KOREKSI BIAS BETA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam situs BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal dari dua

BAB 2 LANDASAN TEORI

RETURN DAN RISIKO DALAM INVESTASI

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

PERILAKU HARGA SAHAM (STUDI DAMPAK RESHUFFLE KABINET INDONESIA BERSATU TERHADAP RETURN SAHAM LQ 45 DI BURSA EFEK JAKARTA) Oleh: Gunistiyo ABSTRAK

OVERVIEW 1/40

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

Analisis Model Indeks Tunggal Portofolio Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM-SAHAM PADA PERIODE BULLISH DI BURSA EFEK INDONESIA

Fauzi Adi Kurniawan Raden Rustam Hidayat Devi Farah Azizah Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENELITIAN DOSEN PEMULA

Dan untuk memperoleh persentase tingkat pengembalian selama setahun adalah:

BAB III METODE PENELITIAN

CAKUPAN PEMBAHASAN. APT (Arbritage Pricing Theory) Overview. Pengujian CAPM. CAPM (Capital Asset Pricing Model) Portofolio pasar.

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB III METODE PENELITIAN

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

ANALISIS PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE, LIQUIDITY, ASSETS GROWTH DAN ASSETS SIZE TERHADAP BETA SAHAM LQ 45 DI BURSA EFEK JAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

PROSEDUR MENGGUNAKAN STRATIFIED RANDOM SAMPLING METHOD DALAM MENGESTIMASI PARAMETER POPULASI

Bab III Analisis Rantai Markov

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

III. METODE PENELITIAN

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu objek penelitian dan desain penelitian.

ANALISIS MODEL INDEKS TUNGGAL PORTOFOLIO SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR INDONESIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Transkripsi:

KOEKSI BIAS BETA SAHAM DI BUSA EFEK INDONESIA PEIODE 2009-2012 Indah Saptorn (Perum Bulog Kalsel) Ff Swandar (Unverstas Lambung Mangkurat Banjarmasn) ABSTACT Ths study ams to determne whether the beta value of shares lsted on the Indonesa Stock Exchange (BEI) s a bas beta due to nonsynchronous tradng actvtes. There are 310 companes lsted on the Stock Exchange 2009-2012 perod sampled n ths study. The bas needs to be corrected. From three methods employed : the Scholes and Wllams (1977), the Dmson (1979), and the Fowler and orke (1983). esults of the analyss conclude that the shares on the Stock Exchange has a bas beta caused by not havng a securtes tradng for some tme. Ths resulted n the calculaton of IHSG the perod of t was based because t uses the closng prce of the perod t-1. In ths study bas beta correcton method Scholes and Wllams (1977), both one lag one lead and two lag two lead are better than the bas beta correcton method Dmson (1979) and the bas beta correcton method Fowler and orke (1983) because the value of beta Scholes and Wllams after corrected close to one. Keywords : Nonsynchronous tradngs, thn tradngs, bas ABSTAK Peneltan n bertujuan untuk mengetahu apakah nla beta saham yang terdaftar d Bursa Efek Indonesa (BEI) merupakan beta bas yang dsebabkan oleh perdagangan yang tdak snkron. Terdapat 310 perusahaan yang terdaftar d BEI perode 2009-2012 yang djadkan sampel dalam peneltan n. Metode koreks beta yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode koreks beta Scholes dan Wllams (1977), Dmson (1979), dan Fowler dan orke (1983). Hasl analss menympulkan bahwa saham-saham d BEI memlk beta bas yang dsebabkan oleh beberapa sekurtas tdak mengalam perdagangan 425

426 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 3, Oktober 2013 untuk beberapa waktu. Hal n mengakbatkan perhtungan IHSG perode ke-t mengalam bas karena menggunakan harga penutupan saham perode ke- t-1. Dalam peneltan n metode koreks bas beta Scholes dan Wllams (1977) satu lag satu lead maupun dua lag dua lead lebh bak darpada metode koreks bas beta Dmson (1979) dan metode koreks bas beta Fowler dan orke (1983) karena nla beta Scholes dan Wllams setelah dkoreks mendekat satu. Kata kunc: Pasar tdak snkron, pasar tps dan bas PENDAHULUAN Investor sebaga phak yang memlk kelebhan dana dapat melakukan nvestas pada sektor rl dan atau sektor keuangan. Investas d sektor keuangan dapat dlakukan pada pasar uang dan pasar modal. Pasar modal sebaga sarana nvestas menawarkan berbaga nstrumen nvestas, sepert saham, oblgas, dervarf keuangan, dan reksa dana. Saham sebaga alternatf nvestas menawarkan sejumlah keuntungan yang menark bag nvestor, bak dalam bentuk dvden maupun captal gan, dsampng tu nvestor juga dhadapkan pada rsko. sko dapat dartkan sebaga kemungknan tngkat keuntungan yang dperoleh menympang dar tngkat keuntungan yang dharapkan (Husnan,2009: 52), dmana besarnya rsko yang dhadap oleh nvestor bergerak searah dengan return yang dperoleh, semakn tngg rsko maka semakn tngg return yang dtawarkan, demkan sebalknya. Menurut Hartono (2010: 278), bagan dar rsko saham yang dapat dhlangkan dengan membentuk portofolo yang well-dversfed dsebut dengan rsko yang dapat ddversfkas (dversfabel rsk) atau rsko perusahaan (company rsk) atau rsko spesfk (specfc rsk) atau rsko unk (unque rsk) atau rsko tdak sstemats (unsystematc rsk). Sebalknya, rsko yang tdak dapat ddversfkaskan oleh portofolo dsebut dengan undversfable rsk atau rsko pasar (market rsk) atau rsko umum (general rsk) atau rsko sstematk (systematc rsk). sko n terjad karena kejadan-kejadan d luar kegatan perusahaan, sepert nflas, reses dan lan sebaganya. Ukuran rsko sstemats adalah beta saham. Perhtungan beta saham dantaranya dapat dlakukan dengan menggunakan market model dengan metode Ordnary Least Squares (OLS). Nla beta untuk pasar modal yang berkembang perlu dsesuakan. Alasannya adalah beta yang belum dsesuakan mash merupakan beta yang bas dsebabkan oleh perdagangan yang tdak snkron (non-synchronous tradng). Perdagangan tdak snkron n terjad d pasar yang transaks perdagangannya jarang terjad atau dsebut dengan pasar yang tps (thn market). Pasar modal yang tps merupakan cr dar pasar modal yang sedang berkembang (Hartono, 2010: 403) dan pasar modal Indonesa masuk dalam kelompok pasar modal yang sedang berkembang (emergng market). Menurut Hartono (2010: 415), pengujan untuk mengetahu kebasan beta dapat dlakukan dengan membandngkan rata-rata tertmbang beta semua sekurtas d pasar dengan nla 1. Beta pasar merupakan rata-rata tertmbang dar beta masng-masng

