ANALISIS PEMASARAN GARAM DI KABUPATEN SUMENEP JAWA TIMUR FIDDINI ALHAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PEMASARAN GARAM DI KABUPATEN SUMENEP JAWA TIMUR FIDDINI ALHAM"

Transkripsi

1 ANALISIS PEMASARAN GARAM DI KABUPATEN SUMENEP JAWA TIMUR FIDDINI ALHAM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Pemasaran Garam di Kabupaten Sumenep Jawa Timur adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Agustus 2013 Fiddini Alham NIM H

4

5 RINGKASAN FIDDINI ALHAM. Analisis Pemasaran Garam di Kabupaten Sumenep Jawa Timur Dibimbing oleh SUHARNO dan AMZUL RIFIN. Kabupaten Sumenep merupakan salah satu daerah penghasil garam di Indonesia. Garam mempunyai peranan penting hampir dalam seluruh proses produksi dan industri, karena garam tidak memiliki barang pengganti, sehingga garam menjadi komoditi yang strategis. Selama ini mata rantai tata niaga garam dikuasai oleh segelintir perusahaan, kegiatan hilir didominasi oleh industri skala besar dengan jaringan yang kuat sedangkan kegiatan hulu didominasi oleh kegiatan pengelolaan garam dengan teknologi sederhana (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012). Dalam proses pemasarannya, petani dikondisikan hanya sebagai produsen garam, tidak memiliki andil dalam penentuan harga, maupun penentuan teknis kualitas garam yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan tertutupnya akses petani terhadap informasi mutu dan perkembangan harga yang menyebabkan mayoritas petani memiliki daya tawar atau bergining position lemah dalam penentuan harga dan cendrung sebagai penerima harga (price taker). Kondisi ini semakin diperparah oleh keterbatasan sarana dan prasarana, akses pemodalan, serta akses untuk masuk pasar yang menyebabkan terbatasnya pilihan saluran pemasaran bagi petani. Dari kondisi di atas penulis menduga bahwa pemasaran garam yang terjadi saat ini di Kabupaten Sumenep tidak efisien. Dibutuhkan analisis mengenai pemasaran garam dengan menggunakan pendekatan structure, conduct dan performance (SCP). Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja pasar garam di Kabupaten Sumenep. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive), sedangkan responden dalam penelitian dipilih secara acak sederhana (simple random sampling) melalui penelusuran rantai pemasarannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemasaran garam di Kabupaten Sumenep tidak efisien, tidak adil, serta tidak transparan. Hal ini disimpulkan dengan pendekatan struktur, perilaku, dan kinerja pasar garam yaitu, analisis struktur pasar industri garam di Kabupaten Sumenep cenderung oligopsoni, hal ini disimpulkan dari berbagai indikator: (a) jumlah partisipan dalam pasar yang tidak seimbang antara penjual dan pembeli, (b) konsentrasi pasar tinggi, didominasi oleh sedikit pesaing, (c) adanya hambatan masuk pasar mulai dari modal, jaringan kerjasama, lisensi, teknologi. Analisis perilaku pasar menunjukkan bahwa terdapat lembaga yang dominan dalam pelaksanaan kegiatan pemasaran. Lembaga tersebut adalah perusahaan pengolahan. Terjadi kerjasama dan praktek tidak jujur dalam proses pemasaran garam ini. Praktek tidak jujur ini terlihat dari (a) pedagang pengumpul masih merupakan agen (kaki tangan) perusahaan, (b) penjualan garam tidak disertai dengan penimbangan akurat (c) penentuan harga dominan berada pada lembaga pemasaran ini. Analisis kinerja pasar menunjukkan bahwa pemasaran belum efesien. Keuntungan yang tidak merata dengan balas jasa pada fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan, farmer s share yang rendah pada seluruh saluran ( 20%), pasar tidak terintegrasi dalam jangka pendek dan jangka panjang, sehingga kenaikan harga di tingkat retail tidak tertransmisikan di tingkat petani. Kata kunci: petani garam, structure, conduct, performance.

6 SUMMARY FIDDINI ALHAM. Marketing Analysis of Salt in Sumenep Dsitrict, East Java. Supervised by SUHARNO and AMZUL RIFIN. Sumenep District is one of salt producing areas in Indonesia. Salt plays an important role in almost all industrial processes and production because salt does not have a substitute good, therefore salt becomes a strategic commodity. So far, the link of the salt chain trade system is controlled by several companies, where downstream activities are dominated by large -scale industry with strong network while upstream activities are dominated by salt management activities with simple technology (Ministry of Marine and Fisheries, 2012). In the marketing process, farmers are conditioned as marginal salt producers which cannot contribute, both in price determination and the technical determination of the quality of the salt produced. This is due to the limited access for farmer to get the information about quality and price developments that make the majority of farmers to have weak bargaining position then finally have the tendency to be the price taker. This condition then becomes worse because of other factors such as limited facility and infrastructure, limited access to capital, and limited access to enter the market that lead farmers to limitation choice for marketing channels. Based on the condition above, author expects that the salt marketing in Sumenep today is inefficient. Therefore, Analysis of salt marketing by using structure, conduct and performance (SCP) approach is needed. This study aims to analyze the structure, conduct and performance of salt market in Sumenep. Research locations were selected intentionally (purposive), while respondents were randomly selected (simple random sampling) through their marketing chain. The analysis showed that the salt marketing in Sumenep is inefficient, unfair and not transparent. It is concluded by structure, conduct, and performance approach of the salt market. Structure analysis indicated that the market structure of the salt industry in Sumenep tends to be oligopsonistic. It is inferred from several indicators: (a) the unbalanced number of participants (between sellers and buyers) in the market, (b) high market concentration which dominated by few competitors, (c) the existence of barriers to entry the market, from the capital, networks, licensing to technology. Conduct analysis for the market suggested that there is a dominant institution for marketing activities; the processing company. Cooperation and dishonest practices also occur in the marketing process. Dishonest practices can be seen from (a) the collective traders are also agents (accomplices) of a company, ( b) the salt sale does not accompanied by accurate weighing (c) dominant price is determined by these marketing agencies. Market performance analysis showed that the salt marketing is not yet efficient. Uneven profit with the remuneration in the marketing functions performed, the low farmer share in all channels ( 20%), and also the unintegrated market, both in the short run and long run become the causal factor why the increasing price in the retail level can not be transmitted to the farm level. Keywords : small holding salt farmers, structure, conduct, performance.

7 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan ngutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk laporan apa pun tanpa izin IPB

8

9 ANALISIS PEMASARAN GARAM DI KABUPATEN SUMENEP JAWA TIMUR FIDDINI ALHAM Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Agribisnis SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

10 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS Penguji Program Studi : Dr Ir Dwi Rachmina, MSi

11 Judul Tesis Nama NIM : Analisis Pemasaran Garam di Kabupaten Sumenep Jawa Timur : Fiddini Alham : H Disetujui oleh Komisi Pembimbing Dr Ir Suharno, MAdev Ketua Dr Amzul Rifin, SP MA Anggota Diketahui oleh Ketua Program Studi Magister Sains Agribisnis Dekan Sekolah Pascasarjana Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr Tanggal Ujian: 30 Agustus 2013 Tanggal Lulus:

12

13 PRAKATA Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-nya, tesis yang berjudul Analisis Pemasaran Garam di Kabupaten Sumenep Jawa Timur dapat diselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Master pada Program Studi Agribisnis, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi tingginya kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada: 1. Dr Ir Suharno, MAdev, selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Dr Amzul Rifin, SP MA selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala bimbingan, arahan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis mulai dari penyusunan proposal hingga penyelesaian tesis ini. 2. Dr Andriono Kilat Adi, MS selaku Dosen Evaluator pada pelaksanaan kolokium proposal penelitian yang telah memberikan banyak arahan dan masukan sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik. 3. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji luar komisi dan Dr Ir Dwi Rachmina, M Si selaku dosen penguji perwakilan program studi pada ujian tesis. 4. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan Dr Ir Suharno, MAdev selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis, serta seluruh staf Program Studi Agribisnis atas dorongan semangat, bantuan dan kemudahan yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan pada Program Studi Agribisnis. 5. Ucapan terimakasih kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Biro Perencanaan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN) yang telah memberikan beasiswa pendidikan kepada penulis. 6. Petani Garam di Kabupaten Sumenep Jawa Timur yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 7. Teman-teman seperjuangan Angkatan II pada Program Studi Agribisnis atas diskusi, masukan, dan bantuan selama mengikuti pendidikan. 8. Penghormatan yang tinggi dan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta Ali Yusman Syam dan Hamsiah, serta kakak Faisal Ali Ahmad dan Fitri Alham. Bogor, Agustus 2013 Fiddini Alham

