BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Manajemen PT. Sheils Flynn Asia Manajemen Studio Manajemen studio di Sheils Flynn Asia (SFA) terdiri dari empat faktor pendukung yaitu 1). Hardware 2). Software, 3). Sistem Pengelolaan Data, 4). Sumber Daya Manusia. Semua itu saling terkait satu dengan yang lain, agar terwujudnya keseimbangan dalam sistem dan dapat mempermudah dalam proses pengerjaan proyek di studio. Selain itu, manajemen studio mencakup pengelolaan data hingga tata cara dan aturan pembuatan gambar di studio. Adanya manajemen studio yang baik pada perusahaan, diharapkan dapat menghasilkan sistem kerja yang baik pula yang tidak hanya baik dalam produk atau hasil akhir, tetapi juga dalam pengelolaannya. Hal itu akan mempermudah penanganan proyek selanjutnya karena setiap proyek yang dikerjakan memiliki orientasi standar proses pengerjaan yang sama Hardware (Perangkat keras) Hardware itu sendiri merupakan faktor penting yang menunjang lancar atau tidaknya pengerjaan sebuah proyek dilaksanakan dalam sebuah konsultan arsitektur lanskap. Tabel 3 berikut adalah daftar fasilitas yang dimiliki oleh SFA. Tabel 3. Jenis dan Jumlah Unit Fasilitas SFA Jenis Fasilitas Unit PC 15 Headset Microphone 15 Plotter hp Printer hp Laptop 3 LCD Projector 1 Scanner 3 Server 2 Digital Camera 1 External Hardisk 3 Internet Speed 1 GB/sec - Printer Laser 1 Sumber : SFA (2012)

2 24 Hardware yang dimiliki SFA sangat membantu dalam setiap kegiatan perancangan dan komunikasi. Keefektifan kinerja di SFA didukung oleh tingginya spesifikasi fasilitas atau hardware yang dimiliki. Untuk kinerja grafis dan 3D animasi di SFA menggunakan spesifikasi perangkat komputer dengan kualifikasi tinggi guna mencapai kecepatan dan akurasi dalam menghasilkan desain yang berkualitas. Adapun kegunaan dari setiap perangkat keras (hardware) yang dimiliki SFA untuk menunjang produktifitas dari konsultan lanskap ini adalah sebagai berikut : SFA memiliki 15 PC dengan spesifikasi yang berbeda, 12 diantaranya memiliki spesifikasi standar untuk pengerjaan CAD drawing menggunakan AutoCAD LT , sedangkan 3 diantaranya memiliki spesifikasi yang tinggi, yaitu setara intel i5 i7 sekarang. Tiga PC tersebut digunakan untuk mengolah gambar grafis seperti, 3D animasi, foto editing dan lain sebagainya yang membutuhkan PC dengan spesifikasi tinggi. Untuk menghasilkan gambar dengan kualitas yang baik, selain ditunjang oleh PC yang mumpuni juga harus didukung oleh perangkat pencetaknya seperti plotter dan printer. SFA memiliki 1 unit plotter yang digunakan untuk mencetak gambar dengan ukuran A2-A0, sedangkan untuk gambar dengan ukuran lebih kecil seperti A4-A3 menggunakan printer laser atau printer hp Untuk kegiatan meeting intern atau extern dengan klien, SFA menggunakan ruang meeting dan fasilitas seperti Laptop dan LCD Proyektor guna mempermudah penyampaian presentasinya. Sedangkan untuk penyimpanan data dan sirkulasi data di kantor, SFA menggunakan server yang terhubung dengan internet yang berkecepatan tinggi (1GB/sec) guna memudahkan semua staf mengakses data tersebut tanpa harus terhambat masalah pemindahan data dari satu komputer ke komputer yang lainnya. Kapasitas dari hardisk server itu sendiri sebesar 3 TB (Terabyte). Untuk komunikasi sendiri, SFA melakukan komunikasi langsung dengan kantor pusat yang berada di London, United Kingdom. Komunikasi tersebut dilakukan menggunakan jaringan internet yang terhubung ke masingmasing komputer di kantor. Kendala utama yang dihadapi SFA dalam hal koneksi internet dan server adalah masalah petir dan hujan angin yang sering melanda Kota Bogor. Kedepannya SFA akan terus meningkatkan fasilitas kerjanya.

3 25 Gambar 8 berikut adalah fasilitas inventaris yang dimiliki oleh SFA dari mulai gedung kantor dan fasilitas kerja pada tahun Gambar 8. Dokumentasi Fasilitas SFA (Sumber : Chandra, 2012) Software Dalam kegiatan studio PT. Sheils Flynn Asia selain didukung oleh hardware, juga harus didukung oleh software yang memadai. PT. Sheils Flynn Asia memiliki software yang bersertifikasi dan berlisensi. Setiap komputer staf PT. Sheils Flynn Asia telah siap dengan aplikasi yang digunakan dalam pengerjaan berbagai proyek. Kendati masih ada ditemukan komputer yang softwarenya mengalami bugs. Spesifikasi komputer tertinggi digunakan oleh spesialis grafis dan 3D. Komputer tersebut digunakan untuk proses render dan 3D editing yang lebih cepat dan hasil yang baik. Berikut daftar software yang dimiliki oleh PT. Sheils Flynn Asia.

4 26 Tabel 4. Software yang dimiliku SFA. Nama software AutoCAD LT 2006, AutoCAD D Studio Max Sketchup 7 Pro Adobe Photoshop 7.0, CS3 Adobe Illustrator Adobe Acrobat Adobe Indesign 5.5 Microsoft Office 2007, 2010 Outlook Express Skype Pro Google Earth Pro ArcGIS Sumber : SFA (2012) Kegunaan CAD Drawing 3D rendering, Animasi 3D rendering, Animasi Photo Editing Layout, Photo Editing Dokumentasi dan publikasi Layout and advertising Dokumen Komunikasi internal, eksternal, dan meeting dengan UK Map Searching Map Editing Software AutoCAD merupakan aplikasi yang sering digunakan oleh para staf SFA dalam mengerjakan proyek karena akurasi dari aplikasi tersebut sangat baik dan spesialisasi untuk perancangan. Semua produk CAD mengikuti standar yang telah ditetapkan oleh Sheils Flynn UK. Pembuatan grafis, gambar ilustrasi, dan image editing digunakan beberapa aplikasi grafis seperti Adobe Photoshop, dan 3D Studio Max. Untuk pekerjaan identifikasi tata guna lahan dan pemetaan lanskap biasanya digunakan aplikasi pemetaan Google Earth Pro dan ArcGIS. Dalam kegiatan meeting dan komunikasi SFA dengan staff SF UK, dan klien digunakan aplikasi Ms.Office Powerpoint (presentasi) dan Skype (komunikasi via jaringan internet). Outlook Express digunakan SFA untuk pengiriman data ke SF UK dan klien karena lebih stabil dalam mengirimkan setiap paket data Sistem Pengolahan Data Selain memiliki hardware dan software yang baik, juga harus didukung oleh sistem yang baik yang dapat mengelola semua itu, terutama terkait sistem pengelolaan data perusahaan. Dalam hal ini, ada 3 sistem yang bekerja dalam pengelolaan data di SFA yaitu : 1). Sistem Penyimpanan Data, 2). Sistem

5 27 Penamaan Data, dan 3). Sistem Penanggalan Files. Penjelasannya adalah sebagai berikut : 1) Sistem Penyimpanan Data Setiap data atau file dari proyek disimpan dalam komputer server yang dapat diakses sepenuhnya oleh staf melalui jaringan internet/wifi. SFA menggunakan computer server client untuk memudahkan dalam manajemen data semua proyek yang dikerjakan. Server adalah komputer yang menyediakan fasilitas bagi komputer-komputer lain di dalam jaringan dan client adalah komputer-komputer yang menerima atau menggunakan fasilitas yang disediakan oleh server. Gambar 9 menunjukkan sistem jalur komputer server di SFA. Gambar 9. Sistem Komputer Server SFA (Sumber : SFA (2012) Akses terhadap data proyek yang telah tersimpan secara terstruktur juga dapat diakses lewat koneksi Wi-Fi/nirkabel lewat username dan password tertentu. Sejauh ini komputer server yang dimiliki oleh SFA berjumlah 3 buah dan besar kemungkinan akan dilakukan penambahan seiring terus meningkatnya proyek-proyek yang dikerjakan oleh SFA.

6 28 Kelebihan dalam menggunakan komputer server adalah sebagai berikut: 1. Kecepatan akses lebih tinggi karena penyediaan fasilitas jaringan dan pengelolaannya dilakukan secara khusus oleh satu komputer (server) yang tidak dibebani dengan tugas lain sebagai workstation. 2. Sistem keamanan dan administrasi jaringan lebih baik, karena terdapat seorang IT yang bertugas sebagai admin jaringan, yang mengelola administrasi dan sistem keamanan jaringan. 3. Sistem backup data lebih baik, karena pada jaringan client-server backup dilakukan terpusat di server, yang akan mem-backup seluruh data yang digunakan di dalam jaringan. Kelemahan dalam menggunakan komputer client adalah sebagai berikut: 1. Biaya operasional relatif lebih mahal. 2. Diperlukan adanya satu komputer khusus yang berkemampuan lebih untuk ditugaskan sebagai server. 3. Kelangsungan jaringan sangat tergantung pada server. Bila server down maka secara keseluruhan jaringan akan terganggu. Sistem penyimpanan data di server SFA terdiri dari 7 folder berdasarkan fungsi penyimpanan yang berbeda-beda : 1. Administration Menyimpan data berupa administrasi SFA, profil perusahaan, sirkulasi data dan internet. 2. Marketing Menyimpan data yang berhubungan dengan aspek pemasaran SFA. 3. Library Menyimpan data standar gambar kerja SFA dengan format dwg, psd, jpeg dan lain sebagainya. 4. Photography Menyimpan hasil foto setiap proyek dari setiap prosesnya seperti foto hasil inventarisasi tapak hingga pelaksanaan, selain untuk menyimpan foto kegiatan di SFA. 5. Personal

7 29 Menyimpan data para staf SFA. 6. Projects Folder ini merupakan salah satu folder yang sangat penting, didalamnya terdapat data-data proyek yang sedang dikerjakan dan proyek-proyek yang berpotensi untuk dikerjakan. Folder project terbagi menjadi 2 subfolder, yaitu Current Project dan Potential Project, di dalamnya terdapat folder-folder proyek yang sedang atau berpotensi dikerjakan yang berisi semua file kerja yang berkaitan dengan masing-masing proyek tersebut. Untuk setiap folder proyek, terdapat standar folder yang biasa terdapat di dalamnya, diantaranya: a. Contract & Proposal Berisi data kontrak dengan klien dan serta proposal yang diajukan. b. Client Berisi data hasil komunikasi PT Sheils Flynn Asia dengan klien baik secara langsung maupun melalui internet, yang dikelompokkan berdasarkan tanggal komunikasi. c. SFL Berisi data hasil komunikasi Sheils Flynn Asia dengan Sheils Flynn UK terkait dengan proyek yang sedang dikerjakan tersebut, dikelompokkan berdasarkan tanggal komunikasi. d. Background Info Berisi data hasil survey tapak dan data-data lain yang berkaitan dengan kondisi awal tapak. e. Architect Berisi data-data yang berasal dari konsultan arsitektur yang penting kaitannya dengan proses pengerjaan desain tapak proyek tersebut. f. Drawings Di dalamnya terdapat semua file-file kerja proses perancangan tapak dengan berbagai format, yang dikelompokkan berdasarkan jenis format file tersebut. Diantaranya folder PSD (berisi data berformat psd), JPEG (berisi data berformat jpeg/jpg), PDF (berisi data berformat pdf), 3D (berisi file kerja pembuatan gambar 3 dimensi), dan Xrefs (berisi data berformat dwg/autocad).

8 30 g. Photography Berisi data-data foto hasil kunjungan ke tapak, baik yang dilakukan oleh Sheils Flynn Asia maupun oleh Sheils Flynn UK. 7. Archive Menyimpan semua data proyek yang telah dikerjakan SFA (Backup data proyek). Sistem penyimpanan data yang terkoordinir dan terstruktur dengan baik akan memudahkan dalam mengakses data, koordinasi, standarisasi mekanisme kerja, keamanan data, dan mempercepat selesainya suatu proyek. SFA juga menerapkan sistem pengaturan folder dengan cara penanggalan. Hal ini akan memudahkan dalam penyimpanan dan pencarian data berdasarkan urutan tanggal masuk dan dibuatnya data tersebut. Seperti diperlihatkan pada Gambar 10 di bawah ini. Gambar 10. Sistem penanggalan folder (Sumber : SFA (2012) 2). Sistem Penamaan Data SFA menerapkan tata cara penamaan setiap file kerja sebuah proyek. Hal ini dimaksudkan untuk menyamakan persepsi setiap staf terhadap suatu file serta

9 31 untuk kemudahan dalam mengakses data. Adanya sistem penamaan tersebut maka file kerja proyek yang berjumlah cukup banyak menjadi lebih terstruktur rapi dan dipahami oleh seluruh staf. Setiap proyek yang diterima oleh SFA diberi kode sesuai urutan diperolehnya proyek tersebut atau disebut juga nomor proyek (Project No). Contohnya 288-Kerrison Road, 288 menandakan proyek tersebut merupakan proyek Sheils Flynn UK yang ke-288 bernama proyek Kerrison Road. Sedangkan untuk proyek lokal, diberi kode huruf A yang berarti Asia sebelum kode urutan proyek, contohnya A124-Gudang Garam. A menandakan proyek tersebut merupakan proyek lokal asia, 124 menandakan urutan proyek yang ditangani SFA, dan Gudang Garam menandakan nama proyek yang dikerjakan. Selain sistem penamaan folder proyek, SFA juga menerapkan sistem penamaan file kerja yang berformat dwg/auto Cad dan pemberian nomor gambar untuk setiap gambar yang dihasilkan pada tiap fasenya. Seperti penamaan file kerja rencana tapak (siteplan) proyek Kerrison Road yang diberi nama 288-SP, juga untuk file kerja rencana tapak (siteplan) proyek Gudang Garam yang diberi nama A124-SP. Sistem penamaan file kerja lainnya diantaranya: 1. (Project No)-B Merupakan informasi denah bangunan (building) yang terdapat di tapak, data building ini diperoleh dari konsultan arsitektur atau klien. 2. (Project No)-S Berisi data-data hasil survey pada tapak dan sekelilingnya. Pada proyek luar negeri, data survey diperoleh dari surveyor di luar negeri yang dikirim ke SFA melalui jaringan internet. 3. (Project No)-OS Berisi gambar denah area di sekitar tapak. File OS diperoleh dari peta yang dimiliki pemerintah setempat. 4. (Project No)-MOS Modifikasi hasil penggabungan antara data hasil survey dengan data yang diperoleh dari peta yang dimiliki pemerintah (S dengan OS).

10 32 5. (Project No)-MOTHERS Modifikasi ketidaklengkapan gambar survey (S) setelah dilakukan survey atau pengamatan kembali. 6. (Project No)-ARB File yang berisi peta data-data tentang penyebaran vegetasi yang terdapat pada tapak. File ARB ini diperoleh dari arborist di lapangan. 7. (Project No)-SP File SP merupakan file gambar kerja hasil desain tapak yang berupa rencana tapak (siteplan). 8. (Project No)-TX File tekstur (texture) ini berisikan pemberian warna atau tekstur yang berbeda pada setiap elemen hasil rancangan (siteplan), seperti pemberian tekstur aspal, rumput, vegetasi, dll. 9. (Project No)-(Stage)-No (Scale) File ini dipergunakan untuk memproduksi gambar kerja yang dihasilkan kepada pihak lain. Stage menunjukkan fase yang sedang dikerjakan, diantaranya: a. RA : Fase riset dan analisis (Research and Analysis) b. CD : Fase desain konsep (Concept Design) c. DD : Fase pengembangan desain (Design Development) d. PD : Fase pembuatan gambar kerja (Production Documentation) Sumber Daya Manusia SFA memiliki standar kualifikasi dalam menentukan staf yang bekerja di perusahaannya. Setiap staf memiliki kualifikasi yang berbeda-beda tetapi tetap dapat bekerjasama dengan baik dalam teamwork. Adapun daftar staf yang bekerja di kantor SFA adalah sebagai berikut :

11 33 Tabel 5. Kualifikasi Staf SFA Job Qualification Spesification Units/person Project Director Senior Landscape Architect 1 Design Director Senior Architect 1 Drafter Senior and Junior Architect/ Landscape Architect 11 IT Technician Senior IT Technician 1 Construction Technician Sipil Enginnering 1 Accounting and administration Manager Accounting and administration 1 Planting Specialist Landscape Architect 0 Officeboy * 1 Sumber : SFA (2012) Perbedaan spesifikasi dari Sumber Daya manusia yang ada di SFA bertujuan untuk pembagian pekerjaan yang merata dan berjalan lancarnya sistem kerja di studio. Walaupun terkadang masih sering terjadi overlapping pekerjaan antara staf yang satu dengan yang lain. Tetap dengan adanya spesifikasi pekerjaan seperti ini diharapkan terciptanya kolaborasi yang baik antar semua bidang ilmu terkait untuk menunjang berjalan lancar proses pekerjaan di studio SFA. Project Director bertugas mencari proyek dan menjadi penanggung jawab semua proyek yang sedang dikerjakan oleh SFA, posisi ini sangat menentukan keberlanjutan SFA dalam berhubungan dengan kliennya. Project Design bertugas bertanggungjawab atas semua desain yang dihasilkan oleh SFA proyek yang dikerjakan. Posisi ini juga tak kalah pentingnya, karena kualitas produk yang dihasilkan oleh SFA yang juga menentukan keberlanjutannya perusahaan ini menjadi tanggung jawab dari Director Design ini. Proporsi jumlah staf yang dibutuhkan SFA berbeda-beda, seperti drafter yang didalamnya terdapat 2 bidang ilmu yang berbeda yaitu arsitek dan arsitek lanskap memiliki proporsi paling banyak di perusahaan. Itu karena proyek yang dikerjakan oleh SFA tidak hanya berasal dari proyek lanskap atau bangunan saja, tetapi dari keduanya. Selain itu, faktor banyaknya proyek yang dikerjakan oleh SFA secara tidak langsung

12 34 membutuhkan SDM dari spesifikasi drafter lebih banyak, guna menentukan kecepatan selesainya pekerjaan sebuah proyek. IT technician bertugas mengelola segala perangkat hardware dan software yang ada di SFA. Keberlangsungan pekerjaan perancangan studio di SFA tergantung dari IT technician mengelola semua perangkat. Construction technician bertanggung jawab atas semua desain konstruksi pada semua proyek yang dikerjakan oleh SFA. Posisi ini sangat krusial karena kesalahan konstruksi yang dibuat akan berakibat fatal. Accounting and administration manager bertugas mengerjakan semua pekerjaan marketing, finansial, administrasi kantor, dan lain sebagainya. Tiga pekerjaan tersebut di handle oleh satu orang. Planting specialist bertugas sebagai tenaga ahli dalam hal penentuan tanaman dan spesifikasinya dalam semua proyek yang dikerjakan oleh SFA. Tetapi untuk sekarang SFA sedang tidak memiliki Planting Specialist. 5.2 Manajemen Proyek Sistem Perolehan dan Pengerjaan Proyek PT Sheils Flynn Asia memiliki sistem kerja dan penanganan proyek yang telah terstuktur dengan baik. Proyek-proyek yang dikerjakan oleh PT Sheils Flynn Asia diperoleh diantaranya dari distribusi proyek Sheils Flynn UK, pengajuan proposal, tender, dan penunjukkan langsung dari klien. Apabila telah terdapat persetujuan dan kata sepakat mengenai teknis, lingkup pekerjaan, biaya, dan hal lainnya yang disebutkan dalam proposal, maka dilakukanlah pertemuan untuk penandatanganan kontrak atau nota kesepahaman. Setelah itu PT Sheils Flynn Asia akan melakukan rapat internal untuk membahas pekerjaan proyek tersebut dan menentukan project leader (pl) serta team work yang bertanggung jawab terhadap pengerjaan proyek tersebut. Penentuan project leader dan team work didasarkan pada skala proyek dan intensitas pekerjaan yang sedang dikerjakan oleh staf yang bersangkutan saat itu. Project leader bertugas dalam mengkoordinasikan pengerjaan proyek dalam suatu tim, mendistribusikan tugas kepada seluruh anggota tim, mengontrol perkembangan (progress) pekerjaan tiap harinya dan mendiskusikannya dengan

