BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU"

Transkripsi

1 BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU Analisis yang dilakukan berdasarkan data dari bab 3 untuk proyek konstruksi tradisional dan bab 4 untuk proyek EPC diperoleh bahwa setiap proyek konstruksi mempunyai batasan yang sama yaitu sesuai dengan biaya yang dianggarkan, jadwal yang direncanakan serta tercapainya mutu yang diinginkan. Hal tersebut berlaku pada proyek konstruksi tradisional maupun proyek EPC. 5.1 Identifikasi Sistem Manajemen Mutu Pada Proyek Konstruksi Tradisional Proyek konstruksi tradisional umumnya dijumpai untuk proyek konstruksi gedung, perumahan, pertokoan, mall, dll. Hasil dari proyek tersebut berorientasi kepada keindahan/estetika dari bangunan/konstruksi yang dibangun. Proyek konstruksi tradisional mempunyai 4 tahapan kegiatan yaitu studi kelayakan, proses perancangan, proses pengadaan dan proses pelaksanaan konstruksi. Tahapan-tahapan tersebut saling bergantung satu sama lain karena hasil dari tahapan sebelumnya menjadi input untuk tahapan berikutnya. Masing-masing tahapan tersebut dikerjakan oleh pihak-pihak yang berbeda. Owner sebagai pemilik proyek dapat menentukan pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam proyek konstruksi tradisional. Umumnya pada proyek konstruksi tradisional, owner mempekerjakan konsultan perencana dalam melakukan perancangan basic design yang digunakan sebagai tender dalam menentukan kontraktor pelaksana konstruksi. Selain itu, owner juga dapat terlibat langsung terhadap keberlangsungan proyek dengan membentuk tim perwakilan atau mempekerjakan konsultan manajemen konstruksi yang berfungsi untuk mengawasi jalannya proyek. Hal tersebut dilakukan agar B A B V Analisis Sistem M anajem en M utu V -1

2 owner dapat mengurangi kesalahan yang dilakukan oleh kontraktor dan apabila owner menginginkan perubahan dapat segera dilakukan. Dalam pemilihan konsultan perencana, owner harus memilih konsultan perencana yang sudah berpengalaman. Apabila owner salah memilih, maka akan berakibat fatal yaitu biaya menjadi semakin membengkak karena kesalahan desain serta jadwal pengerjaan proyek menjadi terlambat karena output dari konsultan perencana yang digunakan untuk melakukan pengadaan jasa kontraktor menjadi terhambat. Pemilihan kontraktor yang melaksanakan proyek tergantung dari owner. Owner biasanya memilih kontraktor dengan biaya penawaran terendah dan dapat menjamin mutu yang diinginkan oleh owner dapat terpenuhi. Untuk proses pengadaan material, owner dapat melakukannya sendiri tanpa menunggu kontraktor. Pengadaan material yang dilakukan oleh owner biasanya untuk material-material dominan seperti besi, beton ready mix, tiang pancang dan lain-lain. Hal tersebut dilakukan oleh owner untuk menghemat biaya yang dikeluarkan. Selain itu, material tersebut tidak memiliki spesifikasi yang khusus dan dapat dengan mudah dijumpai di pasaran. Pelaksanaan konstruksi dilakukan oleh kontraktor yang telah dipilih oleh owner. Kontraktor mewujudkan detail desain yang telah dibuat oleh konsultan perencana menjadi suatu bangunan atau konstruksi. Pada proyek konstruksi tradisional, lingkup pekerjaan kontraktor sebagian besar adalah pekerjaan sipil dan arsitek. Untuk pekerjaan mekanikal dan elektrikal dilakukan oleh subkontraktor spesialis. Pekerjaan sipil yang dilakukan tidak rumit karena merupakan pekerjaan yang berulang-ulang seperti pemasangan bekisting, pengecoran, pembesian dan lain-lain. Apabila terjadi perubahan desain yang mengakibatkan perubahan pelaksanaan konstruksi, kontraktor dapat mengajukan variation order kepada owner atau konsultan pengawas yang telah ditunjuk oleh owner di lapangan. Owner akan berdiskusi dan meminta konsultan perencana untuk melakukan pengecekan terhadap desain yang diajukan oleh kontraktor. B A B V Analisis Sistem M anajem en M utu V -2

3 Apabila disetujui oleh owner, kontraktor dapat langsung melaksanakan tugasnya. Namun proses yang dilakukan cukup lama sehingga owner tidak dapat langsung menyetujui. Akibatnya pelaksanaan konstruksi menjadi terhambat dan jadwal pengerjaan proyek menjadi terlambat Selain itu, apabila terjadi ketidakcocokan antara konsultan perencana dan kontraktor dapat menyebabkan keterlambatan dalam proyek. Dengan demikian, owner menjadi rugi karena keterlambatan tersebut. Oleh sebab itu, owner atau konsultan pengawas yang ditunjuk oleh owner harus benar-benar mengawasi pekerjaan dari pihak-pihak yang terlibat dalam proyek. Untuk mengatur agar proyek konstruksi tradional yang dikerjakan menjadi efektif dan efisien sesuai dengan biaya yang dianggarkan, jadwal yang direncanakan serta menjamin mutu yang dinginkan. Diperlukan suatu sistem manajemen mutu. Sistem manajemen mutu pada proyek konstruksi tradisional adalah cara untuk mengatur kegiatan yang saling berhubungan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada agar mutu pada proyek konstruksi yang diinginkan dapat tercapai. Dari penjelasan di atas dapat dibuat sistem manajemen mutu yang terlihat dari gambar berikut Gambar 5.1 Sistem manajemen mutu proyek konstruksi tradisional B A B V Analisis Sistem M anajem en M utu V -3

4 5.1.2 Pada proyek EPC Proyek EPC biasa dijumpai untuk proyek konstruksi kilang minyak, plant, platform, pabrik pupuk dan lain-lain. Hasil dari proyek tersebut umumnya berorientasi kepada output dari bangunan/konstruksi yang dibangun. Karena biasanya bangunan proyek semacam ini berbentuk pabrik yang melakukan proses dan memproduksi zat tertentu, proyek semacam ini disebut juga pabrik proses (process plant) atau pabrik industri (industrial plant). Proyek EPC mempunyai 2 tahapan kegiatan yaitu studi kelayakan dan penggabungan antara proses perancangan, proses pengadaan dan proses pelaksanaan konstruksi. Karena penggabungan ketiga proses tersebut menjadi satu maka pihak yang mengerjakannya pun hanya satu. Namun masing-masing proses tersebut saling bergantung satu dengan lainnya karena hasil dari proses sebelumnya menjadi input untuk proses berikutnya. Pada proyek EPC, owner hanya melibatkan satu pihak saja untuk menangani proyeknya. Apabila terjadi kesalahan pada salah satu proses maka owner hanya berurusan dengan satu pihak yaitu kontraktor EPC. Proyek EPC merupakan proyek dengan biaya yang sangat besar dan item pekerjaan pada proyek EPC jumlahnya mencapai ribuan, Item pekerjaan tersebut lebih banyak pekerjaan instalasi daripada pekerjaan sipil. Misalnya pekerjaan instalasi pipa, turbin, boiler dan kompresor. Pekerjaan sipil`biasanya ditujukan sebagai struktur penunjang instalasi tersebut misalnya pembangunan pondasi mesin sebagai tempat dudukan mesinmesin pabrik tersebut. Selain itu, beberapa pekerjaan sipil lainnya berperan dalam pekerjaan persiapan proyek seperti pembersihan lahan (land clearing), pembangunan jalan (acces road), fasilitas penyimpanan barang (warehouse), kantor direksi (direction kit) dan fasilitas lainnya. Dengan adanya penggabungan proses perancangan, pengadaan dan pelaksanaan konstruksi yang dikoordinasi oleh satu pihak, maka item pekerjaan yang sangat banyak tersebut dapat diatur dan dikendalikan. B A B V Analisis Sistem M anajem en M utu V -4