14 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 4 Ruang Lingkup Penelitian 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 Struktur Pasar Komoditas Pertanian 4 Perilaku Pasar Komoditas Pertanian 5 Kinerja Pasar Komoditas Pertanian 6 3 KERANGKA PEMIKIRAN 6 Kerangka Teoritis 6 Kerangka Operasional 15 4 METODE PENELITIAN 17 Waktu dan Lokasi 17 Jenis dan Sumber Data 17 Metode Pengambilan Contoh 17 Metode Analisis Data 17 5 EKONOMI GARAM 22 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 32 Analisis Struktur Pasar Garam 32 Analisis Perilaku Pasar Garam 36 Analisis Kinerja Pasar Garam 45 7 SIMPULAN DAN SARAN 56 DAFTAR PUSTAKA 57 LAMPIRAN 59 RIWAYAT HIDUP 64 xv xvi xvi

15 DAFTAR TABEL 1 Tingkat kebutuhan, produksi dan impor garam nasional tahun Tipe-tipe pasar berdasarkan kondisi utama 8 3 Jenis dan penggunaan garam 24 4 Perkembangan konsumsi garam Indonesia tahun Identitas petani responden garam di Kabupaten Sumenep 32 6 Perbandingan jumlah partisipan pasar garam di Kabupaten Sumenep tahun Pangsa pasar dan konsentrasi pasar 6 perusahaan pengolahan garam di Jawa Timur tahun Hambatan pesaing untuk masuk dalam setiap lembaga pemasaran 36 9 Aktivitas penjualan garam oleh petani responden Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan di tingkat petani responden Produksi garam bahan baku PT Garam berdsarakan kualitas yang dihasilkan di Kabupaten Sumenep Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan di tingkat PT Garam sebagai produsen raw material Aktivitas penjualan garam oleh pedagang pengumpul responden Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan di tingkat pedagang pengumpul Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan di tingkat perusahaan pengolahan Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan di tingkat distributor Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan di tingkat retail Sumber informasi dan proses penentuan harga garam pada setiap lemabga pemasaran Sistem pembayaran pada setiap lembaga pemasaran Farmer s share komoditas garam di Kabupaten Sumenep tahun Indeks integrasi pasar garam pada jangka pendek Indeks integrasi pasar garam pada jangka panjang 54 DAFTAR GAMBAR 1 Pola pergerakan garam di tingkat petani dan retail 3 2 Paradigma structure conduct dan performance 7 3 Kurva biaya rata-rata jangka panjang 10 4 Marketing marjin 12 5 Kerangka pemikiran operasional 16 6 Luas lahan garam nasional tahun Perkembangan produksi garam nasional tahun

16 8 Perkembangan produktivitas tambak garam tahun Volatilitas harga di tingkat petani dan retail Tata niaga garam di Indonesia Saluran pemasaran garam Saluran pemasaran garam Saluran pemasaran garam Saluran pemasaran garam Saluran pemasaran garam Gabungan seluruh saluran pemasaran pergaraman di Kabupaten Sumenep Disrtibusi harga beli, biaya, harga jual, keuntungan setiap lembaga pemasaran pada saluran pemasaran Disrtibusi harga beli, biaya, harga jual, keuntungan setiap lembaga pemasaran pada saluran pemasaran Disrtibusi harga beli, biaya, harga jual, keuntungan setiap lembaga pemasaran pada saluran pemasaran Disrtibusi harga beli, biaya, harga jual, keuntungan setiap lembaga pemasaran pada saluran pemasaran Hubungan keterkaitan antara struktur, perilaku dan kinerja pasar garam di Kabupaten Sumenep 56 DAFTAR LAMPIRAN 1 Analisis marjin pemasaran dan farmer s share garam di Kabupaten Sumenep 61 2 Hasil output analisis integrasi pasar vertikal 63

17 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia yang terdiri dari pulau, dan luas pantai yang panjangnya hampir kilometer. Hal ini menguntungkan Indonesia karena memiliki sumber daya pesisir berupa hayati (ikan, mangrove, lamun, terumbu karang), non hayati (garam, pasir laut, polimethalic nodules), serta jasa-jasa lingkungan (pariwisata, industri maritim, OTEC, pasut sebagai pembangkit energi listrik). Sumber daya ini memberikan banyak manfaat berupa mata pencahariaan bagi rakyat Indonesia. Baik menjadi nelayan, petani garam, serta usahalain yang terkait. Salah satu sumber daya di atas yang menjadi persoalan di Indonesia saat ini adalah garam. Indonesia merupakan sentra produksi garam nomor ke 30 terbesar didunia. Garam dapat digolongkan menjadi 2 bagian, yaitu: a) garam konsumsi yang memenuhi SNI garam dengan kadar NaCl minimal 94.7 persen, garam untuk konsumsi ini meliputi garam konsumsi rumah tangga, industri aneka pangan, dan untuk industri pengasinan dan pengawetan ikan, b) garam industri yaitu garam untuk pembuatan soda elektrolitis, atau Chlor Alkali Plan (CAP) dengan kadar NaCl tinggi minimal 99.7 persen dan industri lainnya (garam non CAP) dengan kadar NaCl tinggi minimal 97 persen (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011). Garam mempunyai peranan penting hampir dalam seluruh proses produksi industri dan konsumsi masyarakat, sehingga menjadi komoditi yang strategis. Garam merupakan barang yang tidak memiliki barang pengganti. Pada Tabel 1 terlihat kebutuhan dan produksi garam Indonesia dari tahun 2008 hingga tahun Produksi garam tahun sangat berfluktuasi, terjadi penurunan yang sangat drastis pada tahun 2010, dikarenakan cuaca yang tidak menentu. Mengingat proses produksi garam di negara kita masih menggunakan solar evaporation (cahaya matahari). Pada tahun 2011 kebutuhan garam nasional baik industri maupun konsumsi merupakan garam imporsebesar 1.7 juta ton. Hal ini dikarenakan kebutuhan garam konsumsi mencapai 1.1juta ton dan garam industri 1.8juta ton, sedangkan produksi garam nasional ditahun ini hanya mencapai 1.4 juta ton. Impor ini dilakukan mengingat bahwa negara kita memang belum mampu menghasilkan kualitas garam sesuai dengan ketentuan SNI (Kementerian Kelautan dan Perikanan 2012).

18 2 Tabel 1 Tingkat kebutuhan, produksi dan impor garam nasional tahun Uraian Kebutuhan Garam A. Garam Konsumsi a. Rumah Tangga b. Industri Aneka Pangan c. Industri Pengasinan Ikan B. Garam Industri a. Industri CAP b. Industri NON CAP Produksi Garam A. Garam Konsumsi B. Garam Industri Impor Garam (Realisasi) A. Garam Konsumsi B. Garam Industri Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012 Posisi Indonesia sebagai negara kepulauan, menyebabkan beberapa daerah menjadi pusat produksi garam. Produksi garam terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Madura, misalnya Jawa Barat dengan pusat konsentrasi produksi garam di Kabupaten Indramayu dengan luas ha, Kabupaten Cirebon ha. Di Jawa Tengah terpusat di Kabupaten Pati dengan luas ha, Kabupaten Rembang ha. Sedangkan di Madura terpusat di Kabupaten Sampang dengan luas ha, dan Kabupaten Pamekasan ha. Sedangkan di Kabupaten Sumenep sendiri produsen garam diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu usaha garam yang dikelola oleh rakyat dengan luas lahan lebih kurang ha, sedangkan ha dimiliki oleh PT. Garam. Keberadaan PT. Garam bukan saja sebagai produsen raw material namun juga sebagai perusahaan pengolahan garam, disamping itu PT. Garam juga menyerap atau membeli garam rakyat. Masalah pergaraman rakyat di Indonesia sangat kompleks, ketika produksi yang dilakukan masih sangat tradisional tergantung pada sinar matahari (solar evaporation), kualitas garam yang dihasilkan belum sesuai dengan yang diharapkan. Permasalahan ini semakin rumit, dimana sarana dan prasarana produksi belum memadai, lahan garam belum berada dalam satu hamparan yang luas tetapi terfragmentasi dalam lahan-lahan skala kecil. Selain itu, kelembagaan para petani garam masih relatif lemah terutama petani garam yang menyewa, bagi hasil atau buruh tambak. Ditambah lagi mata rantai tata niaga garam dikuasai oleh beberapa perusahaan yang juga mendapat lisensi untuk mengimpor (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011). Pemasaran merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dengan usaha produksi, karena pemasaran merupakan ujung tombak untuk menilai berhasilnya usaha yang dijalankan. Dalam kegiatan pemasaran garam, kegiatan hilir didominasi oleh industri skala besar dan retail dengan jaringan yang kuat sedangkan kegiatan hulu (produksi garam) didominasi oleh kegiatan pengelolaan garam dengan teknologi tradisional. Ketidakseimbangan ini, membuat keuntungan lebih dinikmati oleh industri hilir (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011). Sehingga peneliti menduga, pemasaran garam tidak efisien dan adil. Dibutuhkan analisis mengenai pemasaran garam dengan menggunakan pendekatan structure, conduct dan

