BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 : Gaya pada roket Sumber : (Benson, 2010)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 : Gaya pada roket Sumber : (Benson, 2010)"

Transkripsi

1 5 BAB II DASAR TEORI.1 Prinsip Kerja Roket Roket merupakan wahana luar ankasa, peluru kendali, atau kendaraan terban yan mendapatkan doronan melalui reaksi roket terhadap keluarnya secara cepat bahan fluida dari keluaran mesin roket. Aksi dari keluaran dalam ruan bakar dan nozle penemban, mampu membuat as menalir denan kecepatan hipersonik sehina menimbulkan doronan reaktif yan besar untuk roket. Serinkali definisi roket diunakan untuk merujuk kepada mesin roket. Gambar.1 : Gaya pada roket Sumber : (Benson, 010) Reaksi kimia dimulai di ruan bakar denan bahan bakar (denan udara atau oksien bila di ruan ankasa) dan as panas yan dihasilkan menalir denan tekanan tini keluar melalui saluran yan menuju ke arah belakan roket. Tekanan as yan menyembur keluar inilah yan menhasilkan aya doron bai roket sehina roket dapat bererak maju atau ke atas. Pada Roket seperti ambar.1 (Benson, 010) ada empat aya yan bekerja yaitu : 1. Lift (aya ankat). Dra (aya seret/tahanan) 3. Thrust (aya doron)

2 6 4. Weiht (aya berat) Geometri roket atmosfer secara umum dibai dalam 4 baian 1. Hidun (Nose) Baian palin depan yan biasanya diisi hulu ledak muatan ilmiah atau peralatan indera/kendali. Tabun silindris (cylinder) Badan utama roket yan biasanya diisi bahan bakar dan peralatan bakarnya 3. Ekor (tail) Baian palin belakan berisi saluran sumber pembakaran (nozzle) mekanisme penendalian 4. Sirip (fin/stabilizer) Alat kendali aerodinamik, yan berfunsi sebaai pemberi kemudi maupun kestabilan Bentuk Nose Cone Roket 1. Parabolic (ambar.c). Kerucut /cone (ambar.b) 3. Eliptical (ambar.a) (a) (b) (c) Gambar. : Bentuk nose pada roket (a) eliptical (b) cone, (c) parabolic Sumber : (Crowell 1996)

3 7 Luas Permukaan Nose Cone (Crowell 1996): S R R L...(.1) Luas Permukaan Nose Elliptical (Crowell 1996) : R 1 ln 1 S L dimana L R L...(.) Luas Permukaan Nose Parabolic (Crowell 1996): S D L L sin L R...(.3) R L R S = Luas Permukaan (m ) R = Radius/ jari-jari (m) L = Lenth/ panjan (m) Ada tia jenis bentuk ekor roket 1. Kerucut konveren. Kerucut diveren (flares) 3. Parabolik konveren Pada pembuatan roket tinkat pemula dan tinkat lanjut fin/sirip yan umum diunakan adalah bentuk delta, ada dua sirip bentuk delta yan umum diunakan yaitu, simple delta dan cropped delta :

4 8 (a) (b) Gambar.3 Bentuk sirip delta, (a) simple delta, (b) cropped delta Sumber : ( Anderson, 007). Kecepatan Mach Mach number merupakan perbandinan antara kecepatan aliran terhadap sayap di udara terhadap kecepatan rambat suara di udara (medium/fluida yan sama). Dari definisi ini, jenis kecepatan bisa dibai berdasarkan Mach number (M). M<<1 kecepatan benda jauh kecil dari kecepatan rambat suara (hiposonik) M<1 kecepatan benda lebih kecil dari kecepatan rambat suara (subsonik) M=1 kecepatan benda sama denan kecepatan rambat suara (sonik atau transonik) M>1 kecepatan benda lebih besar dari kecepatan rambat suara (supersonik).3 Kemunculan Shock Pada aliran subsonik (M<0,8) visualisasi alirannya adalah sebaai berikut : Gambar.4 : Aliran subsonic Sumber : ( Anderson, 007)

5 9 Di adalam zona lokal ini, kecepatannya lebih tini daripada sekelilinnya. Bayankan sebuah partikel udara yan melewati zona ini. Awalnya dia berkecepatan 0,9M, lalu dia melewati keadaan transisi yan tiba-tiba dan kecepatannya naik lebih dari kecepatan suara. Keadaan tiba-tiba ini disebut: Shock. Setelah beberapa saat, partikel ini lalu menalami penurunan kecepatan lai secara tiba-tiba dan keluar dari zona lokal ini. Gambar.5 : Aliran Transonic Sumber : (Anderson, 007) zona lokalnya memiliki kecepatan lebih rendah dari sekelilinnya. Terbentuklah suatu shock berbentuk busur di depan profil sayap. Selain itu, terbentuk pula shock berbentuk ekor ikan di ujun akhir: Trailin Ede namun lebih lemah dari shock busur. Gambar.6 : Munculnya shock pada airfoil Sumber : (Anderson, 007) Setelah memasuki tahap kecepatan Supersonik,. Shock berbentuk busur di pankal kerucut mendekati pankal kerucut. Ini disebut Shock Wave atau dikenal denan Oblique shock wave. Perlu dicatat bahwa setelah Oblique shock,

6 10 kecepatan tetap supersonik. Ada lai istilah expansion wave, keadaan dimana terbentuk sekumpulan shock lemah yan menyebabkan tekanan turun secara bertahap. Gambar.7 : Aliran supersonic Sumber :( Anderson, 007) Pada kecepatan hipersonik, Oblique shock wave menjadi lebih terlekuk ke dalam dan mendekati badan kerucut. Ini terjadi pada pesawat ulan alik yan memasuki atmosfer. Jika Mach menjadi sanat tini, shock ini menjadi sanat tipis dan pada lapisan shock ini suhunya sanat tini hina menyebabkan molekul oksien dan nitroen di atmosfer terpisah. Gambar.8 : Aliran hypersonic Sumber : (Anderson, 007)

7 11.4 Aliran External Aliran external adalah aliran yan melinkupi suatu body, dimana lapisan batas (boundry layer) dapat berkemban secara bebas. Gambar.9: Aliran external pada airfoil Sumber : (Anderson, 007) Pada aliran external, aliran parallel pada pelat datar serin diunakan dalam hal-hal teknik. Meskipun bentuknya sederhana, eometri ini serin diunakan sebaai pendekatan yan baik tentan aliran di atas permukaaan yan sedikit melenkunseperti airfoil, sudu turbin, dan bodi kendaraan..5 Boundary Layer Aliran fluida sejati (real fluid) manapun selalu menunjukkan adanya suatu daerah yan alirannya terhambat. Daerah yan alirannya terhambat ini disebut lapisan batas (boundary layer), sebuah konsep yan pertama kali diperkenalkan oleh Prandtl pada tahun Boundary layer adalah lapisan tipis pada permukaan padat (solid surface) tempat fluida menalir dimana penaruh viskositas relative besar, sehina profil kecepatan tidak uniform. Proses pembentukan lapisan batas munkin palin baik bila divisualisasikan denan membayankan aliran sepanjan plat rata. Misalkan ada seraam fluida tak dapat mampat mendekati denan kecepatan arus bebas U. Ketika fluida mencapai tepi

