Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Model Aliran Panas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

TINJAUAN PUSTAKA. diketahui) dengan dua atau lebih peubah bebas dinamakan persamaan. Persamaan diferensial parsial memegang peranan penting di dalam

BAB III PERSAMAAN DIFUSI, PERSAMAAN KONVEKSI DIFUSI, DAN METODE PEMISAHAN VARIABEL

Konduksi Mantap Satu Dimensi (lanjutan) Shinta Rosalia Dewi

PDP linear orde 2 Agus Yodi Gunawan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. analitik dengan metode variabel terpisah. Selanjutnya penyelesaian analitik dari

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER

Transformasi Laplace Peninjauan kembali variabel kompleks dan fungsi kompleks Variabel kompleks Fungsi Kompleks

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP

A. PERSAMAAN GARIS LURUS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 7, Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus. M. Satriawan Teori Relativitas

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Perumusan Masalah

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Persamaan Diferensial

BAB III KONDUKSI ALIRAN STEDI - DIMENSI BANYAK

STUDI PERPINDAHAN PANAS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KOORDINAT SEGITIGA

BAB II LANDASAN TEORI

PENGANTAR PINDAH PANAS

KARAKTERISTIK ALIRAN PANAS DALAM LOGAM PENGHANTAR LISTRIK THE CHARACTERISTICS OF HEAT FLOW IN AN ELECTRICAL METAL CONDUCTOR

TRANSPORT MOLEKULAR TRANSFER MOMENTUM, ENERGI DAN MASSA RYN. Hukum Newton - Viskositas RYN

Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Konduksi-Konveksi dalam Media Anisotropik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi

Bab 3. Model Matematika dan Pembahasan. 3.1 Masalah Perpindahan Panas

SOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG

Aplikasi Persamaan Bessel Orde Nol Pada Persamaan Panas Dua dimensi

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1

Diferensial Vektor. (Pertemuan III) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Solusi Problem Dirichlet pada Daerah Persegi dengan Metode Pemisahan Variabel

Kalkulus II. Diferensial dalam ruang berdimensi n

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A

Transformasi Laplace

BAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

MODUL MATEMATIKA II. Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI

PERPINDAHAN KALOR J.P. HOLMAN. BAB I PENDAHULUAN Perpindahan kalor merupakan ilmu yang berguna untuk memprediksi laju perpindahan

DERET FOURIER. n = bilangan asli (1,2,3,4,5,.) L = pertemuan titik. Bilangan-bilangan untuk,,,, disebut koefisien fourier dari f(x) dalam (-L,L)

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

ANALISIS VEKTOR. Aljabar Vektor. Operasi vektor

Teorema Divergensi, Teorema Stokes, dan Teorema Green

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :

BAB II LANDASAN TEORI

Persamaan Diferensial

4.4. KERAPATAN FLUKS LISTRIK

BAB VIII PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL

Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR

BAB II KABEL DAN PERPINDAHAN PANAS

MATERI PERKULIAHAN. Gambar 1. Potensial tangga

Pemodelan Matematika dan Metode Numerik

PROPOSAL TUGAS AKHIR PENGARUH JUMLAH SUKU FOURIER PADA PENDEKATAN POLAR UNTUK SISTEM GEOMETRI KARTESIAN OLEH : IRMA ISLAMIYAH

Pembahasan a. Kecepatan partikel saat t = 2 sekon (kecepatan sesaat) b. Kecepatan rata-rata partikel saat t = 0 sekon hingga t = 2 sekon

Mata Kuliah :: Matematika Rekayasa Lanjut Kode MK : TKS 8105 Pengampu : Achfas Zacoeb

STUDI MODEL NUMERIK KONDUKSI PANAS LEMPENG BAJA SILINDRIS YANG BERINTERAKSI DENGAN LASER NOVAN TOVANI G

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1

PERCOBAAN PENENTUAN KONDUKTIVITAS TERMAL BERBAGAI LOGAM DENGAN METODE GANDENGAN

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

Pr { +h =1 = } lim. Suatu fungsi dikatakan h apabila lim =0. Dapat dilihat bahwa besarnya. probabilitas independen dari.