19 3 performance (SCP). Pemilihan pendekatan SCP dikarenakan menurut Soekartawi (2002) pendekatan SCP merupakan teknik yang relatif baru dalam menganalisis efisiensi pemasaran dan sekaligus memperhatikan welfare sociaty. Rumusan Masalah Kabupaten Sumenep merupakan pusat perdagangan garam di Pulau Madura pada khususnya dan Provinsi Jawa Timur pada umumnya. Sebagian besar penduduk Sumenep ± orang bekerja sebagai petani garam. Terdapat lebih kurang 300 pedagang pengumpul dan tiga perusahaan pengolahan skala besar dalam pengolahan garam (raw material) menjadi garam konsumsi dan kebutuhan lainnya. Di samping itu PT Garam juga merupakan produsen garam terbesar di Kabupaten ini. Sesuai dengan latar belakang penelitian di atas adanya pihak-pihak yang mendominasi perdagangan garam di Kabupaten Sumenep menyebabkan ketidakadilan dan kegagalan pasar. Harga dasar (floor price) yang ditetapkan oleh pemerintahrp750 per kg untuk garam dengan kualitas 1 (KP1), kualitas2 (KP2) Rp550 tidak terlaksana hingga saat ini. Harga garam di tingkat petani hanya mencapai Rp480 per kg untuk kualitas 1, sedangkan garam dengan kualitas 2 berkisar pada harga Rp300 per kg nya. Pada tingkat retail, harga relatif tinggi berkisar Rp4 000 hingga Rp5 000 per kg (Kementerian Perdagangan, 2012). Intervensi pemerintah belum mampu memperbaiki tata niaga garam di Kabupaten Sumenep. Pergerakan harga antara tingkat petani dengan retail dari tahun 2008 hingga 2012 dapat dilihat pada Gambar 1. Rupiah/Kg Garam KP 1 Garam KP 2 Garam KP 3 Retail Sumber: Kementerian Perdagangan, 2012 Gambar 1 Pola pergerakan harga garam di tingkat petani dan retail tahun Dalam proses pemasarannya, petani dikondisikan hanya sebagai produsen garam, tidak memiliki andil dalam penentuan harga, maupun penentuan teknis kualitas garam yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan tertutupnya akses petani

20 4 terhadap informasi mutu dan perkembangan harga yang menyebabkan mayoritas petani memiliki daya tawar atau bergaining position lemah dalam penentuan harga dan cenderung sebagai penerima harga (price taker). Jika terjadi kenaikan harga garam, petani tidak pernah menikmati keuntungan tersebut. Kondisi ini semakin diperparah oleh keterbatasan sarana dan prasarana, akses pemodalan. Integrasi kegiatan pemasaran dari hulu dan hilir ini perlu dikembangkan secara sinergis sehingga terjadi distribusi keuntungan ekonomi yang lebih adil, dan efisiensi dalam industri garam. Efisiensi dan keadilan dalam sistem pemasaran berkaitan erat dengan farmer s share, marjin pemasaran, serta integrasi pasar dimana ketiga indikator ini merupakan beberapa bagian dari analisis kinerja pasar (performance). Namun dalam penelitian ini tidak hanya menggunakan satu pendekatan saja, tapi juga menggunakan pendekatan struktur pasar (structure) dan Perilaku pasar (conduct), karena adanya hubungan yang komprehensif pada tiga pendekatan ini. Menurut Philips (1970) dalam Asmarantaka (2012)mengajukan keterkaitan hubungan dua arah yang bersifat timbal balik dan sifat hubungan endogenous diantara veriabel-variabel SCP serta memperhitungkan waktu. Pendekatannya menunjukkan bahwa structure (S), conduct (C), dan performance (P) dalam satu waktu berada pada sistem dimana S dan C adalah penentu dari P, dilain waktu S dan C ditentukan oleh P. Hal ini menunjukkan suatu sistem dinamis yang mengembangkan respon penyesuaian dari perusahaan terhadap kondisi pasar dan keadaan yang memungkinkan. Tujuan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang diuraikan, maka tujuan penelitian ini secara umum akan mengkaji sistem pemasaran Garam di Kabupaten Sumenep, dan secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis struktur pasar garam di Kabupaten Sumenep. 2. Menganalisis perilaku pasar garam di Kabupaten Sumenep. 3. Menganalisis kinerja pasar garam di Kabupetan Sumenep. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan pertimbangan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain bagi pemerintah diharapkan dapat merumuskan kebijakan yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan petani garam sebagai bahan referensi untuk penelianpenelitian selanjutnya. Serta sebagai proses pembelajaran bagi penulis. Ruang Lingkup Penelitian 1. Penelitian ini mengkaji seluruh lembaga pemasaran Garam di Kabupaten Sumenep. 2. Penelitian ini mencakup analisis struktur pasar (pangsa pasar, konsentrasi pasar dan hambatan masuk pasar), perilaku pasar (sistem penentuan harga, praktek

21 5 penjualan dan pembelian, kerjasama lembaga pemasaran), kinera pasar (marjin pemasaran, farmer sshare, integrasi pasar vertikal. 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menjelaskan beberapa penelitian-penelitian yang terkait dengan pemasaran menggunakan pendekatan struktur, perilaku, dan kinerja pasar. Dalam bab ini juga akan terlihat perbedaan dan persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Struktur Pasar Komoditas Pertanian Penelitian yang dilakukan oleh Azizi et al. (2011) mengenai analisis pemasaran garam rakyat di Kabupaten Pati Jawa Tengah, diperoleh bahwa struktur pasar garam rakyat cenderung kepada pasar yang oligopsonik. Dalam menentukan struktur pasar garam di Kabupaten Pati ini peneliti hanya menggunakan perbandingan jumlah partisipan pasar. Akan berbeda sekali dengan penelitian yang akan di lakukan, dimana penulis menggunakan beberapa alat analisa dalam menentukan struktur pasar garam di Kabupaten Sumenep, seperti CR4. Penelitian selanjutnya mengenai analisa pemasaran garam rakyat studi kasus Kecamatan Kalianget Kaupaten Sumenep yang dilakukan oleh Suherman et al. (2011) dimana strutur pasar dianalisa secara kualitatif maupun kuantitaif. Analisa kualitatif dapat dilihat dari jumlah penjual dan pembeli, diferensiasi produk dan hambatan keluar masuk pasar. Sedangkan analisa kuantitaf menggunakan analisa konsentrasi ratio. Dilihat dari jumlah penjual dan pembeli yang tidak seimbang, maka pemasaran garam di Desa Kertasada Kecamatan Kalianget dikategorikan sebagai pasar tidak efisien, karena beberapa tingkat pasar hampir semuanya mengarah ke pada pasar monopsoni. Sedangkan dilihat dari aspek diferensiasi produk, tidak ada perubahan bentuk yang dapat menciptakan nilai tambah dari garam yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat. Sedangkan hambatan keluar masuk pasar dapat dilihat dari kondisi dimana petani yang memiliki hubungan seperti pinjaman kepada tengkulak, tidak bisa memilih menjual garam kepada saluran pemasaran yang lain yang dapat memberikan harga yang lebih baik. Sedangkan dalam pasar antara tengkulak dengan tengkulak lainnya tidak dapat keluar masuk pasar secara bebas, karena para tengkulak kesulitan dalam mendapatkan garam dari petani, hal ini disebabkan para petani sebagian besar terikat secara tidak formal dengan tengkulak lain yang sudah lama memiliki ikatan dengan mereka. Kementerian Perdagangan di tahun 2010 juga melakukan penelitian mengenai pemasaran garam dengan pendekatan struktur. Penelitian ini membahas mengenai struktur pasar garam di beberapa wilayah Indonesia. Pemanfaatan hasil produksi garam di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan sebagai daerah produsen biasanya langsung dijual ke pedagang besar, baik untuk konsumsi lokal maupun untuk provinsi lain. Di beberapa wilayah seperti di Indonesia Bagian Timur, biasanya pabrikan mendatangkan garam dari Surabaya atau Makasar, kemudian

