METODE BEDA HINGGA PADA KESTABILAN PERSAMA- AN DIFUSI KOMPLEKS DIMENSI SATU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tesis ini. Selain itu, literatur-literatur yang mendasari tesis ini akan diuraikan

SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI

Metode Beda Hingga untuk Penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b

Regularitas Operator Potensial Layer Tunggal

untuk i = 0, 1, 2,..., n

Pengkajian Metode Extended Runge Kutta dan Penerapannya pada Persamaan Diferensial Biasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

METODE ELEMEN BATAS UNTUK MASALAH TRANSPORT

= = =

Setiap mahasiswa yang pernah mengambil kuliah kalkulus tentu masih ingat dengan turunan fungsi yang didefenisikan sebagai

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi dan akurasi penyelesaian

Gambar 1. Gradien garis singgung grafik f

A. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan

METODE MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN POISSON DUA DIMENSI DENGAN METODE BEDA HINGGA ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Seri : Modul Diskusi Fakultas Ilmu Komputer. FAKULTAS ILMU KOMPUTER Sistem Komputer & Sistem Informasi HANDOUT : KALKULUS DASAR

Turunan Fungsi. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi

Perbandingan Model Black Scholes dan Brennan Schwartz untuk Menentukan Harga American Option

LEMBAR KERJA SISWA 1. : Menggunakan Konsep Limit Fungsi Dan Turunan Dalam Pemecahan Masalah

METODE FINITEDIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS

KAJIAN DISKRETISASI DENGAN METODE GALERKIN SEMI DISKRET TERHADAP EFISIENSI SOLUSI MODEL RAMBATAN PANAS TANPA SUKU KONVEKSI

4. TURUNAN. MA1114 Kalkulus I 1

BAB III STRATIFIED CLUSTER SAMPLING

SOLUSI PENYEBARAN PANAS PADA BATANG KONDUKTOR MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICHOLSON

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

Differensiasi Numerik

TURUNAN FUNGSI. turun pada interval 1. x, maka nilai ab... 5

Solusi Persamaan Laplace Menggunakan Metode Crank-Nicholson. (The Solution of Laplace Equation Using Crank-Nicholson Method)

EFEK DISKRITASI METODE GALERKIN SEMI DISKRET TERHADAP AKURASI DARI SOLUSI MODEL RAMBATAN PANAS TANPA SUKU KONVEKSI

Fungsi Analitik (Bagian Pertama)

PENYELESAIAN PERSAMAAN POISSON 2D DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-SEIDEL DAN CONJUGATE GRADIENT

METODE BENTUK NORMAL PADA PENYELESAIAN PERSAMAAN DUFFING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Penyelesaian Persamaan Poisson 2D dengan Menggunakan Metode Gauss-Seidel dan Conjugate Gradient

MENYELESAIKAN TURUNAN TINGKAT TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SELISIH ORDE PUSAT BERBANTUAN PROGRAM MATLAB

4.1 Konsep Turunan. lim. m PQ Turunan di satu titik. Pendahuluan ( dua masalah dalam satu tema )

KONTROL OPTIMAL UNTUK DISTRIBUSI TEMPERATUR DENGAN PENDEKATAN BEDA HINGGA

Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Perambatan Gelombang

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Persamaan Air Dangkal (SWE)

KB. 2 INTERAKSI PARTIKEL DENGAN MEDAN LISTRIK

MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH NILAI AWAL SINGULAR PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA ABSTRACT

Solusi Analitik Model Perubahan Garis Pantai Menggunakan Transformasi Laplace

MAKALAH TURUNAN. Disusun oleh: Agusman Bahri A1C Dosen Pengampu: Dra. Irma Suryani, M.Pd

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

LUAS DAERAH, TITIK BERAT DAN MOMEN INERSIA POLAR KARDIODA DENGAN INTEGRAL NUMERIK METODE TRAPESIUM & METODE SIMPSON

METODE BENTUK NORMAL PADA PENYELESAIAN PERSAMAAN RAYLEIGH

BAB III PEMODELAN DENGAN METODE VOLUME HINGGA

Solusi Numerik Persamaan Gelombang Dua Dimensi Menggunakan Metode Alternating Direction Implicit

