ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH
|
|
- Teguh Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH (The Estimation of Beef Cattle Output in Sukoharjo Central Java) SUMADI, N. NGADIYONO dan E. SULASTRI Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRACT The research was conducted to investigate an estimation of beed cattle output in Sukoharjo regency, Central Java.Data was obtained from 48 famers as respondences in sub districts namely: Polokarto, Bendosari and Mojolaban using survey method. Breeding theory was used to estimate every beef cattle output. The result showed the output as heifer was heads (14.18%) from the population of heads (6.64%) PO, 1,140 heads (4.47%) Simpo, 509 heads (2.0%) Limpo and 272 heads (1.07%) Brangus. The output as final stock was 7,902 heads (31.01%) from the population of 3,770 heads (14.79%) PO, 2,500 heads (9.81%) Simpo, 1,108 heads (4.35%) Limpo and 524 heads (2.06%) Brangus. Key Words: Output, Beef Cattle, Sukoharjo Regency ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui output sapi potong di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, berdasarkan bangsa sapinya. Penelitian dilakukan secara survei di Kecamatan Bendosari dan Mojolaban dengan total responden 48 peternak. Teori pemuliaan ternak digunakan untuk estimasi output setiap bangsa sapi potong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa output bibit betina ekor (14,18%) dari populasi yang terdiri dari sapi PO ekor (6,64%), Simpo ekor (4,47%), Limpo 509 ekor (2,0%) dan Brangus 272 ekor (1,07%) serta output untuk dipotong ekor (31,01%) dari populasi yang terdiri dari PO ekor (14,79%), Simpo ekor (9,81%), Limpo ekor (4,35%) dan Brangus 524 ekor (2,06%). Kata Kunci: Output, Sapi Potong, Kabupaten Sukoharjo PENDAHULUAN Sapi potong di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah merupakan salah satu aset daerah di bidang peternakan yang cukup besar potensinya sehingga perlu dikembangkan dan dilestarikan. Keberadaan sapi potong di wilayah ini dapat digali potensinya sebagai penghasil daging dan meningkatkan output wilayah ini. Disamping itu dengan meningkatnya output dan produksi sapi potong di wilayah ini, dapat meningkatkan lapangan kerja, pendapatan dan kesejahteraan petani peternak serta meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Oleh sebab itu informasi tentang kemampuan berproduksi sangat diperlukan agar supaya output suatu wilayah sebagai sumber penghasil sapi potong atau daging khususnya dapat dilestarikan dan ditingkatkan (HARDJOSUBROTO, 1990). Output suatu wilayah dapat dihitung berdasarkan produktivitas sapi potong yang ada. Persentase sapi betina yang dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH) dapat digunakan untuk uji silang dengan kebutuhan ternak pengganti. Kemampuan berproduksi sapi potong dapat digambarkan dengan pertumbuhan, persentase karkas dan sifat-sifat reproduksinya. Produktivitas sapi potong merupakan gabungan sifat produksi dan reproduksi, serta dapat ditingkatkan melalui peningkatan mutu genetiknya dengan cara seleksi dan pemasangan perkawinan (HARDJOSUBROTO, 1994; WARWICK et al., 1983; LASLEY, 1978). Produktivitas sapi potong dari suatu wilayah dapat diketahui berdasarkan jumlah sapi yang dapat dikeluarkan atau output dari wilayah tersebut, yang dapat berupa sisa bibit betina dan bakalan untuk penggemukan serta sapi afkir siap potong dengan tanpa 324
2 mengganggu perkembangan populasi sapi potong di wilayah tersebut. Output atau kemampuan suatu wilayah menghasilkan sapi potong, merupakan jumlah sapi muda sisa pengganti ditambah sapi dewasa afkir. Sisa sapi muda merupakan selisih antara nilai natural increase (pertambahan alami) dengan kebutuhan ternak pengganti. Natural increase merupakan selisih antara kelahiran dengan kematian, maka dari itu teori pemuliaan ternak digunakan dalam estimasi output sapi potong dari suatu wilayah berdasarkan sifat produksi dan reproduksinya (SUMADI et al., 2004). Persentase karkas merupakan indikator yang dapat langsung menunjukkan berat daging yang dihasilkan seekor ternak. Oleh karena itu, setelah diketahui jumlah sapi yang dapat dipotong atau dikeluarkan dari suatu wilayah dan persentase karkas serta daging diketahui maka output suatu wilayah untuk menghasilkan daging dapat diketahui (SUMADI et al., 2001). MATERI DAN METODE Penelitian menggunakan peternak sapi potong sebagai responden beserta ternak yang dimiliki, sapi potong yang dipotong di tempat pemotongan hewan (TPH) dan karkasnya, data populasi sapi potong dari dinas terkait. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei Estimasi output dari suatu wilayah, pengumpulan data dengan survei meliputi tiga (3) kecamatan sampel (Bendosari, Polokarto dan Mojolaban), dengan 48 responden dan jumlah sapi 119 ekor, yang terdiri dari sapi Peranakan Ongole (PO), Simpo, Limpo dan Brangus. Wawancara dibantu dengan daftar pertanyaan yang meliputi identitas peternak, pengelolaan dan biologi reproduksi sapi, jumlah kepemilikan dan mutasi sapi. Data kualitatif dianalisis dengan menghitung persentase dan data kuantitatif dalam rata-rata dan standar deviasi kemudian dibuat tabel. Teori pemuliaan ternak digunakan untuk menghitung output sapi potong dari suatu wilayah berdasarkan koefisien teknis sifat produksi dan reproduksi. Ukuran tubuh dan bobot badan sapi dari 119 ekor sapi diambil yang memenuhi syarat sebanyak 91 ekor yang terdiri dari 49 ekor PO, 19 ekor Simpo, 15 Limpo dan 8 