3 METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3 METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 49 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 (enam) bulan, sejak bulan Mei hingga Oktober Penelitian dilaksanakan di tujuh (7) pasar (Lampiran 2a dan 2b), dengan rincian sebagai berikut : 1. Pasar Piru di Kabupaten Seram Bagian Barat, Binaya di Kabupaten Maluku Tengah dan Bula di Kabupaten Seram Bagian Timur, 2. Pasar Tulehu yang berada di Kecamatan Salahutu dan Leihitu di Kecamatan Leihitu, serta 3. Pasar Passo dan Mardika yang berada di Kota Ambon yang merupakan pasar sentral pemasaran produk perikanan yang ada dan dekat dengan kawasan tersebut. Kabupaten Seram Bagian Barat dan Seram Bagian Timur terletak di pulau Seram serta meliputi beberapa pulau kecil di sekitar pulau Seram. Sebagian besar Kabupaten Maluku Tengah terletak di Pulau Seram dan sebagian lagi di Pulau Ambon serta beberapa pulau kecil di sekitarnya (Lampiran 1). Alasan pemilihan lokasi-lokasi penelitian ini adalah : 1. Pasar Tulehu dan Leihitu yang berada di Kecamatan Salahutu dan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah, secara geografis terletak di Pulau Ambon bersama dengan Kota Ambon dan merupakan sentra produksi perikanan di Kota Ambon. Kedua daerah ini juga merupakan pintu masuk bagi produk perikanan dari pulau Seram maupun pulau-pulau kecil lainnya yang ada di sekitar pulau Seram maupun pulau Ambon. 2. Pasar Piru, Masohi dan Bula yang terletak di Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku Tengah dan Seram Bagian Timur merupakan kabupatenkabupaten yang dekat dengan kota Ambon. 3. Pasar Mardika merupakan pasar sentral di Kota Ambon dan untuk mencapai pasar Mardika dari pasar-pasar yang telah disebutkan di atas, pasar Passo harus dilalui terlebih dahulu. Itu berarti ikan segar yang akan dibawa ke pasar Mardika dari pasar-pasar di atas harus ditransitkan dahulu di pasar Passo kemudian diteruskan ke pasar Mardika.

2 Pengumpulan Data Populasi dari penelitian ini adalah pedagang pengumpul dan pedagang pengecer produk perikanan di tujuh (7) pasar yang telah disebutkan. Dua puluh lima orang pedagang pengumpul dan seratus orang pedagang pengecer dari kelima (5) pasar di Kawasan Maluku Tengah dan dua (2) pasar di Kota Ambon, ditarik secara simple random sampling, kemudian diwawancarai berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik survei dengan pendekatan sistem untuk menganalisis sistem pemasaran produk perikanan di kawasan tersebut. Harga produk-produk perikanan yang dipasarkan di pasarpasar di atas dicatat setiap hari selama 4 (empat) bulan untuk menganalisis ada tidaknya integrasi pasar dengan memperhatikan faktor-faktor spasial dan temporal yang penting dan berpengaruh terhadap hubungan harga produk perikanan tersebut. Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui studi pustaka dan survei lapangan. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data sekunder, sedangkan survei lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya dan dilakukan terhadap pedagang perantara, pedagang pengecer dan para birokrat yang berkepentingan dalam bidang pemasaran produk perikanan. Data primer yang dikumpulkan meliputi : 1 Series data harian harga tiga (3) jenis ikan segar yang dominan didaratkan dan/atau dijual selama empat (4) bulan, atau 106 hari secara bersamaan (hari Minggu diabaikan) di enam (6) pasar eceran atau sentra produksi di Kawasan Maluku Tengah dan pasar sentral di Kota Ambon. 2 Kondisi sosial ekonomi pedagang pengecer ikan segar yang meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman berjualan, jumlah tanggungan keluarga dan pekerjaan sampingan, selain berjualan produk perikanan. 3 Keragaan usaha meliputi jenis dan jumlah ikan segar yang biasa dijual dan terjual per musim. 4 Cara memasarkan produk, cara memperoleh sumber dan bentuk informasi tentang harga.

3 51 5 Perolehan modal untuk memulai maupun memperbesar usaha dan jumlah biaya pemasaran yang dikeluarkan. 6 Kinerja lembaga penunjang pemasaran dan kebijakan yang telah ditetapkan Pemerintah dalam usaha pemasaran produk perikanan. Data sekunder yang dibutuhkan meliputi kondisi geografis daerah penelitian, kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, jumlah dan jenis alat tangkap yang digunakan nelayan, perkembangan produksi perikanan, inflasi dan kebijakan pemerintah dalam pengembangan pemasaran produk perikanan. Data dikumpulkan dari laporan instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku maupun Kabupaten di kawasan Maluku Tengah, Dinas Perindustrian, Bank Indonesia Cabang Maluku dan hasil penelitian terkait yang telah dilakukan sebelumnya. 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis Structure-Conduct-Performance Market Structure Dalam penelitian ini digunakan market concentration (konsentrasi pasar) untuk melihat market structure yang diukur berdasarkan persentase dari penjual/aset/ pangsa pasar. Ukuran yang paling umum digunakan untuk mengukur konsentrasi pasar adalah Concentration Ratio (CR), yang didefinisikan sebagai persentase dari keseluruhan output industri yang dihasilkan oleh beberapa perusahaan terbesar dilihat dari berbagai indikator. Secara matematik, rumus CR adalah : dimana: CR m = rasio konsentrasi dari pedagang ikan dalam pasar P i = jumlah pangsa pasar dari m produsen atau pedagang terbesar, yang dinyatakan dalam persentase. CR yang digunakan dalam penelitian ini adalah CR 4, sehingga persamaan (3.1) menjadi :

