3. HASIL PENGAMATAN 3.1. Kadar Air pada Sawi Sendok dan Sawi Putih

dokumen-dokumen yang mirip
1. KURVA STANDAR ASAM ASKORBAT

Gambar 6. Kurva Standar Asam Askorbat

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

Konsentrasi Asidulan (%) ,12 ± 0,18 bc

Gambar 6. Bumbu Penyedap Granul Non-Monosodium Glutamate dengan Konsentrasi Maltodekstrin (a) 0%, (b) 10%, (c) 15%, (d) 20%, dan (e) 25%

KANDUNGAN ASAM ASKORBAT, AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOTAL FENOL PADA BROKOLI

Gambar 6. Hasil Analisis Sensori Flavored Edible Film

PENGARUH SUHU PEREBUSAN TERHADAP KANDUNGAN VITAMIN C, AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, TEKSTUR, DAN WARNA PADA SAWI HIJAU

STEAMING AT DIFFERENT TEMPERATURES OF BROCCOLI (Brassica oleracea L. var. italica): CHANGES IN VITAMIN C, ANTIOXIDANT ACTIVITY, TEXTURE, AND COLOR

Gambar 5. Tekstur dan Struktur Bumbu Penyedap Blok Spirulina Perlakuan Kontrol (A) dan Maltodekstrin 10% (B).

Lampiran 1. Pengukuran morfometrik keong matah merah Parameter No Panjang (cm) Lebar (cm) Berat (gram)

3.1. Nata Komersial Hasil pengujian nata de coco dapat dilihat pada Tabel 1. merupakan nata yang difermentasikan menggunakan media air kelapa.

Gambar 5. Penampakan Fisik dan Struktur Granul Bumbu Penyedap Rasa Spirulina pada berbagai Konsentrasi Natrium Alginat

PENGARUH PEREBUSAN TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, KANDUNGAN VITAMIN C, DAN TOTAL FENOL PADA CAISIM (Brassica rapa parachinensis)

KUESIONER Proses Pembekuan Daging Babi hingga proses Thawing pada Skala Rumah Tangga

Tests of Normality. Statistic df Sig. Statistic df Sig. AW_Segar,071 54,200 *,958 54,054 AW_Kering,118 54,059,954 54,037. Tests of Normality

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. BB buah takokak

Pernyataan 2 Sayuran Brassica perlu direndam dengan air panas agar sayuran terlihat lebih segar. jawaban 6511, ,500-1,392,164

Perhitungan 20 g yang setara 30 kali kemanisan gula. = 0,6667 g daun stevia kering

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat - syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian. Oleh: MARIA DWI JAYANTI

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Syarat Mutu Tempe Kedelai (SNI :2009)

LAPORAN MODIFIKASI RESEP DI INSTALASI GIZI RSU SUNAN KALIJAGA DEMAK SUP AYAM FANTASI

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian. Oleh : ERWIN YOVENDI

3.1. Produk Biskuit Brokoli dan Jambu Biji Fresh dan Bubuk B1 B2 B3 B4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI. Abstrak

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KANDUNGAN VITAMIN C, AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, WARNA, DAN TEKSTUR KOL PUTIH (Brassica oleracea var. capitata L.) PASKA PEREBUSAN

<-- ' ' '\' l~i~ ;~~ B riicl~"':ii

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian. Oleh: Hendra Fransiskus

STANDAR NATIONAL INDONESIA TAHU

Natrium Alginat 4% Natrium Alginat 0% Natrium Alginat 2% Natrium Alginat 1% Natrium Alginat 3%

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan uraian Winarno (1993), bahwa makanan tradisional

Lampiran 1. Beras aruk substitusi kacang merah sebelum dan setelah pemasakan

PECEL. Dra.Elly Lasmanawati.MSi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Universitas

