STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN PENDEKATAN TOTAL FAKTOR PRODUCTIVITY 1) Oleh: Syahrituah Siregar, SE, MA 2)

dokumen-dokumen yang mirip
DUKUNGAN OJK ATAS PROGRAM INVESTASI DI LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

Bab II LANDASAN TEORI

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA TERSTRUKTUR MODEL LIMA KEKUATAN PORTER

Apakah Perekonomian Indonesia Melambat?

UPAH MINIMUM SEBAGAI JARING PENGAMAN, BUKAN SEBAGAI UPAH STANDAR Oleh:

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Teknik Elektro, Busono Soerowirdjo, Ph.D

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013

Hutan. Padang, 20 September Peneliti pada Balai Litbang Hutan Tanaman Palembang

USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH SEBAGAI DINAMISATOR DAN STABILISATOR PEREKONOMIAN INDONESIA

VISI MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KAB. LOMBOK BARAT

RESPON PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING TERHADAP KONDISI KRISIS EKONOMI

Anggaran Berbasis Kinerja

by : Andika Putra Utami; Yunike Rahmi; Dewi Permata Sari; Bismatullah; Ismadi

JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL. Yang dibimbing oleh Roro Arinda Reswanti Julian Pratama, S.E.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2006 Dekan Fakultas Sastra, Prof. Dr. Indiyah Imran. Renstra Fakultas Sastra Universitas Gunadarma

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Teknik Sipil, Andi Tenrisukki Tenriajeng, ST, MT

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Diploma Tiga Teknik Komputer, Muhammad Subali, ST, MT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2015

Manajemen Proyek. Manajemen

Pedoman Perlidungan Kawasan Ekosistem Esensial

BUKU INDIKASI KAWASAN HUTAN & LAHAN YANG PERLU DILAKUKAN REHABILITASI TAHUN 2003

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta dengan luas 661,52 km 2 dan jumlah populasi jiwa serta kepadatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

SEKRETARIAT NASIONAL KETERBUKAAN PEMERINTAH (OPEN GOVERNMENT INDONESIA) & !

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Teknik Mesin, Dr. Syahbudin

STUDI KELAYAKAN AGRIBISNIS

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Sistem Komputer, Dr.-Ing. Farid Thalib

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini, menunjukkan bahwa industri ini memiliki potensi yang menjanjikan. Hal ini dapat dilihat

Kabupaten :. Kelompok Hutan :.

MEMBANGUN E-GOVERNMENT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 4. ANALISIS dan PEMBAHASAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2016

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2006 Dekan Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Bambang Wahyudi, SKom., MMSI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PROGRAM KERJA JURUSAN JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

PERATURAN & TATA TERTIB PRAKTIKUM ANALISIS DAN PERANCANGAN PERUSAHAAN

PANDUAN PERENCANAAN KOLABORATIF PSABM

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2007 Ketua Program Studi Psikologi, Retnaningsih, SPsi., MPsi.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Berdasarkan System Development Life Cycle (SDLC) metode waterfall yang

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Kompensasi

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

W.10 PEMANFAATAN PELAKU PARIWISATA DI PROPINSI NTB SEBAGAI SUMBER DAYA CYBER DEFENCE GUNA MENGHADAPI PERANG ASIMETRI

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

BAB IV KURIKULUM PROGRAM STUDI

TEKNIK BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2017

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

Ringkasan untuk Pembuat Kebijakan

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Real Estat 1 *

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

III. METODE PENELITIAN. dan keberlanjutan usaha pada usaha yang berhasil perlu dilakukan untuk

LKjIP Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Oleh : Yuli Nurmayanti 1, Dini Rochdiani 2, Cecep Pardani 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DANA BANTUAN LANGSUNG - DBL

PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN

BAB II. LANDASAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS. determinan perilaku. Determinan perilaku adalah faktor-faktor yang membedakan

Ini adalah Contoh: Jika ada yang berminat dengan Format *.Doc Silahkan kontak: Telp/SMS : Terima kasih!

