PROPOSAL TUGAS AKHIR PENGARUH JUMLAH SUKU FOURIER PADA PENDEKATAN POLAR UNTUK SISTEM GEOMETRI KARTESIAN OLEH : IRMA ISLAMIYAH

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH JUMLAH SUKU FOURIER PADA PENDEKATAN POLAR UNTUK SISTEM GEOMETRI KARTESIAN

BAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan

MATERI 4 MATEMATIKA TEKNIK 1 DERET FOURIER

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A

Aplikasi Persamaan Bessel Orde Nol Pada Persamaan Panas Dua dimensi

Analisa dan Sintesa Bunyi Dawai Pada Gitar Semi-Akustik

DERET FOURIER. n = bilangan asli (1,2,3,4,5,.) L = pertemuan titik. Bilangan-bilangan untuk,,,, disebut koefisien fourier dari f(x) dalam (-L,L)

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB II KAJIAN TEORI. syarat batas, deret fourier, metode separasi variabel, deret taylor dan metode beda

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - I

BAB 3 PERAMBATAN GELOMBANG MONOKROMATIK

Solusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2)

Pertemuan Kesatu. Matematika III. Oleh Mohammad Edy Nurtamam, S.Pd., M.Si. Page 1.

Solusi Problem Dirichlet pada Daerah Persegi dengan Metode Pemisahan Variabel

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1

Dr. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY

BAB III KONDUKSI ALIRAN STEDI - DIMENSI BANYAK

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

Persamaan Differensial Biasa

Bab II Fungsi Kompleks

Soal dan Solusi Materi Elektrostatika

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Model Aliran Panas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi

Bab 4 DINDING SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG

ANALISIS VEKTOR. Aljabar Vektor. Operasi vektor

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERSAMAAN DIFERENSIAL I PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

Bab 1 : Skalar dan Vektor

Persamaan Diferensial

FT UNIVERSITAS SURABAYA VARIABEL KOMPLEKS SUGATA PIKATAN. Bab V Aplikasi

SISTEM KOORDINAT VEKTOR. Tri Rahajoeningroem, MT T. Elektro - UNIKOM

Persamaan Diferensial

BAB 4 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN. 3.2 Peralatan

PDP linear orde 2 Agus Yodi Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. pedoman untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari dan juga untuk

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - II

4. Deret Fourier pada Interval Sebarang dan Aplikasi

Deret Fourier. (Pertemuan XI) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Fungsi Genap dan Fungsi Ganjil

PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER NON HOMOGEN

MODIFIKASI METODE NEWTON-RAPHSON UNTUK MENCARI SOLUSI PERSAMAAN LINEAR DAN NONLINEAR

DERET FOURIER DAN APLIKASINYA DALAM FISIKA

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

TINJAUAN KASUS PERSAMAAN GELOMBANG DIMENSI SATU DENGAN BERBAGAI NILAI AWAL DAN SYARAT BATAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. analitik dengan metode variabel terpisah. Selanjutnya penyelesaian analitik dari

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

PERSAMAAN DIFFERENSIAL LINIER

Pendahuluan Elektromagnetika

DASAR SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

Bab 2 Fungsi Analitik

Mata Kuliah :: Matematika Rekayasa Lanjut Kode MK : TKS 8105 Pengampu : Achfas Zacoeb

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

DERET FOURIER. 1. Pendahuluan

BAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Karena penyelesaian partikular tidak diketahui, maka diadakan subtitusi: = = +

5.1 Fungsi periodik, fungsi genap, fungsi ganjil

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD.