4 52 CR 4 = rasio konsentrasi empat pedagang ikan terbesar P i = jumlah pangsa pasar dari produsen atau pedagang terbesar ke-i, yang dinyatakan dalam persentase. Angka ini diperoleh dari perbandingan volume penjualan dari masing-masing produsen, atau empat (4) pedagang ikan terbesar dengan volume penjualan seluruh produsen, atau pedagang dalam pasar. Pasar dianggap sangat terkonsentrasi atau oligopoli apabila CR 4 sedikitnya bernilai 40% (Parker and Connor diacu dalam Sayaka 2006). Sementara Subanidja (2006) menyatakan bahwa pada situasi pasar monopoli, CR 4 akan bernilai 100%, sedangkan untuk persaingan sempurna CR 4 mendekati nilai nol (0). Selanjutnya Shepherd diacu dalam Rosyidi (2009) membagi tipe pasar atas enam bentuk, mulai dari monopoli murni hingga persaingan sempurna dengan kondisinya pada Tabel 6. Tabel 6 Tipe pasar, kondisi utama dan pengertiannya Tipe Pasar Kondisi Utama Pengertiannya Monopoli Satu industri menguasai 100% pangsa pasar CR 1 = 100 Murni Industri Dominan Satu industri menguasai % pangsa pasar dan tidak mempunyai pesaing terdekat Oligopoli ketat Empat industri terbesar menguasai % pangsa pasar Oligopoli kendur Monopolistik Persaingan Sempurna Empat industri terbesar menguasai 40% pangsa pasar Terdapat banyak industri yang saling bersaing, tidak ada yang menguasai pasar 10% Lebih dari 50 industri yang saling bersaing, seluruhnya dengan pangsa pasar yang tidak berarti Sumber : Shepherd diacu dalam Rosyidi (2009) CR 1 = CR 4 = CR 4 40 CR n 10 Gwin (2001) menyatakan bahwa CR 4 merupakan rasio konsentrasi yang umum digunakan untuk melihat struktur pasar. Walau begitu, tidak ada konsensus baku antar para ahli ekonomi untuk menggunakan CR 4. Konsentrasi hanya merupakan salah satu faktor yang bertujuan untuk membagi struktur pasar. Ada

5 53 banyak faktor, baik obyektif maupun subyektif yang harus diperhitungkan oleh seorang peneliti sebelum memilih struktur pasar yang dapat menggambarkan keberadaan industri dengan baik. Berdasarkan pendapat/pandangan para ahli di atas, maka kriteria CR 4 dalam penelitian ini akan mengacu pada Tabel 7. Penelitian ini berlokasi di lima pasar di Kawasan Maluku Tengah dan dua pasar di Kota Ambon yang memiliki kemiripan sifat dan karakteristik, seperti : a Produk perikanan yang diperdagangkan di ketujuh pasar tersebut pada hari yang bersamaan, umumnya memiliki keseragaman dalam jenis dan ukuran. b Modal pedagang pengecer umumnya sama. c Pedagang saling berkomunikasi satu dengan lainnya untuk mengetahui kondisi pasar. Tabel 7 Kriteria CR 4 dalam penelitian yang dilakukan Tipe Konsentrasi Konsentrasi Monopoli Konsentrasi Oligopoli Tidak Konsentrasi Konsentrasi Bersaing Kondisi Utama Empat industri terbesar 100% pangsa pasar. menguasai Empat industri terbesar menguasai 75% hingga < 100% pangsa pasar. Empat industri terbesar menguasai 40% hingga < 75% pangsa pasar. Empat industri terbesar menguasai < 40% pangsa pasar. Pengertiannya CR 4 = CR 4 < CR 4 < 75 CR 4 < 40 Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, maka ketujuh pasar ini dapat diperlakukan sebagai satu pasar besar, sehingga selanjutnya analisis Market Structure-Conduct-Performance (S-C-P) dalam penelitian ini diaplikasikan terhadap satu pasar di Kawasan Maluku Tengah yang merupakan gabungan dari ketujuh pasar tersebut. Sebagian besar ekonom berpendapat bahwa ukuran rasio konsentrasi (CR 4 ) tidak cukup mengukur kekuatan pasar, sehingga digunakan Herfindahl- Hirschman Index (HHI) yang menjelaskan tentang peran pedagang terhadap dominasi pasar (Subanidja 2006; Sayaka 2006). HHI dihitung dengan