13 35 direktur PT Sheils Flynn Asia dan Sheils Flynn UK. Semua itu dilakukan agar pengerjaan proyek tersebut dapat berjalan efektif, sesuai, dan tepat waktu. Sebagai acuan pengerjaan suatu proyek, setiap project leader membuat drawing list terlebih dahulu. Drawing list tersebut menjadi panduan tim dalam mengerjakan tugasnya masing-masing. Dalam drawing list tersebut dipaparkan tentang gambar apa saja yang harus diproduksi berikut keterangan format gambarnya serta deadline setiap gambar. Dengan begitu setiap tim dapat lebih bekerja secara efektif untuk ketercapaian target masing-masing pekerjaan. Lama waktu pengerjaan suatu proyek berbeda-beda sesuai dengan skala pekerjaan, tingkat kesulitan, serta kesepakatan dengan klien dan pihak lain yang terlibat. Setiap fase pekerjaan biasanya dilakukan pertemuan seluruh pihak yang terlibat dengan klien. Pihak-pihak yang terlibat dan sering bekerja sama dengan PT. Sheils Flynn Asia diantaranya adalah architect, engineers, arborist, interior designer, artist,dan sebagainya. Dalam pertemuan (meeting) dilakukan presentasi kemajuan pekerjaan masing-masing pihak yang terlibat. Hal itu dimaksudkan untuk memperlihatkan progress pekerjaan masing-masing sehingga didapat penyamaan pola pikir dan persepsi diantara pihak yang terlibat dan klien. Selain itu pertemuan tersebut juga dilakukan untuk mendapatkan informasi terbaru dari pihak lain. Dalam hal ini PT. Sheils Flynn Asia akan mendapat banyak masukan dan informasi mengenai struktur dari engineer, rencana bangunan terbaru dari architect. Dalam pertemuan tersebut juga dibahas mengenai kendala masing-masing pihak dan pencarian jalan keluar yang disetujui oleh klien Sistem Kelengkapan Gambar Kerja SFA memiliki standar baku kelengkapan gambar kerja yang berorientasi pada standar dari Sheils Flynn UK sehingga tidak ada kendala perbedaan format gambar kerja antara SFA dengan Sheils Flynn UK. Standar tersebut selain membuat pekerjaan tersusun secara rapi dan juga mudah dimengerti oleh SDM yang ada di SFA.Adapun data disimpan di dalam folder landscape architecture yang secara umum terdiri dari dua folder utama yaitu Xref dan detail. Data untuk kelengkapan gambar masuk ke dalam folder Xref dan gambar detail masuk ke

14 36 dalam folder detail. SFA menggunakan mekanisme kerja CAD dengan sistem Xref karena setiap jenis gambar dapat di-overlay dengan cepat dan akurat serta apabila ada perubahan gambar dalam satu jenis gambar maka secara otomatis setiap gambar hasil overlay akan mengikuti perubahan tersebut. Sistem Xref memudahkan dalam setiap revisi terhadap proses perancangan di SFA. Kelengkapan gambar dalam folder Xref dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7 dibawah ini. Tabel 6. Klasifikasi gambar Xref Klasifikasi Gambar Xref Standar gambar dan layout untuk gambar skala 1:100 Informasi bangunan (building) Gambar survei Gambar area sekitar tapak Modifikasi survei Data yang tidak ada digambar survei tetapi setelah survei lebih lanjut ternyata ada ditapak Gambar legenda yaitu keterangan detil dan spesifikasijenis elemen yang digunakan Siteplan Layout gambar yang disesuaikan dengan ukuran kertasbaik dengan posisi portrait Layout gambar yang disesuaikan dengan ukuran kertas baik dengan posisi landscape Masterplanning Planning application Planting Plan Planting Schedule Construction Drawing Sumber : SFA (2012) Sistem Penamaan (Project No)-(Stage)-04 (Project No)-B.dwg (Project No)-S.dwg (Project No)-OS.dwg (Project No)-MOS.dwg (Project No)-MOTHERS.dwg (Project No)-LG1.dwg (Project No)-SP.dwg (Project No)-T(Paper Size)P.dwg (Project No)-T(Paper Size)L.dwg (Project No)-MP.dwg (Project No)-PA.dwg (Project No)-PP.dwg (Project No)-Planting Schedule.dwg (Project No)-CD-(No drawing).dwg

15 37 Tabel 7. Klasifikasi Penamaan Gambar details Xref Klasifikasi Sistem Penamaan Keterangan Gambar Details Detail Edging (Project No)-PD-DE.dwg Detil step dan edging Detil furniture seperti timber Detail Furniture (Project No)-PD-DF.dwg screen, water features, bangku taman, dll Detil kerb lurus (straight cerb) Detail Kerb (Project No)-PD-DK.dwg atau kerb lengkung (radius cerb) Detil penggunaan lampu, Detail Lighting (Project No)-PD-DL.dwg konstruksi, posisi, dan desain lampu Detil penanaman dari jenis Detail Planting (Project No)-PD-DP.dwg pohon hinggarumput pada tapak Detail Surface (Project No)-PD-DS.dwg Detil perkerasan, paving, penutup tanah lainnnya Detail Walling (Project No)-PD-DW.dwg Detil dinding/pagar Sumber : SFA (2012) Sistem Layouting Gambar SFA memiliki standar baku layout yang terdiri dari dua jenis. Layout pertama yaitu layout formal yang digunakan dalam tahap pembuatan gambar kerja (PD) dan layout informal yang digunakan dalam tahap RA (Research and analysis) sampai DD (Design Development). Layout formal biasanya digunakan untuk kepentingan tender. Dalam pelaksanaannya layout informal setiap proyek berbeda-beda tetapi pada dasarnya memiliki isi / informasi yang sama di dalamnya. Informasi yang disampaikan pada gambar disusun secara struktural sehingga mudah dibaca dan dimengerti mengenai infomasi yang disampaikan pada gambar. Adapun standar dari isi layout informal yaitu : a. Orientasi dan skala garis; b. Logo perusahaan; c. Nama proyek dan judul gambar; d. Nomor gambar;

16 38 Sedangkan layout formal memiliki standar data dan informasi di dalamnya untuk kemudahan penyusunan dan penyampaian informasi pada gambar. Standar data yang harus tertera dalam layout formal yaitu : a. Orientasi dan skala garis Mempermudah dalam mengetahui orientasi arah mata angin gambar dan skala garis berfungsi untuk mengetahui dimensi dan perbandingannya dengan di lapang. b. Kolom pernyataan Berisi poin-poin pernyataan dari SFA mengenai ketentuan pelaksanaan gambar di lapang. Poin-poinnya adalah sebagai berikut : 1. Gambar yang telah dicetak beserta seluruh perbanyakannya dalam bentuk apapun adalah hak milik sepenuhnya Sheils Flynn Ltd, sehingga dilarang memperbanyak tanpa izin tertulis dari Sheils Flynn Ltd; 2. Semua ketidaksesuaian gambar harap dikonfirmasikan kembali ke Sheils Flynn Ltd sebelum dilakukannya pengerjaan lapang; 3. Semua ukuran pada gambar harus dicek kembali terhadap tapak sebelum dilakukan pengerjaan di lapang; 4. Dilarang memperkirakan ukuran pada gambar tersebut untuk kepentingan konstruksi; 5. Semua material yang dipasang seperti pada spesifikasi telah relevan dan sesuai dengan standar serta sesuai dengan rekomendasi pemasok/produsen. c. Kolom status gambar Terdiri dari empat poin utama : - Status gambar. - Nama staf yang bertanggung jawab terhadap gambar tersebut. - Inisial lembaga penanggung jawab gambar. - Data gambar berupa bulan dan tahun gambar dibuat. d. Kolom persetujuan gambar Terdiri dari pihak atau perusahaan yang terkait dan terlibat dalam pembuatan gambar proyek.

17 39 e. Keterangan gambar Berisi inisial nama-nama perancang, mengecek, dan draftman serta skala gambar. f. Judul dan nomor gambar Berisi judul lembaran gambar proyek dan urutan nomor gambar. g. Judul proyek Terdiri dari keterangan nama proyek yang sedang ditangani SFA Standar Gambar Kerja Proyek SFA memiliki standar pengerjaan gambar kerja proyek dalam bentuk CAD yang telah disepakati oleh direktur SFA dan SF UK.Standar tersebut tersimpan di server sebagai acuan bagi staf saat mengerjakan gambar CAD. Tujuan dari standar ini adalah untuk menciptakan keseragaman format yang ditampilkan pada produk yang dikerjakan oleh SFA atau SF UK, serta untuk kemudahan revisi gambar CAD. Standar gambar kerja SFA ini dapat diakses oleh semua staf, tetapi tidak boleh sembarangan mengubah standar tanpa ada instruksi dari direktur SFA dan SF UK. Adapun standar gambar kerja proyek di SFA adalah sebagai berikut : a. Penamaan Layers Setiap layers dibubuhi huruf L_ (singkatan dari Layers) dan ditulis dengan huruf balok. Contoh L_COMMENTS. Hal ini mempermudah membedakan format layers dari pihak lain. b. Simbol Gambar kerja akan lebih mudah dibaca apabila menggunakan simbol yang baku, seperti simbol jembatan, arah sirkulasi, dll. c. Warna Warna pada CAD mempengaruhi tebal tipisnya garis pada gambar kerja. Warna merah (Red) mempunyai ketebalan garis 0,3 mm, warna kuning (yellow) memiliki ketebalan 0,2 mm dan kelipatannya, warna cyan memiliki ketebalan garis paling tebal yaitu 0,5 mm dan digunakan sebagai warna garis bangunan. Sedangkan garis dengan

18 40 ketebalan paling tipis adalah warna abu-abu dengan kode warna 08 dan 09. d. Ketebalan Setiap garis dalam gambar kerja mempunyai fungsi yang berbeda-beda sehingga adanya perbedaan ketebalan garis akan memudahkan memahami maksud gambar dan fungsi gambar. Sebagai contoh yaitu untuk posisi material dalam potongan menggunakan ketebalan yang tipis (kode 08) yang menunjukkan posisi material tersebut berada di posisi belakang (background layers). Hal ini dilakukan untuk memudahkan gambar untuk dimengerti dan dipahami. e. Skala Tinggi yang digunakan untuk teks menyesuaikan skala gambar sehingga akan terlihat proporsional dan memudahkan pembaca. Perbandingan tinggi teks dengan skala gambar yang secara umum digunakan di SFA adalah sebagai berikut : - Tinggi teks untuk skala gambar 1:50 - Tinggi teks 0.25 untuk skala gambar 1:100 - Tinggi teks 0.5 untuk skala gambar 1:200 f. Tekstur (TX) Istilah tekstur untuk gambar kerja di SFA sering disebut hatching. Fungsi hatching adalah untuk membedakan setiap bentuk, area, ataupun fungsi yang ditampilkan pada gambar kerja Sistem Penanganan Proyek SFA juga memiliki standar penanganan proyek tersendiri yang terdiri dari 3 tahapan, yaitu : a. Perwujudan proyek Perwujudan proyek yang dilakukan oleh SFA untuk mendapatkan proyek terbagi atas dua cara yaitu: - Permintaan klien Pada tahapan ini, SFA mendapatkan proyek langsung karena klien tersebut merupakan langganan dari SFA itu sendiri, atau karena

19 41 rekomendasi dari klien yang merasa puas dengan hasil pekerjaan dari SFA. Permintaan klien pun bermacam-macam, mulai dari hanya permintaan konsep dan RAB hingga permintaan yang full hingga konstruksi/pelaksanaan. - Seleksi (tender). Tahapan berikutnya adalah tender, atau lebih seperti kompetisi/sayembara antar beberapa konsultan untuk mendapatkan sebuah proyek. Persyaratannya berbeda dengan tahapan pertama, pada tahap ini konsultan diwajibkan pekerjaan awal mereka mengikuti TOR dari penyelenggara tender. Adapun persyaratannya tsb meliputi : profil SFA, konsep hingga ilustrasi desain, rencana anggaran biaya (RAB) dan rencana waktu pengerjaan proyek. b. Skala Proyek Skala proyek yang ditangani oleh SFA tergantung kompleksitas dan value (nilai) dari proyek. Untuk pengerjaannya terbagi menjadi dua klasifikasi umum, yaitu: Local Project dan UK project. Kedua klasifikasi memiliki kriteria masing-masing, seperti terlihat pada Tabel 8 di bawah ini. Tabel 8. Perbandingan penilaian proyek Penilaian Proyek Local Project UK Project Kompleksitas pekerjaan sedang tinggi Pertimbangan standar sedang (standar tinggi (british standard) pengerjaan Indonesia) Tekanan dari klien rendah tinggi Komunikasi besar kemungkinan adanya misscommunication lancar Ketatnya pengawasan sedang tinggi Nilai proyek sedang tinggi Invoice / pembayaran fee suka telat jarang telat Hubungan tidak terlalu akur sangat baik dan profesional dengan konsultan lain Waktu pengerjaan sering mundur tepat waktu Sumber : Dedy Guswandi (Senior Landscape Architect SFA, 2012)

20 42 Tetapi secara keseluruhan dari kedua klasifikasi proyek ini memiliki sistem pengerjaan yang sama, mulai dari inventarisasi hingga tahap desain. c. Pembagian Pengerjaan Proyek Pembagian pengerjaan proyek kepada teamwork atau SDM yang tersedia di SFA menilik beberapa faktor yang menjadi acuan, yaitu : 1). Senioritas dan pengalaman kerja; 2). Level dan kompleksitas proyek; 3). Hubungan dengan klien yang bersangkutan; 4). Kualitas SDM yang ada. Tetapi faktor diatas adalah faktor yang menentukan siapa Project Leader yang tepat untuk menangani proyek. Setelah menentukan Project Leader, tahapan berikutnya adalah menentukan teamwork yang kompeten untuk menunjang kinerja project leader dalam menangani proyek tsb. Tugas utama dari PL yaitu sebagai koordinator dan distribusi tugas ke anggota tim lainnya. Semua tugas harian yang akan di kirim ke SF UK dikoordinir sehingga dapat selesai tepat pada waktunya dan semua progress report masing-masing anggota tim dipantau setiap harinya guna keberlanjutan proyek yang sedang ditangani. Sistem ini sangat efisien karena semua pekerjaan terstruktur dan terprogram dengan baik Sistem Kerja dalam Proses Perancangan Proyek Lanskap SFA akan segera melakukan pekerjaan apabila proyek telah deal menjadi pekerjaan SFA. Setiap mekanisme dalam proyek yang dikerjakan di SFA mengacu pada drawing list yang berupa jadwal atau target pekerjaan dan hasil proyek. Drawing list dibuat oleh tim SFA sebagai tahap awal dalam menyusun rencana kerja proyek yang sedang ditangani. Setiap hari drawing list selalu dilakukan pembeharuan sesuai dengan kemajuan pekerjaan sebagai progress report harian. Drawing list dapat dijadikan acuan perkembangan suatu proyek dan masing-masing staf setiap harinya dengan mengisi sesuai jenis pekerjaan yang telah dilakukan. Pekerjaan printing di SFA juga dipantau dengan mengisi project cost, untuk mengetahui banyaknya kertas dengan ukuran yang dipakai sebagai acuan

21 43 pengeluaran biaya operasional khusus printing. Semua pengeluaran dan biaya produksi dapat termonitori secara baik dengan adanya project cost tersebut. Data tersebut dikelola oleh sekretaris SFA sebagai laporan administrasi kantor ke direktur SF di UK nantinya. Rapat intern yang dilakukan di SFA terdapat 2 macam. Pertama intern staf SFA dan rapat intern SFA dengan SF UK. Rapat intern staf SFA secara umum dilakukan setiap dua minggu sekali dan rapat dengan SF UK tiap sebulan sekali tergantung kebutuhan proyek. Di dalam rapat dibahas tentang evaluasi kinerja tim dalam menangani proyek dan sejauh mana ketercapaian target. Informasi dan perkembangan terbaru tentang proyek untuk kedepannya juga dibahas dalam rapat intern tersebut. Semua hambatan dibahas dan diselesaikan secara bersama-sama guna pencapaian target proyek. Untuk rapat intern dengan SF UK, dilakukan dengan bantuan komunikasi aplikasi jejaring sosial skype. Peran serta atau keterlibatan semua staf mengenai proyek yang sedang dibahas di rapat dapat dijadikan tolak ukur ketercapaian suatu proyek. Sejauh ini rapat yang dilakukan SFA cukup efektif walaupun dilakukan dengan pihak SF UK yang berbeda lokasi. Perbedaan bahasa dan waktu 6 jam dengan UK terkadang menjadi kendala dalam koordinasi antara staf SFA dengan SF UK. 5.3 Studi Kelayakan Manajemen Perusahaan PT. Sheils Flynn Asia Menurut Terry dan Rue (2003), manajemen adalah proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan organisasional. Oleh karena itu, manajemen suatu perusahaan adalah nyawa dari suatu perusahaan. Manajemen yang menentukan pertumbuhan atau kebangkrutan suatu perusahaan. Dengan adanya suatu pengelolaan dan manajemen yang baik maka suatu perusahaan akan mampu bertahan dari segala tekanan, kendala, dan rintangan yang ada. Bahkan akan berkembang menjadi lebih besar dan lebih baik lagi. Menurut Griffin (2008), dalam mengelola perusahaan maka ada prinsip dan standarisasi dimana hal-hal tersebut akan sangat membantu perkembangan perusahaan bila diterapkan dengan baik. Prinsip dan standar ini bukanlah nilai mutlak dalam kesuksesan suatu perusahaan. Tidak selamanya suatu perusahaan

22 44 yang telah melakukan segala sesuatunya dengan baik akan sukses. Berikut adalah beberapa prinsip dan standarisasi yang diharapkan mampu mendukung kemajuan dan perkembangan suatu perusahaan: 1. Perencanaan yang matang; 2. Sumber Daya Manusia yang berkualitas, loyal, dan sejahtera; 3. Manager yang terbuka, tegas, dan demokrat; 4. Lingkungan kerja yang nyaman dan mendukung; 5. Sistem terbuka dan selalu belajar. Perencanaan yang Matang Perencanaan dan perancangan perusahaan secara matang diperlukan agar perusahaan siap menghadapi berbagai kendala dan rintangan karena telah diperhitungkan sebelumnya. PT. Sheils Flynn Asia memiliki perencanaan jangka panjang dan pendek dalam menjalankan kegiatannya di bidang jasa arsitektur lanskap. Hal ini dibuktikan dengan adanya monitoring dari pihak SF UK setiap 6-12 bulan sekali. Kegiatan ini dilakukan untuk menentukan keberlanjutan perusahaan. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan kunci penggerak perusahaan. Dengan adanya SDM yang mampu menggerakkan perusahaan dengan baik maka suatu perusahaan akan mampu berkembang dan melakukan bisnisnya dengan efektif dan efisien. SDM yang berkualitas tidaklah cukup untuk menjalankan perusahaan dalam jangka panjang. Diperlukan loyalitas pegawai terhadap perusahaan tempat dimana dia bekerja. PT. Sheils Flynn Asia (SFA) tidak memiliki sumber daya manusia yang terlalu banyak, hanya sekitar karyawan. Tetapi, dengan jumlah SDM yang terbatas, SFA mampu menyelesaikan banyak proyek tepat waktu dengan bantuan manajemen proyek yang berorientasi pada drawing list. Hal ini merupakan indikator bahwa SFA memiliki SDM yang kompeten dibidangnya. Selain itu, SFA juga memperhatikan kesejahteraan

23 45 dari karyawannya dengan memberikan bonus atau tunjangan apabila pekerjaan melampaui target yang ditetapkan sebelumnya. Dan hal ini diperkuat dengan pemberian asuransi jiwa dan kesehatan kepada karyawan yang telah dikontrak oleh pihak SFA. Rentang waktu atau lama masa bakti/kerja dari karyawan tersebut tidak diperhitungkan untuk mendapatkan fasilitas asuransi tersebut seperti yang dilakukan oleh perusahaan lain, yaitu karyawan dengan lama kerja minimal 1 tahun. Semua fasilitas yang diberikan SFA mendorong SDM menjadi lebih loyal kepada perusahaan. Walaupun pada kenyataannya sirkulasi pertukaran SDM cukup besar dan sering pada SFA. Manager Kepemimpinan seorang manager merupakan faktor penting dalam sebuah perusahaan. Ketegasan dalam memimpin dan mengambil keputusan sangat diperlukan oleh seorang manager, karena di tangan mereka keputusan akan jalan yang ditempuh oleh perusahaan akan menentukan perkembangan dan operasional perusahaan. Manager juga harus dapat mempertanggungjawabkan keputusan mereka di depan direksi tidak selalu menyalahkan. Sebaiknya setiap pengambilan keputusan melibatkan banyak pihak, baik itu bawahan ataupun pihak lain yang terkait. Dengan adanya masukan dari yang lain maka manager dapat mempertimbangkan dan mengambil keputusan yang tepat dan memuaskan banyak pihak. Hubungan antara manager dan bawahan juga harus baik dan terjaga. Sebisa mungkin ada hubungan 2 arah antara manager dan bawahan, bukan hubungan searah dimana manager terus-terusan memberi perintah kepada bawahan tanpa mau mendengar keluhan dan perasaan bawahannya. Bila ada hubungan harmonis seperti keluarga dalam suatu perusahaan maka akan tercipta team kerja yang solid dan kuat dalam menjalankan perusahaan. PT. Sheils Flynn Asia memiliki 2 manajer, yaitu manajer desain dan manajer proyek. Kedua manajer tersebut menjalankan perannya

24 46 masing-masing bagi perusahaan. Walaupun mengerjakan perannya masing-masing, tetapi koordinasi antara keduanya tidak pernah terputus atau terjadinya miss-communication. Kedua manajer tersebut memiliki kualifikasi kompetensi berbeda, dimana manajer desain memiliki kuasa penuh akan hasil desain yang menjadi produk SFA, sedangkan manajer proyek memiliki kuasa menentukan proyek mana yang qualified untuk dikerjakan oleh SFA. Tetapi, kedua manajer tersebut tetap terbuka menerima masukan dari karyawannya seperti masukan dalam desain, masukan dalam sistem kerja yang berlaku di SFA dan lain-lain. Selain itu juga, kedua manajer juga membina hubungan kerja yang baik dengan karyawannya, baik di kantor maupun di luar kantor. Lingkungan Kerja Kantor merupakan tempat kedua setelah rumah yang menjadi tempat terlama dimana pekerja berada. Untuk itu lingkungan kantor yang nyaman, kondusif, dan mendukung pekerjaan mutlak diperlukan. Lingkungan kerja bukan berarti hanya kantor saja, akan tetapi termasuk suasana kerja, dan hubungan antar pegawai perusahaan. Bila salah satu bagian dari lingkungan kerja tersebut ada yang membuat tidak nyaman seorang pekerja maka akan berdampak terhadap menurunnya kinerja dan kontribusi pegawai tersebut terhadap perusahaan. Kenyamanan kantor bergantung pada kebersihan, kerapian, ketenangan, keindahan, suhu dan udara yang sesuai, serta tata letak furniture dan ruangan yang baik. Perangkat kerja yang mendukung juga perlu diperhatikan. Jangan memaksakan penghematan terhadap perangkat kantor yang dapat menghambat pekerja. Beberapa perusahaan terkadang mempertahankan komputer tua yang kerap crash dengan alasan masih dapat dipakai padahal justru kelambatan dan tuanya perangkat membuat waktu bekerja dan terkadang menghambat pekerja pada saat perangkat tua tersebut rusak. Suasana kekeluargaan di kantor perlu dibina agar pegawai merasa sebagai bagian dari perusahaan dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap perusahaan untuk menjaga nama baik perusahaan.