Indah Saptorn & Ff Swandar, Koreks Bas Beta Saham d Bursa Efek Indonesa... 427 sekurtas d pasar. Jka tdak terjad bas, maka beta pasar hasl dar rata-rata tertmbang n akan sama dengan 1, akan tetap jka terjad perdagangan tdak snkron, sehngga beta untuk ndvdual sekurtas akan menjad bas, maka beta pasar hasl rata-rata tertmbang tersebut akan tdak sama dengan 1. Beta pada pasar modal yang sedang berkembang cenderung bas karena tpsnya perdagangan saham. Koreks terhadap bas yang terjad untuk beta saham akbat perdagangan tdak snkron dapat dlakukan dantaranya dengan menggunakan (Hartono, 2010: 418) metode yang dusulkan oleh Scholes dan Wllams (1977), Dmson (1979), dan Fowler dan orke (1983). Pengujan efek perdagangan tdak snkron (thn market) d pasar modal yang sedang berkembang (emergng market) terhadap bas nla beta pasar telah dlakukan oleh beberapa penelt terdahulu, Hartono dan Suranto (2000) melakukan peneltan d Bursa Efek Jakarta dengan perode observas Me 1995 Me 1997 dengan data return haran, hasl peneltan mereka menunjukkan adanya bas beta dan dar ketga model beta koreksan Scholes dan Wllams (1977), Dmson (1979), dan Fowler dan orke (1983), model Fowler dan orke merupakan metode terbak dalam mengurang bas beta, temuan lan dar peneltan Hartono dan Suranto (2000) adalah data yang tdak berdstrbus normal dapat menyebabkan bas beta dan dbutuhkan penyesuaan perode yang panjang (4 lag dan 4 lead) untuk mengurang bas beta, sedangkan setelah dlakukan normalsas data bas beta dapat dkurang dengan hanya dbutuhkan penyesuaan 1 lag dan 1 lead perode. Sercu, Vandebroek dan Vnamont (2008) melakukan peneltan Thn In Eeffects n Beta: Bas v. Estmaton Error d New York Stock Exchange. Peneltan n menghaslkan bahwa dsemua perkraan percobaan serta dalam rl-data, bas cenderung rendah namun standar error lebh tngg. Percobaan pada hedge-portofolo menunjukkan bahwa prosedur estmas apapun, meskpun sudah yang palng aman dan sesua dengan ukuran serta jens ndustr, hanya akan menambah gangguan. Ada hubungan yang jelas antara varans portofolo dan varans dar estmator beta yang dgunakan d portofolo penetral-pasar, jauh melebh efek menguntungkan dar bas. Pasarbu (2009) melakukan peneltan bas beta d Bursa Efek Indonesa perode tahun 2007 dengan menggunakan data return haran, ternyata hasl peneltannya berbeda dengan yang dlakukan oleh Hartono dan Suranto, saham-saham d Bursa Efek Indonesa terjad bas beta, tetap dar ketga metode beta koreksan tersebut, pada data tdak berdstrbus normal metode terbak adalah metode Scholes-Wllams dengan perode koreks 2 lag dan 3 lead, sedang untuk data return berdstrbus normal, metode Fowler- orke adalah metode yang memada dalam mengurang bas pada beta saham dengan perode koreks 3 lag dan 1 lead. Hasl peneltan Lucky dan Kurnasar (2006) d Bursa Efek Jakarta, juga berbeda dengan hasl peneltan Hartono dan Suranto (2000), pada nterval waktu yang sama, yatu 2 tahun dengan menggunakan data return haran, dmana metode terbak dalam mengurang bas beta adalah metode Dmson. Peneltan lannya, dlakukan oleh Dacoganns dan Makr (2008) pada Athens Stock Exchange (ATSE) perode Januar 2001 sampa dengan 2004 dengan menggunakan data return haran, mngguan dan bulanan, hasl peneltan mereka dengan menggunakan model Hawawn (1983) menunjukkan bahwa estmas beta

428 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 3, Oktober 2013 terbak dengan menggunakan data return haran dengan portofolo berkaptalsas kecl dan hasl perbandngan antara nla beta hasl perhtungan market model dengan Ordnary Least Square (OLS) dengan model Dmson (1977) dan Cohen et. al (1983a) tdak ada perbedaan yang sqnfkan. Peneltan analss koreks bas beta lannya, dlakukan oleh Saputra (2010) pada Bursa Efek Indonesa (BEI) perode 2003-2007 menggunakan nterval waktu 1 tahun, 2 tahun dan 5 tahun dengan menggunakan data return haran, hasl peneltan menunjukkan bahwa metode koreks bas beta Blume (1971) lebh bak darpada metode koreks bas beta Dmson (1979). Mollk dan Bepar (2010) melakukan peneltan pada Dhaka Stock Exchange (DSE) perode 2000-2007 mengena ketdakstablan beta, hasl peneltan menunjukkan bahwa tngkat ketdakstablan beta tdak turun secara sgnfkan pada saat dperksa dalam tradng non-keseluruhan dan tradng kecl yang dgambarkan oleh metoda Dmson bahkan tngkat ketdakstablan beta sama dengan pasar yang berkembang. Berdasarkan latar belakang masalah d atas serta adanya perbedaan dalam hasl peneltan terdahulu, maka penelt tertark untuk melakukan peneltan tentang Koreks Bas Beta Saham d Bursa Efek Indonesa Perode 2009-2012. A. umusan Masalah 1. Apakah nla beta saham yang terdaftar d Bursa Efek Indonesa (BEI) merupakan nla yang bas? 2. Apakah metoda Scholes dan Wllams (1977), Dmson (1979), atau Fowler dan orke, (1983) merupakan metode yang mengarah ke nla 1 dalam mengkoreks bas beta? B. Tujuan Peneltan Berdasarkan rumusan masalah d atas, maka tujuan peneltan n adalah sebaga berkut: 1. Mengetahu apakah nla beta saham yang terdaftar d Bursa Efek Indonesa merupakan beta yang bas. 2. Menentukan nla beta koreksan dengan menggunakan metode Scholes dan Wllams (1977), Dmson (1979), atau Fowler dan orke, (1983) dan menentukan metode mana yang mengarah ke nla 1 dalam mengoreks bas beta. C. Manfaat Peneltan Manfaat peneltan yang dharapkan dalam peneltan adalah sebaga berkut: 1. Member masukan kepada manajer maupun nvestor agar dapat mengetahu koreks beta mana yang terbak, karena beta merupakan faktor yang sangat pentng dalam pengamblan keputusan dalam bernvestas. 2. Peneltan n juga dharapkan dapat menjad bahan acuan bag penelt selanjutnya yang berhubungan dengan beta koreksan pada perdagangan saham d bursa efek.