1.1. Latar Belakang. Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman Isu-isu strategis

NILAI-NILAI BERSAMA KEMITRAAN PLATFORM PANTAU GAMBUT

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BPK 1. PENDAHULUAN

AKURASI DAN MACAM ANGGARAN

Komentar dan Rekomendasi. 2. Cholis Abrori

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. PLN, di ganti menjadi kwh meter digital yang dapat memberikan nilai lebih

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

A. IDENTITAS B. DESKRIPSI MATAKULIAH C. TUJUAN MATAKULIAH

PENGEMBANGAN MODEL QUALITY MANAGEMENT SYSTEM (QMS) PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

DISKURSUS KEBIJAKAN PERTEMBAKAUAN (RUUP) DALAM KONTEKS SDGs

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah

Peran Penyaluran Kredit Non Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi: Perspektif dari Negara Emerging G20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

Dalam menentukan harga setiap usaha mungkin memiliki strategi yang berbeda-beda. Namun

Target dan Rencana Kerja, pasangan yang tidak bisa di pisahkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN KINERJA PENGADILAN TINGGI AGAMA GORONTALO TAHUN 2016

Wonosobo, Juli 2014 Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Wonosobo. M. ZUHRI, S.Sos., M.Si

Taman edukasi profesi dan Rekreasi anak medan

ANALISIS KELEMAHAN SISTEM LAMA Hanif Al Fatta M.Kom

BAB 1 PENDAHULUAN. manufaktur bersaing dengan ketat dalam memproduksi barang, konsumen menjadi

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Gatot (1999), ekowisata mulai menjadi isu nasional di Indonesia

ANALISIS BIAYA KEMACETAN AKIBAT TUNDAAN LALU LINTAS

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI D3 KOMPUTERISASI AKUNTANSI FAKULTAS ILMU TERAPAN TELKOM UNIVERSITY

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN SISTEM INFORMASI UNTUK MANAJEMEN DATA MINERAL

TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT KALIWUNGU KENDAL TAHUN 2028 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB III PROFIL RESPONDEN DAN LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

Transkripsi:

STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN PENDEKATAN TOTAL FAKTOR PRODUCTIVITY 1) Oleh: Syahrituah Siregar, SE, MA 2) Pendahuluan Secara umum aktivitas pembangunan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dengan melalui penciptaan kemajuan diberbagai bidang. Meski bersifat multidimensinal aspek eknmi nampak menjadi unsur pkk. Tingkat pertumbuhan eknmi (grwth rate) yang tinggi, diwakili angka pertumbuhan Prduk Dmestik (Reginal) Brut / PDRB, sering menjadi indikatr kemajuan pembangunan. Padahal, untuk menjamin terujudnya hal tersebut secara mapan dan berkesinambungan diperlukan perkembangan (develpment) seluruh kmpnen secara kualitatif dan kuantitatif, berupa sftware (sistem dan aturan main), hardware (institusi atau kelembagaan), dan yang lebih penting brainware ( pla pikir dan kapasitas/kapabilitas SDM). Dalam knteks daerah, seperti dikemukakan Slihin (accessed n July 2008), pembangunan bertujuan untuk: Mengurangi disparitas atau ketimpangan pembangunan antar daerah dan antar sub daerah serta antar warga masyarakat (pemerataan dan keadilan). Memberdayakan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan. Menciptakan atau menambah lapangan kerja. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat daerah. Mempertahankan atau menjaga kelestarian sumber daya alam agar bermanfaat bagi generasi sekarang dan generasi masa datang (berkelanjutan). Untuk mencapai tujuan pembangunan diperlukan strategi yang tepat. Strategi menjadi kridr bagi berbagai langkah sistematis yang knsisten untuk mencapai tujuan ataupun visi dan misi pembangunan. Didalamnya tersusun priritas-priritas yang harus dilaksanakan sebagai kunci keberhasilan dengan mempertimbangkan segala sumberdaya internal dan eksternal yang ada. Strategi pembangunan nasinal sejak era rde baru dikenal dengan Trilgy Pembangunan, yang terdiri dari Pertumbuhan, Pemerataan, dan Stabilitas. Penekanan ditetapkan secara dinamis sesuai dengan situasi dan kndisi aktual yang dihadapi. Perujudan jaminan keadilan eknmi ditempuh melalui 8 (delapan) jalur pemerataan. Kabinet Indnesia Bersatu saat ini menetapkan prgram pembangunannya dengan menggunakan strategi tiga jalur (triple track strategy) sebagai manifestasi dari strategi pembangunan yang lebih pr-grwth, pr-emplyment dan pr-pr. Operasinalisasi knsep strategi tiga jalur tersebut dirancang melalui hal-hal sebagai berikut: Peningkatan pertumbuhan eknmi di atas 6.5 persen per tahun melalui percepatan investasi dan ekspr. Pembenahan sektr riil untuk mampu menyerap tambahan angkatan kerja dan menciptakan lapangan kerja baru. Revitalisasi pertanian dan perdesaan untuk berkntribusi pada pengentasan kemiskinan. Frmulasi strategi pembangunan daerah adalah bagian dari prses perencanaan. Berbagai metde, seperti analisis SWOT, Ballanced Screcard, AHP, dan lain-lain dapat diterapkan untuk menyusun strategi pembangunan. 1) Disampaikan di Banjarmasin pada acara Strategic Frum Peningkatan Prduktivitas dan Daya Saing Reginal held by Disnakertrans Kalsel, 6 Agustus 2009 2) Dsen Fakultas Eknmi Unlam Banjarmasin

