BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar masalah. penjadwalan kuliah, algoritma memetika serta komponen algoritma

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. genetika, dan algoritma memetika yang akan digunakan sebagai landasan dalam

BAB III PENJADWALAN KULIAH DI DEPARTEMEN MATEMATIKA DENGAN ALGORITMA MEMETIKA. Penjadwalan kuliah di departemen Matematika UI melibatkan

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

Kalkulus I. Fungsi Dan Grafik Fungsi. Dr. Eko Pujiyanto, S.Si., M.T eko.staff.uns.ac.id/kalkulus1

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM.

BAB II LANDASAN TEORI

Oleh: Tjandra Satria Gunawan

PENJADWALAN KULIAH DENGAN ALGORITMA MEMETIKA LISMANTO

LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil Wawancara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN DAN ANALISIS TES KIMIA BERBASIS OPEN- ENDED PROBLEM UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY HIBAH DISERTASI DOKTOR

TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA. Oleh Dian Sari Reski 1, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT

Gambar II.1. Skema Sistem Produksi

Implementasi Pembelajaran Kooperatif Ni Komang Sukertiasih 69

TINJAUAN PUSTAKA. i dari yang terkecil ke yang terbesar. Tebaran titik-titik yang membentuk garis lurus menunjukkan kesesuaian pola

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI

BAB III ALGORITMA MEMETIKA DALAM MEMPREDIKSI KURS VALUTA ASING. Untuk memberikan penjelasan mengenai prediksi valuta asing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PEMBAHASAN. menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam

JURNAL ITSMART Vol 3. No 2. Desember 2014 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah aktivitas kuliah dan batasan mata kuliah ke dalam slot ruang dan waktu

1 Posisi, kecepatan, dan percepatan

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR

SPASIAL CLASIFICATION MINING UNTUK MENENTUKAN PRAKIRAAN CURAH HUJAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH

Analisis dan Implementasi Algoritma Differential Evolution Pada Jaringan Syaraf Tiruan Studi Kasus Prediksi Masa Studi Mahasiswa

Penerapan Algoritme Genetika Pada Kasus Optimasi Penentuan Bibit dan Pemerataan Subsidi pupuk (Studi Kasus: Desa Pandansari, Kabupaten Kediri)

Penjadwalan kegiatan merupakan pekerjaan yang tidak mudah, karena dalam. penyusunannya memerlukan perencanaan yang matang agar kegiatan tersebut

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI

Lingkup Metode Optimasi

Pengertian Fungsi. Kalkulus Dasar 2

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analisis dan Implementasi Algoritma Graph-based K-Nearest Neighbour untuk Klasifikasi Spam pada Pesan Singkat

PELABELAN PADA GRAPH ( ), DENGAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 45 Edisi... Volume..., Bulan 20.. ISSN :

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Khowarizmi. Algoritma didasarkan pada prinsiup-prinsip Matematika, yang

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya, optimasi didefinisikan sebagai proses menentukan nilai minumum

Optimasi Fungsi Tanpa Kendala Menggunakan Algoritma Genetika Dengan Kromosom Biner dan Perbaikan Kromosom Hill-Climbing

ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG DAN PASANG SURUT PADA DAERAH PANTAI PAAL KECAMATAN LIKUPANG TIMUR KABUPATEN MINAHASA UTARA

p da p da Gambar 2.1 Gaya tekan pada permukaan elemen benda yang ter benam aliran fluida (Mike Cross, 1987)

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERKALIAN DAN PEMBAGIAN BILANGAN UNTUK SEKOLAH DASAR KELAS 2

LAPORAN KALIBRASI ALAT UKUR VOLUMETRIK

Analisis Pengaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Angin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENJADWALAN UJIAN AKHIR SEMESTER DENGAN ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNESA)

BAB III. Solusi Optimal Permasalahan Penjadwalan Perkuliahan Menggunakan Algoritma Fuzzy Evolusi