8 1 sebelah depan, teanan eser yan besar terbentuk dekat permukaan pelat karena partikel-partikel fluida yan tiba disitu dan partikel-partikel yan cukup dekat dan normal terhadap pelat dihambat oleh esekan viscous dan daerah tempat aliran menalami hambatan disebut lapisan batas, dan ketebalannya dinyatakan denan δ. Pada baian luar boundry layer, tidak ada penaruh viskositas sehina aliran dapat diperlakukan sebaai invisit flow (aliran yan tidak kelihatan). Seperti aliran pada saluran, aliran yan terjadi pada boundry layer bisa laminar atau turbulen. Hal-hal yan mempenaruhi sifat aliran adalah pressure radient, kekasaran permukaan, heat transfer, aya-aya bodi dan anuan-anuan pada aliran bebas. Bentuk dari boundry layer pada pelat datar dapat dilihat pada ambar.10. Gambar.10 Boundry layer pada pelat datar Sumber : ( Cenel &. Cimbala 006) 1. Aliran yan berada di ujun muka disebut leadin ede.. Ujun baian belakan disebut trailin ede. 3. Baian ujun dari ujun muka (leadin ede) pada pelat datar, lapisan batas adalah lapisan laminar. Untuk lapisan laminar bentuk distribusi kecepatannya adalah parabolik. 4. Ketebalan lapisan batas (δ) bertambah dari ujun muka sampai jarak x, aliran fluida akan ke bawah perlahan-lahan karena batas kekentalan

9 13 (viscous) menjadi tidak stabil dan patah-patah yan merupakan daerah transisi, sampai lapisan batas turbulen yan berada di atas daerah transisi. 5. Tebal lapisan batas (δ) dianap sebaai focus atau tempat kedudukan titik-titik yan kecepatannya dinyatakan dalam u, sejajar denan denan lempen dan mencapai 99% kecepatan luar U (u = 0,99U)..6 Airfoil Airfoil merupakan lapisan udara yan melewati suatu benda, yan terbentuk di sekitar permukaan benda karena adanya erak dari benda terhadap fluida atau sebaliknya yan mana arahnya berlawanan. Bentuk dari airfoil salah satunya menikuti standarisasi dari NACA (National Advisory Committee for Aeronautic), salah satu contohnya adalah NACA 001. Anka - anka yan tertera pada NACA 001 berarti : o Satu anka pertama (0) menunjukkan nilai dari maximum chamber yan nilainya 1/100 panjan chord o Satu anka kedua (0) menunjukkan lokasi maximum chamber yan nilainya 1/10 panjan chord dihitun dari leadin ede. o Dua anka terakhir (1) menunjukkan nilai dari maximum thickness yan nilainya 1/100 panjan chord..7 Pola Aliran di Permukaan Body Karena adanya efek viskositas dari udara maka akan menyebabkan timbulnya boundry layer di sepanjan permukaan kendaraan sehina timbul radient kecepatan pada permukaan kendaraan. Adanya radient kecepatan menyebabkan kecepatan aliran udara pada permukaan kendaraan sanat bervariasi terantun dari bentuk roket tersebut. Denan adanya radient kecepatan maka akan timbul distribusi tekanan di sepanjan permukaan body roket. Distribusi tekanan diukur pada daerah anuan aliran udara di permukaan kendaraan. Tekanan yan terjadi diwakili oleh nilai koefisien pressure (Cp). Pada posisi stanasi (nilai Cp = 1)merupakan daerah tekanan tini dimana

10 14 enery kinetis aliran udara diubah menjadi enery potensial, kecepatan aliran nol sehina tekanannya tertini. Koefisien pressure (Cp) ditentukan oleh besarnya tekanan statis pada titik di permukaan body yan dirumuskan sebaai berikut (Anderson, 007): p p C p...(.4) q Cp = koefisien pressure P = tekanan statis (N/m ) p q = tekanan atmosfir (101,35 Pa) = tekanan dinamis (N).8 Tekanan Dinamis aliran bebas Jika tekanan atmosfir dinotasikan denan P, kecepatan aliran V dan massa jenis ρ, maka didapat persamaan Bernoulli adalah sebaai berikut : P V z konstan.....(.5) Bila ketinian pada permukaan tanah (Z=0) V P H (.6) V = tekanan dinamis P = tekanan static (atmosfir)

11 15 H = tekanan total zat yan bernilai konstan Hara dari konstanta H dapat diperoleh dari kondisi aliran udara yan jauh di atas bodi kendaraan. Rumusan ini menyatakan bahwa jumlah dari tekanan atmosfer (linkunan) dan tekanan dinamis selalu konstan pada setiap titik pada streamline yan sama. Persamaan Bernoulli menunjukkan hubunan antara tekanan atmosfer P denan kecepatan aliran fluida sepanjan streamline. Bila terjadi variasi kecepatan aliran udara local yan berarti jua terjadi variasi pada tekanan dinamis, maka nilai tekanan atmosfer local jua akan bervariasi aar diperoleh H yan konstan. Apabila kecepatan aliran udara local lebih kecil dari pada kecepatan aliran udara yan tidak teranu, hara dari tekanan dinamis jua lebih kecil. Dan sebaai akibatnya, hara dari tekanan atmosfer local lebih tini dari aliran yan tidak teranu dan beitu pula sebaliknya. Hubunan ini menunjukkan bahwa pola aliran yan terjadi di sekelilin model roket. (Cenel & Cimbala, 006) q 1 V...(.7) q = tekanan dinamis (N/m ) ρ = densitas udara (k/m 3 ) V = kecepatan udara (m/s).9 Penukuran Tekanan Statis Persamaan yan diunakan sebaai metode pendekatan untuk menetahui besarnya tekanan statis yan bekerja pada model test adalah : P statis h......(.8) ρ = kerapatan udara (k/m 3 )

12 16 = percepatan ravitasi (9,81m/s ) h = elevasi jarak (m).10 Skin Friction koefisien : Seperti telah diketahui, aya dra ditentukan oleh aliran fluida yan menalir pada permukaan suatu bodi yan merupakan total koefisien pressure denan skin friction koefisien, dimana skin friction koefisien disebabkan oleh frictional efek atau kekasaran permukaan suatu benda yan dilalui oleh suatu fluida. (Cenel & Cimbala, 006) Koefisien Dra : c d cp cf......(.9) Fannin friction factor : c f. τw... (.10) ρ. v Darcy friction factor : τw f. ρ. v 8 (.11)... 1 f ε/d,51 lo 3,7 Re. f..... (.1) cd : Koefisien seret. cp : Koefisien tekanan. cf : Koefisien esekan. cl : Koefisien ankat. τw : Gesekan pada permukaan benda (N/m²). ρ : Massa jenis fluida kontak (k/m³). v : Kecepatan benda atau fluida (m/s).

