BAB III TINJAUAN KASUS A. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada tanggal 9 April 2012 jam 08.00 WIB dengan hasil sebagai berikut : 1. Identitas Pasien Pasien bernama Ny. S, berumur 33 tahun, berjenis kelamin perempuan, dengan alamat Jl. Purwoyoso V/I, RT 04/RW XII, Ngaliyan, Semarang. Pasien bersuku bangsa Jawa dan beragama Islam. Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, berstatus kawin. Pasien masuk ke RSUD Tugurejo Semarang pada tanggal 1 April 2012 pukul 11.00 WIB, No. Register 016449 dengan diagnosa medis hemoroid eksterna grade IV. Selama dirawat yang menanggung biaya perawatan pasien adalah Tn. S, 37 tahun, pekerjaan Swasta. Tn. S adalah suami pasien. 2. Riwayat Kesehatan Keluhan utama pasien adalah keluar benjolan di dubur dan tidak bisa dimasukkan lagi. Pasien datang pada tanggal 1 April 2012 dengan keluhan keluar benjolan di dubur dan tidak bisa dimasukkan lagi, nyeri pada dubur. Sebelumnya benjolan masih bisa di masukkan lagi. Pernah keluar darah segar saat BAB. Kemudian keluarga membawa ke RSUD Tugurejo Semarang. Dan di rawat di ruang Anggrek untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Pasien sebelum masuk ke RSUD Tugurejo Semarang pasien tidak pernah menjaga pola makan dan makan-makanan yang pedas, di samping itu pasien memiliki riwayat kencing batu. Pasien mengeluh keluar benjolan dari dubur sejak 2 minggu yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit. Pasien mengalami perdarahan yang banyak berwarna merah segar dan keluar benjolan yang tidak dapat dimasukkan lagi hingga membuat pasien tidak nyaman.
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien berobat di pengobatan alternatif, namun sakitnya tidak kunjung sembuh. Akhirnya keluarga membawa pasien ke RSUD Tugurejo semarang. Pasien mengatakan pernah menderita penyakit hemoroid sejak 10 tahun yang lalu, kemudian berobat di pengobatan alternatif dan sembuh. Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit ini sebelumnya. 3. Pengkajian Pola Fungsional Gordon a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Sebelum dirawat pasien mengatakan menjaga kesehatan itu penting, jika ada anggota keluarga yang sakit langsung dibawa ke pengobatan alternative. Termasuk jika pasien sakit juga dibawa ke pengobatan alternative karena pasien berpersepsi takut pada jarum suntik dan takut untuk di operasi. Selama dirawat pasien mengatakan bahwa kesehatan sangatlah penting dan pengobatan medis juga harus dilakukan karena setelah dilakukan tindakan medis sakitnya akan sembuh. b. Pola nutrisi dan metabolik Sebelum sakit pasien makan 3 kali sehari habis satu porsi yang berisi nasi, sayur, dan lauk-pauk. Pasien juga makan-makanan sembarang artinya tidak memiliki pantangan, pasien suka makan-makanan yang pedas. Pasien minum dalam sehari sekitar 7-8 gelas, dengan komposisi air putih dan kadang diselingi teh. Selama sakit pasien makan 3 kali sehari sesuai diit yang diberikan dan ditentukan rumah sakit yaitu bubur tanpa santan dengan lauk dan sayur. Pasien makan habis setengah porsi. Pola minum pasien baik, selama di rumah sakit pasien minum ± 1500 ml air. Pasien juga terpasang RL 20 tpm. c. Pola eliminasi Sebelum sakit pola buang air besar (BAB) pasien 1x sehari setiap pagi dengan konsistensi keras, warna kuning kecoklatan. Pola BAK pasien dalam sehari 7-8 x sehari, warna kuning dengan bau khas. Selama sakit, pasien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi keras, warna kuning