ANALISIS ONGKOS PRAKTIKUM PEMESINAN BERDASARKAN TIPE PROSES DESAIN PRODUK Purnawan, Maman Kusman, Yayat, Ega Taqwali Berman

Gambar 1.1 Nilai Ekspor Mebel Indonesia, dan negara-negara pesaing di Asia, 2005

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN

Penyelesaian Vehicle Routing Problem with Time Windows (VRPTW) dengan Modified Differential Evolution Algorithm

ABSTRAK. Latar Belakang Masalah

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PESERTA DIDIK SMA PADA PEMBELAJARAN KONSEPPROTISTAMELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING. Oleh : Fathul Zannah *

PERANCANGAN HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) DENGAN MEMANFAATKAN GAS BUANG DARI SATU UNIT TURBIN GAS DENGAN DAYA 130 MW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor layanan kesehatan merupakan sektor yang sangat penting bagi setiap

Abstrak. Kata Kunci : SPK (Sistem Pendukung Keputusan), Pemberian store of the month, Analytical Hierarchy Process (AHP).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

PERHITUNGAN BURN UP PADA REAKTOR SUB KRITIS BERDAYA SEDANG BERPENDINGIN Pb - Bi BURN UP CALCULATION OF Pb Bi COOLED MEDIUM SIZED SUBCRITICAL CORE

BAB III. Metode Penelitian

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA)

situs web di internet, dapat ditemukan informasi berupa teks, ambar, suara dan video. Semua produk diital tersebut dapat di download denan mudah, sert

SKRIPSI SISTEM PEMBANGKIT TENAGA

EVALUASI KETEPATAN KLASIFIKASI KELULUSAN TES KETERAMPILAN SNMPTN BIDANG OLAHRAGA MENGGUNAKAN ANALISIS DISKRIMINAN KERNEL

MEDIA DARI KULIT SINGKONG UNTUK PERTUMBUHAN Saccharomyces cerevisiae DAN APLIKASI PADA ROTI Mochammad Wachid (1), Diana Ayu Ningrum (2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGATURAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN TANAH PADA KUBIKEL CAKRA 20 KV DI PT XYZ. Budi Yanto Husodo 1,Muhalan 2

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PENJADWALAN DOSEN DENGAN FUZZY

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 : Gaya pada roket Sumber : (Benson, 2010)

Kata Kunci: Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS), Motivasi, Hasil Belajar.

Pencarian Rute Terpendek untuk Pengoptimalan Ditribusi Sales Rokok Gudang Garam di kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Menggunakan Algoritma Genetika

TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS. Roda Pelton

MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) GERAK BENDA DALAM BIDANG DATAR DENGAN PERCEPATAN TETAP

TINGKAT ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24 BULAN

ABSTRAK. Job shop scheduling problem merupakan salah satu masalah. penjadwalan yang memiliki kendala urutan pemrosesan tugas.

JURNAL SAINTIFIK VOL.2 NO.2, JULI Murtafiah Universitas Sulawesi Barat

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

a home base to excellence Mata Kuliah : Kalkulus Kode : TSP 102 Turunan Pertemuan - 3

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas menenai konsep dasar masalah penjadwalan kuliah, aloritma memetika serta komponen aloritma memetika. Aoritma memetika diilhami dari proses evolusi makhluk hidup, sedankan penjadwalan kuliah merupakan baian dari penjadwalan denan kriteria dan kendala tertentu. Hubunan dari kedua hal tersebut adalah aloritma memetika dapat diunakan untuk menyelesaikan masalah penjadwalan kuliah. 2.1 PENJADWALAN KULIAH STANDAR INTERNASIONAL Masalah penjadwalan kuliah bermula dari kompetisi membuat jadwal kuliah di 20 instansi di Universitas Napier di Edinburh Skotlandia. Model permasalahan telah ditetapkan, tetapi partisipan dapat menunakan berbaai metode untuk menyelesaikannya. Berikut akan dibahas model masalah penjadwalan kuliah standar internasional dan mesin penjadwalan kuliah.