6 54 menjumlahkan kuadrat dari persentase pangsa pasar seluruh pedagang di dalam suatu pasar yang dinyatakan dengan rumus : (3.3) dimana : HH i = Herfindahl-Hirschman Index n = jumlah pedagang dalam pasar cv = koefisien keragaman ukuran usaha, yang diperoleh dari nilai P i sudah didefinisikan sebelumnya Nilai HH i berkisar dari 0 hingga 1, semakin besar nilai menunjukkan pasar semakin terkonsentrasi. Apabila HH i = 0 maka pasar dalam kondisi persaingan yang kompetitif, sementara apabila nilai HH i berada di antara 0 dan 1 berarti struktur pasar oligopoli. Struktur pasar monopoli ditunjukkan ketika nilai HH i = Market Conduct Dalam menganalisis market conduct (perilaku pasar), digunakan cara predatory and exclusivenary tactics. Strategi ini bertujuan untuk mendorong perusahaan pesaing keluar dari pasar, karena harga yang ditetapkan di bawah biaya marginal, sehingga perusahaan lain tidak dapat bersaing secara sehat. Dalam penelitian ini, seluruh strategi/taktik/cara penetapan harga yang dilakukan responden dalam bersaing akan diidentifikasi untuk selanjutnya dianalisis. Apabila harga yang ditetapkan di bawah biaya marginal, maka strategi/taktik/cara tersebut digolongkan dalam predatory and exclusivenary tactics Market Performance Market Performance, atau keragaan pasar yang dapat diukur dengan beberapa ukuran. Dalam penelitian ini, keragaan pasar ditunjukkan melalui pengukuran pricing efficiency (efisiensi harga), yaitu ukuran yang didasarkan pada kondisi harga mendekati biaya total dan diukur berdasarkan margin pemasaran dan biaya pemasaran (Sayaka 2003).

7 55 Margin pemasaran. Margin pemasaran kotor, persentase margin, persentase mark-up dan profit margin dihitung pada setiap mata rantai pemasaran (misalnya tingkat pedagang pengumpul - pedagang pengecer dan tingkat pedagang pengecer). Margin pemasaran kotor = harga penjualan harga pembelian Persentase Mark-up (%) = ((margin pemasaran kotor)/(harga pembelian)) x 100 Persentase Margin (%) = ((margin pemasaran kotor)/(harga penjualan)) x 100 Profit margin (per unit) = harga penjualan biaya pemasaran. Biaya pemasaran, meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan dalam setiap proses pemasaran Analisis Integrasi Pasar Persamaan (2.10) merupakan model yang dikembangkan Ravallion (1986) dan Heytens (1986) yang diacu dalam Asmarantaka (2009) dapat dimodifikasi menjadi:...(3.4) dimana P it adalah harga ikan pada pasar lokal (i) pada waktu t, P t adalah harga di pasar acuan (reference) pada waktu t dan X adalah faktor peubah lainnya yang relevan di pasar lokal pada waktu t. Dalam penelitian ini dilihat tiga (3) jenis ikan yang dominan dijual atau didaratkan di tujuh (7) pasar yang telah disebutkan di atas, sehingga persamaan (3.4) dimodifikasi menjadi : P 3it =(1+b 1 )P 3it-1 +b 2 (P 3t - P 3t-1 )+(b 3 -b 1 ) P 3t-1 + b4x...(3.5) dimana P 3it adalah harga rata-rata 3 (tiga) jenis ikan yang dominan dijual atau didaratkan pada pasar lokal (i) pada waktu t, P 3t adalah harga rataan 3 (tiga) jenis ikan yang dominan dijual atau didaratkan pada pasar acuan (reference) pada waktu t.

8 56 Ambon diambil sebagai pasar acuan karena selain merupakan pusat pemerintahan yang merumuskan keputusan-keputusan Pemerintah Daerah, juga merupakan kota konsumen yang memiliki daya beli terbesar di Maluku. Kecamatan Salahutu dan Leihitu yang secara geografis terletak di Pulau Ambon bersama dengan Kota Ambon dan merupakan sentra-sentra produksi perikanan di Kota Ambon juga pintu masuk bagi produk perikanan dari pulau Seram maupun pulau-pulau kecil lainnya yang ada di sekitar pulau Seram, maupun pulau Ambon. Dengan menyimbolkan harga di pasar Mardika yang merupakan pasar sentral di Kota Ambon pada waktu t adalah (P At ), pasar Passo (P Pst ), Leihitu (P L ), Salahutu (P S ), Seram Bagian Barat (P SBBt ), Maluku Tengah (P MTt ), dan Seram Bagian Timur (P SBTt ), maka apabila harga di pasar Mardika Ambon (P A ) merupakan harga acuan dan harga di pasar Passo (P Ps ), Leihitu (P L ), Salahutu (P S ), Maluku Tengah (P MT ), Seram Bagian Barat (P SBB ) dan Seram Bagian Timur (P SBT ), masing-masing merupakan pasar pengikut, maka persamaan (3.4) dapat dimodifikasi menjadi : a Pasar Ambon (P A ) adalah pasar acuan dan pasar Passo (P Ps ) adalah pasar pengikut : P 3Pst =(1+b 1 ) P 3Pst-1 + b 2 (P 3At - P 3At-1 )+(b 3 - b 1 ) P 3At-1 +b 4 X.(3.6) b Pasar Ambon (P A ) adalah pasar acuan dan pasar Leihitu (P L ) adalah pasar pengikut : P 3Lt = (1+b 1 )P 3Lt-1 + b 2 (P 3At - P 3At-1 )+(b 3 - b 1 ) P 3At-1 + b 4 X...(3.7) c Pasar Ambon (P A ) adalah pasar acuan dan pasar Salahutu (P S ) adalah pasar pengikut : P 3St = (1+b 1 )P 3St-1 + b 2 (P 3At - P 3At-1 )+(b 3 - b 1 ) P 3At-1 + b 4 X...(3.8) d Pasar Ambon (P A ) adalah pasar acuan dan pasar Seram Bagian Barat (P SBB ) adalah pasar pengikut : P 3SBBt = (1+b 1 )P 3SBBt-1 +b 2 (P 3At -P 3At-1 )+(b 3 - b 1 )P 3At-1 +b 4 X.(3.9) e Pasar Ambon (P A ) adalah pasar acuan dan pasar Maluku Tengah (P MT ) adalah pasar pengikut : P 3MTt = (1+b 1 ) P 3MTt-1 +b 2 (P 3At - P 3At-1 )+(b 3 - b 1 )P 3At-1 +b 4 X.... (3.10) f Pasar Ambon (P A ) adalah pasar acuan dan pasar Seram Bagian Timur (P SBT ) adalah pasar pengikut :