5 Apabila terjadi evaluasi terhadap pekerjaan berupa penambahan atau pengurangan pekerjaan, koordinasi yang terjadi lebih mudah. Hal ini tentunya memungkinkan ketepatan waktu pengerjaan proyek dapat berjalan sesuai yang direncanakan atau dapat lebih cepat dikarenakan tidak adanya pihak lain yang terlibat selain kontraktor EPC. Pada proses perancangan, detail desain yang dihasilkan harus sesuai dengan spesifikasi yang diminta. Dengan adanya detail desain tersebut, maka proses pengadaan dapat dilakukan. Proses pengadaan merupakan proses yang paling penting dalam proyek EPC karena material dan barang yang dibutuhkan jarang dijumpai di pasaran serta memiliki spesifikasi khusus sehingga harus memesan kepada supplier/vendor terlebih dahulu. Apabila supplier/vendor tidak dapat memenuhi material dan peralatan yang diminta karena spesifikasinya terlalu unik maka detail desain tersebut dikembalikan kepada bagian proses perancangan untuk dirancang ulang. Dan proses tersebut berulang-ulang hingga terjadi kesesuaian. Pelaksanaan konstruksi dapat dilakukan setelah proses perancangan dan pengadaan selesai. Untuk pekerjaan sipil yang tidak tergantung dengan proses perancangan dan pengadaan, dapat dilakukan terlebih dahulu misalnya pekerjaan persiapan proyek. Dengan demikian jadwal pengerjaan proyek dapat ditekan sehingga proyek dapat selesai lebih cepat. Ketiga proses tersebut, saling berkaitan satu dengan lainnya dan mengalami loop apabila salah satu proses tersebut gagal. Dengan adanya loop tersebut maka koreksi kesalahan dapat segera dilakukan sehingga mutu proyek semakin terjamin. Loop tersebut menujukan bahwa apabila salah satu proses tersebut terlambat maka proses yang lainnya juga mengalami keterlambatan sehingga berdampak pada keterlambatan selesainya proyek. Akibatnya biaya yang dikeluarkan menjadi semakin bertambah. Berikut ini gambaran dari proses loop tersebut B A B V Analisis Sistem M anajem en M utu V -5

6 Gambar 5.2 Proses loop pada perancangan, pengadaan dan pelaksanaan konstruksi pada proyek EPC Untuk mengatur agar proses looping pada proyek EPC yang dikerjakan menjadi efektif dan efisien diperlukan suatu sistem manajemen mutu. Sistem manajemen mutu pada proyek EPC adalah cara untuk mengatur kegiatan yang saling berhubungan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada agar mutu pada proyek EPC yang diinginkan dapat tercapai. Berikut gambaran dari sistem manajemen mutu pada proyek EPC dapat dilihat pada bagan di bawah ini. B A B V Analisis Sistem M anajem en M utu V -6

7 Gambar 5.3 Sistem manajemen mutu pada proyek EPC Dari gambaran sistem manajemen mutu diatas dapat dilihat bahwa proses manajemen yang dilakukan adalah dengan adanya pembagian pekerjaan antara kegiatan-kegiatan yang ada. Pekerjaan yang ada dibagi dalam tiga proses utama yaitu proses perancangan, proses pengadaan dan proses pelaksanaan konstruksi. Dari tiap proses tersebut dibutuhkan suatu input pekerjaan agar proses dapat berjalan dan kemudian menghasilkan output yang selanjutnya berfungsi sebagai input untuk proses berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap proses merupakan sebuah sistem. Dikarenakan dalam pengertiannya, sistem merupakan komponen yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Sehingga tanpa adanya proses B A B V Analisis Sistem M anajem en M utu V -7

8 sebelumnya maka proses yang akan berlangsung selanjutnya tidak dapat dilakukan. Hal ini dikarenakan setiap proses yang berlangsung membutuhkan input agar proses dapat berjalan dan input tersebut merupakan output dari proses sebelumnya. Seperti pada proses perancangan yang menghasilkan output berupa detail design. Detail design ini kemudian menjadi input untuk proses selanjutnya yaitu proses pengadaan sehingga menghasilkan output berupa material dan peralatan. Begitupula seterusnya sehingga pada akhirnya proses tersebut berakhir dengan menghasilkan output berupa mutu bangunan yang siap untuk digunakan. Pada proses konstruksi secara keseluruhan, input yang ada berasal dari ide atau kebutuhan dari pemilik proyek akan suatu bangunan. Input yang lain berupa sumber daya seperti spesifikasi teknis yang berasal dari pemilik proyek dan dibutuhkan oleh kontraktor EPC selaku pelaksana konstruksi untuk kegiatan proses perancangan. Selanjutnya kontraktor EPC melakukan proses pembangunan yang terdiri dari proses perancangan, proses pengadaan dan proses pelaksanaan konstruksi. Dan pada akhirnya output berupa bangunan yang siap digunakan terwujud lalu kemudian diserahkan kepada pihak pemilik proyek. B A B V Analisis Sistem M anajem en M utu V -8

9 5.2 Perbedaan Sistem Manajemen Mutu Dilihat dari proses perancangan, pengadaan dan pelaksanaan konstruksi Proses Perancangan Pada proyek EPC, kegiatan perancangan dimulai dari pembuatan basic design oleh project engineer. Kemudian pembuatan detail design dibagi ke dalam beberapa bagian yang dikerjakan oleh civil engineering, electrical engineering, mechanical engineering dan lain-lain. Detail design yang telah dibuat lalu diperiksa sebelum melakukan proses MTO. Hasil akhir dari proses engineering berupa detail design, MTO dan requisition yang selanjutnya diteruskan menuju bagian pengadaan dan bagian pelaksanaan konstruksi. Berikut alur proses perancangan pada proyek EPC. Gambar 5.4 Proses perancangan pada proyek EPC Pada proyek konstruksi tradisional, pihak konsultan yang bertanggung jawab dalam pembuatan basic design dan detail design. Pihak kontraktor bertugas untuk pembuatan shop drawing untuk pelaksanaan konstruksi di lapangan. Pada prosesnya, terdapat konsultan arsitektur yang membuat basic design dan konsultan struktur yang membuat detail design sedangkan kontraktor hanya bertugas dalam pembuatan shop drawing untuk pelaksanaan konstruksi di lapangan. Akan tetapi pada pelaksanaannya sering terjadi perbedaan antara gambar desain yang dirancang oleh konsultan dengan gambar desain untuk pelaksanaan konstruksi yang dikerjakan oleh kontraktor sehingga pada akhirnya B A B V Analisis Sistem M anajem en M utu V -9