25 47 SFA menyediakan fasilitas yang lengkap untuk menunjang pekerjaannya. Terlihat dari lengkapnya fasilitas software, hardware, dan fasilitas pendukung lainnya di dalam kantor. Hal ini menjadi indikator bahwa SFA memperhatikan kinerja dari SDM nya dengan memberikan support terhadap fasilitas penunjang kerja. Selain itu, SFA memiliki suasana yang nyaman sebagai tempat kerja. Didukung lokasi kantor yang berada di dalam Kebun Raya Bogor, membuat suasana kerja menjadi lebih nyaman dan tenang. Untuk kendala ada pada waktu kerja yang terbilang overtime karena harus menyesuaikan dengan waktu SF UK yaitu perbedaan 6 jam dari waktu Indonesia. Sistem yang Terbuka Perkembangan dunia bisnis begitu cepat. Begitu banyak bidang yang mendukung suatu bisnis misalnya bidang teknologi informasi. Begitu banyak perubahan yang terjadi diluar perusahaan, karena itu kita tidak boleh tertutup dan harus berusaha menerima perubahan yang ada. Dengan selalu mempelajari perubahan dan perkembangan maka suatu perusahaan akan dapat bersaing dengan perusahaan lain dan tidak tertinggal oleh tren dan perkembangan yang terus berjalan. Perusahaan harus mempelajari dan menerapkan berbagai perkembangan dan perubahan yang mampu memberikan manfaat yang efektif dan efisien bagi perusahaan. Dengan demikian maka perusahaan akan selalu dapat berkembang, dan berjalan seiring dengan perubahan dan perkembangan yang ada. PT. Sheils Flynn Asia juga memiliki sistem perusahaan yang terbuka untuk menerima masukan dan kritikan guna membuat perusahaan semakin berkembang ke arah yang lebih baik. SFA menerima kritikan akan sistem yang berlaku di sana tanpa melihat jabatan atau posisi narasumber. Baik itu manajer, karyawan, officeboy, bahkan mahasiswa magang juga mendapatkan kesempatan untuk memberikan kritik dan saran terkait sistem yang ada di perusahaan. Hal ini menjadi indikator bahwa SFA menerapkan sistem perusahaan yang terbuka.

26 48 Dari kelima syarat yang dijelaskan diatas, terlihat bahwa manajemen perusahaan yang berlaku di SFA tersebut mampu mendukung kemajuan dan perkembangan SFA. Tidak menutup kemungkinan sistem manajemen ini tidak memiliki celah, tetapi perusahaan ini telah memiliki standar tersendiri dalam sistem teknologi dan sistem kerjanya, seperti sistem penyimpanan data dan penamaan file serta alur pekerjaan proyek. Hal ini menjadi pengetahuan baru dalam menghadapi dunia pekerjaan di bidang arsitektur lanskap. 5.4 Proses Perancangan Proyek Gudang Garam Office Complex Pada kegiatan magang yang dilakukan di PT. Sheils Flynn Asia selama empat bulan ini, dikerjakan 7 proyek perancangan yaitu : 1. Proyek A124 Gudang Garam Office Complex,Indonesia; 2. Proyek A127 Pondok Indah Townhouse,Indonesia; 3. Proyek A129 Paramount SOHO,Indonesia; 4. Proyek A131 Malang Housing,Indonesia; 5. Proyek A132 Hotel Grand Clarion Makassar,Indonesia; 6. Proyek 276 Pinebanks, United Kingdom; 7. Proyek 295 Mensmere, United Kingdom. Pada setiap proyek yang dikerjakan, keikutsertaan yang dilakukan selama magang ada pada tahapan proses perancangan yang berbeda-beda. Selain itu, fokus waktu yang dibutuhkan untuk setiap proyek selama kegiatan magang memiliki presentasi yang berbeda-beda pula, yaitu : 1. Proyek A124 Gudang Garam Office Complex,Indonesia (73,33 %dari kegiatan magang); 2. Proyek A127 Pondok Indah Townhouse,Indonesia (6,67 % dari kegiatan magang); 3. Proyek A129 Paramount SOHO,Indonesia (33,33 % dari kegiatan magang); 4. Proyek A131 Malang Housing,Indonesia (33,33 % dari kegiatan magang); 5. Proyek A132 Hotel Grand Clarion Makassar,Indonesia (13,33 % dari kegiatan magang); 6. Proyek 276 Pinebanks, United Kingdom (13,33 % dari kegiatan magang);

27 49 7. Proyek 295 Mensmere, United Kingdom (20 % dari kegiatan magang). Analisis prosentase keikutsertaan dalam proses perancangan tiap proyek ini menyitir penelitian saudara Pratiwi, L.Y (2008). Tetapi ada perubahan dari cara perhitungan yang tidak menggunakan persentase ditiap tahapannya. Analisis keikutsertaan dalam praktek studio dibedakan atas 7 proyek yang dikerjakan. Pada tahun 2012 terdapat 3 tahapan pembaharuan dari tahun 2008, yaitu: Inception, Additional Work, Implementation, dan Revisi Masterplan. Dari hasil perhitungan tersebut, didapatkan bahwa Proyek Gudang Garam Office Tower Complex memiliki fokus presentasi keikutsertaan yang paling besar dari 7 proyek yang dikerjakan dalam praktek proses perancangan di PT. Sheils Flynn Asia, yaitu 73,33%. Selain memiliki persentase keikutsertaan paling besar, proyek ini memiliki tahapan proses perancangan yang paling lengkap dibandingkan proyek yang lain. Oleh karena itu, proyek tersebut menjadi fokus pembahasan untuk proses perancangan. Untuk tahapan lengkap analisis persentase keikutsertaan disajikan pada Tabel 9.

28 50 Tabel 9. Presentase keikutsertaan proyek. Mekanisme Penanganan Proyek Projects P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Gudang Garam Office Complex Pondok Indah Townhouse Paramount SOHO Malang Housing Hotel Grand Clarion Pinebanks Mensmere Proses Tender Pembentukan project leader dan tim kerja Koreksi dan standarisasi layers CAD Pembuatan Drawing list FASE-1: Inception (Persiapan) FASE-2 : Research and Analysis FASE-3: Concept Design FASE-4: Design Development FASE-5: Construction Documentation FASE-6: Additional Work FASE-7 : Implementation Revisi Masterplan Pengisian Project Costing Rapat dengan klien Rapat evaluasi intern Sumber : Skripsi Pratiwi, L.Y (2008) Ket : tanda ceklist = diikuti, block berwarna abu-abu = Tidak ada diikuti 50

29 Latar Belakang PT. Gudang Garam Tbk merupakan produsen rokok kretek terkemuka di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis produk berkualitas tinggi, mulai dari sigaret kretek linting (SKL), sigaret kretek tangan (SKT) dan sigaret kretek mesin (SKM) yang sudah tersebar luas di Nusantara maupun dunia. Asal mula berdirinya perusahaan ini, pada tahun 1958 dengan didorong intuisi bisnis yang tajam, serta dukungan 50 karyawan, Surya Wonowidjojo (Alm) pada 26 Juni 1958 membulatkan tekad untuk mendirikan Perusahaan Rokok Tjap Gudang Garam. Industri rumah tangga ini didirikan diatas tanah sewaan seluas sekitar 1000 m2 di Desa Semampir, Kediri. Produknya adalah Sigaret Kretek Linting (SKL) atau rokok klobot, yang dalam kurun waktu 4 bulan kemudian menjadi Sigaret Kretek Tangan (SKT). Total 50 juta batang rokok kemudian dipasarkan ke kota-kota terdekat seperti Nganjuk, Kertosono, Blitar, dan Solo dengan bandrol harga Rp 1 per bungkus. Tahun , atas perkembangan usaha yang semakin maju, maka pada bulan September, areal pertama seluas 1000 meter persegi dibeli dan dijadikan Unit I. Di tahun yang sama dibangun juga sebuah unit baru yang disebut Unit II. Sehingga dengan mengikuti perkembangan tersebut, perusahan yang awalnya berdiri dengan status Industri Rumah Tangga (home industry) berubah menjadi PT (Perseroan Terbatas). Berlanjut hingga tahun 1971, perusahaan memperoleh fasilitas dari pemerintah berupa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), yang semakin mendukung perusahaan untuk terus berkembang. Sekarang, areal perusahaan berkembang menjadi 208 Ha yang berada di wilyah Kabupaten dan Kota Kediri. Perusahaan juga telah tercatat dalam Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya, yang mengubah statusnya menjadi Perusahaan Tebuka. Pengembangan perusahaan pun terus berlanjut hingga saat ini, baik dari sisi infrastruktur, fasilitas maupun sistem organisasinya. Salah satu bukti nyata pengembangan tersebut adalah dilaksanakannya Proyek Gudang Garam Office Complex di daerah Jakarta Timur. (Sumber : dan SFA 2012)

30 Tujuan Proyek Tujuan pelaksanaan proyek ini adalah untuk perluasan area yang terkait proses pengembangan usaha dari pihak PT. Gudang Garam Tbk dengan dibuatnya gedung baru, sekaligus menampilkan ikon atau wajah baru Gudang Garam Tbk tersebut Tahapan Proses Perancangan Proyek Gudang Garam Office Complex Pada Gambar 11 dibawah ini diperlihatkan bagan tahapan proses perancangan yang dilakukan oleh SFA beserta faktor faktor pengaruhnya pada tiap tahapan. Garis putus-putus menandai tahapan yang menjadi batasan magang mahasiswa magang selama proses perancangan berlangsung. Dimana batasan magang meliputi tahapan design development, final design development, construction documentation, additional work dan implementations. Warna di samping tahapan mewakili warna tiap faktor yang mempengaruhi proses perancangan dari awal sampai akhir. Gambar 11. Bagan Proses Perancangan dan faktor pengaruh pada setiap tahapan (Sumber : Chandra, 2012)

31 Kondisi Umum Tapak Lokasi tapak di Jl. Jendral A. Yani 79 Jakarta 10510, Indonesia. Seperti terlihat pada Gambar 12 di bawah ini. Gambar 12. Peta Lokasi Proyek (Sumber : Googlemap, 2012) Kompleks Kantor Gudang Garam Jakarta merupakan pusat kawasan perindustrian yang memiliki letak yang strategis di daerah Jakarta Timur. Letak yang strategis ini didukung oleh akses yang mudah dengan dilaluinya jalur akses utama yang menghubungkan bagian antar kota Jakarta seperti akses menuju Monumen Nasional, Bundaran HI, Rawamangun, dan Kemayoran yang dapat

32 54 ditempuh melalui jalan-jalan utama yang juga melewati lokasi dari tapak. Jalan jalan utama yang dapat diakses tersebut seperti Jl. Letjen.Suprapto, Jl.Tol Ir Wiyoto Wiyono, dan Jl. Pemuda. Secara Geografis, batas Kompleks Kantor Gudang Garam diantaranya : Utara : Jl. Letnan Jendral Suprapto, dan Kawasan ITC Cempaka Mas Selatan : Jl.Tol Ir Wiyoto Wiyono dan Jl. Pemuda Barat : Under pass Tol Ir, Wiyoto Wiyono, dan Pemukiman Timur : Pemukiman Kompleks ini memiliki luas area sekitar 1,7 ha untuk area pengembangan dan 1 ha untuk area rekonstruksi, dalam hal ini yang dimaksudkan area rekonstruksi adalah area gedung lama. Dengan status proyek telah berlangsung dari akhir tahun 2010 akhir Kondisi lanskap yang ada saat ini di sekitar kompleks mulai menurun kualitasnya, baik secara fungsi maupun estetika, yang disebabkan polusi udara yang semakin meningkat. Ditambah lagi semakin berkurangnya tumbuhan dan pepohonan yang ada disekitar kawasan. Jalur sirkulasi yang teratur menjadi nilai positif daerah ini, tetapi adanya ketidakjelasan jalur pejalan kaki yang menjadikan kawasan ini sedikit tidak teratur. Kondisi kawasan dapat dilihat pada Gambar 13 berikut. Gambar 13. Kondisi Area Gudang Garam Building, Bulan Agustus 2010 (Sumber : SFA 2012)

33 55 PT. Sheils Flynn Asia sebagai salah satu perusahaan konsultan lanskap mendapat kepercayaan untuk mengatasi permasalahan lanskap yang ada di kawasan Kompleks Kantor Gudang Garam Jakarta (Kode Proyek A124).SFA bekerjasama dengan pihak lain yang terkait yaitu kontraktor, nursery, enginners, dan lain lain. Sebelum dilimpahkan ke SFA, proyek ini sebelumnya dikerjakan oleh konsultan arsitektur yang bernama PT. Anggara Architeam. PT. Anggara Architeam tersebut telah mengerjakan perancangan tower/building dari pekerjaan ini. Untuk proses perancangan lanskap kantornya, ditangani oleh PT. Sheils Flynn Asia FASE-1 :Inception (persiapan) Tahapan persiapan merupakan tahapan paling awal dalam pengerjaan suatu proyek. Pada tahap ini yang dilakukan oleh SFA adalah perumusan dan penyusunan proposal yang mencakup tujuan, program serta informasi mengenai proyek Gudang Garam Office Complex. Selain itu, proposal ini berisi tentang profil perusahaan, informasi yang menjadi isu pada proyek yang diproposalkan, pendekatan-pendekatan yang diterapkan pada desain, ide dari konsep dasar yang akan diterapkan,proses dan waktu kegiatan perancangan tiap tahapannya, tahapan kerja dan lingkup tahapan yang dilakukan, tim kerja, serta penawaran harga dan kontrak kerja. Hal ini sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Booth (1983), bahwa dalam tahapan persiapan (Project Acceptance) antara pihak klien dan konsultan mulai melakukan diskusi awal tentang persyaratan dari kedua belah pihak hingga terjadinya kesepakatan bersama. Perbedaaan yang terjadi antara teori dan lapang, hanya pada penggunaan istilah. Dimana SFA menggunakan istilah Inception sedangkan teori menyebutkan project acceptance. Kedua istilah tersebut memiliki tahapan proses yang sama walaupun berbeda penamaannya. Berdasarkan sistem yang berlaku di SFA, tahapan inception pada proyek ini terbagi kedalam tiga sesi, yaitu initial thought, contract, dan survey. Ketiga sesi tersebut, tidak menutup kemungkinan lepas dari kendala.

34 56 a. Initial Thought Initial Thought merupakan presentasi awal kepada klien yang dilaksanakan pada saat tender sebuah proyek. Pada tahap ini SFA membuat konsep awal dari proyek tender yang mereka ikuti. Adapun isi dari initial thought ini meliputi kondisi umum tapak, analisis spasial, konsep desain, siteplan, dan gambar ilustratif penunjang. Data yang digunakan SFA dalam mempersiapkan Initial thought ini adalah data-data umum dari TOR (Term Of Reference) yang diberikan klien kepada seluruh peserta tender. Adapun data-data yang menjadi orientasi awal pembuatan initial thought ini adalah data orientasi dan posisi tapak, luas area, lahan terbangun dan tidak terbangun, serta rata-rata biaya pembangunan. Initial thought merupakan pemikiran murni dari pihak SFA tanpa ada faktor pengaruh dari pihak lainnya seperti engineer, QS, contractor dan sebagainya. Untuk initial thought Proyek Gudang Garam Office Complex sendiri, terdiri dari analisis konteks tapak, analisis umum tapak, pendekatan dan ilustrasi rencana dalam bentuk spasial (gambar). Initial thought untuk Gudang Garam Office Complex dapat dilihat pada Gambar 14 sampai 20. Adapun kendala yang muncul pada sesi ini adalah pihak SFA keterbatasan data yang diberikan klien untuk digunakan dalam melakukan analisis hingga menghasilkan konsep dan gambar ilustrasi. Tetapi nilai positif dari sesi ini, SFA secara umum telah memiliki konsep yang diterima oleh klien utama untuk dikembangkan menjadi produk desain. Hali ini memudahkan pekerjaan SFA nantinya dalam tahapan Concept Design. b. Contract (Kontrak) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa SFA mendapatkan proyek Gudang Garam Office Complex ini melalui kompetisi. Dalam tender tersebut ada beberapa perusahaan/konsultan yang diundang oleh pihak Gudang Garam Tbk untuk menyampaikan presentasi tentang konsep yang ditawarkan untuk pembangunan proyek kompleks kantor ini. Penentuan perusahaan/konsultan yang terpilih berdasarkan kriteria tertentu yang ditentukan oleh pihak penyelenggara tender. Berikut daftar pihak yang terlibat dalam kontrak proyek ini, yaitu:

35 57 Klien Utama PT. Surya Madistrindo (Anak Perusahaan Gudang Garam Tbk) Tahun Tim Desain Simon Tong & Tung Associates (s) PTE LTD (Project Management) PT. Anggara Architeam (Architect) PT. Davi Sukamta & Partners (Structural engineer) PT. Davis Langdon & Seah (QS) PT. Hantaran Prima Mandiri (M&E) PT. Aramsa Infrayasa (Civil Engineer) PT. Promaco Cipta Bersama (Construction Management) PT. Sheils Flynn Asia (Landscape Consultant) PT. Murinda Iron Steel (General Contractor & Steel Structure) PT. Flora (Nursery) Setelah berhasil memenangkan kompetisi tersebut, tahapan selanjutnya yang dipersiapkan oleh kedua belah pihak adalah kontrak perjanjian kerja.sfa mengajukan proposal kepada klien utama, dalam hal ini adalah PT. Surya Madistrindo. Proposal tersebut berisi tentang ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam proses pengerjaan proyek antara kedua belah pihak, durasi pengerjaan, jumlah bayaran yang diterima SFA dan tata cara penerimaannya, serta tahapan kegiatan yang akan dikerjakan oleh SFA. Proyek yang disepakati antara SFA dengan Klien Utama ini bernilai sebesar Rp (dua ratus sembilan puluh juta rupiah). Adapun tahapan pekerjaan yang harus dilakukan ada 4, yaitu sebagai berikut : a. Concept Design (5 minggu) b. Draft Design Development ( 4 minggu) c. Final Design Development ( 4 minggu) d. Construction Documentation ( 7 minggu)