22 6 diolah (yodifikasi) dan selanjutnya dipasarkan. Jumlah pabrikan sebagai produsen garam beryodium relatif sedikit, sementara lembaga perantara selanjutnya makin banyak. Khusus untuk kawasan Nabire, produsen pengolah hanya satu perusahaan dan daerah Papua tidak memiliki produsen pengolah sama sekali. Setelah di olah di pabrikan penjualan produk dari pabrikan umumnya dijual ke pedagang besar propinsi (distributor) atau kabupaten dan selanjutnya dijual ke pengecer. Mengalirnya barang ke tangan konsumen pastinya memerlukan informasi pasar. Informasi pasar biasanya bersumber dari distributor atau pedagang besar. Para pedagang maupun petani biasanya memperoleh informasi harga dari sesama pedagang maupun media massa. Sedangkan untuk harga jual ke pedagang pengecer atau ke level pemasarannya selanjutnya berdasarkan modal pembelian ditambah dengan biaya transportasi dan keuntungan. Sehingga pasar garam disimpulkan menjadi pasar oligopoli. Dalam beberapa penelitian lainpun menunjukkan bahwa struktur pasar yang dihadapi oleh petani adalah pasar oligopsoni (Bosenaet al 2011; Mmasa et al 2013; Funke et al; 2012). Dimana beberapa penelitian ini disimpulkan menggunakan beberapa indikator yaitu jumlah partisipan dalam pasar, nilai CR4, hambatan keluar masuk pasar. Perilaku Pasar Komoditas Pertanian Penelitian Suherman et al. (2011) mengenai pemasaran garam di Kecamatan Kalianget mengenai perilaku pasar menyatakan terdapat praktek tidak jujur dalam pemasaran garam, hal ini terlihat dari kejadian dimana petani yang memiliki hubungan dengan tengkulak menetapkan harga garam di bawah standar yang telah ditentukan oleh pemerintah. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Azizi et al. (2011) mengenai pemasaran garam di Kabupaten Pati adanya kolusi dalam pemasaran garam di daerah ini. Beberapa lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran garam yaitu : petani garam sebagai produsen, pedagang pengumpul, pedagang perantara dan pedagang besar, maka pedagang pengumpul merupakan agen atau kaki tangan pedagang perantara maupun pedagang besar. Pedagang Besar memiliki peran yang dominan dan dapat menguasai info pasar. Kementerian Perdagangan (2010) dalam penelitiannnya mengenai perilaku pasar garam menyimpulkan bahwa terdapat sembilan poin yang menggambarkan perilaku pasar garam di Indonesia : 1. Pada umunya tidak ditemui pemasaran yang dilakukan secara berkelompok antar produsen pabrikan. 2. Perlakuan terhadap produk oleh produsen pabrikan umumnya adalah sortasi, proses yodifikasi, pengemasan hingga pendistribusian. Pendekatan fungsi dalam pemasaran garam di beberapa wilayah Indonesia ini mencakup : a) fungsi pengangkutan, pergerakan produk dari daerah sentra produksi ke konsumen akhir melalui beberapa tahap. Sehubungan dengan negara kita adalah negara kepulauan pengangkutan garam dari pulau ke pulau biasanya menggunakan kapal laut, hal ini dikarenakan transportasi ini lah yang biayanya lebih rendah, namun risiko yang ditanggung lembaga pemasaran lebih tinggi. Setelah produk sampai di pelabuhan, biasanya akan diambil oleh pihak-pihak

23 pabrikan, yang nantinya produk akan di olah dan dipasarkan kembali ke konsumen akhir menggunakan jalur darat atau sesuai dengan sarana dan prasarana yang tersedia. b) Fungsi sortasi, fungsi ini biasanya dilakukan lagi di tingkat pedagang perantara, dikarenakan jarak yang jauh akan mengakibatkan produk rusak. c) Fungsi pengemasan, pengemasan bertujuan untuk mempermudah penjualan dan melindungi produk dari kerusakan. Biasanya di level pabrikan garam telah di kemas ke dalam botol atau plastik. Kemasan ini biasanya berukuran 0.25 kg, 0.5 kg dan 1 kg, bungkusan-bungksusan ini nantinya dikemas lagi dalam karung plastik berisi 40 pak, dan setiap pak berisi 6 bungkus. d) Fungsi penyimpanan, kegiatan penyimpanan dilakukan menunggu garam laku terjual sekaligus sebagai stok, fungsi penyimpanan disetiap level pemasaran sangat penting untuk menjaga stok karena ditakutkan terjadinya kerusakan sarana angkutan atau mengalami hambatan dalam proses distribusi pada saat musim hujan. Ketidakpastian penawaran (supply) akan mempengaruhi harga, hal ini juga lah yang menyebabkan fungsi penyimpanan sangat penting. e) Fungsi pembelian dan penjualan, dengan mengalirnya barang dari produsen ke konsumen akhir pastinya akan melakukan fungsi pembelian dan penjualan ini. 3. Kolusi antar lembaga pemasaran biasanya tidak terjadi pada sesama distributor atau pedagang besar, demikian juga di tingkat pedagang pengecer. Asosiasi garam di daerah tertentu mengatur skema pendistribusian garam mulai dari pabrikan hingga area distribusi. 4. Perlakuan terhadap produk oleh lembaga perantara hanya meliputi pendistribusian. 5. Diversifikasi penjualan oleh lembaga perantara berdasarkan kualitas terhadap produk garam sudah dilakuan sejak dari pabrikan. Beberapa pabrikan biasanya telah memberi merek, kemasan dan kandungan yang berbeda untuk kebutuhan konsumen yang beragam. 6. Sistem pembelian produk dari produsen pabrikan oleh lembaga perantara umumnya melalui distributor. Namun di beberapa pedagang langsung membeli ke pabrikan. 7. Sistem penentuan harga antara produsen pabrikan dengan lembaga perantara umunya relatif tetap dan disarkan pada hasil tawar menawar di antara keduanya. Penentuan harga di beberapa daerah terpencil lebih banyak ditentukan oleh pabrikan dan pedagang besar dan pengecer hanya menerima harga. 8. Sistem pembayaran dari lembaga perantara ke produsen dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu : pembayaran tunai sesuai dengan jumlah pembelian atau setelah dikurangi biaya produksi, pembayaran secara tempo sesuai dengan hasil kesepakatan produsen dengan lembaga perantara. Biasanya tempo yang diberikan maksimal satu minggu setelah sebelumnnya lembaga perantara memberikan uang muka pada produsen. 9. Praktek-praktek tidak jujur diantara lembaga perantara umumnya tidak dijumpai. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Bosena et al. (2011)dalam metodologinya untuk menganalisis perilaku pasar, maka peneliti mendeteksi indikator penetapan harga yang tidak wajar dan tidak adil di setiap level pemasaran. Isu-isu yang dipertimbangkan adalah adanya pemasaran formal dan 7

24 8 informal kelompok yang mempengaruhi daya tawar dan ketersedian informasi harga serta dampaknya pada harga yang berlaku. Analisis berikutnya yaitu mekanisme penentuan harga, faktor yang mempengaruhi penetapan harga, patokan dasar dalam diferensiaasi harga, dan dampak lokasi fisik pasar pada harga. Dari hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak adanya sistem harga yang kompetitif, sekitar 90 persen petani menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki kekuatan dalam menentukan harga. Hal ini menunjukkan penyimpangan pasar kapas dari norma pasar yang kompetitif baik dalam praktek penjualan, pembeilan dan strategi harga. Kinerja Pasar Komoditas Pertanian Masih dalam penelitian Azizi et al. (2011) mengenai kinerja pasar disimpulkan bahwa marjin pemasaran tertinggi diperoleh oleh pedagang pengumpul. Pada penelitian ini hanya menghitung marjin pemasaran saja dan tidak ada penjelasan mengenai bagian yang diterima petani (farmer s share), peneliti hanya mengungkapkan bahwa saluran pemasaran garam cenderung lebih efisien. Sedangkan penelitian yang dilakukan Suherman et al. (2011) mengenai kinerja pasar garam di Kecamatan Kalianget digunakan indikator analisis marjin pemaran, share harga yang diterima petani. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa lembaga pemasaran yang banyak melakukan fungsi pemasaran mendapatkan distribusi marjin yang terbesar, distribusi marjin yang terbesar diterima oleh pabrik garam. Dari aspek share petani, mereka hanya menerima 11 persen, share ini lebih kecil dibandingkan dengan share yang diterima oleh pabrik dan tengkulak. Peneliti menyimpulkan bahwa pemasaran garam di Kecamatan Kalianget ini tidak efisien. 3 KERANGKA PEMIKIRAN Konsep SCP (Structure, Conduct, Performance) dan Perkembangannya Model SCP ini pertama kali dikemukakan oleh Joe Bain dalam bukunya Industrial Organization yang menjelaskan hubungan yang dapat diramalkan antara struktur, perilaku, dan kinerja pasar. Dahl dan Hammond (1977) menjelaskan bahwa analisis sistem pemasaran dapat dikaji melalui struktur, perilaku dan kinerja pasar. Pada awalnya paradigma SCP merupakan pendekatan yang umumnya digunakan untuk mengkaji hubungan dinamika persaingan suatu industri dengan kinerjanya (Waldman dan Jensen, 2007). Begitu pula Carlton dan Perloff (2000) juga menyatakan bahwa paradigma SCP pada awalnya digunakan untuk mengkaji pembentukan organisasi industri. Namun dalam perkembangannya pendekatan SCP ini telah banyak digunakan dalam pemasaran komoditas pertanian. Karena menurut Soekartawi (2002) pendekatan SCPmerupakan teknik yang relatif baru untuk meningkatkan efisiensi dan sekaligus memperhatikan welfare sociaty.

