Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

dokumen-dokumen yang mirip
REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM

BAB IV TRIP GENERATION

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

BAB I PENDAHULUAN I-1

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

REGRESI DAN KORELASI. Penduga Kuadrat Terkecil. Penduga b0 dan b1 yang memenuhi kriterium kuadrat terkecil dapat ditemukan dalam dua cara berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

OPTIMASI MASALAH PENUGASAN. Siti Maslihah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

III. METODE PENELITIAN

I. PENGANTAR STATISTIKA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

FUNGSI BIAYA UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PEMESANAN OPTIMUM MULTI ITEM INDEPENDEN BERDISTRIBUSI KONTINU. H. Bernik Maskun

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM

Bab 3 Analisis Ralat. x2 x2 x. y=x 1 + x 2 (3.1) 3.1. Menaksir Ralat

Transkripsi:

Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton model s take from physcs concept whch say that there s attracton between magnet pole. In the regon on cty analyss, populaton clusterng, actvty on natural resources centralzes consder have power of attracton that can be analogy wth magnet attracton. Ths model use to predct zone growth rate. Keywords : model, gravtas, predct, growth, populaton 1. Pendahuluan Sstem wlayah adalah system yang rumt. Hanya sebagan saja yang dapat damat oleh manusa, atau yang mampu damat dengan mkroskop perencana, antara lan: hubungan antar manusa atau masyarakat, perusahaan ndustr, aparat pemerntahan dan lan-lan. Berbaga system pendekatan telah dlakukan dalam usaha menghayat system wlayah yang rumt tersebut, msalnya dengan pendekatan analss kependudukan, analss ekonom, analss masukan-keluaran, program lner, dan sebaganya. Pendekatan lan untuk melhat atau menla hubungan antar daerah yatu dengan model gravtas. D sn, daerah danggap sebaga suatu massa. Hubungan antar daerah dpersamakan dengan hubungan antar massa. Massa wlayah juga mempunya daya tark, sehngga terjad pengaruh mempengaruh antar daerah sebaga perwujudan kekuatan tark menark antar daerah. Karena kenyataan n, model gravtas dapat dterapkan sebaga salah satu model analss. Sudah barang tentu dengan modfkas tertentu sesua dengan karakter massa yang dhadap. 2. Tnjauan Pustaka 2.1 Teor Bass Ekonom Teor bass ekonom n menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonom suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permntaan akan barang dan jasa dar luar daerah. Pertumbuhan ndustr-ndustr yang menggunakan sumberdaya local, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk dekspor, akan menghaslkan kekayaan daerah dan pencptaan peluang kerja (job creaton). Strateg pembangunan daerah yang muncul yang ddasarkan pada teor n adalah penekanan terhadap art pentng bantuan kepada duna usaha yang mempunya pasar secara nasonal maupun nternasonal. Implementas kebjakannya mencakup pengurangan hambatan/batasan terhadap perusahaan-perusahaan yang berorentas ekspor yang ada dan akan ddrkan d daerah tersebut.

Suhard - Model potensal gravtas hansen untuk menentukan pertumbuhan populas daerah 29 2.2 Perumusan Model Gravtas Dalam model gravtas, daerah dmsalkan sebaga suatu massa. Massa tersebut dbentuk sesua dengan beberapa prnsp yang menentukan bentuk keseluruhan (Isard, 1969). Untuk mengembangkan konseps model gravtas, akan dkemukakan lustras sederhana. Msalkan suatu daerah X terbag-bag dalam beberapa sub daerah. Jumlah penduduk daerah X, yatu P jwa. Msalkan dketahu pula jumlah perjalanan yang dlakukan penduduk X, alah T. Perbedaan yang ada dalam tap-tap sub daerah (pendapatan, pembagan penduduk berdasarkan umur, dan sebaganya) dabakan. Pembagan daerah X atas sub daerah, j, k dan seterusnya dsesuakan dengan kepentngan analss. 2.3 Model Potensal Gravtas Hansen Model n dkembangkan oleh W.G. Hansen (1959) yang drancang untuk meramalkan pertumbuhan populas lokas, dengan demkan model n merupakan model lokas. Model n ddasarkan pada suatu asums bahwa aksesbltas kesempatan kerja merupakan faktor utama yang menentukan pertumbuhan populas lokas. Hansen menyatakan bahwa hubungan d antara populas lokas dan kesempatan kerja dapat dnyatakan dalam bentuk ndeks aksesbltas, yang mendefnskan untuk setap zone mempunya aksesbltas kesempatan kerja. Indeks aksesbltas dhtung sebaga berkut: j E j A = (1) b dj dmana : Aj = ndeks aksesbltas dar zone dalam hubungannya dengan zone j Ej = total kesempatan kerja dalam zone j dj = jarak d antara zone dan zone j b = eksponen dar jarak Persamaan (1.1) menunjukkan aksesbltas dar zone dalam hubungannya dengan satu zone j. Indeks keseluruhan untuk zone adalah jumlah dar semua ndeks ndvdual, yatu: A = (2) j E j b d j Hansen juga menyatakan bahwa, dalam menambah aksesbltas, satu faktor pentng yang menentukan berapa banyak populas akan tertark ke daerah tertentu adalah jumlah lahan kosong yang dapat dpergunakan untuk tempat pemukman. Ia menamakannya sebaga kapastas tanah mlk dar suatu zone, dan menyatakan bahwa aksesbltas dan kapastas tanah/lahan untuk pemukman dapat dkombnaskan melalu perhtungan suatu ndeks pengembangan potensal, yang dperoleh melalu penggandaan ndeks aksesbltas dengan kapastas lahan. Pengembangan potensal dar zone drumuskan sebaga berkut: D = A H (3) dmana: H adalah kapastas lahan kosong untuk pemukman d zone D dapat dpandang sebaga suatu ukuran daya tark dar setap zone, yang ddasarkan pada akses kesempatan kerja dan jumlah lahan yang terseda yang dapat dpergunakan untuk tempat tnggal. Populas dalokaskan ke dalam zone ddasarkan pada