2 2.1.1 Deskripsi Masalah Penjadwalan Kuliah Standar Internasional Masalah penjadwalan kuliah standar internasional dikenal denan University Course Timetablin Problem ( UCTP ) akan menjadwalkan sejumlah kuliah denan 45 slot-waktu yakni 9 slot-waktu per hari dari senin sampai denan jumat. Komponen yan mempenaruhi jadwal terdiri dari kapasitas ruanan yan tersedia, waktu kehadiran dosen, mahasiswa penikut kuliah, serta batasan-batasan yan ditentukan. Batasan atau kendala yan terdapat dalam UCTP terbai dalam dua kateori yaitu kendala hard dan kendala soft. Kendala hard merupakan kendala essensial yan harus terpenuhi dalam pembuatan jadwal, sedankan kendala soft merupakan kendala nonessensial yan menentukan kualitas dari jadwal yan dihasilkan. Kendala hard dan soft terjadi akibat interaksi antar komponen jadwal, seperti kapasitas ruan dan jumlah mahasiswa penikut kuliah, selain itu interaksi jua dapat terjadi antar kuliah-kuliah yan tidak boleh dijadwalkan pada waktu yan bersamaan. Klasifikasi kedua kendala tersebut telah ditentukan oleh Universitas Napier karena disesuaikan denan kondisi penjadwalan kuliah di universitas tersebut. Berikut adalah kendala hard dalam UCTP, untuk membentuk solusi jadwal kuliah yan layak kendala-kendala ini harus terpenuhi:

3 1. H1: Dua atau lebih kuliah tidak dapat diberikan pada suatu waktu denan ruanan yan sama 2. H2: Setiap kuliah harus dilakukan pada ruanan yan memenuhi fasilitas dan kapasitas untuk kuliah tersebut. 3. H3: Tidak ada mahasiswa yan mendapat 2 / lebih kuliah pada waktu yan sama. Setelah seluruh kendala hard terpenuhi dalam pembentukan jadwal, maka akan dilanjutkan denan meminimumkan funsi penalti kendala soft yakni pelanaran jadwal terhadap kendala soft sedapat munkin diminimalisasi. Berikut adalah kendala soft yan telah didefinisikan dalam UCTP: 1. S1: Mahasiswa tidak memperoleh kuliah pada akhir slot-waktu terakhir setiap hari 2. S2: Mahasiswa tidak mendapat kuliah lebih dari 6 jam berturut- turut 3. S3: Mahasiswa tidak memperoleh hanya satu kuliah dalam 1 hari 2.1.2 Mesin Penjadwalan Kuliah Sejarah mesin penjadwalan kuliah bermula dari kompetisi menyelesaikan masalah penjadwalan kuliah standar internasional. Penujian dan penilaian kompetisi ini menunakan data 20 instansi di Universitas Napier di Edinburh Skotlandia dimana penalti soft terbaik dan terburuk

4 setiap mata kuliah telah diketahui. Kompetisi tersebut menundan perhatian partisipan dari seluruh penjuru dunia denan berbaai metode pendekatan. Penilain untuk masin-masin partisipan berdasar atas penalti kendala soft yan dihitun sebaai berikut : dimana : j := Partisipan ke-j p i := Himpunan 20 instansi f i := Penalti soft instansi ke-i j b f ( j ) f ( j ) w b f ( j ) f ( j ) j i i i i i I i i i i j j i := Jadwal yan disusun oleh partisipan j untuk instansi ke-i b j i := Jadwal terbaik pada instansi ke-i yan telah diketahui w j i := Jadwal terburuk pada instansi ke-i yan telah diketahui Penjumlahan suku-suku tersebut menhasilkan penalti untuk partisipan ke-j, sehina pemenan kompetisi adalah partisipan denan penalti minimum. Ternyata denan sistem penilaian kompetisi diatas, aloritma hibrid metaheuristik menjadi aloritma yan palin efektif. Aloritma memetika jua telah diujikan dalam masalah tersebut dan hasilnya adalah seluruh kendala hard dan soft seluruh instansi terpenuhi denan waktu komputasi yan efektif (Rossidoria, 2004). Hal itu menjadi alasan penulis untuk menunakan aloritma memetika dalam skripsi ini.

