EVALUASI KINERJA PENGAWASAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DIUKUR DARI PERATURAN BPKP NO. 16 TAHUN 2015 PADA INSPEKTORAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI KINERJA PENGAWASAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DIUKUR DARI PERATURAN BPKP NO. 16 TAHUN 2015 PADA INSPEKTORAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN"

Transkripsi

1 Jurnal Rset Akuntans Gong Concern 12(2), 2017, EVALUASI KINERJA PENGAWASAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DIUKUR DARI PERATURAN BPKP NO. 16 TAHUN 2015 PADA INSPEKTORAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN Fgy Lumempow 1, Inggran Elm 2, I Gede Suwetja 3 1,2,3 Fakultas Ekonom dan Bsns, Jurusan Akuntans, Unverstas Sam Ratulang, Jl.Kampus Bahu, Manado 95115, Indonesa E-mal: lumempowfgy@yahoo.com ABSTRACT Supervson over the mplementaton of local government s done by Provncal Inspectorate and Dstrct / Cty. Supervson over the mplementaton of regonal government s a mandate from the provsons of Artcle 378 of Law Number 23 Year 2014 on Regonal Government. The purpose of ths study s to evaluate the performance of supervson and management of regonal fnances at the Inspectorate of South Mnahasa Regency s n accordance wth BPKP Regulaton no. 16 Year 2015, know what s done n overcomng obstacles on the performance of supervson of local fnancal management at the Inspectorate of South Mnahasa Dstrct. The method used n ths research s descrptve qualtatve method. The results showed that the performance of supervson of regonal fnancal management at Inspectorate of South Mnahasa Regency not yet n accordance wth Regulaton of BPKP. 16 Year Ths s due to several obstacles, among others: the APIP enhancement capablty assessment program, the Inspectorate of South Mnahasa Regency s stll consdered at the lowest level so that the mpact on APIP performance has not been effectve. Keywords: Evaluaton, Performance, Montorng, Fnancal Management 1. PENDAHULUAN Perubahan paradgma penyelenggaraan pemerntahan daerah (otonom daerah) d Indonesa dar pola sentralsas menjad desentralsas memlk konsekuens terhadap makn besarnya penyerahan wewenang dar pemerntah pusat ke pemerntah daerah sehngga pemerntah daerah memlk kewenangan yang cukup besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendr secara otonom. Otonom daerah dengan asas desentralsas member kewenangan dan kesempatan yang luas kepada pemerntah daerah untuk menyelenggarakan pemerntahan secara langsung dan bertanggungjawab dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat d daerah. Kewenangan yang luas membutuhkan pengawasan yang optmal, karena tanpa pengawasan yang optmal peluang terjadnya penympangan dan penyalahgunaan kewenangan akan semakn besar sehngga akan mengakbatkan kerugan keuangan negara, dan menghambat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Pengawasan atas penyelenggaraan pemerntah daerah dlakukan oleh Inspektorat Provns dan Kabupaten/Kota. Inspektorat adalah lembaga perangkat daerah yang mempunya tugas membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerntah daerah d bdang pengawasan dalam wlayah dan jajaran pemerntah, yang secara organsators dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsnya bertanggungjawab kepada kepala daerah, bak Gubernur maupun Bupat/Walkota. Upaya menyelenggarakan pemerntahan yang bersh dan bebas Kolus, Korups dan Nepotsme (KKN), sekalgus sebaga peman atas tuntutan publk atas knerja pemerntah sesua peraturan menter dalam neger nomor 73 tahun 2009 tentang tata cara pelaksanaan evaluas knerja penyelenggaraaan pemerntah daerah. Terjad banyak penympangan dan kejanggalan dalam penyelenggaraan pemerntah yang tdak teratas dengan bak. Hal tersebut menunjukkan bahwa knerja pengawasan atas 1179

2 Fgy Lumempow, Inggran Elm, I Gede Suwetja penyelenggaraan pemerntah daerah belum terlaksana dengan optmal, maka sudah saatnya peran pengawasan dtngkatkan dan dberdayakan sehngga tdak hanya sebatas wacana dan cta-cta saja, akan tetap sungguh-sungguh terwujud guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Maka dengan n tugas dan tanggung jawab yang harus djalankan pemerntah, dalam hal n Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan semakn banyak. Termasuk kesapan dalam penyelenggaraan pemerntahan daerah. Salah satu hal yang dapat djadkan alat untuk menla pertanggungjawaban suatu nstans pemerntah adalah dengan melhat knerja pengawasannya. Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan mengadakan program Sosalsas Penngkatan Kapabltas APIP untuk menla knerja pengawasan. Pedoman Tekns Penngkatan Kapabltas APIP mengacu pada Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Republk Indonesa Nomor 16 Tahun 2015 tentang Pedoman Tekns Penngkatan Kapabltas Aparat Pengawasan Intern Pemerntah (APIP). Pengertan dar Kapabltas APIP yatu kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas pengawasan yang terdr dar unsur yang salng terkat yatu kapastas, kewenangan dan kompetens SDM APIP yang harus dmlk, juga merupakan upaya memperkuat, menngkatkan, mengembangkan kelembagaan, tata laksana, manajemen sumber daya manusa agar dapat melaksanakan peran dan fungs APIP secara efektf. Sejak dkeluarkan Peraturan Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Republk Indonesa semua nstans pemerntah dtuntut untuk mampu menghaslkan knerja nstansnya secara bak. Sangat pentng drasakan adanya penlaan knerja untuk mengetahu apakah Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan telah melaksanakan pengawasan pengelolaan keuangan dengan bak. Berdasarkan hasl penlaan tersebut akan dperoleh smpulan umum kapabltas APIP, yang dkelompokkan ke dalam lma tngkatan (Level) yatu Level 1 (Intal), Level 2 (Infrastructure), Level 3 (Integrated), Level 4 (Managed), dan Level 5 (Optmzng). Secara konseptual, masng-masng tngkatan kapabltas tersebut dapat dpaham dengan makna sebaga berkut: 1. Level 1 dsebut Intal Jka satu unt organsas APIP dsmpulkan tngkat kapabltas yang dmlk baru mencapa Level 1, maka d dalam pelaksanaan kegatan pengawasannya belum atau tdak ada praktk pengawasan yang tetap, tdak ada kapabltas yang berulang dan mash tergantung kepada knerja ndvdu proses Penngkatan Kapabltas APIP audtor yang dmlk sehngga APIP belum dapat memberkan jamnan atas proses tata kelola sesua peraturan dan mencegah korups. 2. Level 2 dsebut Infrastructure Apabla satu unt organsas APIP dsmpulkan tngkat kapabltas yang dmlk mencapa Level 2, hal n menunjukkan bahwa d dalam pelaksanaan kegatan pengawasannya proses audt dlakukan secara tetap, rutn dan berulang, sudah membangun nfrastruktur namun baru sebagan yang telah selaras dengan standar audt, dengan outcome mampu memberkan keyaknan yang memada proses sesua dengan peraturan, mampu mendeteks terjadnya korups. 3. Level 3 dsebut Integrated Apabla satu unt organsas APIP dsmpulkan tngkat kapabltas yang dmlk mencapa Level 3, hal n menunjukkan bahwa praktk profesonal dan audt nternal telah dtetapkan secara seragam dan selaras dengan standar, dengan outcome APIP mampu menla efsens, efektvtas, dan ekonoms suatu program/kegatan dan mampu memberkan konsultas pada tata kelola, manajemen rsko dan pengendalan ntern. 4. Level 4 dsebut Managed 1180