25 9 Pada konsepnya struktur pasar dipengaruhi oleh kondisi permintaan dan penawaran. Kondisi permintaan (elastisas harga, keberadaan barang subsitusi, metode pembelian) dan penawaran (teknologi, struktur biaya, pertumbuhan pasar) akan mempengaruhi struktur pasar (market structure) yang terbentuk. Struktur pasar adalah penggolongan produsen kepada beberapa bentuk pasar berdasarkan ciri-ciri seperti jenis produk yang dihasilkan, banyaknya perusahaan dalam industri, mudah tidaknya keluar atau masuk ke dalam industri serta konsentrasi pasar. Perilaku pasar (market conduct) menggambarkan tingkah laku perusahaan dalam menghadapi struktur pasar tertentu. Identifikasi perilaku pasar terdiri atas proses penentuan harga, kegiatan integrasi, merger, kolusi. Sedangkan keragaan pasar (market performance) merupakan hasil akhir perilaku pasar. Dalam kenyataan interaksi antara struktur, perilaku dan kinerja pasar tidak selalu linear, malah cenderung bersifat komplek dan saling mempengaruhi secara dinamis (Waldman dan Jensen, 2007).Keterkaitan antara komponen dalam pendekatan SCP dapat dilihat pada Gambar 2. Supply Conditions Technology and cost structure Factor markets Organizational structure Location Demand Conditions Price elasticity of demand Availibility of substitutes Method of purchase Structure Conduct Performance Number and size distribution of buyers and sellers Entry and exit conditions Market consentration Collusion Pricing Strategy Mergers Profitability Allocative Efficiency Growth Technological Progres Goverment Policy Regulation Taxes and Subsidies Employment Policy Regional Policy Competition Policy Trade Policy Sumber: Kuncoro (2007) Gambar 2 Paradigma structure conduct performance

26 10 Pendekatan SCP dalam Sistem Pemasaran Struktur Pasar (Market Structure) Struktur pasar menjelaskan bagaimana pelaku pasar terorganisasi berdasarkan karakteristik yang mempengaruhi hubungan antara penjual dan pembeli. Dengan kata lain struktur pasar mengindikasikan derajat kompetisi dalam pasar yang berpengaruh signifikan pada perilaku harga. Beberapa krtiteria yang digunakan dalam mengidentifikasi struktur pasar adalah : banyaknya jumlah lembaga pemasaran yang terlibat, pangsa pasar, konsentrasi pasar, diferensiasi produk dan kondisi keluar masuk pasar (Kohl dan Uhl, 2002). Sedangkan Jaya (2001) mendifinisikan struktur pasar lebih mengacu pada organisasi pasar yang dapat mempengaruhi persaingan dan tingkat harga, baik barang maupun jasa. Struktur pasar dalam konteks ini menunjukkan atribut pasar yang mempengaruhi sifat persaingan. Sama halnya dengan Kohl dan Uhl, Jaya juga menjelaskan beberapa elemen penting untuk mengukur struktur pasar diantaranya tingkat konsentrasi dan hambatan masuk pasar. Dari hasil identifikasi berdasarkan kriteria di atas struktur pasar akan dapat diklasifikasikan menjadipasar kompetitif (perfect competitive market) dan pasar persaingan tidak sempurna (imperfect competitive market). Tipe-tipe pasar berdasarkan kondisinya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Tipe-tipe pasar berdasarkan strukturnya Ciri-ciri Monopoli Perusahaan Dominan Oligopoli Persaingan Monopolistik Persaingan Murni Kondisi Utama Memiliki 100% pangsa pasar Menguasai % pangsa pasar tanpa pesaing ketat Gabungan beberapa perusahaan terkemuka yang pangsa pasarnya 40-80% Banyak pesaing yang efektif, tidak satupun memiliki lebih dari 10% pangsa pasar Lebih dari 50 pesaing yang tidak satupun memiliki pangsa pasar yang berarti Jumlah Produsen Satu Banyak Sedikit Banyak Sangat Banyak Entry/Exit Barrier Sangat tinggi Tinggi Tinggi Rendah Sangat Rendah Tipe Produk Heterogen Heterogen Homogen atau Heterogen Homogen heterogen Kekuasaan Sangat besar Relatif Relatif Sedikit Tidak ada Menentukan Persaingan Tidak ada Besar Besar Besar Tidak ada Harga Informasi Sangat Terbatas Cukup terbuka Terbatas Cukup terbuka Terbuka Profit Berlebih Berlebih Agak berlebih Normal Normal Efisiensi Kurang baik Kurang baik Kurang baik Cukup baik Baik Sumber: Jaya (2001) 1. Pangsa Pasar (Market Share) Menurut Jaya (2001) pangsa pasar merupakan elemen primer, karena pangsa pasar berpengaruh terhadap keuntungan. Besaran pangsa pasar berkisar antara 0 hingga 100 persen dari total penjulan seluruh pasar. Menurut Besanko et

27 11 al (2010) pangsa pasar dapat dihitung dengan menggunakan penerimaan penjualan atau kapastias produksi. Keterangan : = pangsa pasar perusahaan i (%) = penjualan perusahaan i (rupiah) = penjualan total seluruh perusahaan (rupiah) Pangsa pasar yang besar biasanya menandakan kekuatan pasar yang besar, sebaliknya pangsa pasar yang kecil berarti perusahaan tidak mampu bersaing dalam tekanan persaingan (Jaya, 2001). 2. Konsentrasi Konsentrasi atau pemusatan merupakan kombinasi pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan oligopolis, dimana adanya saling ketergantungan satu sama lain. Kelompok perusahaan ini terdiri dari 2 sampai 8 perusahaan. Kombinasi pangsa pasar oligopolis membentuk suatu tingkat pemusatan dalam pasar. Konsentrasi pasar ini sangat berkaitan erat dengan pangsa pasar (Jaya, 2001). Keterangan : = konsentrasi rasio dari m perusahaan terbesar dalam struktur pasar = pangsa pasar perusahaan ke 1 (i = 1, 2,3..., n) dalam persen m = jumlah perusahaan terbesar Rasio konsentrasi yang standar memerlukan data mengenai ukuran pasar secara keseluruhan dan ukuran perusahaan-perusahaan yang memimpin pasar. Indeks Hirschman Herfindahl merupakan penjumalahan kuadrat pangsa pasar semua perusahaan dalam suatu industri. Keterangan : = Herfindahl Hirchman Index = pangsa pasar perusahaan ke 1 (i = 1,2,3,...n) dalam persen Herfindahl Hirchman Index berada antara 0 sampai Untuk pasar persaingan sempurna Herfindahl Hirchman Index sama dengan nol sedangkan pasar monopoli Jaya (2001) menyatakan bahwa hasil yang baik dapat menggunakan pengukuran Herfindahl Hirchman Index sebagai pengganti rasio konsentrasi. Walaupn demikian, rasio konsetrasi tetap merupakan pengukuran serba guna mengenai derajat kompetisi yang paling baik. Pengukuran ini lebih jelas daripada pengukuran yang lain dan mempunyai pengertian yang lebih baik.

