Matematika Teknik Dasar-2 2 Bilangan Kompleks - 1. Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

dokumen-dokumen yang mirip
Matematika Teknik Dasar-2 3 Bilangan Kompleks - 2. Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

BILANGAN KOMPLEKS SHINTA ROSALIA DEWI, S.SI, M.SC

Matematika Teknik Dasar-2 5 Perkalian Antar Vektor. Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

BILANGAN KOMPLEKS. 1. Bilangan-Bilangan Real. 2. Bilangan-Bilangan Imajiner. 3. Bilangan-Bilangan Kompleks

MATEMATIKA TEKNIK II BILANGAN KOMPLEKS

Bab I. Bilangan Kompleks

MATEMATIKA TEKNIK 1 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS

Sistem Bilangan Kompleks (Bagian Kedua)

Modul I Dasar Bilangan Kompleks

Sistem Bilangan Kompleks

VEKTOR. Matematika Industri I

Matematika Teknik Dasar-2 4 Aljabar Vektor-1. Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

Bab II Fungsi Kompleks

VEKTOR Matematika Industri I

BILANGAN KOMPLEKS. Muhammad Hajarul Aswad Pendidikan Matematika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo. Aswad

BUKU DIKTAT ANALISA VARIABEL KOMPLEKS. OLEH : DWI IVAYANA SARI, M.Pd

VEKTOR Matematika Industri I

Penerapan Bilangan Kompleks pada Rangkaian RLC

Koordinat Kartesius, Koordinat Tabung & Koordinat Bola. Tim Kalkulus II

Vektor. Vektor memiliki besaran dan arah. Beberapa besaran fisika yang dinyatakan dengan vektor seperti : perpindahan, kecepatan dan percepatan.

Bab 1 Sistem Bilangan Kompleks

BILANGAN KOMPLEKS. Dimana cara penyelesaiannya dengan menggunakan rumus abc, yang menghasilkan dua akar sekaligus ..(4)

Pertemuan ke 8. GRAFIK FUNGSI Diketahui fungsi f. Himpunan {(x,y): y = f(x), x D f } disebut grafik fungsi f.

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Matematika Tahun Ajaran 2017/2018

BILANGAN KOMPLEKS. Dimana cara penyelesaiannya dengan menggunakan rumus abc, yang menghasilkan dua akar sekaligus ..(4)

Soal-Soal dan Pembahasan SBMPTN - SNMPTN Matematika Dasar Tahun Pelajaran 2010/2011

GEOMETRI ANALITIK PERTEMUAN2: GARIS LURUS PADA BIDANG KOORDINAT. sofyan mahfudy-iain Mataram 1

Matematika II : Vektor. Dadang Amir Hamzah

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu dan kompeten, mengenai : Bilangan kompleks Operasi bilangan kompleks Aplikasi bilangan kompleks dalam

TRY OUT MATEMATIKA PAKET 3B TAHUN 2010

SISTEM BILANGAN KOMPLEKS

Pembahasan Matematika IPA SNMPTN 2012 Kode 483

Pembahasan Matematika IPA SNMPTN 2012 Kode 132

MODUL 1. Teori Bilangan MATERI PENYEGARAN KALKULUS

FUNGSI. Berdasarkan hubungan antara variabel bebas dan terikat, fungsi dibedakan dua: fungsi eksplisit dan fungsi implisit.

LIMIT FUNGSI. A. Menentukan Limit Fungsi Aljabar A.1. Limit x a Contoh A.1: Contoh A.2 : 2 4)

Bilangan Kompleks. Anwar Mutaqin. Program Studi Pendidikan Matematika UNTIRTA

MODUL ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS

TEKNIK PENGINTEGRALAN

Materi UTS. Kalkulus 1. Semester Gasal Pengajar: Hazrul Iswadi

2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a

LEMBAR AKTIVITAS SISWA INDUKSI MATEMATIKA

BAB 1 Vektor. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, Ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