3 Jurnal Rset Akuntans Gong Concern 12(2), 2017, Apabla satu unt organsas APIP dsmpulkan tngkat kapabltas yang dmlk mencapa Level 4, hal n menunjukkan bahwa unt audt nternal telah mengntegraskan semua nformas d seluruh organsas untuk memperbak tata kelola dan manajemen rsko dengan outcome APIP mampu memberkan assurance secara keseluruhan atas tata kelola, manajemen rsko dan pengendalan ntern. 5. Level 5 dsebut Optmzng Apabla satu unt organsas APIP dsmpulkan tngkat kapabltas yang dmlk mencapa Level 5, hal n menunjukkan bahwa unt audt nternal telah menjad unt yang terus belajar bak dar dalam maupun dar luar organsas untuk perbakan berkelanjutan, dengan outcome APIP menjad agen perubahan. Dar latar belakang masalah yang telah durakan, maka penuls merumuskan masalah yang akan dbahas yatu mengevaluas apakah knerja pengawasan pengelolaan keuangan daerah pada Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan telah sesua dengan Peraturan BPKP No. 16 Tahun 2015? Tujuan peneltan untuk mengetahu knerja pengawasan pengelolaan keuangan daerah pada Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan telah sesuau dengan Peraturan BPKP No. 16 Tahun 2015? 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertan Akuntans Halm dan Kusuf (2012:36) mendefnskan akuntans sebaga suatu proses pengdentfkasan, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaks ekonom (keuangan) dar suatu organsas/enttas yang djadkan sebaga nformas dalam rangka pengamblan keputusan ekonom oleh phak-phak yang memerlukan. Suwardjono (2013:10) menyatakan bahwa akuntans sebaga kegatan penyedaan jasa mengsyaratkan bahwa akuntans yang akhrnya harus dterapkan untuk merancang dan menyedakan jasa berupa nformas keuangan harus bermanfaat untuk kepentngan sosal dan ekonom negara tempat akuntans dterapkan. Dapat dsmpulkan Akuntans adalah sebuah sstem nformas yang mengukur aktvtas bsns pemrosesan data menjad laporan dan mengkomunkaskan haslnya pada para pengambl keputusan. Menurut Pontoh (2013 :2) akuntans pada dasarnya akan menghaslkan nformas dar sebuah sstem akuntans yang ada d dalam sebuah enttas atau organsas bsns yang dsebut dengan nformas akuntans yang akan dmanfaatkan oleh pengguna sepert masyarakat umum, masyarakat ntelektual (termasuk ddalamnya mahasswa atau penelt) dan para pengambl keputusan bsns dalam organsas. Pengertan Akuntans menurut Warren, Reeve dan Duchac (2011:3), Akuntans adalah sebuah sstem nformas yang memberkan laporan kepada pengguna mengena kegatan ekonom dan konds dar sebuah bsns. Akuntans secara resm dartkan sebaga sebuah sstem yang menghaslkan nformas kuanttatf, mengena dasar keuangan, tentang enttas ekonom yang dharapkan berguna untuk mengambl keputusan ekonom. 2.2 Akuntans Sektor Publk Mardasmo (2009:1) menyatakan dalam waktu yang relatf sngkat akuntans sektor publk telah mengalam perkembangan yang sangat pesat. Saat n telah terdapat perhatan yang lebh besar terhadap praktek akuntans yang dlakukan oleh lembaga-lembaga pemerntah, perusahaan mlk negara/daerah, dan berbaga organsas publk lannya d bandngkan dengan pada masa-masa sebelumnya. Terhadap tuntutan yang lebh besar dar masyarakat untuk dlakukan transparans dar akuntabltas publk oleh lembaga-lembaga sektor publk. Bastan (2010:6) menyatakan akuntans sektor publk adalah mekansme teknk dan analss akuntans yang dterapkan pada pengelolaan dana masyarakat d lembaga-lembaga tngg negara dan depertemen-depertemen dbawahnya. Dapat dsmpulkan Sektor Publk 1181