PENGARUH PERUBAHAN NILAI PARAMETER TERHADAP NILAI ERROR PADA METODE RUNGE-KUTTA ORDE 3

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL TUNDA LINIER ORDE 1 DENGAN METODE KARAKTERISTIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Persamaan Diferensial (Bronson dan Costa, 2007) terhadap satu atau lebih dari variabel-variabel bebas (independent

Penyelesaian Model Matematika Masalah yang Berkaitan dengan Ekstrim Fungsi dan Penafsirannya

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR ABSTRACT

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

Perbandingan Skema Numerik Metode Finite Difference dan Spectral

4 SIFAT-SIFAT STATISTIK DARI REGRESI KONTINUM

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

Menentukan Distribusi Temperatur dengan Menggunakan Metode Crank Nicholson

MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI

BAB 5 DIFFERENSIASI NUMERIK

TURUNAN (DIFERENSIAL) Oleh: Mega Inayati Rif ah, S.T., M.Sc. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Syarat Cukup Osilasi Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua Dengan Redaman

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Fungsi Gamma. Pengantar Matematika Teknik Kimia. Muthia Elma

GERSHGORIN DISK FRAGMENT UNTUK MENENTUKAN DAERAH LETAK NILAI EIGEN PADA SUATU MATRIKS. Anggy S. Mandasary 1, Zulkarnain 2 ABSTRACT

Limit Fungsi. Limit Fungsi di Suatu Titik dan di Tak Hingga ; Sifat Limit Fungsi untuk Menghitung Bentuk Tak Tentu ; Fungsi Aljabar dan Trigonometri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING

Solusi Numerik Persamaan Logistik dengan Menggunakan Metode Dekomposisi Adomian Dan Metode Milne

Simulasi Kestabilan Model Predator Prey Tipe Holling II dengan Faktor Pemanenan

AKAR PERSAMAAN Roots of Equations

MATEMATIKA MODUL 4 TURUNAN FUNGSI KELAS : XI IPA SEMESTER : 2 (DUA)

KONTROL OPTIMAL UNTUK DISTRIBUSI TEMPERATUR DENGAN PENDEKATAN BEDA HINGGA

TURUNAN / DIFERENSIAL TURUNAN DAN DIFERENSIAL

Disarikan dari Malatuni Topik Bahasan Penggunaan Konsep Limit Fungsi

IV STUDI KASUS. 3.2 Model Optimisasi Sistem Konvensional Model optimisasi sistem kogenerasi dapat diformulasikan sebagai berikut: Min:

Aplikasi Persamaan Bessel Orde Nol Pada Persamaan Panas Dua dimensi

PENYELESAIAN MASALAH STURM-LIOUVILLE DARI PERSAMAAN GELOMBANG SUARA DI BAWAH AIR DENGAN METODE BEDA HINGGA

Ruang Vektor Euclid R 2 dan R 3

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE UNTUK SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER KOEFISIEN FUNGSI

FUNGSI DELTA DIRAC. Marwan Wirianto 1) dan Wono Setya Budhi 2)

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Persamaan Air Dangkal Linier (Linier Shallow Water Equation)

Bab 2 Fungsi Analitik

PENYELESAIAN PERSAMAAN PANAS BALIK (BACKWARD HEAT EQUATION) Oleh: RICHA AGUSTININGSIH

FORMULA PENGGANTI METODE KOEFISIEN TAK TENTU ABSTRACT

KALKULUS. Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah KALKULUS Dosen Pengampu : Ibu Kristina Eva Nuryani, M.Sc. Disusun Oleh :

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY KOMPLEKS MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI QR TUGAS AKHIR

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta

BAB II KAJIAN TEORI. syarat batas, deret fourier, metode separasi variabel, deret taylor dan metode beda