36 58 Estimasi waktu yang diperlukan untuk pengerjaan proyek ini selama 5-6 bulan paling lambat, dan itu diluar proses pengawasan implementasi rancangan. Untuk tata cara pembayaran upah pengerjaan proyek tersebut adalah sebagai berikut : a. Down payment (uang muka)sebesar (15%) b. Concept Design (konsep desain) sebesar (25%) c. Draft design development sebesar (20%) d. Final design development sebesar (20%) e. Construction Documentation sebesar (20%) Sesi kontrak sudah dijelaskan pada teori yang dipaparkan oleh Booth (1983) dan Hill (1995). Perbedaan yang terjadi adalah penempatan sesi kontrak pada kedua teori tersebut. Booth (1983) menempatkan sesi kontrak pada tahapan pertama dalam proses perancangan seperti yang dilakukan oleh SFA. Tetapi Hill (1995) menempatkan sesi kontrak pada tahapan terakhir yaitu execution dalam proses perancangan. Kelemahan dari teori yang dipaparkan oleh Hill (1995) yaitu akan merugikan konsultan sebagai pihak kedua dalam pekerjaan proyek. Dimana konsultan akan dirugikan oleh pihak utama yaitu klien apabila setelah semua proses perancangan selesai, dan konsultan telah menghasilkan produk gambar tetapi klien utama menolak kontrak pekerjaan. Hal ini yang dihindari SFA sebagi konsultan internasional. Setelah semua administrasi selesai, tahapan selanjutnya yang dilakukan oleh pihak SFA dan tim kerjanya adalah melakukan survey tapak untuk mendapatkan data yang lebih akurat terkait kebutuhan proses perancangan lanskap tersebut. c. Survey Survei atau inventarisasi proyek ini dilakukan sejak akhir tahun 2010 oleh konsultan arsitektur. Tetapi pihak SFA tetap melakukan survey ulang untuk melihat perubahan yang terjadi dalam 6 bulan sampai 1 tahun sebelumnya, karena pelaksanaan survey oleh SFA dilakukan pada tahun Oleh karena itu untuk melihat perubahan data tapak, harus dilakukan pengecekan ulang. Baik itu data primer tapak maupun data sekunder dari pihak terkait yang membantu dalam

37 59 proses inventarisasi (survey) ini. Tahapan ini sangatlah penting dilakukan untuk mendapatkan desain yang akurat serta menghindari kesalahan perancangan yang akan mengakibatkan ketidaknyamanan user nantinya karena perubahan data untuk analisis nantinya. Sebelum melakukan inventarisasi atau ground check, ada beberapa hal yang harus disiapkan. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat tugas dan hasil yang harus dicapai dalam tahap ini. Tabel 10. Tugas dan Hasil Inventarisasi Tugas Menyiapkan mastermap OS dari klien yang nantinya diubah sesuai standar SFA Base mapping dari google earth Documentations Pengecekan peta hasil surveiklien dengan kondisi di lapang Sumber : Chandra, 2012 Hasil Data CAD yang sesuai standar SFA (A124-MOS) Foto citra kondisi tapak sebagai acuan File fotografi Peta dalam CAD yang lebih akurat Sebelum melakukan survei lapang SFA menyiapakan mastermap OS yang didapat dari klien (PT. Anggara Architeam), beserta data kontur/level tapak, vegetasi, dan utilitas yang ada dalam bentuk CAD. File ini merupakan peta dari pihak arsitek (PT. Anggara Architeam) yang berisi tentang batasan dan luasan tapak. Kemudian peta inilah yang diolah oleh SFA untuk dijadikan peta dasar dalam kegiatan perancangan. Namun, sebelum menggunakan peta tersebut, SFA mengganti semua layer di dalamnya untuk diubah ke dalam format layer yang telah sesuai standar SFA. Setiap elemen pada gambar CAD (bangunan, jalan, vegetasi, utilitas dll) dapat diketahui dengan mudah setelah proses standarisasi layer selesai. Selanjutnya Base mapping dari google earth berfungsi membantu dalam melihat kondisi lapang. SFA melakukan survei atau inventarisasi langsung ke tapak dalam waktu yang berkala. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih akurat dengan berbagai waktu yang berbeda. Semua data hasil survei akan diolah sebagai pendukung proses pembuatan masterplan. Semua kegiatan tersebut walaupun dilakukan pengerjaannya di studio SFA Indonesia, tetapi pihak SF UK tetap mengawasi jalannya proses tersebut dan memberikan masukan untuk

38 60 pengembangan dan pengolahan data hingga proses perancangan selesai. Jadi distribusi data dari SFA dan SF UK tetap berlangsung melalui .berikut adalah hasil survey yang dilakukan SFA berupa masterplan building/tower Gudang Garam (OS), photography, dan MOS. a. Master plan building/tower Gudang Garam (OS) Dari master plan building/tower Gudang Garam atau yang disebut OS, dapat dilihat kondisi tapak beserta luas area, fasilitas, vegetasi, dan level kontur pada tapak. Peta inilah yang diolah oleh SFA menjadi peta dasar untuk proses perancangan berikutnya. Sebelum digunakan, tim kerja dari SFA merubah layer berdasarkan standarisasi gambar kerja yang berlaku di SFA dan SF UK. Untuk contoh gambar OS ditunjukkan pada Gambar 21. b. Foto citra dan Photography Dalam kegiatan survey, SFA mengambil beberapa foto sebagai ilustrasi acuan untuk analisis tapak nantinya. Sebagai basemap awal digunakan foto udara/citra dari google earth sebagai acuan posisi tempat pengambilan dokumentasi yang lainnya. Semua foto eksisting tapak dikumpulkan dalam satu file folder yang bernama photography. Berikut sebagia foto hasil dokumentasi SFA yang nantinya akan dikembangkan dalam proses pembuatan masterplan. Untuk memudahkan klien memahami gambar eksisting tapak, hasil dari dokumentasi disajikan dengan layout standar SFA. Foto yang ditampilkan merupakan perwakilan dari tapak yang nantinya akan dilakukan pengembangan. Setiap penambahan atau update dari foto tapak maka pihak SF UK juga harus mendapatkan update-an nya. Untuk contoh gambar photography ditunjukkan pada Gambar 22. c. MOS Peta ini adalah peta survey gabungan dari peta-peta sebelumnya. MOS inilah yang nantinya akan dijadikan basemap utama dan menjadi acuan untuk pembuatan gambar perancangan hingga masterplan. MOS terdiri dari data bangunan, luasan, batas, sirkulasi, fasilitas, vegetasi dan lain lain yang diperlukan untuk proses analisi tapak berikutnya. Untuk contoh gambar MOS ditunjukkan pada Gambar 23.

39 61 Gambar 14. Initial Thought Approach Metaphor (Sumber : SFA 2012) 61

40 62 Gambar 15. Initial Thought Illustrative entrance (Sumber : SFA 2012) 62

41 63 Gambar 16. Initial Thought Layer entrance (Sumber : SFA 2012) 63

42 64 Gambar 17. Initial Thought Illustrative elevation (Sumber : SFA 2012) 64

43 65 Gambar 18. Initial Thought Illustrative terrace (Sumber : SFA 2012) 65

44 66 Gambar 19. Initial Thought Layer terrace (Sumber : SFA 2012) 66

45 67 Gambar 20. Initial Thought Illustrative overall (Sumber : SFA 2012) 67

46 68 Gambar 21. Masterplan tower Gudang Garam (OS) oleh PT. Anggara Architeam (Sumber : SFA 2012)

47 69 Gambar 22. Photography Survey (Sumber : Chandra, 2012)

48 70 Gambar 23. MOS (Sumber : SFA, 2012)

49 FASE-2 : Research and Analysis (Riset dan analisis) Setelah baseplan (MOS) disiapkan dalam tahapan sebelumnya, tahapan ini menjadi tahap lanjutan setelah persiapan dan pengumpulan data, baik data primer hasil survei lapang ataupun data sekunder dari tim arsitek yang telah melakukan pengumpulan data lebih dulu. Ada beberapa bagian dalam tahapan ini. Pertama desainer menentukan tujuan dari analisis tapak yang akan dilakukan guna menentukan apa saja yang mungkin dilakukan pada tapak nantinya. Seperti evaluasi dan pengelompokan masalah dan potensi serta karakteristik yang ada pada tapak tersebut (Booth, 1983). Nilai positif yang dimiliki SFA dalam proses perancangan yang diterapkannya pada fase-2 ini adalah kemudahan dalam pekerjaan analisis data, karena SFA telah melakukannya pada sesi Initial Thought diawal. Riset dan analisis pada fase ini berorientasi pada hasil analisis initial thought. Selain itu, SFA juga mendapatkan saving waktu dari fase ini, dimana fase ini ditargetkan selama 5 minggu, tetapi bisa selesai dalam 1 minggu. Hal ini juga meringankan dan memperbanyak waktu pengerjaan untuk fase-fase selanjutnya yang lebih membutuhkan waktu ekstra. Pada proyek Gudang Garam Office Complex ini dilakukan 2 pembagian analisis tapak, yaitu analisis context Tower Position (konteks posisi tower) dan analisis general (umum) yang tetap berorientasi pada hasil analisis yang telah dilakukan pada saat persiapan initial thought, tetapi dikembangkan ke dalam analisis yang lebih mendalam. a. Analisis Context Tower Position Lokasi pelaksanaan proyek ini memiliki posisi yang cukup strategis untuk dikembangkan. Permintaan klien yang menginginkan tower Gudang Garam ini menjadi landmark dan vocal point bagi daerah disekitarnya, didukung oleh situasi daerah sekitar yang tidak memiliki gedung tinggi. Berdasarkan teori yang dipaparkan De Chiara dan Koppelman (1994) yang menyatakan bahwa jalan (sirkulasi) merupakan unsur penting untuk rancangan pengelompokan yang harus diletakkan secara fungsional dan sesuai kenyaman. Hal inilah yang menjadi dasar SFA menekankan pada potensi aksesibilitas dari posisi tapak yang akan dibangun

50 72 terhadap area sekitar kota Jakarta secara luas, khususnya area disekitar tapak. Gambar untuk analisis context tower position dapat dilihat pada gambar no.26. Posisi tapak yang berada dijalur-jalur utama kota Jakarta, yaitu kemudahan akses menuju daerah central di Jakarta seperti Monas, Bundaran HI, dan Kemayoran. Selain itu juga menjadi kemudahan bagi SFA untuk menentukan pola sirkulasi desain yang akan diterapkan nantinya. Adapun pola sirkulasi yang ditentukan SFA untuk desain tidak jauh berbeda dengan kondisi yang ada saat ini, yaitu sirkulasi primer, sekunder, dan tersier. Kemudahan sirkulasi ini juga menopang lancarnya sirkulasi pekerjaan yang dilakukan oleh PT. Gudang Garam yang merupakan salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia. Kendala yang ada adalah posisi tapak ada dibawah underpass Wiyoto Wiyono. Ini akan menyebabkan desain tidak muncul atau tidak dapat dinikmati user dari berbagai arah pandangan. Tetapi ini dapat dijadikan potensi untuk memunculkan desain yang menjadi vocal point area tersebut, didukung dengan desain tower yang menjulang tinggi. Itu semua akan menjadi sesuatu yang unik dan menarik bagi daerah sekitar pada khususnya, dan kota Jakarta pada umumnya. b. Analisis General (Umum) Pada analisis umum ini terbagi atas 4 aspek yang menjadi fokus dalam analisis yang ditampilkan dalam satu gambar, yaitu : analisis sirkulasi, analisis visual, analisis noise (kebisingan), dan analisis bayangan serta musim. Keempat aspek tersebut digabung menjadi satu gambar oleh SFA dengan tujuan untuk menghemat waktu dalam pembuatan dokumentasi gambarnya. Gambar untuk analisis general dapat dilihat pada Gambar 27. Analsis sirkulasi yang menjadi fokus adalah pergerakan pejalan kaki di area depan tapak. Dimana, terdapat pergerakan pejalan kaki di depan tapak yang tidak teratur (garis panah hijau pada gambar). Hal ini akan menjadi kendala utama dalam pembuatan desain nantinya, dimana desain secara tidak langsung diharapkan dapat merubah kebiasaaan yang tidak baik dari pejalan kaki yang sembarangan dalam menggunakan fasilitas umum tersebut. Oleh karena itu, berdasarkan teori yang dipaparkan De Chiara dan Koppelman (1994) yang menyatakan bahwa jalan (sirkulasi) merupakan unsur penting untuk rancangan

51 73 pengelompokan yang harus diletakkan secara fungsional dan sesuai kenyaman. Sebagian besar masalah fisik dapat ditangani dengan perbaikan akses dan batas tapak. Hal ini akan semakin parah dan memburuk apabila dibiarkan terus menerus. Dari permasalahan yang ada dapat ditarik sebuah peluang untuk menciptakan sebuah welcome area yang dapat memperbaiki akses dan memperjelas batas. Tapak memiliki potensi pada visualisasinya, oleh karena itu analisis visual terbagi menjadi 2 level visual. Pertama level atas, yaitu level dimana pengguna jalan berada di atas Jalan Tol Wiyoto Wiyono yang menuju kearah utara dapat dengan leluasa menikmati pemandangan dari kemegahan desain tower Gudang Garam tersebut ( tanda panah biru pada gambar). Dan kedua, level tingkat bawah, yaitu level dimana terjadinya pergerakan yang menghubungkan kegiatan hotel, rumah sakit, dan kampus Trisakti kearah selatan dari tapak dengan Carrefour dan persimpangan utama ke utara. Sedangkan untuk visual secara umum, tower baru Gudang Garam ini akan tampak secara luas keseluruh area sekitar terutama ke arah barat laut dan barat daya (terlihat tanda panah merah pada gambar). Hal ini dapat menjadi fasilitas rekrreasi/refreshing bagi pengguna tapak (user) nantinya dengan menikmati keindahan lanskap kota Jakarta disekitar tapak secara lebih leluasa dari Tower/Building yang akan dibangun nantinya. Untuk analisis kebisingan dipengaruhi oleh lalu lintas di depan tapak yang sangat padat yang menjadi sumber kebisingan (garis zigzag kuning pada gambar) baik di level bawah (satu level dengan tapak) maupun level atas yang berada di jalan tol, akan membutuhkan perlakukan dan tanggapan desain tertentu untuk menciptakan keselarasan akan desain baru dengan area sekitarnya. Untuk analisis bayangan dan musim, terlihat pada gambar dengan studi warna untuk membedakan musim panas tertinggi dan sebaliknya musim hujan, yaitu pada 22 Juni yaitu musim kemarau (shade ungu pada gambar) dan 22 Desember musim hujan (shade biru muda pada gambar). Analisis tersebut bertujuan untuk menentukan daerah disekitar tower/buiding menjadi tempat aktivitas yang nyaman bagi user nantinya dengan adanya bantuan bayangan. Hal ini juga digunakan untuk menetukan posisi seating area di sekitar gedung yang menjadi pusat aktivitas rekreasi bagi user. Selain itu juga digunakan untuk

52 74 menentukan penataan dan pemilihan jenis tanaman yang akan dimasukkan kedalam desain nantinya. Hal ini disebabkan karena tanaman akan mengejar cahaya/sinar matahari untuk pertumbuhannya, sedangkan posisi tapak sedikit tertutup bangunan permanen seperti underpass. Jadi hasil analisis bayangan ini akan menjadi orientasi dan pertimbangan untuk penyelesaian masalah di tahapan berikutnya. Gambar analisis shadow dapat dilihat pada Gambar 24 dan 25. Gambar 24. Analisis shadow pada Bulan Juni (Sumber : Chandra, 2012) Gambar 25. Analisis shadow pada Bulan Desember (Sumber : Chandra, 2012)

53 75 Gambar 26. Analysis Context Tower Position (Sumber : SFA 2012) 75

54 76 Gambar 27. Analysis General (Sumber : SFA 2012) 76

55 FASE-3 :Concept Design (Konsep Desain) Tahapan Concept Design merupakan tahapan lanjutan dalam proses perancangan, dimana hasil dari tahap ini baru berupa conceptual plan. Menurut Booth (1983), conceptual plan adalah gambar rencana awal yang menampilkan usulan pengembangan tapak. Gambar ini yang akan digunakan untuk perumusan master plan. Master plan untuk main area dibuat berdasarkan master plan yang telah dibuat oleh tim arsitek, namun terdapat beberapa perubahan pada master plan yang baru. Perubahan-perubahan tersebut diantaranya adalah perubahan pada bagian welcome area, dan area di sekitar tower yang termasuk dalam tapak pengembangan desain lanskapnya. Tetapi, perubahan tersebut tetap berorientasi pada konsep dasar dan desainnya. Dalam tahapan ini terdapat dua tahapan lainnya, yaitu : 1). Perumusan Konsep Dasar dan 2). Perumusan Konsep Desain a. Konsep Dasar Konsep dasar adalah hal pertama yang ditentukan dalam pembuatan sebuah konsep desain. Seperti yang dipaparkan oleh Booth (1983) dan Hill (1995), bahwa konsep dasar menjadi landasan pemikiran munculnya sebuah ide desain, dan menjadi orientasi pengembangan konsep desain yang dituangkan ke dalam sebuah conceptual plan. Oleh karena itu, SFA melakukan tindakan serupa yang telah dipaparkan jauh sebelumnya dalam teori yaitu perumusan konsep dasar. Pendekatan konsep dasar yang dikembangkan oleh SFA dalam proyek ini yaitu pencitraan atau perwujudan ciri khas dari perkebunan tembakau yang menjadi andalan PT. Gudang Garam Tbk di Jawa Timur ke dalam desain lanskap dari kantor baru yang akan dibangun, baik dari segi elemen hardscape maupun elemen softscape sehingga dapat dinikmati oleh public. Dalam tahapan ini SFA melakukan analisis dan ilustrasi dengan gambar dasar yang telah dibuat pada tahapan sebelumnya. Untuk mendapatkan desain yang sesuai dengan keinginan klien, pihak SFA melakukan wawancara tentang hal-hal apa saja yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh klien untuk ditampilkan dalam desainnya. Selain melakukan sharing dengan pihak klien, SFA juga melakukan kontak dengan SF UK perihal pengambilan keputusan desain seperti apa yang akan ditampilkan.

56 78 Adapun yang menjadi kendala dalam proses ini adalah koordinasi antara pihak SFA selaku konsultan dengan pihak terkait lainnya. Seperti yang telah dijelaskan pada bagan proses perancangan dan faktor pengaruh sebelumnya, bahwa pada tahapan ini pihak yang memberikan pengaruh terkait pembuatan konsep selain SFA adalah klien utama, arsitek, QS, serta M&E. Keempat pihak terkait tersebut saling bergantian memberikan masukan, dan hal tersebut mejadi kendala bagi SFA dalam menentukan titik temu karena setiap pihak memiliki pertimbangan masing-masing. Waktu yang dibutuhkan oleh SFA untuk menyusun konsep dasar yaitu selama 1 minggu pengerjaan. Konsep dasar dari proyek Gudang Garam Office Complex berawal dari keinginan klien utama yaitu PT.Gudang Garam tbk untuk menampilkan ikon atau wajah baru dari perusahaanya. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan sesuatu yang berkarakter sebagai dasar pemikirannya. Oleh karena itu, sebagai interprestasi dari dasar pemikiran tersebut diterapkan konsep Tri Hita Karana yang dinaungi dengan budaya khas Indonesia. Secara leksikal Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan. (Tri = tiga, Hita = sejahtera, Karana = penyebab). Pada hakikatnya Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan yang bersumber pada keharmonisan hubungan antara keagungan, interaksi manusia dengan alam, dan manusia dengan manusia. Ketiga unsur tersebut diklasifikasikan menjasi 3 tata ruang, yaitu parahyangan, palemahan dan pawongan. (Sumber : blog.yayasan bali galang.com, 2012). Interpretasi ketiga unsur tersebut diwujudkan semua ke dalam desain. Seperti kemegahan atau nilai keagungan diinterpretasikan melalui tower/building utama. Strata atau tingkatan di interpretasikan melalui tingkatan area, sedangkan suasana natural dan budaya dituangkan melalui desain keseluruhan dan vegetasinya. Konsep tersebut diharapkan dapat menciptakan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dalam desain. Skema konsep dasar tersebut secara terorganisir terlihat pada Gambar 28 di bawah ini.

57 79 Gambar 28. Diagram Konsep Dasar Project Gudang Garam Office Complex (Sumber : Chandra, 2012) b. Konsep Desain Setelah menentukan konsep dasar yang menjadi dasar pemikiran untuk pengembangan desain, yang dilakukan selanjutnya adalah perumusan konsep desain. Perumusan konsep desain ini atau yang biasa dikenal dengan konsep pengembangan bertujuan menjadi acuan dalam penentuan elemen-elemen desain dan lanskap dalam master plan. Pada Proyek Gudang Garam Office Complex ini, ada 3 konsep desain/pengembangan yang dibuat oleh SFA, yaitu 1). Konsep Ruang, 2). Konsep Sirkulasi, dan 3) Konsep Vegetasi. Dari ketiga konsep tersebut akan dihasilkan master plan awal dari proses perancangan ini.