10 memerlukan koordinasi diantara keduanya agar tercipta gambar desain yang dapat dilaksanakan di lapangan. Berikut alur proses perancangan pada proyek konstruksi tradisional. Gambar 5.5 Proses perancangan proyek konstruksi tradisional Proses Pengadaan Kegiatan pengadaan pada proyek EPC terdiri dari tiga bagian yaitu bagian purchasing, expediting dan traffic. Pembagian ini terjadi dikarenakan pada proyek EPC jumlah material dan peralatan yang dibutuhkan sangatlah banyak jika dibandingkan dengan proyek konstruksi tradisional jadi perlu adanya pembagian pekerjaan. Pembagian ini juga dilakukan agar jenis-jenis peralatan yang sifatnya khusus dalam proses pembuatannya dapat terpantau dan kemudian hasilnya benar-benar sesuai dengan yang diinginkan. Gambar 5.6 Pembagian pekerjaan proses pengadaan pada proyek EPC B A B V Analisis Sistem M anajem en M utu V -10

11 Awal kegiatan pengadaan merupakan proses tender dalam pengadaan vendor sebagai pihak penyuplai material dan peralatan untuk pelaksanaan konstruksi. Dikarenakan bermacam-macam spesifikasi peralatan dan banyaknya material yang dibutuhkan sehingga vendor yang terlibat pastinya lebih banyak daripada proyek konstruksi biasa. Vendor yang terpilih kemudian melakukan proses produksi terhadap material dan peralatan sesuai dengan kontrak pembelian. Terkadang peralatan yang dibuat mempunyai spesifikasi khusus sehingga sangat penting bagi bagian pengadaan untuk selalu memantau proses produksi yang dilakukan vendor hingga tiba pada proses pengiriman peralatan tersebut ke lapangan agar peralatan yang dipesan benar-benar sesuai keinginan. Berikut alur proses pengadaan pada proyek EPC. Gambar 5.7 Proses pengadaan pada proyek EPC Dalam proyek EPC dikarenakan pada proses perancangan, pengerjaaan detail design dibagi ke dalam beberapa bagian yang dikerjakan oleh civil engineering, electrical engineering, mechanical engineering dan lain-lain sehingga pada proses pengadaan dapat pula dibagi mengikuti beberapa bagian yang telah ada pada proses perancangan. Hal ini tentunya menyebabkan setiap bagian pekerjaan dapat bekerja terpisah tanpa harus tergantung bagian pekerjaan yang lainnya dalam proses B A B V Analisis Sistem M anajem en M utu V -11

12 pengadaan. Sehingga pada proyek EPC sering muncul adanya overlapping pekerjaan antara bagian pekerjaan yang satu dengan bagian pekerjaan yang lain. Gambar 5.8 Pembagian pekerjaan berdasarkan jenis kegiatan Pada proyek konstruksi tradisional, bagian pengadaannya tidak memiliki peran sepenting bagian pengadaan pada proyek EPC. Hal ini dikarenakan, material dan peralatan yang dibutuhkan adalah material dan peralatan yang umum digunakan pada proyek pembangunan gedung. Berbeda dengan material dan peralatan yang dibutuhkan pada proyek EPC yang terkadang perlu untuk membuat suatu peralatan dengan spesifikasi khusus. Oleh karenanya pada proyek konstruksi tradisional tidak ada pekerjaan dari proses pengadaan yang tugasnya secara khusus memantau lebih mendetail terhadap material dan peralatan yang diproduksi oleh vendor. Hal ini dikarenakan tidak adanya peralatan spesifikasi khusus yang akan digunakan pada proses konstruksi gedung. Gambar 5.9 Proses pengadaan pada proyek konstruksi tradisional B A B V Analisis Sistem M anajem en M utu V -12

13 Proses Pelaksanaan Konstruksi Pada proyek EPC, pelaksanaan konstruksi dimulai setelah adanya detail design dan material serta peralatan. Kesesuaian antara detail design dan pelaksanaan konstruksi di lapangan menjadi tanggung jawab construction engineering yang biasanya dibagi juga berdasarkan bagian pekerjaan ada. Pembagian pekerjaan ini dimaksudkan agar tiap-tiap jenis pekerjaan mendapat perhatian lebih mendetail. Walaupun begitu, pada pelaksanaan konstruksi tiap bagian pekerjaan harus mampu bekerja sama dalam mewujudkan suatu bangunan yang diinginkan. Gambar 5.10 Pembagian pekerjaan proses pelaksanaan konstruksi pada proyek EPC Selain menjadi tanggung jawab bagian construction engineering, proses pelaksanaan konstruksi juga menjadi tanggung jawab site control. Site control ini bertugas untuk memonitor ketersediaan material dan peralatan di lapangan agar tidak menghambat proses pelaksanaan konstruksi. Gambar 5.11 Proses pelaksanaan konstruksi pada proyek EPC B A B V Analisis Sistem M anajem en M utu V -13

14 Dalam pelaksanaan konstruksi, pada proyek EPC terdapat proses precommisioning. Proses precommisioning merupakan proses ujicoba terakhir terhadap peralatan yang telah dipasang pada bangunan sebelum bangunan tersebut diserahkan kepada pihak pemilik proyek. Proses precommisioning ini dapat dimulai tanpa menunggu selesainya kegiatan pelaksanaan konstruksi sipil secara menyeluruh karena proses precommisioning berkaitan dengan peralatan sehingga pelaksanaan konstruksi yang tidak berkaitan dengan proses ini tidak perlu ditunggu selesai. Proses precommisioning sangatlah penting dikarenakan peralatan yang dapat dioperasikan merupakan salah satu bagian dari kebutuhan pemilik proyek yang harus dipenuhi oleh kontraktor EPC selain bangunan yang dapat digunakan. Pada proyek konstruksi tradisional terdapat pula proses yang sejenis dengan proses precommisioning hanya saja mempunyai istilah yang berbeda. Hal yang membedakan adalah jumlah peralatan yang melalui proses precommisioning dalam proyek konstruksi tradisional tidaklah sebanyak dalam proyek EPC. Gambar 5.12 Pelaksanaan konstruksi pada proyek konstruksi tradisional Perbedaan pada proyek EPC dan proyek konstruksi tradisional selain dapat dilihat dari alur prosesnya, seperti yang telah dijelaskan diatas, terdapat juga perbedaan lainnya dalam proses perancangan, pengadaan dan pelaksanaan konstruksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. B A B V Analisis Sistem M anajem en M utu V -14