Bab II Fungsi Kompleks

FUNGSI BESSEL. 1. PERSAMAAN DIFERENSIAL BESSEL Fungsi Bessel dibangun sebagai penyelesaian persamaan diferensial.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bakteri, sedangkan dalam bidang teknik yaitu pemodelan

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak

PENYELESAIAN MODEL DISTRIBUSI SUHU BUMI DI SEKITAR SUMUR PANAS BUMI DENGAN METODE KOEFISIEN TAK TENTU. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H.

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

Konsep Dasar Pendinginan

Bab 1 : Skalar dan Vektor

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang

Fisika Umum Suyoso Kinematika MEKANIKA

BAB VI. KONDUKSI TRANSIENT

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi

PERSAMAAN GARIS. Dua garis sejajar mempunyai gradien sama, sehingga persamaan garis yang sejajar l dan melalui titik (3,4) adalah

BAB IV HITUNG DIFERENSIAL

KALKULUS MULTIVARIABEL II

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP

BAB III PERSAMAAN PELURUHAN DAN PERTUMBUIIAN RADIOAKTIF

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE UNTUK SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER KOEFISIEN FUNGSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

Dr. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY

Termodinamika. Energi dan Hukum 1 Termodinamika

TRANSFORMASI LAPLACE. Matematika Lanjut 2. Achmad Fahrurozi-Universitas Gunadarma

Transkripsi:

Bab 2 TEORI DASAR 2.1 Model Aliran Panas Perpindahan panas adalah energi yang dipindahkan karena adanya perbedaan temperatur. Terdapat tiga cara atau metode bagiamana panas dipindahkan: Konduksi Konduksi bisa dipandang sebagai perpindahan panas dari partikel yang lebih berenergi ke yang kurang enrgi disebabkan interaksi antara partikel. Proses perpindahan panas ini dimungkinkan untuk diukur dalam bentuk persamaan laju. Untuk bidang satu dimensi, persamaan laju adalah sebagai berikut: dt q x = k dx, (2.1.1) dengan q x adalah fluks panas(heat flux) yaitu laju perpindahan panas dalam arah x per satuan luas tegak lurus terhadap arah perpindahan dan sebanding dengan gradien temperatur pada arah tersebut dan konstanta k sebagai konduktivitas panas. Persamaan laju juga bisa dituliskan sebagai berikut q x = k T 1 T 2 L 5 = k ΔT L, (2.1.2)

BAB 2. TEORI DASAR 6 sehingga laju panas oleh konduksi q x adalah hasil kali antara fluks dengan luas daerah q x = q x A Konveksi Perpindahan panas secara konveksi terjadi antara fluida yang bergerak dengan batas permukaan ketika keduanya berada pada temperatur yang berbeda. Persamaan laju dari proses perpindahan panas secara konveksi berbentuk: q = h (T s T ), (2.1.3) atau q = h (T T s ), (2.1.4) dengan q adalah fluks panas yang sebanding dengan perbedaan antara temperatur permukaan T s dengan fluida T dan konstanta h sebagai koefisien perpindahan panas secara konveksi. Radiasi Radiasi panas adalah energi yang dipancarkan oleh bahan yang mempunyai temperatur berhingga. Pertukaran radiasi panas berbentuk q rad = h r A (T s T sur ), (2.1.5) dengan T s dan T sur masing-masing adalah temperatur keadaan sekitar dan temperatur permukaan serta h r sebagai koefisien perpindahan panas secara radiasi. Adapun persamaan difusi panas atau biasa dikenal dengan persamaan panas adalah sebagai berikut ( = ρc p x x y y z z t. (2.1.6) Persamaan di atas dimungkinkan untuk ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana. Sebagai contoh, jika konduktivitas panas konstan maka persamaan panas menjadi 2 T x + 2 T 2 y + 2 T 2 z 2 = 1 α t, (2.1.7)

