PENYEIMBANG ROTOR DENGAN METODE CONVERGENT LOAD TRACHING. Sailon

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYEIMBANG ROTOR DENGAN METODE CONVERGENT LOAD TRACHING. Sailon"

Transkripsi

1 PENYEIMBANG ROTOR DENGAN METODE CONVERGENT LOAD TRACHING Sailon Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya Jl.Srijaya Negara Bukit Besar Palebang Telp: , Fax: RINGKASAN Benda putar (rotor) adalah bagian dari esin yang berfungsi untuk eindahkan daya/putaran/oen torsi. Benda putar yang beroperasi pada kondisi yang tidak seibang (gibal atau unbalance) akan berdapak negatif berupa: terjadinya getaran tinggi, kerusakan bantalan serta pendeknya usia pakai dari esin bahkan dapat encelakai operator dari esin itu isalnya sebuah obil diana rodanya tidak seibang. Ketidakseibangan benda putar disebabkan oleh beberapa faktor antara lain; aterial yang tidak hoogen, kesalahan dari proses produksi serta kesalakan pada saat benda dioperasikan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk enabah wawasan di bidang teknologi konstruksi dan anfaat yang bisa diperoleh adalah enabah sarana praktiku bagi ahasiswa, khususnya pada Jurusan Teknik Mesin Polsri. Kegiatan penelitian diulai dari ebuat prototype esin penyeibang. Proses penyeibang benda putar dilakukan dengan cara eberikan beban perlawanan (counter ass). Benda putar yang sudah diseibangkan dengan alat yang dibuat selanjutnya diuji enggunakan esin uji standar. Benda putar yang dijadikan bahan uji adalah roda obil yang eiliki assa 42,6 kg, diaeter 67,4 c dengan tipe 185/R-70 lengkap dengan velk-nya Kata Kunci: Benda putar, keseibangan PENDAHULUAN Keajuan teknologi enuntut anusia untuk dapat elakukan aktivitasnya secara lebih efektif dan efisien dengan senantiasa engutaakan keselaatan baik bagi pekeja aupun peralatan atau esin itu sendiri. Dala kehidupan sehari-hari, baik di dunia industri aupun sarana transportasi sering dijupai ekanise rotasi, yaitu benda benda yang didala operasinya elakukan perputaran terhadap subu geoetrinya. Bila karena sesuatu hal, benda putar tersebut harus berputar dala keadaan gibal, aka akibatnya adalah terjadinya kerusakan aterial seperti; bantalan, perapat aupun benda itu sendiri bahkan dapat ecelakakan operator esin itu. Misalnya sebuah obil yang bila rodanya dala keadaan gibal aka hal ini sangat berbahaya. Hasil survey kuantitatif yang dilakukan oleh C. Johnson yang dipublikasikan dala Aerican Journal Vibration, edisi 21, p , 1999 enyatakan bahwa usia pakai (life tie) suatu rotor 37 % dipengaruhi oleh terjadinya getaran akibat rotor tersebut beroperasi dala keadaan gibal. Metode untuk engurangi dapak negatif akibat getaran yang ditibulkan oleh ketidakseibangan dapat dilakukan dengan penyeibangan (balancing). Proses penyeibangan dapat dilakukan dengan dua cara yang pertaa adalak eberikan assa perlawanan (counter ass) dan yang kedua adalah dengan cara engurangi sejulah assa dari rotor. Di dunia industri banyak dijupai esin penyeibang rotor dengan berbagai spesifikasi serta cara kerjanya. Mesin-esin penyeibang tersebut kebanyakan adalah bersifat built up dengan koponen-koponen yang terintegrasi. Sebelu elakukan operasi penyeibangan terlebih dahulu dilakukan pelatihan kepada operator yang akan bertanggung jawab kepada esin tersebut. Pelatihan diberikan oleh agen pebuat esin dengan enitik beratkan pada operasi. Dari hasil observasi di lapangan di beberapa industri penulis endapatkan perasalakan yang perlu diselesaikan antara lain; 1. Pihak pebuat esin tidak eberikan secara rinci tentang konsep yang dipakai pada proses penyeibangan. Hal ini berdapak pada ekonoi biaya tinggi yang berasal dari biaya perbaikan, karena jika terjadi kerusakan esin aka proses perbaikan harus dilaksanakan oleh agen yang ditunjuk oleh pebuat esin dengan biaya yang relative ahal. 18

2 2. Dapak dari koponen yang terintegrasi engakibatkan peahaan operator tidak aksial, hal ini berakibat pada perlabatan proses transfer teknologi. Konsep Ketidakseibangan Rotor Sebuah rotor yang berotasi terhadap pusat geoetrinya dikatakan gibal jika pusat perputaran tidak berada pada pusat assa atau dengan kata lain terjadi konsentrasi assa disalah satu atau beberapa tepat pada jarak tertentu dari pusat geoetri rotor Beer, F.P and Jhonstone (1993). Ketidak seibangan dapat disebabkan oleh factor konstruksi isalnya ketidakhoogenan assa jenis dari aterial yang dipakai aupun dari faktor anufakturing isalnya proses pebubutan yang kurang sepurna. Gabar berikut eberikan ilustrasi dari sebuah ketidakseibangan dua diensi dengan M (kg): Massa benda, (kg): assa konsentrasi, x (): sipangan, k (N/): konstanta pegas, C (N/.det): peredaan, r () jari-jari ketidakseibangan dan (rad/det: kecepatan sudut) Gabar 1. Penoena Unbalance pada benda putar Model ateatika yang dikebangkan oleh Fourrier G.F, Willia, T (1999) untuk ketidakseibangan benda putar dua diensi adalah : ( M ) d²/dt² (x + e sin at) Penggunaan odel ateatik untuk kasus di lapangan tidaklah udah, engingat asih adanya variable lain yang tidak dapat dilibatkan dala odel tersebut, sehingga harus dilakukan eksperien untuk enentukan harga dan. Untuk rotor yang berputar konstan pada analisis dua diensi, pendekatan ateatik yang uu adalah dengan eandang ketidakseibangan tibul akibat adanya konsentrasi assa. Penoena ini terjadi karena konsentrasi assa yang terjadi akan engakibatkan gaya sentrifugal (disebut juga gaya inersia). Gaya sentrifugal (Ft) berarah enjadi pusat perputaran sebagai reaksi dari gaya sentripetal kearah pusat perputaran benda. Persaaan (1) dapat disederhanakan enjadi: Fr =.r. ² (N)... (3). Gabar 2 Ketidakseibangan rotor dua diensi Jika rotor tersebut ditupu pada sebuah tupuan dan diberi kebebasan bergerak arah lateral aka akan tibul gerakan oskilasi sinusudidal yang disebabkan oleh gaya sentrifugal akibat adanya konsentrasi assa. Untuk kasus ketidakseibangan rotor yang panjang dengan elibatkan dua tupuan dan diberi kebebasan bergerak aka basis analisis didasarkan pada arah tiga diensi (dua diensi arah lateral dan satu diensi arah longitudinal) dengan beberapa konsentrasi assa akan ebentuk oen bengkok (bending oent) yang bervariasi di kedua tupuan. 19