4 Fgy Lumempow, Inggran Elm, I Gede Suwetja adalah sektor-sektor yang melput badan-badan pemerntahan (pemerntah pusat dan daerah serta unt-unt kerja pemerntah), perusahaan mlk negara BUMN/BUMD, yayasan, ormas dan orpol, LSM, Unverstas, organsas nrbala lannya. Mardasmo (2009:37) dalam pengertan umum yang khususnya bag duna akuntans d negara-negara maju organsas sektor publk terbag dalam tga kelompok besar yatu ; 1. Pemerntah Pusat, yang terdr dar departeman dan badan-badan d bawah pemerntah eksekutf. 2. Industr atau perusahaan untuk kepentngan publk atau masyarakat luas. 3. Pemerntah Daerah, bag tngkat provns maupun kabupaten/kota. 2.3 Akuntans Pemerntahan Menurut Mursyd (2009:1), akuntans pemerntahan (governmental accountng) banyak menyatakan termnolog lama dan bergeser ke stlah akuntans sektor publk. Akuntans pemerntahan adalah mekansme akuntans yang memproses transaks keuangan yang berkatan dengan pengelolaan keuangan negara bak tngkat pusat maupun tngkat daerah. Nordawan et.al (2011:4), menyatakan bahwa akuntans pemerntahan mengkhususkan dalam pencatatan dan pelaporan transaks-transaks yang terjad d badan pemerntah, akuntan pemerntah menyedakan laporan akuntans tentang aspek kepengurusan dar admnstras keuangan negara. Selan tu, bdang n melput pengendalan atas pengeluaran melalu anggaran negara, termasuk kesesuannya dengan UU yang berlaku. 2.4 Standar Akuntans Pemerntahan Menurut Mahmud (2011: 271), standar akuntans pemerntahan adalah prnspprnsp akuntans yang dterapkan dalam menyusun dan menyajkan laporan keuangan pemerntah. Berkut adalah manfaat standar akuntans pemerntahan: (1) standar akuntans dgunakan oleh akuntan keuangan d pemerntahan sebaga pedoman dalam penyusunan dan penyajan laporan keuangan pemerntahan; (2) standar akuntans dgunakan oleh audtor sebaga krtera audt untuk menentukan apakah laporan keuangan yang dsajkan sudah sesua dengan standar akuntans yang mengaturnya; (3) standar akuntans dgunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk memaham laporan keuangan dan menghndar kesalahan dalam mengnretaskan nformas dalam laporan keuangan; (4) standar akuntans dperlukan untuk menngkatkan kualtas laporan keuangan yatu menngkatkan konsstens, daya bandng, keahaman, relevans, dan keandalan laporan keuangan; dan (5) standar akuntans menjad acuan dalam penyusunan sstem akuntans sebab keluaran sstem akuntans harus sesua dengan standar akuntans Ruang Lngkup Standar Akuntans Pemerntahan SAP dterapkan d lngkup pemerntahan, yatu pemerntahan pusat, pemerntahan daerah, dan satuan organsas d lngkungan pemerntah pusat/daerah, jka menurut peraturan perundang-undangan satuan organsas dmaksud wajb menyajkan laporan keuangan. Ruang lngkup SAP mengacu pada kerangka konseptual akuntans pemerntahan menurut Peraturan Pemerntah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntans Pemerntahan (SAP) adalah: 1) Lngkungan akuntans pemerntahan; 2) Pengguna dan kebutuhan nformas para pengguna; 3) Enttas akuntans dan enttas pelaporan; 4) Peranan dan tujuan pelaporan keuangan, komponen laporan keuangan, serta dasar hukum; 5) Asums dasar, karakterstk kualtatf yang menentukan manfaat nformas dalam laporan keuangan, prnsp-prnsp, serta kendala nformas akuntans; 6) Unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan, pengakuan, dan pengukurannya. 1182

5 Jurnal Rset Akuntans Gong Concern 12(2), 2017, Tujuan dan Peranan Standar Akuntans Pemerntahan Tujuan dterapkannya standar akuntans pemerntahan adalah untuk mewujudkan transparans dan akuntabltas pengelolaan keuangan pemerntah bak pusat maupun daerah. Secara rnc tujuan dar Standar Akuntans Pemerntahan adalah: 1) SAP adalah prnsp-prnsp akuntans yang dterapkan dalam menyusun dan menyajkan laporan keuangan pemerntah; 2) SAP dsusun dalam rangka menngkatkan transparans dan akuntabltas pengelolaan keuangan negara; 3) SAP berlaku untuk Pemerntah Pusat dan Pemerntah Daerah Selan tujuan d atas, Standar Akuntans Pemerntahan bertujuan untuk: 1) Akuntabltas: mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pelaksanaan kebjakan sumber daya dalam mencapa tujuan; 2) Manajemen: memudahkan fungs perencanaan, pengelolaan dan pengendalan atas aset, kewajban dan ekutas dana pemerntah; 3) Transparans: memberkan nformas keuangan yang terbuka, jujur, menyeluruh kepada stakeholders; 4) Kesembangan Antargeneras: memberkan nformas mengena kecukupan penermaan pemerntah untuk membaya seluruh pengeluaran, dan apakah generas yang akan datang kut menanggung beban pengeluaran tersebut. 2.5 Defns Pengawasan Pengertan pengawasan adalah proses pengamatan dar pelaksanaan seluruh kegatan organsas untuk menjamn agar semua pekerjaan yang dlaksanakan sesua dengan rencana yang telah dtetapkan. Pengawasan atas suatu pekerjaan atau kegatan dlakukan dengan maksud agar kegatan tersebut dlaksanakan dan terlaksana sesua dengan rencana yang telah dtetapkan. Arfn Abdul (2011) mengatakan, maksud dadakan pengawasan adalah: a. Untuk mengetahu apakah segala sesuatu berjalan sesua dengan rencana yang telah dtetapkan. b. Untuk mengetahu apakah segala sesuatu berjalan sesua dengan nstruks serta prnspprnsp yang telah dtetapkan. c. Untuk mengetahu apakah kelemahan-kelamahan serta kesultan-kesultan dan kegagalankegagalannya, sehngga dapat dadakan perubahan-perubahan untuk memperbak serta mencegah pengulangan kegatan-kegatan yang salah. d. Untuk mengetahu apakah segala sesuatu berjalan efsen dan apakah tdak dapat dadakan perbakan-perbakan lebh lanjut, sehngga mendapat efsens yang lebh benar. 2.6 Pengelolaan Keuangan Daerah Pengelolaan merupakan stlah yang dpaka dalam lmu manajemen secara etmolog pengelolaan berasal dar kata kelola (to manage) dan basanya merujuk pada proses mengurus atau menangan sesuatu untuk mencapa tujuan. Menurut Prajud (dalam Adsasmta, 2014:21) mengatakan bahwa pengelolaan adalah pengendalan dan pemanfaatan semua faktor sumber daya menurut suatu perencana dperlukan untuk menyelesakan suatu tujuan kerja tertentu. Pengelolaan keuangan merupakan salah satu aspek pentng dalam penyelenggaraan pemerntahan daerah yang bertujuan dalam menentukan keberhaslan pencapaan tujuan kesejahteraan masyarakat daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang bak akan berdampak pada penyelenggaraan pemerntahan yang efektf, efsen, dan tepat sasaran. Defns pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegatan pejabat pengelola keuangan daerah sesua dengan kedudukan dan kewenangannya yang melput kegatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban (Karanga:2011). 1183