Pada intinya, syarat kualitas strategi yang baik dimulai dari pemahaman akan masalah yang ada. Untuk itu diperlukan analisis tentang kndisi internal dan eksternal bagi daerah secara menyeluruh dan tepat. Slihin (accessed n July 2008) menjelaskan : Analisis Daerah adalah suatu prses Pemahaman Daerah yang bertujuan untuk memperleh data dan infrmasi secara sistematis tentang kndisi utama lingkungan, fisik, ssial, eknmi, budaya, plitik, administratif dan kelembagaan dari suatu daerah yang sedang dikaji dan direncanakan pembangunannya. Tujuan yang menyeluruh dari analisis daerah adalah untuk meningkatkan pemahaman para perencana daerah dan masyarakat tentang situasi kini yang mendasar dan relevan untuk perumusan kebijakan dan pembuatan keputusan bagi pembangunan daerah. Analisis Daerah dimulai dengan analisis kndisi kualitatif pembangunan daerah pada saat ini, analisis kuantitatif, hingga pengidentifikasian persalan (prblems) daerah beserta sebab dan akibatnya, serta penggalian ptensi daerah yang ada. Hal ini diperlukan untuk merumuskan dan mendefinisikan tujuan, untuk mengevaluasi strategi atau pilihan dan dampaknya, serta untuk pengambilan keputusan strategi pembangunan yang akan diterapkan. Masalah Prduktivitas dalam Pembangunan Eknmi Salah satu masalah atau issue aktual dalam pembangunan daerah adalah rendahnya tingkat prduktivitas. Tingkat prduktivitas yang rendah akan melemahkan daya saing eknmi daerah ditingkat nasinal apalagi glbal. Pada gilirannya, pereknmian daerah yang bersangkutan tidak mampu menciptakan nilai tambah yang besar dalam prduksi atau cenderung mengeksplitasi sumber-sumber eknmi secara brs sehingga mengancam kesinambungan pembangunan. Taraf kesejahteraan tidak dapat ditingkatkan dengan ptimal dan cenderung terpuruk dalam keterbelakangan. Berdasarkan pengalaman, lemahnya daya saing eknmi daerah dan bisnis individual di daerah disebabkan leh ketergantungan atas mdal/kapital (input driven) secara kuantitatif. Sumberdaya itu digunakan secara tidak efisien dan tmatis tidak prduktif. Sementara itu, kualitas keahlian dan keterampilan tenaga kerja sebagai the man behind th gun tidak dikembangkan secara ptimal. Tenaga kerja dengan kapasitas dan kapabilitas yang signifikan tidak pernah menjadi tulang punggung kekuatan riil. Yang terjadi justru setiap peningkatan pendapatan dan pertumbuhan eknmi diciptakan melalui dminasi kapital, i.e. ngks yang besar. Peringkat Index Daya Saing Glbal (IDG) Indnesia dan Beberapa Negara Lain Negara 2008-2009 2007-2008 2004 Scre Rank Rank Rank USA 5.74 1 1 2 Jepang 5.38 9 8 9 Malaysia 5.04 21 21 31 China 4.70 30 34 46 Thailand 4.60 34 28 34 India 4.33 50 48 55 Indnesia 4.25 55 54 69 Philippines 4.09 71 66 77 Chad 2.85 134 131 104 Sumber : The Glbal Cmpetitivness Reprt, Wrld Ecnmic Frum, 2004 dan 2008 Terdapat 12 (dua belas) Pilar yang menentukan tingkat kmpetisi glbal, seperti chart dibawah ini. Dapat dikatakan, prduktivitas terkait dengan pilar efisiensi dan invasi. 2