Outline Vektor dan Garis Koordinat Norma Vektor Hasil Kali Titik dan Proyeksi Hasil Kali Silang. Geometri Vektor. Kusbudiono. Jurusan Matematika

Persamaan dan pertidaksamaan kuadrat BAB II

Bab1. Sistem Bilangan

Hendra Gunawan. 4 September 2013

VEKTOR. 45 O x PENDAHULUAN PETA KONSEP. Vektor di R 2. Vektor di R 3. Perkalian Skalar Dua Vektor. Proyeksi Ortogonal suatu Vektor pada Vektor Lain

Menurut jenisnya, fungsi dapat dibedakan menjadi (1) Fungsi aljabar (2) Fungsi transenden

Xpedia Matematika. Kapita Selekta Set 05

Applikasi Bil. Komplek pada Teknik Elektro

ANALISA VARIABEL KOMPLEKS

Buku Pendalaman Konsep. Trigonometri. Tingkat SMA Doddy Feryanto

kombinasi antara aljabar dan geometri. Dengan membuat korespondensi antara

Bilangan Real. Modul 1 PENDAHULUAN

Aplikasi Aljabar Geometri dalam Menentukan Volume Parallelepiped Beserta Penurunan ke Rumus Umum dengan Memanfaatkan Sifat Aljabar Vektor

SOAL&PEMBAHASAN MATEMATIKATKDSAINTEK SBMPTN. yos3prens.wordpres.com

LINGKARAN. Lingkaran. pusat lingkaran diskriminan posisi titik posisi garis garis kutub gradien. sejajar tegak lurus persamaan lingkaran

A B A B. ( a ) ( b )

PERSAMAAN KUADRAT. Persamaan. Sistem Persamaan Linear

MATEMATIKA TEKNIK DASAR-I FUNGSI-2 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN

Arahnya diwakili oleh sudut yang dibentuk oleh A dengan ketigas umbu koordinat,

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya

7. RESIDU DAN PENGGUNAAN. Contoh 1 Carilah titik singular dan tentukan jenisnya dari fungsi berikut a. f(z) = 1/z

2015 ACADEMY QU IDMATHCIREBON

1 Mengapa Perlu Belajar Geometri Daftar Pustaka... 1

D. (1 + 2 ) 27 E. (1 + 2 ) 27

Analisis Vektor. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY

Pembahasan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Bidang Matematika. Kode Paket 634. Oleh : Fendi Alfi Fauzi 1. x 0 x 2.

digunakan untuk menyelesaikan integral seperti 3

6 FUNGSI LINEAR DAN FUNGSI

Tanggapan Frekuensi Pendahuluan

MAKALAH FUNGSI KUADRAT GRAFIK FUNGSI,&SISTEM PERSAMAAN KUADRAT

Kelompok Mata Kuliah : MKU Program Studi/Program : Teknik Tenaga Elektrik/S1 Status Mata Kuliah : Wajib Prasyarat : - : Aip Saripudin, M.T.

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Matematika Tahun Ajaran 2017/2018

Persamaan Diferensial Biasa

Bab 1 : Skalar dan Vektor

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia

BESARAN VEKTOR. Gb. 1.1 Vektor dan vektor

Diferensial Vektor. (Pertemuan III) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Pembahasan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)

a menunjukkan jumlah satuan skala relatif terhadap nol pada sumbu X Gambar 1

Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SNMPTN 2012 Tanggal Ujian: 13 Juni 2012

Mata Pelajaran MATEMATIKA Kelas X

Silabus. Kegiatan Pembelajaran Instrume n. - Menentukan nilai. Tugas individu. (sinus, cosinus, tangen, cosecan, secan, dan

Jika titik O bertindak sebagai titik pangkal, maka ruas-ruas garis searah mewakili

karena limit dari kiri = limit dari kanan

SOAL-SOAL dan PEMBAHASAN UN MATEMATIKA SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

VEKTOR. Makalah ini ditujukkan untuk Memenuhi Tugas. Disusun Oleh : PRODI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Kalkulus 2. Teknik Pengintegralan ke - 3. Tim Pengajar Kalkulus ITK. Institut Teknologi Kalimantan. Januari 2018

Lingkaran. A. Persamaan Lingkaran B. Persamaan Garis Singgung Lingkaran

Kelompok Mata Kuliah : MKU Program Studi/Program : Pendidikan Teknik Elektro/S1 Status Mata Kuliah : Wajib Prasyarat : - : Aip Saripudin, M.T.