6 Fgy Lumempow, Inggran Elm, I Gede Suwetja 2.7. Pengertan Keuangan Daerah Berdasarkan Peraturan Pemerntah Pasal 1 No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, pengertan keuangan daerah adalah sebaga berkut : Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajban daerah dalam rangka menyelenggarakan Pemerntah Daerah yang dapat dnla dengan uang termasuk ddalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajban daerah tersebut Tujuan Pengelolaan Keuangan Daerah Halm (2012:84) mengemukakan tujuan pengelolaan keuangan daerah adalah sebaga berkut: 1. Tanggung jawab (accountablty), pemerntah daerah harus memertanggungjawabkan tugas keuangannya kepada lembaga atau orang yang berkepentngan yang sah. 2. Mampu mem kewajban keuangan, keuangan daerah harus dtata dan dkelola sedemkan rupa sehngga mampu melunas katan keuangan. 3. Kejujuran, urusan keuangan harus dserahkan pada pegawa yang jujur dan kesempatan untuk berbuat curang dperkecl. 4. Hasl guna dan kegatan efsen dan efektf, program dapat drencanakan dan dlaksanakan dengan baya yang rendah dan dalam waktu yang sngkat. 5. Pengendalan, aparat pangawasan harus melakukan pengendalan agar tujuan dapat tercapa Konsep Knerja Permendagr No. 13 Tahun 2006 (Bab I, Pasal 1:37) menyebutkan pengertan knerja sebaga berkut, knerja adalah keluaran atau hasl dar kegatan atau program yang akan atau telah dcapa sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuanttas dan kualtas yang terukur Penlaan Knerja Pengukuran knerja dgunakan sebaga dasar untuk melakukan penlaan knerja yatu untuk menla sukses atau tdaknya suatu organsas, program, atau kegatan. Mulyad (2014:416) menjelaskan penlaan knerja adalah penentuan secara perodk efektvtas operasonal suatu organsas, bagan organsas, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan krtera yang telah dtetapkan sebelumnya. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Jens & Sumber Data Jens Peneltan yang dgunakan adalah jens peneltan yang bersfat stud deskrptf guna menjelaskan apakah knerja pengawasan pengelolaan keuangan daerah pada Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan telah sesua dengan Peraturan BPKP No. 16 Tahun 2015 Tentang Pedoman Tekns Penngkatan Kapabltas APIP. Sumber data d dalam peneltan n menggunakan dua jens data yatu data prmer dan data sekunder. Data Prmer adalah data yang dperoleh langsung dar objek yang dtelt (tdak melalu perantara), data prmer dalam peneltan n dperoleh melalu wawancara atau tanya jawab dar sumbernya. Sumber data prmer dalam peneltan n adalah staff Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan. Data Sekunder adalah data yang dperoleh penelt secara tdak langsung melalu meda perantara yatu melalu hasl-hasl peneltan, buku-buku, artkel, dan berbaga referens-referens terkat yang relevan dengan masalah yang dangkat. 3.2 Metode Analss Data Metode analss data dlakukan dengan metode deskrptf kualtatf. Dengan metode analss deskrptf kualtatf penelt akan mengkaj, menelaah semua data yang dperoleh dar Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang 1184

