JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

III. KERANGKA PEMIKIRAN

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor)

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

JIIA, VOLUME 4 No. 3 AGUSTUS 2016 DAYA SAING USAHATANI KARET RAKYAT DI DESA KEMBANG TANJUNG KECAMATAN ABUNG SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

Bab IV Pengembangan Model

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

STRATEGI PEMILIHAN PRODUK UNGGULAN DAN KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI WIJEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

Economic Rent Analysis of Timber Estate Log Production in Indonesia

MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

LATIHAN SOAL KWU XII

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

ANALISIS FINANSIAL PEMBUATAN SAPU GLAGAH DI KABUPATEN PURBALINGGA (Studi Kasus Pada Industri Kecil Sapu Glagah)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

Transkripsi:

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency) Rico Pahlevi, Wan Abbas Zakaria, Umi Kalsum Jurusan Agribisnis, Fakulas Peranian, Universias Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemanri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145, Telp. 085269258396, e-mail: ricodomo@gmail.com ABSTRACT The sudy aimed o analyze he financial feasibiliy of luwak coffee agroindusry. The research was conduced a Balik Buki disric of Wes Lampung Regency. This locaion was seleced purposively. The research used primary and secondary daa. The research samples were 2 agro indusries which were chosen purposively. The daa was colleced in Okober o November 2012. The financial feasibiliy was analyzed by NPV, IRR, Ne B/C, Gross B/C, Payback Period, BEP and sensiiviy. The resuls showed ha small and micro agroindusries of luwak coffee a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency were financially feasible and profiable o be developed, he increase of cos and decrease of produc s price influenced he luwak coffee agro indusries. Keywords: financial feasibiliy, macro agroindusry, luwak coffee, small agroindusry PENDAHULUAN Kopi merupakan komodii perkebunan yang masuk dalam kaegori komodii sraegis di Indonesia. Indonesia adalah produsen kopi erbesar keiga di dunia seelah Brazil dan Vienam dengan menyumbang sekiar 6% dari produksi oal kopi dunia, dan Indonesia merupakan pengekspor kopi erbesar keempa dunia dengan pangsa pasar sekiar 11% di dunia (Raharjo, 2013). Poensi yang dimiliki anaman kopi membua pemerinah sadar akan peningnya komodias perkebunan ersebu. Perkembangan produksi kopi di Indonesia elah mencapai 600.000 on per ahun dan lebih dari 80% berasal dari perkebunan rakya. Devisa yang diperoleh dari ekspor kopi dapa mencapai ± US $ 882,06 jua pada ahun 2009 dengan volume ekspor kopi secara keseluruhan sebesar 518,12 jua on (BPS Provinsi Lampung, 2012). Provinsi Lampung merupakan salah sau senra produksi kopi yang ada di Indonesia. Senra produksi kopi di Provinsi Lampung erdapa di Kabupaen Lampung Bara dengan luas areal 59.629 hekar dan produksi 61.215 on pada ahun 2012 (Disbun Provinsi Lampung, 2013). Cukup melimpahnya sumberdaya domesik di wilayah ini didukung dengan jaringan pemasaran yang luas diharapkan dapa mempercepa perumbuhan agribisnis kopi di Provinsi Lampung. Salah sau produk kopi olahan yang dihasilkan di Kabupaen Lampung Bara yang dinilai memiliki poensi bisnis yang besar di Indonesia adalah kopi luwak yang senra produksinya erdapa di Kecamaan Balik Buki. Kopi luwak merupakan kopi yang dihasilkan dari proses fermenasi melalui peru binaang luwak aau musang yang memakan buah kopi maang (berwarna merah) dan segar kemudian dikeluarkan dalam benuk feses. Kopi luwak memiliki nilai jual yang sanga inggi di pasar, eruama di pasar dunia. Peluang pasar kopi luwak sanga menjanjikan dan masih erbuka luas dengan didukung keersediaan bahan baku yang melimpah di Kabupaen Lampung Bara (Febriani, 2011). Beberapa pelaku agroindusri kopi luwak mengaku mengalami kendala dalam mengembangkan agroindusri kopi luwak. Bagi agroindusri kopi luwak yang masih ergolong agroindusri rumahan aau mikro, modal dan dan biaya invesasi yang inggi merupakan kendala erbesar dalam mengembangkankan agroindusri kopi luwak sehingga idak sediki agroindusri kopi luwak yang masih berskala kecil erpaksa menuup usahanya dikarekan masalah modal dan invesasi. Bagi agroindusri kopi luwak yang ergolong agroindusri kecil dan memiliki modal yang cukup memiliki kendala dalam memasarkan produk yang dihasilkan ddikarenakan informasi pasar yang erbaas dan perminaan pasar akan kopi luwak 48