Sumber : The Glbal Cmpetitivness Reprt, Wrld Ecnmic Frum, 2004 dan 2008 Peranan sektral dari berbagai lapangan usaha dalam membentuk PDRB merupakan gambaran struktur eknmi. Seperti terlihat pada tabel dibawah ini, selama 2003-2007 prduksi masih didminasi sektr Pertanian. Selanjutnya, sumbangan bagi PDRB diciptakan dari Pertambangan, Perdagangan, industri penglahan, dan lain-lain. N 1 Pertanian Struktur Eknmi Kalimantan Selatan Lapangan Usaha 2 Pertambangan&Pnggalian 3 Industri Penglahan 4 Listrik-Gas-Air Bersih 5 Knstruksi 6 Perdagangan-Htel-Rest 7 Transprtasi-Kmunikasi 8 Keuangan, Sewa dan JP 9 Jasa-jasa Lain PDB Sumber : BPS Kalsel Share (%) 2003 2004 2005 2006 2007 23.64 23.72 22.89 22.77 22.46 20.54 20.59 20.41 21.28 21.70 14.9 14.24 13.28 12.07 11.07 0.55 0.55 0.52 0.51 0.56 5.23 5.18 6.23 6.44 6.48 15.29 15.27 14.76 14.68 15.04 8.09 8.22 8.38 8.57 8.99 3.44 3.63 4.14 4.15 4.46 8.32 8.6 9.4 9.53 9.26 100 100 100 100 100 3

Keadaan ini sangat tidak seimbang jika dibandingkan dengan kmpsisi penduduk menurut lapangan kerja yang ditekuni. Seperti terlihat pada tabel dibawah, pertanian menampung pekerja dengan begitu besarnya jauh melebihi share dalam PDRB. Sektr Industri yang ptensial, meski relatif lebih seimbang, namun trendnya terus menurun. Akhirnya, seperti sudah diduga, sebagai kebalikan dari pertanian maka pertambangan menjadi tumpuan penciptaan prduksi padahal sifatnya rendah nilai tambah. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan Di Kalimantan Selatan Tahun 2003-2007 Lapangan Pekerjaan 2003 2005 2007 Pertanian 54.4 49.1 A 45.3 Pertambangan & Pnggalian 2.7 3.6 Industri Penglahan 10.2 8.7 Listrik, gas & air minum 0.3 0.3 M 15.4 Bangunan & Knstruksi 3.3 3.9 Perdagangan 11.9 20.1 Angkutan & Kmunikasi 5.3 4.1 Keuangan 0.7 0.6 S 39.3 Jasa 11.2 9.6 Lainnya 0.0 0.1 100 100 100 Sumber : Susenas beberapa edisi, dan Sakernas 2007, BPS Kalsel *) Agriculture (A) = Pertanian Manufacture (M) = Pertambangan, Industri, Listrik, Gas, Air Dan Bangunan/Knstruksi Services (S) = Perdagangan, Angkutan, Keuangan, Jasa Perusahaan Dan Jasa Perrangan Knsep TFP sebagai indikatr Prduktivitas Secara umum prduktivitas diartikan sebagai perbandingan antara nilai utput/hasil yang dicapai dengan input/sumber daya yang digunakan, atau dapat difrmulasikan sebagai berikut : Prduktivitas = Jumlah Keluaran Jumlah Masukan Jika berkait dengan tenaga kerja, inputnya bisa dihitung dengan jumlah pekerja atau ngks yang dikeluarkan bagi penggunaan pekerja dalam prduksi (biasanya upah dan gaji). Menurut NN (manual), secara umum pertumbuhan eknmi dan penguatan daya saing dapat bersumber dari penambahan mdal dan tenaga kerja. Akan tetapi yang lebih penting dari hal di atas adalah berasal dari pertumbuhan nilai lebih yang biasa disebut Prduktivitas Faktr Ttal (TFP). Pertumbuhan TFP merupakan hasil dari kemampuan melakukan invasi (innvatin) dan penciptaan nilai yang bermanfaat (value creatin). Selama ini kebijakan yang dilakukan hanya mengejar pertumbuhan eknmi, sementara peningkatan prduktivitas dan penguatan daya saing belum mendapat perhatian yang serius dalam prses pembangunan baik secara makr (nasinal dan daerah) maupun di tingkat mikr (perusahaan/lembaga bisnis) sehingga sumbangan pertumbuhan prduktivitas terhadap pertumbuhan pendapatan nasinal/daerah dan perusahaan belum banyak berarti. 4