28 12 3. Hambatan Masuk Pasar Jaya (2001) ada beberapa hal umum mengenai hambatan memasuki suatu pasar yang harus dipahami. Pertama, hambatan-hambatan timbul dalam kondisi pasar yang mendasar, tidak hanya dalam bentuk perangkat yang legal ataupun dalambentuk kondisi-kondisi yang berubah dengan cepat. Kedua, hambatan dibagi dalam tingkatan mulai dari tanpa hambatan sama sekali (bebas masuk), hambatan rendah, sedang sampai tingkatan tinggi dimana tidak ada jalan masuk. Menurut Bain (1956) dalam Asmarantaka (2012) penentu utama kondisi masuk pasar adalah skala ekonomi yang besar, diferensiasi produk dan keuntungan biaya absolut antara perusahaan yang ada dengan yang baru. Skala ekonomis (economics of scale) terjadi apabila pertambahan produk dapat mengakibatkan biaya produksi rata-rata menurun atau semakin kecil, hal ini terlihat pada output 0 hingga Q*. Hubungan ini dapat di ilustrasikan pada Gambar 3. Biaya AC LRAC Economies of Scale Diseconomies of Scale Q* Output Sumber: Baye (2010) Gambar 3 Kurva biaya rata-rata jangka panjang Perilaku Pasar (Market Conduct) Terdapat lima dimensi perilaku pasar menurut Tatiek (2012). Perilaku pasar merupakan cara partisipan pasar beradaptasi terhadap situasi pasar, yaitu : 1. Prinsip dan metode yang digunakan pelaku pasar untuk menentukan harga dan tingkat output yang dijualnya. 2. Kebijakan harga strategis dan pelaku pasar baik secara individual maupun kelompok. 3. Aktivitas promosi dan pelaku pasar. 4. Alat koordinasi dan adaptasi harga, produk dan promosi yang dilakukan dalam hubungan antar penjual yang kompetitif. Koordinasi ini mungkin berbentuk kolusi baik terbuka maupun tertutup di antara price maker pada pasar persaingan tidak sempurna. 5. Ada tidaknya strategi penetapan harga pesaing.

29 Kinerja Pasar (Market Performance) Kinerja pasar menurut Dahl dan Hammond (1977) merupakan keadaan sebagai akibat dari struktur dan perilaku pasar dalam kenyataan sehari-hari yang ditunjukkan dengan harga, biaya, dan volume produksi yang pada akhirnya akan memberikan penilaian baik atau tidaknya suatu sitem pemasaran. Deskripsi kinerja pasar dapat dilihat dari : (1) harga dan penyebarannya ditingkat produsen dan tingkat konsumen, (2) marjin pemasaran dan penyebarannya pada setiap tingkat lembaga pemasaran. Kinerja pasar merupakan gabungan antara struktur pasar dan perilaku pasar yang menunjukkan terjadi interaksi antara struktur pasar, perilaku pasar, dan kinerja pasar yang tidak selalu linear, tetapi saling mempengaruhi. Adapun elemen kinerja pasar terdiri atas marjin pemasaran, farmer s share, R/C Rasio, dan integrasi pasar. Kinerja dalam kaitannya dengan ekonomi memiliki banyak aspek namun biasanya dipusatkan pada tiga aspek pokok, yaitu efisiensi, kemajuan teknologi, dan keseimbangan dalam industri (Jaya, 2001). Pada bagian ini hanya akan dibahas dua aspek saja yaitu : a. Efisiensi. Efisiensi akan menghasilkan suatu nilai output yang maksimum dengan menggunakan sejumlah input tertentu, baik secara kuantitas maupun nilai ekonomis dan tidak ada nilai sumberdaya yang terbuang. Namun, dalam pemasaran indikator efisiensi dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu efisiensi operasional dan efisiensi harga (Purcell 1979; Kohl dan Uhl 2002). Efisiensi operasional berkaitan dengan pelaksanaan aktivitas pemasaran yang dapat meningkatkan atau memaksimumkan rasio output-input pemasaran sedangkan efisiensi harga menekankan kepada kemampuan sistem pemasaran dalam mengalokasikan sumberdaya dan mengkoordinasikan seluruh produksi pertanian dan proses pemasaran sehingga tercapai kepuasan dan keinginan konsumen (Asmarantaka, 2012). b. Keadilan. Keadilan dalam pemasaran sangat erat kaitannya dengan efisiensi dalam pengalokasian. Keadilan mempunyai tiga dimensi pokok yaitu kesejahteraan, pendapatan dan kesempatan. Kesejahteraan dan pendapatan berkaitan dengan nilai uang. Sementara kesempatan berkaitan dengan peluang yang dimiliki setiap orang. Adapun pengukuran terhadap kinerja pasar, dapat dilihat pada bagian di bawah ini : 1. Marjin Pemasaran Tomek dan Robison (1990), memberikan alternatif dari definisi marjin pemasaran yaitu : (a) perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima produsen (petani), (b) merupakan harga dari kumpulan jasa-jasa pemasaran sebagai akibat adanya aktivitas-aktivitas bisnis yang terjadi dalam sistem pemasaran tersebut. Pada Gambar 4 menunjukkan nilai marjin pemasaran (the value of the marketing marjin atau VMM) yang merupakan selisih harga di tingkat konsumen dan petani dikalikan dengan jumlah produk yang dipasarkan (Kohl dan Uhl, 2002). Secara matematik sederhana VMM = (Pr-Pf) Q. Nilai dari marjin pemasaran (VMM) dapat dipandang secara agregat atau kedalam dua aspek yang berbeda. Aspek pertama dari VMM adalah penerimaan dari input yang dipergunakan dalam proses pengolahan atau jasa pemasaran dari tingkat petani sampai konsumen (marketing cost or returns to factors), termasuk dalam 13

30 14 kelompok ini adalah upah, suku bunga, sewa dan keuntungan. Aspek kedua dari VMM adalah returns to institutions or marketing changers yaitu pedagang pengecer, grosir, pengolah dan assemblers. Derived Supply Marjin Pr Pf Primary Supply Primary Demand Derived Demand Qr,f Sumber: Tomek dan Robinson (1990) Gambar 4Marketing margin Irawan dan Sudjoni (2001), berpendapat banyaknya lembaga pemasaran dan jarak antara produsen ke konsumen sangat berpengaruh terhadap arus distribusi barang dan tingkat harga yang diterima oleh produsen ataupun tingkat harga yang harus dibayar oleh konsumen. Jika dalam penyaluran barang dari produsen ke konsumen melalui banyak lembaga pemasaran yang terlibat, maka akan semakin besar perbedaan harga komoditas tersebut pada produsen dibandingkan dengan harga yang akan dibayarkan oleh konsumen, dalam hal ini tidak memberikan keuntungan yang wajar, baik bagi petani maupun bagi konsumen. Dengan demikian pemasaran yang melibatkan banyak lembaga pemasaran dapat menyebabkan rendahnya harga di tingkat produsen dan tingginya harga di tingkat konsumen sehingga marjin pemasaran menjadi tinggi.secara matematis marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut : Dengan demikian total marjin pemasaran adalah : Keterangan : = Marjin pemasaran pada saluran pemasaran di tingkat pasar tertentu = Harga jual di pasar ke-i = Harga beli di tingkat pedagang ke-i = Biaya pemasaran di tingkat pedagang ke-i = Keuntungan pemasaran pada pedagang ke-i

31 15 Tomek dan Robinson (1990) menyatakan bahwa marjin pemasaran dapat berubah dalam faktor harga, efisiensi dari jasa pemasaran, kualitas dan kuantitas jasa pemasaran yang dipergunakan dalam proses produksi produk akhir. 2. Farmer s Share Efisiensi pemasaran dapat juga dianalisis dengan menghitung bagian harga yang diterima petani atau farmer s share. Soekartawi (2002), mengemukakan untuk mengukur efisiensi pemasaran digunakan harga jual petani sebagai dasar (Pf) dan dibandingkan dengan harga beli pedagang di tingkat konsumen akhir (Pr) dikalikan dengan 100 persen. Hal ini berguna untuk mengetahui porsi harga yang berlaku di tingkat konsumen yang dinikmati oleh petani. Apabila dari hasil pengujian diperoleh bagian harga yang diterima petani rendah (<40%), maka saluran pemasaran tidak efisiensi.rumusannya sederhana, dinyatakan dalam persentase (%), yang dirumuskan dalam persamaan : Keterangan : = Bagian harga yang diterima petani = Harga jual di tingkat petani = Harga beli di tingkat pedagang 3. Integrasi Pasar Vertikal Integrasi atau keterpaduan pasar merupakan suatu indikator dari efisiensi pemasaran, khususnya efisiensi harga yang menunjukkan seberapa jauh perubahan harga yang terjadi di pasar acuan akan menyebabkan terjadi perubahan pada pasar pengikutnya (Asmarantaka, 2009). Menurut Ravallion (1986), model integrasi pasar ini dapat digunakan untuk mengukur bagaimana harga di pasar konsumsi dengan mempertimbangkan harga pada waktu yang lalu dan harga pada saat ini. Model ini membangun sebaran autoregresi antara setiap harga dengan suatu tempat dengan harga tingkat harga pada pasar acuan. Berikut akan dibahas mengenai model Ravallion, Firdaus dan Gunawan (2012) menunjukkan persamaan dasar dari model Ravallion ini adalah sebagai berikut : Dalam hal ini n merupakan pasar lokal dengan harga P sedangkan R adalah harga di pasar acuan. Sedangkan adalah vektor yang menunjukkan variabel-variabel non harga (tren waktu atau dummy musim) mempengaruhi permintaan dan penawaran pada pasar faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi harga di pasar lokal. Kemudian model dasar di atas diturunkan menjadi model dinamis dengan memasukkan pengaruh jeda waktu (lag) dalam harga karena persamaan di atas hanya mengukur harga pada saat ini. Tapi jika periode lag terlalu panjang, maka model ini akan menjadi rumit sehingga harga disetiap pasar diasumsikan memiliki satu fase lag saja, yaitu :