yang cukup inggi belum diimbangi dengan koninuias produksi kopi luwak sehingga perminaan pasar akan kopi luwak menjadi flukuaif. Pasokan bahan baku juga menjadi kendala bagi pengusaha. Jika bahan baku idak ersedia maka oomais proses produksi kopi luwak akan erheni. Beberapa permasalahan yang elah dijelaskan di aas menyebabkan agroindusri kopi luwak erhamba pengembangannya dan perlu diperanyakan apakah agroindusri kopi luwak di Kecamaan Balik Buki mengunungkan dan layak unuk diusahakan. Berdasarkan apa yang dipaparkan di aas, peneliian ini diujukan unuk mengeahui kelayakan usaha agroindusri kopi luwak baik yang berskala kecil maupun mikro di Kecamaan Balik Buki, Kabupaen Lampung Bara. METODE PENELITIAN Peneliian ini menggunakan meode analisis menggunakan meode analisis kuaniaif dan kualiaif. Analisis kuaniaif digunakan unuk mengeahui kelayakan usaha yang diliha dari aspek finansial, sedangkan analisis kualiaif digunakan unuk mengeahui kelayakan usaya yang diliha dari aspek pasar, eknis, manajemen dan organisasi, sosial dan lingkungan. Lokasi peneliian berempa di Kecamaan Balik Buki Kabupaen Lampung Bara. Penenuan lokasi peneliian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan perimbangan bahwa Kecamaan Balik Buki merupakan senra agroindusri kopi luwak di Kabupaen Lampung Bara. Peneliian dilakukan pada bulan Okober hingga November 2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sengaja (purposive). Sampel dienukan menuru krieria skala agroindusri berdasarkan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 enang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Jenis daa yang digunakan adalah daa primer dan sekunder. Daa primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pelaku agroindusri kopi luwak. Daa sekunder berasal dari insansiinsansi erkai dengan peneliian anara lain Dinas Perkebunan, Badan Pusa Saisik, sera sumbersumber lain yang berhubungan dengan peneliian. Pengolahan daa dilakukan dengan menggunakan meode abulasi yang diolah dengan menggunakan Microsof Excel. Meode analisis daa yang digunakan adalah analisis finansial yang erdiri dari NPV, IRR, B/C Raio dan analisis sensiifias (Kadariah,2001). 1) Ne Presen Value (NPV) Ne Presen Value (NPV) aau nilai unai bersih merupakan meode unuk menghasilkan keunungan bersih yang dierima pelaku agroindusri kopi luwak. NPV dapa dirumuskan sebagai beriku: NPV = PV Benefi PV Cos.(1) Keerangan: PV Benefi = PV Pendapaan (+) PV Cos = PV Pendapaan (-) Krieria pengukuran pada analisis ini adalah: a) NPV > 0, maka invesasi agroindusri kopi luwak layak secara finansial b) NPV < 0, maka invesasi agroindusri kopi luwak idak layak secara finansial c) NPV = 0, maka invesasi agroindusri kopi luwak berada pada posisi iik impas (Break Even Poin) 2) Inernal Rae of Reurn (IRR) Inernal Rae of Reurn (IRR) merupakan suau ingka bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh invesasi proyek. IRR dapa dirumuskan sebagai beriku: NPV IRR i 1 i...(2) 1 NPV NPV 2 1 1 2 Keerangan: NPV = Ne Presen Value i 1 = Tingka discoun rae yang menghasilkan NPV 1 i 2 = Tingka discoun rae yang menghasilkan NPV 2 Krieria pengukuran pada analisis ini adalah: a) IRR > i, maka invesasi agroindusri kopi luwak layak secara finansial b) IRR < i, maka invesasi agroindusri kopi luwak idak layak secara finansial c) IRR = i, maka invesasi agroindusri kopi luwak berada pada posisi iik impas (Break Even Poin) i 49