13 17 f : Faktor esekan. A : Luas bidan kontak (m²). Re : Bilanan Reynolds. d : Diameter benda (m). ε/d : Relative rouhness, (untuk perencanaan ini, body roket akan dilapisi denan resin kemudian akan diamplas sampai permukaannya menjadi sanat halus sehina ε/d = 0). µ : viskositas (k/ms). Tabel.1 Equivalent rouhness value Material Rouhness, ε ft mm Glass, plastic 0 (smooth) Concrete 0, Wood stave Cooper or brass tubin Rubber smoothed Cast iron Galvanized iron Wrouht iron Stainless steel Commercial steel Sumber : (Cenel & Cimbala, 006).11 Gaya lift Fl dan Gaya dra Fd Selain adanya aya lift ada jua efek hambat dari profil. Gaya lift biasa direpresentasikan denan Koefisien Gaya lift biasa disinkat Cl dan untuk aya dra Cd. Cl bertambah beitu pula denan Cd namun setelah sudut tertentu (pada Cl maximal), Cl turun drastis. Ini keadaan yan disebut Stall dimana aya lift hilan sedankan aya dra terus naik dan bisa menyebabkan pesawat/roket jatuh (Anderson, 007).

14 18 (b) Gambar.11 Gaya-aya pada airfoil Sumber : (Anderson, 007) Gaya Dra : F d C d 1 V Af...(.13) Fd Cd = aya dra/aya hambat (N) = koefisien dra ρ = massa jenis udara (1,04 k/m 3 ) V = kecepatan udara (m/s) Af = Luas frontal permukaan model (m ) Lift Koefisien V As C L W...(.14) Cl = koefisien aya lift

15 19 W = aya berat (N) As = luasan permukaan sirip model test (m ) V = kecepatan relatif anin terhadap model test (m/s) ρ = densitas udara (k/m 3 ) Gaya Lift : F L 1 Cl V As (.15) FL Cl = aya lift/aya ankat (N) = koefisien lift ρ = massa jenis udara (1,04 k/m 3 ) V = kecepatan udara (m/s) A = Luas permukaan sirip model (m ).1 Bilanan Reynold Dari percobaan yan telah dilakukan oleh Reynold, menyatakan bahwa aliran alami pada saluran terbuka terantun pada berbaai factor yaitu : 1. Panjan permukaan (x). Viskositas dinamik (μ) 3. Kecepatan aliran ( ) 4. Densitas Udara (ρ) Sehina dari percobaan tersebut dan abunan dari factor-faktor di atas didapat suatu bilanan yan tak berdimensi, yan selajutnya disebut bilanan reynold. Bilanan reynold dapat dirumuskan sebaai berikut ( Cenel &. Cimbala 006) : R ex V x (.16)

16 0 Rex V x = Bilanan reynold (tak berdimensi) = Kecepatan Udara (m/s) = panjan permukaan ρ = Densitas udara (k/m 3 ) μ = Viskositas dinamik (k/m.s) Bilanan reynold (Rex) jua dapat menyatakan bahwa aliran tersebut laminar atau turbulen khususnya pada aliran terbuka (external). Aliran yan memiliki Rex < 5 x 10 5 adalah aliran laminar, sedankan aliran yan memiliki Rex > 5 x 10 5 adalah aliran turbulen. Batas dimana aliran laminer berubah menjadi aliran turbulen disebut denan daerah transisi, aliran pada daerah transisi memiliki bilanan reynold antara 5 x 10 5, dan disebut jua denan bilanan reynold kritis (critical reynold number)..13 Terowonan Anin (Wind Tunnel) Terowonan Anin adalah suatu alat untuk melakukan studi dan penelitian menenai interaksi antara erakan udara denan benda-benda yan ada di dalam aliran udara. Di dalam terowonan anin diperlihatkan baaimana aliran udara terbentuk akibat adanya benda-benda, di pihak lain ditunjukan penaruh aliran tersebut terhadap benda, yaitu berupa aya-aya udara; tekanan, aya ankat dan momen-momen. Salah satu syarat yan pentin dalam melakukan percobaan-percobaan dalam penukuran aliran udara pada instalasi terowonan anin, adalah menetahui denan cermat distribusi kecepatan udara dan arah aliran udara didalam seksi uji. Suatu aliran udara yan terbai secara uniform dan arah aliran yan lurus serta aliran yan stasioner merupakan kondisi yan dikehendaki. Kondisi ini dapat diketahui denan menadakan penukuran-penukuran pada berbaai lokasi, denan menunakan perlenkapan-perlenkapan instalasi terowonan anin yan tersedia.

17 1 Gambar.1 : Wind tunnel Sumber : (Soewarto, 011) Suatu benda yan mempunyai erakan relatif terhadap udara sekitarnya, akan menalami aya-aya udara. Komponen aya udara dalam arah aliran udara dinamakan tahanan. Akibat adanya benda ini, karakteristik aliran udara dimuka dan di belakan benda tidak serupa. Perbedaan momentum ini berkaitan denan aya-aya udara yan terjadi. Aliran udara disekitar suatu benda memiliki arah dan kecepatan yan berubah. Bila diikuti streamline, maka perubahan kecepatan akan berkaitan denan perubahan tekanan, sesuai denan persamaan enery Bernoulli..14 Kecepatan Udara Pada Wind Tunnel Kecepatan udara pada wind tunnel dapat dicari denan menunakan alat inclined manometer. Untuk mencari kecepatan fluida di dalam pipa didapat dari penunaan rumus Bernoulli, berdasarkan perbedaan tekanan stanasi Po denan tekanan statis P adalah sebaai berikut : P V Po Vo Z Z... (.17) o

18 Gambar.13 : Aliran fluida dalam pipa Sumber : ( Cenel &. Cimbala 006) Pada kondisi penukuran tekanan di atas dimana titik O berhimpit denan titik A, titik O adalah titik stanasi, sehina persamaan.14 menjadi : V P V P o o Dalam keadaan kondisi stanasi Vo = 0, sehina persamaannya menjadi : P V P o P P V o Dimana h P P o, sehina persamaannya menjadi : h V......(.18) Untuk h diunakan Inclined Manometer denan sudut kemirinan 15 0, dimana pertambahan panjan dinyatakan denan r, sehina h dapat dicari

19 Gambar.14 Inclined manometer Sumber : ( Cenel &. Cimbala 006) 3

p da p da Gambar 2.1 Gaya tekan pada permukaan elemen benda yang ter benam aliran fluida (Mike Cross, 1987)

p da p da Gambar 2.1 Gaya tekan pada permukaan elemen benda yang ter benam aliran fluida (Mike Cross, 1987) 6.3 Gaya Hambat Udara Ketika udara melewati suatu titik tankap baik itu udara denan kecepatan konstan ( steady ) maupun denan kecepatan yan berubah berdasarkan waktu (unsteady ), kecenderunan alat tersebut