Indah Saptorn & Ff Swandar, Koreks Bas Beta Saham d Bursa Efek Indonesa... 429 A. TINJAUAN TEOITIS 1. sko Pengertan sko TINJAUAN PUSTAKA Menurut Hanaf (2009: 1), rsko ddefnskan sebaga kejadan yang merugkan, defns lan yang serng dpaka untuk analss nvestas, adalah kemungknan hasl yang dperoleh menympang dar yang dharapkan. Jens sko sko nvestas total dapat dpsahkan menjad dua jens rsko. Kedua jens rsko tersebut menurut Tandelln (2010: 104) adalah rsko sstemats dan rsko tdak sstemats. 2. eturn Model Indeks Tunggal Secara matemats, model ndeks tunggal adalah sebaga berkut (Tandelln, 2010: 132) : = á + e 3. Beta M Pengertan Beta Menurut Hartono (2010: 376), beta adalah pengukur rsko sstematk dar suatu sekurtas atau portofolo relatf terhadap rsko pasar. Mengestmas Beta Beta suatu sekurtas dapat dhtung dengan teknk estmas yang menggunakan data hstors. Bukt-bukt emprs menunjukkan bahwa hstors mampu menyedakan nformas tentang beta masa depan (Elton dan Gruber, 1994) dalam Hartono (2010: 377). Beta Pada Thn Market Beta untuk pasar modal yang sedang berkembang perlu dsesuakan. Alasannya adalah beta yang belum dsesuakan mash merupakan beta yang bas dsebabkan oleh perdagangan tdak snkron (Hartono, 2010: 403). Koreks Terhadap Bas Beta Saham Beberapa metode yang dgunakan untuk mengkoreks bas yang terjad untuk beta sekurtas akbat perdagangan tdak snkron. Metode-metode n dantaranya adalah yang dusulkan oleh Scholes dan Wllams (1977), Dmson (1979) dan Fowler dan orke (1983)

430 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 3, Oktober 2013 B. HASIL PENELITIAN TEDAHULU Adapun rngkasan atas penjelasan rset terdahulu dapat dlhat pada tabel berkut: Tabel 2.1. Peneltan Peneltan Terdahulu Terdahulu No Penelt Judul Peneltan Metode dan alat analss 1. Hartono dan Suranto, (2000) Bas In Beta Values and Its Correcton: Emprcal Evdence from the Jakarta Stock Exchange Model Scholes dan Wllams (1977), Dmson (1979), dan Fowler dan orke (1983). Hasl Dar ketga model koreksan yang dgunakan: Scholes dan Wllams (1977), Dmson (1979), dan Fowler dan orke (1983), model Fowler dan orke merupakan model yang palng bak dalam mengurang bas beta. Selan tu, bas nla beta dperkuat dengan data return yang tdak berdstrbus normal. Sedangkan data return yang berdstrbus normal dapat mengurang bas beta dengan segera, bas beta dengan data return tdak berdstrbus normal penyesuaan membutuhkan perode yang lebh panjang (4 lag dan 4 lead), sedangkan dengan data return yang berdstrbus normal penyesuaan hanya membutuhkan 1

Indah Saptorn & Ff Swandar, Koreks Bas Beta Saham d Bursa Efek Indonesa... 431 2. 3. Sercu, Vandebroek dan Vnamont (2008) Dacoganns dan Paraskev Makr (2008) Thn In Eeffects n Beta: Bas v. Estmaton Error Estmatng Betas n Thnner Markets: The Case of the Athens Stock Exchange Model smulas Monte-Carlo, Dmson s beta, dan Hansen- Hodrck orgn al OLS beta Model Hawawn (1983), market model dengan metode OLS, model Scholes and Wllams (1977), dan Cohen et. al (1983a). perode lag dan lead. Dsemua perkraan percobaan serta dalam rl-data, bas cenderung rendah namun standar error lebh tngg. Percobaan pada hedge-portofolo menunjukkan bahwa prosedur estmas apapun, meskpun sudah yang palng aman dan sesua dengan ukuran serta jens ndustr, hanya akan menambah gangguan. Ada hubungan yang jelas antara varans portofolo dan varans dar estmator beta yang dgunakan d portofolo penetralpasar, jauh melebh efek menguntungkan dar bas. Hasl menggunakan Model Hawawn, Menunjukkan knerja yang bak untuk memperkrakan beta nla nterval kembal lag untuk hgh-cap portofolo. Namun, untuk portofolo lowcap portofolo dapat damat knerja yang relatf buruk ketka kta bekerja kembal setap har untuk memperkrakan beta bulanan.

432 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 3, Oktober 2013 4. Pasarbu, (2009) 5. 6. Lucky dan Wdur Kurnasar (2006) Saputro (2010) Koreks Bas Koefsen Bas D Bursa Efek Indonesa Koreks Beta Pada Pasar Thn Tradng (LQ-45 D BEJ Perode 2000 2001) Analss Koreks Bas Beta d Bursa Efek Indonesa Beta pasar dhtung dengan Market model dengan metode OLS, dan koreks beta bas menggunakan metode Scholes & Wllams, Dmson, dan Fowler & orke Beta saham sebelum koreks dhtung dengan pendekatan OLS dan setelah koreks menggunakan metode Scholes & Wllams, Dmson, Fowler & orke. Beta saham sebelum koreks dhtung dengan pendekatan OLS dan setelah koreks menggunakan metode Blume (1971) dan metode Dmson (1979). bulanan. Beta saham d BEI merupakan beta bas, untuk data return dengan data berdstrbus tdak normal, metode Scholles dan Wllam dengan perode 2 lag dan 3 lead koreks merupakan metode yang palng tepat dgunakan, sedang untuk data return dengan data berdstrbus normal adalah metode Fowler- orke dengan perode koreks 3 lag dan 1 lead. Beta saham LQ45 d Bursa Efek Jakarta adalah beta bas, metode Dmson merupakan metode terbak dgunakan pada saham-saham yang masuk dalam ndeks LQ 45. Beta saham d BEI Indonesa merupakan beta bas, dar analss bas beta selama 1 tahun, 2 tahun dan 5 tahun. Metode Blume merupakan metode yang lebh banyak mengoreks bas beta pada perode 1 tahun dan 2 tahun perusahaan sampel dbandngkan metode Dmson.