15 Proyek Konstruksi Tradisional Pembuatan design dilakukan oleh konsultan yang dipilih oleh owner. Konsultan arsitektur membuat basic desain Konsultan struktur membuat detail desain Dari detail desain tersebut digunakan dalam tender pengadaan jasa kontraktor Kontraktor terpilih dapat membuat shop drawing dan metode kerja Shop drawing tersebut diajukan kepada owner untuk disetujui, jika disetujui maka dapat dibuat as build Perancangan drawing yang dijadikan acuan di lapangan Proyek EPC Pembuatan basic desain dilakukan oleh bagian perancangan. Dari basic desain tersebut dibuat detail desain dan keterangan perhitungan Hasil dari bagian perancangan ini akan menjadi masukan/ input untuk bagian selanjutnya yaitu bagian pengadaan Hasil dari bagian perancangan yaitu : detail desain, kalkulasi, MTO serta requisition Agar tidak terjadi kesalahan gambar maka harus ada koordinasi antara kontraktor dengan konsultan perencana Semua perubahan yang diinginkan oleh konsulan perencana harus mendapatkan persetujuan dari owner. Oleh sebab itu owner harus mengerti agar tidak dibohongi oleh konsultan perencana serta harus mempunyai banyak waktu untuk mengawasi pekerjaan konsultan perencana. Pengadaan Pengadaan jasa kontraktor dilakukan oleh owner setelah memperoleh hasil detail desain dari konsultan perencana Setelah menerima hasil dari bagian perancangan, bagian pengadaan dapat melakukan tugasnya Pengadaan material dominan dapat dilakukan oleh Pengadaan yang dilakukan yaitu pemilihan owner seperti besi, beton ready mix, tiaang panjang,dll vendor/supplier berdasarkan dari dokumen tanpa menunggu dari kontraktor requsition. Pemilihan vendor/supplier ini cukup penting karena jumlah material dan barang yang dibutuhkan mencapai ribuan dan jarang ditemui di pasaran serta memiliki spesifikasi khusus sehingga harus memesan terlebih dahulu Untuk lebih memudahkan dalam melakukan pengadaan barang, bagian pengadaan harus melakukan purchasing order yang diajukan kepada project manager Bagian pengadaan dibagi menjadi koordinator pengadaan, logistik, gudang serta piket Karena material dan barang yang dibutuhkan bisa berasal dari luar negeri. Untuk lebih memudahkan pengaturan, bagian pengadaan dibedakan menjadi : pembelian, pemantauan produksi, ekspedisi dan transportasi. Bagian pengadaan merupakan bagian yang harus diperhatikan karena bagian ini menyerap biaya yang lebih besar diantara bagian-bagian yang lain Pelaksanaan konstruksi Kontraktor terpilih dapat langsung melaksanakan tugasnya setelah mendapatkan surat perintah kerja (SPK)dari owner Dengan detail desain yang ada serta koordinasi dengan konsultan perencana dapat dibuat as build drawing serta metode konstruksi yang akan diajukan kepada owner Jika terjadi perubahan lingkup pekerjaan, kontraktor dapat mengajukan variation order kepada owner setelah proses perancangan dan proses pengadaan selesai, maka dapat dilanjutkan proses selanjutnya yaitu pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh bagian konstruksi untuk pekerjaan sipil yang tidak bergantung dengan hasil dari proses perancangan dan pengadaan dapat dilakukan terlebih dahulu. Pekerjaan tersebut antara lain pembersihan lahan (land clearing), pembangunan jalan (acces road), fasilitas penyimpanan barang (warehouse), kantor direksi (direction kit) dan fasilitas lainnya. Apabila terjadi kesalahan atau perubahan lingkup pekerjaan dalam pelaksanaan konstruksi, bagian konstruksi akan meminta perhitungan ulang dari bagian perancangan dan bagian pengadaan melakukan pengadaan ulang berdasarkan hasil terbaru dari bagian engineering Variation order tersebut akan didiskusikan oleh owner bersama konsultan perencana sebelum disetujui oleh owner Untuk mengawasi pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor, owner mempekerjakan konsultan manajemen konstruksi sebagai perwakilan owner di lapangan Tabel 5.1 Perbedaan berdasarkan proses perancangan, pengadaan dan pelaksanaan konstruksi B A B V Analisis Sistem M anajem en M utu V -15

16 5.2.2 Dilihat dari segi Biaya, Waktu dan Mutu Perbedaan antara proyek EPC dengan proyek konstruksi tradisional jika dilihat dari proses perancangan, pengadaan dan pelaksanaan konstruksi, dapat juga mengakibatkan timbulnya perbedaan terhadap biaya, waktu dan mutu. Perbedaan tersebut data dilihat dari tabel berikut ini Proyek konstruksi tradisonal Dalam pengerjaan proyeknya, diperlukan koordinasi antara pihak konsultan dan kontraktor sehingga mempengaruhi waktu pengerjaan proyek. Tetapi jumlah pekerjaan yang harus melalui koordinasi antara konsultan dan kontraktor tidak sebanyak pada proyek EPC. Proyek EPC Dapat memberikan kepastian ketepatan waktu pelaksanaan konstruksi atau dimungkinkan pekerjaan lebih cepat dikarenakan koordinasi pekerjaan hanya dilakukan oleh satu kontraktor EPC. Tetapi pada proyek EPC, banyak pekerjaan dan bermacam jenis pekerjaan yang harus diatur. Waktu keterlambatan pekerjaan dapat mempengaruhi dapat mempengaruhi pekerjaan berikutnya sehingga pekerjaan yang harus dikerjakan selanjutnya yang menjadi bertambah. Hanya saja dalam proyek konstruksi tradisional bnayaknya kegiatan dan macamnya jenis kegiatan tidak sebanyak proyek EPC. Keterlambatan pekerjaan dapat mempengaruhi pekerjaan berikutnya, sehingga pekerjaan yang harus dikerjakan selanjutnya menjadi bertambah. Apalagi dalam proyek yang umumnya menggunakan konsep EPC, terdapat ribuan kegiatan dan bermacam jenis kegiatan didalamnya sehingga keterlambatan pekerjaan sangatlah mempengaruhi proses pekerjaan secara keseluruhan. biaya yang dibutuhkan dalam proyek konstruksi tradisional biasanya tidak sebesar proyek EPC. Dikarenakan pekerjaan utamanya hanya pekerjaan sipil saja yaitu pembangunan bangunan konstruksi. Sedangkan pekerjaan lainnya seperti elektrikal dan mekanikal mengikuti pekerjaan sipil. Biaya yang dibutuhkan dalam proyek EPC lebih besar dibandingkan proyek konstruksi tradisional. Hal ini disebabkan banyaknya kegiatan dan bermacam jenis kegiatan yang harus diatur. Biaya Resiko pekerjaan pun ditanggung oleh dua pihak yaitu kontraktor dan konsultan. Jadi resiko pekerjaan yang berakibat biaya yang bertambah menjadi tanggung jawab pihak yang melakukan kesalahan. Seperti jika ada keterlambatan pekerjaan pada proses perancangan maka pihak konsultan yang bertanggung jawab sedangkan pihak kontraktor tidak menanggung. Tapi pekerjaan yang dilakukan kontraktor dapat terpengaruh dari keterlambatan proses perancangan tersebut. Resiko pekerjaan seperti keterlambatan pekerjaan dapat mempengaruhi biaya yang dikeluarkan menjadi bertambah. Resiko biaya yang bertambah kemudian menjadi tanggung jawab kontraktor EPC sepenuhnya. Mutu Pada proyek konstruksi tradisional pengerjaan proyeknya tidak membutuhkan material atau peralatan dengan spesifikasi khusus. Pekerjaan yang utama hanya merupakan pekerjaan sipil saja yang diulang kembali di setiap kegiatannya. Dikarenakan jenis pekerjaannya yang tidak sebanyak proyek EPC sehingga diharapkan persyaratan mutu yang diinginkan pemilik proyek lebih mudah tercapai. Banyak terdapat kegiatan yang harus dikerjakan dikarenakan terdapat ribuan item kegiatan dan bermacam jenis kegiatan dalam pengerjaan proyeknya. Banyaknya pekerjaan tersebut perlu diatur sehingga persyaratan mutu yang diinginkan pemilik proyek dapat tercapai. Keterlambatan pekerjaan yang terjadi dapat mempengaruhi mutu yang dihasilkan sehingga mutu yang diinginkan menjadi tidak maksimal. Tabel 5.2 Perbedaan berdasarkan biaya, mutu dan waktu B A B V Analisis Sistem M anajem en M utu V -16