kecoklatan. Setelah operasi hemoroid pasien belum pernah BAB. Sedangkan pola buang air kecil (BAK) pasien 4-5 x sehari, warna kuning dengan bau khas. Dan setelah dioperasi pasien BAK 3-4 x sehari, warna kuning dengan bau khas. Pasien tidak terpasang kateter. d. Pola aktivitas dan latihan Sebelum sakit pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Selama di rumah, pasien melakukan aktivitas sehari-hari seperti memasak, mencuci dll. Selama sakit dan di rawat di rumah sakit pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Pasien hanya bisa duduk dan tiduran di atas tempat tidur, saat ke kamar mandi di bantu oleh keluarga. Setelah operasi pasien hanya bedrest. e. Pola istirahat tidur Sebelum sakit pasien mengatakan tidur malam pada pukul 21.00-04.00 WIB. Pasien tidak mengalami gangguan tidur/kesulitan tidur. Selama di rumah sakit, sebelum di operasi pasien tidur pada pukul 22.00-05.30 WIB dan sering terbangun. Setelah dioperasi pasien mengatakan sulit tidur karena nyeri pada luka post operasi. f. Pola persepsi sensori dan kognitif Pasien mengatakan tidak ada gangguan penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan perabaan. Daya ingat pasien masih baik dan tidak memiliki gangguan daya ingat jangka panjang/pendek. Pasien bisa berkomunikasi dengan baik, jawaban pasien sesuai atau tidak melenceng. Pasien mengatakan nyeri pada luka setelah operasi dengan karakteristik nyeri : pasien mengatakan nyeri pada daerah anus, nyeri terasa cekot-cekot dengan skala nyeri 7, nyeri dirasakan hilang timbul saat gerak ± 5-10 menit. g. Pola hubungan dengan orang lain Hubungan pasien dengan keluarga maupun tetangga baik. Pasien sangat dekat dengan suami maupun anaknya. Jika ada masalah, pasien selalu menceritakan dan mendiskusikan dengan keluarganya tersebut.
h. Pola reproduksi dan seksual Pasien mengatakan punya satu anak berjenis kelamin perempuan dan tidak ada gangguan alat kelamin. i. Persepsi diri dan konsep diri Pasien ingin segera lekas sembuh dan ingin segera berkumpul dengan keluarga. Namun pasien masih tetap sabar dan berkeyakinan pasti akan segera sembuh. Pasien mengatakan cemas, karena pasien takut dengan tindakan operasi. Pasien mengatakan kurang percaya diri dengan penyakit yang dialaminya saat ini. Pasien adalah seorang perempuan berusia 33 tahun dan sudah menikah. Pasien mengatakan puas dan bangga sebagai seorang perempuan. Didalam keluarga pasien berperan sebagai ibu rumah tangga, namun selama sakit pasien tidak bisa menjalankan perannya seperti semula. Pasien mengatakan bahwa pasien orang yang rendah diri. j. Pola mekanisme koping Sebelum sakit pasien mengatakan dalam mengambil keputusan didiskusikan dengan suami terlebih dahulu. Sedangkan selama sakit keputusan diambil dengan musyawarah dalam keluarga. k. Pola nilai kepercayaan / keyakinan Pasien mengatakan beragama islam. Sebelum sakit, pasien selalu menjalankan ibadah solat 5 waktu. Tetapi selama sakit pasien mengatakan tidak menjalankan ibadah solat 5 waktu namun kepercayaannya pada Allah SWT masih ada. Pasien selalu berdo a kepada Allah SWT agar lekas sembuh. 4. Pengkajian Fisik a. Penampilan / keadaan umum : sebelum operasi hemoroidektomi pasien tampak cemas kemudian setelah operasi hemoroidektomi : pasien tampak lemah dan meringis kesakitan. b. Tingkat kesadaran : composmentis c. Tanda-tanda vital : sebelum operasi hemoroidektomi tekanan darah : 120/70 mmhg, nadi : 104 x/ menit, pernapasan : 20 x/ menit dalam dan