5 2.2.3 Penjadwalan Kuliah di Departemen Matematika UI Penjadwalan kuliah di departemen Matematika UI melibatkan beberapa komponen yakni sejumlah ruan kuliah, dosen, serta mahasiswa. Penjadwalan kuliah awal tahun 2008 tersedia 8 ruan kuliah denan beraam kapasitas, 35 dosen yan memberikan kuliah pada jam kehadiran, serta mahasiswa terbai atas 7 kelompok yaitu kelompok mahasiswa tinkat 1, tinkat 2, serta 5 bidan minat. Kendala dalam pembentukan model penjadwalan kuliah di departemen matematika UI dibuat melalui penambanan UCTP serta penyesuaian denan kondisi penjadwalan perkuliahan di departemen Matematika UI. Penembanan dan penyesuaian itu menakibatkan penambahan 2 kendala hard serta 1 kendala soft yan didefinisikan sebaai berikut: Kendala hard: 1. H1: Dua atau lebih kuliah tidak dapat diberikan pada suatu waktu denan ruanan yan sama 2. H2: Setiap kuliah harus dilakukan pada ruanan yan memenuhi fasilitas dan kapasitas untuk kuliah tersebut. 3. H3: Tidak ada mahasiswa yan mendapat 2 / lebih kuliah pada waktu yan sama.

6 4. H4: Dosen dituaskan hanya pada waktu kehadiran 5. H5: Dosen tidak dapat memberikan 2 atau lebih kuliah pada waktu yan bersamaan Kendala soft: 1. S1: Mahasiswa tidak memperoleh kuliah pada akhir slot-waktu terakhir setiap hari 2. S2: Mahasiswa tidak mendapat kuliah lebih dari 6 jam berturut- turut 3. S3: Mahasiswa tidak memperoleh hanya satu kuliah dalam 1 hari 4. S4: Kuliah tidak dilansunkan bersamaan denan prasyaratnya. Penambahan kendala tersebut merupakan penyesuaian denan kondisi penjadwalan kuliah di departemen Matematika UI yan akan diselesaikan menunakan aloritma memetika. 2.2 KONSEP DASAR ALGORITMA MEMETIKA Penertian Memetika adalah suatu ilmu penetahuan yan mempelajari proses replikasi (replication), penyebaran (spread), dan evolusi ( evolution ) dari meme atau pola informasi. Meme dapat direplikasi melalui komunikasi antar sesama individu, tanpa ada keterkaitan denan tinkat replikasi dari en masin-masin individu dan dapat disebarkan ke individu

7 lain melalui berbaai cara seperti pencarian lokal, pindah silan, evolusi atau denan cara lainnya. Proses replikasi meme disebut jua process of self-reproduction atau the memetic life-cycle yan dilanjutkan denan penyebaran meme. Penyebaran terjadi melalui sebuah kelompok dari beberapa individu. Urutan proses tersebut menilustrasikan meme sebaai suatu replicator seperti layaknya suatu en. Proses replikasi pada en hanya dapat terjadi dari oran tua kepada anaknya (vertical transmission) yan merupakan konsep dari aloritma enetika, sedankan proses replikasi pada meme dapat jua terjadi dalam satu individu (horizontal transmission). Gabunan kedua konsep itu diunakan sebaai dasar aloritma memetika, selanjutnya meme dalam aloritma memetika jua disebut denan en. Individu dalam aloritma enetika dan memetika direpresentasikan denan satu kromosom, kromosom inilah yan mewakili kandidat solusi permasalahan. Kromosom terdiri atas beberapa en yan membawa informasi baian solusi permasalahan, sedankan kumpulan dari kromosom biasa disebut denan populasi. Aloritma memetika adalah pendekatan yan dilakukan berdasarkan populasi kromosom untuk pemecahan suatu masalah optimasi. Karena aloritma memetika hanya suatu pendekatan maka aloritma tersebut termasuk dalam metode heuristik yakni suatu metode yan diunakan ketika ukuran ruan pencarian solusi sulit dikontrol secara eksak dan belum ada