7 Jurnal Rset Akuntans Gong Concern 12(2), 2017, bagamana knerja pengawasan pengelolaan keuangan daerah pada Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan. Kemudan data yang dperoleh dpelajar dan dolah. Setelah hasl telah ddapat maka akan dbandngkan dengan teor dan Peraturan BPKP No. 16 Tahun 2015 sehngga dapat dtark kesmpulan yang dapat menjawab rumusan masalah peneltan n. 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasl Peneltan Tugas Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan (pmpnan organsas nspektorat) adalah memmpn, melakukan koordnas, pengawasan, evaluas dan penyelenggaraan program kerja nspektorat, sepert halnya dalam melaksanakan tugasnya, pemmpn nspektorat wajb menerapkan prnsp koordnas, ntegras, dan snkronsas bak dalam lngkungan pemerntahan Kabupaten Mnahasa Selatan maupun dengan nstans vertkal sesua dengan bdang tugasnya. Setap pmpnan bertanggungjawab memmpn dan mengkoordnas bawahannya masng-masng memberkan petunjuk dan bmbngan dalam pelaksanaan tugas bawahan, serta wajb mengawas pelaksanaan tugas bawahannya masngmasng dan apabla terjad penympangan agar mengambl langkah-langkah yang dperlukan sesua dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menurut (Rohman, 2009), pengawasan terhadap penyelenggaran pemerntahan tersebut dapat dlakukan melalu pengawasan melekat, pengawasan masyarakat, dan pengawasan fungsonal. Pengawasan atas penyelenggaraan pemerntahan daerah yang dlakukan oleh Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan hakekatnya adalah pengawasan terhadap knerja pemerntah daerah dan knerja DPRD, yang dalam penyelenggaraan pemerntahan daerah melput; perencanaan peraturan perundang-undangan pada tngkat daerah, rancangan peraturan daerah, rancangan peraturan kepala daerah, peraturan tata tertb DPRD, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah (LKPJKdh), Laporan Penyelenggaraan Pemerntahan Daerah (LPPD), dan pengelolaan sumber daya (manusa, uang, sarana prasarana, sumber daya alam, sumber daya ekonom dan sumber daya lannya), untuk penyelenggaraan pemerntahan daerah secara ekonoms, efektf dan efsen. Penyelenggaraan kegatan pada suatu nstans pemerntah, mula dar perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampa dengan pertanggungjawaban harus dlaksanakan secara tertb, terkendal, serta efsen dan efektf. (Peraturan BPKP No. 16 tahun 2015) Berdasarkan hasl evaluas pada Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan mengena knerja pengawasan pengelolaan keuangan daerah, Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan dalam knerja pengawasan dnla melalu program Penlaan Penngkatan Kapabltas APIP yang terdr dar 6 elemen, yatu (1) Peran dan layanan; (2) Pengelolaan SDM; (3) Praktk professonal; (4) Akuntabltas dan manajemen knerja; (5) Budaya dan hubungan organsas; (6) Struktur tata kelola, dan dbag menjad beberapa level, yatu level 1, level 2, level 3, level 4, dan level 5. Melalu program n Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan dapat dnla tugas APIP dalam hal n Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan. 4.2 Pembahasan Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan adalah perangkat daerah yang dtunjuk untuk menjamn agar pelaksanaan suatu pemerntahan daerah dapat berjalan dengan bak dan benar sesua dengan Peraturan Daerah Kabupaten Mnahasa Selatan Nomor 21 Tahun 2006 tentang Organsas Perangkat Daerah Kabupaten Mnahasa Selatan dan Peraturan Bupat Mnahasa Selatan Nomor 49 Tahun 2016 tentang Rncan Tugas, Fungs, dan Tata Kerja Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan yang merupakan pengawas penyelenggaraan pemerntahan daerah dan dpmpn oleh seorang Inspektur yang bertanggungjawab langsung kepada Bupat dan secara tekns admnstratf mendapat pembnaan dar sekretars daerah. Suatu nstans pemerntah memerlukan adanya suatu knerja pengawasan yang efektf dan efsen untuk membantu tercapanya suatu penyelenggaraan pemerntahan yang bersh, efektf 1185

8 Fgy Lumempow, Inggran Elm, I Gede Suwetja dan ercaya. Penyelenggaraan kegatan pada suatu nstans pemerntah, mula dar perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampa dengan pertanggungjawaban harus dlaksanakan secara tertb, terkendal, serta efsen dan efektf. (Peraturan BPKP No. 16 tahun 2015) Salah satu unsur yang dperlukan adalah memperkuat peran Aparat Pengawasan Intern Pemerntah (APIP) yang efektf. Program Penlaan Penngkatan Kapabltas APIP pada Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan Total Jml pernyataan Terp belum N 0 Elemen Jml pern yataa n Level 2 Level 3 Level 4 Level 5 belu m Jml pern yataa n Terp belu m Jml pern yataa n belu m Jml pern yataa n 1 PERAN DAN LAYANAN PENGELOLAAN SDM Terp belu m PRAKTIK PROFESIONAL AKUNTABILITAS DAN MANAJEMEN KINERJA BUDAYA DAN HUBUNGAN ORGANISASI STRUKTUR TATA KELOLA JUMLAH Dapat dlhat bahwa Penngkatan penlaan kapabltas APIP dalam hal n Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan terdr dar 6 elemen, yatu: peran dan layanan, pengelolaan SDM, praktk profesonal, akuntabltas dan manejemen knerja, budaya dan hubungan organsas, serta struktur tata kelola. Keenam elemen tersebut dbag menjad level 2, level 3, level 4, level 5 dan level 6. Berdasarkan penjelasan datas, penngkatan penlaan kapabltas APIP dalam hal n Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan mash berkedudukan yang ratarata mash pada level I dan II. Pada Level yang demkan n terkandung rsko bahwa APIP tdak dapat secara optmal memberkan nla tambah dar kontrbusnya d bdang pengawasan ntern bag keberhaslan penyelenggaraan kegatan pemerntahan. Mewujudkan kapabltas APIP berkelas duna dtanda dengan konds kapabltas APIP setdaknya pada Level-3, selaras dengan Vs Reformas Brokras Tahun (Peraturan Presden Nomor 81 Tahun 2010) yang menghendak terwujudnya pemerntahan berkelas duna dmana perubahan pada area pengawasan bertujuan untuk mewujudkan 1186