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH VARIASI BENTUK NOSE DAN SIRIP TERHADAP GAYA DRAG DAN GAYA LIFT PADA ROKET. Oleh : DEWA GEDE ANGGA PRANADITYA NIM :

SKRIPSI PENGARUH VARIASI BENTUK NOSE DAN SIRIP TERHADAP GAYA DRAG DAN GAYA LIFT PADA ROKET. Oleh : DEWA GEDE ANGGA PRANADITYA NIM : SKRIPSI PENGARUH VARIASI BENTUK NOSE DAN SIRIP TERHADAP GAYA DRAG DAN GAYA LIFT PADA ROKET Oleh : DEWA GEDE ANGGA PRANADITYA NIM : 0704305027 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

Jadi F = k ρ v 2 A. Jika rapat udara turun menjadi 0.5ρ maka untuk mempertahankan gaya yang sama dibutuhkan

Jadi F = k ρ v 2 A. Jika rapat udara turun menjadi 0.5ρ maka untuk mempertahankan gaya yang sama dibutuhkan Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: 1. Sebuah pesawat denan massa M terban pada ketinian tertentu denan laju v. Kerapatan udara di ketinian itu adalah ρ. Diketahui bahwa aya ankat udara pada pesawat

Lebih terperinci

HIDRODINAMIKA & APLIKASINYA

HIDRODINAMIKA & APLIKASINYA HIDRODINAMIKA & APLIKASINYA Oleh: Tito Hadji Aun S, ST, MT Ir Sudarja, MT, PhD (Candidate) Matrikulasi Jurusan Teknik Mesin Uniersitas Muhammadiyah Yoyakarta 017 Mekanika Fluida Fluida : Zat Alir (zat

Lebih terperinci

Penghitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta

Penghitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta Bab II Teori Dasar Gambar. 7 Grafik Rasio Kecepatan nin di atas Laut denan di Daratan. 5. Koreksi Koefisien Seret Setelah data kecepatan anin melalui koreksi-koreksi di atas, maka data tersebut dikonversi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Kompresor Aksial Kompresor aksial merupakan salah satu tipe kompresor yang tergolong dalam rotodynamic compressor, dimana proses kompresi di dalamnya dihasilkan dari efek dinamik

Lebih terperinci

Gambar II.1. Skema Sistem Produksi

Gambar II.1. Skema Sistem Produksi Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Sistem Produksi Sistem produksi minyak merupakan jarinan pipa yan berunsi untuk menalirkan luida (minyak) dari reservoir ke separator. Reservoir terletak di bawah permukaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II TINJUN USTK ompa adalah suatu alat yan diunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain denan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut diunakan

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIK DAN EXPERIMENTAL FRICTION FACTOR PADA PIPA GALVANISH DENGAN ALIRAN FLUIDA AIR PANAS

KAJIAN TEORITIK DAN EXPERIMENTAL FRICTION FACTOR PADA PIPA GALVANISH DENGAN ALIRAN FLUIDA AIR PANAS POLITEKNOSAINS VOL. XIII NO. September 04 KAJIAN TEORITIK DAN EXPERIMENTAL FRICTION FACTOR PADA PIPA GALVANISH DENGAN ALIRAN FLUIDA AIR PANAS Sutrisno Teknik Mesin, Universitas Nahdlatul Ulama E-mail :

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Klasifikasi aliran fluida

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Klasifikasi aliran fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Dalam keseharian pada temperatur normal bentuk dari suatu bahan umumnya terbagi menjadi tiga sifat, yaitu; zat padat, zat cair, dan zat gas, walaupun ada pula yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI . (2.1)

BAB II DASAR TEORI . (2.1) 5 BAB II DASAR TEORI 2.1 Prinsip Bernoulli Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam mekanika fluida menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Aliran tak-termampatkan

BAB II DASAR TEORI Aliran tak-termampatkan 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Prinsip Bernoulli Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam mekanika fluida yang menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida akan menimbulkan

Lebih terperinci

SOLUSI. m θ T 1. atau T =1,25 mg. c) Gunakan persaman pertama didapat. 1,25 mg 0,75mg =0,6 m 2 l. atau. 10 g 3l. atau

SOLUSI. m θ T 1. atau T =1,25 mg. c) Gunakan persaman pertama didapat. 1,25 mg 0,75mg =0,6 m 2 l. atau. 10 g 3l. atau SOLUSI. a) Gambar diaram aya diberikan pada ambar di sampin. b) Anap teanan tali yan membentuk sudut θ adalah terhadap horizontal adalah T. Anap teanan tali yan mendatar adalah T. Gaya yan bekerja pada

Lebih terperinci

MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) GERAK BENDA DALAM BIDANG DATAR DENGAN PERCEPATAN TETAP

MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) GERAK BENDA DALAM BIDANG DATAR DENGAN PERCEPATAN TETAP MODUL PERTEMUAN KE 4 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Gerak Peluru (Proyektil); Gerak Melinkar Beraturan, Gerak Melinkar Berubah Beraturan, Besaran Anular dan Besaran Tanensial. POKOK BAHASAN: GERAK

Lebih terperinci

PERSAMAAN BERNOULLI. Ir. Suroso Dipl.HE, M.Eng

PERSAMAAN BERNOULLI. Ir. Suroso Dipl.HE, M.Eng PERSMN BERNOULLI Ir. Suroso Dil.HE, M.En Pendahuluan Pada at cair diam, aya hidrostatis mudah dihitun karena hanya bekerja aya tekanan. Pada at cair menalir, dierhitunkan keceatan, arah artikel, kekentalan

Lebih terperinci

UM UGM 2016 Fisika. Soal. Petunjuk berikut dipergunakan untuk mengerjakan soal nomor 01 sampai dengan nomor 20.

UM UGM 2016 Fisika. Soal. Petunjuk berikut dipergunakan untuk mengerjakan soal nomor 01 sampai dengan nomor 20. UM UGM 016 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM016FIS999 Version: 017-0 Halaman 1 Petunjuk berikut diperunakan untuk menerjakan soal nomor 01 sampai denan nomor 0. = 9,8 m/s (kecuali diberitahukan lain) µ o =

Lebih terperinci

BAB VI TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS

BAB VI TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS BAB I TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS Turbin impuls adalah turbin dimana bererak karena adanya impuls dari air. Pada turbin impuls, air dari sebuah bendunan dialirkan melalui pipa, dan kemudian melewati mekanisme

Lebih terperinci

TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS. Roda Pelton

TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS. Roda Pelton 6 TURBIN AIR A. TURBIN IMPULS Turbin impuls adalah turbin dimana bererak karena adanya impuls dari air. Pada turbin impuls, air dari sebuah bendunan dialirkan melalui pipa, dan kemudian melewati mekanisme

Lebih terperinci

HIDRAULIKA DRIVE PIPE PADA POMPA HIDRAM

HIDRAULIKA DRIVE PIPE PADA POMPA HIDRAM Simposium Nasional RAPI XII - 013 FT UMS ISSN 141-961 HIDRAULIKA DRIVE PIPE PADA POMPA HIDRAM Kuswartomo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Uniersitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos

Lebih terperinci

Dengan substitusi persamaan (1.2) ke dalam persamaan (1.3) maka kedudukan x partikel sebagai fungsi waktu dapat diperoleh melalui integral pers (1.