8 aloritma yan dapat mencari solusi optimal secara efektif. Aloritma memetika memiliki kompleksitas yan lebih tini dibandinkan aloritma enetika (untuk domain tertentu) karena adanya penambahan pencarian solusi lokal. 2.3 KOMPONEN ALGORITMA MEMETIKA Pada dasarnya aloritma memetika terdiri dari tujuh komponen yaitu skema penkodean, funsi penalti, seleksi oran tua, pindah silan ( crossover ), pencarian lokal, mutasi, dan perantian populasi. Berikut akan dijelaskan menenai masin- masin komponen di atas. 2.3.1 Skema penkodean Terdapat 3 skema yan palin umum diunakan yakni : Real number encodin yaitu penkodean nilai en berada dalam interval [0, R], dimana R adalah bilanan positif yan biasanya bernilai 1 Discrete decimal encodin yaitu penkodean nilai en bisa bernilai dari salah satu bilanan bulat dalam interval [0, N]

9 Binary encodin yakni setiap en hanya bisa bernilai 0 atau 1 kromosom : Berikut merupakan ambaran skema penkodean en-en dalam 0,3001 0,1000 10,000 Real number encodin en1 en2 en3 1 3 2 45 56 9 0 23 9 Discrete decimal encodin en1 en2 en3 en4 en5 en6 en7 en8 en9 0 1 0 0 1 0 1 1 1 Binary encodin en1 en2 en3 en4 en5 en6 en7 en8 en9 Gambar 1: Penkodean kromosom dalam aloritma memetika 2.3.2 Funsi penalti Funsi penalti merupakan nilai yan terdapat dalam suatu kromosom yan menentukan kualitas atau kelayakan suatu solusi masalah. Makna dari nilai menandakan penalti atas pelanaran terhadap suatu kendala. Akibatnya, semakin kecil nilai penalti akan meninkatkan kualitas solusi, sedankan kelayakan solusi ditentukan oleh batasan suatu nilai penalti.

10 Dalam masalah optimasi, nilai penalti tersebut biasanya diminimumkan sehina diperoleh solusi denan jumlah pelanaran kendala yan palin sedikit. 2.3.3 Seleksi oran tua Seleksi oran tua merupakan cara pemilihan dua kromosom sebaai oran tua. Dalam aloritma memetika, seleksi oran tua merupakan baian dari evolusi yakni proses mendekati kandidat solusi permasalahan yan diharapkan. Sebelum proses seleksi oran tua harus terdapat populasi awal yan berisi sejumlah kromosom yan diinisialisasi terlebih dahulu baik denan random, nonrandom atau abunannya. Proses seleksi dapat dilakukan denan turnamen (tournament selection) atau roulette while. Turnamen berukuran n dilakukan denan memilih n kromosom secara random kemudian kromosom denan nilai penalti terbaik akan menjadi salah satu oran tua terpilih. Seleksi denan Roulette while dilakukan denan memberi proporsi yan proporsional denan kebalikan nilai penalti setiap kromosom, kemudian salah satu oran tua dipilih secara random denan probabilitas sebesar proporsi tersebut. 2.3.4 Pindah silan (crossover) Pindah silan (crossover) merupakan komponen palin pentin dalam aloritma enetika dan memetika karena proses inilah yan dapat mendekati kromosom-kromosom sebaai kandidat solusi yan diharapkan. Kromosom