BAB 2. TEORI DASAR 7 dengan α = k ρc p merupakan difusivitas panas [4]. Jika persamaan (2.1.6) dituliskan dalam koordinat tabung maka diperoleh ( 1 kr ) + 1 ( = ρc r r r r 2 p φ φ z z t. (2.1.8) Jika sumbu z dari tabung dipanasi dan syarat awal serta syarat batas tidak bergantung dari koordinat φ dan z maka temperatur akan berupa fungsi dari r dan t saja dan persamaannya menjadi 1 r 2 = 1 α t. (2.1.9) Dalam kasus ini aliran panas di bidang tegak lurus terhadap sumbu dan garis dari aliran adalah radial. Ketika syarat awal dan syarat batas tidak memuat z, aliran panas sekali lagi tegak lurus terhadap sumbu dan persamaan konduksi menjadi 1 r + 1 2 T 2 r 2 φ = 1 2 α t. (2.1.10) Kemudian ketika syarat awal dan syarat batas tidak memuat φ, aliran panas akan melalui sumbu dan persamaan konduksi manjadi [1] 1 r + 2 T 2 z 2 = 1 α t. (2.1.11) 2.2 Metode Matematika Transformasi Laplace Secara khusus transformasi Laplace berguna untuk menyelesaikan masalah nilai awal dalam masalah linier, koefisien konstan, serta persamaan diferensial biasa dan parsial. Adapun untuk permasalahan dalam tugas akhir ini, transformasi Laplace digunakan untuk menghilangkan peubah waktu. Perhatikan fungsi f(t) sehingga f(t) =0untukt<0. Maka integral Laplace F (s) = 0 f(t)e st dt (2.2.1)

BAB 2. TEORI DASAR 8 mendefinisikan transformasi Lapalce dari f(t). Transformasi Lapalce ini mengubah fungsi dari t menjadi fungsi dari peubah transformasi s. Akan tetapi tidak semua fungsi mempunyai transformasi Laplace karena integral pada persamaan (2.2.1) mungkin tidak ada. Sebagai contoh adalah fungsi yang mungkin memiliki ketidakontinuan tak hingga, misalnya f(t) = tan(t). Jadi berdasarkan hal tersebut, agar fungsi memiliki transformasi Laplace maka fungsi harus kontinu bagian demi bagian. Berikut dua sifat penting dari definisi integral Laplace. Pertama, transformasi dari penjumlahan dua fungsi sama dengan jumlah dari masing-masing transformasi L [c 1 f(t)+c 2 g(t)] = c 1 L [f(t)] + c 2 L [g(t)] (2.2.2) Sifat kelinierannya berlaku sama baiknya untuk bilangan kompleks dan fungsinya. Sifat penting yang kedua berkaitan dengan turunan. Misalkan f(t) kontinu dan memiliki turunan f (t) yang kontinu bagian demi bagian, maka L [f (t)] = sf (s) f(0) (2.2.3) Secara umum, L [ f (n) (t) ] = s n F (s) s n 1 f(0)... sf (n 2) (0) f (n 1) (0) (2.2.4) dengan asumsi bahwa f(t) dan turunan pertama n 1 kontinu,f (n) (t) kontinu bagian demi bagian, dan semuanya berorde eksponensial sehingga transformasi Laplacenya ada. Persamaan Bessel Persamaan Bessel muncul ketika menemukan solusi-solusi yang dapat dipisahkan untuk persamaan Laplace dalam koordinat silinder atau bola. Persamaan Bessel merupakan persamaan diferensial orde dua yang biasa ditulis sebagai berikut x 2 y + xy ( μ 2 x 2 + n 2) y =0, (2.2.5)

BAB 2. TEORI DASAR 9 untuk sebarang bilangan real atau kompleks n. Sedangkan untuk kasus n bilangan bulat, n merupakan orde dari fungsi Bessel. Mengingat Persamaan Bessel merupakan persamaan diferensial orde dua, maka haruslah mempunyai dua solusi yang bebas linier. Solusi umumnya adalah y(x) =AI n (μx)+bk n (μx), (2.2.6) dengan I n (x) adalah fungsi Bessel dimodifikasi jenis pertama dan K n (x)adalah fungsi Bessel dimodifikasi jenis kedua yang berkaitan dengan fungsi Bessel biasa melalui variabel kompleks. Secara khusus J n (iz) =i n I n (z) dani n (iz) = i n J n (z) untukz bilangan kompleks [2].