17 Dalam proyek skala besar bisa saja menggunakan konsep konstruksi tradisional, hanya saja ketepatan waktu konstruksi dapat menjadi masalah dikarenakan apabila menggunakan konsep konstruksi tradisional terdapat pihak konsultan dan kontraktor yang berperan dalam pengerjaan proyek konstruksi. Hal ini dapat menimbulkan masalah disebabkan pihak konsultan dan kontraktor mempunyai keinginan yang berbeda sehingga bisa saja waktu pengerjaan konstruksi menjadi bertambah yang berakibat tidak tercapainya tenggat waktu yang telah ditentukan. Apalagi dalam proyek skala besar terdapat ribuan kegiatan yang harus diatur. Pada proyek konstruksi tradisional seperti konstruksi permukiman dan konstruksi gedung dalam pengerjaan konstruksinya bisa saja menggunakan konsep EPC. Dengan konsep EPC, pengerjaan proyek konstruksi dilakukan oleh satu kontraktor EPC sehingga ketepatan waktu yang diinginkan oleh pihak pemilik proyek dapat tercapai atau dimungkinkan lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan. Hanya saja bila menggunakan konsep EPC, biaya yang dikeluarkan oleh pemilik proyek menjadi lebih besar dibanding dengan konsep konstruksi tradisional. Hal ini terjadi disebabkan kontraktor EPC pastinya akan meminta biaya yang besar karena kontraktor EPC mampu memberikan kepastian ketepatan waktu dalam pengerjaannya. Apalagi jumlah pekerjaan pada proyek konstruksi gedung tidak sebanyak pada proyek EPC. Konsep konstruksi tradisional bukannya tidak mampu memberikan jaminan waktu terhadap pekerjaan konstruksinya tetapi dalam konsep konstruksi tradisonal terdapat dua pihak yang terlibat dan keduanya membutuhkan koordinasi terlebih dahulu sehingga ketepatan waktu pelaksanaan konstruksi menjadi diragukan dapat tercapai. Hanya saja dengan konsep konstruksi tradisional, biaya yang dikeluarkan oleh pemilik proyek tidak sebesar biaya apabila menggunakan konsep EPC. Apalagi resiko pekerjaan yang ditanggung oleh pelaksana proyek dibagi dua yaitu oleh konsultan dan kontraktor. B A B V Analisis Sistem M anajem en M utu V -17

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Struktur Organisasi Proyek Gambar 3.1 Struktur Organisasi Proyek 3.2. Deskripsi Pekerjaan (Job Description) Job Description adalah gambaran mengenai

Lebih terperinci

Kita awali dulu dengan kepanjangannya, EPC adalah singkatan dari istilah Engineering- Procurement-Construction.

Kita awali dulu dengan kepanjangannya, EPC adalah singkatan dari istilah Engineering- Procurement-Construction. Apa sih EPC Itu? Kita awali dulu dengan kepanjangannya, EPC adalah singkatan dari istilah Engineering- Procurement-Construction. Kalo dilihat dari istilah, EPC itu tidak lain adalah tahapan dalam suatu

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Struktur Organisasi Proyek Gambar 3.1 Struktur Organisasi Proyek III-1 3.2. Deskripsi Pekerjaan (Job Description) Job Description adalah gambaran mengenai

Lebih terperinci

BAB IV PROYEK EPC (ENGINEERING, PROCUREMENT,CONSTRUCTION) B A B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent C onstruction) IV -1

BAB IV PROYEK EPC (ENGINEERING, PROCUREMENT,CONSTRUCTION) B A B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent C onstruction) IV -1 BAB IV PROYEK EPC (ENGINEERING, PROCUREMENT,CONSTRUCTION) 4.1 Pengertian Proyek EPC EPC adalah salah satu bentuk konsep manajemen proyek yang melimpahkan tanggung jawab atas kegiatan perancangan/desain

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Perencanaan Lapangan (Site Planning) Perencanaan lapangan kerja (site planning) dibuat untuk mengatur penempatan peralatan, stok material dan sarana penunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada proyek EPC maupun proyek konstruksi tradisional, kualitas atau mutu adalah salah satu hal yang sangat penting dan seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. Pada proyek EPC maupun proyek konstruksi tradisional, kualitas atau mutu adalah salah satu hal yang sangat penting dan seharusnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan konstruksi selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, terlihat dari ruang lingkup bidang konstruksi yang semakin luas. Bidang konstruksi yang dulu

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Setiap proyek tentu membutuhkan sebuah perencanaan dan pengaturan sehingga kegiatan proyek dapat berjalan lancar, untuk itulah dibutuhkan sebuah

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK DAN KEMAJUAN PEKERJAAN. secara menyeluruh mulai dari perencanaan, pembangunan fisik sampai dengan

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK DAN KEMAJUAN PEKERJAAN. secara menyeluruh mulai dari perencanaan, pembangunan fisik sampai dengan BAB VI PENGENDALIAN PROYEK DAN KEMAJUAN PEKERJAAN 6.1 Uraian Umum Dalam penyelenggaraan suatu proyek, kegiatan yang akan dihadapi sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua yang terlibat

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Sistem Organisasi Proyek 3.2 Struktur Organisasi Proyek PEMBERI TUGAS (OWNER) PT.Kompas Media Nusantara MANAJEMEN KONSTRUKSI PT.Ciriajasa Cipta Mandiri

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua yang terlibat

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN MUTU PADA PROYEK EPC

SISTEM MANAJEMEN MUTU PADA PROYEK EPC SISTEM MANAJEMEN MUTU PADA PROYEK EPC TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL oleh Eric Baroroh 150 04 053 Kreshna Hary Murti 150

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Proyek Konstruksi Proyek adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu tertentu dengan alokasi sumber daya terbatas, untuk melaksanakan suatu kegiatan yang telah

Lebih terperinci

3.2 Struktur Organisasi Laporan Kerja Praktik Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang mengatur pola hubungan kerja antar orang atau badan