58 80 Konsep Ruang Menurut budaya hindu di Bali (blog.baligalang, 2012), ada tiga pembagian ruang berdasarkan konsep tri hita karana yaitu parahyangan, palemahan, dan pawongan. Setiap tingkatan memiliki arti tersendiri, dimana parahyangan merupakan ruang dengan strata tertinggi dibandingkan yang lainnya. Ini dikarenakan interpretasi dari tingkat keagungan dan kemegahan suatu tempat dinilai dari posisi teratasnya. Palemahan sebagai tingkatan kedua yang merupakan pusat aktivitas manusia, dan pawongan adalah tingkatan ketiga yang merupakan pintu masuk. Untuk ilustrasi konsep ruang ditunjukkan pada Gambar 29. Dalam proyek ini, SFA menginterpretasikan ketiga tingkatan tersebut kedalam desain yang dibuatnya yaitu tower, podium, dan terrace. Area yang diinterpretasikan sebagai parahyangan adalah Tower Gudang Garam dan sekaligus menjadi vocal point dari keseluruhan desain yang ditampilkan (block merah yang terlihat pada gambar). Fasilitas yang ada di area ini tergabung dengan fasilitas di dalam tower. Dengan luas area sekitar meter persegi. Area yang diinterpretasikan sebagai palemahan adalah podium. Podium merupakan tingkatan ruang kedua dari desain keseluruhan (block kuning pada gambar). Podium berfungsi sebagai active area yang menyediakan fasilitas rekreasi bagi semua user di kawasan kompleks Gudang Garam tersebut. Dengan luas area sekitar meter persegi. Adapun sarana dan prasana rekreasi yang ada disana mencakup elemen-elemen hardscape dan softscape seperti sitting area, café terrace, islands, wall, sculpture dan fitures lainnya yang menunjang aktivitas rekreasi yang dilakukan di sana. Area yang diinterpretasikan sebagai pawongan adalah terrace. Terrace ini terdiri atas 2 tingkatan yaitu upper terrace dan low terrace (block orange pada gambar). Area tersebut tidak mempunyai fungsi khusus seperti area-area sebelumnya. Area ini hanya berfungsi sebagai display area dan welcome area yang lebih mengedepankan estetika yang menarik pengunjung untuk datang ke kawasan. Dengan luas area sekitar meter persegi. Adapun fasilitas yang disediakan pada area ini seperti meeting terrace (tempat berkumpul), taman, tangga, ramp, main sign, signage, entrance, exit dan lain sebagainya.

59 Gambar 29. Konsep Ruang (Sumber : Chandra, 2012) 81 81

60 82 Konsep Sirkulasi Seperti yang telah dijelaskan pada fase-2 research and analysis, bahwa kendala utama pada sirkulasi tapak adalah ketidak beraturannya sirkulasi di area depan tapak. Ketidakteraturan tersebut disebabkan karena padatnya aktivitas sirkulasi umum, mulai dari pejalan kaki hingga kendaraan besar. Selain itu, area di depan tapak dijadikan tempat pemberhentian sementara oleh bus angkutan umum, hal ini dikarenakan posisi tapak yang strategis untuk mencapai area penting disekitarnya seperti Rumah Sakit, Universitas Trisakti, Mall, maupun kantor Gudang Garam itu sendiri. Untuk itu, sirkulasi menjadi faktor penting yang menjadi fokus perhatian dalam proyek ini. Pertimbangan selanjutny yaitu teori yang dipaparkan oleh De Chiara dan Koppelman (1994) yang menyatakan bahwa jalan (sirkulasi) merupakan unsur penting untuk rancangan pengelompokan yang harus diletakkan secara fungsional dan sesuai kenyaman. Oleh karena kedua hal itu, SFA membagi sirkulasi menjadi 3 kelas atau klasifikasi berdasarkan fungsionalnya. Mengingat kawasan ini adalah kompleks perkantoran, fasilitas berupa sarana akses sangatlah penting diperhatikan untuk kelancaran aktivitas. Fasilitas tersebut diharapkan dapat mengakomodasi pejalan kaki maupun kendaraan bermotor yang hilir-mudik keluar masuk kawasan. Oleh karena itu, sirkulasi di kawasan kompleks kantor Gudang Garam ini dibagi menjadi 3 klasifikasi yang terdiri dari sirkulasi primer, sirkulasi sekunder, dan sirkulasi tersier. Untuk ilustrasi konsep sirkulasi ditunjukkan pada Gambar 30. Sirkulasi primer yang ditunjukan oleh tanda panah berwarna kuning emas, merupakan akses utama yang menghubungkan lokasi tapak dengan daerah sekitarnya. Sirkulasi primer ini merupakan jalan Tol Wiyoto Wiyono dan Underpass. User yang diakomodasi oleh sirkulasi primer ini meliputi pejalan kaki hingga kendaraan bermotor angkutan berat. Sirkulasi ini menjadi pintu masuk dan keluar utama serta akses utama untuk distribusi barang ke daerah-daerah lainnya dari PT. Gudang Garam tbk. Sirkulasi yang kedua adalah sirkulasi sekunder, sirkulasi ini ditunjukkan oleh tanda panah berwarna hijau. Sirkulasi ini mengakomodasi user dari pejalan kaki hingga kendaraan bermotor angkutan berat juga, tetapi tidak terbuka untuk

61 83 umum, hanya user dari pihak PT.Gudang Garam tbk saja yang diakomodasi. Mengingat sirkulasi ini ada di dalam kawasan kantor. Untuk sirkulasi yang ketiga adalah sirkulasi tersier yang ditunjukan oleh tanda panah berwarna biru. Sirkulasi ini hanya mengakomodasi pejalan kaki. Dikarenakan fasilitas yang disediakan pada area ini nantinya berupa sitting area, café, ramp dan lainnya yang hanya dapat diakses oleh pejalan kaki. Konsep Vegetasi Konsep vegatasi yang terapkan dalan konsep desain oleh SFA dibagi menjadi 3 klasifikasi berdasarkan fungsionalnya, yaitu : estetika/display, pengarah, dan naungan. Selain 3 tingkatannya berawal dari dasar pemikiran tri hita karana yang terdiri dari 3 unsur pembentuk kesejahteraan, konteks perkebunan tembakau yang menjadi ciri khas PT. Gudang Garam tbk juga ikut diterapkan dalam konsep desain vegetasi ini. Perkebunan tembakau secara umum berada dikaki gunung atau lereng, diaplikasikan ke dalam area podium dan terrace pada desain. Area ini diambil karena strata tertinggi dari kawasan ini adalah tower Gudang Garam, yang diinterpretasikan sebagai bukit/gunung. Sedangkan Podium dan terrace diinterpretasikan sebagai lereng/kaki bukit/gunung. Untuk ilustrasi dari konsep vegetasi ditunjukkan pada Gambar 31. Vegetasi untuk estetika atau yang lebih dikenal display planting (block yang berwarna kuning). Block vegatasi ini akan diisi dengan tanaman rendah sejenis grouncover, lawn, planting features, shrubs, hingga pohon rendah yang bernilai estetika. Vegetasi ini mengisi 2 area pada desain, yaitu terrace dan podium. Untuk area terrace ditampilkan tanaman groundcover seperti lawn, planting features, dan pohon di beberapa sudut. Untuk area podium, jenis tanaman yang ditampilkan lebih bervariatif seperti pohon yang bernuansa hutan/forest, lawn pada agriculture grid, groundcover di islands, serta planting features di space pada planting wall. Blok vegetasi berikutnya yang berfungsi sebagai naungan dengan nuansa hutan/forest akan ditempatkan pada area podium dan keliling bangunan (block berwarna hijau). Untuk jenis tanaman yang akan ditampilkan terdiri dari palm, pohon rendah hingga pohon tinggi seperti livistonia rotundifolia (lontar), delonix

62 84 regia (flamboyan), cassia fistula (hujan mas), cocos nucifera, plumeria lubra (kamboja putih) dan sebagainya. Blok vegetasi ini direncanakan dibuat sealami mungkin sehingga jenis tanaman yang digunakan juga bervariatif. Untuk blok pengarah (blok berwarna biru), direncanakan dengan jenis tanaman yang lebih monoton atau satu tipe seperti roystonea regia (palem raja) yang dijajarkan disepanjang jalan masuk dan keluar kawasan kompleks kantor Gudang Garam tersebut. Setelah semua konsep selesai ditentukan, dihasilkan gambar terbaru dari perubahan MOS pada tahapan sebelumnya. Gambar ini disebut Conceptual Plan, dimana gambar ini menampilkan semua konsep yang telah dirancang kedalam satu ilustrasi yang lebih lengkap dan detil dibandingkan basemap sebelumnya. Dalam teori yang dipelajari di perkuliahan, conceptual plan dikenal dengan nama Block plan. Pada conceptual plan ini juga, ide dari client, landscape architect, architect, engineer, dan pihak terkait lainnya digabung menjadi satu dalam satu gambar keseluruhan. Conceptual plan inilah yang menjadi base baru untuk pengembangan pada tahapan design development nanti. Hasil yang ditampilkan pada conceptual plan ini akan dibicarakan kembali kepada semua pihak terkait proyek, guna untuk mendapatkan update atau review yang akan diterapkan kembali ke plan tersebut. Update-an ini juga dikirim kepada Sheils Flynn, UK. Mereka ikut andil dalam pengambilan keputusan yang menyangkut perancangan dan penentuan ide baru selama proyek berlangsung hingga tahap consruction drawing nanti. Untuk gambar conceptual plan dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Walaupun baru tahap conceptual plan, gambar yang ditampilkan lebih menarik tidak hanya blok-blok ruang secara umum saja yang akan dirancang. Tetapi sudah terspesifikasi walaupun tidak hingga gambar detil. Untuk gambar conceptual plan dapat dilihat pada Gambar 32.

63 85 Gambar 30. Konsep Sirkulasi (Sumber : Chandra, 2012) 85

64 86 Gambar 31. Konsep Vegetasi (Sumber : Chandra, 2012 ) 86

65 Gambar 32. Conceptual Plan Project Gudang Garam Office Complex (Sumber : SFA 2012) 87

66 FASE-4 : Design Development (Pengembangan Desain) Tahapan Design Development merupakan tahapan lanjutan atau pengembangan dalam proses perancangan, dimana hasil dari tahap ini baru berupa master plan. Pada tahapan ini desainer lebih fokus pada pengembangan elemenelemen pembentuk desain lanskap. Baik hardscape maupun softscapenya. Pada tahapan design development ini terdapat pengaruh tambahan dari luar terkait pengembangan desain hingga akhir nantinya. Pada tahapan ini, engineer mulai memberikan masukan dan sarannya terhadap desain yang diajukan oleh SFA. Ini dikarenakan, tahapan ini sudah mulai masuk ke tahapan dalam pengambilan keputusan tentang jenis material apa saja yag akan digunakan pada saat pembangunan nanti. Tidak hanya jenis material, tetapi teknis pembangunan nantinya juga mulai dipertimbangkan pada tahapan ini. Produk akhir dari tahapan ini berupa preliminary master plan. Dalam preliminary master plan, seluruh elemen-elemen desain diletakkan bersama-sama dan dipelajari dalam hubungannya antara satu sama lain secara realistis dan grafis. Semua elemen desain mulai dipertimbangkan sebagai komponen yang saling terkait dari keseluruhan desain. (Booth, 1983). Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan oleh SFA sebagai konsultan lanskap yaitu : 1. pengembangan conceptual design menjadi preliminary master plan, 2. pembuatan ilustrasi 3D modeling untuk analisis kelayakan fasad sekaligus ilustrasi keadaan sebenarnya. 3. mengerjakan analisis potongan untuk pengecekan hardscape dengan leveling site / tapak. Kegiatan diatas tidak lepas dari masukan dan saran dari semua pihak terkait. Tetapi pada tahapan ini, sudah mulai adanya pro dan kontra dalam hal teknis dan struktur. Itu semua biasanya terjadi jika adanya miss-communication antara konsultan lanskap sebagai perancang dengan structure engineer, civil engineer,dan mechanical and electric engineer. Untuk mengantisipasi hal tersebut, SFA selalu melakukan sharing perihal adanya update desain. Durasi waktu yang dibutuhkan untuk tahapan ini berkisar 4-5 minggu pengerjaan. Menurut Bell, 2005 bahwa dalam elemen desain lanskap garis mempunyai arti penting dalam desain. Baik itu garis lengkung, garis lurus, garis horizontal,

67 89 maupun garis vertikal. Setiap garis tersebut mempunyai arti dan kegunaannya masing-masing. Seperti garis lurus yang kaku banyak digunakan dalam desain lembaga hukum ataupun pendidikian, hal ini mencerminkan bahwa garis lurus yang kaku sebagai simbol kedisiplinan yang kuat dan tegas. Garis lengkung lebih organik menjadi simol keindahan dan lain sebagainya. Sama halnya dengan permasalahan pada proyek ini, pada tahapan DD (Design Deveploment) ini terjadi perubahan pada plan. Perubahan ini dilakukan atas dasar pertimbangan dan masukan dari klien utama yang menginginkan welcome area lebih berkesan dinamis dan tidak kaku tetapi tetap teratur dan disiplin. Perubahan yang dilakukan SFA yaitu melakukan rekonstruksi gambar dengan fokus pada welcome area. Bentukan dibuat dengan mengurangi garis tegas atau lurus untuk mengurangi kesan kaku, digantikan dengan tiga garis melengkung beraturan yang membelah welcome area, garis tersebut menggantikan wall terrace yang semulanya berbentuk grid lurus (terlihat pada gambar). Adapun makna dari tiga garis lengkung tersebut tetap melambangkan disiplin yang diterapkan pada kantor Gudang Garam. Tetapi, tidak mengurangi keindahan desain yang ditampilkan. Pada daerah podium tidak ada perubahan yang signifikan dari conceptual plan sebelumnya. Area podium menyediakan fasilitas seperti forest corner, café terrace, agriculture grid, islands, dan sitting area. Perubahan yang timbul pada fase ini sekali lagi membuktikan bahwa klien utama memiliki andil paling berasa dalam menentukan hasil desain dari setiap tahapan proses. Hasil dari tahapan ini yang berupa preliminary master plan di kirimkan kepada Sheils Flynn UK untuk meminta pertimbangan, karena setiap desain yang dibuat di SFA maupun Sheils Flynn UK ada dalam satu perusahaan. Jadi mereka tetap mendapatkan update dari setiap perubahan dari suatu proyek yang sedang dikerjakan. Gambar no.33 dibawah ini merupakan hasil dari tahapan DD (Design Development).

68 Gambar 33. Preliminary Master Plan Gudang Garam Office Complex (Sumber : SFA 2012) 90

69 FASE-5 : Final Design Development Tahapan Final Design Development merupakan tahapan lanjutan design development. Tahapan ini merupakan perbaikan dari preliminary master plan. Setelah mendapatkan reaksi dari klien mengenai gambar preliminary master plan, desainer dalam hal ini adalah SFA melakukan revisi dan pendalaman mengenai desain yang dikerjakannya. Dari segi tampilan, master plan menampilkan desain dengan spesifikasi yang lebih detil dari preliminary master plan. Itu semua dikarenakan master plan ini yang akan dijadikan acuan pada saat pembuatan construction drawing nantinya (Booth, N.K. 1983). Adapun spesifikasi yang lebih detil dalam master plan seperti detil tajuk vegetasi, detil bentuk elemen pembentuk hardscape dan softscape, dan pewarnaan plan yang mendekati warna nyata dari setiap elemen pembentuk desain lanskap tersebut. Seperti halnya teori yang telah dipaparkan oleh Booth (1983), SFA juga melakukan perbaikkan kualitas gambar pada fase final design development ini. SFA melakukan perbaikan gambar mulai dari tampilan warna yang lebih mendekati warna asli dari setiap elemen lanskap yang ada di dalam tapak, baik hardscape maupun softscape-nya. Selain itu, untuk vegetasi ditampilkan secara berbeda pula sesuai dengan karakteristik tajuk yang dimiliki setiap jenisnya, hal ini bertujuan untuk memvisualisasikan tampilan sesungguhnya saat telah dibangun nanti. Perbedaan secara jelas dapat dilihat pada Gambar 34, dan sebagai perbandingannya Gambar 33 yang merupakan gambar preliminary master plan. Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan oleh pihak SFA pada tahapan ini adalah : 1. melakukan presentasi lanjutan mengenai preliminary master plan kepada klien. 2. mengerjakan revision gambar preliminary master plan menjadi master plan berdasarkan saran dan kritik dari berbagai pihak seperti klien, engineer, contractor dan sebagainya. 3. mempersiapkan gambar detil secara umum seperti, detil masterplan, detil hardscape & softscape, dan detil potongan secara umun mengenai tingkatan area/leveling area.

70 92 Kegiatan diatas tidak hanya dilakukan oleh SFA tetapi juga oleh pihak terkait lainnya seperti engineer, karena pada tahapan ini mereka sudah mulai melakukan pengerjaan detil menyangkut utilitas dari pembangunan proyek nantinya. Jika ada perubahan maka semuany saling terkait dan ikut berubah. Pada tahapan ini ada perubahan pada area podium. Pada area ini semula SFA merencanakan untuk membuat grid water features ternyata ide tersebut tidak disetujui oleh klien utama yaitu PT. Gudang Garam tbk. Hal ini menyangkut masalah maintenance yang akan jadi mahal nantinya setelah pembangunan, hal tersebut merupakan pemikiran klien utama yang tidak dapat ditentang oleh SFA sebagai konsultan. Perubahan yang dilakukan SFA pada area tersebut merubah desain water features menjadi grid agriculture dengan dasar lawn tetapi bentukan mash sama seperti desain pada preliminary master plan. Perubahan lainnya terjadi pada bagian barat, yaitu west plaza. Bentukan west plaza diubah menjadi west avenue plaza yang menampilkan tiga artwork pada tiga titik, yaitu di kedua ujung sisi area dan pada bagian tengah area dengan ditambah sentuhan estetik dari stepping stone yang menjadi jalur sirkulasi utama disana dan jajaran pohon palem yang menyatukan desain dari west avenue plaza tersebut. Tujuan dibuatnya west avenue plaza ini adalah untuk teras belakang dari kawasan kantor Gudang Garam. Konektor dari kedua sisi bangunan yang menjadi rest area bagi pengguna kantor. Selain revisi pada master plan, pada tahapan ini dibuat gambar potongan dari 4 spot yang berbeda yang diberi nama section A, D, E & F. Ke empat gambar spot potongan ini menampilkan perbedaan ketinggian/level dari desain yang dibuat. Section A Entrance Area, gambar potongan ini menjelaskan kondisi tampak samping dari pintu masuk utama ke kawasan kantor yang memiliki level terendah. Pintu masuk yang berada satu level dengan pedestrian track pada welcome area memiliki perbedaan ketinggian sekitar 1,5 meter. Sedangkan pedestrian track nya memiliki kemiringan 2% untuk mencegah terjadinya run off dipermukaan. Gambar potongan berikutnya adalah section D & E roof garden north & south. Gambar potongan D menjelaskan penampang dari rest area di area podium, Terdapat deck yang didesain dengan bahan kayu bengkirai anti slip dan seating

71 93 wall di bagian timur yang dipisahkan oleh islands. Pada gambar potongan E menampilkan kondisi seating wall lebih detil. Seating wall didesain dengan bahan dari granite clad dan dasar lantai dari stone paving. Perpaduan tekstur kasar dari dua jenis bahan yang berbeda ini bertujuan untuk mengurangi efek licin yang berbahaya bagi user yang melewatinya pada saat keadaan basah. Mengingat hardscape ini dipasang di outdoor. Section F Roof Garden North-Thru Island, menjelaskan tentang kondisi tampak potongan dari roof garden dan islands dibagian timur dari tower Gudang Garam. Island dibuat dengan permukaan seperti ombak untuk memberikan kesan seperti air. Karena klien utama tidak ingin adanya water features di area podium, maka dibuatlah tekstur yang menyerupai tekstur air. Sedangkan pada seating area, untuk lantainya terbuat dari timber bridge kayu bengkirai. Fasilitas yang disediakan di area ini adalah fasilitas berupa seating wall, dan bangku-bangku taman.