3 Gabar 3. Ketidakseibangan dinaik rotor tiga diensi Ipleentasi Metode Convegen Load Traching Dala banya kasus diana aspek kekuatan konstruksi aka penyeibang dilakukan dengan cara enepatkan assa perlawanan (counter ass) pada radius dan bidang yang sudah ditentukan di kedua ujung rotor. Dengan a () adalah jarak dari asingasing konsentrasi assa ke bidang acuan, aka syarat keseibangan yang harus dipenuhi adalah ; Keseibangan Statik r cos = 0 dan... (4) r sin = 0 Keseibangan Dinaik a cos = 0 dan asin =0 (5) Dala penelitian ini,proses penyeibangan dilakukan dengan eberikan assa perlawanan di kedua bidang (kiri dan kanan) yang disediakan oleh rotor. Sangat untuk enentukan posisi dari konsentrasi assa, baik kearah lateral (sepanjang poros) aupun arah radial (enyangkut sudut dan datu). Salah satu sisi yang sudah seibang dapat berubah jika sisi lain diberi assa penyeibang. Begitu juga sebaliknya. Metode Convergent Load Traching eberikan solusi dala enentukan nilai akhir dan sudut assa perlawanan dikedua bidang penyeibang. Metode ini berintikan pelacakan assa penyebab ketidakseibangan rotor. Proses peberian assa percobaan dilakukan di satu sisi, selanjutnya dilakukan pebacaan respon gaya sentrifugal. Peberian assa dilakukan secara bergantian antara kedua sisi. Jika keseibangan sudah dicapai (diindikasikan oleh kecilnya gaya sentrifugal yang terbaca), aka putaran otor dinaikkan. Proses selanjutnya adalah eberikan assa dengan nilai dan sudut yang terbaca. Deikian aktivitas ini dilakukan hingga rotor encapai putran tertinggi dan enghasilkan gaya sentrifugal yang enuju nol (konvergen). Kegiatan akhir adalah elakukan perhitungan aljabar bagi beberapa assa yang sudah terpasang di kedua sisi. Selanjutnya, dengan etode titik berat akan ditentukan nilai dan sudut dari sebuah assa, satu dari kiri dan satu dari kanan. BAHAN DAN METODE Kegiatan ini diawali dengan rancang bangun esin. Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah: Rancang Bangun Mesin: 1. Rangka Mesin Rangka berfungsi sebagai infra struktur diana koponen esin akan diteptkan. Faktor yang enjadi petibangan dala pebuatan rangka antara lain adalah aspek geoetri (kesejajaran, kekuatan, keseibangan), aspek konstruksi (kekuatan, kekakuan, kesetabilan dan kekerasan) serta aspek argonois (keudahan dala engoperasikan esian). Pada siste rangka terdapat beberapa subsiste, antara lain: a. Rangka Penyangga, berfungsi untuk eegang, engangkat dan epertahankan posisi koponen esin. Dirancang dan dibuat dengan sasaran untuk enjain signifikansi data-data ketika esin diuji b. Siste Pengatur, berfunsi untuk engatur kekencangan sabuk serta posisi dari instruent pengujian. c. Rongga penyangga dan dan stopper, berfngsi untuk eperudah pada proses peindahan serta penguncian agar esin tidak bergeser pada saat dioperasikan. 2. Koponen Utaa Mesin Koponen utaa esin sebagian dibuat sedangkan, bagian yang lain berupa koponen standar yang dibeli di pasaran sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Penepatan koponen-koponen tersebut akan diatur sedeikian sehingga besifat fleksibel untuk setiap penggantian rotor uji. Koponenkoponen tersebut antara lain: a. Motor penggerak, berfungsi untuk eutar rotor pada frekwensi yang telah ditetapkan. Untuk enjain kesetabilan putaran aka dipilih otor listrik jenis DC asinkron dengan daya 250 Watt pada suber tegangan AC 220 Volt 20