Tabel 1. Deskripsi Profil di Lokasi Penelitian Horison Kedalaman Uraian

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

DAFTAR GAMBAR. Gambar Grafik Penurunan Kandungan Total Fenolik pada Buah Duwet. Gambar Grafik Penurunan Kadar Abu pada Buah duwet Menjadi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Produksi dan Nilai Ikan Jangilus per Bulan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun 2012

PENGARUH PEMANASAN TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA BEBERAPA JENIS SAYURAN

UBI JALAR. Seleksi Gulud Tunggal Klon-klon Ubi jalar. Berkadar Betakarotin Tinggi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi pangan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman. Berbagai inovasi pangan dilakukan

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan

3. HASIL PENELITIAN 3.1. Analisa Sensori Rating Sikhye

Aneka Resep Masakan Sayur

I PENDAHULUAN. perubahan pola makan yang ternyata berdampak negatif pada meningkatnya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Air dan Aktivitas Air

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Analisa Kuantitatif spora Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, dan Rhizopus oligosporus serta Rhizopus oryzae (2:1) (2:1)

Serba Pepes dan Botok

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam CaCl 2 terhadap Susut

SIFAT-SIFAT FISIK DAN PARAMETER SPESIFIK KUALITAS DAGING

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian. Oleh : DESY NATALIA

Lampiran 1. Skema Pembuatan Tepung Ikan Nila menurut Dwiyitno (1995), yang dimodifikasi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena

EFEK PENGOLAHAN SKALA RUMAH TANGGA TERHADAP KANDUNGAN KOMPONEN FENOLIK DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA DAUN POHPOHAN (Pilea trinervia W.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

INOVASI PRODUK OLAHAN BERBASIS UBI JALAR

JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN OPTIMASI PEMBUATAN KURTO (KURMA TOMAT)

Pengaruh Perebusan Terhadap Kadar Senyawa Fenolat Total dan Daya Antioksidan Dari Daun Kol (Brassica oleracea L. Var. capitata L,)

Lampiran 1a. Rekapitulasi data uji rating hedonik

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat otot-otot skelet yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Lembar penilaian uji organoleptik ikan segar

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Hasil pengukuran tanaman genjer (L. flava) Besaran Rata-rata (cm) pengukuran

Pengamatan Pertumbuhan dan Produksi Tinggi Tajuk dan Panjang Akar Analisis Askorbat peroksidase (APX) Bobot Tajuk dan Bobot Akar

Kanker - Makanan Utama yang melawan Kanker

Zat yang secara normal dihasilkan tubuh yang merupakan sisa pembakaran protein atau penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua.

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMASAKAN TERHADAP KANDUNGAN ANTIOKSIDAN SAYURAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggumpal, serta kombinasi dari perlakuan-perlakuan tersebut, sehingga

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TUMIS DAGING sayuran. Kembang Tahu CAH SAYURAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Silase Rumput Gajah purpureum) pengaruh penambahan S. cerevisiae pada berbagai tingkat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air

4. PEMBAHASAN 4.1. Nilai Warna Mi Non Terigu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Data perhitungan analisis proksimat bahan baku

EFEK PENGOLAHAN SKALA RUMAH TANGGA TERHADAP KANDUNGAN KOMPONEN FENOLIK DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA DAUN KATUK (Sauropus androgynus) TUGAS AKHIR

KATA PENGANTAR. AMROZI Page 1

Transkripsi:

3. HASIL PENGAMATAN Penelitian ini diawali dengan observasi terhadap lima rumah makan yaitu RM Agathis, Plamongan Indah; RM Steamboat House, DP mall; RM Kelapa Gading, Gajah Mada; RM Ratna Berkah, Gombel; dan RM Mitra Keluarga, Bukit Sari. Berdasarkan hasil observasi tersebut (Lampiran 3), diperoleh bahwa metode pemasakan yang paling umum dilakukan terhadap sayur-sayuran Brassica adalah perebusan dan penumisan, dengan lama pemasakan kurang lebih 2 menit untuk perebusan dan 1,5 menit untuk penumisan. Namun, metode pengukusan tidak dilakukan oleh kelima rumah makan tersebut. Oleh karena waktu pemasakan untuk metode pengukusan tidak diperoleh melalui observasi, maka penentuan waktu pengukusan untuk mengolah sayuran Brassica dilakukan dengan membandingkan tekstur lima jenis sayuran Brassica (sawi sendok, brokoli, sawi hijau, sawi putih, dan kol) yang direbus 2 menit dan dikukus (2/3/4 menit). Dan berdasarkan hardness sampel yang dihasilkan (Lampiran 4), terlihat bahwa pada sebagian besar sayur Brassica yang digunakan selama pengujian tekstur, yaitu sawi sendok, brokoli, sawi hijau, sawi putih, dan kol, perlakuan kukus 3 menit merupakan perlakuan yang paling sering menghasilkan tidak beda nyata dengan perlakuan rebus 2 menit sebagai kontrol. Oleh karena itu waktu pengukusan 3 menit dianggap dapat mewakili dan sesuai untuk diaplikasikan pada saat pengujian utama. Setelah diperoleh metode dan waktu pemasakan yang sesuai, penelitian dilanjutkan pada analisa senyawa-senyawa yang terkandung dalam sawi sendok dan sawi putih. Analisa yang dilakukan meliputi analisa aktivitas antioksidan, asam askorbat, total fenol, dan kadar air. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 3.1. Kadar Air pada Sawi Sendok dan Sawi Putih Pada hasil pengukuran kadar air pada sawi sendok dan sawi putih yang dapat dilihat pada Tabel 3, nampak bahwa kadar air sawi sendok dan sawi putih menunjukkan perbedaan yang signifikan satu sama lain, dimana kadar air sawi putih lebih tinggi daripada sawi sendok. 21

22 Tabel 3. Kadar Air (% berat basah) pada Sawi Sendok dan Sawi Putih Jenis Sayur Sawi Sendok Sawi Putih Segar 94,20 ± 0,83 b, 1 96,41 ± 0,32 b, 2 Rebus 94,85 ± 0,51 c, 1 96,90 ± 0,23 c, 2 Kukus 94,35 ± 0,30 b, 1 96,38 ± 0,28 b, 2 Tumis 83,94 ± 1,09 a, 1 86,05 ± 0,80 a, 2 Semua nilai merupakan mean ± standar deviasi Superscript huruf yang berbeda antar baris menunjukkan beda nyata antar perlakuan (p 0,05) dengan menggunakan uji wilayah Duncan Superscript angka yang berbeda antar kolom menunjukkan beda nyata antar subspesies Brassica rapa (p 0,05) dengan menggunakan uji independent-sample T Data tersebut juga menunjukkan bahwa pada sawi sendok maupun sawi putih, kadar air sampel segar tidak berbeda nyata dengan kukus, tetapi kadar air kedua perlakuan tersebut berbeda nyata dengan rebus maupun tumis. Pada sawi sendok diketahui bahwa dibandingkan sampel segar, kadar air sawi sendok rebus dan kukus 0,65 % dan 0,15 % lebih tinggi, tetapi kadar air sampel tumis 10,26 % lebih rendah. Pada sawi putih, peningkatan kadar air hanya terjadi pada sampel rebus (0,49 %), sedangkan sawi putih kukus dan sawi putih tumis mengalami penurunan kadar air sebesar 0,03 % dan 10,36 % dari sampel segar. Baik pada sawi sendok maupun sawi putih, kadar air tertinggi diperoleh pada sampel rebus, yakni sebesar 94,85±0,51 % bb (sawi sendok) dan 96,90±0,23 % bb (sawi putih). Sedangkan kadar air terendah diperoleh pada sampel tumis, yakni sebesar 83,94±1,09 % bb (sawi sendok) dan 86,05±0,80 % bb (sawi putih). 3.2. Kandungan Asam Askorbat pada Sawi Sendok dan Sawi Putih Hasil pengukuran asam askorbat pada sawi sendok dan sawi putih dapat dilihat pada Tabel 4. serta Gambar 5. Tabel 4. Asam Askorbat (mg/100 gram bahan) Pada Sawi Sendok dan Sawi Putih Jenis Sayur Sawi Sendok Sawi Putih Segar 26,16 ± 2,55 a, 1 16,22 ± 0,76 a, 2 Rebus 29,93 ± 0,20 b, 1 18,62 ± 1,66 ab, 2 Kukus 30,02 ± 0,23 b, 1 23,99 ± 3,42 c, 2 Tumis 29,47 ± 0,19 b, 1 21,47 ± 3,10 bc, 2 Semua nilai merupakan mean ± standar deviasi Superscript huruf yang berbeda antar baris menunjukkan beda nyata antar perlakuan (p 0,05) dengan menggunakan uji wilayah Duncan Superscript angka yang berbeda antar kolom menunjukkan beda nyata antar subspesies Brassica rapa (p 0,05) dengan menggunakan uji independent-sample T