Dengan substitusi persamaan (1.2) ke dalam persamaan (1.3) maka kedudukan x partikel sebagai fungsi waktu dapat diperoleh melalui integral pers (1. GERAK PADA BIDANG DATAR 1. Gerak denan Percepatan Tetap C Gb. 1 Grafik kecepatan-waktu untuk erak lurus denan percepatan tetap Pada ambar 1, kemirinan tali busur antara titik A dan B sama denan kemirinan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. fluida. Sifat-sifat fluida diasumsikan pada keadaan steady, ada gesekan aliran dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. fluida. Sifat-sifat fluida diasumsikan pada keadaan steady, ada gesekan aliran dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Mekanika Fluida Disini diuraikan tentang sifat-sifat fluida yang mempengaruhi dinamika dari fluida. Sifat-sifat fluida diasumsikan pada keadaan steady, ada gesekan aliran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul

Lebih terperinci

HUKUM STOKES. sekon (Pa.s). Fluida memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

HUKUM STOKES. sekon (Pa.s). Fluida memiliki sifat-sifat sebagai berikut. HUKUM STOKES I. Pendahuluan Viskositas dan Hukum Stokes - Viskositas (kekentalan) fluida menyatakan besarnya gesekan yang dialami oleh suatu fluida saat mengalir. Makin besar viskositas suatu fluida, makin

Lebih terperinci

BAB II Model Aliran Multifasa Dalam Pipa

BAB II Model Aliran Multifasa Dalam Pipa BAB II Model Aliran Multifasa Dala Pipa Sebelu elakukan proses optiasi diaeter pipa transisi inyak dibutuhkan beberapa odel ateatika untuk enyelesaikan hal-hal yan epenaruhi biaya total. Pihak produsen

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida Penentuan kecepatan disejumlah titik pada suatu penampang memungkinkan untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas aliran sehingga

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN DAN NUMERIK TENTANG ALIRAN BOUNDARY LAYER YANG MELINTASI BUMP DENGAN RADIUS KELENGKUNGAN YANG KECIL

STUDI EKSPERIMEN DAN NUMERIK TENTANG ALIRAN BOUNDARY LAYER YANG MELINTASI BUMP DENGAN RADIUS KELENGKUNGAN YANG KECIL Proposal Tugas Akhir Konversi Energi STUDI EKSPERIMEN DAN NUMERIK TENTANG ALIRAN BOUNDARY LAYER YANG MELINTASI BUMP DENGAN RADIUS KELENGKUNGAN YANG KECIL Disusun Oleh : Herry Sufyan Hadi 2107100081 Dosen

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TP 2009/2010

UJIAN NASIONAL TP 2009/2010 UJIAN NASIONAL TP 2009/2010 1. Seoran anak berjalan lurus 10 meter ke barat, kemudian belok ke selatan sejauh 12 meter, dan belok lai ke timur sejauh 15 meter. Perpindahan yan dilakukan anak tersebut dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hukum Kekekalan Massa Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov- Lavoiser adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan

Lebih terperinci

a. Tentukan bentuk akhir dari tiga persamaan di atas yang menampilkan secara eksplisit

a. Tentukan bentuk akhir dari tiga persamaan di atas yang menampilkan secara eksplisit Contact Person : 0896-5985-681 OSK Fisika 018 Number 1 BESARAN PLANCK Pada tahun 1899 Max Planck memperkenalkan suatu sistem satuan iniversal sehina besaran-besaran fisika dapat dinyatakan dalam tia satuan

Lebih terperinci

1 Posisi, kecepatan, dan percepatan

1 Posisi, kecepatan, dan percepatan 1 Posisi, kecepatan, dan percepatan Posisi suatu benda pada suatu waktu t tertentu kita tulis sebaai r(t). Jika saat t = t 1 benda berada pada posisi r 1 r(t 1 ) dan saat t = t 2 > t 1 benda berada pada

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

Sekolah Olimpiade Fisika davitsipayung.com

Sekolah Olimpiade Fisika davitsipayung.com SOLUSI SELEKSI OSN TINGKAT PROVINSI 06 Bidan Fisika Waktu : Jam Sekolah Olimpiade Fisika davitsipaun.com DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT SEKOLAH

Lebih terperinci

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM.

pengukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian (fitting) hasil tersebut menggunakan model TOM. BAB III HASIL DAN DISKUSI Bab ini berisi hasil dan diskusi. Pekerjaan penelitian dimulai denan melakukan penukuran karakteristik I-V transistor. Kemudian dilanjutkan denan penyesuaian (fittin hasil tersebut

Lebih terperinci

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 P A R A M I T A V E G A A. T R I S N A W A T I Y U L I N D R A E K A D E F I A N A M U F T I R I Z K A F A D I L L A H S I T I R U K A Y A H FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

ALIRAN FLUIDA. Kode Mata Kuliah : Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng

ALIRAN FLUIDA. Kode Mata Kuliah : Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng ALIRAN FLUIDA Kode Mata Kuliah : 2035530 Bobot : 3 SKS Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng Apa yang kalian lihat?? Definisi Fluida Definisi yang lebih tepat untuk membedakan zat

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Mekanika 02

Xpedia Fisika. Mekanika 02 Xpedia Fisika Mekanika 02 Doc. Nae: XPFIS0102 Version: 2012-07 halaan 1 01. Gaya yan dibutuhkan untuk enerakan bola hoki berassa 0,1 k konstan pada kecepatan 5 /s di atas perukaan licin adalah... (A) Nol

Lebih terperinci

Analisis Desain Layar 3D Menggunakan Pengujian Pada Wind Tunnel

Analisis Desain Layar 3D Menggunakan Pengujian Pada Wind Tunnel JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 G-372 Analisis Desain Layar 3D Menggunakan Pengujian Pada Wind Tunnel Danang Priambada, Aries Sulisetyono Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air

Lebih terperinci

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika.