72 94 Gambar 34. Master Plan Gudang Garam Office Complex (Sumber : Basemap SFA, Ilustratif Chandra, 2012)

73 95 Gambar 35. Section A Entrace Area (Sumber : Chandra, 2012 ) 95

74 96 Gambar 36. Section D & E Roof Garden North & South (Sumber : Chandra, 2012) 96

75 97 Gambar 37. Section F Roof Garden North-Thru Island (Sumber : Chandra, 2012) 97

76 98 Gambar 38. Tampak Samping Tower Gudang Garam (Sumber : Chandra, 2012) 98

77 FASE-6 : Construction Documentations Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dalam proses perancangan. Untuk melengkapi proses perancangan tersebut, SFA sebagai konsultan pelaksanan mempersiapkan gambar konstruksi yang memenuhi standar untuk pelaksanaan pembangunan, seperti layouting plan, grading plan, planting plan, hardscape, softscape, detil konstruksi yang lebih spesifik, dan lain-lain sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Booth (1983). Dalam teorinya tersebut, Booth (1983) menyatakan bahwa semua gambar-gambar tersebut dibuat sebagai sarana untuk berkomunikasi bagaimana membangun semua elemen proyek dari keseluruhan lokasi tapak. Kontraktor menggunakan dokumen-dokumen ini sebagai instruksi untuk proses pembangunan. Pada tahapan ini konsultan perancang lebih konsen dengan masalah teknis dan mekanikal, walaupun estetik juga tetap diperhatikan. Teori tersebut menjadi dasar kegiatan yang dilakukan oleh SFA pada fase construction documentations ini. Adapun kegiatan yang dilakukan SFA pada tahapan Construction Documentations ini adalah sebagai berikut : 1. mengerjakan detil posisi dan konstruksi dari setiap elemen hardscape yang akan dipasang pada tapak. 2. Mengerjakan detil softscape, dalam hal ini planting plan termasuk menentukan titik tanam, spesifikasi tanaman, serta jenis dan jumlah tanaman yang digunakan. Pada dasarnya, kompenen lanskap kantor tidak mempunyai acuan standar yang baku dalam teori, semua itu disesuaikan dengan kebutuhan klien utama akan fasilitas apa saja yang akan menjadi komponen lanskap kantor. Dalam proyek ini, pihak klien utama yaitu PT. Gudang Garam menginginkan fasilitas yang mengakomodasi kegiatan kantor, contohnya seperti refreshing area dan gathering area tetapi tidak meninggalkan aspek utama sebagai kantor, bukan tempat rekreasi. Oleh karena itu SFA meletakkan beberapa fasilitas pendukung tersebut pada detil desain yang ditampilkan pada fase ini. Adapun fasilitas tersebut seperti shared space, entrance and exit gate, parking area, pos satpam, seating area, dan lain sebagainya. Semua fasilitas tersebut dibuat atas permintaan dari klien sendiri.

78 100 Untuk pembuatan detil setiap elemen fasilitas tersebut dikerjakan pada fase ini. Adapun durasi pengerjaan pada fase ini yaitu 7 minggu pengerjaan pada jadwal, tetapi SFA mengerjakannya selama 5 minggu pengerjaan. Hal ini dapat terwujud karena maintenance waktu yang efektif dalam studio yang diterapkan oleh SFA. Berikut adalah uraian detil setiap elemen yang dibuat pada proyek ini. a. Hardscape Elemen hardscape yang akan dipasang pada tapak terdiri dari 3 klasifikasi yaitu wall, pavement, dan furniture. Setiap elemen tersebut akan mengisi ruang pada area entrance/terrace dan podium. Entrance/Terrace Area a. Wall (dinding) Pada proyek Gudang Garam Office Complex ini, area entrance/terrace (upper and low) memiliki 10 jenis dinding dengan desain dan bahan yang berbeda yaitu retaining wall, retaining wall to ramp, boundary wall, feature planting wall, façade building, parapet ramp, retaining wall for VIP, drum wall, water feature wall, dan circular ramp wall. Jenis dinding yang pertama yaitu retaining wall (terlihat pada gambar dengan blok berwarna coklat), membentang di welcome area tepat di depan tower Gudang Garam. Bahan yang digunakan untung retaining wall ini adalah batu granit (Granite clad wall split-white) berwarna putih. Kedua, retaining wall to ramp. Dinding penghubung antara pavement dan tangga ini akan dibuat dengan bahan batu granit berwarna abu-abu kontras. Jenis berikutnya yaitu dinding pembatas (boundary wall), jenis ini menggunakan bahan seperti dinding/tembok biasa yang berwarna abu-abu (terlihat pada gambar dengan blok berwarna biru). Tembok tersebut dipasang di sisi selatan tapak yang berbatasan dengan Kampus Tri Sakti.

79 101 Gambar 39. Wall-Entrance (a) (Sumber : SFA, 2012) Kemudian feature planting wall, merupakan jenis dinding yang berfungsi sebagai penyangga dan display untuk tanaman yang menempel pada dinding. Dinding ini terletak pada sambungan antara retaining wall pada welcome area (terlihat pada Gambar 39 dengan blok berwarna hijau 04), dan terbuat dari bahan stainless steel cladding berwarna perak/silver atau natural. Façade building, merupakan jenis dinding yang berfungsi memantulkan visual sehingga terlihat seperti cermin. Dinding tersebut dipasang pada bagian depan upper terrace yang dijadikan VIP parkir untuk executive. Dinding ini dibuat dengan tujuan untuk menampilkan kesan mewah dan elegan (terlihat pada Gambar 39 dengan blok berwarna ungu 05). Adapun bahan dari dinding ini adalah batu granite yang di polish hingga halus seperti kaca yang dapat memantulkan cahaya. Jenis dinding berikutnya adalah retaining wall to ramp. Dinding jenis ini digunakan sebagai pembatas jalan pada akses utama di circular way (terlihat pada Gambar 39 dengan blok ungu 02). Bahan yang digunakan oleh dindig jenis ini adalah batu granit abu-abu. Pada area yang sama, digunakan parapet ramp, yaitu dinding yang berfungsi mejadi pembatas pada akses keluar-masuk ke parking lot

80 102 di base main (terlihat pada Gambar 39 dengan blok berwarna merah kecoklatan 06). Jenis dinding ini terbuat dari bahan yang sama dengan retaining wall to ramp yaitu batu granit abu-abu. Jenis drum wall yang terletak di 4 titik simetris. Empat titik ini menjadi tanda dari ujung jalan melingkar yang menjadi akses utama kendaraan menuju pintu masuk utama gedung (terlihat pada Gambar 39 dengan blok berwarna biru 03). Untuk di bagian tengah (terlihat pada gambar dengan blok berwarna ungu), dipasang water feature wall dengan bahan stone clad wall flamed berwarna abuabu yang berfungsi menambah nilai estetika dari area upper terrace ini. Dan untuk jenis dinding/wall yang terakhir adalah circular ramp wall yang diletakkan pada diameter tengah jalur melingkar kembar yang berada di depan gedung Gudang garam yang baru. Terlihat pada gambar dengan blok berwarna hijau. Dinding ini dibuat dengan bahan jenis rendered wall (dinding biasa berwarna abu-abu). Gambar 40. Wall-Entrance (b) (Sumber : SFA, 2012) b. Pavement (perkerasan) Pada proyek Gudang Garam Office Complex ini, area entrance/terrace (upper and low) memiliki 6 jenis perkerasan (pavement) dengan desain dan bahan yang

81 103 berbeda. Jenis dinding yang pertama yaitu shared space (terlihat pada Gambar 41 dengan blok berwarna coklat). Perkerasan ini membentang di sepanjang pintu masuk dan keluar dari welcome area. Bahan yang digunakan adalah paving berwarna merah. Kedua, perkerasan di sepanjang timur dan selatan ramp di area upper terrace (terlihat pada Gambar 41 dengan blok berwarna ungu). Bahan yang digunakan untuk perkersan ini adalah paving batu yang berwarna putih terang. Jenis berikutnya yaitu perkerasan di sekitar pos jaga dan pengambilan tiket masuk (terlihat pada gambar dengan blok berwarna biru tua). Perkerasan jenis ini menggunakan paving batu berwarna abu-abu sebagi bahan utamanya. Kemudian tepat didepan pintu masuk gedung dipasang perkerasan jenis drop off dengan bahan utama paving batu berwarna abu-abu (terlihat pada Gambar 41 dengan blok berwarna biru muda). Dan untuk perkerasan disepanjang jalur melingkar menggunakan perkerasan dengan material paving batu berwarna hitam yang disusun beraturan. Gambar 41. Pavement-Entrance (Sumber : SFA, 2012) c. Furniture Untuk furniture, di area entrance/terrace hanya terdapat 3 jenis furniture. Pertama bollard, benda ini di letakkan di area shared space di pintu masuk dan

82 104 keluar (terlihat pada Gambar 42 dengan blok berwarna coklat). Bollard ini terbuat dari material stainless steel berwarna perak/silver. Kemudian di daerah upper terrace terdapat dua feature-pot yang diletakkan secara berdampingan diantara akses pedestrian track. Feature-pot ini terbuat dari material yang sama dengan bollard yaitu stainless steel berwarna silver mengkilap. Untuk pohon di kiri dan kanan shared space ditanam dengan menggunakan tree grille guna mencegah akar tumbuh merusak perkerasan. Detil posisi furniture dapat dilihat pada Gambar 42 dibawah ini. Gambar 42. Furniture-Entrance (Sumber : SFA, 2012) Podium Area a. Wall (dinding)

83 105 Pada area podium terdapat 6 jenis dinding/wall yang tersebar mengelilingi area gedung. Untuk bagian depan gedung terdapat planter wall yang berfungsi sebagai tempat tanaman grouncover hingga semak rendah. Planter wall ini berbahan material dari stone clad wall berwarna abu-abu. Sedangkan didaerah kiri dan kanan gedung terdapat parapet in podium, islands wall, dan curve seating wall. Parapet in podium ini merupakan dinding pembatas area podium dengan sekitarnya. Material yang digunakan adalah tembok biasa berwarna abu-abu. Di sebelah kiri bangunan terdapat Islands wall yang merupakan halaman rumput yang digunakan untuk bersantai. Bentuknya unik seperti gelombang air. Material pembentuk islands wall ini adalah perkerasan tembok beton yang ditutupi dengan lawn/rumput hijau. Dan untuk di daerah belakang gedung terdapat hedge wall dan parapet in podium. Hedge wall merupakan dinding/tembok lapis kedua setelah parape, material pembentuk tembok ini ditadak jauh berbeda dengan material pembentuk parapet, yaitu tembok beton berwarna abu-abu. Posisi lebih jelas terlihat pada Gambar 43 berikut. Gambar 43. Wall-Podium (Sumber : SFA, 2012)

84 106 b. Pavement (perkerasan) Selain memiliki beberapa jenis perkerasan di area terrace, terdapat juga 7 jenis perkerasan di area podium antara lain yaitu deck, stone paving, gravol, edging, lobby, square stepping stone, dan circular stepping stone. 7 Jenis perkerasan tersebut tersebar disekitar gedung. Untuk deck berada pada sisi kanan dan kiri gedung. Deck ini terbuat dari material kayu bengkirai yang disusun sejajar melintang. Selain deck, terdapat juga stone paving berbahan baku batu berwarna abu-abu gelap yang menjadi lantai bagi tempat circular seating wall dan seating area di sudut kiri dan kanan gedung Gudang Garam tersebut. Sedangkan pada grid agriculture area dipasang edging sebagai pemisah antara garis grid dengan lawn. Pada bagian timur atau belakang dari gedung Gudang Garam diletakkan gravol dengan material grey gravel di west avenue plaza. Untuk posisi yang lebih jelas dari pavements tersebut dapat dilihat pada Gambar 44 dibawah ini. Gambar 44. Pavement-Podium (a) (Sumber : SFA, 2012) Pada area west avenue plaza tidak hanya menggunakan gravol sebagai perkerasannya, tetapi juga menggunakan circular stepping stone. Circular

85 107 stepping stone ini menggunakan batu konkrit sebagai material utamanya. Sedangkan square stepping stone digunakan pada circular seating wall di bagian selatan (kanan) gedung. Perpaduan bentuk persegi panjang dan lingkaran ini dimaksudkan untuk menampilkan desain yang tidak monoton. Dan pada area lobby depan gedung, pavement yang digunakan berbahan utama berupa marbie tile yang dilicinkan sehingga mengkilap. Keterangan posisi setiap pavement dapat dilihat pada Gambar 45 dibawah ini. Gambar 45. Pavement-Podium (b) (Sumber : SFA, 2012) c. Furniture Terdapat 5 jenis furniture pada area podium, antara lain seperti lighting, planter box, shaded structure, artwork, dan sofa. Pada agriculture grid area di kiri dan kanan gedung dipasang lighting/lampu untuk memberikan kesan indah

86 108 pada malam hari sekaligus penanda garis-garis dari agriculture grid. Sedangkan pada cicular seating wall dan square seating area di sebelah kanan gedung dipasang tenda peneduh atau shaded structure yang berbentuk daun tumbuhan cengkeh. Filosofi bentuk ini diambil dari komoditas utama dari pabrikan rokok PT.Gudang Garam tbk. Selain dipasang shaded structure, pada area ini juga di letakkan jajaran planter box stainless. Sedangkan untuk wooden planter box diletakkan berjajar horizontal pada west avenue plaza dibelakang gedung. Berikut Gambar 46 adalah gambar untuk posisi dari masing-masing furniture diatas. Gambar 46. Furniture-Podium (a) (Sumber : SFA, 2012) Peletakan fasilitas tempat duduk tambahan dan sentuhan seni dari sculpture/artwork untuk menambah keindahan visual pada area podium ini, terlebih untuk seating area. Oleh karena itu SFA merancangan penambahan tempat duduk khusus selain seating wall, yaitu sofa. Sofa ini diletakkan di seating area di sudut kanan dan kiri dari gedung Gudang Garam. Begitu juga dengan artwork, diletakkan pada space kosong yang ada disekitar area rekreasi ini. Berikut gambar yang menunjukan letak artwork dan sofa terebut.

87 109 Gambar 47. Furniture-Podium (b) (Sumber : SFA, 2012) Softscape Elemen lunak atau softscape yang akan dipasang pada tapak terdiri dari 4 klasifikasi yaitu forest, tree grid, ground cover dan flowering plants. Untuk forest (nuansa hutan/natural) dibagi menjadi 2 kelas lagi yaitu forest tree dan forest understorey. Adapun jenis tanaman yang akan digunakan unutk kelas forest tree adalah pohon dengan tinggi yang bervariatif, dari rendah, sedang hingga tinggi seperti cempaka (Michelia champaca), gardenia (Gardenia carinata), pinang (Arecca cathecu), Livistonia chinencis, Lagestromia speciosa, Fragea fragans, Tabebuia (Tabebuia rosea) dan lain-lain. Untuk persebaran jenis tanaman tersebut menyebar di area podium dan terrace, lebih jelasnya ditunjukkan oleh blok berwarna orange pada Gambar 48 di bawah ini.

88 110 Gambar 48. Softscape - forest tree (Sumber : SFA, 2012) Untuk kelas forest understorey, digunakan jenis tanaman yang lebih rendah tingginya dibandingkan denga kelas sebelumnya. Jenis tanaman tersebut berupa semak atau shrubs. Digunakannya jenis ini untuk menimbulkan kesan hutan yang alami dan natural dengan tingkatan tanaman yang khas tentunya. Adapun tanamanna seperti Anthurium podophyllum, Syzygium oleina, Luciala grandis, Pinanga kuhlii, Sphatiphyllum, Amarilis, Calatea dan lain-lain. Gambar 49. Softscape - forest understorey (Sumber : SFA, 2012)

89 111 Klasifikasi tanaman selanjutnya adalah flowering plants (tumbuhan berbunga). Tanaman berbunga ini dibedakan oleh SFA berdasarkan fungsinya masing-masing. Ada yang digunakan sebagai ornamen taman seperti Tradescantia spathacea. Digunakan sebagai semak berbunga (flowering shrubs) seperti Allamanda, dan Canal Bengal. Dan digunakan sebagai display atau vocal point pemerindah taman seperti low Bougenville sp, Alpinia purpurata, dan Angelonia serena. Gambar 50. Softscape flowering plants (Sumber : SFA, 2012) Untuk jenis penutup permukaan (groundcover) pada agriculturea grid area (podium) dan welcome area (terrace) digunakan rumput gajah mini (Axonopus compressus) ebagai lawn (hamparan rumput). Pada bagian hedge (pinggir tapak) digunakan Pinanga kuhlii dan Dianella revoluta. Sedangkan untuk jenis yang merambat didinding digunakan Vernonia elaeagnifolia. Jenis tersebut diletakkan pada circular path yang merupakan akses utama menuju pintu masuk gedung. Dan untuk hamparan rumput yang memanjang digunakan Rhapis excelsa. Beriku gambar persebaran masing-masing ground cover

90 112 Gambar 51. Softscape Groundcover (Sumber : SFA, 2012) Klasifikasi jenis tanaman atau softscape berikutnya yang digunakan pada proyek ini adalah Tree grid (jajaran pohon). Tree grid (jajaran pohon) ini diletakkan mengelilingi seating area di sudut kiri dan kanan gedung serta pada west avenue plaza. Adapun tanaman yang digunakan tidak terlalu beragam seperti kalsifikasi sebelum-sebelumnya. Pada klasifikasi ini ada 2 jenis tanaman yang digunakan, yaitu Areca cathecu dan Manilkara kauki. Penggunaan dua jenis tanaman tersebut dimaksudkan untuk memberikan efek teduh dan rapi pada kedua tempat tersebut. Mengingat kedua tempat tersebut merupakan area aktivitas bersantai user atau pengguna kantor nantinya. Gambar 52 adalah persebaran tanamana tree grid. Gambar 52. Softscape - tree grid (Sumber : SFA, 2012)

91 113 Gambar 53. Perspektif Softscape north podium (Sumber : Chandra, 2012) Gambar 54. Perspektif Softscape Terrace and overall (Sumber : Chandra, 2012) Gambar 55. Perspektif Softscape south podium (Sumber : Chandra, 2012)

92 114 Gambar 56 adalah gambar dari final dokumentasi gambar konstruksi yang telah dibuat oleh SFA dengan semua tahapan yang telah dijelaskan diatas. Berikut adalah contoh daftar material yang digunakan pada LG1 Proyek ini. Tabel. 11 Contoh Detil Material setiap Elemen

93 115 (Sumber : SFA, 2012) Untuk Tabel 12 selanjutnya menampilkan spesifikasi tanaman yang digunakan pada proyek ini.

94 116 Tabel. 12 Spesifikasi Tanaman (Sumber : SFA, 2012)

95 117 Ganbar 56. Masterplan Construction (Sumber : SFA, 2012)

96 FASE-7 : Additional Work Ini adalah tahapan berbeda dalam proses perancangan yang dilakukan oleh SFA pada proyek ini. Sesuai dengan teori yang dituturkan oleh Booth (1983), bahwa tahapan dalam proses perancangan dimulai dari penerimaan proyek, riset dan analisis, desain, gambar konstruksi dan implementasi. Sama halnya dengan teori perancangan yang dipaparkan oleh Hill (1995) bahwa dalam proses perancangan tidak terdapat adanya proses tambahan seperti additional work diselah-selah tahapan gambar konstruksi dan implementasi yang sedang berlangsung. Perbedaan yang terjadi pada proyek Gudang Garam Office Complex ini dikarenakan pihak klien utama yaitu PT. Gudang Garam Tbk meminta SFA untuk melanjutkan pekerjaannya pada rekonstruksi daerah kantor Gudang Garam yang lama. Hal ini juga ditunjang oleh klien utama yang mendapatkan kecocokan dengan desain yang dibuat SFA pada desain master plan Gudang Garam yang sedang tahap pembangunan saat ini. Kejadian ini menjadi kendala sekaligus menjadi hal baru bagi pengetahuan bahwa proses perancangan yang dijelaskan dalam teori Booth (1983) dan Hill (1995) tidak selamanya sama dengan kejadian di lapang. Di teori dijelaskan bahwa tidak ada pekerjaan tambahan ditengahtengah proses pembangunan. Tahapan setelah construction drawing adalah implementations, tidak ada additional work. Hal ini terjadi karena klien utama dalam sebuah proyek arsitektur lanskap mempunyai kuasa mutlak untuk menentukan jalannya sebuah proses perancangan. Permintaan klien utama tersebut tetap berlangsung tanpa mengganggu proses pembangunan. Adapun yang menjadi fokus pekerjaan tambahan ini adalah sisi lain dari tapak yaitu kompleks perkantoran Gudang Garam yang lama. Tahapan yang ada pada additional work ini hanya ada 2 tahapan yaitu concept design (konsep desain) dan construction documentations (gambar konstruksi). Hal ini dikarenakan hasil analisis menjadi satu pada tahapan concept design, dan konsep dasarnya mengikuti konsep dasar yang telah diterapkan pada proses perancangan sebelumnya. Untuk area yang direkonstruksi pada additional work ini meliputi welcome area dan sirkulasi utama di depan gedung lama. Berikut gambar tahapan proses pada additional work beserta ilustrasi analisis 3D-nya.