3) Ne Benefi Cos Raio B/C Ne benefi cos raio (Ne B/C) merupakan perbandingan anara ne benefi yang elah didiskon posiif dengan ne benefi yang elah didiskon negaif. Ne B/C dapa dirumuskan sebagai beriku: n 1 1 b c 1 i Ne B/C...(3) n c b 1 i Keerangan: Ne B/C = Ne benefi cos raio B = Penerimaan bersih ahun C = Biaya pada ahun I = Tingka bunga = Tahun (waku ekonomis) Krieria pengukuran pada analisis ini adalah: a) Ne B/C > 1, maka invesasi agroindusri kopi luwak layak secara finansial b) Ne B/C < 1, maka invesasi agroindusri kopi luwak idak layak secara finansial c) Ne B/C = 1, maka invesasi agroindusri kopi luwak berada pada posisi Break Even Poin 4) Gross Benefi Cos Raio (Gross B/C) Gross Benefi Cos Raio (Gross B/C) adalah perbandingan anara penerimaan manfaa dari suau invesasi dengan biaya yang dikeluarkan. Gross B/C dapa dirumuskan sebagai beriku: n b i 1i Gross B/C...(4) n C 1 1i Keerangan: Gross B/C = Gross Benefi Cos Raio B = Penerimaan bersih ahun C = Biaya pada ahun I = Tingka bunga = Tahun (waku ekonomis) Krieria pengukuran pada analisis ini adalah: a) Gross B/C > 1, maka invesasi agroindusri kopi luwak layak secara finansial b) Gross B/C < 1, maka invesasi agroindusri kopi luwak idak layak secara finansial c) Gross B/C = 1, maka invesasi agroindusri kopi luwak berada pada posisi Break Even Poin 5) Analisis Sensiifias Analisis sensiifias aau laju kepekaan adalah suau kegiaan menganalisis kembali suau proyek unuk meliha apakah yang akan erjadi pada proyek ersebu bila suau proyek idak berjalan sesuai rencana. Analisis sensiifias dapa dirumuskan sebagai beriku: Laju Kepekaan X 1 Y 1 X 0 x100% X...(5) Y 0 x100% Y Keerangan: X 1 = NPV/IRR/Ne B/C raio seelah perubahan. X 0 = NPV/IRR/Ne B/C raio seelah perubahan X = Raa-raa perubahan NPV/IRR/Ne B/C raio Y 1 = Harga jual/biaya produksi/produksi seelah erjadi perubahan Y 0 = Harga jual/biaya produksi/jumlaproduksi sebelum erjadi perubahan Y = Raa-raa perubahan harga jual/biaya produksi/produksi Krieria laju kepekaan: a) Laju kepekaan > 1, maka hasil usaha aau proyek peka/sensiif erhadap perubahan b) Laju kepekaan < 1, maka hasil usaha aau proyek idak peka/idak sensiif erhadap perubahan (Giinger, 1993). HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah responden agroindusri kopi luwak sebanyak dua orang dengan pengalaman usaha selama 4-5 ahun. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 enang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), suau usaha dikaakan usaha mikro apabila memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000, dan suau usaha dikaakan usaha kecil apabila memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000-Rp500.000.000 (Depkop Indonesia, 2008). Berdasarkan Undang- Undang ersebu, agroindusri kopi luwak di daerah peneliian erdapa sau agroindusri kopi luwak berskala mikro dengan nilai kekayaan aau invesasi sebesar Rp38.000.000 dan sau 50