4 b. Tarnsisi ekanik, berfungsi untuk eberikan variasi putaran rotor ketika dilakukan pengujian. Siste yang dipakai adalah enggunakan pasangan sabuk dan pulley. Perbandingan transisi bertingkat dipilih dengan rasio 1 : 2 : 3. Poros opsional berfungsi untuk engikat rotor dari bebagai jenis ukuran. c., berfunsi untuk enepatkan rotor yang akan diuji serta ebrikan kebebasan rotor untuk beroksilasi. Karena eliputi rotor yang panjang aka terdapat dua tupuan di kedua ujung rotor yang asing-asing dibentuk dari dua buah bantalan gelinding (ball bearing). diletakkan di atas batang luncur yang berada di atas rangka. Pada bidang luncur ditabahkan pegas dan pereda (absorber) serta jaru petunjuk. Pada saat pengujian esin akan diabil data aplitudo dan posisi dari konsentrasi assa rotor. 3. Siste Instruentasi dan kendali. Siste instruentasi dipasang dengan tujuan untuk pengabilan data pengujian, sedangkan siste kendali dipasang untuk endapatkan stabilitas putaran rotor. Untuk pengujian anual siste instruentasi terdiri dari : a. Jaru dan skala pergeseran, berfungsi untuk ebaca aplitudo pada saat rotor beroskilasi arah lateral. b. Sensor posisi, dilengkapi dengan aplifier bekerjasaa dengan strobocop akan eberikan signal (berupa tegangan listrik) pada saat jaru penunjuk encapai posisi terjauh (sipangan terbesar/aplitudo). c. Srobocop, dengan engabil trigger dari sensor posisi akan eberikan sinar sesaat ke bidang acuan pada rotor yang sudah diberi skala sudut, sedeikian rupa hingga posisi ( sudut ) dari konsentrasi assa dapat diketahui. Untuk pengujian enggunakan koputer, aka instruentasi yang akan dilibatkan eliputi d. Infrared sensing yang akan engindera sekaligus aplitudo dan sudut konsentrasi assa. e. Data akuisisi berfungsi untuk ebaca data analog dari sensor enjadi data biner. f. Progra koputer, yang berfungsi untuk engubah data biner enjadi data tapilan yang selanjutnya dapat dianalisis secara statistik. g. Fibroeter, berfungsi untuk engetahui getaran yang terjadi setelah rotor enjalani proses penyeibangan. 4. Siste Keaanan. Siste keaanan diperlukan untuk enjain keaanan dan keselaatan, baik untuk operator, esin aupun otor rotor uji. Siste keaanan yang akan dipakai pada esin prototipe antara lain : a. Proteksi putaran lebih ( over speed ). Proses ini dilakukan dengan enepatkan governor elektris sedeikian hingga jika terjadi kelebihan putaran, secara otoatis akan enggerakkan potensio dan enurunkan tegangan listrik DC yang disuplai ke otor listrik. b. Rangka penutup dengan kaca akrilik, berfungsi untuk enutup esin sehingga jika terjadi leparan aterial dari dala, pada saat dioperasikan tidak akan langsung keluar yang dapat encelakakan operator. c. Proteksi beban lebih (over load ), berfungsi untuk eutuskan rangkaian listrik ke otor listrik jika terjadi pebebanan lebih yang ditunjukkan oleh kenaikan intensitas arus listrik (Apere). d. Proteksi panas, berfungsi untuk eutuskan rangkaian listrik ke otor listrik jika terjadi kenaikan teperatur diatas yang direkoendasikan. 5. Pengujian Mesin sebelu dilakukan pengujian ula-ula dilakukan engesetan nol terhadap sensorsensor yang dipakai. Hal ini diperlakukan bagi pengujian konvensional aupun pengujian enggunakan koputer. Seentara itu untuk pegas dan pereda juga akan disesuaikan dengan karakteristik rotor. Penyesuaian didasarkan pada hasil pebacaan data yang paling representatip. Secara garis besar prosedur pengujian adalah sebagai berikut: a. Rotor diikat pada poros opsional, diletakkan di atas dua tupuan dan diikat dengan dua sabuk pada asing-asing pulley. Poros transisi diset untuk kekencangan sabuk. Putaran poros opsional diset pada putaran terendah. b. Motor listrik dihidupkan hingga putaran konstan. Data putaran dibaca enggunakan tachoeter. Respon sensor diperhatikan. Pada tahap ini juga dilakukan pengesetan terhadap posisi sensor, pegas serta pereda, sedeikian hingga 21

5 diperoleh pebacaan data yang representatip. c. Untuk pengujian konvensional, pebacaan data aplitudo diperoleh dari posisi jaru penunjuk dan sudut konsentrasi assa diperoleh dari penyinaran strobocop yang dihasilkan oleh sensor elektroekanik. Sedangkan untuk pengujian enggunakan koputer kedua data akan diabil dari infrared sensor selanjutnya ditapilkan dan disipan oleh koputer. Langkah ini dilakukan pada kedua tupuan. d. Proses berikutnya adalah penyeibangan yang engacu pada data langkah Penyeibangan dilakukan dengan enabahkan assa ( counter ass ) di kedua bidang pada rotor yang sudah ditetapkan. Posisi assa berseberangan dengan posisi konsentrasi assa rotor. Nilai dari assa dicoba-coba sedeikian hingga pada saat dilakukan pengujian kebali, rotor akan enghasilkan aplitudo yang lebih kecil. Coba-coba (Metode Convergent Load Tracing) dilakukan hingga diperoleh korelasi yang terbaik antara aplitudo, sudut peletakan dan nilai dari assa penyeibang. Konsep yang dipakai pada proses ini adalah endapatkan harga yang konvergen ( enuju nol ) dari aplitudo yang terjadi. e. Langkah a s/d c dlakukan untuk assa dan putaran rotor yang berbeda dan akhirnya diperoleh tabel dan grafik proses penyeibangan dengan variasi assa rotor dan variasi putaran rotor. f. Untuk endapatkan nilai dari beban tunggal di asing-asing bidang penyeibangan dilakukan penibangan seua assa, selanjutnya enggunakan etode titik berat akan diketahui nilai dari beban tunggal serta sudut daei posisi beban yang diaksud. g. Peeriksaan hasil akhir dari proses penyeibangan dilakukan dengan dua cara yaitu : - Mengukur getaran rotot yang terjadi dibandingkan dengan Nae Plate dari esin yang engoperasikan rotor (kegiatan ini akan eanfaatkan fasilitas bengkel PT. PUSRI). - Melakukan pengujian kebali enggunakan esin penyeibang standar presisi tinggi ( dilakukan di PT SUCOFINDO cabang Palebang) dan ebandingkan datanya. Kesaaan kedua data diuji enggunakan etode chi-square pada confidence lavel 97,5 % ( Hald T G., Statistics for ENgineering, McGrawHill, Inc, 1997 ) HASIL DAN PEMBAHASAN Dei pencapaian tujuan, aka kegiatan disusun secara runut dan sisteatik dengan alokasi waktu selaa 6 bulan. Agar tidak terjadi overlap antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain, aka seua kegiatan akan dilaksanakan berdasarkan skala priorotas yang penulis anggap perlu. Untuk enjain kelancaran kegiatan, aka secara periodic selalu diadakan diskusi antar anggota pelaksanaan penelitian. Untuk eantau kegiatan penelitian dapat dilakukan sesuai dengan jadwal yang sudah dirancang. Pebagian tugas untuk ti peneliti didasarkan pada waktu dan keahlian yang sudah ditetapkan. Kegiatan penelitian telah selesai dilaksanakan dan berlangsung sesuai dengan rencana kerja yang seula. Rancang bangun esin penyeibang dikerjakan di Bengkel Teknologi Mekanik Jurusan Teknik Mesin Polsri, sedangkan pengujian penyeibangan benda putar dilaksanakan di Laboratoriu M & R Jurusan Teknik Mesin Polsri. Benda putar (rotor) yang dijadikan bahan uji adalah 4 buah roda obil lengkap dengan velgnya, dari jenis 185 R-14-88S dengan assa total 14,8 kg. keepat roda dala keadaan tidak seibang pada variasi putaran 500 rp, 1500 rp serta 2000 rp. Tabel berikut enyajikan hasil pengujian penyeibangan enggunakan Metode Convergent LoadTracing. 22

