BARISAN SIMBOL DAN UKURAN INVARIAN FUNGSI MONOTON SEPOTONG-SEPOTONG KONTINU

dokumen-dokumen yang mirip
FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, KONSEP FUNGSI SEMIKONTINU. Malahayati 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

yang Dibangun oleh Ukuran Bernilai Proyeksi

OPERATOR PADA RUANG BARISAN TERBATAS

BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE. Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada

SILABUS MATAKULIAH TEORI INTEGRAL (MAA 525)

Konstruksi Matriks NonNegatif Simetri dengan Spektrum Bilangan Real

DEFINISI TIPE RIEMANN UNTUK INTEGRAL LEBESGUE 1. Drajad Maknawi 2 dan Muslich 3 Jurusan Matematika FMIPA UNS. Abstrak

BAB III INTEGRAL LEBESGUE. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh

INTEGRAL RIEMANN-LEBESGUE

KONSTRUKSI INTEGRAL MENGGUNAKAN FUNGSI SEDERHANA δ PADA [, ] Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang, 50275

HUBUNGAN ANTARA HIMPUNAN KUBIK ASIKLIK DENGAN RECTANGLE

BAB V KEKONVERGENAN BARISAN PADA DAN KETERKAITAN DENGAN. Pada subbab 4.1 telah dibahas beberapa sifat dasar yang berlaku pada koleksi

ON SOLUTIONS OF THE DISCRETE-TIME ALGEBRAIC RICCATI EQUATION. Soleha Jurusan Matematika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

TITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111

FUNGSI CANTOR KAJIAN TEORI ABSTRAK 2.1 HIMPUNAN KOMPAK 2.2 HIMPUNAN COUNTABLE 2.3 HIMPUNAN TERUKUR I. PENDAHULUAN

PERMANEN DAN DOMINAN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL

Ruang Linear Metrik: Sifat Sifat Dasar Dan Struktur Ruang Dalam Ruang Linear Metrik

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi ruang vektor,

Integral Baire-1 Stieltjes, Henstock-Stieltjes dan Riemann-Stieltjes. The Stieltjes Integrals of Baire-1, Henstock and Riemann

BAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR

ITERASI TIGA LANGKAH PADA PEMETAAN ASIMTOTIK NON- EKSPANSIF

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III TRANSFORMASI MATRIKS DERET DIRICHLET HOLOMORFIK. A. Transformasi Matriks Mengawetkan Kekonvergenan

T 23 Center Manifold Dari Sistem Persamaan Diferensial Biasa Nonlinear Yang Titik Ekuilibriumnya Mengalami Bifurkasi Contoh Kasus Untuk Bifurkasi Hopf

Ruang Norm-n Berdimensi Hingga

Teorema Titik Tetap di Ruang Norm-2 Standar

Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji

PENGHITUNGAN VEKTOR-KHARAKTERISTIK SECARA ITERATIF MENGGUNAKAN TITIK TETAP BROUWER

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA - UNIVERSITAS PENDIDKAN INDONESIA

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks

MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN

Ekuivalensi Norm-n dalam Ruang R d

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh

BAB 2 LANDASAN TEORI

EKUIVALENSI INTEGRAL BOCHNER DENGAN INTEGRAL MCSHANE KUAT UNTUK FUNGSI DENGAN NILAI DI DALAM RUANG BANACH. Y.D. Sumanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

Misal, dan diberikan sebarang, terdapat sehingga untuk setiap

Relasi Inklusi Klas Barisan p-supremum Bounded Variation Sequences

Kelengkapan Ruang l pada Ruang Norm-n

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

SIFAT P-KONVEKS PADA RUANG FUNGSI MUSIELAK-ORLICZ TYPE BOCHNER. Yulia Romadiastri

POSITIFITAS DAN KETERCAPAIAN SISTEM LINIER FRACTIONAL WAKTU KONTINU

KALKULUS MULTIVARIABEL II

II. TINJAUAN PUSATAKA

KEBEBASAN LINEAR GONDRAN-MINOUX DAN REGULARITAS DALAM ALJABAR MAKS-PLUS

KEKONVERGENAN MSE PENDUGA KERNEL SERAGAM FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT

BAB I PENDAHULUAN. Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann.