agroindusri berskala kecil dengan nilai kekayaan sebesar Rp140.500.000. Nilai kekayaan ersebu didapa dari besarnya nilai invesasi yang dikeluarkan pelaku usaha agroindusri kopi luwak idak ermasuk anah dan bangunan empa usaha. Keragaan Agroindusri Kopi Luwak Bahan baku kopi luwak merupakan buah kopi maang dan segar yang diperoleh dari daerah sekiar agroindusri seperi Sekincau, Sukau, dan Way Tenong. Pada agroindusri kopi luwak berskala kecil diperlukan 2 Kg buah per harinya unuk sau ekor luwak. Guna mendapakan 1 Kg kopi luwak dalam benuk bubuk seiap ekor luwak memerlukan 9-10 Kg buah kopi unuk diproses menjadi biji kopi dalam benuk feses. Tenaga kerja pada agroindusri kopi luwak berasal dari dalam dan luar keluarga. Biaya enaga kerja yang dikeluarkan pelaku agroindusri sebesar Rp25.000 per harian orang kerja. Unuk memproduksi kopi luwak selama seahun diperlukan harian orang kerja sebesar 1.642,5 HOK. Pada agroindusri kopi luwak berskala mikro idak berbeda jauh dengan agroindsuri kopi luwak berskala kecil dalam hal pemberian pakan buah kopi. Unuk memproduksi kopi luwak diperlukan 4.800 Kg buah kopi perahun dengan rincian seiap ekor luwak memerlukan 2 Kg buah kopi maang dan segar per harinya. Unuk memproduksi kopi luwak selama seahun diperlukan harian orang kerja sebesar 1.282,5 HOK. Buah kopi yang dijadikan pakan luwak dibeli para pelaku agroindusri dengan harga Rp9.000. Pakan luwak selain kopi, seperi pisang dan pepaya diberikan ke binaang luwak sebagai makanan selingan. Diperlukan 1,5 2 sisir pisang unuk seiap ekor per bulan dengan harga Rp. 7000/sisir. Buah pepaya diperlukan 1 buah seiap harinya dengan harga sebesar Rp5.000/buah. Rincian bahan baku dan bahan penolong yang diperlukan dapa diliha pada Tabel 1. Tabel 1. Keragaan agroindusri kopi luwak di Kecamaan Balik Buki, ahun 2013 Uraian Agroindusri Agroindusri Kecil Mikro Jumlah luwak (ekor) 60 30 Buah kopi/ahun (Kg) 9.600 4.800 Pisang/ahun (Kg) 760 420 Pepaya/ahun (Kg) 640 360 Kopi bubuk/ahun (Kg) 960 480 Upah enaga kerja (Rp) 41.062.500 32.562.500 1. Aspek Pasar Peluang pasar kopi luwak masih cukup luas karena produk yang dihasilkan belum memenuhi perminaan pasar. Ranai pemasaran kopi luwakpada agroindusri kopi luwak dapa diliha pada Gambar 1. Produsen 60% 40% Gambar 1. Ranai pemasaran kopi luwak pada agroindusri kopi luwak di Kecamaan Balik Buki Kabupaen Lampung Bara, ahun 2013 Pelaku agroindusri mendisribusikan kopi luwak ke para pedangang pengecer maupun konsumen langsung. Produk kopi luwak yang dihasilkan agroindusri kopi luwak baik berskala kecil maupun mikro dipasarkan ke produsen pedagang pengecer di Kabupaen Lampung Bara hingga Bandar Lampung bahkan ke luar Provinsi Lampung seperi Palembang, Jakara, Bandung dan koa-koa lainnya sebesar 60%. Produk agroindusri kopi luwak berskala kecil maupun mikro di disebarkan ke konsumen rumah angga maupun resoran-resoran yang berada di Lampung Bara dan Bandar Lampung sebesar 40%. Daerah-daerah pemasaran ersebu menunjukkan bahwa kopi luwak yang dihasilkan elah banyak diminai di berbagai daerah di dalam maupun di luar provinsi. Hal ersebu merupakan prospek yang baik bagi usaha pengembangan agroindusri kopi luwak. 2. Aspek Teknis Pedagang Pengecer Konsumen 60% Konsumen Teknologi yang digunakan dalam menjalankan usaha kopi luwak dapa dikaakan masih sederhana dan cukup mudah sehingga sebagian besar masyaraka mampu mengusahakan agroindusri kopi luwak. Peralaan disesuaikan dengan kopi yang akan di produksi menjadi kopi luwak seiap kali proses. Mesin giling, mesin pengupas, mesin penggorengan, dan mesin press adalah salah sau upaya yang dapa dilakukan para pelaku agroindusri unuk memaksimalkan pendapaan yang dihasilkan pada agroindusri kopi luwak. 51