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA MODEL KEMOPROFILAKSIS DAN PENANGANAN TUBERKULOSIS

Turunan Fungsi Aljabar

BAB III INTEGRASI NUMERIK

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A

MODEL NON LINEAR PENYAKIT DIABETES. Aminah Ekawati 1 dan Lina Aryati 2 ABSTRAK ABSTRACT

Analisis Komponen Utama (Principal component analysis)

- Persoalan nilai perbatasan (PNP/PNB)

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

PROSIDING ISSN: 50-656 METODE BEDA HINGGA PADA KESTABILAN PERSAMA- AN DIFUSI KOMPLEKS DIMENSI SATU Danar Ardian Pramana, M.Sc 1) 1) DIV TeknikInformatikaPoliteknikHarapanBersama danar_ardian@ymail.com Abstrak Pada naska makala ini dibaas pendekatan beda ingga pada persamaan difusi. Persamaan differensial parsial dan masala syarat awal dan syarat batas merupakan pokok baasan terapan matematika yang sala satunya diterapkan dalam bidang fisika, sebagai conto yaitu persamaan difusi dengan diikuti ole syarat awal dan syarat batas. Persamaan difusi ini menggunakan bilangan kompleks pada konstantanya yang biasa disebut dengan persamaan difusi kompleks. Persamaan difusi dimensi satu berbentuk u t (x, t) = D u(x,t) x, dengan koefisien D = D R + id I, dengan D R dan D I adala real. Kondisi stabilitas pada persamaan difusi kompleks dimensi satu akan diberikan. Stabilitas dari metode numeric adala menjaga agar selisi antara asil yang diperole dari pendekatan beda ingga dengan solusi eksaknya tidak membesar dengan bertambanya waktu. Permasalaannya adala mencari kondisi yang dapat menekan selisi antara solusi yang diperole dari pendekatan beda ingga dengan solusi analitik agar tetap beringga pada saat waktu menuju tak ingga. Kondisi ini dapat ditentukan dengan memili selang waktu t secara tepat. Metode penelitian yang digunakan dalam makala ini adala studi literatur. Untuk ilustrasi asilnya, diberikan conto numeric berdasarkan metode eksplisit pada persamaan difusi kompleks dimensi satu. Kata Kunci: beda ingga kestabilan; persamaan difusi. 1. PENDAHULUAN Proses difusi umum digunakan dalam bidang ilmu terapan. Metode beda ingga merupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan nilai turunan dari suatu fungsi pada titik tertentu, selanjutnya dapat diperole solusi menggunakan metode ini. Sala satunya adala untuk mendapatkan solusi dari persamaan difusi diperole dari Humidan Miller (199). Kestabilan persamaan difusi dengan konstanta kompleks diperole dengan memili selang waktu t secara tepat agar selisi antara asil yang diperole dari pendekatan beda ingga dengan solusi eksaknya tidak membesar dengan bertambanya waktu yang diperole dari Crank(1975) dan Granvile (005). Makala ini akan membaas penerapan metode beda ingga pada persamaan difusi kompleks dimensi satu. Permasalaan yang akan dibaas pada makala ini adala membentuk pendekatan beda ingga untuk persamaan difusi kompleks mencari kondisi stabilitas padapendekatan beda ingga untuk persamaan difusi kompleks seperti pada Aderito Ara ujo, Sivia Barbeiro, Pedro Serrano (01). Tujuan dari pene-litian ini adala mengetaui Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 759 Universitas Muammadiya Surakarta, 1 Maret 016

