupakan istilah statistik dan tidak perlu disama-artikan dengan istilah sehari-hari yang sering didengar mengingat dalam pengertian ini kondisi cacat (defective items) hasil dari suatu proses produksi bisa dikatakan sebagai kondisi sukses. Besarnya nilai probabilitas setiap x peristiwa sukses dari n kali eksperimen ditunjukkan oleh probabilitas sukses p dan probabilitas kegagalan 1-p. f(x) = P(X=x) = b(x,n,p) = =!!( )! Dengan: p = probabilitas sukses q = 1-p n = jumlah total percobaan x = jumlah sukses dari n kali percobaan Distribusi binomial mempunyai nilai rata-rata μ = np dan nilai simpangan baku =. 2.5.3 Nilai Harapan Distribusi Binomial Untuk mencari rata-rata (μ) digunakan Rumus : ( ) = ( + ) n-1 = (1) n-1 =

22 Jadi ekspektasi dari distribusi binomial adalah np. 2.5.4 Variansi Distribusi Binomial ( ) =[ 2 ] ( [ ]) 2 [ ]2 = n(n 1)p 2 (q n-2 +(n 2)pq n-3 + +p n-2 )+np maka, = n(n 1)p 2 (q+p) n-2 +np = n(n 1)p n +np Var ( ) =[ 2 ] ( [ ]) 2 = n(n 1)p 2 +np 2 2 = np(1-p) = npq Jadi, varian dari distribusi binomial adalah npq 2.6 Distribusi Normal Distribusi probailitas kontinyu yang terpenting di bidang statistik adalah distribusi Normal. Grafiknya disebut kurva normal, berbentuk lonceng. Distribusi ini ditemukan Karl Friedrich Gauss (1777-1855) yang juga disebut distribusi Gauss. Perubah acak X yang bentuknya seperti lonceng disebut perubah acak normal dengan persamaan matematik distribusi probabilitas yang bergantung paramerter μ (mean) dan σ (simpangan baku). Dinyatakan n(x, μ, σ).

23 Gambar 2.6 Kurva Normal Fungsi padat perubah acak normal X, dengan rata-rata μ dan simpangan baku σ dinyatakan sebagai : n ( ; ; ), untuk < < Dengan : μ = mean σ = simpangan baku π = 3,14159... e = 2,71828... Luas daerah kurva normal antara x = a dan x = b dinyatakan sebagai berikut: ( ) = ( ) =

24 Gambar 2.7 Luas Derah P(a < x < b) = Luas Daerah Diarsir 2.6.1 Nilai Harapan Variabel acak Normal E [X] = ( ) = / / z = ; + = ; dz = ; dx = ( + ) ( + ) +

25 Untuk ( + ) y = ; = ; = ( + ) untuk = = = [ ] dimana lim = 0 ; = 0 akibatnya (0 + 0) = 0 untuk ( + ) y = = 2 dy = = + ( + ) + = Sehingga: E [X] + = 0 + =

26 2.6.2 Variansi Variabel Acak Normal Var (X) = E [X 2 ] - (E [X]) 2 E [x 2 ] = z = + = = ( + ) ( + 2 + ) = + 2 + + + + 0 + ( 2 ) + Untuk ( + ) y = = 2 dy = = =

27 ( 2 + 2 ) ( + ) ( 2 1 + 2 1 ) + = Sehingga : E[X 2 ] = + Maka : Var (X) = E[X 2 ] (E[X]) 2 = + = 2.6.3 Distribusi Normal Standard Keluarga distribusi normal memiliki jumlah yang banyak sekali, akibat pengaruh ratarata dan simpangan baku. Akan tetapi, untuk mencari probabilitas suatu interval dari variabel random kontinu dapat di permudah dengan menggunakan bantuan distribusi normal standard. Distribusi normal standard adalah distribusi normal yang memiliki rata-rata (μ) = 0 dan simpangan baku ( ) = 1. Bentuk fungsinya adalah: f (Z)

28 Untuk mengubah distribusi normal umum menjadi distribusi normal standard di gunakan nilai Z (standard units). Bentuk rumusnya adalah: Z = Dengan: Z = Skor Z atau nilai normal baku X = Nilai dari suatu pengamatan atau pengukuran m = Nilai rata-rata hitung suatu distribusi s = Standart deviasi suatu distribusi Nilai Z (standard units) adalah angka atau indeks yang menyatakan penyimpangan suatu nilai variabel random (X) dari rata-rata ( ) dihitung dalam satuan simpangan baku ( ). 2.6.4 Sifat-Sifat Normal Standard Sifat-sifat penting dalam distribusi normal standard yaitu: 1) Grafiknya selalu ada di atas sumbu datar x 2) Bentuknya simetrik terhadap x = 3) Mempunyai satu modus, jadi kurva unimodal, tercapai pada x = 4) Grafiknya mendekati (berasimtutkan) sumbu datar x di mulai dari x = + 3 ke kanan dan x = - 3 ke kiri 5) Luas daerah grafik selalu sama dengan satu unit persegi.

29 Untuk tiap pasang dan, sifat-sifat di atas selalu di penuhi, hanya bentuk kurvanya saja yang berlainan. Jika makin besar, kurvanya makin rendah (platikurtik) dan untuk makin kecil, kurvanya makin tinggi (leptokurtik). Gambar 2.8 Distribusi Kurva Normal dengan μ Sama dan Berbeda Pada Gambar 2.8 menunjukkan bentuk distribusi dan kurva normal dengan nilai tengah sama dan standart deviasi yang berbeda. Kurva normal demikian mempunyai μ = Md = Mo yang sama, namun mempunyai s yang berbeda. Semakin besar s, maka kurva semakin pendek dan semakin tinggi nilai s, maka semakin runcing. Oleh sebab itu, s yang tinggi menunjukkan bahwa nilai data semakin menyebar dari nilai tengahnya (μ). Sebaliknya apabila s semakin rendah, maka nilai semakin mengelompok pada nilai tengahnya, sehingga parameter nilai tengah menjadi indikator yang baik bagi ukuran populasi.

30 Gambar 2.9 Distribusi Kurva Normal dengan μ Berbeda dan Sama Pada Gambar 2.9 menunjukkan bentuk distribusi probabilitas dan kurva normal dengan μ berbeda dan s sama, mempunyai jarak antara kurva yang berbeda, namun bentuk kurva tetap samgaa. Hal demikian bisa terjadi karena kemampuan antar populasi berbeda, namun setiap populasi mempunyai keragaman yang hampir sama. Gambar 3.0 Distribusi Kurva Normal dengan dan Berbeda Pada Gambar 3.0 menunjukkan bentuk distribusi probabilitas dan kurva normal dengan μ berbeda dan s berbeda. Kurva yang demikian mempunyai titik pusat yang berbeda pada sumbu mendatar dan bentuk kurva berbeda karena mempunyai setandart deviasi yang berbeda. Kurva demikian relatif banyak terjadi, karena antar-

31 populasi terdapat perbedaan kemampuan, disamping itu di dalam setiap populasi juga terdapat perbedaan, atau setiap populasi juga mempunyai keragaman yang berbeda.