teratur, suhu tubuh : 36 C. Setelah operasi hemoroidektomi tekanan darah : 100/70 mmhg, nadi : 84 x/ menit, pernapasan : 20 x/ menit, suhu tubuh : 36,4 C. d. Pengukuran antropometri TB : 158 cm BB : 64 kg IMT : 64 = 25,6 1,58 2 m e. Kepala : bentuk mesochepal, tidak ada luka 1) Rambut : agak beruban, tebal dan berminyak 2) Mata : konjungtiva tidak anemis, tidak ada kotoran, masih bisa melihat dengan jelas. 3) Hidung : bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret, tidak memakai oksigen. 4) Telinga : tidak mengalami gangguan pendengaran, bersih, tidak ada serumen, tidak memakai alat bantu pendengaran. 5) Mulut : mukosa bibir lembab, gigi bersih, tidak terdapat karies. f. Leher : tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran tiroid g. Dada dan thoraks Bentuk dada simetris dengan pergerakan dada yang sama, tidak ada kelainan atau luka. h. Paru : Inspeksi dada tidak ada luka pergerakan simetris, perkusi paru sonor seluruh lapang paru, palpasi paru vocal fremitus kanan dan kiri sama, auskultasi vesikuler, tidak ada suara tambahan. i. Jantung : Inspeksi ictus cordis tidak tampak, perkusi redup, palpasi ictus cordis teraba di ICS V pada linea media klavikularis kiri, auskultasi bunyi jantung I dan II normal. j. Abdomen : Inspeksi perut datar, tidak ada luka, simetris, auskultasi bising usus 12 x/ menit, perkusi timpani seluruh lapang abdomen, palpasi tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.
k. Genital : bersih, tidak terpasang kateter dan terdapat benjolan di anus. Setelah operasi terdapat jahitan luka post operasi. l. Anus : sebelum operasi terdapat benjolan di anus, setelah operasi terdapat jahitan luka operasi dan tertutup balutan kassa, balutan kering, tidak berdarah dan tidak ada rembesan. m. Ekstermitas : pada ekstremitas atas dan bawah tidak ada nyeri saat di tekan, tidak ada oedem, terpasang infuse 20 tpm di tangan kiri. n. Kulit : bersih, warna sawo matang, turgor kulit baik, tidak ada oedem, tidak ada luka. 5. Data penunjang a. Pemeriksaan laboratorium darah tanggal 2 April 2012 Hematologi Hasil Satuan Nilai normal Lekosit 7,43 10^3/ul 3,8-10,6 Eritrosit 4,79 10^6/ul 4,6-5,9 Hemoglobin 12,90 g/dl 13,2-17,3 Hematokrit 40,60 % 40-52 MCV 84,80 Fl 80-100 MCH 26,90 Pg 26-34 MCHC 31,80 g/dl 32-36 Trombosit 242 10^3/ul 150-440 RDW 12,70 % 11,5-14,5 Diff Count Eosinofil Absolute 0,22 10^3/ul 0,045-0,44 Basofil Absolute 0,01 10^3/ul 0-0,2 Netrofil Absolute 4,68 10^3/ul 1,8-8 Limfosit Absolute 1,77 10^3/ul 0,9-5,2 Monosit Absolute 0,75 % 0,16-1 Eosinofil 3,00 % 2-4 Basofil 0,10 % 0-1 Neutrofil 63,00 % 50-70 Limfosit L 23,80 % 25-40 Monosit H 10,10 % 2-8 b. Pemeriksaan laboratorium darah tanggal 8 April 2012 Kimia klinik (SERUM) Kalium 4,1 mmol/l 3,5-5,0 Natrium 137 mmol/l 135-145 Chlorida 106 mmol/l 95,0-105
c. Diit yang diperoleh : Bubur tanpa santan d. Terapi 1) Parenteral : RL 20 tpm + Tramadol drip 3x1 2) Injeksi : a) Cefotaxime 2x1 gr b) Ketorolac 3x1 gr c) Kalnex 3x1 gr 3) Per oral : a) Dulcolax syrup 1 x II b) Tyarid 2x 100 mg c) Aspilet 0-0-1 d) Alprazolam 3 x 0,5