9 57 P 3SBTt =(1+b 1 )P 3SBTt-1 +b 2 (P 3At -P 3At-1 )+(b 3 -b 1 ) P 3At-1 +b 4 X...(3.11) Karena Kabupaten Maluku Tengah awalnya meliputi Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Buru dan Buru Selatan, maka adalah hal yang mungkin apabila Pasar Maluku Tengah (P MT ) dianggap sebagai pasar acuan bagi pasar di masing-masing kabupaten tersebut. Namun karena pasar di Buru dan Buru Selatan tidak diikutsertakan dalam penelitian ini, maka apabila : a Pasar Maluku Tengah (P MT ) adalah pasar acuan dan pasar Leihitu (P L ) adalah pasar pengikut : P 3Lt = (1+b 1 )P 3Lt-1 + b 2 (P 3MTt -P 3MTt-1 )+(b 3 -b 1 )P 3MTt-1 +b 4 X.....(3.12) b Pasar Maluku Tengah (P MT ) adalah pasar acuan dan pasar Salahutu (P S ) adalah pasar pengikut : P 3St =(1+b 1 )P 3St-1 +b 2 (P 3MTt - P 3MTt-1 )+(b 3 -b 1 ) P 3MTt-1 +b 4 X....(3.13) c Pasar Maluku Tengah (P M ) adalah pasar acuan dan pasar Seram Bagian Barat (P P ) adalah pasar pengikut : P 3SBBt =(1+b 1 )P 3SBBt-1 +b 2 (P 3MTt - P 3MTt-1 )+(b 3 -b 1 )P 3MTt-1 +b 4 X.(3.14) d Pasar Maluku Tengah (P MT ) adalah pasar acuan dan pasar Seram Bagian Timur (P SBT ) adalah pasar pengikut : P 3SBTt =(1+b 1 )P 3SBTt-1 +b 2 (P 3MTt - P 3MTt-1 )+(b 3 -b 1 )P 3MTt-1 +b 4 X..(3.15) Apabila pasar acuan dianggap berada dalam keseimbangan jangka panjang (yakni P t-1 =0) dan juga b 4 = 0 maka (1+b 1 ) dan (b 3 b 1 ) akan menggambarkan sumbangan relatif harga pasar setempat dan acuan terdahulu terhadap pembentukan tingkat harga sekarang. Apabila harga pasar acuan sebelumnya merupakan penentu dari harga setempat (dan bukan harga setempat), maka pasarpasar ini terpadu dengan baik. Artinya keadaan penawaran dan permintaan pada pasar acuan akan dikomunikasikan secara efektif ke pasar-pasar setempat dan akan memengaruhi harga-harga di sana walau bagaimanapun keadaan pasar lokal sebelumnya. Untuk menangkap besarnya pengaruh ini secara relatif, selanjutnya Timmer (1987) dalam Hutabarat (1988) mengembangkan Index of Market Connection (IMC, Indeks Hubungan Pasar), yaitu indeks yang dibatasi sebagai nisbah koefisien pasar lokal periode sebelumnya (t - 1) terhadap pasar acuan periode sebelumnya. Dengan melihat persamaan (3.4), diperoleh :

10 58 (3.18) Masing-masing persamaan (3.6) hingga (3.15) dihitung IMC-nya, untuk melihat apakah terjadi keterpaduan atau keterpisahan. Apabila terjadi keterpaduan pasar dalam jangka pendek, b 1 = -1 dan IMC = 0; jika pasar terpisah atau tidak terpadu dalam jangka pendek maka b 1 dan b 3 bernilai sama dan IMC =. Model spesifik tersebut, memberikan nilai b 1 antara 0 dan -1 dalam kondisi normal dan indeks bernilai positif. Secara umum, indeks (IMC) yang bernilai mendekati 0 menunjukkan derajat integrasi pasar yang tinggi. Dalam keterpaduan jangka panjang nilai b 2 menuju 1, jika batasan ini diterima, maka terjadi keseimbangan dalam proses penyesuaian harga jangka pendek, dimana kenaikan harga di pasar acuan (sentral) akan diteruskan secara lengkap ke pasar lokal. Pengertian ini mempunyai implikasi bahwa apabila terjadi penerimaan batasan dalam jangka pendek (terintegrasi), maka dalam jangka panjang pasar terintegrasi, tetapi tidak terjadi sebaliknya. Berdasarkan keterangan di atas, maka koefisien persamaan-persamaan tersebut dapat dibagi ke dalam tiga (3) kriteria seperti terlihat pada Tabel 8. Tabel 8 Modifikasi kriteria dan pengertian Ravallion test Kriteria Pengertian Keterangan 1+b 1 = 0 Tidak nyata Pasar terintegrasi secara temporal. 1+b 1 0 b 2 1 b 2 = 1 b 3 -b 1 0 b 3 -b 1 > 0 Nyata Tidak nyata Nyata Tidak nyata Nyata Pasar tersegmentasi secara temporal. Pasar tersegmentasi secara spasial dalam jangka panjang. Pasar terintegrasi secara spasial dalam jangka panjang. Pasar tersegmentasi secara spasial dalam jangka pendek (cepat). Pasar terintegrasi secara spasial dalam jangka pendek (cepat).

