Tata Kelola Perusahaan dan Manajemen Laba pada Initial Public Offering

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB 2 LANDASAN TEORI

Accounting Analysis Journal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MANAJEMEN LABA RIIL DAN BERBASIS AKRUAL: DAPATKAH AUDITOR YANG BERKUALITAS MENDETEKSINYA?

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

PENINGKATAN KEPUASAN PASIEN FOKUS PADA KUALITAS PELAYANAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGARUH ENVIRONMENT PERFORMANCE TERHADAP ECONOMIC PERFORMANCE. Kartika Hendra Titisari - Khara Alviana

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 SEWON. Oleh: Nurul Hidayati

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

IV METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BERKALA ILMIAH MAHASISWA AKUNTANSI

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN FINANCIAL DISTRESS TERHADAP EARNING MANAGEMENT (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

Muhammad Firdaus, Ph.D

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

BAB 2 LANDASAN TEORI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

370 Prosiding Simposium Nasional Akuntansi Vokasi ke-2 Politeknik Negeri Bali, Mei 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

BAB III METODE PENELITIAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELTIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Raudhatul Husni Pembimbing: Sari Surya, SE, MM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PENGARUH ARUS KAS OPERASI, TINGKAT UTANG, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PERSISTENSI LABA DENGAN BOOK TAX DIFFERENCES

FISHER EFFECT HUBUNGAN ANTARA TINGKAT BUNGA DAN JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA (PENDEKATAN AUTOREGRESIVE MODEL DISTRIBUTED -LAG)

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

Transkripsi:

Taa Kelola Perusahaan dan Manajemen Laba pada Iniial Public Offering ARI SITA NASTITI TATANG ARY GUMANTI Universias Jember Absrac: This sudy invesigaes he relaionship beween Corporae Governance and earnings managemen (as measured by discreionary curren accruals) for Indonesian IPO firms. Previous sudies mainly focus on examinaion he effec of corporae governance on earnings managemen of publicly raded firms, whils his sudy examines newly lised firms. I employs modified Jones model o measure earnings managemen. The hypohesis predics ha Indonesian IPO firms wih Good Corporae Governance engage less earnings managemen in periods prior o he IPO dae.. The sample consiss of 75 IPOs beween 2003 and 2012. The resuls show ha proporion board of commissioners, public ownership, insiuional ownership and managerial ownership consrain he exen of earnings managemen in he periods prior o he IPO year. The sudy conribues o he lieraure ha corporae governance mechanism is an imporan deerminan in earnings managemen pracices for Indonesian IPO firms. Keywords: corporae governance, earnings managemen, iniial public offering 1. Pendahuluan Salah sau upaya perusahaan unuk mendapakan ambahan pendanaan dalam rangka ekspansi bisnisnya adalah dengan melakukan go public aau dikenal juga dengan isilah Iniial Public Offering (IPO). Namun, informasi perusahaan yang perama kali mencaakan sahamnya di bursa masih sanga erbaas. Unuk iu, salah sau sumber informasi yang relevan digunakan oleh invesor poensial dalam menilai perusahaan yang akan go public adalah laporan keuangan yang erdapa di dalam prospekus (Friedlan, 1994). Adanya keerkaian anara informasi akunansi dengan harga penawaran suau IPO menyirakan suau anggapan bahwa issuers memiliki insenif aau dorongan unuk memilih meode-meode akunansi erenu yang dapa meningkakan penerimaan (proceeds) melalui pengauran ingka Alama korespondensi: khaira.sia@gmail.com

keunungan yang dikenal dengan isilah manajemen laba (earnings managemen) (Gumani, 2001). Kesenjangan informasi anara perusahaan dan calon invesor pada saa IPO, memperinggi peluang bagi perusahaan unuk menaikkan laba yang idak erdeeksi oleh pasar. Rahmawai dan Nurul (2006) mengungkapkan bahwa semakin inggi informasi asimeri, semakin inggi kemungkinan penggunaan manajemen laba. Peneliian manajemen laba pada saa IPO elah banyak dilakukan. Misalnya, Friedlan (1994) dan Teoh e al. (1998) menemukan buki adanya prakik manajemen laba pada perusahaan yang melakukan IPO di Amerika Serika. Namun Aharony e al. (1993) idak menemukan indikasi kua erjadinya manajemen laba pada saa IPO. Tykova (2006) juga menemukan prakik manajemen laba pada IPO di Jerman. Adapun di Indonesia, beberapa penelii juga menguji indikasi manajemen laba pada IPO. Gumani (2001) menelii IPO periode 1995-1997 dan menemukan manajemen laba pada periode dua ahun sebelum perusahaan IPO. Amin (2007) menunjukkan indikasi elah erjadi manajemen laba menjelang IPO. Joni dan Jogiyano (2009) menemukan manajemen laba dimana nilai laba urun pada periode dua ahun sebelum IPO dan naik pada periode lima ahun seelah IPO. Irawan dan Gumani (2009) menyimpulkan bahwa manajemen melakukan manajemen laba periode dua ahun menjelang IPO. Teapi, Warganegara dan Indriasari (2009) idak menemukan buki bahwa 28 perusahaan IPO pada ahun 2001-2006 menaikkan labanya. Salah sau upaya yang dapa dilakukan unuk menghindari prakik manajemen laba adalah dengan penerapan aa kelola perusahaan (corporae governance) yang baik (Veronica dan Uama, 2005; Ujhiyano dan Pramuka, 2007; Gumani dan Praseiawai, 2011; Lande e al., 2014). Menuru Boediono (2005), aa kelola perusahaan merupakan salah sau cara efisien unuk mengurangi erjadinya konflik kepeningan dan memasikan ercapainya ujuan perusahaan. Darmawai e al. (2004) menyaakan aa kelola perusahaan yang baik mampu membanu memberikan suau srukur yang memfasiliasi penenuan sasaran-sasaran kerja sera sarana unuk menenukan eknik pengawasan kinerja yang dapa menjadi elemen kunci meningkakan efesiensi ekonomis suau perusahaan. Beberapa mekanisme aa kelola perusahaan anara lain diwujudkan dengan adanya komisaris independen, komie audi dan srukur kepemilikan saham dalam suau perusahaan.