ekor Brangus, diukur ukuran tubuh, berat badan dan estimasi umur lewat perubahan gigi seri, kemudian dihitung rata-ratanya pada setiap jenis kelamin. Persentase karkas, sapi sebelum dipotong ditimbang untuk mengetahui berat badannya dan diukur ukuran tubuhnya. Setelah dipotong ditimbang karkasnya dan dihitung persentase karkas serta estimasi umur berdasarkan perubahan gigi seri. Perkembangan populasi sapi potong, berdasarkan data lima tahun terakhir (2002 sampai 2006) dihitung rata-rata kenaikannya dan dengan analisis runtut waktu untuk estimasi populasi sapi potong lima tahun mendatang. HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi dan pemilikan sapi Komposisi dan pemilikan sapi potong dari para peternak responden disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa komposisi sapi PO 41,27%; Simpo 37,30%; Limpo 15,87% dan Brangus 5,56%. Apabila jumlah sapi Simpo, Limpo dan Brangus digabung maka jumlahnya 58,73%, artinya populasi sapi persilangan sudah lebih banyak dari sapi PO. Kondisi ini apabila tidak segera dibuat kebijakan breeding pada sapi potong, maka secara pelan tapi pasti sapi PO akan habis. Rata-rata kepemilikan sapi potong per responden tanpa melihat bangsanya adalah sebesar 2,15 UT atau setara 2,63 ekor sapi, artinya rata-rata kepemilikan adalah 2 ekor sapi dewasa dan 1 ekor sapi muda. Mutasi sapi potong Mutasi sapi potong berdasarkan bangsa sapi di kabupaten SUKOHARJO tahun 2007, disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan Kabupaten Sukoharjo tahun 2007 sapi yang keluar sebesar 27,78% dari populasi sampel sedang yang masuk hanya 6,35%. Hal ini berarti Kabupaten Sukoharjo juga termasuk wilayah penghasil sapi walaupun dalam jumlah terbatas. 325
3 Tabel 1. Komposisi sapi potong berdasarkan bangsa di Kabupaten Sukoharjo tahun 2007 Jumlah (ekor) % UT Pedet (0 12 bulan) (ekor) Jantan ,01 3,50 Betina ,32 3,25 Jumlah ,32 6,75 Pedet (0 12 bulan) (ekor) Jantan ,79 0,60 Betina ,77 3,60 Jumlah ,56 4,20 Pedet (0 12 bulan) (ekor) Jantan ,73 11,00 Betina ,29 81,00 Jumlah ,02 92,00 Pedet (0 12 bulan) (ekor) Jantan ,63 15,10 Betina ,37 87,85 Jumlah (%) 41,27 37,30 15,87 5, ,95 I = PO; II = Simpo; III = Limpo; IV = Brangus; Pedet = 0,25 UT; Muda = 0,6 UT; Dewasa = 1 UT Tabel 2. Mutasi sapi potong berdasarkan bangsa di kabupaten Sukoharjo tahun 2007 Jumlah Masuk Pedet (ekor) Muda (ekor) 2 (25,00) 4 (50,00) 2 (25,00) - - Dewasa (ekor) Jumlah (ekor) 2 (25,00) 4 (50,00) 2 (25,00) - 8 (100) Keluar Pedet (ekor) 16 (45,72) 7 (20,00) 4 (11,43) 3 (8,57) 30 (85,72) Muda (ekor) 1 (2,86) 1 (2,86) 2 (5,71) - 4 (11,43) Dewasa (ekor) - 1 (2,86) (2,86) Total (ekor) 17 (48,57) 9 (25,72) 6 (25,72) 3 (8,57) 35 (100) Angka di dalam kurung menunjukkan persentase terhadap jumlah akhir masuk/keluar. 326
4 Pengelolaan reproduksi sapi potong Pengelolaan reproduksi sapi potong berdasarkan bangsa di Kabupaten Sukoharjo tahun 2007 disajikan pada Tabel 3. Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pengelolaan reproduksi oleh peternak sapi setiap bangsa sapi bervariasi dan tergantung pada tingkat pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan peternak. Interval kelahiran pada sapi PO dan Brangus relatif lebih pendek dan pada sapi Simpo dan Limpo, tapi sifat lainnya relatif sama. Jumlah kelahiran sapi potong Jumlah kelahiran sapi potong berdasarkan bangsa di kabupaten Sukoharjo pada tahun 2007, disajikan pada Tabel 4. Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa persen-tase kelahiran sapi PO dan Brangus relatif lebih baik dari pada Simpo dan Limpo. Hal ini diduga sapi PO dan Brangus mempunyai kemampuan adaptasi yang lebih baik karena mengandung darah Bos indicus. Tabel 3. Pengelolaan reproduksi sapi potong berdasarkan bangsa di Kabupaten Sukoharjo tahun 2007 Umur kawin I (bulan) Jantan 20,00 ± 3,10 22,50 ± 3,40 22,20 ± 2,70 24,10 ± 2,50 Betina 20,05 ± 3,75 23,70 ± 4,55 25,09 ± 4,50 24,85 ± 4,14 Cara perkawinan (%) IB Alam S/C (kali) 1,74 ± 0,85 1,77 ± 0,80 1,70 ± 0,67 2,50 ± 1,37 Lama Breeding (tahun) Jantan 2,46 ± 1,57 2,21 ± 1,75 1,66 ± 2,02 1,66 ± 2,02 Betina 8,62 ± 1,61 9,00 ± 1,56 9,50 ± 0,83 9,00 ± 1,22 Umur sapih (bulan) 5,97 ± 8,04 5,62 ± 1,01 5,54 ± 0,82 5,83 ± 0,40 Umur melahirkan I (tahun) 2,92 ± 0,22 4,27 ± 2,03 3,40 ± 1,15 3,65 ± 0,61 Induk dikawinkan setelah melahirkan (bulan) 4,02 ± 1,76 3,00 ± 0,29 3,08 ± 0,20 3,12 ± 0,25 Interval kelahiran (bulan) 16,86 ± 4,52 18,67 ± 2,82 17,11 ± 2,88 16,16 ± 2,85 Tabel 4. Kelahiran sapi potong berdasarkan bangsa di kabupaten SUKOHARJO tahun 2007 Rata-rata Jumlah populasi sampel (ekor) ,50 ± 1,55 Jumlah induk sampel (ekor) ,25 ± 14,82 Jumlah pedet lahir setahun (ekor) ,25 ± 0,34 Kelahiran dalam satu tahun (%) Terhadap jumlah induk 72,99 64,29 72,73 80,00 72,50 ± 6,43 Terhadap populasi sampel 51,92 38,29 40,00 57,14 46,84 ± 9,16 327