11 Analisis SWOT Dalam merumuskan strategi pengembangan pemasaran ikan segar di Kawasan Maluku Tengah digunakan analisis SWOT. Analisis SWOT dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor (variabel atau komponen) yang perlu diperhatikan dalam mencari solusi strategi optimal dalam pengembangan pemasaran ikan segar yang efisien di Kawasan Maluku Tengah. Data dan informasi kemudian dianalisis untuk dimasukkan ke dalam suatu matriks. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang dihadapi dalam pengelolaan perikanan tangkap di kawasan tersebut dapat disesuaikan dengan kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) yang dimiliki. Secara ringkas, tujuan-tujuan penelitian, alat analisis dan output yang diharapkan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 9, sedangkan Gambar 7 memperlihatkan diagram alir untuk penyelesaian masalah. Tabel 9 Ringkasan tujuan yang ingin dicapai, alat analisis yang dipakai dan output yang diharapkan dalam penelitian No Tujuan Alat analisis Output 1. Menganalisis sistem pemasaran ikan segar di kawasan Maluku Tengah Analisis S-C-P Sistem pemasaran ikan segar 2. Menganalisis efisiensi pasar spasial dan efisiensi pasar temporal di kawasan Maluku Tengah Integrasi Pasar (Ravallion Model) dan IMC Efisiensi pasar spasial dan temporal 3. Menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari sistem pemasaran ikan segar yang berlaku di kawasan Maluku Tengah Analisis SWOT Kajian SWOT sistem pemasaran ikan segar 4. Menyusun strategi pengembangan pemasaran produk perikanan yang efisien di kawasan Maluku Tengah. Deskriptif Strategi kualitatif 5. Membuat model pengembangan sistem pemasaran produk perikanan di Kawasan Maluku Tengah Kombinasi (1), (2), (3) dan (4). Model

12 60 Masalah Metode Penelitian Tahap pertama : Analisis Deskriptif Analisis Karakteristik Pedagang: umur, tingkat pendidikan, pengalaman berjualan, jumlah tanggungan keluarga dan pekerjaan sampingan selain usaha tangkap Analisis Keragaan usaha pedagang: jenis dan jumlah ikan dijual dan terjual per musim, cara memasarkan ikan, cara mendapatkan sumber dan bentuk informasi tentang harga dan modal Output : Karakteristik Pedagang Pengecer Tahap kedua : Analisis S-C-P Analisis sistem Pemasaran Output : Sistem Pemasaran Tahap ketiga : Ravallion Model, IMC Integrasi Pasar Spasial dan Temporal Output : Integrasi Pasar Spasial dan Temporal Tahap keempat : SWOT/Deskriptif Strategi Pemasaran Produk Perikanan Output : Peta Strategi Pemasaran Tahap kelima : Deskriptif Model Pengembangan Sistem Pemasaran Produk Perikanan di Kawasan Maluku Tengah Output : Model Pengembangan Sistem Pemasaran Selesai Gambar 7 Diagram alir penyelesaian masalah.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU Bungamayang, Kabupaten Lampung Utara. Lokasi dipilih secara purposive karena PTPN

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data 21 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah sentra produksi karet rakyat di Provinsi Jambi. Lokasi yang dipilih yaitu Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Bungo.

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 71 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Sistem Pemasaran Ikan Segar di Kawasan Maluku Tengah 5.1.1 Gambaran umum pasar di Kawasan Maluku Tengah Kota Ambon yang terdiri atas lima (5) Kecamatan, memiliki

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan pada lokasi yang ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah atau lokasi yang terpilih merupakan salah satu sentra

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat 10330.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT 55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder dari pihak-pihak yang terkait dengan penelitian, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Kelautan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Berdasarkan

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

PROSIDING ISSN: E-ISSN: ANALISIS STRUKTUR PASAR INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2015 Leni Evangalista Marliani E-Mail: 1 lenievangalista02@gmail.com Abstak Industri perbankan merupakan industri yang memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Penentuan Daerah Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Penentuan Daerah Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Penentuan Daerah Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di desa Banjar, Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan pertimbangan bahwa desa tersebut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 46 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data nilai dan jumlah ekspor teh baik menurut kelompok produk dan negara asal, serta informasi yang

Lebih terperinci

Boks 2 MANGENTE POLA PERDAGANGAN BAWANG MERAH DI MALUKU

Boks 2 MANGENTE POLA PERDAGANGAN BAWANG MERAH DI MALUKU Boks 2 MANGENTE POLA PERDAGANGAN BAWANG MERAH DI MALUKU Boks 1 Komoditas Penyumbang Inflasi Ambon Triwulan I-2013 menjabarkan bahwa bawang putih, bawang merah, cakalang asap, dan pisang merupakan komoditas