23 Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa kandungan asam askorbat sawi sendok dan sawi putih berbeda nyata satu sama lain, dimana kandungan asam askorbat sawi sendok lebih tinggi dibandingkan sawi putih. Berdasarkan hasil uji beda antar perlakuan, nampak bahwa kandungan asam askorbat pada sawi sendok perlakuan rebus, kukus, dan tumis tidak berbeda nyata satu sama lain. Namun, kandungan asam askorbat pada ketiga perlakuan tersebut berbeda nyata dengan sampel perlakuan segar. Pada sawi putih, kandungan asam askorbat perlakuan segar hanya mengalami perbedaan yang signifikan dengan perlakuan kukus dan tumis. Meski kandungan asam askorbat sawi putih rebus berbeda nyata dengan kukus, tetapi hasil perlakuan rebus dan kukus tidak berbeda nyata dengan tumis. Pada kedua sayur, kandungan asam askorbat tertinggi diperoleh pada sampel kukus, yakni 30,02 ± 0,23 mg/100 g (sawi sendok) dan 23,99 ± 3,42 mg/100 g (sawi putih). Sedangkan yang terendah adalah sampel segar 26,16 ± 2,55 mg/100 g bahan (sawi sendok) dan 16,22 ± 0,76 mg/100 g bahan (sawi putih). 160 147.90 Persentase Perubahan Asam Askorbat (%) 140 120 100 80 114.41 114.76 112.65 100 100 114.80 132.37 segar rebus kukus tumis 60 sawi sendok sawi putih Keterangan: persentase asam askorbat sampel segar distandarkan pada nilai 100 % Gambar 5. Persentase Perubahan Asam Askorbat Berdasarkan grafik pada Gambar 5, dapat dilihat bahwa sawi sendok maupun sawi putih yang dimasak menghasilkan persentase asam askorbat yang lebih tinggi dibandingkan keadaan segarnya. Sawi sendok kukus, rebus, dan kukus memiliki kandungan asam askorbat 14,76 %; 14,41 %; dan 12,65 % lebih tinggi dibandingkan segar. Pada sawi putih, sampel kukus menunjukkan persentase asam askorbat yang paling tinggi yakni menjadi 147,90 %, diikuti perlakuan tumis sebesar 132,37 %, dan rebus yaitu 114,80 %.