Keberadaan anggoa dewan komisaris dari luar yang bersifa independen diharapkan mampu melaksanakan fungsi pengawasan secara lebih efekif dalam suau perusahaan sehingga dapa meminimalisir indakan oporunisik manajer dalam melakukan manajemen laba. Peranan dewan komisaris independen ersebu elah dibukikan oleh peneliian Peasnell e al. (2005), Xie e al. (2003), Wilopo (2004) dan Corne e al. (2008). Selain komisaris independen, pembenukan komie audi juga diharapkan dapa membanu menjalankan fungsi pengawasan erhadap kinerja direksi dan im manajemen. Keberadaan komie audi yang independen akan memasikan pelaporan keuangan yang disajikan berkualias, sehingga meminimalisir erjadinya manajemen laba (Raja e al., 2014). Benuk lain dari mekanisme aa kelola perusahaan yang diyakini dapa mengonrol manajemen laba adalah srukur kepemilikan saham dalam suau perusahaan. Menuru Jensen (1993), kepemilikan publik dapa mencipakan sisem aa kelola yang berfungsi dengan baik, yang mampu meningkakan fungsi pengawasan erhadap indakan manajemen sehingga memungkinkan membaasi erjadinya manajemen laba. Tingka kepemilikan insiusional yang besar juga akan mendorong invesor insiusional unuk mengawasi dan memonioring kinerja manajemen dengan ujuan menjamin inegrias laporan keuangan (Raja e al., 2014). Adapun kepemilikan manajerial diyakini mampu mengurangi poensi konflik yang erjadi dianara prinsipal dan agen. Kepemilikan saham oleh manajer akan mendorong penyauan kepeningan anara prinsipal dan agen sehingga dapa meningkakan kinerja perusahaan (Jensen, 1986). Peneliian ini berujuan unuk menguji pengaruh mekanisme aa kelola perusahaan, dalam hal komposisi dewan komisaris, komie audi dan srukur kepemilikan perusahaan erhadap manajemen laba di Bursa Efek Indonesia pada perusahaan yang melakukan IPO periode 2003-2012. Peneliian sebelumnya menguji pengaruh aa kelola perusahaan erhadap manajemen laba pada perusahaan yang sudah go public, sedangkan peneliian ini menguji pada perusahaan yang baru go public, dimana moivasi manajemen laba enunya berbeda anara perusahaan yang sudah ercaa dan perusahaan yang baru mencaakan diri di pasar modal. Dengan menggunakan sampel 75 perusahaan, diemukan buki kua bahwa proporsi dewan komisaris dan srukur kepemilikan saham mampu membaasi manajemen laba pada saa IPO. Peneliian ini juga menemukan buki bahwa arus kas dari akivias operasi berpengaruh negaif dan signifikan erhadap manajemen laba.

2. Kerangka Teoriis dan Pengembangan Hipoesis 2.1 Manajemen Laba dan IPO Manajemen laba merupakan suau indakan manajer yang menggunakan perimbangan dalam pelaporan keuangan dan dalam menyusun ransaksi-ransaksi unuk mengubah laporan keuangan yang menyesakan erhadap sakeholders aas dasar kinerja ekonomi organisasi aau unuk memengaruhi hasil sesuai dengan konrak yang erganung pada angka-angka akunansi yang dilaporkan (Healy dan Wahlen, 1999). Healy dan Wahlen (1999) dan Sco (2011) menegaskan bahwa pengauran IPO memberikan kesempaan bagi munculnya manajemen laba. Ball dan Shivakumar (2008) menunjukkan dua alasan keberadaan manajemen laba dalam IPO, yaiu: unuan pasar dan respon perusahaan dengan segala macam auran sebagai perusahaan publik. IPO dapa menjadi salah sau pendorong manajemen unuk melakukan indakan manajemen laba dengan cara membua laba perusahaan meningka melalui informasi yang disajikan dalam prospekus dengan ujuan mencipakan cira yang posiif bagi para invesor poensial (Friedlan, 1994; Teoh e al., 1998). Peneliian erkai manajemen laba pada saa IPO elah banyak dilakukan oleh penelii, anara lain: Friedlan (1994), Teoh e al. (1998), Gumani (2001) dan Tykova (2006), yang berhasil membukikan adanya manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen pada saa IPO. 2.2 Taa Kelola Perusahaan Taa kelola perusahaan merupakan suau konsep yang didasarkan pada eori keagenan, yang berisi seperangka perauran yang mengaur hubungan anara pemegang saham, pengelola perusahaan, pihak krediur, pemerinah, karyawan, sera para pemegang kepeningan lainnya erkai hak-hak dan kewajiban mereka dalam rangka mencapai ujuan perusahaan. Mekanisme aa kelola perusahaan diharapkan dapa meminimalisasi konflik keagenan yang erjadi dalam suau perusahaan. Apabila mekanisme aa kelola perusahaan ersebu dapa berjalan dengan efekif dan efisien, maka seluruh proses akivias perusahaan akan berjalan dengan baik, sehingga akan dapa meningkakan kinerja perusahaan, baik yang sifanya finansial maupun non finansial (Brown dan Caylor, 2004). Penerapan

aa kelola perusahaan yang baik juga diharapkan mampu mengurangi indakan idak profesional dari manajemen perusahaan yang dapa merugikan banyak pihak, yaiu salah saunya dengan menekan indakan manajemen laba (Gumani dan Praseiawai, 2011). Peneliian erkai mekanisme aa kelola perusahaan dalam meminimalisasi prakik manajemen laba elah banyak dilakukan. Beberapa peneliian ersebu berhasil membukikan bahwa komponen aa kelola perusahaan memiliki pengaruh negaif signifikan erhadap manajemen laba (Saleh e al., 2005; Rahman dan Ali, 2006; Bradbury e al., 2006; Gumani dan Praseiawai, 2011). Komponen aa kelola perusahaan anara lain berupa komposisi dewan komisaris, keberadaan komie audi, dualias peran, srukur kepemilikan, dan sebagainya. 2.3 Komposisi Dewan Komisaris Independen dan Manajemen Laba di IPO Menuru Fama dan Jensen (1983), non-execuive direcor (komisaris independen) memiliki peranan sebagai pengawas kebijakan manajemen sera dapa berindak sebagai penengah dalam perselisihan yang erjadi dianara para manajer inernal. Tingka independensi dewan komisaris sanga memengaruhi efekivias peran dewan komisaris dalam menyeimbangkan kekuaan CEO (Zahra dan Pearce, 1989). Srukur dewan komisaris yang independen dari CEO akan menjadi lebih efekif dalam mengawasi proses pelaporan keuangan perusahaan (Klein, 2002). Keberadaan anggoa dewan komisaris dari luar yang dapa meningkakan indakan pengawasan, juga akan berdampak pada semakin rendahnya penggunaan discreionary accruals (Corne e al., 2008). Beberapa peneliian elah membukikan peranan dewan komisaris independen dalam membaasi manajemen laba. Peneliian yang dilakukan Peasnell e al. (2005) erkai efekifias dewan komisaris dan komisaris independen di Inggris, menunjukkan bahwa keberadaan komisaris independen mampu membaasi indakan manajemen laba oleh pihak manajemen. Xie e al. (2003) dalam peneliiannya juga menyimpulkan bahwa komisaris independen dan komie audi yang akif dan memiliki pengeahuan enang keuangan menjadi fakor pening dalam pencegahan kecenderungan manajer unuk melakukan manajemen laba. Di Indonesia, Wilopo (2004) menyimpulkan bahwa kehadiran komie audi dan dewan komisaris independen mampu memengaruhi prakik manajemen laba di perusahaan.