Lebih terperinci

RINGKASAN. Anggur merupakan salah satu tanaman hortikultura yang mempunyai nilai

RINGKASAN. Anggur merupakan salah satu tanaman hortikultura yang mempunyai nilai RINGKASAN Ni Ketut Suartining, STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA PEMASARAN ANGGUR, (STUDI KASUS DI DESA BANJAR KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG). Di Bawah bimbingan: Prof. Dr. Ir. Dwi Putra Darmawan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL. 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS

VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL. 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS 65 VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS 090210 Komoditi teh dengan kode HS 090210 merupakan teh hijau yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai. Penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kabupaten Brebes merupakan daerah sentra produksi bawang merah di Indonesia, baik dalam hal luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas per

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PEMASARAN IKAN SEGAR DI KAWASAN MALUKU TENGAH YOLANDA MARLA TANIA NANGKAH APITULEY

MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PEMASARAN IKAN SEGAR DI KAWASAN MALUKU TENGAH YOLANDA MARLA TANIA NANGKAH APITULEY MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PEMASARAN IKAN SEGAR DI KAWASAN MALUKU TENGAH YOLANDA MARLA TANIA NANGKAH APITULEY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN PENAMPILAN PASAR OUTPUT DAN PASAR INPUT KEDELAI LOKAL DI DESA MLORAH PENDAHULUAN

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN PENAMPILAN PASAR OUTPUT DAN PASAR INPUT KEDELAI LOKAL DI DESA MLORAH PENDAHULUAN P R O S I D I N G 369 ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN PENAMPILAN PASAR OUTPUT DAN PASAR INPUT KEDELAI LOKAL DI DESA MLORAH Excel Virgi Swastika¹, Nur Baladina² 1 Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,

Lebih terperinci

Melisa Dinda Anggraeni, Nur Baladina * Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang *

Melisa Dinda Anggraeni, Nur Baladina * Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang * Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA) Volume I No. 2 Bulan Desember 2017 ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN PENAMPILAN PASAR KENTANG DI DESA SUMBERBRANTAS, KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU (ANALYSIS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

VII. STRUKTUR PASAR KARET ALAM DI PASAR INTERNASIONAL. besarnya penguasaan pasar oleh masing-masing negara eksportir. Penguasaan

VII. STRUKTUR PASAR KARET ALAM DI PASAR INTERNASIONAL. besarnya penguasaan pasar oleh masing-masing negara eksportir. Penguasaan VII. STRUKTUR PASAR KARET ALAM DI PASAR INTERNASIONAL 7.1. Pangsa Pasar Karet Alam Dalam rangka mengetahui struktur pasar karet alam yang terbentuk dalam perdagangan karet alam di pasar internasional,

Lebih terperinci

3. METODE 3.1. Lokasi dan Waktu 3.2. Teknik Pengumpulan Data

3. METODE 3.1. Lokasi dan Waktu 3.2. Teknik Pengumpulan Data 3. METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah yang merupakan sentra mebel, serta Jakarta dan Bogor sebagai daerah pemasaran mebel Jepara. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu. 37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) Volume 6, Nomor 1, Juli 2016 ISSN 2087-409X Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA PEMASARAN IKAN PATIN SALAI DI KECAMATAN XIII KOTO KAMPAR KABUPATEN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini menggunakan teori sistem pemasaran dengan mengkaji saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, marjin pemasaran,

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian, BPS, Gapkindo, ITS (International Trade Statistics), statistik FAO,

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian, BPS, Gapkindo, ITS (International Trade Statistics), statistik FAO, IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber seperti Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian,

Lebih terperinci

pada persepsi konsumen.

pada persepsi konsumen. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan pada industri otomotif di Indonesia tahun 1983-2013, maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu: 1. Struktur

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi opersional ini mencakup pengertian yang digunakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi opersional ini mencakup pengertian yang digunakan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi opersional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 1) Miskin sekali: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun lebih rendah 75% dari total pengeluaran 9 bahan pokok 2) Miskin: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun berkisar antara 75-125%

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasari oleh teori-teori mengenai konsep sistem tataniaga; konsep fungsi tataniaga; konsep saluran dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 17 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Definisi tentang pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, pada hakekatnya bahwa pemasaran merupakan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data 19 III. METODE KAJIAN Kajian ini dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie, Bogor dengan waktu selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus hingga bulan November 2007. A. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data

Lebih terperinci

ANALISIS STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE (SCP) JIKA TERJADI MERGER BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN BANK BUMN PERSERO BERDASARKAN NILAI ASET DAN NILAI DANA

ANALISIS STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE (SCP) JIKA TERJADI MERGER BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN BANK BUMN PERSERO BERDASARKAN NILAI ASET DAN NILAI DANA ANALISIS STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE (SCP) JIKA TERJADI MERGER BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN BANK BUMN PERSERO BERDASARKAN NILAI ASET DAN NILAI DANA Oleh: Endi Rekarti & Mafizatun Nurhayati 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2010, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan Pelabuhan Perikanan Nasional (PPN) Palabuhanratu sebagai lokasi proyek minapolitan perikanan tangkap.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai Juni 2013 di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. PPN Pekalongan berada dipantai utara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Struktur Pasar Struktur Pasar menurut Undang-Undang No 5 tahun 1995 adalah keadaan pasar yang memberi petunjuk tentang aspek yang memiliki pengaruh penting

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 61 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis 4.1.1 Kota Ambon Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1979, luas Kota Ambon adalah 377 Km 2 atau 2/5 dari luas wilayah Pulau Ambon.