BAB 3 TRIGONOMETRI. Gambar 3.1

Penggunaan Bilangan Kompleks dalam Pemrosesan Signal

Bagian 1 Sistem Bilangan

BAB II BESARAN VEKTOR

Bab 16. LIMIT dan TURUNAN. Motivasi. Limit Fungsi. Fungsi Turunan. Matematika SMK, Bab 16: Limit dan Turunan 1/35

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat

Persamaan dan Pertidaksamaan Linear

Pesawat Terbang. gaya angkat. gaya berat

Transkripsi:

Matematika Teknik Dasar-2 2 Bilangan Kompleks - 1 Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

Simbol j Penyelesaian dari sebuah persamaan kuadratik ax 2 + bx rumus x = b± b2 4ac 2a Contoh : jika ada 3x 2 + 9x + 6 = 0, maka bisa didapatkan x = 9 ± 92 4.3.6 9 ± 81 72 = 2.3 6 Maka x 1 = 6 6 atau x 2 = 12 6 x 1 = -1 atau x 2 = -2 + c = 0 bisa diselesaikan dengan = 9 ± 9 6 Hasilnya mudah dan jelas, kemudian coba diselesaikan persamaan 5x 2 6x + 5 = 0

Simbol j Diselesaikan : x = 6 ± 36 100 10 = 6 ± 64 10 Berikutnya harus ditentukan akar kuadrat dari -64, berapakah akarnya? +8 dan -8 adalah akar kuadrat dari 64 bukan -64 Sehingga 64 tidak dapat dinyatakan dengan bilangan biasa, karena tidak ada bilangan real yang kuadratnya merupakan kuantitas negatif. -64 = -1 x 64, sehingga bisa ditulis: 64 = 1 x 64 = 1x 64 = 8 1

Simbol j 64 = 1 x 64 = 1x 64 = 8 1 Dari hasil di atas masih dihadapkan 1, yang tidak dapat dihitung seperti bilangan real. Jika kita menulis j untuk pengganti 1, maka 64 = 1. 8 = j8 Maka walau 1 tidak dapat dihitung kita bisa mengganti dengan j yang akan membuat pekerjaan menjadi rapi. 64 = 1 x 64 = j8, sama dengan 49 = 1 x 49 = j7 3 = 1 x 3 = j1,732 bagaimana dengan 16?

Simbol j Maka diselesaikan persamaan 5x 2 6x x = Maka x 1 = 0,6 + j0,8 atau x 2 = 0,6 j0,8 + 5 = 0 dengan rumus x = b± b2 4ac 2a 6 ± 36 100 = 6 ± 64 10 10 x = 6 ± j8 = 0,6 ± j0,8 10

Pangkat j Karena j menyatakan 1, maka coba dibahas pangkat dari j di bawah: j = 1 j = 1 j 2 = 1 j 2 = 1 j 3 =(j 2 )j = -1j = -j j 3 = -j j 4 =(j 2 ) 2 = -1 2 = 1 j 4 = 1 Perhatikan faktor terakhir j 4 =1, dimana setiap faktor tersebut muncul dapat diganti dengan faktor 1, sehingga pangkat j berubah menjadi salah satu keempat hasil di atas.