H 1 : Keberadaan dewan komisaris independen berpengaruh negaif erhadap manajemen laba di IPO. Komposisi dewan komisaris yang memiliki komisaris independen mempengaruhi prakik manajemen laba (Peasnell e al., 2005). Peningkaan pengawasan yang dilakukan oleh anggoa dewan komisaris indepeneden akan berhubungan dengan semakin rendahnya penggunaan discreionary accruals (Corne e al., 2008). Peneliian yang dilakukan oleh Dechow e al. (1996) sera Nasuion dan Seiawan (2007) menyimpulkan adanya pengaruh negaif signifikan dari proporsi anggoa dewan komisaris independen erhadap indakan manajemen laba. H 2 : Proporsi dewan komisaris berpengaruh negaif erhadap manajemen laba di IPO. 2.4 Komie Audi dan Manajemen Laba di IPO Komie audi merupakan komie yang dibenuk oleh dewan komisaris dalam rangka penerapan prinsip aa kelola perusahaan yang baik, dengan ujuan unuk membanu menjalankan fungsi pengawasan erhadap kinerja direksi dan im manajemen. Komie audi berkewajiban menjaga ingka independensinya secara profesional dalam melakukan penilaian erhadap kinerja dan anggung jawab manajemen. Adanya pengawasan komie audi erhadap kinerja manajemen dapa mempengaruhi perilaku manajemen unuk lebih berhai-hai dalam menjalankan ugasnya (Tiswiyani e al., 2012). Raja e al. (2014) menyaakan bahwa keberadaan komie audi yang independen akan memasikan pelaporan keuangan yang disajikan berkualias, sehingga meminimalisir erjadinya manajemen laba. Pernyaaan ersebu didukung oleh peneliian Wilopo (2004), Bradbury e al. (2006) dan Nasuion dan Seiawan (2007) yang menemukan buki bahwa keberadaan komie audi berpengaruh negaif signifikan erhadap indakan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen. H 3 : Komie audi berpengaruh negaif erhadap manajemen laba di IPO. 2.5 Srukur Kepemilikan dan Manajemen Laba di IPO Kepemilikan publik merupakan besarnya presenase saham perusahaan yang diawarkan kepada publik saa IPO dibandingkan jumlah keseluruhan saham yang diempakan dan diseor penuh. Widyaningdyah (2001) menyaakan bahwa dengan adanya public invesor mengakibakan manajer

berkewajiban memberikan informasi inernal secara berkala sebagai benuk peranggungjawabannya. Kepeningan finansial dan independensi yang dimiliki invesor umum dapa mencipakan sisem aa kelola perusahaan yang dapa meningkakan fungsi pengawasan erhadap indakan manajemen sehingga memungkinkan membaasi erjadinya manajemen laba (Jensen, 1993). Peneliian Raja e al. (2014) pada perusahaan manufakur yang erdafar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode ahun 2008-2011 menunjukkan bahwa semakin besar persenase saham yang diawarkan kepada publik saa IPO, maka akivias manajemen laba akan menurun sebagai akiba meningkanya pengawasan publik erhadap informasi yang disajikan manajemen perusahaan. H 4 : Kepemilikan publik berpengaruh negaif erhadap manajemen laba di IPO. Kepemilikan insiusional merupakan salah sau benuk pelaksanaan mekanisme aa kelola perusahaan, yang menunjukkan besarnya persenase saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak insiusi, yaiu: perbankan, perusahaan asuransi, perusahaan invesasi maupun perusahaan swasa. Jensen dan Meckling (1976) menyaakan bahwa kepemilikan insiusional memiliki peranan yang cukup pening dalam meminimalisasi konflik keagenan yang erjadi dianara pemegang saham dengan manajer. Tingka kepemilikan insiusi yang inggi dalam suau perusahaan akan mendorong invesor insiusional unuk melakukan pengawasan yang lebih besar sehingga dapa menghalangi perilaku oporunisik manajer. Invesor insiusional sering disebu sebagai invesor yang canggih karena memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menggunakan informasi periode sekarang unuk memprediksi laba masa depan dibandingkan dengan invesor non insiusional (Veronica dan Uama, 2005). Kepemilikan insiusional diharapkan dapa meningkakan akunabilias manajerial dikarenakan manajer akan berindak lebih hai-hai dalam pengambilan kepuusan sehingga dapa memengaruhi inegrias laporan keuangan yang dihasilkan. Jiambalvo (1996) menemukan bahwa nilai absolu akrual diskresioner berhubungan negaif dengan kepemilikan invesor insiusional. Raja e al. (2014) menyimpulkan bahwa semakin besar kepemilikan insiusional, maka akan semakin besar kekuaan suara dan dorongan dari insiusi keuangan ersebu unuk mengawasi manajemen sehingga dapa membaasi indakan manajemen laba.

H 5 : Kepemilikan insiusional berpengaruh negaif erhadap manajemen laba di IPO. Salah sau cara unuk mengurangi konflik anara prinsipal dan agen dapa dilakukan dengan meningkakan kepemilikan manajerial suau perusahaan (Wiranaa dan Nugrahani, 2013). Kepemilikan manjerial adalah kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan. Bila dikaikan dengan Agency Theory, kepemilikan saham oleh manajer akan mendorong penyauan kepeningan anara prinsipal dan agen sehingga dapa meningkakan kinerja perusahaan (Jensen, 1986). Manajer juga akan lebih berhai-hai dalam mengambil kepuusan, dikarenakan baik buruknya seiap kepuusan yang diambil akan berdampak langsung erhadap kesejaheraan manajer yang juga merupakan pemilik saham perusahaan. Berdasarkan hal ersebu, kepemilikan manajerial diperkirakan dapa mengurangi moivasi manajer unuk melakukan manajemen laba yang berdampak buruk erhadap perusahaan. Pernyaaan ersebu didukung oleh peneliian yang dilakukan oleh Jensen dan Meckling (1976) sera Ujiyanho dan Pramuka (2007) yang berhasil membukikan bahwa kepemilikan manajerial mampu menjadi mekanisme aa kelola perusahaan yang dapa membaasi indakan manajemen laba. H 6 : Kepemilikan manajerial berpengaruh negaif erhadap manajemen laba di IPO. 2.6 Ukuran Perusahaan, Arus Kas Operasi dan Manajemen Laba di IPO Variabel uama yang dielii dalam peneliian ini adalah mekanisme aa kelola perusahaan dalam membaasi manajemen laba pada saa IPO. Variabel ukuran perusahaan dan arus kas operasi digunakan sebagai variabel konrol aas erjadinya prakik manajemen laba. Menuru Nuryaman (2008) perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepeningan yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar erhadap kepeningan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi invesor, kebijakan perusahaan akan berimplikasi erhadap prospek cash flow dimasa yang akan daang. Sedangkan bagi regulaor (pemerinah) akan berdampak erhadap besarnya pajak yang akan dierima, sera efekifias peran pemberian perlindungan erhadap masyaraka secara umum. Hasil peneliian Chen e al. (2005) dan Nuryaman (2008) menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negaif signifikan dengan manajemen laba, hal ini dikarenakan perusahaan