PROSIDING ISSN: 50-656 pendekatan beda ingga untuk persamaan difusi kompleks dan mengetaui kondisi stabilitas pada pendekatan beda ingga untuk persamaan difusi kompleks. Sedangkan manfaat yang dapat diperole dari penelitian ini adala memberikan pengetauan tentang penggunaan pendekatan beda ingga untuk persamaan difusi kompleks dan memberikan kondisi stabilitas pada pendekatan beda ingga untuk persamaan difusi kompleks.. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam makala ini adala studi literatur. Penulis mempelajari konsep dasar persamaan difusi. Selain itu penulis memperlajari konsep dasar kestabilan. Penulis juga aktif dengan penulis paper yang menjadi acuan dalam penyelesaian makala ini. Penulis mempelajari konsep dasar skema beda ingga dengan menggunakan Deret Taylor. Dalam makala ini anya digunakan syarat batas Neumann. Penelitian selanjutnya adala menentukan kondisi stabilitas pada persamaan tersebut. Kemudian dibuat program untuk lebi menjelaskan asil dari kondisi stabilitas persamaan difusi kompleks. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Metode Beda HinggaPersamaanDifusiKompleksDimensiSatu Berikut akan diberikan konstruksi metode beda ingga teradap waktu dan teradap variabel x. Diberikan interval terbuka Ω R, dengan syarat batas Γ = δω, Ω = (a, b) dengan a, b R. Diberikan Q = Ωx(O, T], dengan T > 0, dan u: Q = Ω x[o, T]. Digunakan proses difusi nonlinear dengan koefisien D = D R + id I Dengan D R dan D I adala fungsi real. Asumsikan juga bawa D R (x, t, u) 0, (x, t) Q. (1) Didefinisikan syarat awal dan syarat batas dari fungsi u u t = D u x, x (O, L), t (O, T], u(x, 0) = u 0 (x), x Ω, αu(x, t) + β u (x, t) = 0, x Γ, t [O, T], () x Dengan u dinotasikan sebagai turunan normal x ke Γ n yang diperole dari x Suli (000). Konstruksi grid point padaq = Ω x[o, T], yang merupakan interval tertutup berupa 0 = t 0 < t 1 < < t M 1 < t M = T, Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 760 Universitas Muammadiya Surakarta, 1 Maret 016

PROSIDING ISSN: 50-656 Dengan M 1 dan t m+1 t m = t m, m = 0,1,, M 1. didefinisikan sebagai space grid dengan N, t = max t m. Diberikan titik-titik grid x j = (a + j), j = 0,, N dengan = (b a). Titik-titik grid ini merupakan Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 761 Universitas Muammadiya Surakarta, 1 Maret 016 N konstruksi dari mes yang berupa Ω = {x j j = 0,, N}. Definisikan mes pada Q = Ω x[o, T] dinotasikan sebagai Q t yang merupakan konstruksi dari space grid Ω dan grid dengan domain waktu. Diambil Ω t = Q t Q dan Γ t = Q t Γx[0, T]. Dinotasikan V m j nilai dari fungsi mes V, didefinisikan pada Q t di titik (x j, t m ). Didefinisikan pendekatan beda ingga maju dan mundur, teradap waktu berturut-turut δ + V m j = V j+1 m m V j, diperole m δ V m j = V j m V j 1, U t = U j m+1 m U j t m, U j m+1 U j m t m = Dδ x + ( δ x U j m+θ ) x (O, L), t (O, T], U j 0 = u 0 (x j ), αu j m + β (δ x + U j m + δ x U j m ) = 0, x Γ, t [O, T], (3) Dengan U m j merupakan pendekatan dari u(x j, t m ). Untuk memudakan, didefinisikan U m+θ j = θu m+1 j + (1 θ)u m j, θε[0,1]. Jikaθ = 0, maka metode bedaingga Persamaan (3) merupakan Metode Eksplisit, jika θ = 1, maka Metode beda ingga Persamaan (3) merupakan metode Implisit, jika θ = 1, maka metode beda ingga Persamaan (3) merupakan Metode Crank-Nicolson yang terdapat pada Suli(000). b. Kestabilan Persamaan Difusi Kompleks Dimensi Satu Teorema. Jika θ [ 1, 1] maka kondisi pada Persamaan (3) stabil tanpa syarat. Jika θ [0, 1 [, maka kondisi pada Persamaan (3) stabil, dengan t m (1 θ) max D D R m = 1,, M 1 ( ) Danter dapat ξ yang berlaku