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks

9. Teori Aproksimasi

FUNGSI COMPUTABLE. Abstrak

ALGORITMA ELIMINASI GAUSS INTERVAL DALAM MENDAPATKAN NILAI DETERMINAN MATRIKS INTERVAL DAN MENCARI SOLUSI SISTEM PERSAMAAN INTERVAL LINEAR

RUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh

BAB III FUNGSI UJI DAN DISTRIBUSI

Syarat Perlu dan Cukup Struktur Himpunan Transformasi Linear Membentuk Semigrup Reguler 1

TEOREMA TITIK TETAP DI RUANG BARISAN p-summable DALAM NORM-n

Sifat Strong Perron-Frobenius Pada Solusi Positif Eventual Sistem Persamaan Differensial Linier Orde Satu

HIMPUNAN KUBIK ASIKLIK DAN KUBUS DASAR

REFLEKSIVITAS PADA RUANG ORLICZ DENGAN KEKONVERGENAN RATA-RATA

DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS

Aljabar Linear Elementer

PAM 453 KS MATEMATIKA TERAPAN I MATEMATIKA DEMOGRAFI Topik: Model Matriks. Mahdhivan Syafwan

ANALISIS KEKONVERGENAN PADA BARISAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (b) Variabel independen yang biasanya dinyatakan dengan simbol

1. σ field dan pengukuran Definisi 1.1

KONVERGENSI DAN KELENGKAPAN PADA RUANG QUASI METRIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Pewarnaan Total Pada Graf Outerplanar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. October 10, Dosen FMIPA - ITB

A-7 KEBEBASAN LINEAR DALAM ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL

Lemma Henstock untuk Suatu Fungsi Bernilai Vektor di dalam Ruang Metrik Kompak Lokal

II. LANDASAN TEORI ( ) =

RUANG LIPSCHITZ. Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. *Surel: : (, ) Ϝ

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINIER WAKTU DISKRIT. Soleha, Dian Winda Setyawati Jurusan Matematika, FMIPA Institut Teknologi Surabaya

Karakteristik Operator Positif Pada Ruang Hilbert

BAB 3 REVIEW SIFAT-SIFAT STATISTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

EKSISTENSI TITIK TETAP DARI SUATU TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH

Oleh : Rindi Eka Widyasari NRP Dosen pembimbing : Dr. Darmaji, S.Si., M.T.

ANALISIS REAL 2 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS

KETERCAPAIAN DARI RUANG EIGEN MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS-PLUS. 1. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 ; untuk k = n 0 ; untuk k n. e [n]

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta

BAB II DASAR TEORI. Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

MINGGU KE-6 VARIABEL RANDOM DAN DISTRIBUSINYA

SISTEM DINAMIK LINEAR KOEFISIEN KONSTAN. Caturiyati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

BAB II LANDASAN TEORI

SOLUSI NUMERIK PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA-FREDHOLM NONLINEAR MENGGUNAKAN FUNGSI BASIS BARU ABSTRACT

Analisis Reduksi Model pada Sistem Linier Waktu Diskrit

I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde 1 (Review)

LIMIT DAN KEKONTINUAN

ANALISIS PERMAINAN EMPAT BILANGAN

FUNGSI-FUNGSI PADA TEORI BILANGAN DAN APLIKASINYA PADA PERHITUNGAN KALENDER. Sangadji *

SISTEM LINEAR DALAM ALJABAR MAKS-PLUS

SYARAT SYARAT FUNGSI DI RUANG METRIK AGAR RUANG METRIKNYA MEMILIKI ATSUJI COMPLETION

(MS.3) SUBRUANG CONINVARIAN DARI MATRIKS KUADRAT KOMPLEKS

Transkripsi:

BARISAN SIMBOL DAN UKURAN INVARIAN FUNGSI MONOTON SEPOTONG-SEPOTONG KONTINU Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60 Abstract. Let g [0 ] [0] is piecewise continuous monotone function. In this paper we going to construct g-invariant measure from piecewise continuous monotone function g using minus symbol sequences and plus symbol sequences. This space is generalization from invariant measure piecewise linear transformation. Keywords: piecewise monotone function minus symbol sequences plus symbol sequences g- invariant measure.. PENDAHULUAN Fungsi monoton sepotong-sepotong kontinu g mempunyai ukuran invarian kontinu mutlak terhadap ukuran Lebesgue yang ekstensinya dijamin oleh penelitian Lasota dan Yorke [4]. Berdasarkan kenyataan ini Kopf [2] mengkontruksi ukuran g-invarian kontinu mutlak terhadap ukuran Lebesgue tanpa barisan simbol. Kemudian penyajiannya diperbaiki sendiri oleh Kopf [3] dengan menggunakan barisan simbol. Penelitian Kopf [3] ini direview oleh Rinurwati menjadi Tesisnya [5] dengan cara melengkapi lemma dan bukti-buktinya. Dalam paper ini dikonstruksi ukuran g-invarian kontinu mutlak terhadap ukuran Lebesgue dengan g adalah fungsi monoton sepotongsepotong kontinu. 2. TEORI DASAR Konsep dasar yang digunakan dalam pembahasan dirujuk dari [6] dan [7]. Pengertian-pengertian itu adalah ruang ukuran dan ukuran kontinu mutlak. 2. Ruang Ukuran Definisi 2.[7] Diberikan X himpunan sebarang. didefinisikan sebagai koleksi himpunan bagian - himpunan bagian X yang memenuhi tiga syarat berikut : (i) (ii) Jika B maka \ (iii) Jika untuk maka Selanjutnya pasangan (X ) disebut ruang terukur. Definisi 2.2 [7] Diberikan X himpunan sebarang. himpunan bagian-himpunan bagian X. Ukuran pada (X ) adalah fungsi R yang memenuhi : (i) ( ) 0 (ii) ( ) dengan { 2 3 } adalah barisan anggotaanggota yang merupakan himpunan bagian-himpunan bagian X yang sepasang-sepasang saling asing. Selanjutnya triple (X m) disebut ruang ukuran dengan (X ) ruang terukur dan m ukuran pada (X ). Triple (X m) disebut ruang probabilitas atau ruang ukuran ternormalisir jika m(x). Kemudian m disebut ukuran probabilitas pada (X ). 2.2 Ukuran Kontinu Mutlak Definisi 2.3 [6] Diberikan suatu ukuran pada (X ) dan f fungsi terukur nonnegatif pada X. Didefinisikan R dengan 3

Rinurwati (Barisan Simbol dan Ukuran Invarian Fungsi Monoton Sepotong-sepotong Kontinu) Jadi v adalah fungsi himpunan terdefinisi pada v terjumlah terbilang dan merupakan suatu ukuran. Definisi 2.4[7] Diberikan (X ) ruang terukur dan ukuran-ukuran probabilitas pada (X ). dikatakan kontinu mutlak terhadap v ditulis 0 untuk semua maka 0. 3. UKURAN INVARIAN FUNGSI MONOTON SEPOTONG- SEPOTONG KONTINU Eksistensi ukuran g-invarian kontinu mutlak terhadap ukuran Lesbegue fungsi g dijamin oleh Lasota dan Yorke [4]. Berdasarkan kenyataan di atas berikut ini dikonstruksi ukuran g-invarian tersebut dengan menggunakan barisan simbol dengan terlebih dahulu dibahas pengertian fungsi monoton sepotong-sepotong kontinu barisan simbol g-ekspansi dan matriks fundamental yang merupakan generalisasi penelitian Rinurwati [5]. 3. Fungsi Monoton Sepotongsepotong Kontinu Definisi 3.[3] Fungsi : dengan I[0] disebut fungsi monoton sepotongsepotong kontinu jika terdapat bilangan asli 2 terdapat bilangan real dengan 0 < < < < serta untuk i N terdapat bilangan real dengan > sehingga + < < Interval ( ) disebut interval penuh jika + + {0}. Dalam hal ini disebut titik-titik partisi fungsi g. Jika g : I fungsi monoton sepotongsepotong kontinu dengan titik-titik partisi maka N tidak perlu minimal. Nilai g dapat dipilih sebarang dalam I untuk j. N-. 32 Definisi 3.2[3] Diberikan g : I fungsi dengan titik-titik partisi. Didefinisikan untuk semua. Untuk 2 menyatakan komposisi k kali dari g yaitu sebanyak k komposisi. Untuk dan 0 didefinisikan { } dan { }. 3.2 Barisan Simbol Lemma 3.[3] Diberikan g : I fungsi dengan titik-titik partisi. (i) Untuk setiap (0 ] dan 0 terdapat > 0 dan { }sehingga. (ii) Untuk setiap [0 ) dan 0 terdapat > 0 dan { }sehingga +. Untuk setiap didefinisikan barisan tak hingga ( (0) () ) dan ( (0) () ) bilanganbilangan bulat { } sebagai berikut : Definisi 3.3[3] Diberikan g : I fungsi dengan titik-titik partisi. Untuk (0] suku ke-k barisan ( (0) () ) didefinisikan dengan ( pada Lemma 3. (i)) jika dan hanya jika < < < () ( pada Lemma 3. (ii)) jika dan hanya jika < < < + (2) Barisan dan masing-masing disebut barisan simbol minus dan barisan simbol