24 3.3. Aktivitas Antioksidan pada Sawi Sendok dan Sawi Putih Hasil pengukuran aktivitas antioksidan pada sawi sendok dan sawi putih dapat dilihat pada Tabel 5. serta Gambar 6. Tabel 5. Aktivitas Antioksidan (%) Pada Sawi Sendok dan Sawi Putih Jenis Sayur Sawi Sendok Sawi Putih Segar 31,62 ± 4,20 a, 1 18,15 ± 3,39 a, 2 Rebus 38,98 ± 2,57 b, 1 17,69 ± 1,13 a, 2 Kukus 56,52 ± 3,25 c, 1 21,51 ± 2,43 b, 2 Tumis 52,43 ± 4,89 c, 1 22,26 ± 1,43 b, 2 Semua nilai merupakan mean ± standar deviasi Superscript huruf yang berbeda antar baris menunjukkan beda nyata antar perlakuan (p 0,05) dengan menggunakan uji wilayah Duncan Superscript angka yang berbeda antar kolom menunjukkan beda nyata antar subspesies Brassica rapa (p 0,05) dengan menggunakan uji independent-sample T Hasil uji aktivitas antioksidan pada sawi sendok dan sawi putih pada Tabel 5 memperlihatkan bahwa sawi sendok dan sawi putih memiliki aktivitas antioksidan yang beda nyata. Pada sawi sendok, aktivitas antioksidan sampel segar dan rebus berbeda nyata dengan sampel perlakuan-perlakuan lain, tetapi sampel kukus dan tumis tidak saling berbeda nyata. Berdasarkan hasil tersebut juga dapat dilihat bahwa pada sawi sendok, aktivitas antioksidan tertinggi adalah 56,52 ± 3,25 % (kukus) dan terendah 31,62 ± 4,20 % (segar). Pada sawi putih, aktivitas antioksidan antara sampel segar dan rebus serta antara kukus dan tumis tidak berbeda nyata. Namun, sampel segar dan rebus berbeda nyata dengan sampel kukus dan tumis. Aktivitas antioksidan tertinggi pada sawi putih adalah 22,26 ± 1,43 % (tumis) dan yang terendah 17,69 ± 1,13 % (rebus). Pada Gambar 6, nampak bahwa aktivitas antioksidan sawi sendok pada ketiga perlakuan (rebus, kukus, tumis) lebih tinggi dibandingkan perlakuan segar. Aktivitas antioksidan sawi sendok rebus meningkat sebesar 23,28 %, kukus 78,75 %, dan tumis 65,81 % dibandingkan sawi sendok segar. Pada sawi putih, peningkatan aktivitas antioksidan hanya terjadi pada perlakuan kukus dan tumis yakni sebesar 18,51 % dan 22,64 %. Sedangkan, perebusan menurunkan aktivitas antioksidan sebesar 2,53 %.

25 180 178.75 165.81 Persentase Perubahan Aktivitas Antioksidan (%) 160 140 120 100 80 123.28 100 100 97.47 118.51 122.64 segar rebus kukus tumis 60 sawi sendok sawi putih Keterangan: persentase aktivitas antioksidan sampel segar distandarkan pada nilai 100 % Gambar 6. Persentase Perubahan Aktivitas Antioksidan 3.4. Kandungan Total Fenol Pada Sawi Sendok dan Sawi Putih Hasil pengukuran total fenol pada sawi sendok dan sawi putih dapat dilihat pada Tabel 6. serta Gambar 7. Tabel 6. Total Fenol (mg QE/100 gram bahan) Pada Sawi Sendok dan Sawi Putih Jenis Sayur Sawi Sendok Sawi Putih Segar 1528,54 ± 170,02 c, 1 372,95 ± 104,84 ab, 2 Rebus 881,60 ± 44,95 a, 1 262,36 ± 67,68 a, 2 Kukus 1312,50 ± 74,67 b, 1 401,89 ± 119,86 b, 2 Tumis 1252,72 ± 23,36 b, 1 330,13 ± 98,53 ab, 2 Semua nilai merupakan mean ± standar deviasi Superscript huruf yang berbeda antar baris menunjukkan beda nyata antar perlakuan (p 0,05) dengan menggunakan uji wilayah Duncan Superscript angka yang berbeda antar kolom menunjukkan beda nyata antar subspesies Brassica rapa (p 0,05) dengan menggunakan uji independent-sample T Seperti beberapa hasil analisa sebelumnya, analisa total fenol juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kandungan total fenol sawi sendok dan sawi putih. Hal tersebut nampak dari data yang menunjukkan bahwa kandungan total fenol sawi sendok kurang lebih tiga hingga empat kali lipat lebih banyak dibandingkan sawi putih. Berdasarkan data pada Tabel 6, diketahui bahwa kandungan total fenol pada sawi sendok perlakuan kukus dan tumis tidak saling berbeda nyata, tetapi keduanya menunjukkan beda nyata dengan sampel segar maupun rebus. Pada sawi putih, perbedaan yang signifikan hanya ditemui pada kandungan total fenol sampel kukus dan