6 Tabel 1. Hasil pengujian penyeibang rotor untuk n = 500 rp kiri kanan Aplitudo (gra) Aplitudo (gra) 5,2 58 6,1 3, ,4 4,3 53 5,5 3, ,6 4,0 58 4,3 2, ,0 3,5 61 2,9 2, ,4 2,1 59 2,4 2, ,8 1,8 60 1,3 1, ,5 0,6 60 0,6 0, ,2 0,3 59 0,2 1, , ,1 dan assa 59,8 23,2 dan assa 128,4 10,1 Tabel 2. Hasil pengujian penyeibangan rotor untuk n = 1000 rp kiri kanan Aplitudo (gra) Aplitudo (gra) 6, ,1 3, ,3 5, ,8 3, ,1 4, ,4 2, ,0 3, ,6 2, ,6 2, ,9 1, ,3 1, ,1 0, ,9 0, ,4 0, ,7 0, ,3 0, , , ,2 dan assa 59,8 17,7 dan assa Tabel 3. Hasil pengujian penyeibang rotor untuk n = 1500 rp kiri Mass Aplitudo (gra) Aplitudo 326,4 11,3 kanan Massa (gra) 4, ,6 3, ,5 4, ,2 2, ,2 3, ,8 2, ,4 3, ,5 2, ,8 2, ,4 2, ,7 1, ,1 1, ,5 0, ,7 0, ,2 0, ,5 0, , , ,1 dan assa 199,0 29,0 dan assa 111,5 12,4 23

7 JURNAL AUSTENIT VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL 2009 Tabel 4. Hasil pengujian penyeibang rotor untuk n = 2000 rp kiri kanan Aplitudo (gra) Aplitudo (gra) 7,8 91 6,2 4,5 15 2,1 6,8 85 5,6 4,4 13 1,6 4,9 89 4,6 3,7 12 1,0 3,8 94 2,4 2,4 12 0,9 2,9 93 2,3 2,0 15 0,7 1,8 90 1,1 1,6 9 0,5 0,5 88 0,8 0,5 8 0,4 0,3 91 0,3 1,1 14 0, , dan assa 59,8 23,2 dan assa 12,8 7,3 Tabel 5. Rangkuan hasil pengujian untuk 4 rotor sejenis dan 4 variasi putaran N = 500 rp N = 1000 rp N = 1500 rp kiri kanan kiri kanan kiri kanan (g) (g) (g) (g) (g (g) 5,2 23,2 3,6 10,1 6,,2 17,7 3,7 11,3 4,8 29 3,3 12,4 N = 2000 rp kiri kanan (g) (g) 7,8 23,5 4,5 7,3 Dari table 1, 2, 3 dan 4 setelah elalui interpolasi diperoleh hubungan natara aplitudo dan assa untuk 4 variasi putaran. Kurva penyeibang berikut ini berlaku untuk tupuan kanan dan tupuan kiri. Gabar 6. Kurva Kolerasi antara assa, Aplitudo dan variasi putaran rotor Dari kedua kurva gabar engindikasikan adanya kecendrungan turun enuju ke titik nol. Rotor yang sudah dinyatakan sudah seibang (balance), selanjutnya dicek enggunakan esin penyeibang enghasilkan tingkat keakuratan 97,8 %. Hal ini enunjukkan kinerja esin penyeibang yang dibuat adalah dala kondisi baik. Mesin yang dibuat, selain udah dioperasikan, juga udah dala elakukan perawatan dan perbaikan. Mesin dapat dipergunakan sebagai bahan praktiku 24

8 ahasisawa, khususnya pada ata kuliah praktek perawatan esin industri KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disipulkan bahwa esin yang dibuat, setelah dicek (dibandingkan) dengan esin buatan industri enunjukkan keakuratan 97,8%. Hal ini enunjukkan kinerja esin penyeibang yang dibuat dapat digunakan, khususnya untuk alat praktek ahasiswa di Laboratoriu Perawatan dan Perbaikan. Selain itu alat ini udah dioperasikan juga udah dala elakukan perawatan dan perbaikan. Saran 1. Pada saat elakukan pengujian hendaklah engenakan pakain praktiku serta siste keaanan 2. Gunakan prosedur yang sudah ada dan lakukan penyeibangan yang benar DAFTAR PUSTAKA Beckwith T G and Buck N L., 1982, Mechanical Measureent.,3 th editon, Addison Weslley, Inc Ber F P and Jhonstone, E.R., 1982, Mechanical Engineering, Dynaics, PradWhitney Publisher Hald F and Teddy B., 1987, Statistics for Engneer, 3 th edition, McGraw-Hiil, Inc Holowenko,A.R, 1985, Dynaics of Machinery, 2 nd edition, Jhon Willey & Son, Inc Jhonson C. et.al., 1999, Convergen Loat Tracing Methode., Aerican Journal of Engineering Vebration, 21 th edition, Sec 6, p Sigley J and Mitchell L D.,1982, Mechanical Engineering Design, International Edition, McGraw-Hill, Inc Willia T & Thoson., 1991, Theory of Vibration With Application, 4 th edition, Prntce Hall, Inc 25

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI Muhaad Aldo Aditiya Nugroho (13213108) Asisten: Dede Irawan (23214031) Tanggal Percobaan: 29/03/16 EL3215 Praktiku Siste Kendali Laboratoriu Siste Kendali dan Koputer - Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

Gerak Harmonik Sederhana Pada Ayunan

Gerak Harmonik Sederhana Pada Ayunan Gerak Haronik Sederhana Pada Ayunan Setiap gerak yang terjadi secara berulang dala selang waktu yang saa disebut gerak periodik. Karena gerak ini terjadi secara teratur aka disebut juga sebagai gerak haronik/haronis.