Jurnal Matematika Vol. 4 No. April 20 : 3-40 plus titik x dan tak tergantung pada nilai untuk j. N- Tanpa mengurangi keumuman diasumsikan (0) () {0}. Hal ini dapat dicapai dengan cara memperluas dan mentransformasikan interval I dengan transformasi affin yang sesuai. Dengan cara demikian barisan simbol dan sisanya tak berubah. 3.3 -Ekspansi Diberikan :I fungsi monoton sepotong-sepotong kontinu dengan titiktitik partisi s s. Dengan pengertian barisan simbol dan didefinisikan barisan orbit ( (0) () ) dan ( (0) () ) bilanganbilangan real dengan cara sebagai berikut : Definisi 3.4[3] Diberikan :I fungsi dengan titik-titik partisi dan masing-masing disebut barisan simbol minus dan barisan simbol plus titik x. Untuk (0] didefinisikan (0) dan ( + ) + Untuk 0. (3) [0) didefinisikan (0) dan ( + ) + 0. (4) Teorema 3.[3] Diberikan :I fungsi dengan titik-titik partisi dan masing-masing barisan simbol minus dan barisan simbol plus titik x. Untuk setiap 0 barisan orbit dan ditentukan oleh barisan simbol dan dengan hubungan sebagai berikut: untuk semua (0] (5) dan untuk semua [0) (6) 3.4 Matriks Fundamental Lemma 3.2[3] Diberikan :I fungsi dengan titik-titik partisi Untuk i2 N dan merupakan bilangan real sehingga. Pernyataan berikut ekuivalen : () Interseksi diagonal y x dengan garis + bertepatan untuk i N yaitu terdapat bilangan real r sehingga ( ) untuk i N. (2) Vektor-vektor dan bergantung linear. (3) untuk Diberikan fungsi indikator himpunan A yaitu : 0 Untuk i2 N (0) dan { +} didefinisikan bilangan-bilangan real dengan (0 ) { } ( ) diberikan oleh ( ) < (7) Dengan menggunakan persamaan (3) sampai dengan persamaan (6) diperoleh (0 ) { } (8) 33

Rinurwati (Barisan Simbol dan Ukuran Invarian Fungsi Monoton Sepotong-sepotong Kontinu) Selanjutnya dengan Lemma 3.2 diperoleh ( ) (9) Definisi 3.5[3] Diberikan : fungsi dengan titik-titik partisi. Matriks M( ) berukuran Nx(N ) didefinisikan dengan untuk dan (0) disebut matriks fundamental fungsi dengan titik-titik partisi. Matriks fundamental M secara lengkap ditentukan oleh barisan simbol dan untuk j N-. Teorema 3.2[3] Diberikan : fungsi dengan titik-titik partisi Jika M( ) matriks fundamental yang didefinisikan dengan (0 ) { } ( ) (0 ) { } ( ) () Untuk dan - maka sistem 0 mempunyai penyelesaian nontrivial real Lemma 3.3[3] Diberikan : fungsi dengan titik-titik partisi Jika G ( ) matriks N x (N-) yang didefinisikan dengan (0 ) { } ( ) (0 ) { } ( ) (2) Untuk dan dan merupakan (N )- Vektor real maka pernyataan berikut ekuivalen: () 0 (2) 0 (3) (0 (4) ) {. } ( (0 ) { } ( untuk t N- (0 ) {.} ( (0 ) {.} ( )) untuk t N- 3.5 Ukuran -Invarian Kontinu Mutlak Definisi 3.6[3] Diberikan : fungsi dengan titik-titik partisi 0 < < <.. < < Untuk didefinisikan { < < } Definisi 3.7[3] Diberikan : fungsi dengan titik-titik partisi 0 < < <.. < < dan merupakan ruang semua fungsi bernilai real terukur dan terintegral Lebesgue pada I. Operator didefinisikan dengan ([ ]) disebut operator Ruelle-Perron-Frobenius yang berkaitan dengan. Fungsi disebut -invarian jika h merupakan titik tetap operator Ruelle- Perron-Frobenius yaitu h(x) h(x) atau jika persamaan Ruelle-Perron- Frobenius 34