5 Perhitungan Natural Increase (NI) Perhitungan Natural Increase (NI) sapi potong berdasarkan bangsa di kabupaten Sukoharjo pada tahun 2007 disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan bahwa Natuiral Increase (NI) pada sapi PO dan Brangus lebih baik dari pada Simpo dan Limpo. NI dihitung berdasarkan selisih antara kelahiran dengan kematian, dan NI sapi Simpo terendah yaitu 38,29%. Hal ini diduga karena permasalahan dengan reproduksinya. Perhitungan Net Replacement Rate (NRR) Perhitungan Net Replacement Rate (NRR) sapi potong berdasarkan bangsa di kabupaten SUKOHARJO pada tahun 2007 disajikan pada Tabel 6. Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa NRR pada sapi PO dan Brangus lebih baik dari pada sapi Simpo dan Limpo, bahkan sapi Simpo mempunyai NRR terendah yaitu 301,36%. Rata-rata NRR dari semua bangsa sapi sekitar 331,689 artinya di wilayah kabupaten SUKOHARJO tersedia sapi betina Tabel 5. Perhitungan Natural Increase (NI) sapi potong berdasarkan bangsa di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2007 Rata-rata Populasi sampel (ekor) ,50 ± 21,55 Kelahiran dari populasi(%) 72,99 64,29 72,73 80,00 72,50 ± 6,43 Kematian dari populasi(%) *) NI 51,92 38,29 40,0 57,14 46,68 ± 9,16 *) Sampelnya kelompok peternak Tabel 6. Net Replacement Rate sapi potong di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2007 Betina dewasa (%) 71,15 9,57 5,00 71,43 Rata-rata Kelahiran (%) Terhadap induk 72,99 64,29 72,73 80,00 72,50 ± 6,43 Terhadap populasi 51,92 38,29 40,00 57,14 46,84 ± 9,16 Kematian ternak (%) Natural Increase (%) 51,92 38,29 40,00 57,14 46,84 ± 9,16 Ramalan anak betina hidup umur 2 tahun (%) 26,12 19,95 19,76 29,20 23,76 ± 4,68 Betina tua yang diafkir dari breeding per tahun 8,25 6,62 5,97 7,94 7,15 ± 1,15 Kebutuhan sapi betina Pengganti/tahun (umur 2 tahun)(%) 8,25 6,62 5,79 7,94 7,15 ± 1,15 Net Replacement Rate (NRR)(%) 316,61 301,36 34,1 367,76 331,68 ± 29,07 328
6 bibit sebanyak 331,68%dari kebutuhan atau tersedia tiga (3) kali lipat dari kebutuhan. Kebutuhan bibit ini dapat digunakan untuk pengembangan populasi di wilayah sendiri atau tempat lain. Komposisi output sapi potong Komposisi output sapi potong di kabupaten SUKOHARJO pada tahun 2007 disajikan pada Tabel 7. Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah pengeluaran sapi potong di kabupaten SUKOHARJO 2007, pada sapi PO dan Brangus lebih baik dari pada sapi Simpo dan Limpo. Rata-rata pada tahun 2007 kabupaten SUKOHARJO dapat mengeluarkan sapi sebanyak 46,84% dari populasi, yang terdiri dari sisa sapi muda jantan 16,56% dan betina 16,61%, sapi tua afkir jantan 6,52% dan betina 7,15%. Estimasi output sapi potong Estimasi output atau pengeluaran sapi potong berdasarkan berda-sarkan bangsa di kabupaten SUKOHARJO pada tahun 2007 disajikan pada Tabel 8. Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa pada tahun 2007 kabupaten SUKOHARJO dapat mengeluarkan sisa sapi muda betina umur 2 tahun untuk bibit, yaitu PO ekor (6,64%), Simpo ekor (4,47%), Limpo 509 ekor (12,0%) dan Brangus 272 ekor (1,07%) dengan jumlah seluruh bangsa sebanyak ekor (14,18%) dari populasi. Jumlah sapi yang dapat dikeluarkan untuk bakalan penggemukan atau dipotong, yaitu PO ekor (14,79%), Simpo ekor (9,81%), Limpo ekor (4,35%) dan Brangus 524 ekor (2,06%) dengan jumlah seluruh bangsa sapi sebanyak ekor (31,01%) dari populasi. Berdasarkan hasil ini Kabupaten Tabel 7. Komposisi output sapi potong di kabupaten Sukoharjo pada tahun 2007 No. 1 Natural Increase umur 2 tahun (%) Rata-rata a. Jantan 25,80 18,34 20,24 27,94 23,08 ± 4,53 b. Betina 26,12 19,95 19,76 29,20 23,76 ± 4,68 c. Jumlah 51,92 38,29 40,00 57,14 46,84 ± 9,16 2 Kebutuhan ternak peng- ganti (%) a. Jantan 1,56 3,86 12,05 8,60 6,52 ± 4,71 b. Betina 8,25 6,62 5,79 7,94 7,15 ± 1,15 c. Jumlah 9,81 10,48 17,84 16,54 13,67 ± 4,11 3 Sisa sapi muda a. Jantan 24,24 14,48 8,19 19,34 16,56 ± 6,86 b. Betina 17,87 13,33 13,97 21,26 16,61 ± 3,69 c. Jumlah 42,11 27,81 22,16 40,50 33,17 ± 9,75 4 Sapi dewasa/tua afkir a. Jantan 1,56 3,86 12,05 8,60 6,52 ± 4,71 b. Betina 8,25 6,62 5,79 7,94 7,15 ± 1,15 c. Jumlah 9,81 10,48 17,84 16,54 13,67 ± 4,11 5 Jumlah pengeluaran sapi potong (%) (3c + 4c) 51,92 38,29 40,00 57,14 46,84 ± 9,16 329
7 Tabel 8. Estimasi output sapi potong berdasarkan bangsa di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2007*) Jumlah Jumlah (%) 41,27 37,30 15,87 5, Jumlah (ekor) , Output (ekor) a. Sapi dewasa afkir Jantan Betina Jumlah b. Sapi muda sisa Jantan Betina Jumlah c. Bibit betina **) d. Total (a + b + c) *)Populasi sapi potong tahun 2007 = ekor **)Bibit betina sebesar 90% dari sisa sapi muda betina = ekor Sukoharjo layak dikatakan sebagai sumber bibit dan sumber sapi potong walaupun jumlahnya terbatas. Jumlah pemotongan sapi Jumlah pemotongan sapi dan rata-rata persentase karkas sapi yang dipotong di kabupaten Sukoharjo disajikan pada Tabel 9 dan 10. Pada Tabel 9 menunjukkan bahwa pada tahun 2006 di Kabupaten Sukoharjo Jumlah pemotongan sapi sebanyak ekor atau 4,84% dari populasi yang ada dan jumlah tersebut terdiri dari 2,71% di RPH dan 2,13% di TPH. Rata-rata kenaikan jumlah pemotongan selama 5 tahun terakhir adalah 20,45%. Tabel 9. Jumlah pemotongan sapi di Kabupaten Sukoharjo tahun Tahun Jumlah (ekor) Kenaikan RPH TPH Jumlah (%) , , , ,02 Rata-rata = 20,45 TPH = Tempat Pemotongan Hewan di RPH RPH = Rumah Pemotongan Hewan Pada Tabel 10 menunjukkan bahwa ratarata persentase karkas sapi persilangan dan Tabel 10. Persentase karkas sapi potong di TPH kabupaten SUKOHARJO pada tahun 2007 Persilangan jantan PO Jantan Betina Rata-rata/ jumlah Jumlah sapi (ekor) Umur sapi (tahun) 2,79 2,6 2,0 3,46 Bobot hidup (kg) 644,14 404,40 233,0 433,85 Bobot karkas (kg) 356,71 220,00 123,0 233,24 Persentase karkas (kg) 53,74 54,63 52,58 53,65 Yang dipotong 14,29% betina dan 85,71% jantan; Persilangan terdiri dari Simpo, Limpo dan Brangus 330