Lebih terperinci

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Penyajian Laporan Dala penyajian bab ini dibuat kerangka agar eudahkan dala pengerjaan laporan. Berikut ini adalah diagra alir tersebut : Studi Pustaka Model-odel Eleen Struktur

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TEORETIK

BAB III ANALISA TEORETIK BAB III ANALISA TEORETIK Pada bab ini, akan dibahas apakah ide awal layak untuk direalisasikan dengan enggunakan perhitungan dan analisa teoretik. Analisa ini diperlukan agar percobaan yang dilakukan keudian

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-58 Perancangan Siste Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Siste Fuzzy Mochaad Raa Raadhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam Dapatkan soal-soal lainnya di http://foru.pelatihan-osn.co SOAL OLIPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus Fisika-TEP FTP UB /6/3 Dinaika 3 TIM FISIKA FTP UB PUSAT MASSA Titik pusat assa / centroid suatu benda ditentukan dengan ruus ~ x x ~ y y ~ z z Diana: x, y, z adalah koordinat titik pusat assa benda koposit.

Lebih terperinci

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL)

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL) Media Elektrika, ol. 8, No. 1, Juni 015 ISSN 1979-7451 PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL) Adhi Kusantoro, ST, MT [1] Ir.Agus Nuwolo,

Lebih terperinci

Solusi Treefy Tryout OSK 2018

Solusi Treefy Tryout OSK 2018 Solusi Treefy Tryout OSK 218 Bagian 1a Misalkan ketika kelereng encapai detektor bawah untuk pertaa kalinya, kecepatan subu vertikalnya adalah v 1y. Maka syarat agar kelereng encapai titik tertinggi (ketika

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN 43 MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : MATERI KULIAH: Mekanika klasik, Huku Newton I, Gaya, Siste Satuan Mekanika, Berat dan assa, Cara statik engukur gaya.. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL 6.1 MEKANIKA

Lebih terperinci

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL 1 GETARAN PEGAS SERI-PARALEL I. Tujuan Percobaan 1. Menentukan konstanta pegas seri, paralel dan seri-paralel (gabungan). 2. Mebuktikan Huku Hooke. 3. Mengetahui hubungan antara periode pegas dan assa

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEKANISME BACK LIFT

PERANCANGAN MEKANISME BACK LIFT Seinar Nasional - IX Rekayasa dan Aplikasi Mesin di Industri Kapus ITENAS - Bandung, 9-10 Noveber 2010 PERANCANGAN MEKANISME BACK LIFT Tito Shantika dan Encu Saefudin Jurusan esin, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1) RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co

Lebih terperinci

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan 2.1.2. Pengertian Getaran Getaran adalah gerakan bolak-balik dala suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan gerak tersebut. Seua benda

Lebih terperinci

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 5 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT Baharuddin Progra Studi Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura, Pontianak Eail : cithara89@gail.co

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dala bidang konstruksi sifat aterial yang dapat terdefleksi erupakan suatu hal yantg sangat enakutkan karena bila saja hal tersebut terjadi aka struktur yang dibangun

Lebih terperinci

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA Di sekitar kita banyak benda yang bergetar atau berosilasi, isalnya assa yang terikat di ujung pegas, garpu tala, gerigi pada ja ekanis, penggaris elastis yang salah satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. Uu Transforator erupakan suatu alat listrik yang engubah tegangan arus bolak balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain elalui suatu gandengan agnet dan berdasarkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 013 TINGKAT PROPINSI FISIKA Waktu : 3,5 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.460-919) Volue 1, No., Maret 016 MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI 1 Suraidin, Islahudin, 3 M. Firan Raadhan 1 Mahasiswa Sarjana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa pelat lantai gedung rawat inap RSUD Surodinawan Kota Mojokerto dengan enggunakan teori garis leleh ebutuhkan beberapa tahap perhitungan dan analsis aitu perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gepa dapat terjadi sewaktu waktu akibat gelobang yang terjadi pada sekitar kita dan erabat ke segala arah.gepa bui dala hubungannya dengan suatu wilayah berkaitan

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1)

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1) JURNAL TEKNIK MESIN Vol 4, No 2, Oktober 2002: 94 98 Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Perforansi Mesin Pendingin ) Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015 SEEKSI OIMPIDE TINGKT KBUPTEN/KOT 14 TIM OIMPIDE FISIK INDONESI 15 Bidang Fisika Waktu : 18 enit KEMENTRIN PENDIDIKN DN KEBUDYN DIREKTORT JENDER PENDIDIKN DSR DN MENENGH DIREKTORT PEMBINN SEKOH MENENGH

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Copetititon Tingkat SMA 1. Ujian Eksperien berupa Naskah soal beserta lebar jawaban dan kertas grafik. 2. Waktu keseluruhan dala eksperien dan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II PENYEARAH DAYA

BAB II PENYEARAH DAYA BAB II PENYEARAH DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah engikuti ateri ini diharapkan ahasiswa eiliki kopetensi: Menguasai karakteristik penyearah setengah-gelobang dan gelobang-penuh satu fasa dan tiga fasa Menguasai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pebekuan Pebekuan berarti peindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat dan erupakan salah satu proses pengawetan yang uu dilakukan untuk penanganan

Lebih terperinci

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011)

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011) Soal Latihan (3-11 Noveber 2011) Kerjakan soal-soal berikut selaa 1 inggu untuk elatih keapuan Anda. Kerjakan 2-3 soal per hari. Sebelu engerjakan soal-soal tersebut, sebaiknya Anda engerjakan soalsoal

Lebih terperinci

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT PENJUMAHAN MOMENTUM SUDUT A. Penjulahan Moentu Sudut = + Gabar.9. Penjulahan oentu angular secara klasik. Dua vektor oentu angular dan dijulahkan enghasilkan Jika oentu angular elektron pertaa adalah dan

Lebih terperinci

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis p-issn: 461-0933 e-issn: 461-1433 Halaan 59 Naskah diterbitkan: 30 Deseber 015 DOI: doi.org/10.1009/1.0110 Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Haronis Esar Budi Progra Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Mateatika

Lebih terperinci

= mv Momentum akhir setelah tumbukan pertama:

= mv Momentum akhir setelah tumbukan pertama: 1.79. Sebuah bola baja berassa = 50 g jatuh dari ketinggian h = 1,0 pada perukaan horisontal sebuah papan tebal. Tentukan oentu total yang diberikan bola pada papan setelah terpental beberapa kali, bila