Pangkat j Contoh: j 9 =(j 4 ) 2 j = 1 2 j =j j 20 =(j 4 ) 5 = 1 5 = 1 j 30 =(j 4 ) 7 j 2 = 1 7 (-1) = -1 j 15 =(j 4 ) 3 j 3 = 1 3 (-j) = -j Maka j 5, j 42, j 11, x2 6x + 34 =0 adalah? Jawaban : -1, 1, -j, x=3 j5

Bilangan kompleks Hasil x=3 j5 ini tidak dapat dibuat lebih sederhana lagi, karena terdiri dari dua suku terpisah. Dalam pernyataan x = 3 + j5; 3 disebut bagian real dari x 5 disebut bagian imajiner dari x Sehingga kedua bagian di atas membentuk bilangan kompleks. Bilangan kompleks = (bagian real) + j(bagian imajiner) Pada bilangan kompleks 6 + j9, maka pembagian real dan imajinernya adalah?

Bilangan kompleks Penambahan dan Pengurangan Bilangan Kompleks Bilangan kompleks ini ada banyak penerapan di bidang teknik. Maka perlu dipahami operasi bilangan kompleks, kita harus memahami bagaimana melakukan operasi-operasi aritmatik biasa. Contoh: (4 + j5) + (3 j2) = 4 + j5 + 3 j2 = ( 4+3) + j(5-2) = 7 + j3 (4 + j7) (2 j5) = 4 + j7 2 + j5 = (4-2) + j(7+5) = 2 + j12 Secara umum (a+jb) + (c+jd) = (a+c) + j(b+d)

Bilangan kompleks Perkalian Bilangan Kompleks Sebagai contoh (4 + j5) (4 + j7), maka hasil kalinya adalah : (a) (4 + j5) (4 + j7) (b) (c) (d) Jika suatu pernyataan memiliki lebih dari dua faktor, dikalikan faktor-faktor tersebut secara bertahap. (3+j4)(2-j5)(1-j2) = (6+j8-j15-j 2 20)(1-j2) Dari suku-suku hasil kali a) Kedua suku sisi kiri b) Kedua suku di bagian dalam c) Kedua suku di bagian luar d) Kedua suku di sisi kanan = 16 + j20 + j28 + j 2 35 = 16 + j48 35 (karena j 2 = -1) = -19 + j48

Bilangan kompleks Perkalian Bilangan Kompleks (3+j4)(2-j5)(1-j2) = (6+j8-j15-j 2 20)(1-j2) = (6-j7+20)(1-j2) = (26-j7)(1-j2) =(26-j7-j52+j 2 14) = (26 j59-14) = (12 j59)

Bilangan kompleks Perkalian Bilangan Kompleks Coba diselesaikan sebuah operasi bilangan kompleks sebagai berikut: (5+j8)(5-j8) = 25 + j40 j40 j 2 64 = 25 + 64 = 89 Kasus di atas adalah kasus khusus, hasilnya tidak memiliki suku j atau merupakan bilangan real. Bilangan kompleks ini disebut sebagai bilangan konjugat dan hasil kali dari dua bilangan kompleks konjugat selalu bilangan real. (a + b)(a b) =a 2 b 2 (5+j8)(5-j8) = 5 2 + (j8) 2 = 5 2 j 2 8 2 = 5 2 + 8 2 (j 2 = -1) = 25 + 64 = 89

Bilangan kompleks Pembagian Bilangan Kompleks 5 j4 3 = 5 3 j 4 3 Sekarang bagaimana dengan kasus berikut 7 j4 4+j3 = 1,67 j1,33 Yang dilakukan adalah mengonversi penyebut menjadi bilangan real. Caranya adalah mengonversi (4 + j3) menjadi bilangan real dengan mengalikan bilangan ini dengan konjugatnya yaitu (4 j3). 7 j4 (7 j4)(4 j3) = 4 + j3 (4 + j3)(4 j3) = 28 j16 j21 + j2 12 16 j37 = 16 + 9 25 16 37 j = 0,64 j1,48 25 25