PROSIDING ISSN: 50-656 0 < ξ D R j, m. ( ) Bukti. Persamaan dipisa berdasarkan bagian real dan bagian imajinernya (U R, U i ), dengan U = (U 0,, U N ). Akan dibuktikan kestabilan dengan pendekatan bedaingga, U m j u(x j, t m m ), j = 0,, N, m = 0,, M. Kemudian U Rj merupakan bagian real dari U m m j dan U Ij merupakan bagian imajiner dari U m j. Demikian pula D R merupakan bagian real dari D dan D I merupakan bagian imajiner dari D. Diperole U m m j U j t m = Dδ + x (δ x U m j ), Dapat dibentuk menjadi m+1 + IU m+1 Ij (U m Rj + IU m Ij ) t m = (D R + ID I )δ + x (δ x (U m+θ Rj + IU m+θ Ij )). Pemisaan berdasarkan bagian real dan bagian imajinernya: U m+1 m Rj j = D R δ + x (δ x U m+θ Rj ) δd + I x (δ x U m+θ Ij ), U Rj t m U m+1 m Ij j t m Didefinisikan inner product dan N (U, V) = U j V j j=1 = ID I δ + x (δ x U m+θ Rj ) + D R δ + x (δ x IU m+θ Ij ), (4) U 0 Rj = u 0 Rj (x j ), U 0 Ij = u 0 Ij (x j ), δ + x U m R0 + δ x U m R0 = 0, δ + x U m RN + δ x U m RN = 0, δ + x U m I0 + δ x U m I0 = 0, δ + x U m RN + δ x U m RN = 0. (U, V) = U 0V 0 + U j V j Dengan didefinisikan norm 1 U = (U, U) dan 1 Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 76 Universitas Muammadiya Surakarta, 1 Maret 016 N 1 j=1 + U NV (6) U = (U, U). (8) Kalikan kedua persamaan (4) m+θ m+θ dengan U R dan U I berturut-turut, menggunakan sifat asil kali dalam (.,. ) yang diperole dari Anton(1995), dan menjumlakan tiap bagian seingga diperole U m+1 m R t m δ + x (D R δ x U m+θ R ) = δ + x (D I δ x U m+θ I ). Kalikan dengan U m+θ R, seingga diperole ( U R m+1 m t m, U m+θ R ) + (D R ) 1 δ x U m+θ R = (DI δ x U m+θ I, δ x U m+θ R ). (9) (7) (5)

PROSIDING ISSN: 50-656 Selanjutnya pada bagian imajinernya kalikan dengan U m+θ I, seingga diperole ( U I m+1 m t m, U m+θ I ) + (D R ) 1 δ x U m+θ I = (DI δ x U m+θ R, δ x U m+θ I ). (10) Dari penjumlaan persamaan (9) dan (10) diperole ( U R m+1 m t m, U m+θ R ) + ( U I m+1 m t m, U m+θ I ) + (D R ) 1 δ x U m+θ = 0. (11) Dibentuk persamaan U m+θ = t m (θ 1 ) Um+1 U m t m + Um+1 + U m. (1) Dari persamaan (11) dan (1) diperole ( U R m+1 m t m, t m (θ 1 ) U R m+1 m t m + U R m+1 m + U R ) + ( U I m+1 m t m, t m (θ 1 ) U I m+1 m t m + U I m+1 m + U I ) + (D R ) 1 δ x U m+θ = 0. Selanjutnya penjabaran pada ruas kiri, ( Um+1 U m t m, t m (θ 1 ) Um+1 U m t m diperole dan + Um+1 + U m ) + = t m (θ 1 ) U m Um+1 t m + Um+1 U m t m. Dari persamaan (11) diperole t m (θ 1 ) U R m+1 m t m + U R m+1 UR m t m + t m (θ 1 ) U I m+1 m t m + (D R ) 1 δ x U m+θ = 0. Untuk kasus θ [ 1, 1],θ 1 0, + U I m+1 UI m t m U m+1 R UR m t m 0 U m+1 R UR m. m = 0,, M 1. U I m+1 UI m t m 0 (13) Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 763 Universitas Muammadiya Surakarta, 1 Maret 016