9 Jurnal Rset Akuntans Gong Concern 12(2), 2017, pemerntahan yang bersh dan bebas dar KKN menuju clean government. (PERATURAN KEPALA BPKP NO. 16 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENINGKATAN KAPABILITAS APIP) 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesmpulan Hasl evaluas knerja pengawasan pengelolaan keuangan pada Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan menunjukkan yatu, beberapa kendala salah satunya dlhat pada Penlan Penngkatan Kapabltas APIP dalam hal n Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan menunjukkan hasl yatu Kualtas audtor Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan yang ratarata mash pada level I dan II atau belum sesua dengan Peraturan BPKP No. 16 Tahun Dengan demkan Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan dalam knerja pengawasan pengelolaan keuangan daerah belum terlaksana dengan optmal Saran Adapun saran yang dapat dberkan adalah 1. Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan dharapkan lebh memperhatkan kompetens, ntegrtas dan etos kerja pegawa; kualtas audtor; dan kualtas laporan hasl pemerksaan. 2. Instans juga dharapkan dapat menngkatkan atau penguatan fungs pengawasan ntern pemerntah merupakan salah satu upaya yang perlu terus dlakukan untuk mendukung penngkatan knerja untuk mencapa tugas dan fungs Inspektorat Kabupaten Mnahasa Selatan dalam bdang pengawasan yang efektf dan efsen. DAFTAR PUSTAKA Al Hanafah Optmas Pelaksanaan Fungs Pengawasan Dewan Perwaklan Rakyat Daerah dalam Penyelengaraan Pemerntah. Jurnal Dan. Vol.11 No 3 Arfn Abdul Admnstras Pemerntahan Dalam Pembangunan. Jakarta: CV. Haj Mas Agung. Awosejo, O.J The Effect of Accountng Informaton Systems n Accountng Internatonal Journal Azhar Susanto Influence The Qualty Of Accountng Informaton On The Implementaton Good Study Program Governance. Internatonal Journal Of Scentfc & Technology Research Volume 4, Issue 12, December 2015 Issn Bastan, Indra Akuntans Sektor Publk Suatu Pengantar. Erlangga, Jakarta. Baharuddn Pengaruh Sstem Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Implementas Sstem Akuntans Keuangan Daerah Terhadap Fungs Pengawasan Keuangan Daerah Vol. 3 No.3 Okt Des 2016 [Jurnal Ilmah AKSI STIE AMKOP Makassar] ISSN : Bello and Modbbo Expendture And Internally Generated Revenue Relatonshp: An Analyss Of Local Governments In Adamawa State, Ngera. Journal of Arts, Scence & Commerce. E-ISSN ISSN Charles Ayodele Jegede Econometrc Analyss of the Effectveness of Publc Revenue n Economc Growth n Developng Countres: An Examnaton of Ngeran Economy. Internatonal Journal of Economcs and Fnance; Vol. 6, No. 8; 2014 ISSN X E-ISSN Halm, Abdul Akuntans Keuangan Daerah. Eds Keempat. Salemba Empat. Jakarta Halm, Abdul dan Muhammad S. Kusuf Akuntans Sektor Publk Akuntans Keuangan Daerah. Eds Empat. Erlangga, Jakarta. Harad. P., Restanto, dan Bawono Pengelola Keuangan Daerah. Salemba Empat, Jakarta. Hall, A. James Accountng Informaton System (8th ed.). Prentce Hall, New Jersey. 1187

10 Fgy Lumempow, Inggran Elm, I Gede Suwetja Hendra. Putu Oka 2016 Strateg Pengelolaan keuangan Dalam Upaya Optmalsas Pemanfaatan Anggaran Rumah Sakt Umum Daerah Wagaya Kota Denpasar Jurnal Manajemen & Bsns ISSN : , Volume 13 Nomor 2 Aprl 2016 Hutajulu Halomoan Analss Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Kota Jayapura Pada Era Otonom Khusus. Jurnal Ekonom dan Bsns. Volume XVII No 1 Aprl ISSN Indranto, Nur Metodolog Peneltan Bsns, untuk Akuntans dan Manajemen.BPEF, Yogyakarta. Karanga, Hendra. (2011). Partspas Masyarakat Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah. Bandung: PT Alumn Kuncoro, Mdrajad Metode Rset Untuk Bsns dan Ekonom. Eds Ketga. Erlangga, Yogyakarta. Mardasmo Akuntans Sektor Publk. And, Yogyakarta. Nugroho Baskara Ad Pengaruh Pemerksaan dan Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap Knerja Penyelenggaraan Pemerntah Daerah E-Jurnal Akuntans Unverstas Udayana. Hal Nordawan, D., I.S. Putra, dan M. Rahmawat Akuntans Pemerntahan. Salemba Empat. Jakarta. Peraturan Pemerntah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, (Onlne), ( Pontoh, W Akuntans Konsep dan Aplkas. Penerbt Halaman Moeka, Jakarta. Putro Tr Sukrno Optmas Fungs Inspektorat Dalam pengawasan Keuangan Daerah. Jurnal Kebjakan Publk, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2013, hal Prhartono, Eko Pelaksanaan Pengawasan Fungsonal Dalam Rangka Menuju Optmasas Kerja. E-Jurnal Akuntans Unverstas Udayana. Hal Ratnawat Jul Peran Manajeral Pengelola Keuangan Daerah, D Fungs Pemerksaan Intern Serta Pengaruhnya Terhadap Knerja Pemerntah Daerah. Jurnal Dan. Vol.11 No 2 Warren Reeve & Fees Sstem Informas Akuntans. Terjemahan Farahmta Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemerksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerntahan Daerah. 1188

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

MENTERI KOORD[NATOR BlDANG POLITlK, HUKUM DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOORD[NATOR BlDANG POLITlK, HUKUM DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA . MENTER KOORD[NATOR BlDANG POLTlK, HUKUM DAN KEAMANAN REPUBLK NDONESA PERATURAN MENTER KOORDNATOR BDANG POLTK, HUKUM, DAN KEAMANAN NOMOR: PER-07 MENKO/POLHUKAM/1212011 TEN-TANG ORGANSAS DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BABY. S!MPULAN DA:"i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan

BABY. S!MPULAN DA:i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan BABY S!MPULAN DA:" SARAN A. Smpulan Rumah sakt adalah bentuk organsas pengelolaan jasa pelayanan kesehatan ndvdual secara menyeluruh oleh karena tu dperlukan penerapan vs. ms. dan strateg seara tepat oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN 1 BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR S TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKAS DANA DESA KABUPATEN PACTAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang Bahwa dalam rangka tertb