Indah Saptorn & Ff Swandar, Koreks Bas Beta Saham d Bursa Efek Indonesa... 433 7. Mollk dan Bepar (2010). Instablty of Stock Beta n Dhaka Stock Exchange, Bangladesh. (1979). Beta saham sebelum koreks dhtung dengan pendekatan OLS dan setelah koreks menggunakan metode Dmson. metode Dmson. Perkraan OLS dalam beta CAPM tradsonal dan beta Dmson dar sekurtas ndvdual tdak dtemukan perbedaan statstk secara sgnfkan satu dengan yang lan untuk perode berjalan tahun ketga, empat dan delapan.tngkat ketdakstablan beta tdak turun secara sgnfkan pada saat dperksa dalam tradng nonkeseluruhan dan tradng kecl yang dgambarkan oleh metoda Dmson Sumber : dolah untuk tess, 2013 Persamaan peneltan n dengan peneltan terdahulu adalah mengukur beta pasar sebelum koreks dan setelah dlakukan koreks dengan menggunakan market model dengan Ordnary Least Square (OLS), model Scholes dan Wllams (1977), model Dmson (1979), dan model Fowler dan orke (1983). Perbedaan peneltan n dengan peneltan terdahulu, penelt menggunakan data return bulanan perode peneltan selama 4 tahun dar Januar 2009 sampa dengan 2012 yang mana dalam perode tahun tersebut tdak terjad krss keuangan global. KEANGKA KONSEPTUAL Kerangka Konseptual Investas d sektor keuangan dapat dlakukan pada pasar uang dan pasar modal. Pasar modal sebaga sarana nvestas menawarkan berbaga nstrumen nvestas, salah satunya saham. Saham sebaga alternatf nvestas menawarkan sejumlah return saham yang menark bag nvestor, bak dalam bentuk dvden maupun captal gan dsampng tu nvestor juga dhadapkan pada rsko. Ukuran rsko yang berasal dar hubungan antara tngkat keuntungan suatu saham dengan pasar dnamakan beta (Suad Husnan, 2009: 112).

434 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 3, Oktober 2013 Gambar kerangka konseptual sebaga berkut : Perusahaan lsted d Bursa Efek Indonesa (BEI)) eturn Saham Beta OLS Menentukan Beta Koreksan Model Scholes dan Wllams (1973) Model Dmson (1977) Model Fowler dan orke (1983) Membandngkan beta koreks terbak sebaga estmator beta pasar (palng mendekat 1) Kesmpulan Gambar 3 : Kerangka Konseptual Sumber : Hasl Pengembangan Peneltan A. Jens Peneltan METODE PENELITIAN Jens peneltan yang dlakukan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf kuanttatf. 1. Unt Analss Unt analss dalam peneltan n adalah nla beta saham sebelum koreks menggunakan market model dengan metode Ordnary Lease Squares (OLS) dan beta saham setelah dlakukan koreks dengan menggunakan metode Scholes dan Wllams (1973), Dmson (1977), dan Fowler dan orke (1983). 2. Populas Populas adalah keseluruhan kelompok orang, kejadan, atau hal mnat yang ngn penelt nvestgas (Sekaran, 2009: 241). Populas dalam peneltan n adalah seluruh perusahaan yang tercatat d Bursa Efek Indonesa selama perode tahun 2009 sampa dengan tahun 2012 dengan jumlah populas sebanyak 367 perusahaan (lhat Lampran 1) dan sampel sebanyak 310 perusahaan. 3. Teknk Samplng Sampel adalah subset atau subkelompok dar populas. (Sekaran, 2009: 244). Krtera sampel yang dperlukan dalam peneltan n adalah:

Indah Saptorn & Ff Swandar, Koreks Bas Beta Saham d Bursa Efek Indonesa... 435 a. Perusahaan memlk data harga penutupan saham bulanan lengkap selama 4 tahun perode tahun 2009 sampa dengan 2012. Tabel 4.1. Proses Penentuan Sampel Uraan Populas Perusahaan yang tdak memlk data harga penutupan saham bulanan lengkap bulanan Sampel Jumlah 367 57 310 Sumber: IDX 2009-2012, dolah untuk tess, 2013 Berdasarkan krtera tersebut, jumlah perusahaan yang menjad sampel dalam peneltan n adalah sebanyak 310 perusahaan (lhat Lampran 2). 4. Defns Operasonal Varabel Defns operasonal varabel peneltan n dapat ddeskrpskan sebaga berkut: 5. Beta Saham Beta merupakan suatu pengukur volatltas (volatlty) return suatu sekurtas atau return portofolo terhadap return pasar. Beta sekurtas ke- mengukur volatltas return sekurtas ke- dengan return pasar. Beta portofolo mengukur volatltas return portofolo dengan return pasar. Volatltas adalah fluktuas dar return-return suatu sekurtas atau portofolo dalam suatu perode waktu tertentu. 6. Pengukuran Varabel Pengukuran data dalam peneltan n dengan menggunakan skala raso. Skala n menunjukkan nla sesungguhnya dar obyek yang dukur sehngga memberkan tngkat keteltan yang lebh tngg. B. Pengumpulan Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data kuanttatf, yatu data yang berupa angka-angka. Sumber data dalam peneltan n adalah bersumber dar webste Bursa Efek Indonesa (BEI) d http://www.dx.co.d dan Yahoo! Fnance d http://fnance. yahoo.com. C. Metode Analss Data Metode analss data yang dgunakan adalah regres lner berganda (mult lner regresson method), pengolahan datanya berdasarkan aplkas SPSS dalam saham (Had, Hartatk dan Pramest, 2012) dengan software SPSS (Statstcal Package for Socal Scence) dan perhtungan hasl menggunakan program Mcrosoft Excel. Adapun langkah-langkah analss data dalam peneltan n adalah sebaga berkut:

436 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 3, Oktober 2013 1. Melakukan perhtungan return saham dan return pasar. Perhtungan untuk return saham dan return pasar dgunakan rumus sebaga berkut: t Pt P = P t 1 t 1 m = IHSGt IHSGt-1 IHSGt-1 2. Melakukan perhtungan beta saham. Perhtungan untuk beta saham dgunakan market model dengan metode Ordnary Lease Squares (OLS) berkut n: = á ( ) + å t 3. Melakukan perhtungan beta koreksan. Perhtungan untuk beta koreksan dgunakan 3 metode koreksan, yatu: a. Metode Scholes dan Wllams (1973) Perhtungan beta koreksan menggunakan metode Scholes dan Wllams (1973) dengan 1 Lag dan 1 Lead dgunakan rumus sebaga berkut: â â = 1 0 mt 1+ 2 ñ 1 Perhtungan beta koreksan menggunakan metode Scholes dan Wllams (1973) dengan 2 Lag dan 2 Lead dgunakan rumus sebaga berkut: â â = -2 1 1+ 2 ñ 0 1 + 1 + 1 + 2 ñ b. Metode Dmson (1977) Metode n merupakan smplfkas metode Scholes dan Wllams (Hartono,2010: 426). umus koreks beta untuk saham : 2 t + 2 n 0 + n, t = á Mt n + + â Mt + + â Mt + n åt + Nla beta koreks adalah koefsen mult regres, sehngga metode Dmson n juga dkenal dengan stlah metode penjumlahan koefsen (aggregate coeffcent method). Menurut Hartono (2010: 427) besarnya beta koreks adalah sebaga berkut: â n 0 = â + + â + + â c. Metode Fowler-orke (1983) Untuk satu perode lag dan lead, koreks Beta dlakukan dengan mengoperaskan regres berganda, rumus bobot dan rumus Beta koreksan sebaga berkut : + n

Indah Saptorn & Ff Swandar, Koreks Bas Beta Saham d Bursa Efek Indonesa... 437-1 0 + 1, t = á Mt 1 Mt Mt + 1 åt + = á + ρ + å Mt 1 Mt -1 t w 1 1+ ñ1 = 1+ 2 ñ 1 â = w 1 â 1 0 Untuk dua perode lag dan lead, koresk Beta dlakukan dengan mengoperaskan regres berganda, rumus bobot dan rumus Beta koreksan sebaga berkut: -2-1 0 + 1 + 2, t = á Mt 2 Mt 1 Mt Mt + 1 Mt + 2 åt + Mt 1 Mt -1 2 Mt + 1 = á + ρ + ρ + å -2 w w 1 2 1+ 2 ñ1 + ρ2 = 1+ 2 ñ + 2 ρ 1+ ñ1 + ρ2 = 1+ 2 ñ + 2 ρ 1 1 2 2 â = w 2 â 2 + w 1 â 1 0 + 1 + 2 2 4. Membandngkan Metode Koreks Beta Perbandngan tersebut dlakukan dengan cara melhat hasl perhtungan beta saham sebelum dan setelah koreks yang lebh mendekat angka satu dnyatakan lebh bak dar metode lannya. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Peneltan Berdasarkan data dar Bursa Efek Indonesa (BEI), jumlah perusahaan yang go publc d Indonesa pada akhr tahun 2012 berjumlah 467 perusahaan. Obyek dalam peneltan n adalah 310 perusahaan yang telah tercatat d BEI selama 4 tahun perode tahun 2009 sampa dengan 2012 dan memlk data harga penutupan saham bulanan lengkap selama 4 tahun perode tahun 2009 sampa dengan 2012. Adapun secara sngkat obyek peneltan dapat dlhat pada Lampran 3. B. Bas Beta d Bursa Efek Indonesa (BEI) Beta yang bas dsebabkan oleh perdagangan tdak snkron (Hartono, 2010: 403). Jumlah har perdagangan d BEI selama tahun 2012 dapat dlhat pada Tabel 5.1. berkut n :

438 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 3, Oktober 2013 No Tpe Industr Tabel 5.1. Jumlah Har Perdagangan d BEI Selama Tahun 2012 Jumlah Emten Total Har Perdagangan ata-ata Har Perdagangan Aktf Tap Emten Persentase Har Perdagangan Per Tahun (1) (2) (3 )= (2)/(1) a) (4 )= (3)/246 har b) 1 Perkebunan 18 3,583 199.06 81% 2 Tambang 37 7,880 212.97 86% 3 Industr Dasar 59 11,161 189.17 77% dan Kma 4 Industr Lannya 42 6,145 146.31 59% 5 Consumer Goods 37 6,120 165.41 67% Propert, eal 54 9,405 174.17 71% 6 Estate dan Kontruks Bangunan Infrastructure, 43 7,775 180.81 73% 7 Utltes dan Jasa Transportas 8 Keuangan 74 12,652 170.97 69% 9 Perdagangan, Jasa 103 17,403 168.96 68% dan Investas 467 82,124 175.85 71% Keterangan : Total har perdagangan dbag dengan jumlah emten ata-rata har perdagangan aktf tap emten dbag dengan 246 har Sumber : IDX Statstcs 2012 (dolah untuk tess, 2013) Berdasarkan pada Tabel 5.1. bahwa pada tahun 2012 terdapat 246 har perdagangan aktf dalam setahun, rata-rata har perdagangan aktf perusahaan hanya sebesar 175.85 har atau sektar 71%, dan ssanya sebesar 29% adalah rata-rata har perdagangan tdak aktf. C. Perhtungan eturn Saham dan eturn Pasar. Harga setap saham harus dketahu terlebh dahulu sebelum melakukan perhtungan return saham dan return pasar.