B. PENGELOMPOKAN DAN ANALISA DATA Setelah dilakukan pengkajian, penulis mendapat beberapa data baik subyektif maupun obyektif. Pengelompokan data tersebut adalah : No. Hari / Tanggal Pengelompokan Data 1. Senin, 9 April 1. Pre operasi hemoroidektomi : 2012 Data subyektif : jam 08.00 WIB - a. Pasien mengatakan cemas karena mau dioperasi 11.00 WIB Data obyektif : a. Pasien terlihat cemas b. Tekanan darah : 120/70 mmhg, nadi : 104 x/menit, pernapasan : 20 x/menit, suhu tubuh : 36 C 2. Selasa, 10 April 2012 Jam 14.10 WIB 2. Post operasi hemoroidektomi : Data subyektif : a. Pasien mengatakan nyeri pada luka setelah operasi dengan karakteristik nyeri : pasien mengatakan nyeri pada daerah anus, nyeri terasa cekot-cekot dengan skala nyeri 7, nyeri dirasakan hilang timbul saat gerak ± 5-10 menit. b. Pasien mengatakan jahitan pada lukanya tidak kencang c. Pasien mengatakan belum BAB setelah operasi, pasien biasa BAB 1x dalam sehari d. Pasien mengatakan sulit tidur karena nyeri pada luka operasi Data obyektif : 1. Pasien tampak meringis kesakitan 2. Pasien tampak lemah 3. Tanda-tanda vital tanggal 9 April 2012 jam 11.00 WIB. Tekanan darah : 100/70 mmhg, nadi : 84 x/menit, pernapasan : 20 x/menit, suhu tubuh : 36,4 C 4. Terdapat luka post operasi di anus 5. Luka tertutup balutan kassa, balutan kering, tidak berdarah dan tidak ada rembesan 6. Pasien terlihat tidak nyaman 7. Pasien bedrest 8. Mata pasien merah 9. Hb : 12,90 g/dl dan Ht : 40,60 % 10. Tanda-tanda vital tanggal 10 April 2012. Tekanan darah : 100/70 mmhg, nadi : 80 x/menit, pernapasan : 20 x/menit, dan suhu 37,8 C.
ANALISA DATA NO Tanggal Data (DS dan DO) Masalah Etiologi 1. 9 April Cemas 2012 Pre Operasi Data subyektif : Pasien mengatakan cemas karena mau dioperasi Data obyektif : a. Pasien terlihat cemas b. Tekanan darah : 120/70 mmhg, nadi : 104 x/ menit, pernapasan : 20 x/ menit, suhu tubuh : 36 C. Krisis situasi akibat rencana pembedahan 2. 9 April 2012 Post operasi Data subyektif : 1. Pasien mengatakan nyeri pada luka setelah operasi dengan karakteristik nyeri : pasien mengatakan nyeri pada daerah anus, nyeri terasa cekot-cekot dengan skala nyeri 7, nyeri dirasakan hilang timbul saat gerak ± 5-10 menit. 2. Pasien mengatakan sulit tidur karena nyeri pada luka operasi Data obyektif : a. Pasien tampak meringis kesakitan b. Pasien tampak lemah c. Mata pasien merah d. Tekanan darah : 100/70 mmhg, nadi : 84 x/ menit, pernapasan : 20 x/ menit e. Terdapat luka post operasi di anus Nyeri akut Terputusnya kontinuitas jaringan 3. 9 April 2012 Data subyektif : Pasien mengatakan jahitan pada lukanya tidak kencang Data obyektif : a. Terdapat luka jahitan di anus dan tertutup balutan kassa, balutan kering, tidak berdarah dan tidak ada rembesan b. Pasien terlihat tidak nyaman c. Hb : 12,90 g/dl dan Ht : 40,60 % Tekanan darah : 100/70 mmhg, nadi : 80 x/ menit. Resiko Perdarahan Trauma jaringan sekunder pada luka di anus yang masih baru 4. 10 April 2012 Data subyektif : Pasien mengatakan belum BAB setelah operasi, pasien biasa BAB 1x dalam sehari. Data obyektif : a. Terdapat luka di daerah anus b. Pasien bedrest Resiko gangguan pola eliminasi feses : konstipasi Nyeri saat defekasi
