BAB 2 RUANG HILBERT. 2.1 Definisi Ruang Hilbert

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

RENCANA KEGIATAN PERKULIAHAN Kode Mata Kuliah : MAA 526 Nama Mata Kuliah : Analisis Fungsional

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

dari ruang vektor berdimensi hingga V (dimana I adalah suatu himpunan indeks) disebut basis bagi V jika V = span(ψ) dan vektorvektor

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh

Analisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi ruang vektor,

BAB I PENDAHULUAN. Analisis fungsional merupakan salah satu cabang dari kelompok analisis

Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks

Teorema Titik Tetap di Ruang Norm-2 Standar

Karakteristik Operator Positif Pada Ruang Hilbert

REDUNDANSI FRAME DAN PENGARUHNYA PADA DEKOMPOSISI FUNGSI DI RUANG HILBERT

II. TINJAUAN PUSATAKA

Aljabar Linear Elementer

BAB I PENDAHULUAN. Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann.

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL

PROYEKSI ORTOGONAL PADA RUANG HILBERT. Skripsi

PROYEKSI ORTHOGONAL PADA RUANG HILBERT. ROSMAN SIREGAR Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Jurusan Matematika Universitas Sumatera Utara

KEKONVERGENAN LEMAH PADA RUANG HILBERT

BAB III KEKONVERGENAN LEMAH

4.1 Algoritma Ortogonalisasi Gram-Schmidt yang Diperumum

Ketaksamaan Cauchy-Schwarz, Ketaksamaan Bessel, dan Kesamaan Parseval di Ruang n-hasilkali Dalam Baku. Hendra Gunawan

Kelengkapan Ruang l pada Ruang Norm-n

ANALISIS NUMERIK LANJUT. Hendra Gunawan, Ph.D. 2006/2007

8. Deret Fourier yang Diperumum dan Hampiran Terbaik di L 2 (a, b)

ORTOGONALITAS DI RUANG BERNORM

BAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab

TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR

ANALISIS REAL 1. Perkuliahan ini dimaksudkan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

9. Teori Aproksimasi

VARIABEL KOMPLEKS SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

BAB III REPRESENTASI GELFAND-NAIMARK-SEGAL

BIMODUL-C* HILBERT. Oleh: Raden Muhammad Hadi. Departemen Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN

DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 Mengapa Perlu Belajar Geometri Daftar Pustaka... 1

17. Transformasi Wavelet Kontinu dan Frame

BAB III TRANSFORMASI MATRIKS DERET DIRICHLET HOLOMORFIK. A. Transformasi Matriks Mengawetkan Kekonvergenan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Sifat-sifat Ruang Banach

SOLUSI PENDEKATAN TERBAIK SISTEM PERSAMAAN LINEAR TAK KONSISTEN MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR

EKSISTENSI TITIK TETAP DARI SUATU TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH

yang Dibangun oleh Ukuran Bernilai Proyeksi

Aljabar Linier Elementer

URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

KAJIAN KONSEP RUANG NORMA-2 DENGAN DOMAIN PEMETAAN BERUPA RUANG BERDIMENSI HINGGA

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG NORM-n STANDAR. Shelvi Ekariani KK Analisis dan Geometri FMIPA ITB

OPERATOR PADA RUANG BARISAN TERBATAS

Hand-Out Geometri Transformasi. Bab I. Pendahuluan

BAB 7 TRANSFORMASI LINEAR PADA RUANG VEKTOR

Aljabar Linier. Kuliah

Ruang Norm-n Berdimensi Hingga

UNIVERSITAS INDONESIA SKRIPSI DANIEL SALIM FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI MATEMATIKA DEPOK 2012

Aljabar Linier Sistem koordinat, dimensi ruang vektor dan rank

BAB I PENDAHULUAN. Y dikatakan linear jika untuk setiap x, Diberikan ruang Hilbert X atas lapangan F dan T B( X ), operator T

PENGANTAR KALKULUS PEUBAH BANYAK. 1. Pengertian Vektor pada Bidang Datar

II. LANDASAN TEORI ( ) =

SUMMARY ALJABAR LINEAR

ANALISIS REAL 1 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS

BAB 4 KEKONSISTENAN PENDUGA DARI FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN WAKTU TUNGGU DARI PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang

Ruang Vektor Euclid R n

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji

KELOMPOK MATA KULIAH FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

Kaitan Antara Homomorfisma Pada Graf dan Homomorfisma Pada Aljabar Graf

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

Sebuah garis dalam bidang xy bisa disajikan secara aljabar dengan sebuah persamaan berbentuk :

16. BARISAN FUNGSI Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik

BAB I TEOREMA TEOREMA LIMIT BARISAN

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III MATRIKS HERMITIAN. dan konsep-konsep lainnya yang berkaitan dengan matriks Hermitian. Matriks

II. SISTEM BILANGAN RIIL. Handout Analisis Riil I (PAM 351)

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks

Ruang Vektor Euclid R 2 dan R 3

MA5032 ANALISIS REAL

R maupun. Berikut diberikan definisi ruang vektor umum, yang secara eksplisit

Aljabar Linier Elementer. Kuliah ke-9

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. September 12, Dosen FMIPA - ITB

Kata Pengantar. Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan hingga modul ajar ini dapat terselesaikan.