besar memiliki insenif yang kecil unuk melakukan manajemen laba karena umumnya mendapa pengawasan yang kea dari analis keuangan dan para invesor. Namun, hasil yang berbeda diperoleh dari peneliian Nasii dan Gumani (2011) sera Pambudi dan Sumanri (2014), yang menyaakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh posiif erhadap manajemen laba. Ukuran perusahaan diprediksi berpengaruh negaif erhadap manajemen laba di IPO. Jumlah arus kas yang berasal dari akivias operasi merupakan indikaor yang menenukan apakah dari operasinya perusahaan dapa menghasilkan arus kas yang cukup unuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden dan melakukan invesasi baru anpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar (Nasii dan Gumani, 2011). Meyhi (2006) menyaakan bahwa informasi arus kas merupakan indikaor keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan laba akunansi karena laporan arus kas relaif lebih mudah diinerpreasikan dan relaif lebih suli unuk dimanipulasi. Salah sau cara unuk mengeahui adanya indikasi manajemen laba adalah dengan membandingkan disribusi ne cash flow operaion yang disandarisasi dengan oal asses ahun sebelumnya (Irawan dan Gumani, 2008). Peneliian Dechow e al. (1995), Chen e al. (2005) dan Nasii dan Gumani (2011), berhasil membukikan adanya pengaruh negaif signifikan anara arus kas operasi dan manajemen laba. Arus kas operasi diprediksi berpengaruh negaif erhadap manajemen laba di IPO. 3. Meode Peneliian 3.1. Populasi dan Sampel Populasi dalam peneliian ini adalah perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia selama ahun 2003 sampai dengan ahun 2012. Adapun peneapan sampel menggunakan meode purposive sampling, dengan krieria sebagai beriku: a. Perusahaan yang bergerak di bidang keuangan (perbankan, asuransi, insiusi keuangan sera properi, real esa dan konsruksi) idak diikukan dalam pemilihan sampel, dengan ujuan menghindari indusri dengan auran khusus yang mungkin dapa memengaruhi pengukuran discreionary curren accruals (DCA).

b. Perusahaan harus mencanumkan laporan keuangan yang elah diaudi minimal iga periode dalam prospekusnya. Hal ini erkai dengan daa-daa unuk mengkalkulasi komponen DCA sera perhiungan variabel independen. c. Perusahaan berada dalam sub sekor indusri, dengan minimal erdapa 4 perusahaan lain dalam sub sekor indusri yang sama ersebu. Hal ini erkai dengan pendekaan sub sekor indusri yang digunakan unuk mengesimasi nilai non discreionary curren accruals (NDCA) perusahaan IPO. Tabel 1 menyajikan daa enang proses penenuan sampel peneliian. Dari 163 perusahaan yang melakukan IPO ahun 2003-2012, perusahaan yang memenuhi krieria adalah sebanyak 75 perusahaan. Tabel 1. Penenuan Sampel Peneliian No. Keerangan Jumlah Perusahaan 1. Perusahaan yang melakukan IPO (ahun 2003-2012) 163 2. Perusahaan yang ermasuk dalam subsekor perbankan, lembaga (58) pemberi kredi, sekurias, asuransi, sera real esae dan properi 3. Perusahaan yang idak dapa dilakukan penghiungan DCA karena (5) memiliki kurang dari 3 perusahaan di sekor yang sama 4. Perusahaan dengan nilai DCA yang eksrim (3) 5. Daa/Prospekus idak ersedia (22) Sampel akhir peneliian 75 Tabel 1. Penenuan Sampel Peneliian No. Keerangan Jumlah Perusahaan 1. Perusahaan yang melakukan IPO (ahun 2003-2012) 163 2. Perusahaan yang ermasuk dalam subsekor perbankan, lembaga (58) pemberi kredi, sekurias, asuransi, sera real esae dan properi 3. Perusahaan yang idak dapa dilakukan penghiungan DCA karena memiliki kurang dari 3 perusahaan di sekor yang sama (5) 4. Perusahaan dengan nilai DCA yang eksrim (3) 5. Daa/Prospekus idak ersedia (22) Sampel akhir peneliian 75 3.2 Variabel Peneliian 3.2.1 Pengukuran Discreionary Curren Accruals Peneliian ini menggunakan pendekaan yang erfokus pada curren accruals unuk mengindikasikan manajemen laba, sebagaimana peneliian erdahulu yang dilakukan Nasii dan Gumani (2011). Hal ini didasarkan anggapan bahwa manajer memiliki fleksibilias dan kendali yang

lebih inggi erhadap curren accruals dibandingkan dengan long-erm accruals (Teoh e al., 1998; Dechow e al., 1995). Curren accruals dalam peneliian ini dihiung dengan cara sebagai beriku: CA = (Asses Lancar Kas) - (Kewajiban Lancar Kewajiban Jangka Panjang yang Jauh Tempo dalam Waku 1 Tahun) Curren accruals dapa diklasifikasikan menjadi komponen non discreionary dan komponen discreionary, dimana peneapan unuk komponen non discreionary accruals (NDCA) dibaasi oleh perauran, kebijakan perusahaan dan kondisi indusri. Sedangkan komponen discreionary curren accruals (DCA) lebih dapa dikendalikan oleh kebijakan manajer (Nasii dan Gumani, 2011). Nasii dan Gumani (2011) menyaakan bahwa model pengukuran manajemen laba yang dikembangkan oleh Jones (1991) lebih mengarah kepada siuasi daa yang ime series. Dalam koneks IPO, pendekaan ime series sanga suli diaplikasikan pada perusahaan yang masih baru berdiri. Pengukuran dengan model Jones juga suli dilakukan pada perusahaan-perusahaan IPO di Indonesia. Hal ini dikarenakan unuk dapa menggunakan model Jones diperlukan laporan keuangan paling idak lima ahun (Gumani, 2001), sedangkan umumnya laporan keuangan yang erdapa dalam prospekus perusahaan IPO di Indonesia raa-raa erdiri dari 3 periode saja. Oleh karenanya, pendekaan yang digunakan dalam peneliian ini mengikui pendekaan Tykova (2006), yaiu pendekaan crosssecional modified Jones (1991). Unuk mengesimasi nilai NDCA perusahaan yang melakukan IPO (perusahaan i), maka digunakan komponen-komponen NDCA dari perusahaan-perusahaan lain (perusahaan k) yang berada dalam sub sekor indusri yang sama dengan perusahaan IPO (sub sekor j) pada ahun yang sama dengan ahun go public perusahaan IPO (ahun ). Kemudian komponen NDCA dari perusahaanperusahaan dalam sub sekor j ersebu diregres dan hasilnya digunakan sebagai koofisien regresi unuk menghiung komponen NDCA dari perusahaan IPO. Adapun secara lebih jelasnya, langkah-langkah perhiungan DCA yang digunakan dalam peneliian ini adalah sebagai beriku:

a. Menghiung Curren Accruals (CA) perusahaan IPO pada ahun dengan rumus: CA = (Asses Lancar Kas) - (Kewajiban Lancar Kewajiban Jangka Panjang yang Jauh Tempo dalam Waku 1 Tahun) b. Menghiung komponen NDCA perusahaan-perusahaan k yang berada dalam sub sekor yang sama (sub sekor j) dengan perusahaan IPO pada ahun, dengan persamaan sebagai beriku: CA TA jk, 1 j,,0 jk, 1 TAjk, 1 Keerangan: CA, jk jk, 1 j,,1 REV TA jk, jk, 1 jk,...(3.1) = Curren accruals perusahaan-perusahaan k yang berada dalam sub sekor j pada ahun TA = Toal ase perusahaan-perusahaan k yang berada dalam sub sekor j pada ahun sebelumnya (-1) REV jk, = Selisih pendapaan perusahaan-perusahaan k yang berada dalam sub sekor j pada ahun dibanding pendapaan pada ahun -1 j,,0, j,, 1 = Koofisien regresi dari komponen NDCAs perusahaan-perusahaan k yang berada dalam sub sekor j c. Menghiung NDCA perusahaan IPO pada ahun dengan menggunakan koofisien regresi dari komponen NDCA perusahaan-perusahaan k yang berada dalam sub sekor j, dengan persamaan sebagai beriku: NDCA ji, 1 REV TR ji, ji, j,,0 (3.2) j,,1 TAji, 1 TAji, 1 Keerangan: NDCA ji, = Nilai non discreionary curren accruals (NDCA) perusahaan IPO yang berada dalam sub sekor j pada ahun TA ji, 1 = Toal ase perusahaan IPO yang berada dalam sub sekor j pada ahun sebelumnya (-1) REV ji, = Selisih pendapaan perusahaan IPO yang berada dalam sub sekor j pada ahun dibanding pendapaan pada ahun -1 TR ji, = Selisih piuang usaha perusahaan IPO yang berada dalam sub sekor j pada ahun dibanding piuang usaha pada ahun -1 j,,0 1, j,, = Koofisien regresi dari komponen NDCA perusahaan-perusahaan k yang berada dalam sub sekor j, yang diperoleh dari persamaan (3.1)

Selisih piuang usaha digunakan sebagai komponen dalam menghiung NDCA perusahaan IPO dikarenakan erdapa kemungkinan bahwa issuers memanipulasi nilai kredi penjualan sebagai usaha unuk menampilkan penjualan yang inggi dalam laporan keuangan pada saa IPO (Dechow e al., 1995) d. Menghiung DCA perusahaan IPO pada ahun dalam sub sekor j, dengan persamaan sebagai beriku: CA DCA NDCA (3.3) ji, ji, ji, TAji, 1 Keerangan: DCA, CA, jk ji = Nilai discreionary curren accruals perusahaan IPO yang berada dalam sub sekor j pada ahun = Curren accruals perusahaan IPO yang berada dalam sub sekor j pada ahun 3.3.2 Pengukuran Variabel Tabel 2 Ringkasan Pengukuran Variabel-Variabel Peneliian No Variabel Noasi 1 Keberadaan Dewan Komisaris Independen: Keberadaan dewan komisaris independen diukur DKIN dengan menggunakan variabel dummy. Nilai 1 diberikan kepada perusahaan yang memiliki dewan komisaris independen, sedangkan unuk perusahaan yang idak memiliki dewan komisaris independen diberi nilai 0. 2 Proporsi Dewan Komisaris Independen: Proporsi dewan komisaris independen dihiung PROKOM dengan membagi jumlah anggoa komisaris independen dengan oal seluruh anggoa dewan komisaris. Informasi mengenai jumlah dewan komisaris independen diperoleh melalui daa manajemen di dalam prospekus perusahaan yang melakukan IPO. 3 Komie Audi: Komie Audi diukur dengan menggunakan variabel dummy, dimana jika KMAUD perusahaan sampel memiliki komie audi maka diberi nilai 1, dan jika perusahaan sampel idak memiliki komie audi maka akan diberi nilai 0. 4 Kepemilikan Publik: Kepemilikan publik adalah persenase saham yang diawarkan kepada KPPUB publik saa IPO. Kepemilikan publik diukur dengan meliha besarnya persenase-persenase saham yang diawarkan kepada masyaraka saa IPO. 5 Kepemilikan Insiusional: Kepemilikan insiusional adalah jumlah persenase hak suara yang KPINS dimiliki oleh insiusi. Dalam peneliian ini diukur dengan menggunakan indikaor persenase jumlah saham yang dimiliki insiusi dari seluruh modal saham yang beredar pada saa IPO. 6 Kepemilikan Manajerial: Kepemilikan manajerial merupakan jumlah kepemilikan saham oleh KPMG pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola (Budiono, 2005). Indikaor yang digunakan unuk mengukur kepemilikan manajerial adalah persenase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar pada saa IPO. 7 Ukuran Perusahaan: Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan. Pada peneliian ini UP ukuran perusahaan menggunakan nilai log oal penjualan perusahaan pada akhir ahun. Tahun adalah ahun erakhir laporan keuangan erlengkap yang erdapa dalam prospekus. Penggunaan nilai log penjualan dimaksudkan unuk menghindari problem daa naural yang idak berdisribusi normal (Chen e al., 2005). 8 Arus Kas Operasi: Arus kas operasi merupakan kas bersih yang diperoleh dan digunakan unuk akivias operasi perusahaan (Irawan dan Gumani, 2008). Dalam peneliian ini arus kas operasi merupakan nilai arus kas operasi pada ahun laporan keuangan yang ada di dalam prospekus, kemudian dibandingkan dengan oal asse ahun sebelumnya (- 1 ). Tahun adalah ahun erakhir laporan keuangan erlengkap yang erdapa dalam prospekus. AKO

3.4. Analisis Regresi Berganda Peneliian ini menggunakan regresi berganda unuk menguji pengaruh variabel-variabel independen erhadap variabel dependen. Persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai beriku: DCAi, 0 1DKIN i, 2PROKOM i, 3KMAUDi, 4KPPUBi, 5KPINS i, 6KPMG i, 7UPi, 8 AKO i, dimana: DCA i, = Discreionary Curren Accruals DKIN i, = Keberadaan dewan komisaris independen, 1 bila erdapa komisaris independen dan 0 bila idak PROKOM i, = keseluruhan Proporsi anggoa komisaris independen erhadap jumlah dewan komisaris KMAUD i, = Komie audi, 1 bila erdapa komie audi dan 0 bila idak KPPUB i, = Kepemilikan publik, persenase saham yang diawarkan kepada publik saa IPO KPINS i, = Kepemilikan insiusional, persenase saham yang dimiliki oleh invesor insiusional KPMG i, = Kepemilikan Manajerial, persenase saham yang dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan UP i, = Ukuran perusahaan yang merupakan Log dari oal penjualan AKO i, = Arus kas operasi e = Error (ingka kesalahan yang mungkin erjadi) 0 = Konsana 1... 8, = Nilai koofisien regresi e 4. Hasil Peneliian Tabel. 3 Saisik Deskripif Variabel-variabel Peneliian Variabel Minimum Maximum Mean Sd. Deviaion DCA -1,98 1,09-0,0459 0,34312 DKIN 0,00 1,00 0,9733 0,16219 PROKOM 0,00 0,67 0,3654 0,09791 KMAUD 0,00 1,00 0,2133 0,41242 KPPUB 0,09 0,73 0,2644 0,13612 KPINS 0,00 0,90 0,6267 0,25098 KPMG 0,00 0,90 0,0847 0,20978 UP 9,26 13,17 11,8389 0,71739 AKO -0,49 1,03 0,0988 0,21215 Keerangan: DCA = Discreionary Curren Acruals, DKIN = Dewan Komisaris Independen, PROKOM = Proporsi Dewan Komisaris, KMAUD = Komie Audi, KPPUB = Kepemilikan Publik, KPINS = Kepemilikan Insiusional, KPMG = Kepemilikan Manajerial, UP = Ukuran Perusahaan, AKO = Arus Kas Operasi.