11 yan menarah pada nilai penalti yan lebih baus diperoleh dari proses memindah-silankan dua buah kromosom yan diperoleh dari seleksi oran tua. Pindah silan dapat menhasilkan satu atau beberapa kromosom yan biasa disebut denan kromosom anak. Perhatikan contoh pindah silan berikut : titk poton oran tua 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 oran tua 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 anak 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 anak 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 kromoso m 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 Gambar 2: Pindah silan 1 titik poton Pindah silan dapat berakibat buruk jika jumlah populasinya sanat kecil karena suatu kromosom denan en-en yan menarah ke solusi ( kromosom yan diharapkan) akan sanat cepat menyebar ke kromosom-

12 kromosom lainnya. Untuk menatasi masalah ini pindah silan hanya bisa dilakukan untuk probabilitas tertentu katakanlah p c, artinya pindah silan dilakukan jika suatu bilanan random [0,1) yan dibankitkan kuran dari p c yan ditentukan. Pada umumnya, p c diset mendekati satu, misalnya 0.8. Pindah silan jua dapat dilakukan denan cara yan berbeda-beda, yan palin sederhana adalah pindah silan satu titik poton (one-point crossover) seperti pada Gambar 2. Titik poton dipilih secara random, kemudian baian pertama dari oran tua 1 diabunkan denan baian kedua oran tua 2 dan sebaliknya. Untuk kasus kromosom yan sanat panjan, misalnya 2000 en, munkin diperlukan beberapa titik poton. Namun, penentuan jumlah titik poton ini tidak mutlak, artinya boleh berapa saja. Pindah silan denan n titik ini serin disebut denan n-point crossover, dimana n titik poton dipilih secara random dan baian-baian kromosom dipilih denan probabilitas 0,5 dari salah satu oran tuanya. Salah satu skema pindah silan yan lain adalah pindah silan seraam (uniform crossover), yakni jika n titik poton dipilih sebanyak jumlah en dikurani satu. 2.3.5 Mutasi Mutasi merupakan proses pertukaran / perubahan informasi yan dibawa oleh masin-masin en dalam kromosom anak hasil pindah silan. Mutasi ini bertujuan untuk menurani kesamaan informasi yan dibawa oleh kromosom anak dan oran tua, sehina dapat berkontribusi untuk menuju

13 kromosom yan palin berkualitas. Mutasi dilakukan pada beberapa en dalam kromosom anak denan probabilitas mutasi yan relatif kecil yakni p mut, dimana p mut biasanya diset sebesar 1/n. Mutasi adaptive merupakan mutasi yan dilakukan pada beberapa en sehina tersedia tempat yan layak untuk en-en yan hilan akibat pindah silan. 2.3.6 Pencarian lokal Pencarian lokal merupakan pertukaran / penempatan kembali informasi yan dibawa oleh en-en dalam satu kromosom anak denan harapan dapat meninkatkan kualitas kromosom tersebut. Pencarian lokal dapat dilakukan denan menukar dua en, atau permutasi beberapa en tanpa menurani kualitas dari kromosom sebelumya. Dalam kasus tertentu pencarian lokal hanya dilakukan kepada en yan terkena penalti, artinya hanya informasi yan kuran tepat yan dipertukarkan antar en dalam satu kromosom yan sama. 2.3.7 Perantian populasi Perantian populasi merupakan pembentukan populasi baru yan beranotakan kromosom-kromosom yan lebih berkualitas. Denan perantian populasi yan dilakukan terus menerus diharapkan kandidat solusi permasalahan semakin medekati optimal. Secara umum perantian populasi ini dilakukan denan memasukkan satu atau dua kromosom anak ke

14 populasi awal dan membuan satu atau dua kromosom dalam populasi awal yan mempunyai nilai penalti terbesar.