PROSIDING ISSN: 50-656 U m+1 I UI m. m = 0,, M 1. (14) Selanjutnya, Um+1 U m t m = U R m+1 t m U m R t m + U I m+1 m t m. (15) Dari Persamaan (4) diuba dalam bentuk Metode Eksplisit dan dengan menggunakan definisi norm, menggunakan syarat batas dan sifat (a b) a + b, diperole U R m+1 m t m Dari Persamaan (4) diperole N j=1 U I m+1 m t m 8 D Rδ m+θ x U Rj+1 D I δ x U m+θ Ij. = 4 ( D Rδ x U m+θ R + DI δ x U m+θ I ) N 8 D Rδ m+θ x U Rj+1 D I δ x U m+θ Ij. j=1 4 ( D Iδ x U m+θ R + DR δ x U m+θ I ) + Dari Persamaan (14), (16) dan (17) diperole Um+1 U m 4 D t m max (D D R ) 1 δ x U m+θ R. (18) Selanjutnya U m+1 R UR m t m + U I m+1 UI m t m + (D R ) 1 δ x U m+θ = t m ( 1 θ) U m Um+1 t m, Dengan asumsi ( ), diperole persamaan dan U R m+1 UR m t m 0 U R m+1 UR m, m = 0,, M 1 U m+1 I UI m t m 0 U m+1 I UI m. m = 0,, M 1. Diperole pada kasus θ [0, 1 [, Persamaan (4) stabil dengan syarat ( ). (16) (17) Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 764 Universitas Muammadiya Surakarta, 1 Maret 016

PROSIDING ISSN: 50-656 c. Ilustrasi Hasil Metode Beda Hingga Persamaan Difusi Kompleks Dimensi Satu Diberikan bentuk metode beda ingga pada persamaan difusi komplek sdimensi satu: U j m+1 U j m t m = Dδ x + ( δ x U j m+θ ), x (O, L), t (O, T], U j 0 = u 0 (x j ), αu j m + β (δ x + U j m + δ x U j m ) = 0, x Γ, t [O, T]. Selanjutnya pada conto persamaan difusi kompleks dimensi satu ini yang terdapat pada Aderito Ara ujo, Sivia Barbeiro, Pedro Serrano (01), diberikan = 1, dan syarat awal U(x, 0) = 55, 10 x 15 U(x, 0) = 155, 15 < x 0 dan 30 x 45 55(30 x) U(x, 0) = + 15 (x 0), 0 x 30. 10 10 Proses numeric menggunakan bantuan program Matlab. Pertama menggunakan variasi t, yaitu t = 0.1, t = 0.15, t = 0.5, T =, dan koefisien difusi d = 1 + i, didapat-kan output seperti pada Gambar 1. Pada Gambar 1, ilustrasi meng-gunakan 3 step dengan permukaan grafik yang kasar. Berdasarkan Teorema 3.1, metode beda ingga stabil dengan syarat t 0.5. Selanjutnya pada t = 0.1, t = 0.15, t = 0.5 metode stabil. Gambar 1. t = 0.1, t = 0.15, t = 0.5, T = Kedua menggunakan t = 0.1, t = 0.15, t = 0.5, T = 10, dan koefisien difusi d = 1 + i didapatkan output seperti pada Gambar. Pada Gambar, ilustrasi menggunakan 3 step. Berdasarkan Teorema 3.1, metode beda ingga stabil dengan syarat t 0.5. Selanjutnya pada t = 0.1, t = 0.15, t = 0.5, metode stabil dan permukaan lebi alus. Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 765 Universitas Muammadiya Surakarta, 1 Maret 016