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

LAPORAN PENGUKURAN INDEK PENERAPAN NILAI BUDAYA KERJA (IPNBK) TAHUN 2017

LAPORAN PENGUKURAN INDEK PENERAPAN NILAI BUDAYA KERJA (IPNBK) TAHUN 2017 LAPORAN PENGUKURAN NDEK PENERAPAN NLA BUDAYA KERJA (PNBK) TAHUN 2017 KEMENTERAN PERTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANAN BALA BESAR PELATHAN PERTANAN KETNDAN MALANG - JAWA 2017 TMUR KATA

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. ; PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR: 3g TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PACITAN. ; PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR: 3g TAHUN 2010 TENTANG BUPAT PACTAN ; PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR: 3g TAHUN 2010 TENTANG JENJANG NLA PENGADAAN BARANG/JASA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA RUMAH SAKT UMUM DAERAH KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUEAn PACriAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACITAN

BUEAn PACriAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACITAN BUEAn PACrAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAAN TUGAS, FUNGS DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG BAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang: a. bahwa dengan bcrlakunya

Lebih terperinci

BUPATI RIALUKU TENGGARA BARAT

BUPATI RIALUKU TENGGARA BARAT BUPATI RIALUKU TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT NOMOR: 13 TAHUN2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

Untuk memperoleh buku ini hubungi:

Untuk memperoleh buku ini hubungi: 2004 Badan Perencanaan Pembangunan Nasonal Untuk memperoleh buku n hubung: Pusat Data dan Informas Perencanaan Pembangunan Jl. Taman Suropat No. 2, Jakarta Pusat 10310 Telepon/Fax: 021-31934973 atau Webste:

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. j PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 32 TAHUN 2011

BUPATI PACITAN. j PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 32 TAHUN 2011 BUPAT PACTAN j PERATURAN BUPAT PACTAN ; NOMOR 32 TAHUN 2011 f! TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN PUBLK DAN STANDAR OPERASONAL PROSEDUR PADA PEMERNTAH DAERAH ; KABUPATEN PACTAN DENGAN RAMAT TUHAN

Lebih terperinci

I NOMOR..I.L.. TAHUN 2012

I NOMOR..I.L.. TAHUN 2012 f BUPATI PACITAN! PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR..I.L.. TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN KLINIK PENGELOLA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN, Menmbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

LAKIN. Laporan Kinerja BPS Provinsi Maluku Tahun 2014

LAKIN. Laporan Kinerja BPS Provinsi Maluku Tahun 2014 LAKIN Laporan Knerja BPS Provns Maluku Tahun 2014 Jl. WolterMongnsd-Passo, Ambon 97232 Telep. (0911) 361329, Fax. (0911) 361319 E-mal : maluku@bps.go.d Kata Pengantar Akuntabltas knerja BPS Provns Maluku

Lebih terperinci

Sistem Informasi Pendapatan Asli Daerah Pada Dinas Pendapatan Kabupaten Sangihe

Sistem Informasi Pendapatan Asli Daerah Pada Dinas Pendapatan Kabupaten Sangihe Jurnal Sstem Informas Bsns 0(011) On-lne : http://ejournal.undp.ac.d/ndex.php/jsnbs 59 Sstem Informas Pendapatan Asl Daerah Pada Dnas Pendapatan Kabupaten Sanghe Alfranus Papuas a,*, Mustafd b, Eko Ad

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu korelasional dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu korelasional dan 46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desan Peneltan Jens peneltan yang dlakukan oleh penuls yatu korelasonal dan verfkatf yatu suatu metode yang dgunakan untuk menentukan apakah terdapat hubungan antara dua

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

Oleh : Selvia Mamahit 2. Kata Kunci : Peranan, BPD, Fungsi Pengawasan, ADD.

Oleh : Selvia Mamahit 2. Kata Kunci : Peranan, BPD, Fungsi Pengawasan, ADD. PERANAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN PADA PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (Stud D Desa Lobu Dua Kecamatan Touluaan Kabupaten Mnahasa Tenggara) 1 Oleh : Selva Mamaht 2 ABSTRAK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

j PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2012

j PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2012 j! BUPATI PACITAN j PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2012 ' TENTANG KUALITAS PIUTANG SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DAN PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN ; NOMOR 8 TAHUN 2001 SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA!

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN ; NOMOR 8 TAHUN 2001 SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA! PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACTAN ; NOMOR 8 TAHUN 200 ; TENTANG SUSUNAN ORGANSAS DAN TATA KERJA! PEMERNTAH DESA t DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA. BUPAT PACTAN ESA Menmbang : a,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL DAN OPERASIONAL

MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL DAN OPERASIONAL MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL DAN OPERASIONAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I UROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015 MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL & OPERASIONAL

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB Putr Har Ikhtarn ), Bety Nurltasar 2), Hafdz Alda

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN, PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR A? TAHUN TATA KEARSIPAN PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN

BUPATI PACITAN, PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR A? TAHUN TATA KEARSIPAN PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN 1.. \ ' BUPAT PACTAN, PERATURAN BUPAT PACTAN ; NOMOR A? TAHUN 2006 TENTANG 1 TATA KEARSPAN PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN BUPAT PACTAN Menmbang : a. bahwa untuk mewujudkan tertb admnstras dan ( penyeragaman

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM TATA CARA PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PENYELENGGARAAN PEMERNTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menmbang Mengngat

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 Peraturan Menteri

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 Peraturan Menteri 3 A S KEMENTERAN PERHUBUNGAN DREKTQRAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA * t % 3 PERATURAN DREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: SKEP/317 /V / 2 0 1 1 TENTANG : TARGET NDKATOR KNERJA UTAMA (KU) Dl LNGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMORTAHUN 2007 \ TENTANG URAIAN TUGAS. FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN I KABUPATEN PACITAN

PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMORTAHUN 2007 \ TENTANG URAIAN TUGAS. FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN I KABUPATEN PACITAN BUPAT PACTAN s PERATURAN BUPAT PACTAN \ NOMORTAHUN 2007 \ TENTANG URAAN TUGAS. FUNGS DAN TATA KERJA DNAS TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN PACTAN > DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA \ BUPAT PACTAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

PROSEDUR MENGGUNAKAN STRATIFIED RANDOM SAMPLING METHOD DALAM MENGESTIMASI PARAMETER POPULASI

PROSEDUR MENGGUNAKAN STRATIFIED RANDOM SAMPLING METHOD DALAM MENGESTIMASI PARAMETER POPULASI JEMI, Vol 1, No 1, Desember 2010 PROSEDUR MENGGUNAKAN STRATIFIED RANDOM SAMPLING METHOD DALAM MENGESTIMASI PARAMETER POPULASI Des Rahmatna, SPd, MSc (Unverstas Martm Raja Al Haj) ABSTRAKSI Peneltan n dmaksudkan

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BUPAT1 B W UASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR /3 TAIIUN 2007 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR /3 TAIIUN 2007 TENTANG 1 [ BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR /3 TAIIUN 2007 TENTANG BESARAN TUNJANGAN KOMUNIKASI INTENSIF (TKI) BAGI PIMPINAN DAN ANGGOTADEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAN BELANJA PENUNJANG OPERASIONAL

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PACITAN

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PACITAN PEMERNTAH KABUPATEN DAERAH TNGKAT PACTAN PERATURANjDAERAH- KABUPATEN DAERAH TNGKAT PACTAN NOMOR 1 TAHUN 1934 - = TENTANG ; POLA DASAR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TNGKAT PACTAN TAHUN 1994/1995-1998/1999

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu aspek kehdupan yang sagat pentng. Bag masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, bak dalam rangka memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tnjauan Teorts 2.1.1 Saham Menurut Anoraga (2006:58) saham adalah surat berharga bukt penyertaan atau pemlkan ndvdu maupun nsttus dalam suatu perusahaan. Saham berwujud selembar

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PENDELEGASIAN SEBAGIAN KEWENANGAN BUPATI KEPADA CAMAT DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PACITAN PENDELEGASIAN SEBAGIAN KEWENANGAN BUPATI KEPADA CAMAT DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 3^ TAHUN 2012 TENTANG PENDELEGASIAN SEBAGIAN KEWENANGAN BUPATI KEPADA CAMAT DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN, ' Menmbang

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN ; PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 59 TAHUN 2011

BUPATI PACITAN ; PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 59 TAHUN 2011 BUPAT PACTAN ; PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KUALTAS AR DAN PENGENDALAN PENCEMARAN AR! D KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

I PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN PACITAN TAHUN 2013 BUPATI PACITAN

I PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN PACITAN TAHUN 2013 BUPATI PACITAN BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN PACTAN TAHUN 2013 BUPAT PACTAN Menmbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 26

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN. Pasal II. Ditetapkan di Pacitan ; Pada tanggal :i3 - JR, BUPATI PACITAN. i Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal diietapkan.

MEMUTUSKAN. Pasal II. Ditetapkan di Pacitan ; Pada tanggal :i3 - JR, BUPATI PACITAN. i Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal diietapkan. BUPAT PACTAN. PERATUEAN BUPAT PACTAN : NOMOR 3 5 TAHUN 2008! TENTANG PERUBAHAN KEDUA PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KEBJAKAN AKUNTANS TAUN 2008 DAN SSTEM DAN PROSEDUR AKUNTANS! DENGAN

Lebih terperinci

! PERATURAN BUPATI PACITAN 1 NOMOR ^2) TAHUN 2011 i

! PERATURAN BUPATI PACITAN 1 NOMOR ^2) TAHUN 2011 i BUPATI PACITAN! PERATURAN BUPATI PACITAN 1 NOMOR ^2) TAHUN 2011 ' TENTANG PERUBAHANKETIGAATAS PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Landasan hukum Penyusunan Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN Landasan hukum Penyusunan Laporan Keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan a. Akuntabltas Mempertanggung jawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebjakan yang dpercayakan kepada unt organsas pemerntah

Lebih terperinci

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai 3 BAB III METODELOGIPENELITIAN 3. Lokas dan Waktu Peneltan 3.. Lokas Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger Bonepanta pada kelas X pada semester genap tahun ajaran 0/03. 3.. Waktu Peneltan Peneltan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RINGKASAN OPTIMALISASI PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN GROUP RESUME DAN CONCEPT MAP DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN EKONOMI Oleh: Endang Mulyan Daru Wahyun Peneltan n bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) Laporan n Dsusun Guna Sebaga Pertanggungjawaban Pelaksanaan Praktk Pengalaman Lapangan (PPL) Tahun Akademk 2014/2015 Lokas PPL Nama Sekolah : SMA N 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam situs BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal dari dua

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam situs BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal dari dua BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lngkup Peneltan Reksadana yang dgunakan dalam peneltan n adalah reksadana yang terdaftar dalam stus BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tnjauan Pustaka Dar peneltan yang dlakukan Her Sulstyo (2010) telah dbuat suatu sstem perangkat lunak untuk mendukung dalam pengamblan keputusan menggunakan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER UNIVERSITAS DIPONEGORO 013 ISBN: 978-60-14387-0-1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER Saftr Daruyan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

Ardi Kurniawan 1), Kusrini 2) Sistem Informasi STMIK AMIKOM Yogyakarta 2)

Ardi Kurniawan 1), Kusrini 2) Sistem Informasi STMIK AMIKOM Yogyakarta 2) Semnar Nasonal Teknolog Informas dan Multmeda 2016 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-7 Februar 2016 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE

Lebih terperinci