3. Aspek Manajemen dan Organisasi Agroindusri kopi luwak melakukan manajemen dalam menjalankan usahanya meskipun manajemen yang dilakukan masih sederhana dan idak erulis. Jika diliha dari aspek organisasi, agroindusri kopi luwak memiliki srukur organisasi sebagai beriku: Karyawan Bagian Pengurus binaang luwak Gambar 2. Srukur organisasi kopi luwak di Kecamaan Balik Buki, ahun 2013 Tipe organisasi agroindusri kopi luwak adalah ipe organisasi garis dimana wewenang mengalir langsung dari pimpinan kepada bawahan. Pada srukur organisasi ersebu pemilik usaha kopi luwak ersebu langsung membawahi karyawan dengan bidangnya masing-masing. 4. Aspek Sosial dan Lingkungan Adanya agroindusri kopi luwak berdampak posiifnya bagi lingkungan sekiar dengan ersedianya lapangan pekerjaan baru bagi masyaraka sekiar sehingga dapa meningkakan kesejaheraan pemilik dan masyaraka sekiar. Aroma dan limbah kopi luwak idak mencemari lingkungan disekiar agroindusri seperi udara dan air. Hal ini menunjukkan bahwa agroindusri kopi luwak layak diusahakan dan memiliki prospek pengembangan yang baik. 5. Aspek Finansial Pemilik Karyawan Bagian Proses/Pengemasan Analisis finansial digunakan unuk mengeahui manfaa dari agroindusri kopi luwak di masa yang akan daang yang dapa diliha dari besarnya keunungan. Indikaor besarnya keunungan yang dierima agroindusri kopi luwak apakah layak unuk dikembangkan dapa diliha dari NPV > 0, Ne B/C >1, Gross B/C > 1, dan IRR. Dalam peneliian ini ingka suku bunga yang digunakan sebesar 14% yang merupakan ingka suku bunga pinjaman Bank Rakya Indonesia pada ahun peneliian. Tabel 2. Biaya invesasi agroindusri kopi luwak di Kecamaan Balik Buki Keerangan Jml. Harga/uni Toal (Rp) (Rp) Agroindusri 100.000.000 100.000.000 Kecil: 1. Pabrik 1 100.000.000 100.000.000 2. Luwak 60 1.000.000 60.000.000 3. Kandang 60 700.000 42.000.000 4. Mesin kupas 1 7.000.000 7.000.000 5. Mesin bubuk 1 5.000.000 5.000.000 6. Mesin goreng 1 40.000.000 40.000.000 7. Press oomais 1 8.000.000 8.000.000 8. Press manual 2 250.000 500.000 Toal 270.500.000 Agroindusri Mikro: 1. Pabrik 1 75.000.000 75.000.000 2. Luwak 30 1.000.000 30.000.000 3. Kandang 30 750.000 22.500.000 4. Press manual 2 250.000 500.000 Toal 128.000.000 Biaya-biaya yang digunakan dalam usaha agroindusri kopi luwak erdiri dari biaya invesasi dan biaya operasional. Biaya invesasi erdiri dari biaya pembangunan pabrik, pembuaan kandang, pembelian mesin dan peralaan. Berdasarkan Tabel 2 di aas dikeahui bahwa biaya invesasi yang dikeluarkan agroindusri kopi luwak berskala kecil sebesar Rp270.500.000, sedangkan pada agroindusri kopi luwak berskala mikro biaya invesasi yang dikeluarkan sebesar Rp128.000.000. Biaya operasional erdiri dari biaya enaga kerja, bahan baku, lisrik, ransporasi, pajak bangunan, dan lain-lain. Biaya operasional per ahun yang dikeluarkan agroindusri kopi luwak berskala kecil Rp219.000.000, sedangkan pada agroindusri kopi luwak berskala mikro sebesar Rp153.000.000. Rincian biaya operasional agroindusri kopi luwak baik berskala kecil maupun mikro di Kecamaan Balik Buki dapa diliha pada Tabel 3. Tabel 3. Biaya operasional per ahun agroindusri kopi luwak di Kecamaan Balik Buki, ahun 2013 Biaya Agroindusri Agroindusri Kecil (Rp) Mikro (Rp) 1. Produksi 128.382.000 98.812.000 2. Transporasi 1.200.000 1.000.000 3. Tenaga Kerja 41.062.500 32.562.500 4. Peralaan 8.690.000 4.470.000 5. Depresiasi 36.621.428 14.285.714 6. Pajak Bangunan 10.000 10.000 7. Lisrik 3.000.000 2.400.000 Toal 218.965.928 153.040.214 52