Frmulasi Ttal Factr Prductivity Sebagaimana diuraikan Sugiyant (2006, accessed n Juli 2009), dalam teri pertumbuhan eknmi klasik yang dikembangkan leh Slw, faktr input tenaga kerja dan mdal adalah determinan pertumbuhan eknmi suatu negara. Selain tenaga kerja dan mdal terdapat faktr sisa (Slw residual) yang mempengaruhi pertumbuhan eknmi yang disebut dengan ttal factr prductivity (TFP). Secara matematis difrmulasikan : Berasal dari persamaan mdel makr :, Y = ttal utput A = ttal-factr prductivity K = capital input L = labr input α = is the capital input share f cntributin 1- α = is the labr input share f cntributin Ttal Factr Prductivity (TFP) atau A adalah Y/F(K,L) Pertumbuhan dalam ttal-factr prductivty (TFPG) menunjukkan pertumbuhan utput yang berada diluar pengaruh factr input (secara fisik). Lebih lanjut, Sugiant menjelaskan knsep TFP mengungkap pengaruh technlgical prgress (perkembangan teknlgi) seperti penguasaan teknlgi prduksi, tingkat pendidikan dan keahlian tenaga kerja, kemampuan penguasaan teknlgi dan lain sebagainya terhadap pertumbuhan eknmi. Secara empiris jelas tidak mudah untuk mengetahui pengaruh dan peran teknlgi ini karena sifatnya yang embdied kedalam peran mdal dan tenaga kerja itu sendiri. Dekmpsisi peran teknlgi dalam prses ini untuk menunjukkan peran managerial yang akhirnya terkait perumusan kebijakan untuk meningkatkan prduktivitas. Pendekatan mdel empiris perhitungan TFP Untuk mengaplikasikannya kedalam tataran praktis, umumnya parameter faktr didekati dengan indikatr sesuai data yang tersedia, yakni Y diukur dengan Prduk Dmestik (Reginal) Brut/PDRB, stk kapital dicerminkan leh data pembentukan mdal tetap brut (PMTB), Labr diwakili rata-rata labr cst yang diukur dengan rata-rata upah dan gaji. Lebih lanjut, frmulasi pertumbuhan utput diketahui sebagai hasil kntribusi pertumbuhan kapital, pertumbuhan tenaga kerja dan pertumbuhan TFP, sebagaimana frmula berikut: Yt = TFPGt* + St Kt* + St Lt* dimana Yt = Pertumbuhan Output (Added Value) TFP* = Kntribusi Pertumbuhan Ttal Factr Prductivity (TFPG) St Kt* = Kntribusi Pertumbuhan Kapital (Fixed Asset) St Lt* = Kntribusi Pertumbuhan Tenaga Kerja (Emplyees) 5