Lebih terperinci

Kinerja Pasar Komoditas Pertanian

Kinerja Pasar Komoditas Pertanian 8 informal kelompok yang mempengaruhi daya tawar dan ketersedian informasi harga serta dampaknya pada harga yang berlaku. Analisis berikutnya yaitu mekanisme penentuan harga, faktor yang mempengaruhi penetapan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang 35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Indonesia adalah negara yang jumlah penduduknya mencapai 257 juta jiwa

BAB VI KESIMPULAN. Indonesia adalah negara yang jumlah penduduknya mencapai 257 juta jiwa BAB VI KESIMPULAN Indonesia adalah negara yang jumlah penduduknya mencapai 257 juta jiwa pada tahun 2015 dan negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi bernilai positif. Jumlah penduduk yang besar dan terus

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Teori Produksi Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Terdapat berbagai

Lebih terperinci

Hasil analisis menunjukkan rataan derajat konsentrasi pedagang pengumpul CR 4 sebesar %, yang artinya pasar ikan segar di KMT berbentuk

Hasil analisis menunjukkan rataan derajat konsentrasi pedagang pengumpul CR 4 sebesar %, yang artinya pasar ikan segar di KMT berbentuk ABSTRACT YOLANDA MARLA TANIA NANGKAH APITULEY. Development Model of Fresh Fish Marketing System in the Region of Central Maluku. Supervised by EKO SRI WIYONO, MUSA HUBEIS and VICTOR P.H NIKIJULUW. Fishery

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pangsa pasar sering digunakan dalam ekonomi perusahan ataupun

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pangsa pasar sering digunakan dalam ekonomi perusahan ataupun 38 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.. Kerangka Pemikiran Teoritis 3... Konsep Pangsa Pasar Istilah pangsa pasar sering digunakan dalam ekonomi perusahan ataupun dalam dunia bisnis pada umumnya, untuk menunjukkan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Tataniaga atau pemasaran memiliki banyak definisi. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006) istilah tataniaga dan pemasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gula dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu gula putih (white plantation), gula

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gula dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu gula putih (white plantation), gula BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Keputusan Presiden tahun 2004 tentang pergulaan, dalam pasal 1, menetapkan bahwa gula dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu gula putih (white plantation), gula

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mengembangkan penelitian yang berkaitan. telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. mengembangkan penelitian yang berkaitan. telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: BAB V PENUTUP Bagian ini berisikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan pernyataan singkat dan tepat yang diterangkan dari hasil penelitian dan pembahasan untuk membuktikan kebenaran dari suatu hipotesis.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 31 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga Agustus 2013 di kelompok pembudidaya Padasuka Koi Desa Padasuka, Kecamatan Sumedang Utara

Lebih terperinci

Boks 1. Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya

Boks 1. Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya Boks Pola Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya Pendahuluan Berdasarkan kajian dengan menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA), diperoleh temuan bahwa kelompok komoditas yang

Lebih terperinci

POSISI DOMINAN. Ditha Wiradiputra. Bahan Mengajar Mata Kuliah Hukum Persaingan Usaha Fakultas Hukum Universitas indonesia 2008

POSISI DOMINAN. Ditha Wiradiputra. Bahan Mengajar Mata Kuliah Hukum Persaingan Usaha Fakultas Hukum Universitas indonesia 2008 POSISI DOMINAN Ditha Wiradiputra Bahan Mengajar Mata Kuliah Hukum Persaingan Usaha Fakultas Hukum Universitas indonesia 2008 Dominant Firm Dominant Firm (DF) adalah suatu perusahaan yg berprilaku seperti

Lebih terperinci

Boks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU

Boks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU Boks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU Daerah sentra beras di Maluku terletak di Buru, Maluku Tengah, dan Seram Bagian Barat. Beras yang dihasilkan merupakan beras dari padi sawah. Selain itu, terdapat juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menjelaskan teori-teori yang digunakan untuk melakukan studi tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan menjadi panduan untuk memahami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 81.000 km panjang garis pantai, memiliki potensi beragam sumberdaya pesisir dan laut yang

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR KARET DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS DAN KECAMATAN BUNUT KABUPATEN PELALAWAN

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR KARET DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS DAN KECAMATAN BUNUT KABUPATEN PELALAWAN ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR KARET DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS DAN KECAMATAN BUNUT KABUPATEN PELALAWAN Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar Karet di Kecamatan Pangkalan Kuras

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalis data sesuai dengan tujuan penelitian.

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalis data sesuai dengan tujuan penelitian. 47 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA KONSEPTUAL

III. KERANGKA KONSEPTUAL III. KERANGKA KONSEPTUAL 3.1. Structure-Conduct Performance Model Pendekatan Structure, Conduct, and Performance (SCP) adalah pendekatan organisasi pasar atau pelaku pasar yang mencakup atau mengkombinasikan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Gapoktan Bunga Wortel Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penetuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Daftar Isi...i Daftar Tabel...iv Daftar Gambar...vi Bab I : Pendahuluan... 1 Bab II : Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran...