Tabel 4. Analisis finansial agroindusri kopi luwak di Kecamaan Balik Buki pada ingka suku bunga 14% (cf/df =14%), ahun 2013 No Uraian Agroindusri Agroindusri Kecil Mikro 1. NPV (Jua) 2.856,65 992,61 2. IRR (%) 85,05 64,98 3. Ne B/C 5,81 4,76 4. Gross B/C 1,76 1,43 5. Pp (ahun) 4,02 4,39 6. BEP uni 431,78 281,73 7. BEP harga (Rp) 269.860 352.167 Pada Tabel 4 diaas asumsi yang digunakan dalam menghasilkan nilai Ne B/C, Gross B/C, NVP, dan IRR agroindusri kopi luwak, bahwa dalam cash flow akan mengalami penambahan biaya pada saa invesasi yang ada elah habis umur ekonomisnya sehingga dilakukan pembelian kembali aas invesasi ersebu. Biaya peralaan diasumsikan fla aau sama seiap ahunnya sesuai dengan biaya penyusuan yang erjadi dari peralaan ersebu. Penerimaan juga diasumsikan sama seiap ahunnya dengan perkiraan bahwa produksi yang dilakukan seiap ahunnya idak mengalami perubahan. Berdasarkan skenario ersebu didapakan nilai Ne B/C, Gross B/C, NVP, dan IRR pada agroindusri kopi luwak di Kecamaan Balik Buki, Kabupaen Lampung Bara. a) Analisis Ne Presen Value (NPV) NPV adalah suau meode yang pada dasarnya berujuan unuk mencari selisih anara penerimaan dengan pengeluaran uang pada saa sekarang. Besarnya nilai NPV pada agroindusri kopi luwak berskala kecil sebesar Rp2.856.649.889 yang berari bahwa nilai NPV lebih besar dari nol aau bernilai posiif. Sedangkan unuk agroindusri kopi luwak berskala mikro sebesar Rp992.605.326. Nilai keunungan bersih ersebu bernilai posiif aau lebih besar dari nol (NPV>0), menunjukkan bahwa selisih anara nilai sekarang dari benefi aau penerimaan bersih agroindusri yang dierima oleh pengusaha adalah lebih besar dari nilai oal biaya yang dikeluarkan unuk usaha kopi luwak. Hal ini sesuai dengan peneliian Hadi (2011) bahwa agroindusri kopi luwak merupakan usaha yang mengunungkan dengan NPV bernilai posiif. Hasil NPV agroindusri kopi luwak berskala kecil maupun mikro layak unuk diusahakan dan dikembangkan. b) Analisis Inernal Rae of Reurn (IRR) Besarnya nilai IRR pada agroindusri kopi luwak berskala kecil sebesar 85,05%, sedangkan unuk agroindusri kopi luwak berskala mikro sebesar 64,98%. Nilai IRR ersebu adalah lebih besar dari ingka suku bunga yang berlaku pada saa peneliian yaiu 14%. Nilai ini berari bahwa usaha agroindusri kopi luwak di Kecamaan Balik Buki berskala kecil maupun mikro akan memberikan reurn o he capial invesed sebesar nilai IRR pada masing-masing agroindusri selama umur ekonomis invesasi bangunan. Nilai IRR agroindusri kopi luwak memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan peneliian sebelumnya yang sejenis. Pada peneliian Ermayuli (2011) bahwa IRR agroindusri pembuaan keripik alas di Kabupaen Lampung Bara dengan nilai sebesar 60%. Hal ini menunjukkan bahwa agroindusri kopi luwak mengunungkan dan layak unuk diusahakan. c) Analisis Ne B/C Raio Ne B/C yang diperoleh dari hasil analisis finansial agroindusri kopi luwak berskala kecil sebesar 5,8l, sedangkan unuk agroindusri kopi luwak berskala mikro didapa nilai Ne B/C sebesar 4,76. Dengan demikian usaha kopi luwak di Kecamaan Balik Buki Kabupaen Lampung Bara mengunungkan dan layak unuk diusahakan dan dikembangkan karena memiliki nilai Ne B/C melebihi nilai yang sudah dikrieriakan yaiu lebih dari 1. d) Analisis Gross B/C Raio Gross B/C yang diperoleh dari hasil analisis finansial agroindusri kopi luwak berskala kecil sebesar 1,76. Hal ini berari agroindusri kopi luwak berskala kecil layak unuk diusahakan dan dikembangkan karena seiap Rp1.000.000 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan agroindusri kopi luwak berskala kecil sebesar Rp1.760.000, sedangkan Gross B/C yang diperoleh dari hasil analisis finansial agroindusri berskala mikro sebesar 1,43. Hal ini dapa diarikan agroindusri kopi 53