3.2 Struktur Organisasi Laporan Kerja Praktik Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang mengatur pola hubungan kerja antar orang atau badan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 ORGANISASI PROYEK Secara umum organisasi dapat diartikan sebagai sebuah system yang terdiri dari sekelompok individu yang melalui suatu hierarki sistematis

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Sistem Organisasi Sistem organisasi memegang peranan cukup penting dalam sebuah proyek. Sebuah proyek akan berhasil jika di dalamnya terdapat sistem organisasi

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Struktur Organisasi 3.1.1. Organisasi dan Pihak Yang Terkait Dalam organisasi suatu proyek banyak pihak yang terkait dan mempunyai tugas dan wewenang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Garindo Mira Sejati adalah perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor Mekanikal dan Elektrikal. Perusahaan ini didirikan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK LINC WAREHOUSE CIKARANG

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK LINC WAREHOUSE CIKARANG BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK LINC WAREHOUSE CIKARANG 3.1. Deskripsi LINC WAREHOUSE CIKARANG 3.1.1. Data Proyek Nama Proyek Lokasi Perencana Owner : LINC Warehouse Cikarang : Jababeka 7, Cikarang, Jawa

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Pihak Pihak Yang Terkait Dengan Proyek 3.1.1. Pemilik Proyek / Owner Pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau instasi yang memiliki proyek atau

Lebih terperinci

BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK

BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK 2.1 DATA PROYEK A. Lokasi Proyek Proyek Apartemen Green Bay dibangun di atas pantai,lalu di urug dengan tanah dengan luas total sebesar m2 127.881 dengan detail

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN GAMBAR

BAB IV PERANCANGAN GAMBAR BAB IV PERANCANGAN GAMBAR 4.1. Definisi Gambar Sebelum masa pembangunan, sebuah bangunan gedung akan melalui tahap perencanaan. Sebagai alat komunikasinya digunakanlah gambar-gambar yang memberikan ilustrasi

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua yang terlibat

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Organisasi Proyek Organisasi proyek adalah sekumpulan orang yang terorganisir yang memiliki ilmu dan keahlian yang berbeda-beda untuk melaksanakan tugas

Lebih terperinci

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o BAB II DATA - DATA PROYEK 2.1 Pengertian Proyek Pengertian Proyek adalah suatu himpunan atau kumpulan kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dimana memiliki suatu target kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III Sistem Organisasi Dan Manajemen Proyek BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. ORGANISASI PROYEK Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak rutin,memiliki keterbatasan

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1 BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Perusahaan kontraktor adalah orang atau badan usaha yang menerima pekerjaan dan melaksanakan pekerjaan sesuai yang ditetapkan, peraturan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegagalan pada Proyek Konstruksi Kegagalan konstruksi merupakan kegagalan yang bersifat teknis dan non teknis. Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan

Lebih terperinci

Owner (Pemilik Proyek)

Owner (Pemilik Proyek) Owner (Pemilik Proyek) Konsultan Perencana Konsultan Pengawas Kontraktor (Pelaksana Proyek PIHAK TERKAIT seseorang atau instansi yang memiliki proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Pengertian manajemen proyek menurut H. Kerzner : Manajemen proyek adalah merencanakan, menyusun organisasi, memimpin, dan mengendalikan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala

BAB I PENDAHULUAN. Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala yang sudah diperhitungkan maupun kendala yang di luar perhitungan. Kendalakendala tersebut diantaranya

Lebih terperinci

BAB VII PENAMBAHAN BALOK STRUKTUR LANTAI ATAP AKIBAT BEBAN GONDOLA DAN ROOF TANK

BAB VII PENAMBAHAN BALOK STRUKTUR LANTAI ATAP AKIBAT BEBAN GONDOLA DAN ROOF TANK AKIBAT BAB VII PENAMBAHAN BALOK STRUKTUR LANTAI ATAP AKIBAT 7.1 Uraian Umum Proses design yang dilakukan oleh konsultan perencanaan sangatlah penting dan erat kaitannya dengan proses kontruksi yang akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2002), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

Lebih terperinci

Departemen Teknik Sipil Universitas Indonesia 2016

Departemen Teknik Sipil Universitas Indonesia 2016 Departemen Teknik Sipil Universitas Indonesia 2016 2 3 Dimaksudkan agar mahasiswa dapat belajar secara langsung dalam pekerjaan teknik sipil maupun teknik lingkungan di dunia nyata Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Organisasi dan Pihak yang Terkait Dalam organisasi proyek pembangunan pada umumnya banyak pihak pihak yang terkait satu sama lain

Lebih terperinci

BAB III PROYEK KONSTRUKSI TRADISIONAL

BAB III PROYEK KONSTRUKSI TRADISIONAL BAB III PROYEK KONSTRUKSI TRADISIONAL 3.1 Pengertian Proyek Konstruksi Proyek Banyak ahli telah mendefinisikan pengertian proyek. Proyek adalah kegiatan yang bersifat unik untuk mencapai tujuan tertentu

Lebih terperinci

PERANAN KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA TAHAP PELAKSANAAN MECHANICAL ELECTRICAL PLUMBING (ME-P) PROYEK PEMBANGUNAN PT.

PERANAN KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA TAHAP PELAKSANAAN MECHANICAL ELECTRICAL PLUMBING (ME-P) PROYEK PEMBANGUNAN PT. PERANAN KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA TAHAP PELAKSANAAN MECHANICAL ELECTRICAL PLUMBING (ME-P) PROYEK PEMBANGUNAN PT. TRAKINDO UTAMA Tycho Priestley Giovanni Wuwungan J.E.Ch. Langi, J.P. Rantung,

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. tahapan tahapan tertentu dalam pengerjaannya. Berlangsungnya kemajuan

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. tahapan tahapan tertentu dalam pengerjaannya. Berlangsungnya kemajuan BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Kemajuan Proyek Kemajuan proyek merupakan progress pekerjaan dari pekerjaan awal proyek sampai akhir pekerjaan proyek. Disetiap progress pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki suatu keahlian atau kecakapan khusus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki suatu keahlian atau kecakapan khusus. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualifikasi Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2001), definisi kualifikasi adalah keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu, atau menduduki jabatan tertentu. Jadi, kualifikasi

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Uraian Umum Dalam penyelenggaraan suatu proyek, kegiatan yang akan dihadapi sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik sehingga pada akhirnya

Lebih terperinci

SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Henry Pascal Magaline 1, Alvin Januar Haryono 2, Andi 3 ABSTRAK : Biaya overhead sebuah proyek merupakan salah satu unsur harga pokok

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menangani proyek konstruksi di kawasan Daerah Kabupaten Badung, dapat diperoleh

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menangani proyek konstruksi di kawasan Daerah Kabupaten Badung, dapat diperoleh BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian mengenai construction waste melalui penyebaran kuisioner dengan responden yang berasal dari kontraktor yang sedang atau telah menangani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita berada dalam bangunan baik rumah tinggal, kantor, pabrik, hotel, rumah sakit dll.