8 Tabel 11. Rata-rata bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh sapi potong di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2007 Bangsa Jumlah sampel (ekor) Umur (tahun) Bobot badan (kg) Tinggi gumba (cm) Tinggi Pinggul (cm) Panjang badan (cm) Lingkar dada (cm) Jantan PO 5 2,10 334,20 135,40 140,20 138,30 166,40 Simpo 6 1,67 377,67 126,67 136,67 142,67 168,50 Limpo 5 1,40 326,60 131,80 136,60 138,20 166,60 Brangus 2 2,25 345,00 137,0 142,50 137,50 167,50 Betina PO 44 3,68 310,59 129,52 135,95 135,86 161,61 Simpo 13 3,77 399,31 132,69 140,0 146,54 174,15 Limpo 10 4,35 358,10 131,0 137,3 145,30 169,30 Brangus 6 4,67 383,67 128,50 135,83 143,00 171,00 *) Berdasarkan estimasi gigi seri PO relatif sama, tapi bobot hidup dan bobot karkas sapi persilangan lebih tinggi dari pada sapi PO. Namun demikian hasil ini belum dapat mewakili kondisi sebenarnya sebab jumlah sampel relatif sedikit. Bobot badan dan ukuran tubuh sapi potong Rata-rata bobot badan dan ukuranukuran tubuh sapi PO, Simpo, Limpo dan Brangus disajikan pada Tabel 11. Pada Tabel 11 menunjukkan bahwa hasil pengamatan umur bangsa sapi relatif sama pada setiap jenis kelamin, tetapi berat badan dan ukuran-ukuran tubuh sapi bervariasi. Berdasarkan standar mutu bibit sapi Peranakan Ongole betina, tinggi gumba minimal 112 cm dan maksimal 118 cm (SPI- NAK/01/43/1988). Pada Tabel 11 rata-rata tinggi gumba sapi betina PO sudah melampaui standar mutu bibit sapi nasional. Perkembangan populasi sapi potong Tabel 12 menunjukkan bahwa populasi sapi potong di Kabupaten Sukoharjo tahun 2002 sampai 2006 mengalami kenaikan dengan rata-rata 0,37% per tahun. Berdasarkan analisis time series diperoleh persamaan garis regresi perkembangan populasi sapi potong y = ,6x + 152,1 dan dapat diduga pada tahun 2001 populasi sapi potong di kabupaten Sukoharjo sebesar ekor, dengan asumsi kondisi pendukung tetap seperti tahun Hal ini pada tahun 2011 ada peternak baru sebanyak 210 orang dengan penambahan sapi sebanyak 664 ekor, sehingga potensi sapi potong di Kabupaten Sukoharjo makin kuat. Tabel 12. Populasi sapi potong di Kabupaten Sukoharjo tahun 2002 sampai 2006 Tahun Populasi*) (ekor) Kenaikan per tahun (%) , , , ,53 Rata-rata = 0,37 *)Statistik Peternakan Kabupaten Sukoharjo,
9 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Output bibit betina umur 2 tahun sebanyak ekor (14,18%) dari populasi yang terdiri dari sapi PO ekor (6,64%), Simpo ekor (4,47%), Limpo 509 ekor (2,0%) dan Brangus 272 ekor (1,07%), yang dapat digunakan untuk pengembangan di wilayah kabupaten SUKOHARJO atau di wilayah lain. Output sapi untuk dipotong sebanyak ekor ( 31,01%) dari populasi yang terdiri dari PO ekor (14,79%), Simpo ekor (9,81%), Limpo ekor (4,35%) dan Brangus 524 ekor (2,06%), yang dapat dipotong di wilayah kabupaten SUKOHARJO atau untuk wilayah lain. Jumlah masing-masing bangsa sapi terhadap populasi yaitu PO 41,27%; Simpo 37,30%; Limpo 15,87% dan Brangus 5,56% atau persilangan sebanyak 58,73%. Jumlah sapi PO 41,27% dan persilangan 58,73% dari populasi maka perlu adanya kebijakan breeding untuk melestarikan sapi PO dan peningkatan produktivitas sapi potong di Kabupaten Sukoharjo. DAFTAR PUSTAKA ANONIMUS Pedoman Standar Bibit Ternak di Indonesia. Ditjen Peternakan, Jakarta. HARDJOSUBROTO, W Penentuan Plafon Ekspor Sapi Potong. DPP, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT GramediaWidiasarana Indonesia Jakarta. LASLEY, J.F Genetics of Livestock Improvement. 3 rd Ed. Prentice Hall of India, Pvt., Ltd., New York. SUMADI, W. HARDJOSUBROTO, N. NGADIYONO dan S. PRIHADI Potensi Sapi Potong di Kabupaten Sleman Analisis dari Segi Pemuliaan dan Produksi Daging. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. SUMADI, ADIARTO, W. HARDJOSUBROTO, N. NGADIYONO dan S. PRIHADI Analisa Potensi Pembibitan Ternak daerah. Kerjasama Direktorat Perbibitan, Dirjen Bina Produksi Peternakan, Departemen Pertanian Jakarta dengan Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. WARWICK, E.J., J.M. ASTUTI dan W. HARDJOSUBROTO Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press. 332
ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Potency Analysis of Feeders Beef Cattle at Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) SUMADI, WARTOMO HARDJOSUBROTO dan NONO NGADIYONO Fakultas
Lebih terperinciSTATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BERBAGAI BANGSA SAPI DI DESA SRIWEDARI, KECAMATAN TEGINENENG, KABUPATEN PESAWARAN
STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BERBAGAI BANGSA SAPI DI DESA SRIWEDARI, KECAMATAN TEGINENENG, KABUPATEN PESAWARAN Reproduction Potency and Output Population of Some Cattle Breeds In Sriwedari Village,
Lebih terperinciESTIMASI KETERSEDIAAN BIBIT SAPI POTONG DI PULAU SUMATERA
1 2 3 ESTIMASI KETERSEDIAAN BIBIT SAPI POTONG DI PULAU SUMATERA Sumadi Departemen Pemuliaan dan Reproduksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada Email : profsumadi@yahoo.co.id ABSTRAK Makalah
Lebih terperinciPENELITIAN MUTU GENETIK SAPI ONGOLE DAN BRAHMAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NUSA TENGGARA TIMUR
PENELITIAN MUTU GENETIK SAPI ONGOLE DAN BRAHMAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NUSA TENGGARA TIMUR (Research on the Genetic Potential of Ongole and Brahman Cattle in East Sumba, East Nusa Tenggara) SUMADI 1
Lebih terperinciPemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta
Sains Peternakan Vol. 7 (1), Maret 2009: 20-24 ISSN 1693-8828 Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta N. Rasminati, S. Utomo dan D.A. Riyadi Jurusan Peternakan,
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI BAB KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN... ii iii iv vi ix xi xii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Identifikasi