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

Solusi Persamaan Laplace pada Koordinat Bola

Beberapa Konsep Matematika

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

Mata Kuliah GELOMBANG OPTIK TOPIK I OSILASI. andhysetiawan

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi

Bab 3 Fungsi Elementer

(GBPP) BARU JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNDIP

Husna Arifah,M.Sc : Persamaan Bessel: Fungsi-fungsi Besel jenis Pertama

PEMODELAN PEREMBESAN AIR DALAM TANAH

Aplikasi Deret Fourier (FS) Deret Fourier Aplikasi Deret Fourier

PENDAHULUAN Anda harus dapat

Turunan dalam Ruang berdimensi n

PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D

FUNGSI BESSEL. 1. PERSAMAAN DIFERENSIAL BESSEL Fungsi Bessel dibangun sebagai penyelesaian persamaan diferensial.

Matematika Teknik Dasar-2 9 Aplikasi Turunan Parsial dan Pengerjaannya Secara Geometri

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

APLIKASI MATEMATIKA UNTUK FISIKA DAN TEKNIK

4. Deret Fourier pada Interval Sebarang dan Aplikasi

Deret Fourier untuk Sinyal Periodik

BAB II KAJIAN TEORI. dalam penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema,

Analisis Mode Gelombang Suara Dalam Ruang Kotak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

Listrik Statik. Agus Suroso

ANALISIS DISTRIBUSI SUHU PADA PELAT DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN METODA BEDA HINGGA

7. RESIDU DAN PENGGUNAAN. Contoh 1 Carilah titik singular dan tentukan jenisnya dari fungsi berikut a. f(z) = 1/z

Pengantar Metode Perturbasi Bab 1. Pendahuluan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan

MODUL MATEMATIKA II. Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI

Transkripsi:

PROPOSAL TUGAS AKHIR PENGARUH JUMLAH SUKU FOURIER PADA PENDEKATAN POLAR UNTUK SISTEM GEOMETRI KARTESIAN OLEH : IRMA ISLAMIYAH 1105 100 056 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2009

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR OLEH : IRMA ISLAMIYAH 1105 100 056 Surabaya, 24 Februari 2010 Menyetujui : Pembimbing, Arief Bustomi,MSi NIP. 10730418 199802.1.001 Mengetahui : Ketua Jurusan Fisika, Koordinator Tugas Akhir, Drs. Heny Faisal, MSi Lila Yuwana, MSi NIP. 19630921 198903.1.002 NIP. 19750908 200003.1.001

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan fisika baru dapat terselesaikan apabila dikenai suatu persamaan differensial yang merupakan representasi matematis dari hukum fisika untuk suatu persoalan tertentu. Penyelesaian persamaan differensial untuk sistem fisis harus memperhatikan kondisi syarat batas dari bagian-bagian batas (ujung) dari sistem. Untuk menggambarkan kondisi dari sistem digunakan 3 sistem koordinat, yaitu kartesian, silinder dan bola. Dan penggunaan masing-masing koordinat disesuaikan dengan bentuk geometri sistemnya. Dalam kehidupan nyata, tidak semua sistem dapat dinyatakan dengan bentuk geometri kartesian, silinder atau bola. Sehingga, digunakan koordinat polar untuk sistem geometri kartesian,misalnya. 1.2. Perumusan Masalah Perumusan masalah dari penelitian tugas akhir ini adalah mencoba mengembangkan suatu metode analisa untuk suatu sistem dengan bentuk geometri tertentu menggunakan sistem koordinat yang tidak sesuai dengan geometrinya. Dalam penelitian ini, akan diteliti suatu sistem dengan geometri kartesian menggunakan sistem koordinat polar dalam analisanya. Yaitu, dengan menambahkan jumlah suku Fourier pada pendekatan polar untuk sistem geometri kartesian. 1.3. Batasan Masalah Batasan Masalah dalam tugas akhir ini adalah menemukan pengaruh penambahan jumlah suku Fourier pada pendekatan polar untuk geometri kartesian dengan menggunakan program Matlab 2008. 1.4. Tujuan Tujuan pada penelitian tugas akhir ini adalah menguji seberapa besar pengaruh penambahan jumlah suku Fourier pada pendekatan polar untuk geometri kartesian.