Jurnal Matematika Vol. 4 No. April 20 : 3-40 (3) berlaku untuk hampir semua x terhadap ukuran Lebesgue. Fungsi disebut -invarian jika dan hanya jika ukuran kontinu mutlak dv h d -invarian yaitu v(b) v( ) untuk setiap himpunan terukur B I. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Motivasi [] Pandang (x) 4x ( x) x [0] Didefinisikan : dengan x h(x) ([ ]) ( ) Didefinisikan ukuran R dengan aljabar himpunan bagian-himpunan bagian X X sebarang himpunan dan X Akan ditunjukkan bahwa : (i) ([0]) (ii) Sehingga (i) ([0]) lim +lim lim ( ) lim π ( 2 ) lim 0 ( 2 ) 2 lim lim ( 2 ) lim ( ( 2 ) 0) (π ) Jadi ([0]). Karena ([0]) maka merupakan ukuran probabililtas sehingga fungsi densitas. (ii) ([ ]) ( ) lim + lim lim ( ) ( 2 ) + lim ( 2 ) + + ( ) ( ) ( ) + 2 ( ) + 2 ( ) yaitu h -invarian. ( ) Termotivasi oleh fungsi konstan h di atas yang merupakan contoh paling sederhana ukuran -invarian untuk dikontruksi ukuran -invarian kontinu mutlak terhadap ukuran Lebesgue untuk semua fungsi monoton sepotong-sepotong kontinu :I dengan titik-titik partisi. Kontruksi itu sebagai berikut : Teorema 4.[3] Diberikan :I fungsi dengan titik-titik partisi 0 < < < < dan M menyatakan matriks fundamental serta adalah penyelesaian nontrivial dari M 0. Untuk (0) dan { +} Jika menyataan fungsi bernilai real pada I yang diberikan dengan 35

Rinurwati (Barisan Simbol dan Ukuran Invarian Fungsi Monoton Sepotong-sepotong Kontinu) 36 (0 ) [ (4) maka fungsi bernilai real terukur dan terintegral Lebesgue yang didefinisikan dengan U (5) Adalah -invarian. Bukti : Sebelum sampai pada bukti Teorema 4. ini diperlukan pendahuluan berikut. Diambil sebarang. Untuk dan maka jika ( ] > 0 ( ] < 0 ( ] > 0 ( ] < 0 untuk hampir semua Lebesgue. Jika maka + () + + () + () () + > 0 terhadap ukuran < 0 > 0 < 0 + Jadi untuk dan α { +} diperoleh + untuk hampir semua ukuran Lebesgue. Jika diberikan maka diperoleh [ ) terhadap > 0 < 0 + [ ) (6) { } (7) untuk (0) α { +} 0 dan untuk hampir semua terhadap ukuran Lebesgue. Pernyataan ( ) Teorema 3. bersama rumus + ( ) { }( ) menghasilkan ( ) + _ { } + ( ) { } + { } ( ) + ( ) ( ) { } ( )

Jurnal Matematika Vol. 4 No. April 20 : 3-40 Jadi ( ) ( ) { } (8) untuk γ (0) dan α { +} 0. Sekarang bukti teoremanya yaitu ditunjukkan berlaku untuk hampir semua terhadap ukuran Lebesgue. Dengan (6) (7) dan (8) disimpulkan (0 ) [ ) (0 ) [ ) (0 )[ + [ ) { } ( ( + ))] (0 ) + (0 ) [ ) (0 ) { } ( + ) Jadi (0 ) (00) ( ) Selanjutnya (00) ( ) (9) + (0 ) [ ) (0 ) () + { } (0 ) [ ) (00) [ ) (0 ) + { } [ () (0 ) + { } ( + ) (0 ) + { } Untuk α { +} dan untuk hampir semua terhadap ukuran Lebesgue. Dengan + + + ( ) diperoleh hubungan () dengan menggunakan (9) dan pernyataan (4) Lemma 3.3 : ( ) (0 ) { } (0 ) { + } + + + untuk hampir semua (20) 37