26 rebus. Sedangkan kandungan total fenol antara sampel segar dan tumis tidak berbeda nyata satu sama lain maupun dengan perlakuan rebus dan kukus. Berdasarkan pengukuran total fenol, nampak bahwa kandungan fenol tertinggi pada sawi sendok diperoleh pada sampel segar (1528,54 ± 170,02 mg QE/100 gram bahan) dan yang terendah pada sampel rebus (881,60 ± 44,95 mg QE/100 gram bahan). Sedangkan pada sawi putih, kandungan total fenol tertinggi diperoleh pada sampel kukus (401,89 ± 119,86 mg QE/100 gram bahan), sedangkan yang terendah pada sampel rebus (262,36 ± 67,68 mg QE/100 gram bahan). Persentase Perubahan Total Fenol (%) 120 100 80 60 40 20 0 100 100 85.87 81.96 57.68 sawi sendok 70.35 107.76 sawi putih 88.52 segar rebus kukus tumis Keterangan: persentase total fenol sampel segar distandarkan pada nilai 100 % Gambar 7. Persentase Perubahan Total Fenol Pada grafik analisa total fenol (Gambar 7), dapat dilihat bahwa secara umum proses pemasakan menyebabkan terjadinya penurunan kandungan fenol dalam sampel. Pada sawi sendok, perlakuan pemasakan (rebus, kukus, dan tumis) menghasilkan nilai total fenol yang lebih rendah dibandingkan perlakuan segar. Kandungan total fenol pada perlakuan rebus 42,32 % lebih rendah dari perlakuan segar, sedangkan pada perlakuan kukus dan tumis kandungan total fenol 14,13 % dan 18,04 % lebih rendah dari perlakuan segar. Hasil yang berbeda dijumpai pada analisa total fenol sawi putih. Pada sawi putih, proses pengukusan meningkatkan kandungan total fenol sebesar 7,76 % dari total fenol sampel segar. Sedangkan proses perebusan dan penumisan menurunkan kandungan total fenol sebesar 29,65 % dan 11,48 % dari total fenol sampel segar.

27 3.5. Korelasi Aktivitas Antioksidan, Asam Askorbat, dan Total Fenol pada Sawi Sendok dan Sawi Putih Uji korelasi antara aktivitas antioksidan, asam askorbat, dan total fenol dilakukan pada keempat perlakuan (segar, rebus, kukus dan tumis) terhadap kedua jenis sayur yang digunakan selama penelitian, yaitu sawi putih dan sawi sendok. Sehingga dapat diketahui hubungan antar ketiga senyawa tersebut pada masing-masing perlakuan. Hasil uji korelasi antara aktivitas antioksidan, asam askorbat dan total fenol pada sawi sendok dapat dilihat pada Tabel 7 dan hasil uji korelasi pada sawi putih dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 7. Korelasi Aktivitas Antioksidan, Asam Askorbat, dan Total Fenol pada Sawi Sendok Korelasi Segar Rebus Kukus Tumis AO AA Pearson Correlation 0,532-0,204 0,113-0,132 AO TF Pearson Correlation -0,636-0,345 0,175-0,046 AA TF Pearson Correlation -0,919** 0,844* -0,814* -0,443 Keterangan: AO = aktivitas antioksidan; AA = asam askorbat; TF = total fenol * = nyata pada tingkat kepercayaan 95 % ; ** = nyata pada tingkat kepercayaan 99 % nilai positif (+) atau negatif (-) menunjukkan korelasi yang terjadi antar variabel Berdasarkan Tabel 7 nampak bahwa, hubungan yang nyata pada sawi sendok hanya ditemukan pada perlakuan segar, rebus, dan kukus yakni antara asam askorbat dan total fenol. Pada perlakuan segar dan kukus, asam askorbat dan total fenol memiliki korelasi negatif yang nyata pada tingkat kepercayaan 99 % (segar) dan 95 % (kukus). Adanya korelasi negatif menunjukkan bahwa peningkatan kandungan asam askorbat cenderung diikuti penurunan total fenol dan sebaliknya. Sedangkan korelasi positif yang ditemukan pada perlakuan rebus menunjukkan bahwa pada sampel rebus, peningkatan asam askorbat akan cenderung diikuti peningkatan kandungan total fenol. Meskipun keberadaan asam askorbat mempengaruhi kandungan total fenol, tetapi hubungan tersebut bukanlah merupakan hubungan sebab akibat.