Indah Saptorn & Ff Swandar, Koreks Bas Beta Saham d Bursa Efek Indonesa... 439 D. Nla Beta yang Belum Dkoreks Nla beta masng-masng saham yang belum dkoreks dalam peneltan n ddapatkan dar hasl regres Ordnary Least Square (OLS). Koefsen β merupakan beta sekurtas ke- yang dperoleh dar teknk regres. Beta pasar yang belum dkoreks yang dhtung dar rata-rata 310 emten d atas adalah sebesar 0.8186, menunjukkan beta yang bas, yatu tdak sama dengan 1. Hasl n menunjukkan bahwa beta saham yang terdaftar d Bursa Efek Indonesa merupakan beta yang bas. E. Koreks Bas Beta Metode Scholes dan Wllams (1977) 1. Satu lag satu lead Hasl koreks bas beta berdasarkan metode Scholes dan Wllams (1977) satu lag satu lead selama perode 2009-2012 dengan metode Scholes dan Wllams (1977) satu lag satu lead palng tngg terjad pada saham emten ENG sebesar 6.0025, sedangkan nla beta palng rendah terjad pada saham emten PNSE sebesar -1.3894. Nla rata-rata beta pasar yang dhtung dar rata-rata 310 emten d atas adalah sebesar 0.9470, menunjukkan beta yang mengarah ke nla 1. Koreks menggunakan satu perode mundur (lag) dan maju (lead) mengurang bas beta yang terjad dlhat dar nla rata-rata beta tersebut lebh bak dar pada nla rata-rata beta sebelum dkoreks yatu 0.8186. 2. Dua lag dua lead Hasl koreks bas beta berdasarkan metode Scholes dan Wllams (1977) dua lag dua lead selama perode 2009-2012 dengan metode Scholes dan Wllams (1977) dua lag dua lead palng tngg terjad pada saham emten ENG sebesar 6.9647, sedangkan nla beta palng rendah terjad pada saham emten HEO sebesar -2.5799. Nla rata rata beta pasar yang dhtung dar rata-rata 310 emten d atas adalah sebesar 1.0773, menunjukkan beta yang mengarah ke nla 1. Koreks menggunakan dua perode mundur (lag) dan maju (lead) mengurang bas beta yang terjad dlhat dar nla rata-rata beta tersebut lebh bak dar pada nla rata-rata beta sebelum dkoreks yatu 0.8186. F. Koreks Bas Beta Metode Dmson (1979) 1. Satu lag satu lead Hasl koreks bas beta berdasarkan metode Dmson (1979) satu lag satu lead selama perode 2009-2012 palng tngg terjad pada saham emten ENG sebesar 6.232, sedangkan nla beta palng rendah terjad pada saham emten PNSE sebesar -1.552. Nla rata-rata beta pasar yang dhtung dar rata-rata 310 emten d atas adalah sebesar 0.914, menunjukkan beta yang mengarah ke nla 1. Koreks menggunakan satu perode mundur (lag) dan satu perode maju (lead) mengurang bas beta yang terjad dlhat dar nla rata-rata beta tersebut lebh bak dar pada nla rata-rata beta sebelum dkoreks yatu 0.8186.

440 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 3, Oktober 2013 2. Dua lag dua lead Hasl koreks bas beta berdasarkan metode Dmson (1979) dua lag dua lead selama perode 2009-2012 palng tngg terjad pada saham emten ENG sebesar 6.087, sedangkan nla beta palng rendah terjad pada saham emten HEO sebesar -2.159. Nla rata-rata beta pasar yang dhtung dar rata-rata 310 emten d atas sebesar 0.858, menunjukkan beta yang mengarah ke nla 1. Koreks menggunakan satu perode mundur (lag) dan satu perode maju (lead) mengurang bas beta yang terjad dlhat dar nla rata-rata beta tersebut lebh bak dar pada nla rata-rata beta sebelum dkoreks yatu 0.8186. G. Koreks Bas Beta Metode Fowler dan orke (1983) 1. Satu lag satu lead Hasl koreks bas beta berdasarkan metode Fowler dan orke (1983) satu lag satu lead selama perode 2009-2012 palng tngg terjad pada saham emten ENG sebesar 4.123, sedangkan nla beta palng rendah terjad pada saham emten PSAB sebesar -0.870. Nla rata rata beta pasar yang dhtung dar rata-rata 310 emten d atas sebesar 0.816, belum menunjukkan beta yang mengarah ke nla 1. Koreks menggunakan satu perode mundur (lag) dan satu perode maju (lead) tdak mengurang bas beta yang terjad dlhat dar nla rata-rata beta tersebut tdak mendekat ke arah 1 dbandngkan dengan nla rata-rata beta sebelum dkoreks yatu 0.8186. 2. Dua lag dua lead Hasl koreks bas beta berdasarkan metode Fowler dan orke (1983) dua lag dua lead selama perode 2009-2012 palng tngg terjad pada saham emten ENG sebesar 6.246, sedangkan nla beta palng rendah terjad pada saham emten HEO sebesar -2.158. Nla rata rata beta pasar yang dhtung dar rata-rata 310 emten d atas adalah sebesar 0.860, menunjukkan beta yang mengarah ke nla 1. Koreks menggunakan dua perode mundur (lag) dan dua perode maju (lead) mengurang bas beta yang terjad dlhat dar nla rata-rata beta tersebut lebh bak dar pada nla rata-rata beta sebelum dkoreks yatu 0.8186. H. Perbandngan Metode Koreks Bas Beta 1. Satu lag satu lead Berdasarkan hasl peneltan terlhat bahwa beta pasar yang belum dkoreks merupakan beta yang bas karena terjadnya perdagangan yang tdak snkron. Beta yang bas dtunjukkan oleh nla OLS lebh kecl dar satu (karena beta pasar seharusnya 1) yatu sebesar 0.8180. Koreks menggunakan satu perode mundur (lag) dan maju (lead) mengurang bas beta yang terjad. Pengurangan bas beta terjad pada metode koreks Scholes dan Wllams karena dhaslkan nla sebesar 0.9470 dan metode koreks Dmson karena dhaslkan nla sebesar 0.9140, sedangkan untuk Metode Fowler dan orke tdak mengurang bas beta karena dhaslkan nla sebesar 0.8160. Hasl dar Tabel 5.9. adalah sebaga contoh untuk saham IIKP, apabla kta menghtung koreks beta menggunakan metode Scholes dan Wllams akan menghaslkan nla 1.0335