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING Puji Saksono 1) ABSTRAK Kondensor erupakan alat penukar kalor pada sisti refrigerasi yang berfungsi untuk elepaskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss,

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss, I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsep teori graf diperkenalkan pertaa kali oleh seorang ateatikawan Swiss, Leonard Euler pada tahun 736, dala perasalahan jebatan Konigsberg. Teori graf erupakan salah satu

Lebih terperinci

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Kristal no.12/april/1995 1 MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Di dala ateatika anda pasti sudah pernah berhadapan dengan sebuah siste persaaan linier. Cacah persaaan yang berada di dala siste

Lebih terperinci

Membelajarkan Geometri dengan Program GeoGebra

Membelajarkan Geometri dengan Program GeoGebra Mebelajarkan Geoetri dengan Progra GeoGebra Oleh : Jurusan Pendidikan Mateatika FMIPA UNY Yogyakarta Eail: ali_uny73@yahoo.co ABSTRAK Peanfaatan teknologi koputer dengan berbagai progranya dala pebelajaran

Lebih terperinci

PENENTUAN e/m Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENENTUAN e/m Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta PENENTUAN e/ Kusnanto Mukti W/ M009031 Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Eksperien dala enentukan besar uatan elektron pertaa kali dilakukan oleh J.J.Thoson. Dala percobaanya,

Lebih terperinci

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis p-issn: 461-0933 e-issn: 461-1433 Halaan 59 Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Haronis Esar Budi Progra Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan Ala Universitas Negeri Jakarta, Jl.

Lebih terperinci

Simulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Smith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu

Simulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Smith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu 6 Siulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Sith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu Neilcy Tjahja Mooniarsih Progra Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

DINAMIKA LINEAR Teori Singkat Hukum-hukum Newton tentang Gerak Gaya-gaya yang sering dijumpai dalam persoalan mekanika: maksimum

DINAMIKA LINEAR Teori Singkat Hukum-hukum Newton tentang Gerak Gaya-gaya yang sering dijumpai dalam persoalan mekanika: maksimum DINAIKA LINEAR Teori Singkat Huku-huku Newton tentang Gerak. Huku Newton Benda yang dia atau berada dala gerak dengan keceatan konstan akan terus berada dala keadaan geraknya kecuali ada gaya yang bekerja

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan yang iring (dengan sudut θ terhadap bidang horizontal)

Lebih terperinci

Bab IV. Pemodelan, Pengujian dan Analisa. Sistem Steel Ball Magnetic Levitation

Bab IV. Pemodelan, Pengujian dan Analisa. Sistem Steel Ball Magnetic Levitation Bab IV Peodelan, Pengujian dan Analisa Siste Steel Ball Magnetic Levitation Pada bab IV ini akan dijelaskan engenai peodelan, pengujian dari siste yang tela dibuat dan penganalisaan asil pengujian tersebut.

Lebih terperinci

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb Perbandingan Bilangan Doinasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Cob Reni Uilasari 1) 1) Jurusan Teknik Inforatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhaadiyah Jeber Eail : 1) reniuilasari@gailco ABSTRAK

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN 7 III HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Analisis Metode Dala penelitian ini akan digunakan etode hootopi untuk enyelesaikan persaaan Whitha-Broer-Koup (WBK), yaitu persaaan gerak bagi perabatan gelobang pada perairan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Beberapa Defenisi Pada analisa keputusan, si pebuat keputusan selalu doinan terhadap penjabaran seluruh alternatif yang terbuka, eperkirakan konsequensi yang perlu dihadapi pada setiap

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM 25 PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM Budi Hartono Fakultas Teknik, Universitas Ibnu Chaldun, Jl. Raya Serang Cilegon K.5, Serang Banten. Telp. 254-82357 / Fax. 254-82358

Lebih terperinci

VIII. TORSI Definisi Torsi. (couples) yang menghasilkan perputaran terhadap sumbu longitudinalnya. [Torsi]

VIII. TORSI Definisi Torsi. (couples) yang menghasilkan perputaran terhadap sumbu longitudinalnya. [Torsi] [orsi] VIII. OSI 8.1. Definisi orsi orsi adah suatu peuntiran sebuah batang yang diakibatkan oleh kopelkopel (couples) yang enghasilkan perputaran terhadap subu longitudinnya. Kopel-kopel yang enghasilkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN 35 BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk elihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan enjulahkan hasil pengukuran enggunakan kwh-eter satu fasa pada jalur fasa-fasa dengan

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Putaran Kompresor Pada Sistem Pengkondisian Udara Dengan Pre-Cooling

Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Putaran Kompresor Pada Sistem Pengkondisian Udara Dengan Pre-Cooling JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No., (016) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) F-84 Studi Eksperien Pengaruh Variasi Kecepatan Putaran Kopresor Pada Siste Pengkondisian Udara Dengan Pre-Cooling Fariz Ibrohi dan Ary

Lebih terperinci

Lampiran 1 - Prosedur pemodelan struktur gedung (SRPMK) untuk kontrol simpangan antar tingkat menggunakan program ETABS V9.04

Lampiran 1 - Prosedur pemodelan struktur gedung (SRPMK) untuk kontrol simpangan antar tingkat menggunakan program ETABS V9.04 50 Lapiran 1 - Prosedur peodelan struktur gedung (SRPMK) untuk kontrol sipangan antar tingkat enggunakan progra ETABS V9.04 Pada sub bab ini, analisis struktur akan dihitung serta ditunjukan dengan prosedur

Lebih terperinci

BAB 2 PEMODELAN PUTARAN TURBIN GENERATOR PLTN

BAB 2 PEMODELAN PUTARAN TURBIN GENERATOR PLTN 5 BAB PEMODELAN PUTARAN TURBIN GENERATOR PLTN Kebutuhan akan penabahan pebangkit listrik saat ini sangat diperlukan engingat Indonesia diprediksi dala keadaan krisis energi listrik diasa endatang. Saat

Lebih terperinci

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA Jurnal Mateatika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 160 167 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA

Lebih terperinci

THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA

THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA Juli Biantoro 1, Didit Purnoo 2 1,2 Fakultas Ekonoi dan Bisnis, Universitas Muhaadiyah Surakarta dp274@us.ac.id Abstrak Ketahanan

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

KESETIMBANGAN BENDA TEGAR 1 KESEIMNGN END EGR (Soal abahan Persiapan Ujian Perbaikan) 1. n enyusun 5 buah batang ebentuk huruf R seperti pada gabar. entukanlah Koordinat titik berat tersebut! 2. Ru enyusun 4 buah batang ebentuk

Lebih terperinci

1. Penyearah 1 Fasa Gelombang Penuh Terkontrol Beban R...1

1. Penyearah 1 Fasa Gelombang Penuh Terkontrol Beban R...1 DAFTA ISI. Penyearah Fasa Gelobang Penuh Terkontrol Beban..... Cara Kerja angkaian..... Siulasi Matlab...7.3. Hasil Siulasi.... Penyearah Gelobang Penuh Terkontrol Beban -L..... Cara Kerja angkaian.....