luwak berskala mikro layak unuk diusahakan dan dikembangkan karena seiap Rp1.000.000 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan agroindusri sebesar Rp1.430.000. Dari hasil Gross B/C agroindusri kopi luwak berskala kecil maupun mikro layak unuk diusahakan dan dikembangkan. e) Analisis Payback Period Payback period unuk agroindusri berskala kecil selama 4,02 ahun, yang arinya biaya invesasi agroindusri kopi luwak dapa dikembalikan dalam jangka waku 4 ahun 2 hari. Sedangkan payback period unuk agroindusri kopi luwak berskala mikro selama 4,39 ahun, yang arinya biaya invesasi agroindusri kopi luwak brskala kecil dapa dikembalikan dalam jangka waku 4 ahun 3 bulan 9 hari. Secara keseluruhan, agroindusri kopi luwak memiliki nilai IRR, NPV, Ne B/C, dan Gross B/C yang lebih besar dari krieria kelayakan. Secara keseluruhan disimpulkan bahwa usaha Kopi luwak di Kecamaan Balik Buki, Kabupaen Lampung Bara mengunungkan dan secara finansial layak unuk dikembangkan. 6. Analisis Sensiifias Analisis sensiifias aau laju kepekaan merupakan suau kegiaan menganalisis kembali suau proyek unuk mengeahui perubahan nilai Ne B/C, Gross B/C, NPV, IRR, dan Payback Period yang erjadi aas pengaruh seperi kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual produk. Hasil perhiungan Laju kepekaan erhadap kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual produk pada agroindusri kopi luwak dapa diliha pada Tabel 5 dan 6. Tabel 5. Laju kepekaan erhadap kenaikan biaya produksi pada agroindusri kopi luwak di Kecamaan Balik Buki, ahun 2013 Laju Kepekaan Terhadap Kenaikan Biaya Produksi Agroindusri Kecil Agroindusri Mikro NPV (Jua) 0,75 0,89 IRR (%) 1,03* 0,90 Ne B/C 1,01* 1,06* Gross B/C 0,50 0,32 PP (ahun) 0,32 0,33 Tabel 6. Laju kepekaan erhadap penurunan harga jual pada agroindusri kopi luwak di Kecamaan Balik Buki, ahun 2013 Laju Kepekaan Terhadap Penurunan Harga Jual Agroindusri Kecil Agroindusri Mikro 1. NPV (Jua) 1,01* 1,02* 2. IRR (%) 0,83 0,76 3. Ne B/C 0,82 0,89 4. Gross B/C 0,40 0,27 5. PP (ahun) 0,26 0,27 Keerangan: * = peka/sensiif Berdasarkan hasil analisis sensiivias agroindusri kopi luwak berskala kecil, pengaruh yang diberikan erhadap kenaikan biaya produksi sensiif ehadap nilai IRR dengan laju kepekaan sebesar 1,03 dan Ne B/C sebesar 1,01. Arinya perubahan ersebu mempengaruhi nilai IRR dan Ne B/C sebelum adanya perubahan kenaikan biaya produksi. Pengaruh yang diberikan erhadap penurunan harga jual sensiif erhadap nilai NPV dengan laju kepekaan sebesar 1,01. Arinya perubahan ersebu mempengaruhi nilai NPV sebelum adanya perubahan penurunan harga jual sehingga dapa mengurangi keunungan bagi pengusaha argoindusri kopi luwak. Namun agroindusri kopi luwak masih layak unuk diusahakan. Pada agroindusri kopi luwak berskala mikro, pengaruh yang diberikan erhadap kenaikan biaya produksi peka aau sensiif ehadap nilai Ne B/C dengan laju kepekaan sebesar 1,06. Arinya perubahan ersebu mempengaruhi nilai Ne B/C sebelum adanya perubahan kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual. Pengaruh yang diberikan erhadap penurunan harga jual sensiif erhadap nilai NPV dengan laju kepekaan sebesar 1,02. Arinya perubahan ersebu mempengaruhi nilai NPV sebelum adanya perubahan penurunan harga jual sehingga dapa mengurangi keunungan bagi pengusaha argoindusri kopi luwak. Namun agroindusri kopi luwak masih layak unuk diusahakan. Hasil analisis di aas dapa disimpulkan bahwa kenaikan produksi dan penurunan harga jual mempengaruhi agroindusri kopi luwak di Kecamaan Balik Buki. Pernyaaan ini didukung dengan peneliian Fransisdo (2011) bahwa kenaikan biaya produksi dan penurunan 54