Representasi Grafis Suatu Bilangan Kompleks Kita tidak dapat menentukan nilai suatu bilangan kompleks selayaknya bilangan real, tetapi bisa dipresentasikan secara grafis. Dala sistem penggambaran bilangan biasa (kartesius) angka (3) disajikan oleh sebuah garis dari titik asal (0) ke titik 3 pada skalanya. Begitu pula untuk merepresentasikan (-3) dibawa ke titik -3 pada skalanya. Kedua garis sama panjang hanya ditarik pada arah masing-masing berlawanan. Maka dibuat tanda mata panah untuk membedakan keduanya. Sebuah garis merepresentasikan arah dan besar (magnitudo) disebut sebagai vektor

Representasi Grafis Suatu Bilangan Kompleks Sekarang jika kita kalikan (+3) dengan faktor (-1) didapatkan (-3) sehingga faktor (-1) memiliki pengaruh memutar vektornya sebesar 180 0 Mengalikan dengan faktor (-1) ekivalen dengan j 2 Jika dikalikan dengan j saja maka akan memiliki pengaruh separuh saja yang berarti akan memutar vektor 90 0.

Representasi Grafis Suatu Bilangan Kompleks Faktor j selalu memutar vektor sebesar 90 0 dalam arah positif pada pengukuran sudut (berlawanan arah jarum jam). Jika kita mengalikan j3 dengan faktor j lagi maka akan didapatkan j 2 3, berarti (-3) dan diagramnya akan menghasilkan: Jika (-3) dikalikan j lagi, maka vektor berputar 90 0. Coba dibuat sketsanya pada slide berikutnya:

Representasi Grafis Suatu Bilangan Kompleks Dinyatakan garis acuan dalam sumbu x dan sumbu y Maka dapat dilihat bahwa: 1. Skala pada sumbu X merepresentasikan bilangan real. Maka sumbu-x disebut sumbu real 2. Skala pada sumbu-y merepresentasikan bilangan imajiner. Oleh karena itu sumbu-y disebut sumbu imajiner. Sekarang coba dibuat sketsa vektor untuk merepresentasikan: (a) 5; (b) -4; (c) j2; (d) -j

Representasi Grafis Suatu Bilangan Kompleks Jika kita ingin menyatakan 3+2 sebagai jumlah dua buah vektor, kita harus menggambar keduanya sebagai rantai, vektor kedua berawal dari ujung vektor pertama. Jika kita ingin merepresentasikan bil kompleks ( 3 + j2), maka ditambahkan vektor yang mewakili 3 dengan vektor yang mewakili j2.

Representasi Grafis Suatu Bilangan Kompleks Vektor tunggal ekuivalen yang merepresentasikan (3 + j2) adalah sebuah vektor yang berpangkal pada pangkal dari vektor pertama (titik asal) dan berujung pada ujung vektor terakhir. Representasi grafis ini menghasilkan Diagram Argand Sekarang dicoba menggambar diagram Argand untuk merepresentasikan vektor: a. Z 1 = 2 + j3 b. Z 2 = -3 + j2 c. Z 3 = 4 j3 d. Z 4 = -4 j5

Representasi Grafis Suatu Bilangan Kompleks Bagian real berkorespon dengan sumbu-x Bagian imajiner berkorespon dengan sumbu-y

Penjumlahan Bilangan Kompleks secara Grafis Coba kita jumlahkan z 1 = 5 + j2 dengan z 2 = 2 + j3 dengan menggunakan diagram Argand.

Penjumlahan Bilangan Kompleks secara Grafis Jika OP mewakili bilangan kompleks a + jb, berapakah nilai a dan b? a = 5 + 2 = 7 b = 2 + 3 = 5 Maka OP = z = 7 + j5

Pengurangan Bilangan Kompleks secara Grafis Maka sebuah nilai z 1 z 2 = z 1 + (-z 2 ) Kita menggambar vektor yang merepresentasikan z 1 dan vektor negatif z 2 serta menambahkan keduanya seperti sebelumnya. Karena vektor z 2 hanyalah vektor dengan magnitudo yang sama hanya arah berlawanan. Jika z 1 = 5 + j2 dan z 2 = 2 + j3 Vektor OA = z 1 = 5 + j2 OP = -z 2 = - (2 + j3) Maka OQ = z 1 + (-z 2 ) = z 1 z 2 Pada diagram Argand coba tentukan: (4 + j2) + (-2 + j3) (-1 + j6)