97 119 a. Concept Design (Konsep Desain) De Chiara dan Koppelman (1994) menyatakan bahwa jalan (sirkulasi) merupakan unsur penting untuk rancangan pengelompokan yang harus diletakkan secara fungsional dan sesuai kenyaman. Untuk mengakomodasi hal tersebut, maka tahapan additional work ini dilaksanakan. Fokus pekerjaan pada additional work ini adalah perancangan welcome area dan jalur sirkulasi utama pada daerahkantor Gudang Garam yang lama. Keadaan yang welcome area pada daerah ini dinilai kurang sinkron dengan desain baru yang diterapkan pada kantor lama. Untuk itu dilakukan rekonstruksi denga berorientasi pada konsep desain di wilayah kantor barunya. Lokasi rekonstruksi ini berada tepat di sebelah utara dari kompleks kantor baru yang sedang dalam tahap pembangunan. Pada tahapan ini, semula SFA membuat 4 alternatif sirkulasi entrance dengan perbedaan jalur lalu lintas yang dilalui kendaraan yang keluar dan masuk SFA merencanakan menggeser entrance sejauh lebih kurang 12 meter dari posisi sebelumnya yang menempel dinding batas sebelah utara pada tapak. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan menghindari terjadinya bentrok antara kendaraan yang lewat dengan eksisting instalasi pada saat terjadinya manuver. Kemudian jalur lalu lintas pun dibagi menjadi 2 pintu masuk dan 2 pintu keluar ( 1 bergabung dengan 2 pintu masuk lainnya dan 1 berada dipojok berbatasan dengan batas utara tapak). Jalur pintu masuk dibedakan menjadi dua atas pertimbangan 1 jalur untuk kendaraan umum dan satu jalur untuk kendaraan berat seperti trailer atau truk gandeng yang membawa barang hasil produksi pabri rokok Gudang Garam tersebut. Untuk alternatif pertama, jalur masuk ada di dua pintu masuk paling kiri pada Gambar 57. Jalur keluar diletakkan pada dua pintu paling kanan seperti terlihat pada Gambar 57. Alternatif dua memberikan pilihan yang berbeda yaitu jalur masuk dan keluar kendaraan ditempatkan secara selang-seling mulai dari pintu sebelah kiri adalah pintu masuk satu, kemudian pintu keluar satu, pintu masuk dua, dan pintu keluar dua (terlihat pada Gambar 58). Untuk alternatif pintu masuk berada di bagian paling kiri dan paling kanan, sedangkan dua jalur keluar diletakkan diantara pintu masuk. Untuk alternatif empat, sama dengan alternatif satu tetapi perbedaannya terletak pada penempatan jalur masuk dan keluar untuk

98 120 kendaraan berat pada satu posisi saja yaitu pintu yang berhimpitan langsung dengan dinding batas tapak di sebelah utara. Gambar 57. Konsep Sirkulasi alternative 1 (Sumber : Chandra, 2012) Gambar 58. Konsep Sirkulasi alternative 2 (Sumber : Chandra, 2012)

99 121 Gambar 59. Konsep Sirkulasi alternative 3 (Sumber : Chandra, 2012) Gambar 60. Konsep Sirkulasi alternative 4 (Sumber : Chandra, 2012) Setelah melakukan analisis melalui sketsa diatas, tim desain dari SFA melakukan diskusi dengan klien terkait konsep diatas. Hasil dari diskusi tersebut, klien utama tidak menginginkan entrance di kompleks kantor yang lama di pindah, tetapi hanya direkonstruksi desain dan lanskapnya mengikuti konsep

100 122 kompleks kantor yang baru. Sehingga didapat konsep sirkulasi final dari entrance additional work tersebut. Berikut gambar konsep sirkulasi final entrance tersebut. Gambar 61. Ilustrasi 3D plan (Sumber : Chandra, 2012) Gambar 62. Ilustrasi 3D entrance dan parking lot (Sumber : Chandra, 2012) Gambar 63. Ilustrasi 3D parking (Sumber : Chandra, 2012)

101 123 Gambar 64. Conceptual Plan Additional Work (Sumber : Chandra, 2012) 123

102 124 b. Construction Documentations (Pembuatan gambar kerja) Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dalam proses perancangan. Untuk melengkapi proses perancangan tersebut, SFA sebagai konsultan pelaksanan mempersiapkan gambar konstruksi yang memenuhi standar untuk pelaksanaan pembangunan, seperti layouting plan, grading plan, planting plan, hardscape, softscape, detil konstruksi yang lebih spesifik, dan lain-lain (Booth, K Norman.1983). Gambar konstruksi ini meliputi ukuran detil, gambar potongan hingga jenis material bahan apa saja yang akan digunakan pada saat implementasi nanti. Sama dengan proses construction documentations sebelumnya, hanya saja lingkup pekerjaan fase ini menjadi lebih kecil karena ada di dalam tahapan additional work dan hanya mencakup welcome area saja. Untuk fase ini, penulis sebagai mahasiswa magang mendapatkkan kepercayaan dari pihak SFA untuk membuat gambar langsung sesuai dengan konsep yang telah disusun pada fase concept design sebelumnya. Kegiatan ini tetap dibawah pengawasan arsitek lanskp senior. Perbedaannya dengan konsultan tempat magang lain, mahasiswa magang hanya diposisikan sebagai drafter bukan sebagai konseptor, tetap berbeda dengan yang terjadi di SFA. Mereka memberikan kesempatan kepada mahasiswa magang untuk mengeluarkan ideidenya dan mengimplementasikannya kedalam desain proyek. Berikut adalah gambar hasil dari tahapan construction drawing additional work proyek Gudang Garam Office Complex ini. Gambar 65 adalah gambar site plan dari proses additional work. Untuk gambar detil potongan ditampilkan pada Gambar di bawah ini. Dan gambar planting plan terlihat pada Gambar 69.

103 Gambar 65. Siteplan Additional Work (Sumber : Chandra, 2012)

104 126 Gambar 66. Section A (Sumber Chandra, 2012) 126

105 127 Gambar 67. Section B (Sumber : Chandra, 2012) 127

106 128 Gambar 68. Section C (Sumber : Chandra, 2012) 128

107 129 Gambar 69. Planting Plan (Sumber : Chandra, 2012) 119

108 FASE-8 : Implementations Fase atau tahapan terakhir dan merupakan fase paling krusial dalam proses perancangan sebuah proyek yang dilakukan. Sama seperti yang dijelaskan oleh Booth (1983) dan Hill (1995) bahwa pada fase implementasi/implementation sering muncul pertanyaan dan msalah terkait pembangunan dan arsitek harus mampu menyelesaikannya secara cepat tanpa mengganggu jalannya pembangunan. Pada fase implementasi proyek ini, pihak lain yang bertugas melaksanakan pembangunan adalah kontraktor dari perusahaan Promaco Grup dengan di atasi oleh PT. Murinda. SFA menjadi konsultan pengawasan selama proyek ini selesai dibangun. SFA bertugas mengawasi dan memberikan kritikan jika terjadi kesalahan pembangunan yang tidak sesuai gambar konstruksi yang dibuat oleh SFA dengan keadaan di lapang. Pada saat proses magang ini berlangsung, penulis bertindak sebagai asisten pengawas lanskap, sebanyak kurang lebih 2 kali dalam sebulan penulis melakukan pengawasan dan datang ke tapak untuk mengamati pembangunan dan kesalahan yang disebabkan human error pada saat pelaksanaan. Adapun kendala yang terjadi yang harus diselesainkan oleh SFA dalam fase ini adalah pembangunan yang tidak sesuai dengan gambar. Dalam proyek ini hal tersebut beberapa kali terjadi dan ditemui di lapangan seperti kesalahan kontraktor dalam membuat grid setting out agriculture grid di area podium gedung (terlihat pada Gambar 70). Kesalahan ini terjadi karena pihak kontraktor yang tidak membaca gambar dengan seksama sehingga dalam membangun grid dengan sembarangan. Setiap grid seharusnya satu garis dengan garis pembatas kaca (terlihat pada Gambar 70). Gambar 70. Kesalahan setting out (Sumber : Pengamatan Lapang)

109 131 Akibat dari kesalahan tersebut, pihak kontraktor harus mengulang lagi pembangunan grid untuk agriculture grid tersebut, meskipun pembangunannya sudah hampir selesai. Hal seperti diatas adalah hal yang harus diwaspadai oleh konsutan yang diberikan wewenang sebagai pengawas jalannya pembangunan. Jika tidak ditindak lanjuti maka pembangunan akan berjalan tidak sesuai dengan gambar desain yang telah dibuat. Untuk kasus-kasus sepert itu, SFA sangat teliti mengamatinya, karena jika tidak maka hal tersebut akan menurunkan citra dan kualitas dari SFA sebagai konsultan perancang dan pengawas. Berikut adalah gambar-gambar dari situasi kegiatan diskusi dan pengawasan proses implementasi proyek Gudang Garam Office Complex. Gambar 71. Fasad tower Gudang Garam (Sumber : Pengamatan Lapang) Pada Gambar 71 diatas terlihat fasad dari tower Gudang Garam yang sedang dalam proses konstruksi. Tidak ada permasalahan yang serius untuk pembanguan tower tersebut karena komplain kesalahan pembangunan oleh klien utama ditujukan kepada konsultan arsitek perancangnya yaitu PT. Anggara Architeam, bukan PT. Sheils Flynn Asia. Perbedaan tanggung jawab ini didasari oleh perbedaan bidang perancangan yang digeluti oleh masing-masing konsultan. Oleh karena itu, pada proses implementasi ini SFA hanya bertanggung jawab untuk mengawasi jalannya pembangunan lanskap kantor Gudang Garam.

110 132 Gambar 72 di bawah ini memperlihatkan suasana pembangunan lanskap kantor Gudang Garam Office Complex mulai dari bagian dalam gedung hingga bagian podium dan upper terrace di welcome area. Gambar 72. Tahap Pengerjaan proses implementasi proyek (Sumber : Pengamatan Lapang) Setiap kendala yang ditemui SFA dalam proses implementasi ini selalu di tindak lanjuti secara cepat dan tegas. Sebelum menindaklanjuti masalah tersebut, SFA memeriksa gambar konstruksi yang dihasilkannya, jika kesalahan datang dari gambar maka SFA langsung merevisi gambar tersebut sesuai keadaan yang seharusnya. Tetapi jika tidak, SFA akan memberikan invoice kepada pihak kontraktor manajemen utama proyek yaitu PT. Murinda.

VI TATA KELOLA KONSULTAN LANSKAP SHEILS FLYNN ASIA

VI TATA KELOLA KONSULTAN LANSKAP SHEILS FLYNN ASIA VI TATA KELOLA KONSULTAN LANSKAP SHEILS FLYNN ASIA 4.1 Kondisi Umum Perusahaan 4.1.1 Profil SFA SFA adalah perusahaan yang bergerak di bidang konsultasi perancangan lanskap dan berstatus dalam bentuk PT

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang

III. METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang 3.1 Lokasi dan Waktu Magang III. METODOLOGI Kegiatan magang dilakukan di perusahaan AECOM Singapore Pte. Ltd, divisi Planning, Design, Development (PDD), tim Landscape Architecture (LA team). Perusahaan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 4 Peta Orientasi Lokasi Magang. Peta Kotamadya Bogor. Peta Jawa Barat. : Lokasi PT. Sheils Flynn Asia (SFA) U Tanpa Skala

METODOLOGI. Gambar 4 Peta Orientasi Lokasi Magang. Peta Kotamadya Bogor. Peta Jawa Barat. : Lokasi PT. Sheils Flynn Asia (SFA) U Tanpa Skala III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilakukan di PT. Sheils Flynn Asia yang berlokasi di Kebun Raya Bogor, Jl. H. Juanda No. 13, Bogor, Jawa Barat, Indonesia (Gambar 4). Kegiatan

Lebih terperinci

BAB 4 KONDISI UMUM PT SHEILS FLYNN ASIA

BAB 4 KONDISI UMUM PT SHEILS FLYNN ASIA 15 BAB 4 KONDISI UMUM PT SHEILS FLYNN ASIA 4.1 Profil Perusahaan PT Sheils Flynn Asia merupakan suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang konsultasi desain. Proyek-proyek PT Sheils Flynn Asia meliputi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Peta Lokasi Magang (Sumber:

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Peta Lokasi Magang (Sumber: BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Magang Kegiatan magang studi perancangan lanskap Green Permata Residence (GPR) ini dilaksanakan selama 3,5 bulan yang terhitung sejak tanggal 7 Februari 2012 hingga

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PT. ENVIROSPACE CONSULTANT INDONESIA

IV. KONDISI UMUM PT. ENVIROSPACE CONSULTANT INDONESIA 25 IV. KONDISI UMUM PT. ENVIROSPACE CONSULTANT INDONESIA 4.1 Sejarah Perusahaan PT. Envirospace Consultant Indonesia (ESCI) berdiri pada tahun 2005. Perusahaan ini merupakan cabang dari perusahaan Envirospace

Lebih terperinci

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Magang 2011 di PT. Tropica Greeneries JENIS KEGIATAN

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Magang 2011 di PT. Tropica Greeneries JENIS KEGIATAN 13 Dalam pelaksanaannya, mahasiswa magang mengikuti sistem kerja sesuai dengan arahan dan peraturan yang berlaku di perusahaan. Berikut ini adalah jadwal kegiatan magang yang dilakukan mahasiswa yang dalam

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM PERUSAHAAN

BAB IV KONDISI UMUM PERUSAHAAN 16 BAB IV KONDISI UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Oemardi_Zain Landscape Consultant (OZ) adalah sebuah perusahaan konsultan lanskap yang berdiri pada tahun 2004 di Bogor. Pendiri Oemardi_Zain atau sering disingkat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI JL.TERAPI PERUM. BUMI MENTENG ASRI. Gambar 2. Lokasi Konsultan Lanskap Oemardi_zain (googlemaps.com, serigama.

BAB 3 METODOLOGI JL.TERAPI PERUM. BUMI MENTENG ASRI. Gambar 2. Lokasi Konsultan Lanskap Oemardi_zain (googlemaps.com, serigama. 14 BAB 3 METODOLOGI 3.1 Lokasi Magang Kegiatan magang dilakukan di kantor Konsultan Lanskap Oemardi_zain yang terletak di Perumahan Bumi Menteng Asri, Blok BE No. 2, Bogor Jawa Barat. Kantor ini merupakan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1. Sejarah dan Tujuan Perusahaan 4.2. Struktur Organisasi

IV. KONDISI UMUM 4.1. Sejarah dan Tujuan Perusahaan 4.2. Struktur Organisasi 23 IV. KONDISI UMUM 4.1. Sejarah dan Tujuan Perusahaan Oemardi_Zain Landscape Consultant ini didirikan pada tahun 2004. Pendiri konsultan ini adalah Ir. Umar Zain dan Ir. Dini Afrianti. Ir. Umar Zain sebagai

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Magang

Gambar 2. Peta Lokasi Magang 12 METODOLOGI Tempat dan Waktu Pelaksanaan kegiatan magang dilakukan di Oemadi_Zain Landscape Consultant, sebuah konsultan yang berlokasi di Bumi Menteng Asri blok BE no.2, Kota Bogor, Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Magang

BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Magang 22 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilakukan di Oemardi_zain Landscape Consultant, yaitu sebuah studio konsultan lanskap yang berlokasi di Bumi Menteng Asri Blok BE No.

Lebih terperinci

BAB 4 PROSES MAGANG DI KONSULTAN LANSKAP OEMARDI_ZAIN

BAB 4 PROSES MAGANG DI KONSULTAN LANSKAP OEMARDI_ZAIN 20 BAB 4 PROSES MAGANG DI KONSULTAN LANSKAP OEMARDI_ZAIN 4.1 Kondisi Umum Konsultan Lanskap Oemardi_zain Konsultan Lanskap Oemardi_zain didirikan tahun 2004 oleh Ir. Umar Zain beserta istrinya Ir. Dini

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM PT. SHEILS FLYNN ASIA

BAB IV KONDISI UMUM PT. SHEILS FLYNN ASIA 18 BAB IV KONDISI UMUM PT. SHEILS FLYNN ASIA 4.1 Profil Perusahaan Sheils Flynn Asia (SFA) adalah sebuah perusahaan konsultan berskala internasional yang bergerak dalam bidang perancangan dan perencanaan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PERENCANAAN PEMBUATAN MAKET PELABUHAN KARGO

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PERENCANAAN PEMBUATAN MAKET PELABUHAN KARGO KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PERENCANAAN PEMBUATAN MAKET PELABUHAN KARGO PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pelabuhan merupakan salah satu infrastruktur penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Lebih terperinci

Gambar 65. Tipikal Karakter Penanaman Tropis pada Area Masuk Perumahan

Gambar 65. Tipikal Karakter Penanaman Tropis pada Area Masuk Perumahan 97 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Produk Perancangan Lanskap Pada setiap perancangan lanskap yang dihasilkan oleh BCI terdapat karakter dan keunikan tersendiri pada masing-masing proyek. Pada perancangan lanskap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arsitektur Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup perancangan dan pembangunan keseluruhan lingkungan binaan,

Lebih terperinci

Proses Desain (1) 10/18/2016. Proses perencanaan (Simonds & Starke, 2006) (ARL 200) PRAKTIKUM MINGGU 10

Proses Desain (1) 10/18/2016. Proses perencanaan (Simonds & Starke, 2006) (ARL 200) PRAKTIKUM MINGGU 10 MK. DASAR DASAR ARSITEKTUR LANSKAP (ARL 200) Perencanaan Perencanaan merupakan suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan kondisi yang diharapkan dari suatu tapak serta cara untuk mencapai kondisi

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK LINC WAREHOUSE CIKARANG

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK LINC WAREHOUSE CIKARANG BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK LINC WAREHOUSE CIKARANG 3.1. Deskripsi LINC WAREHOUSE CIKARANG 3.1.1. Data Proyek Nama Proyek Lokasi Perencana Owner : LINC Warehouse Cikarang : Jababeka 7, Cikarang, Jawa

Lebih terperinci

PERANCANGAN RUANG TERBUKA PONDOK INDAH TOWNHOUSE, JAKARTA (KEGIATAN MAGANG DI PT SHEILS FLYNN ASIA, BOGOR) MARISHA DESLIA

PERANCANGAN RUANG TERBUKA PONDOK INDAH TOWNHOUSE, JAKARTA (KEGIATAN MAGANG DI PT SHEILS FLYNN ASIA, BOGOR) MARISHA DESLIA PERANCANGAN RUANG TERBUKA PONDOK INDAH TOWNHOUSE, JAKARTA (KEGIATAN MAGANG DI PT SHEILS FLYNN ASIA, BOGOR) MARISHA DESLIA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Terminal BaranangsiangJalan Raya Pajajaran, Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor, Jawa Barat (Gambar 9). Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

PROPOSAL PROGRAM APLIKASI. System Payroll & General Ledger PT MCS Internasional

PROPOSAL PROGRAM APLIKASI. System Payroll & General Ledger PT MCS Internasional PROPOSAL PROGRAM APLIKASI System Payroll & General Ledger PT MCS Internasional JNC Computer Ruko Acropolis Blok C10/16, Legenda Wisata Jl.Alternative Transyogi Cibubur, Jakarta Hp. 0823-1293-9889, 0878-7465-5097

Lebih terperinci

Perencanaan DESAIN/PERANCANGAN 16/09/2015. Proses perencanaan (Simonds & Starke, 2006)

Perencanaan DESAIN/PERANCANGAN 16/09/2015. Proses perencanaan (Simonds & Starke, 2006) Perencanaan MK. DASAR-DASAR ARSITEKTUR LANSKAP (ARL 200) Perencanaan merupakan suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan kondisi yang diharapkan dari suatu tapak serta cara untuk mencapai kondisi

Lebih terperinci

APROINTERIOR DESIGN PROPOSAL PENAWARAN #DESIGN INTERIOR

APROINTERIOR DESIGN PROPOSAL PENAWARAN #DESIGN INTERIOR PROPOSAL PENAWARAN # INTERIOR Jl.Gempol Asri 1 no. 104 Cijerah sales@aprointerior.com 087 87 888 1983 01 Proposal Penawaran I. PROFIL PERUSAHAAN Aprointerior adalah perusahaan yang bergerak di bidang Desain

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan MEP Proyek Whiz Hotel Yogyakarta di Yogyakarta, yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan MEP Proyek Whiz Hotel Yogyakarta di Yogyakarta, yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Pada penelitian ini, dijelaskan secara singkat mengenai Pelaksanaan Perencanaan MEP Proyek Whiz Hotel Yogyakarta di Yogyakarta, yang merupakan sebuah proyek

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. serta petunjuk arah yang terbuat dari neon sign maupun billboard.

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. serta petunjuk arah yang terbuat dari neon sign maupun billboard. BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT. Mega Cipta Mandiri didirikan pada tanggal 6 Februari 1996 di Jakarta. PT. Mega Cipta Mandiri bergerak pada bidang periklanan yaitu billboard. Banyak

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Profil Perusahaan PT. Artech didirikan pada tahun 2004, yaitu merupakan perusahaan desain interior dan bangunan. PT. Artech berlokasi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. GUDANG GARAM TBK PERIODE TAHUN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. GUDANG GARAM TBK PERIODE TAHUN ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. GUDANG GARAM TBK PERIODE TAHUN 2002-2006 SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Dan Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Manajemen Pada Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 2). Waktu penelitian sejak pelaksanaan hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 9 bulan (Februari 2011-Oktober 2011).