Tabel 3 menyajikan saisik deskripif variabel-variabel yang digunakan dalam peneliian. Dari hasil perhiungan saisik deskripif pada Tabel 3, dikeahui nilai raa-raa DCA (manajemen laba) sebesar -0,0459 dengan sandar deviasi sebesar 0,34312. Perusahaan dengan nilai DCA erendah adalah PT. Trikomsel Oke, Tbk. (TRIO) yang melakukan IPO pada ahun 2009 dengan nilai sebesar - 1,98. Adapun yang memiliki nilai DCA eringgi adalah PT. Aneka Kemasindo Uama, Tbk. (AKKU) dengan nilai sebesar 1,09. Raa-raa proporsi dewan komisaris sebesar 0,3654, yang berari raa-raa seiap perusahaan memiliki dewan komisaris dengan komposisi 1/3-nya merupakan komisaris independen. Unuk srukur kepemilikan perusahaan sampel yang melakukan IPO pada periode 2003 hingga 2012, diperoleh raa-raa kepemilikan publik (masyaraka) sebesar 26,44%, raa-raa kepemilikan insiusi 62,67% dan raa-raa kepemilikan manajerial sebesar 8,47%. Hal ini menunjukkan bahwa mayorias srukur kepemilikan saham pada perusahaan di Indonesia dimiliki oleh insiusi. 4.2 Pengujian Hipoesis Unuk mendapakan model regresi linier berganda yang epa dan memenuhi sandar, maka penduga parameer koofisien regresi harus memenuhi sandar Bes Linier Unbiased Esimaor (Ghozali, 2013). Uji normalias berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov menghasilkan nilai 1,262 dengan signifikansi di aas 5% sehingga dapa disimpulkan daa residual erdisribusi normal. Nilai variance inflaion facor (VIF) kurang dari 10, sehingga dapa disimpulkan dalam model analisis ersebu idak erjadi mulikolinierias. Uji heeroskedaisias menggunakan uji Glejser, dimana dari pengujian diperoleh nilai koefisien regresi variabel independen idak signifikan pada level 5%, yang berari idak erjadi heeroskedasisias. Hasil pengujian erhadap pemenuhan keabsahan model menunjukkan bahwa model regresi yang dibangun idak melanggar asumsi dasar persamaan regresi. Oleh karena iu, selanjunya dilakukan pengujian erhadap hipoesis peneliian. Tabel 4 menyajikan hasil pengujian hipoesis.

Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Unsandardized Sandardized Sig. Keerangan Prediksi Coefficiens Coefficiens B Konsana 2,076 3,170 0,002 DKIN - 0,347 0,164 1,035 0,304 PROKOM - -1,097-0,313-2,188 0,032** KMTAUD - 0,104 0,125 1,182 0,241 KPPUB - -0,810-0,321-1,744 0,086* KPINST - -1,068-0,781-2,756 0,008*** KPMGT - -0,908-0,555-2,184 0,033** UP - -0,090-0,189-1,633 0,107 AKO - -0,508-0,314-2,651 0,010** Adj R 2 = 0,224 F Hiung = 3,667 (P = 0,001) Keerangan: DKIN = Dewan Komisaris Independen, PROKOM = Proporsi Dewan Komisaris, KMAUD = Komie Audi, KPPUB = Kepemilikan Publik, KPINS = Kepemilikan Insiusional, KPMG = Kepemilikan Manajerial, UP = Ukuran Perusahaan, AKO = Arus Kas Operasi. * = Sig pada = 10 %, ** : Sig pada = 5 % dan *** : Sig pada = 1 % Dari pengujian analisa regresi berganda diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa variabel proporsi dewan komisaris berpengaruh negaif dan signifikan erhadap manajemen laba pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia ( = -2,188; p=0,032). Begiu pula dengan variabel kepemilikan publik, kepemilikan insiusi dan kepemilikan manajerial menunjukkan adanya pengaruh negaif signifikan erhadap manajemen laba. Dari dua variabel konrol yang dielii, variabel arus kas operasi juga berpengaruh negaif signifikan (= 2,651: p=0,010) erhadap manajemen laba. 4.3 Pembahasan Variabel proporsi dewan komisaris independen diemukan berpengaruh negaif signifikan erhadap manajemen laba di IPO. Efekivias dewan komisaris dalam menyeimbangkan kekuaan CEO sanga dipengaruhi oleh ingka indepedensi dari dewan komisaris ersebu (Wardhani, 2006). Semakin banyak anggoa komisaris independen dalam dewan komisaris maka proses pengawasan yang dilakukan akan semakin berkualias dikarenakan banyaknya pihak independen dalam perusahaan yang menunu adanya ransparansi dalam pelaporan keuangan perusahaan (Nasuion dan Seiawan, 2007). Hasil peneliian ini mendukung peneliian Dechow e al. (1996) sera Nasuion dan Seiawan (2007) yang menyimpulkan bahwa proporsi dewan komisaris independen dapa membaasi manajemen laba.