DAFTAR ISI Daftar Isi...i Daftar Tabel...iv Daftar Gambar...vi Bab I : Pendahuluan... 1 Bab II : Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran... DAFTAR ISI Daftar Isi...i Daftar Tabel...iv Daftar Gambar...vi Bab I : Pendahuluan... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 10 1.3. Tujuan Penelitian... 10 1.4. Kegunaan Penelitian... 11 Bab

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 10 Lokasi penelitian.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 10 Lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Lambada Lhok Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar, Pemerintah Aceh. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Penentuan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat dengan pertimbangan bahwa kabupaten ini merupakan daerah sentra produksi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangka pemikiran konseptual berisi teori dan konsep kajian ilmu yang digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of

II. TINJAUAN PUSTAKA. kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Ekonomi pertanian merupakan suatu aplikasi ilmu ekonomi dengan bidang pertanian, dimana ilmu ini digunakan untuk memecahkan permasalahanpermasalahan pertanian.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Produk Hasil Perikanan Tangkap Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dibudidayakan dengan alat atau cara apapun. Produk hasil perikanan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapang dilakukan pada bulan Mei 2009. Penelitian bertempat di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi

Lebih terperinci

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Program Studi Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Persaingan Sempurna Persaingan Tidak Sempurna Struktur

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April 2012 di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Pemilihan

Lebih terperinci

PEMASARAN IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) SEGAR DI PASAR BINAYA KOTA MASOHI

PEMASARAN IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) SEGAR DI PASAR BINAYA KOTA MASOHI PEMASARAN IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) SEGAR DI PASAR BINAYA KOTA MASOHI The Distribution Of Fresh Cakalang (Katsuwonus Pelamis) In Binaya Market, Masohi Yoisye Lopulalan *) *) Staf Pengajar FPIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA ATAU STRUCTURE- CONDUCT-PERFORMANCE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA ATAU STRUCTURE- CONDUCT-PERFORMANCE BAB II TINJAUAN PUSTAKA. HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA ATAU STRUCTURE- CONDUCT-PERFORMANCE BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Salah satu kerangka dasar dalam analisis ekonomi industri

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Konsep Pemasaran Definisi tentang pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, pada hakekatnya bahwa pemasaran merupakan

Lebih terperinci

KAHAN DISTRIBUSI MINYAK GORENG DALAM UPAYA EFISIENSI JARINGAN PEMASARAN DI KABUPATEN BOGOR

KAHAN DISTRIBUSI MINYAK GORENG DALAM UPAYA EFISIENSI JARINGAN PEMASARAN DI KABUPATEN BOGOR KAHAN DISTRIBUSI MINYAK GORENG DALAM UPAYA EFISIENSI JARINGAN PEMASARAN DI KABUPATEN BOGOR Oleh MELIA FAMIOLA F03495045 1999 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR Melia Famiola. F03495045.

Lebih terperinci

KAHAN DISTRIBUSI MINYAK GORENG DALAM UPAYA EFISIENSI JARINGAN PEMASARAN DI KABUPATEN BOGOR

KAHAN DISTRIBUSI MINYAK GORENG DALAM UPAYA EFISIENSI JARINGAN PEMASARAN DI KABUPATEN BOGOR KAHAN DISTRIBUSI MINYAK GORENG DALAM UPAYA EFISIENSI JARINGAN PEMASARAN DI KABUPATEN BOGOR Oleh MELIA FAMIOLA F03495045 1999 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR Melia Famiola. F03495045.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis dan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan-i 2015

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis dan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan-i 2015 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang sedang berkembang dilihat dari pertumbuhan bisnis dan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan-i 2015 terhadap triwulan-i 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Efektivitas promosi..., Grace Tania, FE UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Efektivitas promosi..., Grace Tania, FE UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap perusahaan atau bentuk usaha memiliki tujuan untuk memaksimalkan keuntungan dengan berbagai cara dan strategi untuk mencapainya. Promosi merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Defenisi Operasional Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Defenisi Operasional Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku, dimana responden petani dipilih dari desa-desa penghasil HHBK minyak kayu putih,

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province) ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province) Nuni Anggraini, Ali Ibrahim Hasyim, Suriaty Situmorang Program Studi Agribisnis,

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, 35 III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pemilihan daerah penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bagian ini membahas beberapa teori yang akan menjadi karangka acuan atau dasar analisis skripsi ini. Pembahasan teori dilakukan agar dapat memahami secara mendalam pengusaan teori

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin menonjol akan kompleksitas, persaingan, perubahan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin menonjol akan kompleksitas, persaingan, perubahan, dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan bisnis di Indonesia belakangan ini semakin lama semakin menonjol akan kompleksitas, persaingan, perubahan, dan ketidakpastian. Keadaan ini menimbulkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kabupaten Batu Bara, dengan menetapkan 3 (tiga) kecamatan sebagai lokasi penelitian yaitu Kecamatan Lima Puluh, Kecamatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan

Lebih terperinci

V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN

V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN 143 V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN 1989-2008 Tujuan penelitian pertama yaitu mengetahui posisi daya saing Indonesia dan Thailand dalam mengekspor udang ketiga pasar utama akan dilakukan menggunakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi harga komoditas kakao dunia tidak ditentukan. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan

Lebih terperinci