Indah Saptorn & Ff Swandar, Koreks Bas Beta Saham d Bursa Efek Indonesa... 441 (satu lag satu lead), dengan menggunakan metode Dmson menghaslkan nla 0.772 (satu lag satu lead ) dan dengan menggunakan metode Fowler dan orke menghaslkan nla 0.376 (satu lag satu lead). Hal n membuktkan bahwa untuk saham IIKP, metode Scholes dan Wllams mengoreks bas beta lebh bak dbandngkan dengan metode Dmson dan Fowler dan orke karena lebh mendekat satu. 2. Dua lag dua lead Berdasarkan hasl peneltan pada Tabel 5.10. terlhat bahwa beta pasar yang belum dkoreks merupakan beta yang bas karena terjadnya perdagangan yang tdak snkron. Beta yang bas dtunjukkan oleh nla OLS lebh kecl dar satu (karena beta pasar seharusnya 1) yatu sebesar 0.8180. Koreks menggunakan dua perode mundur (lag) dan maju (lead) mengurang bas beta pada semua metode koreksan dmana dhaslkan nla sebesar 1.0770 pada metode koreks Scholes dan Wllams, nla sebesar 0.8580 pada metode koreks Dmson menghaslkan, dan untuk Metode Fowler dan orke dhasl nla sebesar 0.860, sedangkan hasl nla beta pasar sesudah dkoreks drangkum pada Tabel 5.11. berkut n : Tabel 5.11 Perbandngan Nla Beta Pasar Sesudah Dkoreks Perode 2009-2012 Perode Koreks Scholes dan Wllams Dmson Fowler dan orke satu lag satu lead dua lag dua lead 0.947 0.914 0.816 1.077 0.858 0.860 Sumber : dolah untuk tess, 2013 Berdasarkan hasl analss perbandngan metode koreks bas beta bak satu lag satu lead maupun dua lag dua lead, dapat dsmpulkan bahwa metode Scholes dan Wllams berhasl mengoreks lebh bak bas beta saham apabla dbandngkan dengan metode Dmson dan metode Fowler dan orke karena nla beta setelah dkoreks mendekat satu. Secara umum ada tga metode koreks beta, yatu metode Scholes & Wllams (1977), metode Dmson (1979) dan metode Fowler & orke (1983). Ketga metode n pernah dlakukan pengujan oleh beberapa penelt d Indonesa dantaranya Hartono dan Suranto (2000), Lucky dan Kurnasar (2006), Pasarbu (2009), Saputro (2010). Kebanyakan hasl peneltan mereka mengatakan bahwa metode Fowler & orke merupakan metode yang bak untuk mengurang bas, sedangkan dalam peneltan n metode Scholes & Wllams merupakan metode yang dapat dpaka untuk mengurang bas karena data yang menjad sampel telah mengurang bas secara tdak langsung (data emten dan data bulanan). Hasl peneltan n mendukung peneltan yang telah dlakukan Pasarbu (2009), bedanya data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data bulanan.

442 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 3, Oktober 2013 I. Implkas Peneltan eturn dan rsko merupakan dua hal dalam nvestas yang selalu berpasangan. Prnsp dalam bernvestas adalah hgh rsk hgh return perlu dperhatkan agar nvestor tdak terjebak oleh tawaran return saja. Saham sebaga salah satu alternatf nvestas menjanjkan keuntungan bag nvestornya. Investas pada saham selalu mengandung unsur rsko, bak unsystematc rsk maupun systematc rsk. Besarnya rsko perusahaan dtentukan oleh beta. Nla β>1 menunjukan harga saham perusahaan lebh mudah berubah dbandngkan ndeks pasar atau saham cenderung nak dan turun lebh tngg darpada pasar. Hal n menunjukkan bahwa konds saham menjad lebh bersko, artnya jka saat terjad perubahan pasar 1% maka pada saham X akan mengalam perubahan lebh besar dar 1%. Nla β<1 menunjukkan tdak terjadnya konds yang mudah berubah berdasarkan konds pasar atau saham cenderung nak dan turun lebh rendah darpada ndeks pasar secara umum (general market ndex). Nla β=1 menunjukkan bahwa kondsnya sama dengan ndeks pasar. Beta yang bak dan efsen seharusnya mendekat beta pasar, yatu beta = 1. Hasl koreks beta dengan ketga metode koreks dalam peneltan n memberkan hasl yang mengarah ke nla 1. Metode Scholes & Wllams bak menggunakan 1 lag 1 lead maupun 2 lag 2 lead dalam peneltan n merupakan metode yang dapat dpaka untuk mengurang bas karena data yang menjad sampel telah mengurang bas secara tdak langsung (data emten dan data bulanan). Beta saham bak dgunakan nvestor untuk mengambl keputusan dalam stuas pasar bullsh atau bearsh. Suatu saham yang yang memlk beta d atas 1, maka saham akan cenderung volatle dbandng IHSG. Saham yang memlk beta sama atau d bawah 1, cenderung sama dengan IHSG. Sebaga contoh saham PT Wjaya Karya Tbk (WIKA), yang memlk beta 2,0. Berdasarkan analsa beta, kalau ndeks nak atau turun 5%, maka harga saham WIKA bsa nak atau turun, melebh volatltas ndeks. Nla beta saham juga mencermnkan rsko suatu saham. Saham dengan beta tngg menunjukkan tngkat rsko yang tngg, keuntungan berbandng lurus dengan rskonya. Saham dengan beta d bawah 1,0 memlk rsko lebh kecl, berbandng lurus dengan tngkat keuntungan. Pemahaman mengena rsko terutama mengena rsko sstematk (beta) dharapkan dapat menngkatkan kemampuan nvestor untuk secara selektf menentukan unt-unt bsns atau sekurtas berharga yang dmasukkan ke dalam keranjang (portofolo) nvestasnya. Kegunaan mengetahu nla beta bag nvestor adalah untuk mengambl keputusan buy atau sell suatu saham. Ketka saham bearsh sebaknya memlh saham yang memlk nla beta negatf. Keadaan pasar sedang bergerak turun, untuk tu kta memlh saham yang arah pergerakannya berlawanan dengan pasar. Beta dengan nla negatf berart arah pergerakan harganya berlawanan dengan pasar. Keberadaan dan pemanfaatan beta bukan lag merupakan plhan melankan telah menjad suatu kebutuhan dalam peneltan dan dalam praktk. Ketersedaan beta yang dpublkas secara rutn (setap har) akan sangat bermanfaat tdak hanya bag para penelt dalam mendesan peneltan tap juga bag para nvestor, prakts dalam membuat keputusan. Kerumtan dalam pengestmasan beta