Rinurwati (Barisan Simbol dan Ukuran Invarian Fungsi Monoton Sepotong-sepotong Kontinu) Untuk γ (0) dan α { +} misalkan R menyataan fungsi bernilai real pada I yang diberikan oleh (0 ) [ ( ) (2) Selanjutnya diperoleh + (0 ) (22) untuk hampir semua Lebesgue. terhadap ukuran Dari ekuivalensi (3) dan (4) dalam Teorema 4. diperoleh : [ (0 ) (0 )] 0 [ + + 0 [ + [ ] untuk hampir semua Lebesgue dan terhadap ukuran [ ] untuk (23) adalah representasi lain fungsi -invarian. Dengan catatan bahwa mempunyai variasi terbatas karena setiap fungsi dapat ditulis sebagai selisih dua fungsi monoton. 4. Titik Partisi Tambahan Diberikan :I fungsi monoton sepotong-sepotong kontinu dengan titiktitik partisi sehingga 0 < <. < < sebarang titik di dalam I sehingga < < dengan dan * : I fungsi monoton sepotong-sepotong kontinu dengan titik-titik partisi sehingga *(x) (x) untuk semua \{0 } yaitu * berbeda dengan dengan titik partisi tambahan. Sekarang diselidiki hubungan antara matriks fundamental M dari dan matriks fundamental M* dari * dan antara vektorvektor dan * masing-masing dengan M 0 dan M* * 0. Akan ditunjukkan bahwa dua sistem ini yaitu (I ) dan (I *) mempunyai fungsi invarian yang sama. Interval ( ) dinyatakan dengan simbol dan interval ( ) dengan simbol. Jadi barisan simbol dan terhadap transformasi * adalah barisan atas abjad { + } dengan (0) dan (0) dan matriks fundamental M* dari * ditentukan sesuai dengan (.0). Dengan catatan bahwa. Matriks fundamental ( ) ; Fungsi * memenuhi untuk + dan untuk (24) dan + Untuk (25) Dengan matriks fundamental M ( ) ;. fungsi didefinisikan oleh barisan simbol dan terhadap transformasi * seperti (0). Dengan catatan bahwa (25) berakibat 0 jika dan hanya jika Dari pembicaraan di atas diperoleh lemma berikut. 38

Jurnal Matematika Vol. 4 No. April 20 : 3-40 Lemma 3.4[3] Jika Diberikan :I fungsi dengan titik-titik partisi sehingga 0 < < < < dan * fungsi monoton sepotongsepotong kontinu berbeda dengan dengan titik partisi tambahan ( ) dengan maka setiap (N-)-vektor dengan N-vektor. 0bersesuaian dengan dengan 0 dan sebaliknya. Jika { } untuk semua persesuaian antara dan diberikan oleh hubungan untuk j N- ( ) Jika { } untuk semua dan jika minimal dengan sifat ini dan maka persesuaian antara dan diberikan oleh hubungan (0 untuk j N-; j Untuk dua vektor bersesuaian dan masing-masing dengan fungsi -invarian dan fungsi *-invarian berimpit hampir dimana-mana pada I terhadap ukuran Lebesgue. 5. KESIMPULAN Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa jika diberikan fungsi : I dengan titik-titik partisi dan N tidak perlu minimal nilai-nilai dapat dipilih sebarang dalam I untuk j N- maka berlaku : a) Barisan simbol dan tidak bergantung pada nilai untuk j N- b) Matriks fundamental M secara lengkap ditentukan oleh barisan dan untuk j N- c) Konstruksi ukura -invarian kontinu mutlak hanya dapat dibangun dengan dan untuk j N- simetri terhadap titik-titik partisi dan bergantung pada nilai-nilai untuk j N- d) Penambahan satu titik partisi pada I berakibat ukuran matriks fundamental M bertambah tetapi tidak mengubah fungsi -invarian kontinu mutlak sistem (I S). 6. DAFTAR PUSTAKA [] Grossman S. dan Thomae S. (977) Invariant Distributions and Stationary Correlation Functions of One- Dimensional Discrete Processes Z. Naturforsch 32a 353-363. [2] Kopf C. (990) Invariant Measures for Piecewise Linear Transformations of the Interval Applied mathematics and Computation. [3] Kopf C. (995) Symbol Sequences and Invariant Measures for Piecewise Linear Transformations of the Interval Preprint Dept. of Mathematics University of Innsbruck Austria. [4] Lasota A. dan Yorke J. (973) On The Existence of Invariant Measures for Piecewise Monotonic Transformations Trans. Amer. Math. Soc. 86 : 48-488. [5] Rinurwati (999) Barisan Simbol dan Ukuran Invarian Transformasi Linear Sepotong-Sepotong Tesis Jurusan Matematika FMIPA-UGM. 39

Rinurwati (Barisan Simbol dan Ukuran Invarian Fungsi Monoton Sepotong-sepotong Kontinu) [6] Royden H.L. (989) Real Analisis The Macmilan Publishing Company New York. [7] Walters P. (982) An Itroduction to Ergodic Theory Graduate Texts in Mathematics Springer-Verlag New York. 40