III. METODOLOGI. 2). Waktu penelitian sejak pelaksanaan hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 9 bulan (Februari 2011-Oktober 2011). 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Bandara Internasional SoekarnoHatta, Tangerang, Banten dengan lokasi yang berada pada Terminal 3 (Gambar 2). Waktu penelitian

Lebih terperinci

Proposal. Workshop Mata Kuliah AR 2250 Studio Komputasi Arsitektur. Aswin Indraprastha. 23 September 2015

Proposal. Workshop Mata Kuliah AR 2250 Studio Komputasi Arsitektur. Aswin Indraprastha. 23 September 2015 Proposal Workshop Mata Kuliah AR 2250 Studio Komputasi Arsitektur Aswin Indraprastha 23 September 2015 1. Identitas Mata Kuliah a. Nama Mata Kuliah dan Kode : Studio Komputasi Arsitektur, AR 2250 b. Sifat:

Lebih terperinci

SURAT PENAWARAN. Yogyakarta, Mei Nomor : - Lamp. : - Halm. : Penawaran

SURAT PENAWARAN. Yogyakarta, Mei Nomor : - Lamp. : - Halm. : Penawaran SURAT PENAWARAN Nomor : - Lamp. : - Halm. : Penawaran Yogyakarta, Mei 2014 Dengan hormat, sebelumnya kami ucapkan terimakasih atas berkenannya Bapak/Ibu memberi kesempatan kepada kami untuk memperkenalkan

Lebih terperinci

Visualisasi Rendering,Konsep Desain,Animasi,Desain Grafis,RAB,RAP,Perhitungan Strukture (Baja & Beton),Sondir Tanah,Jasa Pengurusan IMB,Maket,dll

Visualisasi Rendering,Konsep Desain,Animasi,Desain Grafis,RAB,RAP,Perhitungan Strukture (Baja & Beton),Sondir Tanah,Jasa Pengurusan IMB,Maket,dll Desain dan Perencanaan Desain Arsitektur a. Paket Gambar 1 b. Paket Gambar 2 c. Paket Gambar 3 Desain Interior a. Desain Interior (Room) b. Desain Perabot (Furniture) Desain Landscape Perencanaan Struktur

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penyelenggara pembuatan rumah, gedung, jalanan, jembatan, dan lainnya. Perusahaan

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penyelenggara pembuatan rumah, gedung, jalanan, jembatan, dan lainnya. Perusahaan BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN III.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT PIBS adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang pemborong bangunan dan kontraktor umum (general contractor) sebagai perencana,

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Balai Perlindungan Sosial Provinsi Banten didirikan berdasarkan Keputusan Gubernur Banten No. 40 Tahun 2002, sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Provinsi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki, BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Karya Indah Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. ROHEDA SEJATI

BAB II TINJAUAN UMUM PT. ROHEDA SEJATI BAB II TINJAUAN UMUM PT. ROHEDA SEJATI 2.1 Profil Perusahaan PT. Roheda Sejati adalah Perusahaan yang bergerak dibidang Properti dan General Contractor. Mengkhususkan diri dalam penyewaan perumahan di

Lebih terperinci

TERM acenationalevent.ft.unand.ac.id

TERM  acenationalevent.ft.unand.ac.id GREEN ROAD @ace.event @ACEEvent_ acenationalevent.ft.unand.ac.id PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan terhadap infrastruktur semakin banyak dilakukan pada saat ini. Hal ini terjadi karena kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 19 BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Sejarah Cibubur.com Cibubur.com adalah salah satu produk dari perusahaan yang bernama PT. Jaytee Impressa dan memiliki NPWP : 02.271.703.7.407.000. Perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan pelanggan dalam hal ini pemilik proyek (owner). Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan pelanggan dalam hal ini pemilik proyek (owner). Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi era globalisasi dan persaingan perdagangan bebas yang cukup ketat atas keunggulan kualitas produk dan pelayanan yang dihasilkan, informasi yang cepat,

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI. permintaan terhadap produk juga meningkat.

BAB 4 PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI. permintaan terhadap produk juga meningkat. BAB 4 PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI 4.1 Pengembangan sistem yang diusulkan Dengan memperkirakan terhadap trend bisnis di masa yang akan datang untuk bisnis dibidang pendistribusian

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM KEGIATAN MAGANG. Kelembagaan Perusahaan

PEMBAHASAN UMUM KEGIATAN MAGANG. Kelembagaan Perusahaan 116 PEMBAHASAN UMUM KEGIATAN MAGANG Kelembagaan Perusahaan PT. Envirospace Consultans Indonesia (ECI) merupakan sebuah konsultan yang bergerak dalam bidang arsitektur lanskap. Dalam melakukan proses manajemen,

Lebih terperinci

METODOLOGI Lokasi dan Waktu Magang Metode Magang

METODOLOGI Lokasi dan Waktu Magang Metode Magang 36 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilakukan di perusahaan PT. Envirospace Consultants Indonesia (ESCI) yang bertempat di Jl Bambu Apus Raya No.6 Sektor 7 Taman Yasmin, Bogor, Jawa Barat,

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) PEKERJAAN PENYUSUNAN DED RENOVASI GEDUNG OLAH RAGA (GOR) JATIDIRI

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) PEKERJAAN PENYUSUNAN DED RENOVASI GEDUNG OLAH RAGA (GOR) JATIDIRI KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) PEKERJAAN PENYUSUNAN DED RENOVASI GEDUNG OLAH RAGA (GOR) JATIDIRI A. PENDAHULUAN 1. Umum a. Paket Pekerjaan Penyusunan DED Renovasi GOR Jatidiri adalah perencanaan Renovasi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 12 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Artefak Arkindo berdiri sejak tahun 1992 dengan nama PT. Artefak Arsindo bidang pelayanan jasa konsultan perencanaan. Pada tahun 2000 adanya pergantian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Garindo Mira Sejati adalah perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor Mekanikal dan Elektrikal. Perusahaan ini didirikan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT. RIVEGAMORA. PT. Rivegamora berdiri dengan akte pendirian No.16 tanggal 22

BAB II GAMBARAN UMUM PT. RIVEGAMORA. PT. Rivegamora berdiri dengan akte pendirian No.16 tanggal 22 BAB II GAMBARAN UMUM PT. RIVEGAMORA 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Rivegamora berdiri dengan akte pendirian No.16 tanggal 22 November 2000 dan telah terdaftar di notaris Alina Hanum, SH. Didalam akte

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 11. Peta Lokasi PT.Envirospace Consultant Indonesia (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011)

III. METODOLOGI. Gambar 11. Peta Lokasi PT.Envirospace Consultant Indonesia (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) 17 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi Magang Kegiatan magang dilakukan di perusahaan PT. Envirospace Consultant Indonesia (ESCI). Perusahaan ini bergerak di bidang pertamanan atau lanskap penyedia jasa konsultasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL KERJA PRAKTER

BAB IV HASIL KERJA PRAKTER BAB IV HASIL KERJA PRAKTER 4.1 Alur Pekerjaan Client Client Service Account Executive Creative Director Internal Meeting Meeting Result Job Request Associate Art Director Art Director Copy Writer Graphic

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 66 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan 3.1.1 Sejarah PT. Sinar Mutiara Indah Perusahaan konstruksi CV Sinar Mutiara (SMI) didirikan pada tahun 1970, dengan tujuan utama

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT 4.1 Prosedur Evaluasi Evaluasi terhadap sistem informasi distribusi pada PT Prima Cipta Instrument merupakan suatu proses evaluasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU Analisis yang dilakukan berdasarkan data dari bab 3 untuk proyek konstruksi tradisional dan bab 4 untuk proyek EPC diperoleh bahwa setiap proyek konstruksi mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus melalui suatu proses yang panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. Dengan banyaknya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilakukan di konsultan lanskap Oemardi_Zain (OZ) yang berlokasi di Perumahan Menteng Asri, Blok BE No. 2 Bogor Barat, Bogor, Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN GAMBAR

BAB IV PERANCANGAN GAMBAR BAB IV PERANCANGAN GAMBAR 4.1. Definisi Gambar Sebelum masa pembangunan, sebuah bangunan gedung akan melalui tahap perencanaan. Sebagai alat komunikasinya digunakanlah gambar-gambar yang memberikan ilustrasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI 4.1 Latar Belakang Pembahasan Dalam pengukuran risiko yang dilakukan pada PT Informasi Komersial Bisnis, kami mengolah data berdasarkan wawancara kepada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior Peningkatan kualitas hidup suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya, hal tersebut dapat dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN, PIUTANG DAN PENERIMAAN KAS ASURANSI KENDARAN PADA PT ASURANSI EKA LLOYD JAYA

BAB IV EVALUASI DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN, PIUTANG DAN PENERIMAAN KAS ASURANSI KENDARAN PADA PT ASURANSI EKA LLOYD JAYA BAB IV EVALUASI DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN, PIUTANG DAN PENERIMAAN KAS ASURANSI KENDARAN PADA PT ASURANSI EKA LLOYD JAYA IV.1. Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan tentang analisa hasil dan pembahasan dari tahap perencanaan audit, tahap persiapan audit, tahap pelaksanaan audit kontrol akses sistem informasi, serta

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Marquis Sarana Cipta didirikan pada tahun 1995. Perusahaan ini pada mulanya dikenal dengan nama PT.Marquis

Lebih terperinci

APROINTERIOR DESIGN PROPOSAL PENAWARAN #KONTRAKTOR INTERIOR

APROINTERIOR DESIGN PROPOSAL PENAWARAN #KONTRAKTOR INTERIOR PROPOSAL PENAWARAN #KONTRAKTOR INTERIOR Jl.Gempol Asri 1 no. 104 Cijerah sales@aprointerior.com 087 87 888 1983 01 Proposal Penawaran I. PROFIL PERUSAHAAN Aprointerior adalah perusahaan yang bergerak di

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN SAYEMBARA DESAIN PAPAN NAMA DAN PARKIR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LANCANG KUNING

KERANGKA ACUAN SAYEMBARA DESAIN PAPAN NAMA DAN PARKIR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LANCANG KUNING KERANGKA ACUAN SAYEMBARA DESAIN PAPAN NAMA DAN PARKIR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LANCANG KUNING Page 1 LATAR BELAKANG Dalam rangka menuju terwujudnya visi Universitas Lancang Kuning sebagai Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toko ini merupakan toko yang bergerak di bidang usaha perdagangan barang-barang kebutuhan rumah tangga. Seluruh sistem yang ada didalamnya masih dilakukan secara manual.

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN Pada Bab IV ini dibahas mengenai metode Kerja Praktik dan implementasi karya. Metode Kerja Praktik meliputi prosedur pelaksanaan Kerja Praktik dan acuan Kerja Praktik, sedangkan

Lebih terperinci

membutuhkan advice danskill yang dimiliki oleh konsultan atas permasalahan yang sedang mereka hadapi. Perusahaan klien biasanya membutuhkan expertise

membutuhkan advice danskill yang dimiliki oleh konsultan atas permasalahan yang sedang mereka hadapi. Perusahaan klien biasanya membutuhkan expertise BAB II DATA LITERATUR II.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Kerja Praktek Kerja Praktek adalah kegiatan mahasiswa yang dilakukan di masyarakat ar maupun di perusahaan atau instansi untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh

Lebih terperinci

A. PENDAHULUAN U m u m

A. PENDAHULUAN U m u m A. PENDAHULUAN 1.1. U m u m P enawaran Teknis ini disusun sehubungan keikutsertaan kami dalam tender pengadaan jasa konsultan untuk Pekerjaan : Perencanaan Teknik Kegiatan di Lingkungan Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

BUSINESS CASE. Pembuatan Sistem Informasi SAU2 ( Simple Aplikasi Untuk User )

BUSINESS CASE. Pembuatan Sistem Informasi SAU2 ( Simple Aplikasi Untuk User ) BUSINESS CASE Pembuatan Sistem Informasi SAU2 ( Simple Aplikasi Untuk User ) 1.0.LATAR BELAKANG PT. ABC merupakan perusahaan produsen susu terkenal di Indonesia. Selain memiliki perusahaan yang memproduksi

Lebih terperinci

Tugas Dan Tanggung Jawab Team Leader

Tugas Dan Tanggung Jawab Team Leader Tugas Dan Tanggung Jawab Team Leader 1. Membuat schedule kegiatan atau jadwal kegiatan pekerjaan. 2. Memonitor atau memantau progress pekerjaan yang dilakukan tenaga ahli. 3. Bertanggung jawab dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Data Perusahaan 2.1.1 Identitas Perusahaan Kantor kami yang berpusat di Los Angeles, California dan Jakarta, Indonesia, Mindreach memiliki posisi yang strategis dalam

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN KHUSUS PROYEK

BAB III: TINJAUAN KHUSUS PROYEK BAB III: TINJAUAN KHUSUS PROYEK 3.1. Latar Belakang Proyek Proyek adalah suatu pekerjaan yang unik untuk membangun (konstruksi atau di luar konstruksi) dengan satu tujuan penting yang dibatasi oleh bidang,

Lebih terperinci

BAB 2 JASA 2.1 Pengertian Jasa 2.2 Karakteristik Jasa

BAB 2 JASA 2.1 Pengertian Jasa 2.2 Karakteristik Jasa BAB 2 JASA 2.1 Pengertian Jasa Sejumlah ahli pada bidang jasa telah melakukan berbagai upaya dalam tujuan untuk dapat merumuskan definisi jasa, namun demikian hingga saat ini belum ada satu definisi yang

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Setiap proyek tentu membutuhkan sebuah perencanaan dan pengaturan sehingga kegiatan proyek dapat berjalan lancar, untuk itulah dibutuhkan sebuah

Lebih terperinci

LEMBAR INFORMASI BIDANG LOMBA. CADD - Building. LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) TINGKAT PROVINSI SEPTEMBER 2012 Di DENPASAR

LEMBAR INFORMASI BIDANG LOMBA. CADD - Building. LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) TINGKAT PROVINSI SEPTEMBER 2012 Di DENPASAR PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT: SMK NEGERI 1 DENPASAR Jl. Hos. Cokroaminoto No. 84 kodepos 80116 Telp. (0361) 422401

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Perusahaan

V. PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Perusahaan 73 V. PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Perusahaan PT. Innovative Development for Eco Awareness (Idea) Consultant merupakan perusahaan konsultan yang bergerak di bidang arsitektur lanskap. Terdapat tiga divisi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Analisa Makro Lokasi Gedung : Bridging Campus Binus University Gambar 3.1 Lokasi Bridging Campus Sumber : google images Alamat : Jl. Alam Sutera Boulevard No. 1, Alam Sutera

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN PANTAI PURUS EX IKAN BAKAR.

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN PANTAI PURUS EX IKAN BAKAR. KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN PANTAI PURUS EX IKAN BAKAR. DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA PADANG TAHUN ANGGARAN 2017 KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) Penyusunan DED Pembangunan Pantai

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Kajian Lokasi Magang

PEMBAHASAN. Kajian Lokasi Magang PEMBAHASAN Kajian Lokasi Magang Struktur Organisasi Pada perusahaan yang umumnya dimiliki dan dikelola oleh pemilik sendiri, maka penugasan setiap masing-masing fungsi langsung berada pada pemilik tersebut.

Lebih terperinci

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o BAB II DATA - DATA PROYEK 2.1 Pengertian Proyek Pengertian Proyek adalah suatu himpunan atau kumpulan kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dimana memiliki suatu target kuantitatif

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK )

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) PEKERJAAN DED PEMBANGUNAN SEKOLAH KHUSUS OLAHRAGA JATIDIRI I. PENDAHULUAN A. Umum 1. Paket Pekerjaan Penyusunan DED Pembangunan Sekolah Khusus Olahraga Jatidiri adalah perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan Faktor sukses adalah suatu bagian penting, dimana prestasi yang memuaskan diperlukan untuk suatu organisasi agar dapat mencapai

Lebih terperinci

BAB 3 DESKRIPSI DAN PENGENDALIAN SISTEM YANG BERJALAN PADA PT CATRA NUSANTARA BERSAMA

BAB 3 DESKRIPSI DAN PENGENDALIAN SISTEM YANG BERJALAN PADA PT CATRA NUSANTARA BERSAMA BAB 3 DESKRIPSI DAN PENGENDALIAN SISTEM YANG BERJALAN PADA PT CATRA NUSANTARA BERSAMA 3.1 Latar Belakang Perusahaan PT Catra Nusantara Bersama adalah perusahaan yang bergerak di bidang chemical, didirikan

Lebih terperinci

1. Creative Manager 2. Marketing 3. Photographer & Videographer 4. Graphic Design 5. Video Editor

1. Creative Manager 2. Marketing 3. Photographer & Videographer 4. Graphic Design 5. Video Editor Yogyakarta, 18 Maret 2017 JNR Creative, Home industri yang berfokus pada jasa pembuatan Buku Tahunan sebagai pelaksana kegiatan yang terkait dengan jasa desain, fotografi, dan jasa percetakan bagi kalangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari sejumlah rangkaian analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran. 5.1 Kesimpulan Hasil akhir penelitian

Lebih terperinci

PENGALAMAN KERJA PRAKTEK

PENGALAMAN KERJA PRAKTEK BAB IV PENGALAMAN KERJA PRAKTEK 4.1. Keterlibatan Praktikan dalam Proyek Kreatif Dalam kerja praktek profesi di PT. Karya Printing, praktikan mendapatkan kesempatan untuk merancang sebuah Banner dan Brosur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kontrak Kerja PT Aikovito 1. Prosedur Kontrak Kerja Prosedur di dalam suatu proyek secara garis besar mempunyai beberapa tahapan yaitu sebagai berikut: a. Proses

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan

Lebih terperinci

BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK

BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK 2.1 DATA PROYEK A. Lokasi Proyek Proyek Apartemen Green Bay dibangun di atas pantai,lalu di urug dengan tanah dengan luas total sebesar m2 127.881 dengan detail

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II: TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II: TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1. Profil Perusahaan PT. Tata Nusa Tiara International bergerak dalam bidang konsultan arsitektur dan Menejement Konstruksi. Berkantor di Jl. Taman Cilandak IV No. 54 Kelurahan

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Lokasi penelitian ini berada pada CBD Sentul City, yang terletak di Desa Babakan Maday, Kecamatan Citeuruep, Kabupaten DT II Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Pihak Pihak Yang Terkait Dengan Proyek 3.1.1. Pemilik Proyek / Owner Pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau instasi yang memiliki proyek atau

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN KAJIAN PEMBANGUNAN SIRKUIT DI MIJEN (PENYUSUNAN DED SIRKUIT MOTOCROSS BSB MIJEN)

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN KAJIAN PEMBANGUNAN SIRKUIT DI MIJEN (PENYUSUNAN DED SIRKUIT MOTOCROSS BSB MIJEN) KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN KAJIAN PEMBANGUNAN SIRKUIT DI MIJEN (PENYUSUNAN DED SIRKUIT MOTOCROSS BSB MIJEN) A. LATAR BELAKANG Kecenderungan perkembangan olahraga otomotif di ikuti peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era data digital saat ini teknologi informasi merupakan hal yang sangat penting dalam memberikan dukungan operasional bagi perusahaan yang mana itu adalah

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan yang diperoleh dari Kerja Praktek. Kerja praktek adalah sebuah program yang mempersiapkan setiap mahasiswa

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan yang diperoleh dari Kerja Praktek. Kerja praktek adalah sebuah program yang mempersiapkan setiap mahasiswa BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan yang diperoleh dari Kerja Praktek Kerja praktek adalah sebuah program yang mempersiapkan setiap mahasiswa menjadi pribadi yang siap untuk terjun ke dalam dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Menurut Mulyani (2006), proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan proyek yang berkaitan dengan bidang konstruksi (pembangunan) yang mempunyai dimensi

Lebih terperinci

LAPORAN PROYEK PERUBAHAN

LAPORAN PROYEK PERUBAHAN LAPORAN PROYEK PERUBAHAN Peningkatan Ketertiban dan Kecepatan Proses Administrasi Perjalanan Dinas serta Kemudahan Akses Informasi Status Proses Administrasi Perjalanan Dinas melalui Penyusunan POS dan

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS

BAB II PROSES BISNIS BAB II PROSES BISNIS 2.1 Proses Bisnis Utama Semua proses bisnis yang dijalankan PT X ditujukan langsung untuk melayani klien mulai dari proses mencari proyek sampai penyerahan produks. Jenis proses bisnis

Lebih terperinci

BAB VI ESTIMASI (PERKIRAAN) Estimasi adalah ekspresi suatu opini atau perkiraan tentang kemungkinan biaya yang akan

BAB VI ESTIMASI (PERKIRAAN) Estimasi adalah ekspresi suatu opini atau perkiraan tentang kemungkinan biaya yang akan BAB VI ESTIMASI (PERKIRAAN) 6.1. PENDAHULUAN Estimasi adalah ekspresi suatu opini atau perkiraan tentang kemungkinan biaya yang akan digunakan pada aktivitas konstruksi, umumnya didasarkan pada beberapa

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB III LAPORAN PEKERJAAN LAPANGAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB III LAPORAN PEKERJAAN LAPANGAN BAB III LAPORAN PEKERJAAN LAPANGAN 3.1 Latar Belakang Proyek Rumah tinggal merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Selain sebagai kebutuhan pokok, saat ini bentuk rumah tinggal juga sebagai gaya

Lebih terperinci