Indah Saptorn & Ff Swandar, Koreks Bas Beta Saham d Bursa Efek Indonesa... 443 mungkn menjad kendala terbesar bag penelt, nvestor dan prakts untuk penerapannya. Keberadaan suatu nsttus yang dapat dpercaya untuk mempublkas beta perusahaan secara perodk dan rutn sangat dperlukan. J. Keterbatasan Peneltan Peneltan n memlk keterbatasan sepert : 1. Peneltan n hanya menggunakan rata-rata beta ndvdual bukan rata-rata tertmbang beta ndvdual. 2. Perode peneltan n hanya 4 tahun (2009-2012) mash terlalu sngkat untuk menympulkan metode yang terbak mengkoreks bas beta, bla dbandngkan dengan peneltan d luar neger dengan perode yang lebh lama. 3. Metode koreks beta yang dgunakan hanya menggunakan perode satu lag satu lead dan dua lag dua lead karena adanya keterbatasan waktu sehngga perbandngan yang dlakukan terbatas. Peneltan n hanya menggunakan pendekatan lebh mendekat nla satu untuk analss perbandngan metode bas beta mana yang lebh bak, sehngga untuk mendapatkan hasl yang lebh bak lag dbutuhkan analss tambahan. PENUTUP A. Kesmpulan Bursa Efek Indonesa merupakan pasar modal yang sedang berkembang yang perdagangannya mash tps (thn tradng). Akbat dar perdagangan yang tps n adalah terjadnya perdagangan yang tdak snkron. Efek selanjutnya adalah beta saham yang terdaftar d Bursa Efek Indonesa adalah bas. Beta saham yang bas perlu dkoreks agar dalam pembuatan peneltan ataupun keputusan yang berhubungan dengan beta lebh akurat haslnya. Secara umum ada tga metode koreks beta, yatu: metode Scholes dan Wllams (1977), metode Dmson (1979) dan Metode Fowler dan orke (1983). Hasl perhtungan koreks bas beta perode satu lag satu lead dengan metode Scholes dan Wllams sebesar 0.947, metode Dmson sebesar 0.914 dan metode Fowler dan orke sebesar 0.816, sedangkan perhtungan koreks bas beta perode dua lag dua lead dengan metode Scholes dan Wllams sebesar 1.077, metode Dmson sebesar 0.858 dan metode Fowler dan orke sebesar 0.860. Perbandngan hasl analss metode koreks bas beta bak satu lag satu lead maupun dua lag dua lead, dapat dsmpulkan bahwa metode Scholes dan Wllams berhasl mengoreks lebh bak bas beta saham apabla dbandngkan dengan metode Dmson dan metode Fowler dan orke karena nla beta setelah dkoreks mendekat satu. B. Saran-Saran 1. Bag Investor Investor dalam pengamblan keputusan terkat dengan rsko saham (beta) dsarankan menggunakan metode koreks beta Scholes dan Wllams satu lag satu lead dan dua lag

444 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 1, Nomor 3, Oktober 2013 dua lead, karena beta saham d Bursa Efek Indonesa merupakan beta yang bas. Selan tu nvestor dharapkan dapat menggunakan metode koreks bas beta Blume (1971) untuk menghaslkan perbandngan yang lebh bak. 2. Bag Peneltan Selanjutnya Peneltan selanjutnya dsarankan agar dapat menambah market captalzaton sebaga pembobot dalam menentukan beta pasar, menggunakan normaltas data, menambah jumlah perode peneltan sehngga mendapatkan hasl yang lebh bak, penggunaan ndeks lannya selan IHSG sepert LQ 45, return haran dan mngguan serta dsarankan agar menambah varas peneltan. Peneltan selanjutnya dharapkan dapat menambah metode koreks bas, msalnya dengan metode Vascek, Merrll Lynch Adjusted Beta, fundamental beta, cash-flow beta, osenberg dan Guy Beta, atau Leverage Adjusted Betas. DAFTA PUSTAKA Brealey, Myers dan Marcus. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan Jld 1 (Alh Bahasa). Eds Kelma. Erlangga. Brgham dan Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (Alh Bahasa). Eds Kesepuluh. Salemba Empat. Jakarta. Dacoganns, George dan Paraskev Makr. 2008. Estmatng Betas n Thnner Markets: The Case of the Athens Stock Exchange. Internatonal esearch Journal of Fnance and Economcs - Issue 13. Euro Journals Publshng. Had, Abdul, Hartatk dan Pramest,Getut. 2012. Aplkas SPSS dalam Saham. Grameda. Jakarta. Hanaf, Mamduh. Maret 2009. Manajemen sko. Eds Kedua. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Hartono, Jogyanto dan Suranto. September 2000. Bas n Beta Values and Its Correcton: Emprcal Evdence from The Jakarta Stock Exchange. Gadjah Mada Internatonal Journal of Busness. Vol. 2 No.3. Hartono, Jogyanto, 2010, Teor Portofolo dan Analss Investas, Eds Ketujuh. BPFE. Yogyakarta. Husnan, Suad. 2009. Dasar-Dasar Teor Portofolo dan Analss Sekurtas. Eds Keempat. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Lucky, Elzabeth dan Wdur Kurnasar, Aprl 2006, Koreks Beta Pada Pasar Thn Tradng (LQ-45 d BEJ Perode 2000-2001). Jurnal Koperts. Volume 1 No.1. Mollk, Taher dan Khokan, Bepar. 2010. Instablty of Stock Beta n Dhaka Stock Exchange, Bangladesh. Manageral Fnance, Vol.36 No.10. Saputro, dha. 2010. Analss Koreks Bas Beta d Bursa Efek Indonesa. Tess. Unverstas Indonesa. Jakarta. Sekaran, Uma. 2009. esearch Methods For Busness (Alh Bahasa). Eds Keempat. Salemba Empat. Jakarta.

Indah Saptorn & Ff Swandar, Koreks Bas Beta Saham d Bursa Efek Indonesa... 445 Sercu, Vandebroek dan Vnamont, Maret 2008. Thn In Eeffects n Beta: Bas v. Estmaton Error d New York Stock Exchange. Sharpe, Alexander dan Baley. 1999. Investas (Alh Bahasa). Eds evs. Prenhallndo. Jakarta. Tandelln, Eduardus. 2010. Portofolo dan Investas: Teor dan Aplkas. Eds Pertama. Kansus. Yogyakarta. Pasarbu, owland Bsmark Fernando, Jul 2009. Koreks Bas Koefsen Beta D Bursa Efek Indonesa. Jurnal Ekonom dan Bsns. Nomor 2 volume 3. Zubr, Zalmy, 2011. Manajemen Portofolo : Penerapannya dalam Investas Saham. Salemba Empat. Jakarta. Internet: http://www.eurojournals.com/fnance.htm. http://www.fnance.yahoo.com/ http://www.dx.co.d/