Keberadaan komie audi idak erbuki mampu membaasi manajemen laba di IPO. Hasil ini sesuai dengan peneliian yang dilakukan Veronica dan Uama (2005), dimana pengujian variabel komie audi menunjukkan pengaruh yang idak signifikan erhadap manajemen laba. Peneliian ini berenangan dengan peneliian Wilopo (2004), Bradbury e al. (2006), Nasuion dan Seiawan (2007) sera Raja e al. (2014) yang menyaakan bahwa akivias manajemen laba dapa dikonrol secara efekif melalui keberadaan komie audi dalam suau perusahaan. Kepemilikan publik berpengaruh negaif signifikan erhadap manajemen laba di IPO, yang mengindikasikan bahwa presenase saham publik yang inggi mampu meminimalisir prakek manajemen laba dikarenakan meningkanya fungsi pengawasan public invesor erhadap indakan oporunisik manajemen. Peneliian ini mendukung peneliian Jensen (1993) dan Raja e al. (2014). Kepemilikan insiusional berpengaruh negaif dan signifikan erhadap manajemen laba di IPO. Hasil ini mendukung Jiambalvo (1996) dan Raja e al. (2014), yang menunjukkan bahwa semakin besar kepemilikan insiusional, maka semakin besar pengawasan erhadap kinerja manajemen sehingga memperkecil peluang manajemen unuk dapa memanipulasi laba. Kepemilikan manajerial berpengaruh negaif signifikan erhadap manajemen laba pada saa IPO. Hasil ini menujukan bahwa kepemilikan manajerial merupakan salah sau mekanisme aa kelola perusahaan yang dapa mengurangi erjadinya konflik anara prinsipal dan agen sera dapa mendorong penyauan kepeningan anara prinsipal dan agen sehingga menghindari adanya perilaku oporunisik manajer melalui indakan manajemen laba. Peneliian ini mendukung Ujiyanho dan Pramuka (2007). Dari dua variabel konrol yang dielii, ukuran perusahaan berpengaruh idak signifikan erhadap manajemen laba pada perusahaan yang melakukan IPO. Hasil ini idak sesuai dengan peneliian yang dilakukan Chen e al. (2005), Veronica dan Pramuka (2005), Sanjaya (2008), dan Nuryaman (2008), yang menyaakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negaif signifikan erhadap manajemen laba. Perbedaan hasil peneliian dengan hipoesis yang diajukan menjelaskan bahwa idak selalu ukuran perusahaan dapa dijadikan indikasi adanya manajemen laba. Hal ini dikarenakan perusahaanperusahaan publik di Asia Timur (ermasuk Indonesia) memiliki level ransparansi dan kualias

pengungkapan yang rendah, yang mengakibakan invesor kurang memiliki informasi yang akura enang kredibilias laporan keuangan (Sanjaya, 2008). Berdasarkan hasil pengujian, arus kas operasi erbuki dapa meminimalisir erjadinya manajemen laba pada perusahaan yang melakukan IPO di Indonesia. Hasil peneliian ini mendukung peneliian Chen e al. (2005), Aussenegg e al. (2009) dan Nasii dan Gumani (2011) yang menyimpulkan bahwa perusahaan dengan arus kas operasi yang inggi akan menghindari penggunaan discreionary accruals unuk menaikkan ingka laba. Hal ini dikarenakan arus kas dari akivias operasi mencerminkan kemampuan riil perusahaan dalam menghasilkan dana (arus dana) sehingga jika arus kas dari akivias operasi perusahaan elah inggi, moivasi unuk melakukan manajemen laba akan menurun karena perusahaan secara riil mampu menghasilkan dana yang cukup (Nasii dan Gumani, 2011). Ada beberapa hal yang menjadi caaan, yang sekaligus menjadi keerbaasan peneliian. Perama, peneliian ini mengunakan meode purposive sampling, dimana peneliian ini idak memasukkan perusahaan dari subsekor keuangan sera real esae dan properi sehingga kurang dapa mewakili perusahaan IPO secara keseluruhan. Kedua, peneliian ini masih erbaas menelii mekanisme aa kelola perusahaan berdasar beberapa karakerisik, yaiu komposisi dewan komisaris independen, komie audi dan srukur kepemilikan saham sehingga masih belum dapa dijadikan acuan penuh unuk mengeahui pengaruh aa kelola perusahaan erhadap prakik manajemen laba. Keiga, nilai adjused R-square dalam peneliian ini masih sanga kecil, yang menunjukkan masih banyak fakor lain yang idak diikuserakan dalam model peneliian unuk mendeeksi manajemen laba. 5. Penuup Peneliian ini berujuan unuk menganalisis mekanisme aa kelola perusahaan yang diukur dari komposisi dewan komisaris independen, keberadaan komie audi besera srukur kepemilikan saham dalam membaasi prakik manajemen laba pada 75 perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2012. Peneliian ini juga menyerakan dua variabel konrol, yaiu ukuran perusahaan dan arus kas operasi dengan ujuan memperkua model pengujian. Hasil pengujian

menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris, kepemilikan publik, kepemilikan insiusional dan kepemilikan manajerial berpengaruh negaif dan signifikan erhadap manajemen laba. Peneliian ini juga menemukan arus kas operasi berpengaruh negaif signifikan erhadap manajemen laba. Dafar Pusaka Aharony, J., Lin, C., dan Loeb, M.P. 1993. Iniial Public Offerings, Accouning Choices, and Earnings Managemen. Conemporary Accouning Research, 10 (1): 61-81. Amin, A. 2007. Pendeeksian Earnings Managemen, Underpricing, dan Pengukuran Kinerja Perusahaan yang Melakukan Iniial Public Offering (IPO) di Indonesia. Simposium Nasional Akunansi (SNA) X. Makasar. Aussenegg, W., P. Inwinkl, dan G. Schneider. 2009. Earnings Managemen and Accouning Sandards in Europe. Proceedings of he 2009 MFA Annual Meeing Ball, R. dan Shivakumar, L. 2008. Earnings Qualiy a Iniial Public Offerings. Journal of Accouning and Economics, 45(2-3): 324-349. Boediono, G S. B. 2005. Kualias Laba: Sudi Pengaruh Mekanisme Corporae Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisa Jalur. Simposium Nasional Akunansi VIII. Surakara. Bradbury, M., Mak, Y. dan Tan, S. 2006. Board Characerisics, Audi Commiee Characerisics and Abnormal Accruals. Pacific Accouning Review, 18: 47-68. Brown, L.D. & Caylor, M.L. 2004. Corporae Governance and Firm Performance. Georgia Sae Universiy Working Paper. Chen, K., Lin, K., dan Zhou, J. 2005. Audi Qualiy and earnings managemen for Taiwan IPO firms. Managerial Audiing Journal, 20: 86-104. Corne, M.M., Marcus, A.J., dan Tehranian, H. 2008. Corporae Governance and Pay-For-Performance: The Impac of Earnings Managemen..Journal of Financial Economics, 87: 357-373. Dechow, P., Sloan, R., dan Sweeney, A. 1995. Deecing Earnings Managemen. The Accouning Review, 70: 193-225. Darmawai, D., Khomsiyah, dan Rahayu, R.G. 2004. Hubungan Corporae Governance dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akunansi VII. Bali. Fama, E. F. dan Jensen, M.C. 1983. Separaion of Ownership and Conrol. Journal of Law and Economics, XXVI. Friedlan, M.L. 1994. Accouning Choices of Issuers of Iniial Public Offerings. Conemporary Accouning Research, 11 (1): 1-31. Ghozali, Imam. 2013. Analisis Mulivaria dengan Program SPSS, edisi 7. Semarang: BPFE-Universias Diponegoro. Gumani, T.A. 2001. Earnings Managemen pada Penawaran Pasar Perdana di Bursa Efek Jakara. Jurnal Rise Akunansi Indonesia, 4(2): 165-183. Gumani, T.A. dan Praseiawai, W. 2011. Board of Commissioner, Dualiy Role and Earnings Managemen of IPO in Indonesia. Jurnal Akunansi dan Keuangan, 13 (2): 80-86. Healy, P. dan Wahlen, J. 1999. A Review of Earning Managemen Lieraures and Is Implicaion for Sandard Seing. Accouning Horizon. 13(4): 365-383. Irawan, M.. A. dan Gumani, T.A. 2008. Earnings and Cashflows Performances Surrounding IPO. Simposium Nasional Akunansi (SNA) XI. Ponianak. Jensen, M. 1986. Agency Cos of Free Cash flow, Corporae Finance and Takeover. American Economics Review, 76: 323-329. Jensen, M.C. 1993. The Modern Indusrial Revoluion, Exi, and The Failure of Inernal Conrol Sysems. The Journal of Finance, 48 (3): 831-880. Jensen, Michael C. & W.H. Meckling. 1976. Theory of he Firm: Managerial Behaviuor, Agency Cos and Ownwership Srucure. Journal of Financial Economics.3: 305-360 Jiambalvo, J. 1996. Discussion of Causes and Consequences of Earnings Manipulaion: An analysis of Firms Subjec o Enforcemen Acions by SEC. Conemporary Accouning Research, 13: 37-47. Jones, J. 1991. Earnings Managemen during Impor Relief Invesigaions. Journal of Accouning Research, 29: 193-228. Joni dan Jogiyano, H. M. 2009. Hubungan Manajemen Laba Sebelum IPO dan Reurn Saham dengan Kecerdasan Invesor sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Rise Akunansi Indonesia, 12(1): 51-67. Klein, A., 2002. Audi Commiee, Board of Direcor Characerisics, and Earnings Managemen. Journal of Accouning and Economics, 33: 375-400.