Lebih terperinci

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/23/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/23/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus Fisika-TEP FTP UB /3/3 Dinaika 3 TIM FISIKA FTP UB PUSAT MASSA Titik usat assa / centroid suatu benda ditentukan dengan ruus ~ x x ~ y y ~ z z Diana: x, y, z adalah koordinat titik usat assa benda koosit.

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

BAB 4 KAJI PARAMETRIK

BAB 4 KAJI PARAMETRIK Bab 4 Kaji Paraetrik BAB 4 Kaji paraetrik ini dilakukan untuk endapatkan suatu grafik yang dapat digunakan dala enentukan ukuran geoetri tabung bujursangkar yang dibutuhkan, sehingga didapatkan harga P

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY 3.1 Analisis Dinaika Model Hodgkin Huxley Persaaan Hodgkin-Huxley berisi epat persaaan ODE terkopel dengan derajat nonlinear yang tinggi dan sangat sulit

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Alur Permukaan Sirip pada Sistem Pendingin Mesin Kendaraan Bermotor

Studi Eksperimen Pengaruh Alur Permukaan Sirip pada Sistem Pendingin Mesin Kendaraan Bermotor Jurnal Kopetensi Teknik Vol. 1, No. 1, Noveber 009 1 Studi Eksperien Pengaruh Alur Perukaan Sirip pada Siste Pendingin Mesin Kendaraan Berotor Sasudin Anis 1 dan Aris Budiyono 1, Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG )

PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG ) PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG ) Siti Munawaroh, S.Ko Abstrak: Koperasi Aanah Sejahtera erupakan

Lebih terperinci

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis JURNAL TEKNIK ITS Vol., (Sept, ) ISSN: 3-97 G-59 Prediksi Uur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunai dengan Metode Spectral Fatigue Analysis Angga Yustiawan dan Ketut Suastika Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Dimensi Pipa Kapiler Pada Sistem Air Conditioning Dengan Pre-Cooling

Studi Eksperimen Pengaruh Dimensi Pipa Kapiler Pada Sistem Air Conditioning Dengan Pre-Cooling JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No., (016) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) A-918 Studi Eksperien Pengaruh Diensi Pipa Kapiler Pada Siste Air Conditioning Dengan Pre-Cooling Awan Satya Darawan dan Ary Bachtiar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelu sapai pada pendefinisian asalah network flow, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan engenai konsep-konsep dasar dari odel graph dan representasinya

Lebih terperinci

PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL

PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL Diajukan untuk eenuhi persyaratan eperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 )

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 ) BAB IV BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelunya bahwa dala engonstruksi field GF(3 ) diperoleh dari perluasan field 3 dengan eilih polinoial priitif berderajat atas 3 yang dala hal

Lebih terperinci

Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 jam

Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 jam Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 ja 1 (Nilai 15) Sebuah bola pada ketinggian h dari perukaan lantai, ditebakkan secara horizontal dengan kecepatan v 0. Bola engenai lantai dan eantul

Lebih terperinci

Sphaira Mobile Electronic Medical Record (m-emr) Mobile Application untuk pelayanan medis yang lebih baik

Sphaira Mobile Electronic Medical Record (m-emr) Mobile Application untuk pelayanan medis yang lebih baik Sphaira Mobile Electronic Medical Record (-EMR) Mobile Application untuk pelayanan edis yang lebih baik Para narasuber di peluncuran aplikasi Sphaira Mobile pada tablet Windows 8 (ki-ka) Rudy Surjanto

Lebih terperinci

METHODIST-2 EDUCATION EXPO 2016

METHODIST-2 EDUCATION EXPO 2016 TK/SD/SMP/SMA Methodist- Medan Jalan M Tharin No. 96 Medan Kota - 01 T: (+661)46 81 METODIST- EDUCATION EXPO 016 Loba Sains Plus Antar Pelajar Tinkat SMA se-suatera Utara NASKA SOAL FISIKA - Petunjuk Soal

Lebih terperinci

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA ASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU ASA Maulana Ardiansyah, Teguh Yuwono, Dedet Candra Riawan Jurusan Teknik Elektro TI - ITS Abstrak Generator induksi

Lebih terperinci

MAKALAH SISTEM BASIS DATA

MAKALAH SISTEM BASIS DATA MAKALAH SISTEM BASIS DATA (Entity Relationship Diagra (ERD) Reservasi Hotel) Disusun Oleh : Yulius Dona Hipa (16101055) Agustina Dau (15101635) Arsenia Weni (16101648) PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMARIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan daerah sebagai bagian yang integral dari pebangunan nasional dilaksanakan berdasakan prinsip otonoi daerah dan pengaturan suber daya nasional yang

Lebih terperinci

PEMOTONGAN PADA DUA HARGA TEGANGAN BERBEDA

PEMOTONGAN PADA DUA HARGA TEGANGAN BERBEDA EEKTONKA ANAOG Perteuan PEMOTONGAN PADA DUA HAGA TEGANGAN BEBEDA Disebut juga rangkaian pengiris atau slicer. angkaian utk peotongan pada dua harga tegangan yg berbeda ditunjukkan pd gabar (a) berikut.