REPRESENTASI OPERATOR LINIER PADA RUANG BARISAN

BAB 3 KONDISI SPECTRUM. Pada bab ini akan diperlihatkan hasil utama dari penelitian ini. Hasil utama yang

BAB 3 REVIEW PENDUGAAN FUNGSI INTENSITAS LOKAL DAN GLOBAL DARI PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 26

MATERI : RELASI DAN FUNGSI KELAS : X. 1. Ada hal penting yang bisa dipetik dari contoh di atas. Misalkan X menyatakan

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO

MATRIKS UNITER, SIMILARITAS UNITER DAN MATRIKS NORMAL. Anis Fitri Lestari. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK

BAB IV TRANSFORMASI LINEAR. sebuah vektor yang unik di dalam W dengan sebuah vektor di dalam V, maka kita mengatakan F

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Pertama, daftarkan kedua himpunan vektor: himpunan yang merentang diikuti dengan himpunan yang bergantung linear, perhatikan:

Transkripsi:

BAB 2 RUANG HILBERT Pokok pembicaraan kita dalam tugas akhir ini berpangkal pada teori ruang Hilbert. Untuk itu di bab ini akan diberikan definisi ruang Hilbert dan ciri-cirinya, separabilitas ruang Hilbert, serta teori operator di ruang Hilbert. 2.1 Definisi Ruang Hilbert Ruang Hilbert adalah ruang hasil kali dalam yang memiliki sifat khusus. Karena itu, sebelum mendefinisikan ruang Hilbert, terlebih dahulu akan kita bahas konsep ruang hasil kali dalam dan beberapa teoremanya yang akan mengantarkan kita pada ruang Hilbert. Di Aljabar Linier Elementer kita telah mempelajari definisi dan sifat-sifat dari ruang vektor. Ruang hasil kali dalam adalah ruang vektor yang dilengkapi dengan hasil kali dalam. Definisi 1. Hasil kali dalam di ruang vektor kompleks H adalah fungsi, : H H C sehingga, untuk setiap x, y, z H dan α 1, α 2 C berlaku: 1. x, y = y, x, 2. α 1 x + α 2 y, z = α 1 x, z + α 2 y, z, 3. x, x 0 dan x, x = 0 jika dan hanya jika x = 0. 5

BAB 2. RUANG HILBERT 6 Pasangan (H,, ) disebut sebagai ruang hasil kali dalam. Di ruang hasil kali dalam, kita dapat mendefinisikan x = x, x 1/2 (2.1) yaitu norm yang diinduksi dari hasil kali dalam. Jelas bahwa (2.1) memenuhi x 0 untuk setiap x dan x = 0 jika dan hanya jika x = 0; juga αx = α x untuk setiap α C dan x H. Bukti untuk ketaksamaan segitiga akan diberikan setelah ketaksamaan Cauchy-Schwarz. Ruang hasil kali dalam memberi kita kesempatan untuk mendefinisikan ortogonalitas. Dua vektor x, y H kita sebut ortogonal, x y, jika x, y = 0. Untuk suatu himpunan M, kita katakan x ortogonal terhadap M jika x m untuk setiap m M. Suatu himpunan vektor {x α } disebut himpunan ortogonal jika x α, x β = 0 untuk α β. Kita definisikan himpunan ortonormal sebagai himpunan ortogonal dari vektor-vektor yang bernorm 1. Teorema 2 (Teorema Pythagoras). Misalkan {x i } n adalah suatu himpunan ortogonal di ruang hasil kali dalam H, maka 2 x i = Bukti. 2 x i = x i, x j = j=1 x i 2 x i, x j = j=1 x i 2 Teorema 3 (Ketaksamaan Cauchy-Schwarz). Untuk setiap x, y H berlaku x, y x y (2.2) Bukti. Jelas bahwa (2.2) berlaku untuk y = 0. Asumsikan y 0 dan misalkan e = y 1 y. Perhatikan bahwa x = x, e e + (x x, e e) dan x x, e e e, teorema Pythagoras mengimplikasikan bahwa x 2 = x, e e 2 + x x, e e 2 x 2 = x, e 2 atau x, e x. Substitusi e dengan y 1 y maka diperoleh (2.2).