Cnth Simulasi: Sumber : Nugrh, Bashkr Agung, (Accessed n July 2009) TFP yang bernilai negatif mengindikasikan bahwa penambahan jumlah tenaga kerja menjadi beban eknmi reginal. Output yang dihasilkan hanya cukup untuk meningkatkan pendapatan per kapita yang habis dipakai untuk knsumsi. Tidak ada sisa lebih utput yang dapat digunakan sebagai investasi tahun-tahun berikutnya. Sebagai gambaran, TFP Indnesia masih jauh tertinggal dari negara-negara lain. Bahkan, sejak tahun 1960-an tidak mencapai 2%. Bank Indnesia pada tahun 2007 mengestimasi TFP Indnesia pada peride 1985 hingga 2006 hanya mencapai 1,38%. Bahkan beberapa studi lain menunjukkan TFP Indnesia masih dibawah 1%. Malaysia dan Thailand telah mencapai diatas 2% sedangkan Krea telah mencapai TFP 3,1%. Menuju Perumusan Strategi Pembangunan Daerah Berbasis TFP Dari bentuk hubungan dalam simulasi dan frmula diatas, sedikitnya ada dua skenari untuk meningkatkan TFP. Pertama, meningkatkan pertumbuhan nilai tambah utput, dan kedua menurunkan beban biaya atas input, yakni pekerja dan mdal. Dengan situasi speperti ini maka indikasi TFP jika dipandang secara parsial dapat mengech dan mengarahkan pada rientasi strategi yang keliru. Baier (2005) dalam risetnya berjudul Hw Imprtant Are Capital and Ttal Factr Prductivity fr Ecnmic Grwth menemukan dari 145 negara yang diteliti, dimana sebagiannya menggunakan rentang data lebih dari 100 tahun, hanya 14%-nya yang menunjukkan knsistensi hubungan psitif antara rata-rata pertumbuhan utput perpekerja dengan pertumbuhan TFP. Ini merupakan petunjuk agar kebijakan dapat dibuat dengan cara yang paling tepat karena kenaikan TFP tidak selamanya berarti psitif bagi kesejahteraan pekerja. Hasil penelitian Suparyati (Accessed Juli, 2009) menyatakan kebijakan prmsi ekspr memiliki tingkat signifikan yang tinggi terhadap pertumbuhan TFP industri, sedangkan kebijakan subtitusi impr menunjukkan tingkat signifikan yang rendah. Ekspr dan keluasan pasar sebagai wujud daya saing adalah wahana meningkatkan nilai tambah utput suatu perreknmian. Jika ini direspn secara linear maka berarti baik bagi Kalsel untuk terus menjual bahan mentahnya ke pasar ekspr. Sebuah riset internasinal menunjukkan labr-cst unit pekerja di Indnesia relatif tinggi dibanding negara lain. Hal ini terjadi karena nilai tambah utput industri yang umumnya bersifat padat karya juga relatif rendah. Jika ini direspn secara linear maka berarti baik bagi Indnesia untuk terus menekan tingkat upah supaya rendah. Oleh karena itu, pemanfaatan indikatr TFP dalam knteks visiner/jangka panjang, kiranya lebih tepat. Secara mendasar prduktivitas adalah bagian supply-side macr ecnmy yang bersifat jangka panjang. Langkah kebijakan yang ditempuh akan terkait pada upaya peningkatan gradual atas kapasitas dan kapabilitas SDM, skala akumulasi mdal, dan kemajuan teknlgi. 6