Kinerja Pasar Komoditas Pertanian

Kinerja Pasar Komoditas Pertanian 8 informal kelompok yang mempengaruhi daya tawar dan ketersedian informasi harga serta dampaknya pada harga yang berlaku. Analisis berikutnya yaitu mekanisme penentuan harga, faktor yang mempengaruhi penetapan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT 55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 17 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Definisi tentang pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, pada hakekatnya bahwa pemasaran merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU Bungamayang, Kabupaten Lampung Utara. Lokasi dipilih secara purposive karena PTPN

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data 21 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah sentra produksi karet rakyat di Provinsi Jambi. Lokasi yang dipilih yaitu Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Bungo.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Berdasarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Konsep Pemasaran Definisi tentang pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, pada hakekatnya bahwa pemasaran merupakan

Lebih terperinci

PERILAKU PASAR GARAM DI KABUPATEN SUMENEP JAWA TIMUR

PERILAKU PASAR GARAM DI KABUPATEN SUMENEP JAWA TIMUR PERILAKU PASAR GARAM DI KABUPATEN SUMENEP JAWA TIMUR Fiddini Alham 1 Abstract: Sumenep Regency is one of salt producing areas in Indonesia. Salt plays an important role in almost all production and industrial

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis digunakan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam penelitian

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Tataniaga atau pemasaran memiliki banyak definisi. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006) istilah tataniaga dan pemasaran

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province) ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province) Nuni Anggraini, Ali Ibrahim Hasyim, Suriaty Situmorang Program Studi Agribisnis,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani Soeharjo dan Patong (1973), mengemukakan definisi dari pendapatan adalah keuntungan yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Pada perekonomian saat ini, hubungan produsen dan konsumen dalam melakukan proses tataniaga jarang sekali berinteraksi secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA KONSEPTUAL

III. KERANGKA KONSEPTUAL III. KERANGKA KONSEPTUAL 3.1. Structure-Conduct Performance Model Pendekatan Structure, Conduct, and Performance (SCP) adalah pendekatan organisasi pasar atau pelaku pasar yang mencakup atau mengkombinasikan

Lebih terperinci

RINGKASAN. Anggur merupakan salah satu tanaman hortikultura yang mempunyai nilai

RINGKASAN. Anggur merupakan salah satu tanaman hortikultura yang mempunyai nilai RINGKASAN Ni Ketut Suartining, STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA PEMASARAN ANGGUR, (STUDI KASUS DI DESA BANJAR KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG). Di Bawah bimbingan: Prof. Dr. Ir. Dwi Putra Darmawan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH (Capsicum annuum SP.) (Kasus : Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo) Masyuliana*), Kelin Tarigan **) dan Salmiah **)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of

II. TINJAUAN PUSTAKA. kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Ekonomi pertanian merupakan suatu aplikasi ilmu ekonomi dengan bidang pertanian, dimana ilmu ini digunakan untuk memecahkan permasalahanpermasalahan pertanian.

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran merupakan konsep dalam mencari kebenaran deduktif atau secara umum ke khusus. Pada kerangka pemikiran teoritis penelitian ini

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA Evi Naria ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA Efendi H. Silitonga Staf Pengajar Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara Medan Abstract North

Lebih terperinci

PEMASARAN GARAM RAKYAT (Studi Kasus Desa Lembung, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur)

PEMASARAN GARAM RAKYAT (Studi Kasus Desa Lembung, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur) PEMASARAN GARAM RAKYAT (Studi Kasus Desa Lembung, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur) Ahmad Syariful Jamil 1), dan Netti Tinaprilla 2) 1,2) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini menggunakan teori sistem pemasaran dengan mengkaji saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, marjin pemasaran,

Lebih terperinci

MINGGU 6. MARKETING MARGIN

MINGGU 6. MARKETING MARGIN MINGGU 6. MARKETING MARGIN Oleh TIM TATANIAGA PRODUK AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 MARGIN TATANIAGA Konsep Margin Tataniaga (Margin Total)

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 49 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 (enam) bulan, sejak bulan Mei hingga Oktober 2011. Penelitian dilaksanakan di tujuh (7) pasar (Lampiran 2a dan 2b),

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasari oleh teori-teori mengenai konsep sistem tataniaga; konsep fungsi tataniaga; konsep saluran dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga dan pemasaran merupakan terjemahan dari marketing, selanjutnya tataniaga

Lebih terperinci

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN TATANIAGA PERTANIAN Tataniaga Pertanian atau Pemasaran Produk-Produk Pertanian (Marketing of Agricultural), pengertiannya berbeda

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer) ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer) Dimas Kharisma Ramadhani, Endang Siti Rahayu, Setyowati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Teori Produksi Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Terdapat berbagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu. 37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menjelaskan teori-teori yang digunakan untuk melakukan studi tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan menjadi panduan untuk memahami

Lebih terperinci

Melisa Dinda Anggraeni, Nur Baladina * Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang *

Melisa Dinda Anggraeni, Nur Baladina * Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang * Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA) Volume I No. 2 Bulan Desember 2017 ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN PENAMPILAN PASAR KENTANG DI DESA SUMBERBRANTAS, KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU (ANALYSIS

Lebih terperinci

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (2) 2015 ISSN Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan²

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (2) 2015 ISSN Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan² ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAWI MANIS DENGAN PENDEKATAN STRUCTURE, CONDUCT, AND PERFORMANCE (SCP) DI KECAMATAN JAMBI SELATAN KOTA JAMBI Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan²

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H34076035 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Saluran Pemasaran, dan Fungsi Pemasaran Saluran pemasaran jagung menurut Soekartawi (2002) merupakan aliran barang dari produsen kepada konsumen. Saluran pemasaran jagung

Lebih terperinci

TATANIAGA PERTANIAN (lanjutan) OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

TATANIAGA PERTANIAN (lanjutan) OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN TATANIAGA PERTANIAN (lanjutan) OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN Analisis Tataniaga Pertanian Pendekatan Fungsi (The Functional Approach) Pendekatan Kelembagaan (The Institutional Approach)

Lebih terperinci

SISTEM PEMASARAN BERAS DI KECAMATAN CIBEBER, KABUPATEN CIANJUR

SISTEM PEMASARAN BERAS DI KECAMATAN CIBEBER, KABUPATEN CIANJUR SISTEM PEMASARAN BERAS DI KECAMATAN CIBEBER, KABUPATEN CIANJUR Alexandro Ephannuel Saragih 1), dan Netti Tinaprilla 2) 1,2) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG 131 Buana Sains Vol 8 No 2: 131-136, 2008 ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG Ahmad Zubaidi PS Agribisnis Fak. Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi Abstract

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah TINJAUAN PUSTAKA Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis Secara umum sistem pemasaran komoditas pertanian termasuk hortikultura masih menjadi bagian yang lemah dari aliran komoditas. Masih lemahnya pemasaran komoditas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Penentuan Daerah Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Penentuan Daerah Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Penentuan Daerah Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di desa Banjar, Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan pertimbangan bahwa desa tersebut

Lebih terperinci

PASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA

PASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA PASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA P E R T E M U A N 6 N I N A N U R H A S A N A H, S E, M M MONOPOLI Bahasa Yunani monos polein artinya menjual sendiri Penguasaan atas produksi dan atau pemasaran

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A14105608 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Pedagang Karakteristik pedagang adalah pola tingkah laku dari pedagang yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana pedagang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan pada lokasi yang ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah atau lokasi yang terpilih merupakan salah satu sentra

Lebih terperinci

ANALISIS PANGSA PASAR DAN TATANIAGA KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TANA TORAJA DAN ENREKANG, SULAWESI SELATAN IMA AISYAH SALLATU

ANALISIS PANGSA PASAR DAN TATANIAGA KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TANA TORAJA DAN ENREKANG, SULAWESI SELATAN IMA AISYAH SALLATU ANALISIS PANGSA PASAR DAN TATANIAGA KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TANA TORAJA DAN ENREKANG, SULAWESI SELATAN IMA AISYAH SALLATU SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan pemasaran. Para ahli telah mendefinisikan pemasaran atau

Lebih terperinci

AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal ISSN ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN

AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal ISSN ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal.63-70 ISSN 2302-1713 ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN Cindy Dwi Hartitianingtias, Joko Sutrisno, Setyowati Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Produk Hasil Perikanan Tangkap Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dibudidayakan dengan alat atau cara apapun. Produk hasil perikanan

Lebih terperinci

RANTAI NILAI BERAS IR64 DI KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP

RANTAI NILAI BERAS IR64 DI KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP AGRITECH : Vol. XIX No. 2 Desember 2017 : 121-129 ISSN : 1411-1063 RANTAI NILAI BERAS IR64 DI KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP Mahfud Hidayat, Pujiharto, Sulistyani Budiningsih Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRACT

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi Analysis Of Self-Help Pattern Of Cocoa Marketing In Talontam Village Benai Subdistrict Kuantan Singingi

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN GARAM RAKYAT (STUDI KASUS DESA KERTASADA, KECAMATAN KALIANGET, KABUPATEN SUMENEP)

ANALISIS PEMASARAN GARAM RAKYAT (STUDI KASUS DESA KERTASADA, KECAMATAN KALIANGET, KABUPATEN SUMENEP) ANALISIS PEMASARAN GARAM RAKYAT (STUDI KASUS DESA KERTASADA, KECAMATAN KALIANGET, KABUPATEN SUMENEP) Try Suherman 1, Elys Fauziyah 2, Fuad Hasan 2 1 Alumni Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pangsa pasar sering digunakan dalam ekonomi perusahan ataupun

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pangsa pasar sering digunakan dalam ekonomi perusahan ataupun 38 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.. Kerangka Pemikiran Teoritis 3... Konsep Pangsa Pasar Istilah pangsa pasar sering digunakan dalam ekonomi perusahan ataupun dalam dunia bisnis pada umumnya, untuk menunjukkan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI JALAR DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH. (Analysis of the Marketing Efficiency of Sweet Potato In Central Lampung Regency)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI JALAR DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH. (Analysis of the Marketing Efficiency of Sweet Potato In Central Lampung Regency) ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI JALAR DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Analysis of the Marketing Efficiency of Sweet Potato In Central Lampung Regency) Angginesa Pradika, Ali Ibrahim Hasyim, Achdiansyah Soelaiman

Lebih terperinci

Analisis Pemasaran Karet Rakyat di Kabupaten Sijunjung. Oleh : Lismarwati. (Di bawah bimbingan Yonariza dan Rusda Khairati) RINGKASAN

Analisis Pemasaran Karet Rakyat di Kabupaten Sijunjung. Oleh : Lismarwati. (Di bawah bimbingan Yonariza dan Rusda Khairati) RINGKASAN Analisis Pemasaran Karet Rakyat di Kabupaten Sijunjung Oleh : Lismarwati (Di bawah bimbingan Yonariza dan Rusda Khairati) RINGKASAN Karet merupakan komoditi perkebunan yang sangat penting peranannya di

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

Lebih terperinci

Perbuatan atau Kegiatan yang Dilarang Pasal 17 24

Perbuatan atau Kegiatan yang Dilarang Pasal 17 24 Perbuatan atau Kegiatan yang Dilarang Pasal 17 24 Defenisi Praktek Monopoli: pemusatan kekuatan ekonomi (penguasaan yang nyata atas suatu pasar yang relevan) sehingga dapat menentukan harga barang dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Tataniaga Tataniaga adalah suatu kegiatan dalam mengalirkan produk dari produsen (petani) sampai ke konsumen akhir. Tataniaga erat

Lebih terperinci

PEMASARAN GARAM RAKYAT DI DESA PANGARENGAN KECAMATAN PANGARENGAN KABUPATEN SAMPANG

PEMASARAN GARAM RAKYAT DI DESA PANGARENGAN KECAMATAN PANGARENGAN KABUPATEN SAMPANG PEMASARAN GARAM RAKYAT DI DESA PANGARENGAN KECAMATAN PANGARENGAN KABUPATEN SAMPANG [MARKETING OF SMALLHOLDER SALT IN VILLAGE OF PANGARENGAN, DISTRICT OF PANGARENGAN, SAMPANG REGENCY] Manda Ayu Widiyastutik

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pasar Definisi yang tertua dan paling sederhana bahwa pasar adalah sebagai suatu lokasi secara fisik dimana terjadi jual beli atau suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat 2.1.1 Pengertian Hutan Rakyat Hutan secara singkat dan sederhana didefinisikan sebagai suatu ekosistem yang didominasi oleh pohon. Penekanan hutan sebagai suatu

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A 14105605 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK (Kasus : Rumah Makan di Kota Bogor) EKO SUPRIYANA A.14101630 PROGRAM STUDI EKSTENSI

Lebih terperinci

Struktur Pasar dan Conduct

Struktur Pasar dan Conduct Struktur Pasar dan Conduct sayifullah Pasar? Konteks di mana para penjual dan pembeli melakukan pertukaran secara sukarela. Pasar = penawaran + permintaan. Dalam ekonomi industri, pasar = industri. 1 Permintaan

Lebih terperinci

pada persepsi konsumen.

pada persepsi konsumen. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan pada industri otomotif di Indonesia tahun 1983-2013, maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu: 1. Struktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Industri Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk sejenis dimana terdapat kesamaan dalam bahan baku yang digunakan, proses,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangka pemikiran konseptual berisi teori dan konsep kajian ilmu yang digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Jurnal NeO-Bis Volume 8, No. 2, Desember 2014 DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR

Jurnal NeO-Bis Volume 8, No. 2, Desember 2014 DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR ANALISIS TATANIAGA BUNGA KRISAN DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR Joko Purwono 1) / Sri Sugyaningsih 2) / Nada Fajriah 3) 1) Dosen Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, 2) Dosen

Lebih terperinci

Delianne Savitri 1), Rahmantha Ginting 2) dan Salmiah 3) 1) Mahasiswa Program Studi Agribisnis, 2) dan 3) Dosen Program Studi Agribisnis

Delianne Savitri 1), Rahmantha Ginting 2) dan Salmiah 3) 1) Mahasiswa Program Studi Agribisnis, 2) dan 3) Dosen Program Studi Agribisnis ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT (Hevea brasilliensis Muell Arg.) ( Studi Kasus : Desa Naga Jaya I, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun) Delianne Savitri 1), Rahmantha Ginting

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BUNGA KRISAN DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS TATANIAGA BUNGA KRISAN DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR ABSTRAK ANALISIS TATANIAGA BUNGA KRISAN DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR Joko Purwono 1) / Sri Sugyaningsih 2) / Nada Fajriah 3) 1) Dosen Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Gapoktan Bunga Wortel Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penetuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP , ANALISIS TATANIAGA SAYURAN KUBIS EKSPOR DI DESA SARIBUDOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA KABUPATEN SIMALUNGUN Roma Kasihta Sinaga 1), Yusak Maryunianta 2), M. Jufri 3) 1) Alumni Program Studi Agribisnis FP USU,

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN JAMBU METE DI KABUPATEN MUNA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 1 Analysis of Cashew Marketing in Muna District Southeast Sulawesi Province

ANALISIS PEMASARAN JAMBU METE DI KABUPATEN MUNA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 1 Analysis of Cashew Marketing in Muna District Southeast Sulawesi Province ANALISIS PEMASARAN JAMBU METE DI KABUPATEN MUNA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 1 Analysis of Cashew Marketing in Muna District Southeast Sulawesi Province Nurdiyah 2, Anna Fariyanti 3, dan Siti Jahroh 3 1

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI AGRISE Volume XV No. 2 Bulan Mei 2015 ISSN: 1412-1425 ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI (MARKETING

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya kelautan dan perikanan menyebabkan munculnya suatu aktivitas atau usaha di bidang perikanan sesuai dengan kondisi lokasi dan fisiknya. Banyak penduduk

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BERAS

ANALISIS TATANIAGA BERAS VI ANALISIS TATANIAGA BERAS Tataniaga beras yang ada di Indonesia melibatkan beberapa lembaga tataniaga yang saling berhubungan. Berdasarkan hasil pengamatan, lembagalembaga tataniaga yang ditemui di lokasi

Lebih terperinci

EKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama)

EKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama) EKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama) Dosen Pengasuh: Khairul Amri, SE. M.Si Bacaan Dianjurkan: Wihana Kirana Jaya, 2008. Ekonomi Industri, BPFE-UGM Yogyakarta. Mudrajat Kuncoro, 2012. Ekonomika Aglomerasi,

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

PROSIDING ISSN: E-ISSN: ANALISIS STRUKTUR PASAR INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2015 Leni Evangalista Marliani E-Mail: 1 lenievangalista02@gmail.com Abstak Industri perbankan merupakan industri yang memiliki peranan

Lebih terperinci