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika. PROSIDING SKF 016 Modu Praktikum Fisika Matematika: Menukur Koefisien Gesekan pada Osiasi Teredam Bandu Matematika. Rizqa Sitorus 1,a), Triati Dewi Kencana Wunu,b dan Liik Hendrajaya 3,c) 1 Maister Penajaran

Lebih terperinci

Karena massa katrol diabaikan maka 2T 1. -nya arah ke bawah. a 1. = a + a 0. a 2. = m m ) m 4 mm

Karena massa katrol diabaikan maka 2T 1. -nya arah ke bawah. a 1. = a + a 0. a 2. = m m ) m 4 mm m 0 139 Pada sistem dibawah ini hitun percepatan benda m 1 nap benda m bererak ke bawah Jawab: T 1 T 1 m 1 T m 0 a 0 T T 1 m 1 m 1 m T 1 m a m Karena massa katrol diabaikan maka T 1 T m k a k 0 atau T

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruan Linkup Ruan linkup keiatan dalam penulisan tuas akhir ini adalah PT. Tembaa Mulia Semanan Tbk. (Divisi Aluminium) yan berlokasi di Jalan Daan Moot KM. 16, Semanan,

Lebih terperinci

Aliran Turbulen (Turbulent Flow)

Aliran Turbulen (Turbulent Flow) Aliran Turbulen (Turbulent Flow) A. Laminer dan Turbulen Laminer adalah aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikelpartikel fluidanya sejajar dan garis-garis arusnya halus. Dalam aliran laminer,

Lebih terperinci

EXTERNAL FLOW. Apa itu external flow? pesawat terbang, mobil dan gumpalan salju yang turun

EXTERNAL FLOW. Apa itu external flow? pesawat terbang, mobil dan gumpalan salju yang turun MEKANIKA FLUIDA II EXTERNAL FLOW Apa itu external flow? A l i r a n u d a r a d i s e k i t a r pesawat terbang, mobil dan gumpalan salju yang turun b e g i t u j u ga a l i ra n a i r d i sekitar kapal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Potensi Energi Air Potensi energi air pada umumnya berbeda dengaan pemanfaatan energi lainnya. Energi air merupakan salah satu bentuk energi yang mampu diperbaharui karena sumber

Lebih terperinci

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 8. FLUIDA Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Tegangan Permukaan Viskositas Fluida Mengalir Kontinuitas Persamaan Bernouli Materi Kuliah 1 Tegangan Permukaan Gaya tarik

Lebih terperinci

STUDI AERODINAMIKA PROFIL BOEING COMMERCIAL ENERGY EFFICIENT DENGAN KOMPUTASI BERBASIS FINITE ELEMENT

STUDI AERODINAMIKA PROFIL BOEING COMMERCIAL ENERGY EFFICIENT DENGAN KOMPUTASI BERBASIS FINITE ELEMENT TUGAS AKHIR STUDI AERODINAMIKA PROFIL BOEING COMMERCIAL ENERGY EFFICIENT DENGAN KOMPUTASI BERBASIS FINITE ELEMENT Disusun: EDIEARTA MOERDOWO NIM : D200 050 012 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar masalah. penjadwalan kuliah, algoritma memetika serta komponen algoritma

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar masalah. penjadwalan kuliah, algoritma memetika serta komponen algoritma BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas menenai konsep dasar masalah penjadwalan kuliah, aloritma memetika serta komponen aloritma memetika. Aoritma memetika diilhami dari proses evolusi makhluk

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Pengujian

Bab IV Analisis dan Pengujian Bab IV Analisis dan Pengujian 4.1 Analisis Simulasi Aliran pada Profil Airfoil Simulasi aliran pada profil airfoil dimaskudkan untuk mencari nilai rasio lift/drag terhadap sudut pitch. Simulasi ini tidak

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Diameter O-ring pada Permukaan Silinder terhadap Koefisien Drag

Pengaruh Variasi Diameter O-ring pada Permukaan Silinder terhadap Koefisien Drag MESIN, Vol. 25, No. 2, 2016, 54-62 54 Pengaruh Variasi Diameter O-ring pada Permukaan Silinder terhadap Koefisien Drag Si Putu Gede Gunawan Tista *, Ainul Ghurri, I Ketut Suanjaya Adi Putra Jurusan Teknik

Lebih terperinci

DESAIN BENTUK SUDUT SUDUT ARAH RADIAL PADA POMPA SENTRIFUGAL

DESAIN BENTUK SUDUT SUDUT ARAH RADIAL PADA POMPA SENTRIFUGAL DESAIN BENTUK SUDUT SUDUT ARA RADIAL PADA POMPA SENTRIFUGAL Kennie A. Lempoy Abstrak Permasalahan pada ketidakpuasan konsumen pada penunaan pompa air khususnya yan diunakan di rumah tana, pada saat ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Tekanan Atmosfer Tekanan atmosfer adalah tekanan yang ditimbulkan oleh bobot udara di atas suatu titik di permukaan bumi. Pada permukaan laut, atmosfer akan menyangga kolom air

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN RING BERPENAMPANG SEGIEMPAT DENGAN POSISI MIRING PADA PERMUKAAN SILINDER TERHADAP KOEFISIEN DRAG

PENGARUH PEMASANGAN RING BERPENAMPANG SEGIEMPAT DENGAN POSISI MIRING PADA PERMUKAAN SILINDER TERHADAP KOEFISIEN DRAG Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013 PENGARUH PEMASANGAN RING BERPENAMPANG SEGIEMPAT DENGAN POSISI MIRING PADA PERMUKAAN SILINDER TERHADAP KOEFISIEN DRAG Si Putu Gede Gunawan Tista, Ketut Astawa,

Lebih terperinci

FLUIDA DINAMIS. GARIS ALIR ( Fluida yang mengalir) ada 2

FLUIDA DINAMIS. GARIS ALIR ( Fluida yang mengalir) ada 2 DINAMIKA FLUIDA FLUIDA DINAMIS SIFAT UMUM GAS IDEAL Aliran fluida dapat merupakan aliran tunak (STEADY ) dan tak tunak (non STEADY) Aliran fluida dapat termanpatkan (compressibel) dan tak termanfatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN SKS : 3 HIROLIKA Oleh : Acep Hidayat,ST,MT. Jurusan Teknik Perencanaan Fakultas Teknik Perencanaan dan Desain Universitas Mercu Buana Jakarta 2011 MODUL 12 HUKUM KONTINUITAS

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) FISIKA GERAK HARMONIK

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) FISIKA GERAK HARMONIK JENJANG KELAS MAA PELAJARAN OPIK BAHASAN SMA XI (SEBELAS) FISIKA GERAK HARMONIK Benda yan melakukan erak lurus berubah beraturan, mempunyai percepatan yan tetap, Ini berarti pada benda senantiasa bekerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka Ristiyanto (2003) menyelidiki tentang visualisasi aliran dan penurunan tekanan setiap pola aliran dalam perbedaan variasi kecepatan cairan dan kecepatan

Lebih terperinci

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir.

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir. STUDI NUMERIK PENGARUH KELENGKUNGAN SEGMEN KONTUR BAGIAN DEPAN TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI AIRFOIL TIDAK SIMETRIS ( DENGAN ANGLE OF ATTACK = 0, 4, 8, dan 12 ) Dosen Pembimbing Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Kerja Pompa Hidram Prinsip kerja hidram adalah pemanfaatan gravitasi dimana akan menciptakan energi dari hantaman air yang menabrak faksi air lainnya untuk mendorong ke

Lebih terperinci

LAPORAN KALIBRASI ALAT UKUR VOLUMETRIK

LAPORAN KALIBRASI ALAT UKUR VOLUMETRIK LAPORAN KALIBRASI ALAT UKUR VOLUMETRIK I. JUDUL PRAKTIKUM : KALIBRASI ALAT UKUR VOLUMETRIK II. TANGGAL PRAKTIKUM : Selasa, 12 Austus 2014 III. TANGGAL LAPORAN: Rabu, 20 Austus 2014 IV. GURU PEMBIMBING

Lebih terperinci

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P ANGGAPAN YANG DIGUNAKAN ZAT CAIR ADALAH IDEAL ZAT CAIR ADALAH HOMOGEN DAN TIDAK TERMAMPATKAN ALIRAN KONTINYU DAN SEPANJANG GARIS ARUS GAYA YANG BEKERJA HANYA

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca modul mahasiswa memahami penggunaan atau penerapan persamaan momentum untuk aliran saluran terbuka.

Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca modul mahasiswa memahami penggunaan atau penerapan persamaan momentum untuk aliran saluran terbuka. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca modul mahasiswa memahami penunaan atau penerapan persamaan momentum untuk aliran saluran terbuka. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah membaca modul dan menelesaikan

Lebih terperinci

Pengaruh Alur Berbentuk Segi Empat Pada Permukaan Silinder Terhadap Koefisien Drag Dengan Variasi Diameter Silinder

Pengaruh Alur Berbentuk Segi Empat Pada Permukaan Silinder Terhadap Koefisien Drag Dengan Variasi Diameter Silinder Pengaruh Alur Berbentuk Segi Empat Pada Permukaan Silinder Terhadap Koefisien Drag Dengan Variasi Diameter Silinder Si Putu Gede Gunawan Tista 1,a*, Wayan Nata Septiadi 2,b, I Putu Doni Pradana 3,c 1,2,3

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL EKSPERIMEN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL EKSPERIMEN BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL EKSPERIMEN 4.1 Data Penelitian Pada metode ini, udara digunakan sebagai fluida kerja, dengan spesifikasi sebagai berikut: Asumsi aliran steady dan incompressible. Temperatur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 MOMENTUM DAN IMPULS. K e l a s A. PENGERTIAN GERAK PARABOLA

FIsika KTSP & K-13 MOMENTUM DAN IMPULS. K e l a s A. PENGERTIAN GERAK PARABOLA KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI MOMENTUM DAN IMPULS Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami konsep erak parabola dan mampu menaplikasikannya dalam pemecahan masalah.

Lebih terperinci

FISIKA GERAK PARABOLA

FISIKA GERAK PARABOLA KTSP K-13 Kelas X FISIKA GERAK PARABOLA TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Memahami konsep erak parabola.. Menaplikasikannya dalam pemecahan masalah.

Lebih terperinci

Pembina Olimpiade Fisika davitsipayung.com 1. Besaran dan analisis dimensi

Pembina Olimpiade Fisika davitsipayung.com 1. Besaran dan analisis dimensi . Besaran dan analisis dimensi. Pendahuluan mekanika Newton Mekanika Newton adalah studi konsep erak benda dan aya. Mekanika merupakan salah satu ilmu tertua dan sanat menarik untuk dipelajari. Mekanika

Lebih terperinci

10/11/2014. CIG4E3 / Pengolahan Citra Digital BAB 8. Image Segmentation (Edge Detection) Definisi Egde. Cara Kerja Spatial Filter [1]

10/11/2014. CIG4E3 / Pengolahan Citra Digital BAB 8. Image Segmentation (Edge Detection) Definisi Egde. Cara Kerja Spatial Filter [1] CI4E3 / Penolahan Citra Diital BAB 8. Imae Sementation Ede Detection Intellient Computin and Multimedia ICM Deinisi Ede Ede adalah batas antara dua daerah denan nilai ra-level an relati berbeda atau denan

Lebih terperinci

Pengaruh Penempatan Penghalang Berbentuk Silinder Pada Posisi Vertikal Dengan Variasi Jarak Horisontal Di Depan Silinder Utama Terhadap Koefisien Drag

Pengaruh Penempatan Penghalang Berbentuk Silinder Pada Posisi Vertikal Dengan Variasi Jarak Horisontal Di Depan Silinder Utama Terhadap Koefisien Drag Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 4 No.. Oktober 010 (160-165) Pengaruh Penempatan Penghalang Berbentuk Silinder Pada Posisi Vertikal Dengan Variasi Jarak Horisontal Di Depan Silinder Utama Terhadap Koefisien

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. KLASIFIKASI FLUIDA Fluida dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, tetapi secara garis besar fluida dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu :.1.1 Fluida Newtonian

Lebih terperinci

2 H g. mv ' A, x. R= 2 5 m R2 ' A. = 1 2 m 2. v' A, x 2

2 H g. mv ' A, x. R= 2 5 m R2 ' A. = 1 2 m 2. v' A, x 2 SOLUSI. A. Waktu bola untuk jatuh diberikan oleh : t A= H B. Jarak d yan dibutuhkan adalah d=v 0 t A =v H 0 i. Karena bola tidak slip sama sekali dan tumbukan lentin sempurna maka eneri mekanik sistem

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIS UNTUK MENGHITUNG KEMAMPUAN PRODUKSI SUMUR GAS

PEMODELAN MATEMATIS UNTUK MENGHITUNG KEMAMPUAN PRODUKSI SUMUR GAS Fakultas MIPA, Universitas Neeri Yoyakarta, 16 Mei 009 PEMODELAN MATEMATIS UNTUK MENGHITUNG KEMAMPUAN PODUKSI SUMU GAS Mohammad Taufik Jurusan Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran Jl. aya Bandun - Sumedan

Lebih terperinci

! 2 H g. &= 1 2 m 2 SOLUSI OSN A. Waktu bola untuk jatuh diberikan oleh : t A= Jarak d yang dibutuhkan adalah d =v 0 g

! 2 H g. &= 1 2 m 2 SOLUSI OSN A. Waktu bola untuk jatuh diberikan oleh : t A= Jarak d yang dibutuhkan adalah d =v 0 g SOLUSI OSN 009. A. Waktu bola untuk jatuh diberikan oleh : t A=! H B.! Jarak d yan dibutuhkan adalah d =v 0 t A =v H 0 i. Karena bola tidak slip sama sekali dan tumbukan lentin sempurna maka eneri mekanik

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Jarak Penghalang Berbentuk Segitiga di Depan Silinder Terhadap Koefisien Drag

Pengaruh Variasi Jarak Penghalang Berbentuk Segitiga di Depan Silinder Terhadap Koefisien Drag Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CakraM Vol. 3 No. 1, April 009 (43 48) Pengaruh Variasi Jarak Penghalang Berbentuk Segitiga di Depan Silinder Terhadap Koefisien Drag Si Putu Gede Gunawan Tista Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERTEMUAN III HIDROSTATISTIKA

PERTEMUAN III HIDROSTATISTIKA PERTEMUAN III HIDROSTATISTIKA Pengenalan Statika Fluida (Hidrostatik) Hidrostatika adalah ilmu yang mempelajari perilaku zat cair dalam keadaan diam. Konsep Tekanan Tekanan : jumlah gaya tiap satuan luas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida. Penentuan kecepatan di sejumlah titik pada suatu penampang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida. Penentuan kecepatan di sejumlah titik pada suatu penampang BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida Penentuan kecepatan di sejumlah titik pada suatu penampang memungkinkan untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas aliran sehingga