1.5. Manfaat Manfaaat tugas akhir ini adalah untuk memberikan informasi tentang pengaruh penambahan jumlah suku Fourier pada pendekatan polar untuk geometri kartesian.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transformasi Fourier Pada tahun 1822, ahli matematika,joseph Fourier, menemukan bahwa: setiap fungsi periodik dapat dibentuk dari gelombang-gelombang sinus/cosinus yang dijumlahkan. Contoh : Sinyal kotak merupakan penjumlahan dari fungsi-fungsi sinus berikut (lihat gambar 2.1) f(x) = sin(x) + sin(3x)/3 + sin(5x)/5 + sin(7x)/7 + sin(9x)/9+sin(11x)/11 Hasil dalam transformasi fourier Gambar 2.1. Sinyal kotak hasil transformasi fourier Deret fourier fungsi periodik f(x) dengan periode 2l: f(x) = dx...(2.1) dimana: C n = dx...(2.2) Bila K n = K = K n+1 - K n = = Sehingga persamaan (2.1) dan (2.2) dapat ditulis: f(x) =...(2.3) C n = dx = dz...(2.4) Substitusi persamaan (2.4) ke (2.3) f(x) = dz = dz...(2.5)

Jika l maka f(x) = dz dk f(x) = dk dz...(2.6) selanjutnya didefinisikan: F(k) = dz F(k) = dx...(2.7) Sehingga: f(x) = dk...(2.8) persamaan (2.7) dan (2.8) disebut pasangan transformasi fourier. 2.2. Persamaan Differensial Parsial (PDP) Elliptik Persamaan Poisson dalam bentuk aslinya adalah: 2 V = - 1/ε o ρ(x,y,z) Dalam dua dimensi bentuknya menjadi sebagai berikut: 2 V/ x 2 + 2 V/ y 2 = - 1/ε o ρ(x,y) Yang apabila direduksi (ruas kanan = 0) akan menjadi persamaan Laplace: 2 V/ x 2 + 2 V/ y 2 = 0 Di mana V (x,y) adalah potensial listrik. Persamaan Laplace dapat diselesaikan dengan berbagai macam metode, yaitu: secara analitik adalah dengan metode pemisahan variabel. Dan dengan metode numerik seperti metode Jacobi dan Gauss-Seidel. 2.2.1. Metode Pemisahan Variabel Metode Pemisahan Variabel dimulai dengan memperkenalkan Variabel V (x,y) = X(x).Y(y). Dan variabel ini disubstitusi ke parsamaan Laplace kemudian dibagi dengan V (x,y) sehingga menghasilkan: + = 0 Karena persamaan ini harus sama dengan nol untuk semua nilai x dan y maka kedua sukunya bisa disamakan dengan konstan, misalnya:

= - = Dimana k adalah tetapan kompleks. Akibatnya, persamaan di atas hanya suatu persamaan differensial biasa yang memiliki penyelesaian analitis: X(x) = C s sin (kx) + C c cos (kx) Y(y) = C s sinh (ky) + C c cosh (ky) Dimana C adalah konstan yang bisa dicari apabila syarat awal dan syarat batas diberikan. Misalkan syarat awal dan syarat batas adalah V(x,y=0) = V(x=0,y) = V(x=Lx,y) = 0 V(x,y=Ly) = V o Maka syarat ini hanya dipenuhi apabila C c = 0 dan C c = 0. Kemudian pada x = Lx akan terpenuhi apabila k = n.π / Lx. Oleh sebab itu, penyelesaian persamaan Laplace adalah gelombang superposisi: V(x,y) = sin (nπx/l x ) sinh (nπy/l x ) Koefisien C n dapat diperoleh dengan memasukkan nilai syarat batas pada y=ly, yaitu V o sehingga penyelesaian akhirnya adalah: V(x,y) = V o sin (nπx/l x ) sinh (nπy/lx) / sinh (nπly/lx) 2.3. Persamaan Laplace Dalam persoalan listrik statik tertentu yang melibatkan penghantar, ternyata seluruh muatan terdapat pada permukaan penghantar atau dalam bentuk muatan titik yang tetap. Dalam hal ini ρ di sebagian besar titik dalam ruang sama dengan nol. Dan di tempat yang rapat muatannya nol, persamaan Poisson mempunyai bentuk yang lebih sederhana. 2 φ = 0 Yang dikenal sebagai persamaan Laplace. 2.3.1. Persamaan Laplace Koordinat Silinder Ditinjau Persamaan laplace koordinat silinder 2 φ = 0 1/r / r (r φ/ r) + 1/r 2 2 φ/ 2 ) + 2 φ/ z 2 = 0...(2.9) Langkah ke-1: Separasi Variabel φ (r,,z) = R (r), ( ), Z (z)...(2.10)