BAB 2. RUANG HILBERT 7 Teorema 4 (Ketaksamaan segitiga). Untuk setiap x, y H berlaku x + y x + y (2.3) Bukti. Perhatikan bahwa x + y 2 = x + y, x + y = x, x + x, y + y, x + y, y = x 2 + 2Re x, y + y 2 x 2 + 2 x, y + y 2 x 2 + 2 x y + y 2 = ( x + y ) 2 dan karenanya ketaksamaan (2.3) terbukti. Kita telah menunjukkan bahwa norm yang didefinisikan oleh (2.1) memenuhi sifat definit-positif, perkalian skalar, dan ketaksamaan segitiga yang merupakan sifat-sifat dari ruang bernorm. Jadi, setiap ruang hasil kali dalam dapat membentuk ruang bernorm. Di kuliah Pengantar Analisis Real kita telah mengenal definisi kekonvergenan barisan dan barisan Cauchy. Suatu ruang bernorm H dikatakan lengkap jika setiap barisan Cauchy di H konvergen ke suatu elemen di H. Definisi 5. Ruang Hilbert adalah ruang hasil kali dalam yang lengkap. Contoh 1. Diberikan l 2 = { {x n } n=1 n=1 x n 2 < }. l 2 adalah ruang Hilbert dengan norm x = n=1 x n 2 dan hasil kali dalam padanannya adalah x, y = n=1 x ny n Norm di ruang Hilbert diinduksi oleh hasil kali dalam. Sebaliknya, hasil kali dalam dapat diperoleh kembali dari norm tersebut. Bukti untuk teorema berikut berupa perhitungan sederhana dan karena itu tidak akan diberikan. Teorema 6. Untuk setiap vektor x dan y di ruang Hilbert H berlaku: Hukum Paralelogram x + y 2 + x y 2 = 2 x 2 + 2 y 2 (2.4)

BAB 2. RUANG HILBERT 8 Identitas Polarisasi 4 x, y = x + y 2 x y 2 + i x + iy 2 i x iy 2 (2.5) Jika suatu norm memenuhi hukum paralelogram, maka norm tersebut diinduksi oleh hasil kali dalam, yang dapat diperoleh kembali dari identitas polarisasi. Jadi, hukum paralelogram berperan penting untuk mengenali apakah suatu ruang bernorm yang lengkap adalah ruang Hilbert. Jelas bahwa norm l 2 memenuhi hukum paralelogram dan hasil kali dalam l 2 memenuhi identitas polarisasi. 2.2 Separabilitas Saat kita berbicara dalam konteks ruang Hilbert berdimensi tak hingga, separabilitas menjadi penting karena dengan sifat ini kita dapat menyatakan setiap vektor sebagai limit dari suatu barisan tak hingga dan ortogonalitas mengimplikasikan bahwa dekomposisi ini tunggal. Berikut akan dibahas definisi dari ruang Hilbert separabel serta akan ditunjukkan bahwa setiap ruang Hilbert separabel isomorf dengan l 2. Lemma 7. Misalkan H suatu ruang Hilbert atas C dan {e n : n N} adalah himpunan ortonormal di H. Misalkan pula {x n : n N} barisan di C yang memenuhi n=1 x n 2 <. Maka barisan S N := N n=1 x ne n konvergen di H. Bukti. Definisikan T N := n=1 x n 2, maka {T N } adalah barisan bilangan Real yang konvergen. Akibatnya, {T N } barisan Cauchy. Ambil sebarang ε > 0 maka terdapat k N sehingga untuk N > M k berlaku Akibatnya, T N T M = S N S M 2 = N n=m+1 N n=m+1 x n e n 2 x n 2 < ε 2. N n=m+1 x n 2 < ε 2. Diperoleh S N S M < ε. Jadi, {S N } Cauchy. Karena H lengkap, maka {S N } konvergen di H.

BAB 2. RUANG HILBERT 9 Teorema 8 (Ketaksamaan Bessel). Misalkan {e n : n N} himpunan ortonormal di ruang Hilbert H, maka untuk setiap x H berlaku x, e i 2 x 2. Bukti. Untuk semua himpunan ortonormal hingga {e 1,..., e n } diketahui bahwa x = n x, e i e i + (x n x, e i e i ) dan x n x, e i e i ortogonal terhadap e 1,..., e n dan dengan demikian juga ortogonal terhadap subruang yang dibangun oleh {e 1,..., e n }. Dengan menggunakan teorema Pythagoras, didapat x 2 2 2 = x, e i e i + x x, e i e i 2 x, e i e i = x, e i 2. Untuk himpunan ortogonal yang tak hingga, asumsikan n untuk mendapatkan ketaksamaan Bessel. Akibat 9. Misalkan {e n : n N} himpunan ortogonal di ruang Hilbert H, maka untuk setiap x H, x, e i e i ada. Definisi 10. Suatu barisan ortonormal (e n ) di ruang Hilbert H dikatakan lengkap jika satu-satunya anggota H yang ortogonal terhadap setiap e n adalah vektor nol. Teorema 11. Misalkan (e n ) n N adalah barisan ortonormal di ruang Hilbert H. Maka pernyataan berikut ekuivalen: 1. (e n ) n N lengkap. 2. x = n=1 x, e n e n, untuk setiap x H. 3. x 2 = n=1 x, e n 2, untuk setiap x H (identitas Parseval). (Bukti dapat dilihat pada [7].) Definisi 12. Ruang Hilbert separabel adalah ruang Hilbert yang memiliki barisan ortonormal lengkap.