Pengurangan Bilangan Kompleks secara Grafis OA = z 1 = 4 + j2 OB = z 2 = -2 + j3 OC = -z 3 = 1 j6 Maka OP = z 1 + z 2 OQ = z 1 + z 2 z 3 = 3 - j

Bentuk Polar suatu Bilangan Kompleks Pada diagram Argand, misalkan OP merupakan vektor a + jb. Misalkan r = panjang vektor tersebut dan merupakan sudut yang dibuatnya dengan OX. Maka r 2 = a 2 + b 2 r = a 2 + b 2 Dan tanθ = b a θ = tan 1 b a Juga a = r cos dan b = r sin Karena z = a + jb, dapat ditulis z = r cos + jr sin yaitu z = r (cos + j sin ) Ini disebut bentuk polar bilangan kompleks a + jb dimana r = a 2 + b 2 dan θ = tan 1 b a

Bentuk Polar suatu Bilangan Kompleks Coba nyatakan z = 4 + j3 dalam bentuk polar Bisa dibuat sketsa untuk membantu. a. r 2 = 4 2 + 3 2 = 16 + 9 = 25 r = 5 b. tan = ¾ = 0,75 = 36 0 52 Maka dalam hal ini z =5(cos 36 0 52 + j sin 36 0 52 ) r ini disebut juga modulus bil kompleks z dan sering disingkat mod z atau z disebut argumen bil kompleks dan dapat disingkat arg z *berhati-hati dengan nilai

Bentuk Eksponensial suatu Bilangan Kompleks Banyak fungsi yang dapat dinyatakan sebagai deret, misalnya: e x = 1 + x + x2 2! + x3 3! + x4 4! + x5 5! + sin x = x + x3 3! + x5 5! x7 7! + x9 9! + cos x = 1 x2 2! + x4 4! x6 6! + Berikutnnya coba diambil deret e x dan menulis j sebagai ganti x, didapatkan:

Bentuk Eksponensial suatu Bilangan Kompleks Banyak fungsi yang dapat dinyatakan sebagai deret, misalnya: e j = 1 + j + j 2 2! + j 3 3! + j 4 4! + j 5 5! + e j = 1 + j + j2 2 + j3 3 + j4 4 + j5 5 + 2! 3! 4! 5! e j = 1 + j 2 2! j 3 3! + 4 4! + j 5 5! + e j = 1 θ2 2! + θ4 4! + j θ θ3 3! + θ5 5! e j = cos θ + j sin θ Karena itu r(cos + j sin ) sekarang dapat ditulis sebagai re j. Dimana disebut sebagai bentuk eksponensial bilangan kompleks

Bentuk Eksponensial suatu Bilangan Kompleks Bentuk eksponensial dapat diperoleh dari bentuk polar dengan sangat mudah karean nilai r adalah sama dan sudut adalah sama untuk keduanya. Yang perlu diingat, bahwa dalam bentuk eksponensial, sudut haruslah dalam bentuk radian. Oleh karena itu dicoba untuk mengubah bentuk polar 5(cos 60 0 + j sin 60 0 ) menjadi bentuk eksponensialnya. 5(cos 60 0 + j sin 60 0 ) R = 5 = 60 0 = /3 radian, maka bentuk eksponensialnya adalah 5e jπ 3 Kemudian untuk bentuk negatif, e -j = cos (- ) + j sin (- ) = cos - j sin

Logaritma Bilangan Kompleks Jika kita peroleh z = re j Maka dapat dikatakan ln z = ln r + j Jika z = 6,42e j1,57 ln z = ln 6,42 + j1,57 = 1,8594 + j1,57