Lebih terperinci

B C D E... 2h g. =v 2h g T AB. B, y. = 2 v' =2e v 2h T BC

B C D E... 2h g. =v 2h g T AB. B, y. = 2 v' =2e v 2h T BC 1. Gerak benda di antara tubukan erupakan erak parabola. Sebut posisi ula-ula benda adalah titik A, posisi terjadinya tubukan pertaa kali adalah titik B, posisi terjadi tubukan kedua kalinya adalah titik

Lebih terperinci

Diketik ulang oleh : Copyright Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, KIMIA, ASTRONOMI, INFORMATIKA, dll UNTUK

Diketik ulang oleh : Copyright  Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, KIMIA, ASTRONOMI, INFORMATIKA, dll UNTUK Copyright http://serbiserbi.co/ Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, 1 2 SOAL PILIHAN GANDA 1. Tahukah kalian, salah satu keunikan dari laba-laba pelopat adalah keistiewaan penglihatannya.

Lebih terperinci

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Jurnal Iliah MEDIA ENGINEERING Vol. 3, No. 2, Juli 2013 ISSN 2087-9334 (94-98) ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Octaviani Litwina Ada Aluni

Lebih terperinci

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016 ISSN 0853 4403 WAHANA Volue 67, Noer 2, Deseber 206 PERBANDINGAN LATIHAN BOLA DIGANTUNG DAN BOLA DILAMBUNGKAN TERHADAP HASIL BELAJAR SEPAK MULA DALAM PERMAINAN SEPAK TAKRAW PADA SISWA PUTRA KELAS X-IS

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR MODEL MATEMATIKA SISTEM PEMUKAAN ZAT AI PENGANTA Pada bagian ini kita akan enurunkan odel ateatika siste perukaan zat cair. Dengan eperkenalkan prinsip resistansi dan kapasitansi untuk siste perukaan zat

Lebih terperinci

PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS

PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS Jurnal Mateatika UNAND Vol. 5 No. 3 Hal. 85 91 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS FERDY NOVRI

Lebih terperinci

Gambar 1. Skema proses komunikasi dalam pembelajaran

Gambar 1. Skema proses komunikasi dalam pembelajaran 2 kurang tertarik epelajari pelajaran ilu pengetahuan ala karena etode pebelajaran yang diterapkan guru. Jadi etode pengajaran guru sangat epengaruhi inat belajar siswa dala epelajari ilu pengetahuan ala.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN, VOLUME DAN KEPADATAN LALU LINTAS RUAS JALAN SILIWANGI SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN, VOLUME DAN KEPADATAN LALU LINTAS RUAS JALAN SILIWANGI SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN, OLUME DAN KEPADATAN LALU LINTAS RUAS JALAN SILIWANGI SEMARANG Eko Nugroho Julianto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Searang (UNNES) Gedung E4, Kapus

Lebih terperinci

Pemasangan LC Filter Pada SCR (Silicon Controlled Rectifier) Sebagai Pengendali Motor DC

Pemasangan LC Filter Pada SCR (Silicon Controlled Rectifier) Sebagai Pengendali Motor DC SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 15 ISSN: 47 7534 Peasangan LC Filter Pada SCR (Silicon Controlled Rectifier Sebagai Pengendali Motor DC Babang Prio Hartono, Choirul Saleh, Taufik Hidayat Progra Studi Teknik

Lebih terperinci

Penerapan Metode Simpleks Untuk Optimalisasi Produksi Pada UKM Gerabah

Penerapan Metode Simpleks Untuk Optimalisasi Produksi Pada UKM Gerabah Konferensi Nasional Siste & Inforatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Penerapan Metode Sipleks Untuk Optialisasi Produksi Pada UKM Gerabah Ni Luh Gede Pivin Suwirayanti STMIK STIKOM Bali Jl. Raya

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian 39 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini terasuk tipe penelitian dengan pendekatan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis ini dipergunakan untuk enggabarkan tentang

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Informasi Perpustakaan Berbasis Web Pada SMPN 71 Jakarta

Rancang Bangun Sistem Informasi Perpustakaan Berbasis Web Pada SMPN 71 Jakarta Siposiu Nasional Ilu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 207 ISBN: 978-602-6268-4-9 Rancang Bangun Siste Inforasi Perpustakaan Berbasis Web Pada SMPN 7 Jakarta Kurniawati, Ghofar Taufik 2 STMIK Nusa

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka 5 Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Definisi Penjadwalan Penjadwalan adalah kegiatan pengalokasian suber-suber atau esin-esin yang ada untuk enjalankan sekupulan tugas dala jangka waktu tertentu. (Baker,1974).

Lebih terperinci

PERFORMANSI MESIN REFRIGERASI KOMPRESI UAP TERHADAP MASSA REFRIGERAN OPTIMUM MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON

PERFORMANSI MESIN REFRIGERASI KOMPRESI UAP TERHADAP MASSA REFRIGERAN OPTIMUM MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON PERFORMANSI MESIN REFRIGERASI KOMPRESI UAP TERHADAP MASSA REFRIGERAN OPTIMUM MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON Azridjal Aziz (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Universitas Riau ABSTRAK Julah assa

Lebih terperinci

JSIKA Vol. 5, No. 5. Tahun 2016 ISSN X

JSIKA Vol. 5, No. 5. Tahun 2016 ISSN X SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASET TI PADA KEMENTERIAN AGAMA KOTA PROBOLINGGO Zulfikar Rahan 1) Arifin Puji Widodo 2) Anjik Sukaaji 3) S1 / Jurusan Siste Inforasi Institut Bisnis dan Inforatika STIKOM Surabaya

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN

LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN NAMA PRAKTIKAN : Raadhan Bestari T. Barlian GRUP PRAKTIKAN : Grup Pagi (08.00-11.00) KELOMPOK : 2 HARI/TGL. PRAKTIKUM : Kais, 17

Lebih terperinci

ANTIREMED KELAS 11 FISIKA

ANTIREMED KELAS 11 FISIKA ANTIREED KELAS 11 FISIKA UTS Fisika Latihan Doc. Nae: AR11FIS01UTS Version : 014-10 halaan 1 01. erak sebuah benda eiliki persaaan posisi r = (-6-3t)i + (8 + 4t) Seua besaran enggunakan satuan dasar SI.

Lebih terperinci

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS) BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS) Adapun sejarah Badan Pusat Statistik di Indonesia terjadi epat asa peerintah di Indonesia, antara lain : 1. Masa Peerintahan

Lebih terperinci

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM (CUSUM) DAN EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE () DALAM MENDETEKSI PERGESERAN RATARATA PROSES Oleh: Nurul Hidayah 06 0 05 Desen pebibing:

Lebih terperinci