Dengan menerapkan Ttal Faktr Prduktivitas sebagai strategi pembangunan dan penguatan daya saing maka sedikitnya terdapat 6 level strategi, yaitu: 1. Sumber Daya Manusia - Mendrng peningkatan kapasitas dan kapabilitas SDM yang dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan (educatin and training) secara terarah. Hasil survey tahun 1990-an di Indnesia kegiatan pelatihan hanya dilakukan leh 18,9% perusahaan sedangkan di Malaysia sudah mencapai 84%. Ini memerlukan sinergi antara pemerintah dan swasta. - Menjaga kelayakan upah sebagai insentif bagi peningkatan prduktivitas - Dalam skala mikr, mengembangkan reward and punishment dengan berbasis kinerja 2. Struktur Mdal - Mengembangkan prgram penguatan permdalan bagi KUKM - Pemberian priritas bagi keikutsertaan pengusaha daerah dalam berbagai kegiatan pembangunan - Pemberian priritas bagi pengusaha daerah dalam berbagai kepemilikan asset diberbagai bidang usaha 3. Struktur Eknmi - Penganekaragaman prduk industri/manufaktur berbasis SD lkal untuk memperkuat basis industri - Pengembangan prduksi berrientasi pemenuhan kebutuhan secara mandiri (pemenuhan pasar lkal) 4. Teknlgi - Mendrng berlangsungnya invasi dan pengembangan teknlgi tepat guna. - Mengembangkan riset dan penerapan iptek - Mengembangkan kearifan lkal - Menjamin berlangsungnya transfer teknlgi dalam setiap pryek investasi asing (belajar dari fenmena Nike, dan lain-lain) 5. Pasar - Mengembangkan ptensi pasar seluas-luasnya, termasuk melalui sarana e-cmmerce - Menghilangkan distrsi pasar pada semua tingkatan 6. Infrastruktur - Menjamin kepastian, keadilan, dan transparansi dalam regulasi sembri memberantas praktik Undegrund Ecnmy - Pengembangan infrastruktur dasar - Pengembangan sistem infrmasi dengan cara yang paling efisien - Mengembangkan kerja sama reginal Kesimpulan Strategi pembangunan daerah menjadi kridr bagi berbagai langkah sistematis yang knsisten untuk mencapai tujuan ataupun visi dan misi pembangunan di daerah. Melalui pendekatan Ttal Faktr Prductivity (TFP) rientasi pembangunan harus diarahkan untuk menjamin tercapainya peningkatan prduktivitas. Perlu adanya kecermatan dalam merumuskan strategi agar tidak terjebak pada kepentingan jangka pendek. Pemanfaatan indikatr TFP dalam knteks visiner/jangka panjang, kiranya lebih tepat bagi pembangunan karena secara mendasar persalan prduktivitas adalah bagian supply-side macr ecnmy yang bersifat jangka panjang. Untuk itu, strategi peningkatan prduktivitas menyangkut 6 (enam) level pembenahan: SDM, Struktur Mdal, Struktur Eknmi, Teknlgi, Pasar, dan Infrastruktur. 7

Daftar Pustaka Baier, Sctt L, 2005. Hw Imprtant Are Capital And Ttal Factr Prductivity Fr Ecnmic Grwth?, Federal Reserve Bank Of Atlanta, Accessed On July 2009 BPS Kalsel, 2000-2007, Susenas dan Sakernas beberapa edisi, 2007, Nugrh, Bashkr Agung,. Simulasi Perhitungan TFP Grwth, Accessed n July 2009 Prter, Michael E, & Schwab, Klaus, 2008. The Glbal Cmpetitivness Reprt 2008-2009, Wrld Ecnmic Frum, Geneva, 2008, Accessed On July 2009 Slihin, Dadang, 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah: Knsep, Strategi, Tahapan, dan Prses, Transkrip Presentasi pada Diklat Perencanaan Pembangunan Eknmi Daerah Depdagri, Jakarta, Accessed On July 2009 Sugiyant, FX dan Farah, Alfa,.Ttal Factr Prductivity (Tfp) Dan Pertumbuhan Eknmi Jawa Tengah (2001-2005). Labratrium Studi Kebijakan Eknmi FE UNDIP, Semarang Suparyati, Agustina,.Analisis Dampak Keterbukaan Eknmi Terhadap Ttal Factr Prductivity Industri Indnesia, Fakultas Eknmi, Universitas Trisakti, Accessed On July 2009 8