BAB 2. RUANG HILBERT 10 Diberikan ruang Hilbert l 2. Misalkan e i l 2 adalah vektor normal dengan elemen ke-i bernilai 1 dan yang lain 0. Maka (e i ) i N adalah barisan ortonormal di l 2 yang lengkap. Dengan demikian, l 2 merupakan ruang Hilbert separabel. Untuk selanjutnya, barisan ortonormal yang lengkap akan disebut sebagai basis ortonormal. Konteks pembicaraan kita selanjutnya juga akan dibatasi hanya untuk ruang Hilbert separabel. Hal menarik yang perlu diperhatikan adalah semua ruang Hilbert separabel isomorf dengan l 2. Teorema berikut ini akan menunjukkannya. Teorema 13. Misalkan H ruang Hilbert separabel dan (e i ) i N basis ortonormal dari H. Maka terdapat isometri U : H l 2 yang memenuhi: U(x) = ( x, e n ) n N, x H. Bukti. Ambil sebarang x H. Dari ketaksamaan Bessel didapat bahwa x, e i 2 x 2. Akibatnya, ( x, e n ) n N l 2. Dengan mudah dapat ditunjukkan bahwa U adalah pemetaan linier. Dari identitas Parseval didapat bahwa x 2 = x, e n 2 = U(x) 2. Misalkan U(x) = 0, maka 0 = ( U(x) 2 ) 1/2 = ( x, e n 2 ) 1/2 = x. Akibatnya, x = 0, yaitu U adalah pemetaan injektif. Misalkan (h n ) l 2, maka dari Lemma 7, deret n=1 h ne n konvergen ke suatu x H, dan didapat U(x) = (h n ). Jadi, U adalah pemetaan surjektif. Dengan demikian, U adalah pemetaan linier, bijektif, dan mempertahankan hasil kali dalam; dan oleh karena itu, H isomorf dengan l 2. Kita telah menunjukkan bahwa semua ruang Hilbert separabel isomorf dengan l 2. Dengan demikian, kita dapat bekerja di ruang Hilbert separabel dengan menggunakan sifat-sifat yang berlaku di l 2.

BAB 2. RUANG HILBERT 11 2.3 Operator Terbatas Definisi 14. Misalkan H 1 dan H 2 adalah ruang Hilbert. Operator linier T : H 1 H 2 disebut operator terbatas jika norm(t ) memenuhi T = sup T (h) : h H 1, h 1. (2.6) Teorema 15. Misalkan H 1 dan H 2 adalah ruang Hilbert. Untuk setiap pemetaan linier terbatas T : H 1 H 2 terdapat secara tunggal pemetaan adjoint T : H 2 H 1 sehingga: T (x), y = x, T (y) x H 1, y H 2. (Bukti dapat dlihat di [7].) Definisi 16. Operator T : H H disebut self-adjoint jika T = T. Definisi 17. Operator T : H H disebut positif jika dan hanya jika T (x), x 0 untuk semua x H. Teorema 18. Suatu operator positif memiliki akar kuadrat positif yang tunggal. Jika T positif, maka T 1/2 menyatakan akar kuadrat positif dari T. Misalkan T : H H adalah operator positif dan terbatas. Dari Teorema 18 kita tahu bahwa T 1/2 ada dan tunggal. Jelas bahwa T 1/2 juga terbatas. Lebih jauh, T 1/2 (x), x = x, T 1/2 (x) = x, T 1/2 (x), karena T 1/2 (x), x R +. Jadi, T 1/2 juga self-adjoint. Pemetaan linier terbatas dan adjoint-nya menjadi ide awal dalam transformasi sinyal menggunakan frame. Sinyal yang direpresentasikan sebagai vektor di ruang Hilbert H dipetakan ke l 2 oleh suatu operator linier terbatas. Dengan bantuan operator adjoint-nya, dicari suatu cara untuk mengembalikan sinyal yang telah diolah tersebut ke bentuk aslinya. Hal ini akan dibahas di bab berikutnya.