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI OPTIMALISASI REPRODUKSI SAPI BETINA LOKAL (un identified bred) DENGAN TIGA SUMBER GENETIK UNGGUL MELALUI INTENSIFIKASI IB Ir. Agus Budiarto, MS NIDN :
Lebih terperinciEstimasi Output Sapi Potong di Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat
Jurnal Peternakan Indonesia, Juni 2015 Vol. 17 (2) ISSN 1907-1760 Estimasi Output Sapi Potong di Barat The Output Estimation of Beef Cattle Production in Pesisir Selatan District, West Sumatera Province
Lebih terperinciPERBEDAAN FENOTIPE PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA SAPI F1 PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN SAPI FI SIMPO DI KECAMATAN SUBAH KABUPATEN SAMBAS
1 PERBEDAAN FENOTIPE PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA SAPI F1 PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN SAPI FI SIMPO DI KECAMATAN SUBAH KABUPATEN SAMBAS Eka Trismiati 1, Mudawamah 2 dan Sumartono 3 1. Jurusan Peternakan
Lebih terperinciAGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017
109 DINAMIKA POPULASI TERNAK KERBAU DI LEMBAH NAPU POSO BERDASARKAN PENAMPILAN REPRODUKSI, OUTPUT DANNATURAL INCREASE Marsudi 1), Sulmiyati 1), Taufik Dunialam Khaliq 1), Deka Uli Fahrodi 1), Nur Saidah
Lebih terperinciEFISIENSI REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN MOJOKERTO. Oleh : Donny Wahyu, SPt*
EFISIENSI REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN MOJOKERTO Oleh : Donny Wahyu, SPt* Kinerja reproduksi sapi betina adalah semua aspek yang berkaitan dengan reproduksi ternak. Estrus pertama setelah beranak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban
TINJAUAN PUSTAKA Kurban Menurut istilah, kurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah baik berupa hewan sembelihan maupun yang lainnya (Anis, 1972). Kurban hukumnya sunnah,
Lebih terperinciBIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT
BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES Nico ferdianto, Bambang Soejosopoetro and Sucik Maylinda Faculty of Animal Husbandry, University
Lebih terperinciKORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung
GENETIC AND PHENOTYPIC CORRELATION BETWEEN BIRTH WEIGHT AND WEANING WEIGHT ON MADURA CATTLE Karnaen Fakulty of Animal Husbandry Padjadjaran University, Bandung ABSTRACT A research on estimation of genetic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Sapi adalah salah satu hewan yang sejak jaman dulu produknya sudah dimanfaatkan oleh manusia seperti daging dan susu untuk dikonsumsi, dimanfaatkan untuk membajak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus. Sapi potong adalah sapi yang dibudidayakan untuk diambil dagingnya atau dikonsumsi. Sapi
Lebih terperinciSEBARAN POPULASI DAN POTENSI KERBAU MOA DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA
SEBARAN POPULASI DAN POTENSI KERBAU MOA DI PULAU MOA KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA DISTRIBUTION OF POPULATION AND POTENTIAL IN BUFFALO MOA MOA ISLAND SOUTH-WEST DISTRICT MALUKU Dolhalewan Rudy*, Edy Kunianto**,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. indicus yang berasal dari India, Bos taurus yang merupakan ternak keturunan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Jenis sapi potong dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu Bos indicus yang berasal dari India, Bos taurus yang merupakan ternak keturunan Eropa, dan Bos sondaicus
Lebih terperinciSeminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan KERAGAAN BOBOT LAHIR PEDET SAPI LOKAL (PERANAKAN ONGOLE/PO) KEBUMEN DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BIBIT SAPI PO YANG BERKUALITAS Subiharta dan Pita Sudrajad
Lebih terperinciPengamatan Sifat-sifat yang Mempunyai Nilai Ekonomi Tinggi pada Sapi Bali di Kota Mataram
Volume 1 (1) : 53-59; Desember 2015 ISSN : 2460-6669 Pengamatan Sifat-sifat yang Mempunyai Nilai Ekonomi Tinggi pada Sapi Bali di Kota Mataram (Observation on the Traits with High Economic Value on Bali
Lebih terperinciPENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET HASIL IB DI WILAYAH KECAMATAN BANTUR KABUPATEN MALANG
PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET HASIL IB DI WILAYAH KECAMATAN BANTUR KABUPATEN MALANG Indria Susanti, M. Nur Ihsan dan Sri Wahjuningsih Bagian Produksi Ternak, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciIV. POTENSI PASOKAN DAGING SAPI DAN KERBAU
IV. POTENSI PASOKAN DAGING SAPI DAN KERBAU Ternak mempunyai arti yang cukup penting dalam aspek pangan dan ekonomi masyarakat Indonesia. Dalam aspek pangan, daging sapi dan kerbau ditujukan terutama untuk
Lebih terperinciEstimasi Output Sapi Potong di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan
Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol. 4, No. 2, Desember 2015, pp. 17-28 ISSN 2303 1093 Estimasi Output Sapi Potong di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan A. E. Susanti 1*, N. Ngadiyono 2, & Sumadi
Lebih terperinciDINAMIKA POPULASI SAPI POTONG DI KECAMATAN PAMONA UTARA KABUPATEN POSO
J. Agrisains 12 (1) : 24-29, April 2011 ISSN : 1412-3657 DINAMIKA POPULASI SAPI POTONG DI KECAMATAN PAMONA UTARA KABUPATEN POSO Mobius Tanari 1), Yulius Duma 1), Yohan Rusiyantono 1), Mardiah Mangun 1)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795. Walaupun demikian semuanya termasuk dalam genus Bos dari famili Bovidae (Murwanto, 2008).