C. PATHWAYS KASUS Mengejan, pola makan tidak sehat Distensi terus-menerus Gangguan vena sfingter Kongesti vena Hemoroid Perdarahan Krisis D. situasi Ancaman terhadap status kesehatan Hemoroidektomi Cemas Terputusnya kontinuitas jaringan Luka bedah di anus Kerusakan integritas kulit Trauma jaringan Resiko perdarahan Nyeri akut Spasme otot sfingter ani Takut BAB Resiko gangguan pola eliminasi feses : konstipasi
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi akibat rencana pembedahan. 2. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, trauma jaringan dan reflek spasme otot spingter ani sekunder akibat operasi. 3. Resiko perdarahan berhubungan dengan trauma jaringan sekunder pada luka di anus yang masih baru. 4. Resiko gangguan pola eliminasi feses : konstipasi berhubungan dengan nyeri saat defekasi. F. INTERVENSI, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 1. Diagnosa : Cemas berhubungan dengan krisis situasi akibat rencana pembedahan. a. Intervensi Tujuan dan kriteria hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 60 menit diharapkan cemas berkurang dengan kriteria hasil pasien tidak cemas lagi, ekspresi wajah rileks, dan nadi 80-100 x/ menit. Intervensi : 1) Kaji penyebab cemas 2) Monitor tanda-tanda vital tiap 2 jam sekali 3) Ajarkan tekhnik relaksasi 4) Anjurkan pasien untuk berdo a 5) Ciptakan lingkungan yang tenang dan istirahat b. Implementasi dan evaluasi Tanggal 9 April 2012 tindakan yang dilakukan adalah mengkaji penyebab cemas, memonitor tanda-tanda vital, mengajarkan tekhnik relaksasi, menganjurkan pasien untuk berdo a, dan menciptakan lingkungan yang tenang dan istirahat. Evaluasi pada tanggal 9 April 2012 diperoleh data subyektif pasien mengatakan sudah tidak takut dengan operasi. Sedangkan data obyektif diperoleh data pasien terlihat rileks, tekanan darah : 120/70
mmhg, nadi : 104 x/ menit, pernapasan : 20 x/ menit, pasien menirukan cara yang diajarkan perawat yaitu tekhnik relaksasi, dan pasien terlihat berdo a. Berdasarkan data-data tersebut disimpulkan bahwa masalah sudah teratasi sehingga dirumuskan rencana tindak lanjut mempertahankan pasien untuk berdo a dan melakukan cara yang telah di ajarkan oleh perawat yaitu tekhnik relaksasi. 2. Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, trauma jaringan dan reflek spasme spingter ani sekunder akibat operasi. a. Intervensi Tujuan dan kriteria hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7 jam diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil nyeri berkurang dengan skala nyeri 2-3, ekspresi wajah rileks, pasien dapat tidur nyaman 6-8 jam per hari, dan mata pasien tidak merah. Intervensi : 1) Kaji skala nyeri, catat intensitasnya, lokasi dan lamanya. 2) Kaji penyebab sulit tidur 3) Monitor tanda-tanda vital 4) Berikan lingkungan yang tenang 5) Atur posisi senyaman mungkin 6) Ajarkan tekhnik relaksasi 7) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik (Ketorolac 3x1 gr) b. Implementasi dan evaluasi Tanggal 9,10, dan 11 April 2012 tindakan yang dilakukan adalah mengkaji skala nyeri, mencatat intensitasnya, lokasi dan lamanya, mengkaji penyebab sulit tidur, memonitor tanda-tanda vital, memberikan lingkungan yang tenang, mengatur posisi senyaman mungkin, mengajarkan tekhnik relaksasi, dan berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat Ketorolac 3x1 gr.