BAB I PENDAHULUAN. kita berada dalam bangunan baik rumah tinggal, kantor, pabrik, hotel, rumah sakit dll. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangunan sangat memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan individu. Hampir sebahagian dari kehidupan kita berada

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK 3.1. Pengertian Proyek Menurut Nokes (2007), proyek adalah sebuah kegiatan yang bersifat sementara yang telah ditetapkan awal pekerjaanya dan waktu selesainya (dan biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Menurut Mulyani (2006), proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan proyek yang berkaitan dengan bidang konstruksi (pembangunan) yang mempunyai dimensi

Lebih terperinci

Pengertian manajemen secara umum

Pengertian manajemen secara umum Pengertian manajemen secara umum 1. Manajemen sebagai suatu proses, maksud disini dapat dilihat dari bagaimana cara orang melakukan suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih

Lebih terperinci

BAB VII MANAJEMEN KONSTRUKSI

BAB VII MANAJEMEN KONSTRUKSI BAB VII MANAJEMEN KONSTRUKSI 7.1 Pengertian Manajemen Konstruksi Manajemen adalah suatu metode atau teknik untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif melalui

Lebih terperinci

Lampiran A. Data Penelitian

Lampiran A. Data Penelitian Lampiran A Data Penelitian Lampiran A.1. Tabel Kendala Internal No. Faktor Pernyataan 1 Material Keterlambatan pengiriman material Kekurangan bahan konstruksi Kualitas bahan yang kurang baik Kerusakan

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK. Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK. Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1. Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua yang terlibat

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Sistem Organisasi Gambar 3.1 Skema Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan Sumber: Proyek 3.1.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait Dalam organisasi

Lebih terperinci

FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN KONTRAKTOR DALAM MEMILIH SUPPLIER PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR

FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN KONTRAKTOR DALAM MEMILIH SUPPLIER PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN KONTRAKTOR DALAM MEMILIH SUPPLIER PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Syarat Menyelesaikan Program Sarjana Sains Terapan Oleh: ANIK

Lebih terperinci

3.1 STRUKTUR ORGANISASI LAPANGAN Gambar.3.1 Struktur Organisasi Lapangan (Sumber : Proyek Lexington Residence PT. PP (Persero), Tbk) III -1 3.1.1 Project Manager (PM) Project manager adalah pihak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. McGraw-Hill, Journal of Construction Engineering and Management, Vol. 119, No.4, December, 1993, pg ), hal.

BAB I PENDAHULUAN. McGraw-Hill, Journal of Construction Engineering and Management, Vol. 119, No.4, December, 1993, pg ), hal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Proyek konstruksi semakin hari menjadi semakin kompleks karena membutuhkan biaya serta perhatian yang besar dalam pengelolaan waktu dan sumber daya lebih baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi, yaitu sebuah dokumen tertulis antara pemilik dan kontraktor untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi, yaitu sebuah dokumen tertulis antara pemilik dan kontraktor untuk 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perubahan Perintah (Change Order) Change order merupakan mekanisme untuk membuat perubahan selama konstruksi, yaitu sebuah dokumen tertulis antara pemilik dan kontraktor

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. pihak yang terkait satu sama lain yang mempunyai tugas dan wewenang masing

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. pihak yang terkait satu sama lain yang mempunyai tugas dan wewenang masing BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Dalam organisasi proyek pembangunan apartemen casa de parco, banyak pihak pihak yang terkait satu sama lain yang mempunyai tugas dan

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Metoda pelaksanaan dalam sebuah proyek konstruksi adalah suatu bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mencapai hasil dan tujuan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pekerjaan ulang. Pada penelitian ini rework didefinisikan sebagai aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pekerjaan ulang. Pada penelitian ini rework didefinisikan sebagai aktivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Batasan Rework Kata rework bila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dapat berarti sebagai pekerjaan ulang. Pada penelitian ini rework didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah kegiatan dalam suatu proyek sebagai penilaian yang bertujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan pedoman perencanaan yang telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus melalui suatu proses yang panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. Dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Lingkup suatu proses pengadaan dalam pelaksanaan proyek konstruksi menempati nilai dengan porsi terbesar dari total keseluruhan nilai proyek. Lingkup tersebut

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. sitematis. Dapat diartikan juga sebagai wadah dalam kegiatan sekelompok

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. sitematis. Dapat diartikan juga sebagai wadah dalam kegiatan sekelompok BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Organisasi Proyek Secara umum organisasi dapat diartikan sebagai sebuah system yang terdiri dari sekelompok individu yang melalui suatu hierarki sistematis

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK PT.NUSA RAYA CIPTA

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK PT.NUSA RAYA CIPTA BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK PT.NUSA RAYA CIPTA 3.1 Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah satu bagian dalam manajemen yang secara umum bertujuan untuk mengelola sumber daya yang ada

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait dalam Proyek Dalam organisasi proyek pembangunan pada umumnya, tentu banyak pihak pihak yang terkait satu sama lain.

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Kemajuan Proyek Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi merupakan bagian yang penting dari sistem informasi manajemen proyek.

Lebih terperinci

V. Bab V Kajian Kinerja Supply Chain Proyek Bangunan Gedung

V. Bab V Kajian Kinerja Supply Chain Proyek Bangunan Gedung V. Bab V Kajian Kinerja Supply Chain Proyek Bangunan Gedung Kajian ini dimaksudkan untuk mencari gambaran kinerja supply chain dari masing-masing pola supply chain yang telah teridentifikasi terhadap implementasi

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK Dalam penyelenggaraan suatu proyek, kegiatan yang akan dihadapi sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik sehingga pada akhirnya

Lebih terperinci

PROJECT PLANNING AND CONTROLLING GEDUNG RUSUNAWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN MS.PROJECT

PROJECT PLANNING AND CONTROLLING GEDUNG RUSUNAWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN MS.PROJECT Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 181-190 PROJECT PLANNING AND CONTROLLING GEDUNG RUSUNAWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN MS.PROJECT 1 Sanny Stephanie dan 2 Dwi Dinariana 1 Program S1

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DI PERUSAHAAN KONSTRUKSI

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DI PERUSAHAAN KONSTRUKSI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DI PERUSAHAAN KONSTRUKSI I GUSTI AGUNG AYU ISTRI LESTARI ABSTRAK Fakultas Teknik Univ. Mahasaraswati Denpasar Tujuan utama dalam konstruksi adalah ketepatan

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK 3.1. Definisi Proyek Pengertian proyek secara umum adalah merupakan sebuah kegiatan pekerjaan yang dilaksanakan atas dasar permintaan dari seorang owner atau pemilik pekerjaan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah didefinisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengaturan, kepemimpinan, dan pengendalian dari suatu proyek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK. didasarkan pada karakteristik dan kondisi proyek itu sendiri. Ditinjau dari sudut

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK. didasarkan pada karakteristik dan kondisi proyek itu sendiri. Ditinjau dari sudut BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1 LATAR BELAKANG KONTRAK Pemilihan kontrak yang sesuai untuk suatu proyek konstruksi lebih didasarkan pada karakteristik dan kondisi proyek itu sendiri. Ditinjau dari sudut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1 Latar Belakang Proyek Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia khususnya di kota - kota besar seperti Jakarta, maka dibutuhkan tempat tinggal yang nyaman

Lebih terperinci

1. BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat saat ini telah membantu sektor manufaktur dalam memproduksi barang mulai dari bahan mentah menjadi barang jadi yang siap dipasarkan.