harga jual mempengaruhi agroindusri keripik di Bandar Lampung. KESIMPULAN Berdasarkan peneliian yang elah dilakukan mengenai analisis kelayakan usaha agroindusri kopi luwak di Kecamaan Balik Buki, Kabupaen Lampung Bara dapa disimpulkan bahwa usaha kopi luwak baik berskala kecil maupun mikro merupakan usaha yang mengunungkan dan layak unuk dikembangkan. Kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual produksi mempengaruhi agroindusri kopi luwak di Kecamaan Balik Buki. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusa Saisik Provinsi Lampung. 2013. Volume dan Nilai Ekspor, Impor Indonesia. Badan Pusa Saisik Provinsi Lampung. Bandar Lampung. Deparemen Koperasi Indonesia. 2008. Krieria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Menuru UU No. 20 Tahun 2008 Tenang UMKM. hp://www.depkop.go.id/index.php?opion=co m/conen&view=aricle&id=129. Diakses anggal 1 Agusus 2013. Dinas Perkebunan Provinsi Lampung. 2012. Luas Areal dan Produksi Kopi Provinsi Lampung Menuru Kabupaen dan Koa. Dinas Perkebunan Provinsi Lampung. Bandar Lampung. Ermayuli. 2011. Analisis Teknik dan Finansial Agroindusri Skala Kecil Pada Berbagai Proses Pembuaaan Keripik Talas di Kabupaen Lampung Bara. Jurnal Teknologi Dan Indusri Hasil Peranian Volume 16, No.1, Mare 2011. Fakulas Peranian Universias Lampung. Bandar Lampung. Febriani. 2011. Kelayakan Kopi Luwak di Kabupaen Lampung Bara. Jurnal Teknologi Dan Indusri Hasil Peranian Volume 16, No.1, Mare 2011. Fakulas Peranian Universias Lampung. Bandar Lampung. Fransisdo TO. 2011. Analisis Pendapaan, Nilai Tambah dan Kelayakan Finansial Agroindusri Keripik di Bandar Lampung. Skripsi. Fakulas Peranian Universias Lampung. Bandar Lampung. Giinger JP. 1993. Analisa Proyek-proyek Peranian. UI Press. Jakara. Hadi RA. 2011. Analisis Nilai Tambah, Kelayakan Finansial dan Prospek Pengembangan Agroindusri Kopi Luwak di Pekon Way Mengaku Kecamaan Balik Buki Kabupaen Lampung Bara. Skripsi. Fakulas Peranian Universias Lampung. Bandar Lampung. Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi Edisi Kedua. Fakulas Ekonomi Universias Indonesia. Jakara. Raharjo B. 2013. Analisis Penenu Ekspor Kopi Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis. Vol 1, No. 1: Semeser Ganjil 2012/2013. Universias Brawijaya. Malang. 55