Gambar 2.2. Persamaan Laplace dalam koordinat silinder Substitusi ke pers. 1: Z/r d/dr (r dr/dr) + RZ/r 2 d 2 /d 2 + R d 2 Z/dz 2...(2.11) Langkah ke-2: Pembagian dengan R Z 1/rR d/dr (r dr/dr) + 1/r 2 d 2 /d 2 + 1/Z d 2 Z/dz 2...(2.12) Langkah ke-3 : 1/Z d 2 Z/dz 2 = -k 2 d 2 Z/dz 2 + k 2 Z = 0...(2.12.a.1) 1/Z d 2 Z/dz 2 = k 2 d 2 Z/dz 2 - k 2 Z = 0...(2.12.a.2) maka pers. 4 menjadi: r/r d/dr (r dr/dr) + 1/ d 2 /d 2 - k 2 r 2 = 0 r/r d/dr (r dr/dr) + 1/ d 2 /d 2 + k 2 r 2 = 0 Langkah ke-4: 1/ d 2 /d 2 = -m 2 d 2 /d 2 + m 2 = 0...(2.12.b) sehingga pers. 4 sekarang menjadi : r d/dr (r dr/dr) (k 2 r 2 + m 2 )R = 0...(2.12.c.1) r d/dr (r dr/dr) + (k 2 r 2 m 2 )R = 0...(2.12.c.2) pers. (5.c.1) adalah persamaan bessel termodifikasi pers. (5.c.2) adalah persamaan bessel standart Solusi pers. 5: Solusi pers. (5.a.1) untuk konstanta k 2 Z(z) = E 1 cos kz + F 1 sin kz E 2 e ikz + F 2 e -ikz Solusi pers. (5.a.2) untuk konstanta k 2 Z(z) = E 3 cosh kz + F 3 sinh kz E 4 e kz + F 4 e -kz

Solusi pers. (5.b) ( ) = C cos m + D sin m Solusi pers. (5.c.1) untuk konstanta k 2 R(r) = A 1 I m (kr) + B 1 K m (kr) Solusi pers. (5.c.2) untuk konstanta k 2 R(r) = A 1 J m (kr) + B 1 N m (kr)

BAB 3 METODOLOGI Kajian Pustaka Membuat program Matlab Uji hasil perhitungan dan program Matlab Pengambilan data secara analitis dan secara numerik dengan matlab Hasil

BAB 4 JADWAL KEGIATAN No. Jenis Kegiatan Bulan februari maret april mei Juni 1. I 2. II 3. III 4. IV 5. V 6. VI Tabel 4.1 Jadwal Perencanaan Kerja Keterangan Kegiatan: I. Penyusunan Proposal II. Konsultasi dengan dosen pembimbing III. Kajian pustaka IV Pengambilan data V. Processing data VI. Penyusunan laporan tugas akhir

DAFTAR PUSTAKA Reitz, John R., Dasar Teori Listrik Magnet, Penerbit ITB, Bandung, 1993 Hayt, william H., Elektromagnetika Teknologi, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1991