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua yang terlibat

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1 PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROYEK Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar

Lebih terperinci

L2

L2 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 DAFTAR WAWANCARA Pertanyaan 1 a. Apakah Perusahan melakukan ekspor Jasa kena pajak? b. Apakah perusahaan pernah terjadi hal seperti ini : Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan

Lebih terperinci

dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu. Kegiatan tersebut dapat berupa membangun pabrik, membuat produk baru atau melakukan

dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu. Kegiatan tersebut dapat berupa membangun pabrik, membuat produk baru atau melakukan BAB II: TINJAUAN INSTANSIONAL PROYEK 2.1. Pengertian Proyek Menurut Grey, dkk. (2002), definisi proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI DALAM PROYEK

STRUKTUR ORGANISASI DALAM PROYEK STRUKTUR ORGANISASI DALAM PROYEK Struktur organisasi proyek secara umum dapat diartikan dua orang atau lebih yang melaksanakan suatu ruang lingkup pekerjaan secara bersama sama dengan kemampuan dan keahlianya

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Lapangan Project Herry Putranto Project Manager Wisnu Yudi Administrasi Agung Logistik Asep Safety Officer Rizal Supervisior Prihartono

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Proyek adalah suatu usaha yang bersifat sementara didalam mengerjakan suatu pekerjaan untuk menghasilkan suatu produk atau jasa (service) yang unik.

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Dalam setiap proyek tentu membutuhkan sebuah perencanaan dan pengaturan sehingga kegiatan proyek berjalan lancar, untuk itulah dibutuhkan sebuah

Lebih terperinci

BAB III MANAGEMENT DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAGEMENT DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAGEMENT DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Management Proyek Proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak rutin, memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumber

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 06 ISSN: 459-977 ANALISIS KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI AKIBAT PENGELOLAAN SHOP DRAWING Desi Dwi Rahayu,Muhammad Abduh, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan,Institut

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN INSTANSIONAL PROYEK

BAB II: TINJAUAN INSTANSIONAL PROYEK BAB II: TINJAUAN INSTANSIONAL PROYEK 2.1. Pihak Pihak Yang Terlibat di Dalam Proyek Jasa konstruksi mempunyai peranan penting dan strategis dalam pencapaian berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan pembangunannya. Hal ini terlihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di Indonesia yang sedang dikerjakan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumberdaya serta memiliki spesifikasi

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumberdaya serta memiliki spesifikasi BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifat nya tidak rutin, memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang SEKRETARIAT DPRD PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TERM OF REFERENCE / KERANGKA ACUAN KERJA BELANJA JASA KONSULTANSI PENGAWASAN REHAB RUANG PARIPURNA GEDUNG DPRD PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menjadi manpower, material, machines, money, method (Ervianto,2005).

BAB II LANDASAN TEORI. menjadi manpower, material, machines, money, method (Ervianto,2005). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian proyek Manajemen konstruksi (construction management), adalah bagaimana agar sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Faktor-Faktor penghambat yang terjadi pada proyek konstruksi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Faktor-Faktor penghambat yang terjadi pada proyek konstruksi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan data kuesioner yang diberikan kepada 50 responden, penelitian tentang studi mengenai faktor-faktor penghambat pelaksanaan proyek konstruksi di Timor-Leste

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proyek, termasuk menyiapkan dan menangani dokumen (Raharjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. proyek, termasuk menyiapkan dan menangani dokumen (Raharjo, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam bidang konstruksi perusahaan kontraktor memiliki kewajiban dalam menyediakan tenaga kerja, bahan material, tempat kerja, peralatan, dan alat pendukung lain yang

Lebih terperinci

COST CONTROL Rencana Anggaran Pelaksana

COST CONTROL Rencana Anggaran Pelaksana 1 COST CONTROL Pada bab Cost control akan membahas kegiatan pengendalian dan evaluasi biaya proyek sejak saat proyek tersebut dimulai sampai dengan proyek tersebut selesai berdasarkan suatu tolak ukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan munculnya berbagai jenis proyek konstruksi yakni proyek

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan munculnya berbagai jenis proyek konstruksi yakni proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia konstruksi dewasa ini sangat unik dan kompleks, hal ini ditandai dengan munculnya berbagai jenis proyek konstruksi yakni proyek konstruksi bangunan

Lebih terperinci

BAB VII MANAJEMEN RESIKO. Dalam setiap pekerjaan pasti kita menemukan berbagai

BAB VII MANAJEMEN RESIKO. Dalam setiap pekerjaan pasti kita menemukan berbagai BAB VII MANAJEMEN RESIKO 7.1 Pendahuluan Dalam setiap pekerjaan pasti kita menemukan berbagai permasalahan.namun permasalahan itu bukan untuk dihindari, tapi harus dicari jalan keluarnya.segala sesuatu

Lebih terperinci

DATA PROYEK BAB II DATA PROYEK

DATA PROYEK BAB II DATA PROYEK BAB II DATA PROYEK 2.1 Latar Belakang Proyek Di daerah cengkareng jakarta barat pada saat ini sudah banyak dibangun perumahan dan bangunan gedung lainnya sebagai infrasuktur yang baru serta pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1. Tinjauan Umum Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Hasil yang diharapkan yaitu berupa kualitas konstruksi

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK Dalam penyelenggaraan suatu proyek, kegiatan yang akan dihadapi sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik sehingga pada akhirnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Menurut Ir. Abrar Husen, MT., Manajemen Proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya

Lebih terperinci

BAB III SURVEY KETERSEDIAAN DATA

BAB III SURVEY KETERSEDIAAN DATA BAB III SURVEY KETERSEDIAAN DATA 3.1. Rancangan Survey 3.1.1. Tujuan survey Survey ini didesain dengan tujuan untuk mengidentifikasi terhadap ketersediaan data primer berupa jenis-jenis data yang dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat dari waktu yang dijadwalkan, dan dengan tercapainya mutu. Dampak dari

BAB I PENDAHULUAN. cepat dari waktu yang dijadwalkan, dan dengan tercapainya mutu. Dampak dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan proyek merupakan sasaran utama bagi perusahaanperusahaan yang bergerak dibidang jasa konstruksi. Proyek yang dikatakan berhasil merupakan cerminan dari

Lebih terperinci

BAB III STRUKTUR ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. mengatur pelaksanaan berbagai pekerjaan dalam rangka mencapai suatu

BAB III STRUKTUR ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. mengatur pelaksanaan berbagai pekerjaan dalam rangka mencapai suatu BAB III STRUKTUR ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Organisasi Proyek Organisasi proyek adalah suatu sistem hubungan kerjasama dari berbagai pihak yang terlibat pada suatu proyek pembangunan dalam mengatur

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 ORGANISASI PROYEK Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak rutin, memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumber

Lebih terperinci