30 Performa (2004) Vol. 3, No.1 potensal pengembangan relatve dar setap zone, yatu tdak lan merupakan potensal pengembangan dar setap zone dbag dengan total potensal dar semua zone, sebaga berkut: A A H H Dengan kata lan, Hansen menyatakan bahwa sumbangan dar pertumbuhan total populas dar suatu zone akan berkatan dengan bagamana zone tersebut bernteraks dengan semua zone yang berkompets menark populas penduduk. Jka total pertumbuhan dalam populas adalah Gt, maka jumlah pertumbuhan yang terjad dalam zone sebesar: G = G t (5) D D dmana: D = A H 3. Metode Peneltan 1. Htung ndeks aksesbltas untuk setap zone 2. Gandakan ndeks aksesbltas dengan kapastas lahan kosong yang terseda untuk pemukman untuk setap zone agar memperoleh potensal pengembangan. 3. Tambahkan potensal pengembangan untuk setap zone agar dperoleh total potensal pengembangan 4. Baglah potensal pengembangan dar setap zone dengan total potensal pengembangan untuk memperoleh potensal pengembangan relatve dar setap zone. 5. Gandakan potensal pengembangan relatve dengan total pertumbuhan populas untuk menentukan pertumbuhan populas dalam setap zone. (4) 4. Pembahasan Perhatkan contoh kasus berkut n. Suatu daerah mempunya 4 zone wlayah sepert tampak pada tabel 1 berkut: Zone 1 2 3 4 Peluang Kerja (orang) Ekspor 2500 6000 4500 10000 Non Ekspor 1200 5500 12000 15000 Tabel 1 Data konds daerah Tot. peluang kerja (orang) 3700 11500 16500 25000 Total Populas (orang) 10000 40000 50000 70000 Kapastas Lahan untuk pemukman (ha) 200 450 150 200 Total 23000 33700 56700 170000 1000 Matrks jarak yang dukur berdasarkan varabel jarak tempuh (Km) adalah sebaga berkut:

Suhard - Model potensal gravtas hansen untuk menentukan pertumbuhan populas daerah 31 Dar I=1 I=2 I=3 I=4 Ke j Tabel 2 Data jarak J=1 J=2 J=3 J=4 2 6 8 7 3 5 6 8 4 2 3 5 3 4 7 6 Nla b = eksponen dar jarak dasumskan sama dengan 2. Perhtungan: Tahap 1 Perhtungan ndeks aksesbltas, hasl perhtungan ada pada tabel 3 dbawah n: Tabel 3 Hasl perhtungan ndeks aksesbltas A 11 925 A 21 411 A 12 319 A 22 460 A 13 258 A 23 458 A 14 510 A 24 391 Total A 1 2012 Total A 2 1720 A 31 231 A 41 411 A 32 2875 A 42 719 A 33 1833 A 43 337 A 34 1000 A 44 694 Total A 3 5939 Total A 4 2161 Tahap 2 Potensal pengembangan untuk setap zone: D 1 : 402.400 D 2 : 774.000 D 3 : 890.000 D 4 : 432.000 Total nla D: 2.499.450 Tahap 3 Potensal pengembangan relatve dar setap zone: Untuk zone 1 : 0.160995 Untuk zone 2 : 0.309668 Untuk zone 3 : 0.356418 Untuk zone 4 : 0.172918 Total : 1.000000 Tahap 4. Peramalan pertumbuhan populas setap zone;

32 Performa (2004) Vol. 3, No.1 Tabel 4 Hasl peramalan pertumbuhan populas Populas Jumlah Zone 1 27.369 Zone 2 52644 Zone 3 60591 Zone 4 29396 Total 170.000 5. Kesmpulan Dar hasl peramalan pertumbuhan populas, maka dperoleh hasl bahwa tngkat pertumbuhan yang tngg ada d zone 3, zone 2, zone 4 dan zone 1. Zone 3 bsa dkatakan sebaga pusat pertumbuhan baru, karena ddukung dengan tersedanya lapangan kerja yang lumayan banyak, dan area untuk pemukman juga cukup luas. Sedangkan zone 4 bsa dkatakan daerahnya sudah sangat padat, untuk tahun-tahun mendatang, zone tersebut sudah tdak bsa dkembangkan lag. Berdasarkan hasl peramalan datas, bsa dpaka untuk membuat perencanaan-perencanaan untuk mengantspas keadaan yang terjad d masa mendatang. Perencanaan tersebut melput penyedaan fasltas umum, sarana transportas, perumahan, pusat perbelanjaan dan sebaganya. Daftar Pustaka Gaspersz, Vncent., Analss Kuanttatf Untuk Perencanaan, Penerbt Tarsto, Bandung, 1990 Jhngan, M. L., The Economcs of Development and Plannng, Vcas Publshng House, New Delh, 1983 Lncoln, Arsyad., Pengantar Perencanaan & Pembangunan Ekonom Daerah, eds pertama, BPFE, Yogyakarta, 1999 Warpan, Suwardjoko, Analss Kota Daerah, Penerbt ITB, Bandung, 1984