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan
PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan strategis untuk dikembangkan di Indonesia. Populasi ternak sapi di suatu wilayah perlu diketahui untuk menjaga
Lebih terperinciESTIMASI OUTPUT BABI DI KABUPATEN TABANAN PROVINSI BALI OUTPUT ESTIMATION OF PIG IN TABANAN REGENCY, BALI PROVINCE
Buletin Peternakan Vol. 37(3): 165-172, Oktober 2013 ISSN 0126-4400 ESTIMASI OUTPUT BABI DI KABUPATEN TABANAN PROVINSI BALI OUTPUT ESTIMATION OF PIG IN TABANAN REGENCY, BALI PROVINCE Bayu Dewantoro Putro
Lebih terperinciESTIMASI POTENSI DAN KINERJA SAPI BALI DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Buletin Peternakan Vol. 33(1): 30-39, Februari 2009 ISSN 0126-4400 ESTIMASI POTENSI DAN KINERJA SAPI BALI DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR THE POTENCY ESTIMATION AND PERFORMANCE
Lebih terperinciSELEKSI PEJANTAN BERDASARKAN NILAI PEMULIAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI LOKA PENELITIAN SAPI POTONG GRATI PASURUAN
SELEKSI PEJANTAN BERDASARKAN NILAI PEMULIAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI LOKA PENELITIAN SAPI POTONG GRATI PASURUAN Prihandini, P.W. *, L. Hakim ** dan V.M.A. Nurgiartiningsih ** * Loka Penelitian
Lebih terperinciSISTEM PEMULIAAN INTI TERBUKA UPAYA PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI POTONG. Rikhanah
SISTEM PEMULIAAN INTI TERBUKA UPAYA PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI POTONG Rikhanah Abstrak The influence of beef meat stock in Center Java is least increase on 2002-2006. However beef meat supplier more
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pedesaan pada umumnya bermatapencaharian sebagai petani, selain usaha pertaniannya, usaha peternakan pun banyak dikelola oleh masyarakat pedesaan salah satunya
Lebih terperinciESTIMASI NILAI HERITABILITAS BERAT LAHIR, SAPIH, DAN UMUR SATU TAHUN PADA SAPI BALI DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI BALI
ESTIMASI NILAI HERITABILITAS BERAT LAHIR, SAPIH, DAN UMUR SATU TAHUN PADA SAPI BALI DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI BALI THE HERITABILITY ESTIMATION FOR BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND YEARLING
Lebih terperinciPENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba mempunyai arti penting bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia karena dapat menghasilkan daging, wool, dan lain sebagainya. Prospek domba sangat menjanjikan untuk
Lebih terperinciBibit sapi peranakan Ongole (PO)
Standar Nasional Indonesia Bibit sapi peranakan Ongole (PO) ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...
Lebih terperinciKOMPARASI ESTIMASI PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI BALI BERDASARKAN SELEKSI DIMENSI TUBUHNYA WARMADEWI, D.A DAN IGN BIDURA
1 KOMPARASI ESTIMASI PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI BALI BERDASARKAN SELEKSI DIMENSI TUBUHNYA WARMADEWI, D.A DAN IGN BIDURA Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar-Bali e-mail: dewiayuwarmadewi@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli Oktober 2016 di Satuan Kerja
9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli Oktober 2016 di Satuan Kerja Sumberejo, Kendal. Sakter Sumberejo ini merupakan satuan kerja dibawah naungan Balai Pembibitan dan Budidaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Populasi dan produktifitas sapi potong secara nasional selama beberapa tahun terakhir menunjukkan kecenderungan menurun dengan laju pertumbuhan sapi potong hanya mencapai
Lebih terperinciPembibitan dan Budidaya ternak dapat diartikan ternak yang digunakan sebagai tetua bagi anaknya tanpa atau sedikit memperhatikan potensi genetiknya. B
Budidaya Sapi Potong Berbasis Agroekosistem Perkebunan Kelapa Sawit BAB III PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA PENGERTIAN UMUM Secara umum pola usahaternak sapi potong dikelompokkan menjadi usaha "pembibitan" yang
Lebih terperinciEKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG. Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP
EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP Silabus: Membahas tentang metode penilaian ternak potong dan evaluasinya baik secara teori
Lebih terperinciPENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PEDET SAPI POTONG HASIL INSEMINASI BUATAN
PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PEDET SAPI POTONG HASIL INSEMINASI BUATAN (Study Breed influence to the Productivity of Beef Cattle Calf from Artificial Insemination) MATHEUS SARIUBANG,
Lebih terperinciKEMAJUAN GENETIK SAPI LOKAL BERDASARKAN SELEKSI DAN PERKAWINAN TERPILIH
KEMAJUAN GENETIK SAPI LOKAL BERDASARKAN SELEKSI DAN PERKAWINAN TERPILIH Lusty Istiqomah Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK)-LIPI Jln. Jogja Wonosari Km. 31, Gading, Playen, Gunungkidul,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan daging sapi terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut Direktorat Jendral Peternakan (2012)
Lebih terperinciEstimasi Output Sapi Potong di Lahan Pasang Surut Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan
Jurnal Lahan Suboptimal ISSN: 2252-6188 (Print), ISSN: 2302-3015 (Online, www.jlsuboptimal.unsri.ac.id) Vol. 4, No.2: 99-109, Oktober 2015 Estimasi Output Sapi Potong di Lahan Pasang Surut Kabupaten Banyuasin
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Lokal di Indonesia Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa sapi potong asli indonesia adalah sapi-sapi potong yang sejak dulu sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal
Lebih terperinciSNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)
SNI 7325:2008 Standar Nasional Indonesia Bibit kambing peranakan Ettawa (PE) ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012
PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Peningkatan produksi ternak
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class
Lebih terperinciSeleksi Awal Calon Pejantan Sapi Aceh Berdasarkan Berat Badan
Seleksi Awal Calon Pejantan Sapi Aceh Berdasarkan Berat Badan Early Selection for Aceh Candidate Bull Based on Body Weight Widya Pintaka Bayu Putra 1, Sumadi 2, Tety Hartatik 2, dan Hendra Saumar 3 1 Lembaga
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa sapi peranakan ongole
Lebih terperinciKarakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT
KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT QUANTITATIVE CHARACTERISTICS OF PASUNDAN CATTLE IN VILLAGE FARMING Dandy Dharma Nugraha*, Endang Yuni Setyowati**, Nono Suwarno** Fakultas Peternakan
Lebih terperinciSISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA
SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA Nurgiartiningsih, V. M. A Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi
Lebih terperinciDinamika Populasi dan Produktivitas Sapi Madura di Wilayah Konservasi Pulau Sapudi
Sains Peternakan Vol. 15 (2), September 2017: 70-77 www.jurnal.uns.ac.id/sains-peternakan DOI: http://dx.doi.org/10.20961/sainspet.15.2.70-77 pissn 1693-8828 eissn 2548-932X Dinamika Populasi dan Produktivitas
Lebih terperinciESTIMASI DINAMIKA POPULASI DAN PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DI KABUPATEN KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH
ESTIMASI DINAMIKA POPULASI DAN PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DI KABUPATEN KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH THE ESTIMATION OF POPULATION DYNAMIC AND REPRODUCTION PERFORMANCE OF ONGOLE CROSSBRED
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali adalah sapi lokal Indonesia keturunan banteng yang telah didomestikasi. Sapi bali banyak berkembang di Indonesia khususnya di pulau bali dan kemudian menyebar
Lebih terperinciBIRTH WEIGHT AND MORPHOMETRIC OF 3 5 DAYS AGES OF THE SIMMENTAL SIMPO AND LIMOUSINE SIMPO CROSSBREED PRODUCED BY ARTIFICIAL INSEMINATION (AI) ABSTRACT
BIRTH WEIGHT AND MORPHOMETRIC OF 3 5 DAYS AGES OF THE SIMMENTAL SIMPO AND LIMOUSINE SIMPO CROSSBREED PRODUCED BY ARTIFICIAL INSEMINATION (AI) Irwan Cahyo Utomo 1, Gatot Ciptadi 2 and Moch. Nasich 2 1)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Wonosobo merupakan domba hasil persilangan antara domba Texel yang didatangkan pada tahun 1957 dengan Domba Ekor Tipis dan atau Domba Ekor Gemuk yang secara
Lebih terperinciPengembangan Sistem Manajemen Breeding Sapi Bali
Sains Peternakan Vol. 6 (1), Maret 2008: 9-17 ISSN 1693-8828 Pengembangan Sistem Manajemen Breeding Sapi Bali Luqman Hakim, Suyadi, Nuryadi, Trinil Susilawati dan Ani Nurgiartiningsih Fakultas Peternakan
Lebih terperinciJ. M. Tatipikalawan dan S. Ch. Hehanussa Staf Fakultas Pertanian Unpatti Ambon ABSTRACT
ESTIMASI NATURAL INCREASE KAMBING LOKAL DI PULAU KISAR KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT Staf Fakultas Pertanian Unpatti Ambon ABSTRACT This research was conducted to find the natural increasing number of
Lebih terperinciIdentifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak
Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton Umaris Santoso, Siti Nurachma dan Andiana Sarwestri Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran umarissantoso@gmail.com
Lebih terperinciPENDUGAAN BOBOT BADAN CALON PEJANTAN SAPI BALI MENGGUNAKAN DIMENSI UKURAN TUBUH
PENDUGAAN BOBOT BADAN CALON PEJANTAN SAPI BALI MENGGUNAKAN DIMENSI UKURAN TUBUH THE ESTIMATION OF BODY WEIGHT OF BULLS CANDIDATE OF BALI CATTLE USING SOME BODY DIMENSION Nani Zurahmah* dan Enos The Jurusan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi untuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi untuk pengembangan usaha peternakan. Jenis ternak yang cocok dikembangkan di provinsi ini antara lain
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Sapi Sapi menurut Blakely dan Bade (1992), diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mamalia (menyusui), ordo Artiodactile (berkuku atau berteracak
Lebih terperinciMuhamad Fatah Wiyatna Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Perbandingan Indek Perdagingan Sapi-sapi Indonesia (Sapi Bali, Madura,PO) dengan Sapi Australian Commercial Cross (ACC) (The Ratio of Meat Indek of Indonesian Cattle (Bali, Madura, PO) with Australian
Lebih terperinciPOTENSI DAN KERAGAMAN SUMBERDAYA GENETIK SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO)
POTENSI DAN KERAGAMAN SUMBERDAYA GENETIK SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) MARIA ASTUTI Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Sapi Peranakan Ongole (PO) pada tahun 1991 populasinya
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN
POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN AKHMAD HAMDAN dan ENI SITI ROHAENI BPTP Kalimantan Selatan ABSTRAK Kerbau merupakan salah satu ternak ruminansia yang memiliki potensi
Lebih terperinciRespon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT
RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT Erwin Jatnika Priyadi*, Sri Bandiati Komar Prajoga, dan Deni Andrian Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas
Lebih terperinciESTIMASI DINAMIKA POPULASI DAN PRODUKTIVITAS SAPI BALI DI KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN, PROPINSI PAPUA
ESTIMASI DINAMIKA POPULASI DAN PRODUKTIVITAS SAPI BALI DI KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN, PROPINSI PAPUA ESTIMATION OF THE DYNAMICS OF POPULATION AND PRODUCTIVITY OF BALI CATTLE IN KEPULAUAN YAPEN REGENCY,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lampung (2009), potensi wilayah Provinsi Lampung mampu menampung 1,38
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan daerah yang memiliki potensi untuk pengembangan usaha peternakan. Menurut data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung (2009),
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Sapi Bali Abidin (2002) mengatakan bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos Sondaicus)
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL
LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL KORELASI ANTARA BOBOT BADAN DENGAN UKURAN-UKURAN TUBUH SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) JANTAN YANG DIPELIHARA SECARA SEMI INTENSIF ANSAR HALID NIM. 621409005 TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI
Lebih terperinciPENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan
Lebih terperinciSTATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BANGSA-BANGSA KAMBING DI DESA KARANG ENDAH KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BANGSA-BANGSA KAMBING DI DESA KARANG ENDAH KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH Reproduction Potency And Output Population Of Some Cattle Breeds In Karang
Lebih terperinciIII OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi potong Peranakan Ongole yang
III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah peternak sapi potong Peranakan Ongole yang tergabung dalam kelompok peternak Jambu Raharja di Desa Sidajaya, Kecamatan
Lebih terperinciNATURAL INCRESAE SAPI BALI DI WILAYAH INSTALASI POPULASI DASAR PROPINSI BALI
NATURAL INCRESAE SAPI BALI DI WILAYAH INSTALASI POPULASI DASAR PROPINSI BALI Budiarto.A, L.Hakim, Suyadi, VM.Ani Nurgiartiningsih dan G.Ciptadi Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB Malang ABSTRAK
Lebih terperinciTINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN SAPI POTONG DI TINJAU DARI ANGKA KONSEPSI DAN SERVICE PER CONCEPTION. Dewi Hastuti
TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN SAPI POTONG DI TINJAU DARI ANGKA KONSEPSI DAN SERVICE PER CONCEPTION Dewi Hastuti Dosen Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim Abstrak Survai dilakukan terhadap
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kambing Peranakan Etawah Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo Ruminansia, Famili Bovidae, dan Genus Capra atau Hemitragus (Devendra dan Burns,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tentang pentingnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang semakin meningkat serta kesadaran tentang pentingnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada peningkatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang kan oleh peternak di Lampung. Populasi kambing di Lampung cukup melimpah, tercatat pada
Lebih terperinciPENDUGAAN BOBOT BADAN PADA SAPI ACEH DEWASA MENGGUNAKAN DIMENSI UKURAN TUBUH
PENDUGAAN BOBOT BADAN PADA SAPI ACEH DEWASA MENGGUNAKAN DIMENSI UKURAN TUBUH (The Estimation of Body Weight of Aceh Cattle using some Measurements of Body Dimension) Widya Pintaka Bayu Putra *, Sumadi,
Lebih terperinciLampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......
LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak
Lebih terperinciPENGARUH STRATIFIKASI FENOTIPE TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN SAPI POTONG PADA KONDISI FOUNDATION STOCK
PENGARUH STRATIFIKASI FENOTIPE TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN SAPI POTONG PADA KONDISI FOUNDATION STOCK (Effect of Phenotype Stratification on Growth Rate of Beef Cattle at Foundation Stock Condition) DIDI
Lebih terperinciMODEL PEMBIBITAN SAPI BALI DI KABUPATEN BARRU PROPINSI SULAWESI SELATAN
41 MODEL PEMBIBITAN SAPI BALI DI KABUPATEN BARRU PROPINSI SULAWESI SELATAN Yudi Adinata, L. Affandhy, dan A. Rasyid Loka Penelitian Sapi Potong, Grati, Pasuruan e-mail : lukmansingosari@gmail.com, ainurrasyid@gmail.com
Lebih terperinciPENGARUH KETINGGIAN TEMPAT DAN SISTEM PEMELIHARAAN TERHADAP KORELASI GENETIK BOBOT LAHIR DENGAN BOBOT DEWASA SAPI BALI
PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT DAN SISTEM PEMELIHARAAN TERHADAP KORELASI GENETIK BOBOT LAHIR DENGAN BOBOT DEWASA SAPI BALI THE EFFECT OF ALTITUDES AND CARE SYSTEM ON THE GENETIC CORRELATION BETWEEN BIRTH WEIGHT
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Boerawa Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer jantan dan PE betina. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, kambing Boer merupakan satu-satunya
Lebih terperinciPotensi respon seleksi sifat pertumbuhan sapi Brahman Cross di ladang ternak Bila River Ranch, Sulawesi Selatan
Potensi respon seleksi sifat pertumbuhan sapi Brahman Cross di ladang ternak Bila River Ranch, Sulawesi Selatan Yulius Duma dan Mobius Tanari Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor pada Bulan Maret sampai Agustus. Pemilihan daerah Desa Cibeureum sebagai tempat penelitian
Lebih terperinciBibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia
Standar Nasional Indonesia Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Copyright notice Hak cipta dilindungi undang undang. Dilarang menyalin atau menggandakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Peranakan Ongole Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi lokal. Sapi ini tahan terhadap iklim tropis dengan musim kemaraunya (Yulianto
Lebih terperinciReny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK
ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI BETINA PERANAKAN ONGOLE (PO) AFKIR (STUDI KASUS DI KELOMPOK TANI TERNAK SUKAMAJU II DESA PURWODADI KECAMATAN TANJUNG SARI, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN) Reny Debora Tambunan,
Lebih terperinciPOTENSI SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) KEBUMEN SEBAGAI SUMBER BIBIT SAPI LOKAL DI INDONESIA BERDASARKAN UKURAN TUBUHNYA (STUDI PENDAHULUAN)
POTENSI SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) KEBUMEN SEBAGAI SUMBER BIBIT SAPI LOKAL DI INDONESIA BERDASARKAN UKURAN TUBUHNYA (STUDI PENDAHULUAN) Potential of "Peranakan Ongole (Ongole grade) Kebumen" Cow as a Source
Lebih terperinci2011) atau 25,10% ternak sapi di Sulawesi Utara berada di Kabupaten Minahasa, dan diperkirakan jumlah sapi peranakan Ongole (PO) mencapai sekitar 60
BAB 1 PENDAHULUAN Di wilayah Indonesia, sejauh ini,ditemukan keturunan tiga bangsa besar ternak sapi potong yaitu bangsa sapi Ongole, bangsa sapi Bali dan bangsa sapi Madura serta peranakan beberapa bangsa
Lebih terperinciEVALUATION OF SLAUGHTERED FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED DIARY COWS IN PRODUCTIVE AGE AT KARANGPLOSO SUB DISTRICT MALANG
EVALUATION OF SLAUGHTERED FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED DIARY COWS IN PRODUCTIVE AGE AT KARANGPLOSO SUB DISTRICT MALANG Riski Ary Fauzi, Sarwiyono, and Endang Setyowati Faculty of Animal Husbandry, University
Lebih terperinciContak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility
REPRODUCTION PERFORMANCE OF BEEF CATTLE FILIAL LIMOUSIN AND FILIAL ONGOLE UNDERDISTRICT PALANG DISTRICT TUBAN Suprayitno, M. Nur Ihsan dan Sri Wahyuningsih ¹) Undergraduate Student of Animal Husbandry,
Lebih terperinciEdisi Agustus 2013 No.3520 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian
Menuju Bibit Ternak Berstandar SNI Jalan pintas program swasembada daging sapi dan kerbau (PSDSK) pada tahun 2014 dapat dicapai dengan melakukan pembatasan impor daging sapi dan sapi bakalan yang setara
Lebih terperinciStudy Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus
STUDI KARAKTERISTIK DAN UKURAN TUBUH ANTARA KAMBING JANTAN BOERAWA DAN PADA MASA DEWASA TUBUH DI DESA CAMPANG KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS Study Characteristics and Body Size between Goats Males
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ketersediaan bibit domba yang berkualitas dalam jumlah yang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ketersediaan bibit domba yang berkualitas dalam jumlah yang memadai, merupakan pilar utama dalam menyokong pengembangan ternak tanah air. Penyediaan domba yang berkualitas
Lebih terperinciSTRATEGI PENDEKATAN KETERSEDIAAN DAGING NASIONAL DI INDONESIA. Oleh: Rochadi Tawaf dan Hasni Arief ABSTRACT
Seminar Nasional : Peternakan Berkelanjutan III Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jatinangor, 2 Nopember 2011 STRATEGI PENDEKATAN KETERSEDIAAN DAGING NASIONAL DI INDONESIA Oleh: Rochadi Tawaf
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi
Lebih terperinciPENGANTAR. Latar Belakang. khususnya masyarakat pedesaan. Kambing mampu berkembang dan bertahan
PENGANTAR Latar Belakang Kambing mempunyai peran yang sangat strategis bagi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat pedesaan. Kambing mampu berkembang dan bertahan hidup dan merupakan bagian penting
Lebih terperinciMATERI DAN METODE PENELITIAN
1 III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 01 Desember 015 sampai 31 Januari 016 di Rumah Pemotongan Hewan Sapi Jagalan, Surakarta, Jawa Tengah.
Lebih terperinci