PROSIDING ISSN: 50-656 Gambar. t = 0.1, t = 0.15, t = 0.5, T = 10 Ketiga menggunakan t = 0.1, t = 0.15, t = 0.5, T = 50 dan koefisien difusi d = 1 + i didapatkan output seperti pada Gambar 3. Pada Gambar 3, ilustrasi menggunakan 3 step. Berdasarkan Teorema 3.1, metode beda ingga stabil dengan syarat t 0.1. Teliat pada grafik menjadi lebi alus dari ketika T = 50. Gambar 3. t = 0.1, t = 0.15, t = 0.5, T = 50 Selanjutnya T = 1500 seperti pada Gambar 4 teliat pada grafik menjadi garis lurus, yang sesuai dengan syarat Neumann. Gambar 4. t = 0.1, t = 0.15, t = 0.5, T = 1500 Selanjutnya menggunakan t = 0.15, t = 0.5, t = 0.5, T =, dan koefisien difusi d = 1 + i di-dapatkan output seperti pada Gambar 5. Pada Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 766 Universitas Muammadiya Surakarta, 1 Maret 016

PROSIDING ISSN: 50-656 Gambar5, ilustrasi menggunakan 3 step. Berdasarkan Teorema 3.1, metode beda ingga stabil dengan syarat t 0.5. Selanjutnya pada t = 0.5 > 0.5, metode tidak stabil terliat dari permukaan yang kasar. Gambar 5. t = 0.15, t = 0.5, t = 0.5, T = 4. SIMPULAN a. Diberikan interval terbukaω R dengan syarat batas Γ = δω, Ω = (a, b) dengana, b R. Diberikan Q = Ωx(O, T], dengan T > 0, dan u: Q = Ω x[o, T]. Digunakan proses difusi nonlinear dengan koefisien D = D R + id I, dengan D R dan D I adala fungsi real. Asumsikan juga bawa D R 0. Diberikan MSAB darifungsiu u t (x, t) = D u(x, t) x, (x, t) Q, D R u(x, 0) = u 0 (x), x Ω, { αu(x, t) + β u (x, t) = 0, x Γ, t [O, T], x Dengan u dinotasikan sebagai turunan normal x ke Γ. x Bentuk metode beda ingga dari MSAB di atas adala U m+1 m j U j t m = Dδ + x (δ x U m+θ j ) U 0 j = u 0 (x j ) αu j m + β (δ x + U j m + δ x U j m )v = 0 Dengan U j m merupakan pendekatan dari u(x j, t m ). b. Diberikan kondisi stabilitas pada MSAB diatas yaitu sebagai berikut: Jika θ [ 1, 1] maka kondisi pada metode beda ingga di atas stabil tanpa syarat. Jika θ [0, 1 [,maka kondisi pada metode beda ingga di atas stabil dengan Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 767 Universitas Muammadiya Surakarta, 1 Maret 016

PROSIDING ISSN: 50-656 t m, m = 1,, M 1 (1 θ) max D D R Dan terdapat ξ yang berlaku 0 < ξ D R j, m. 5. DAFTAR PUSTAKA Anton, Howard.(1995), Aljabar Linear Elementer. Erlangga: Jakarta. Crank.(1975). matematics of difusion. Oxford University Press: London. Granvile.(005).Te Numerical Solution of Ordinary and Partial Differential Equations.AJOHN WILEY &SONS, INC., PUBLICATION: Texas. Humi, M., and Miller, W.B.(199).Boundary Value Problems and Partial Differen-tial Equations. United Stated of America: PWS KENT Publising Company,. Suli.(000). Finite Element Metods for Partial Differential Equations, Lecture notes.universityof Oxford, Oxford, UK. Aderito Ara ujo, SiviaBarbeiro, Pedro Serrano. (01). Stability of Finite Diffrence Scemes for Complex Diffusion Processes.Siam J. Numer.Anal.Vol. 50, No. 3, pp. 184 196 Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 768 Universitas Muammadiya Surakarta, 1 Maret 016