Evaluasi pada tanggal 11 April 2012 diperoleh data subyektif pasien mengatakan nyeri berkurang dengan karakteristik nyeri pada daerah anus dirasakan seperti cekot-cekot, skala nyeri 4, nyeri dirasakan hilang timbul saat bergerak ± 1-2 menit. Pasien juga mengatakan bisa tidur tapi sering terbangun. Sedangkan data obyektif diperoleh data pasien tampak lemah, tekanan darah : 110/70 mmhg, nadi : 82 x/ menit, pernapasan : 22 x/ menit. Pasien terlihat lebih tenang dan miring sebelah kiri. Berdasarkan data-data tersebut disimpulkan bahwa masalah teratasi sebagian sehingga dirumuskan rencana tindak lanjut yaitu kaji skala nyeri, catat intensitasnya, lokasi dan lamanya, monitor tanda-tanda vital, berikan lingkungan yang tenang, anjurkan tekhnik relaksasi, dan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat Ketorolac 3x1 gr. 3. Diagnosa : Resiko perdarahan berhubungan dengan trauma jaringan sekunder pada luka di anus yang masih baru. a. Intervensi Tujuan dan kriteria hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7 jam diharapkan pasien tidak mengalami perdarahan dengan kriteria hasil pasien tidak mengalami perdarahan, nilai Ht dan Hb berada dalam batas normal, tanda-tanda vital berada dalam batas normal : tekanan darah 120 mmhg, nadi : 80-100x/ menit, pernapasan : 14 25 x/ menit, suhu: 36-37 0 C ± 0,5 0 C. Intervensi : 1) Kaji pasien untuk menemukan bukti-bukti perdarahan atau hemoragi 2) Monitor tanda vital 3) Pantau hasil lab berhubungan dengan perdarahan 4) Awasi jika terjadi anemia 5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat Kalnex 3x1 gr.
b. Implementasi dan evaluasi Tanggal 9, 10, dan 11 April 2012 tindakan yang dilakukan adalah mengkaji pasien untuk menemukan bukti-bukti perdarahan atau hemoragi, memonitor tanda-tanda vital, memantau hasil lab. (Hb dan Ht), mengawasi jika terjadi anemia, berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat Kalnex 3x1 gr. Evaluasi pada tanggal 11 April 2012 diperoleh data subyektif pasien mengatakan jahitan di anus nyaman dan kencang. Sedangkan data obyektif diperoleh data pasien terlihat rileks, terdapat jahitan di anus yang tertutup kassa, balutan kassa kering, tidak berdarah, dan tidak ada rembesan. Tekanan darah : 120/80 mmhg, nadi : 82 x/ menit, pernapasan : 20 x/ menit, dan suhu 37,2 C, Hb : 12,90 g/dl dan Ht : 40,60 %. Berdasarkan data-data tersebut disimpulkan bahwa masalah teratasi sebagian sehingga dirumuskan rencana tindak lanjut yaitu kaji pasien untuk menemukan bukti-bukti perdarahan atau hemoragi, monitor tanda vital, pantau hasil lab, awasi jika terjadi anemia, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat Kalnex 3x1 gr. 4. Diagnosa : Resiko gangguan pola eliminasi feses : konstipasi berhubungan dengan nyeri saat defekasi. a. Intervensi Tujuan dan kriteria hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7 jam pasien dapat Buang Air Besar dengan kriteria hasil BAB lancar 1x sehari dan wajah tampak rileks. Intervensi : 1) Kaji keadaan umum pasien 2) Anjurkan pasien untuk latihan gerak 3) Berikan makanan tinggi serat pada diet 4) Anjurkan banyak minum 5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian Dulcolax 1x2
b. Implementasi dan evaluasi Tanggal 10,11 dan 12 April 2012 tindakan yang dilakukan adalah mengkaji keadaan umum pasien, menganjurkan pasien untuk latihan gerak, memberikan makanan tinggi serat pada diet, menganjurkan banyak minum dan berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian Dulcolax 1x2. Evaluasi pada tanggal 12 April 2012 diperoleh data subyektif pasien mengatakan masih belum BAB setelah operasi. Sedangkan data obyektif diperoleh data pasien terlihat lemah dan miring kanan, pasien makan bubur tanpa santan dengan sayur dan lauk. Pasien terlihat minum obat Dulcolax 2 sendok makan. Berdasarkan data-data tersebut disimpulkan bahwa masalah belum teratasi sehingga dirumuskan rencana tindak lanjut yaitu kaji keadaan umum pasien, anjurkan pasien untuk latihan gerak, berikan makanan tinggi serat pada diet, anjurkan banyak minum, dan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian Dulcolax 1x2.