Lande, Adriani; Subeki, Imam dan Mardiai, Endang. 2014. Pengaruh Taa Kelola Perusahaan, Kecakapan Manajerial, dan Rasio Leverage erhadap Manajemen Laba. Simposium Nasional Akunansi (SNA) XVII. Maaram. Meyhi. 2006. Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham dengan Persisensi Laba Sebagai Variabel Inervening. Simposium Nasional Akunansi (SNA) IX. Padang. Nasii, Ari Sia dan Gumani, Taang Ary. 2011. Kualias Audi dan Manajemen Laba Pada Iniial Public Offering di Indonesia. Simposium Nasional Akunansi (SNA) XIV. Banda Aceh. Nasuion, Mariho dan Seiawan, Doddy. 2007. Pengaruh Corporae Governance erhadap Manajemen Laba di Indusri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akunansi (SNA) X. Makassar. Nuryaman. 2008. Pengaruh Konsenrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Dan Mekanisme Corporae Governance Terhadap Manajemen Laba. Simposium Nasional Akunansi (SNA) XI. Ponianak. Pambudi, J. E. dan Sumanri, F. A. 2014. Kualias Audi, Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap Manajemen Laba. Simposium Nasional Akunansi (SNA) XVII. Maaram. Peasnell, K.V., Pope, P.F. dan Young, S. 2005. Board Monioring and Earnings Managemen: Do Ouside Direcors Influence Abnormal Accruals? Journal of Business Finance & Accouning. 32 (7) & (8): 1311-1346. Rahman, A.R. dan Ali, M.F.H. 2006. Board, Audi Commiee, Culure and Earnings Managemen: Malaysian Evidence. Managerial Audiing Journal, 21 (7): Rahmawai, Yacob S., dan Nurul Q. 2006. Pengaruh Asimeri Informasi erhadap Prakik Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yang Terdafar di Bursa Efek Jakara. Simposium Nasional Akunansi VI. Padang. Raja, D. R., Anugerah, R., Desmiyawai dan Kamaliah. 2014. Akivias Manajemen Laba: Analisis Peran Komie Audi, Kepemilikan Insiusional, Persenasi Saham Publik dan Leverage. Simposium Nasional Akunansi (SNA) XVII. Maaram. Saleh, N. M., Iskandar, T. M., and Rahma, M. M. 2005. Earnings Managemen and Board Characerisics: Evidence from Malaysia. Jurnal Pengurusan, 24: 77-103. Sanjaya, I. P. 2008. Audior Eksernal, Komie Audi, dan Manajemen Laba. Jurnal Rise Akunansi Indonesia, 11(1): 97-116. Sco, W. S. 2011. Financial Accouning Theory, 6 h ed. Canada: Prenice Hall. Teoh, S., Welch, J., dan Wong, T. 1998. Earnings Managemen and The Long-run Performance of Iniial Public Offering. Journal of Finance, 53: 1935-1974. Tiswiyani, Wiwik, Dewi Firiyani dan Wiralesari. 2012. Analisis Pengaruh Komisaris Independen, Komie Audi, dan Kepemilikan Insiusional erhadap Manajemen Laba. Jurnal Peneliian Universias Jambi Seri Humaniora, 14 (1): 61-66. Tykvova, Tereza. 2006. IPOs and Earnings Managemen in Germany, in Gregorio, G. Iniial Public Offerings: An Inernaional Perspecive: 281-296. Ujiyanho, M. Arief dan Pramuka, B.A. 2007. Mekanisme Corporae Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Sudi pada Perusahaan Go Public Sekor Manufakur). Simposium Nasional Akunansi (SNA) X. Makassar. Veronica, Sylvia. dan Uama, Sidhara. 2005. Pengaruh Srukur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan PrakikCorporae Governance erhadap Pengelolaan Laba (Earnings Managemen). Simposium Nasional Akunansi (SNA) VIII. Solo. Wardhani, R. 2006. Mekanisme Corporae Governance dalam Perusahaan Yang Mengalami Permasalahan Keuangan (Financially Disressed Firms). Simposium Nasional Akunansi (SNA) IX. Padang. Warganegara, D. dan Indriasari, I. 2009. Do Indonesian Firms Inflae heir Repored Earnings Prior o IPOs? Journal of Financial Reporing & Accouning, 7(2): 61-79. Widyaningdyah, Agnes Uari. 2001. Analisis Fakor-Fakor Yang Berpengaruh Terhadap Earning Managemen pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Jurnal Akunansi & Keuangan Universias Krisen Pera, 3 (No.2). Wilopo.2004.The Analysis of Relaionship of Independen Board of Direcors, Audi Commiee, Corporae Performance and Discreionary Accruals.Venura,7(1):73-83. Wiranaa, Yulius Ardy dan Nugrahani, Yeerina Widi. 2013. Pengaruh Srukur Kepemilikan Terhadap Profiabilias Perusahaan Manufakur Di Indonesia. Jurnal Akunansi dan Keuangan, 15 (1): 15-26. Xie, Biao., Wallace N. Davidson and Peer J. Dadal. 2003. Earning Managemen and Corporae Governance: The Roles Of The Board and The Audi Commiee. Journal of Corporae Finance, 9: 295-316. Zahra S. A. dan Pearce J. A. 1989. Boards of Direcors and Corporae Performance: A review and Inegraive Model. Journal of Managemen, 15(2): 291-334.