Lebih terperinci

M. MIRSAL LUBIS Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik

M. MIRSAL LUBIS Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik ANALISIS AERODINAMIKA AIRFOIL NACA 2412 PADA SAYAP PESAWAT MODEL TIPE GLIDER DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE BERBASIS COMPUTIONAL FLUID DINAMIC UNTUK MEMPEROLEH GAYA ANGKAT MAKSIMUM M. MIRSAL LUBIS Departemen

Lebih terperinci

JUDUL TUGAS AKHIR ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI

JUDUL TUGAS AKHIR  ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI JUDUL TUGAS AKHIR http://www.gunadarma.ac.id/ ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI ABSTRAKSI Alat uji kehilangan tekanan didalam sistem perpipaan dibuat dengan menggunakan

Lebih terperinci

Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas

Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Beberapa topik tegangan permukaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN PENELITIAN Sebelumnya telah ada dilakukan penelitian-penelitian mengenai analisa CFD pada sayap pesawat. Hidayat, M (2012) melakukan penelitian pada airfoil NACA 0021

Lebih terperinci

Gerak Dua Dimensi Gerak dua dimensi merupakan gerak dalam bidang datar Contoh gerak dua dimensi : Gerak peluru Gerak melingkar Gerak relatif

Gerak Dua Dimensi Gerak dua dimensi merupakan gerak dalam bidang datar Contoh gerak dua dimensi : Gerak peluru Gerak melingkar Gerak relatif Gerak Dua Dimensi Gerak dua dimensi merupakan erak dalam bidan datar Contoh erak dua dimensi : Gerak peluru Gerak melinkar Gerak relatif Posisi, Kecepatan, Percepatan r i = vektor posisi partikel di A

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Roket Roket adalah suatu wahana antariksa yang dapat menjelajah dengan kecepatan yang sangat tinggi. Sir Isaac Newton, seorang ahli matematika, scientist, dan seorang

Lebih terperinci

1 Posisi, kecepatan, dan percepatan

1 Posisi, kecepatan, dan percepatan 1 osisi, kecepatan, dan percepatan osisi suatu benda pada suatu waktu t tertentu kita tulis sebaai r(t). Jika saat t = t 1 benda berada pada posisi r 1 r(t 1 ) dan saat t = t 2 > t 1 benda berada pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. Blade Falon Dasar dari usulan penelitian ini adalah konsep turbin angin yang berdaya tinggi buatan Amerika yang diberi nama Blade Falon. Blade Falon merupakan desain sudu turbin

Lebih terperinci

FLUIDA DINAMIS. 1. PERSAMAAN KONTINUITAS Q = A 1.V 1 = A 2.V 2 = konstanta

FLUIDA DINAMIS. 1. PERSAMAAN KONTINUITAS Q = A 1.V 1 = A 2.V 2 = konstanta FLUIDA DINAMIS Ada tiga persamaan dasar dalam hidraulika, yaitu persamaan kontinuitas energi dan momentum. Untuk aliran mantap dan satu dimensi persamaan energi dapat disederhanakan menjadi persamaan Bernoulli

Lebih terperinci

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Konsep Aliran Fluida Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Hal-hal yang diperhatikan : Sifat Fisis Fluida : Tekanan, Temperatur, Masa

Lebih terperinci

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av Contoh Soal dan tentang Fluida Dinamis, Materi Fisika kelas 2 SMA. Mencakup debit, persamaan kontinuitas, Hukum Bernoulli dan Toricelli dan gaya angkat pada sayap pesawat. Rumus Minimal Debit Q = V/t Q

Lebih terperinci

PENGARUH LOKASI KETEBALAN MAKSIMUM AIRFOIL SIMETRIS TERHADAP KOEFISIEN ANGKAT AERODINAMISNYA

PENGARUH LOKASI KETEBALAN MAKSIMUM AIRFOIL SIMETRIS TERHADAP KOEFISIEN ANGKAT AERODINAMISNYA PENGARUH LOKASI KETEBALAN MAKSIMUM AIRFOIL SIMETRIS TERHADAP KOEFISIEN ANGKAT AERODINAMISNYA Teddy Nurcahyadi*, Sudarja** Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta *H/P:085643086810,

Lebih terperinci

BAB VIII ALIRAN DI BAWAH PINTU

BAB VIII ALIRAN DI BAWAH PINTU BAB III ALIRAN DI BAWAH PINTU III TUJUAN PERCOBAAN Menamati aliran didasarkan atas pemakaian persamaan Bernouli untuk aliran di bawah pintu III ALAT-ALAT ANG DIGUNAKAN Flume beserta perlenkapanya Model

Lebih terperinci

ANALISA AERODINAMIKA AIRFOIL NACA 0021 DENGAN ANSYS FLUENT ABSTRAK

ANALISA AERODINAMIKA AIRFOIL NACA 0021 DENGAN ANSYS FLUENT ABSTRAK ANALISA AERODINAMIKA AIRFOIL NACA 0021 DENGAN ANSYS FLUENT M. Fajri Hidayat Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta Email : fajri17845@gmail.com ABSTRAK Analisa

Lebih terperinci

Wiwik Sulistyono, Naif Fuhaid, Ahmad Farid (2013), PROTON, Vol. 5 No. 1/Hal

Wiwik Sulistyono, Naif Fuhaid, Ahmad Farid (2013), PROTON, Vol. 5 No. 1/Hal PENGARUH PEMASANGAN TAIL DAN FRONT BOAT TERHADAP UNJUK KERJA AERODINAMIK PADA KENDARAAN SEDAN Wiwik Sulistyono 1), Naif Fuhaid 2), Ahmad Farid 3) ABSTRAK Dalam era modern sekarang ini perkembangan industri

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Beberapa topik tegangan permukaan Fenomena permukaan sangat mempengaruhi : Penetrasi melalui membran

Lebih terperinci

PETUNJUK KHUSUS PETUNJUK

PETUNJUK KHUSUS PETUNJUK Olympiad of Physics 1 PETUNJUK UMUM 1. Sebelum menerjakan soal, teliti terlebih dahulu jumlah soal yan terdapat pada naskah soal. Naskah soal ini terdiri dari 40 soal denan TIPE I sebanyak 10 soal dimulai

Lebih terperinci

BAB 1. FUNGSI DUA PEUBAH

BAB 1. FUNGSI DUA PEUBAH BAB. FUNGSI DUA PEUBAH. PENDAHUUAN Pada baian ini akan dibahas perluasan konsep pada unsi satu peubah ke unsi dua peubah atau lebih. Setelah mempelajari bab ini anda seharusna dapat: - Menentukan domain

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Angin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak

Analisis Pengaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Angin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak Analisis Penaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Anin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak Mustafa 1 1 adalah Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun Abstract One of the problems in

Lebih terperinci