28 Tabel 8. Korelasi Aktivitas Antioksidan, Asam Askorbat, dan Total Fenol pada Sawi Putih Korelasi Segar Rebus Kukus Tumis AO - AA Pearson Correlation -0,335-0,653-0,853* -0,956** AO - TF Pearson Correlation 0,101 0,590 0,883* 0,959** AA - TF Pearson Correlation -0,494-0,987** -0,986** -0,872* Keterangan: AO = aktivitas antioksidan; AA = asam askorbat; TF = total fenol * = nyata pada tingkat kepercayaan 95 %; ** = nyata pada tingkat kepercayaan 99 % nilai positif (+) atau negatif (-) menunjukkan korelasi yang terjadi antar variabel Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa antara aktivitas antioksidan dan asam askorbat serta aktivitas antioksidan dan total fenol hubungan nyata ditemukan pada perlakuan kukus dan tumis. Bahkan pada kedua perlakuan tersebut (kukus dan tumis) diperoleh kesamaan, yakni antara aktivitas antioksidan dan asam askorbat keduanya memiliki korelasi yang positif, sedangkan antara aktivitas antioksidan dan total fenol keduanya memiliki korelasi yang negatif. Yang membedakan korelasi kedua perlakuan tersebut adalah korelasi perlakuan kukus nyata pada tingkat kepercayaan 95 %, sedangkan korelasi perlakuan tumis nyata pada tingkat kepercayaan 99 %. Pada hubungan antara asam askorbat dan total fenol, perlakuan rebus, kukus, dan tumis menunjukkan korelasi negatif yang nyata pada tingkat kepercayaan 99 % (rebus, kukus) dan 95 % (tumis). Berdasarkan uji korelasi, dapat dikatakan bahwa aktivitas antioksidan dan total fenol cenderung mengalami penurunan dengan keberadaan asam askorbat, tetapi aktivitas antioksidan cenderung mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan total fenol. Pada data yang diperoleh selama penelitian, terjadi perubahan kadar air, kandungan asam askorbat, total fenol, dan aktivitas antioksidan pada sampel yang telah dimasak. Beberapa perubahan yang terjadi pada sampel setelah proses pemasakan adalah peningkatan aktivitas antioksidan dan kandungan asam askorbat, serta penurunan kandungan total fenol. Selain itu, ditemukan pula bahwa perbedaan subspesies Brassica rapa berpengaruh terhadap senyawa-senyawa yang terkandung pada masing-masing sayur. Berdasarkan uji korelasi, hubungan yang signifikan antara asam askorbat dan total fenol ditemukan pada sawi sendok maupun sawi putih memiliki. Sedangkan hubungan yang signifikan antara aktivitas antioksidan dan asam askorbat serta aktivitas antioksidan dan total fenol hanya ditemukan pada sawi putih.