ANALISIS PEMASARAN GARAM RAKYAT (STUDI KASUS DESA KERTASADA, KECAMATAN KALIANGET, KABUPATEN SUMENEP)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PEMASARAN GARAM RAKYAT (STUDI KASUS DESA KERTASADA, KECAMATAN KALIANGET, KABUPATEN SUMENEP)"

Transkripsi

1 ANALISIS PEMASARAN GARAM RAKYAT (STUDI KASUS DESA KERTASADA, KECAMATAN KALIANGET, KABUPATEN SUMENEP) Try Suherman 1, Elys Fauziyah 2, Fuad Hasan 2 1 Alumni Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura 2 Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Abstract This research has aimed to find out the marketing chain of salt, marketing margin of salt and marketing efficiency of salt. It is performed in Kertasada village, Kalianget Sub district Sumenep. Marketing chain and market structure are analyzed by qualitative analysis. Then, marketing margin and ratio concentration are analyzed by quantitative analysis. The result of this research about marketing chain shows: salt farmer trader factory agent retail customer. Marketing margin of salt is IDR and it is implying efficient. Key Words : Marketing chaim, marketing margin, structure, habit, perform of market, Salt. Pendahuluan Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumber daya hayati dan nonhayati yang sangat besar. Lautan yang merupakan 70% dari luasan total negara, menyimpan banyak potensi yang dapat dimanfaatkan. Salah satunya adalah komoditas garam. Posisi sebagai negara kepulauan dengan laut yang sangat luas menyebabkan setiap daerah berpotensi untuk memproduksi garam, tetapi sejak dahulu hanya beberapa daerah yang dikenal sebagai produsen utama garam, termasuk di dalamnya adalah Pulau Madura. Sejak dahulu Pulau Madura dikenal sebagai pulau garam. Sebenarnya istilah pulau garam ini diambil dari komoditas potensial yang ada di Madura. Pada saat ini madura menghasilkan sekitar ton garam per tahun atau sekitar 80% kebutuhan garam konsumsi di Indonesia. Salah satu pemasok garam terbesar untuk kebutuhan garam nasional adalah Kabupaten Sumenep yang merupakan wilayah paling timur dari pulau Madura, dengan luasan usahatani garam sebesar hektar. Selain itu menurut Disperindag Kabupaten Sumenep (2010) di wilayah ini juga terdapat beberapa perusahaan diantaranya PT. Budiono, PT. Pilar Raya, PT. Garindo, dan PT. Garam. Keberadaan lembaga tersebut bagi petani sangat penting, karena kelembagaan ini dapat merangsang petani untuk memproduksi garam. Selain itu juga dapat membantu para pegaram dalam memasarkan atau menjual hasil produksinya. Diantara masing-masing lembaga tersebut PT. Garam merupakan perusahaan yang terbesar dalam komoditas ini. Hal ini dikarenakan selain memasok garam dari petani, PT. Garam ini juga mempunyai lahan yang tersebar di wilayah pulau Madura. Lahan-lahan ini biasanya dikontrakkan pada petani yang hasilnya dibagi sesuai perjanjian kontrak. Kebutuhan garam nasional setiap tahun cukup besar, sebagai gambaran pada tahun 2010 dibutuhkan sekitar 2,985 juta ton, namun total produksi pasokan garam dalam negeri hanya sebesar 1,400 juta ton. Hanya setengah dari kebutuhan garam nasional yang mampu dihasilkan oleh pegaram. Untuk menutupi kekurangan ini, pemerintah mempunyai opsi mengimpor garam, tetapi hanya dilakukan di luar musim panen (Kementrian Perindustrian, 2010). Seharusnya kelebihan permintaan garam ini dapat dimanfaatkan oleh pegaram untuk meningkatkan produktivitasnya. Namun untuk merealisasikannya petani menghadapi beberapa kendala diantaranya : (1) masih lemahnya kelembagaan pegaram, (2) terbatasnya infrastruktur dan fasilitas produksi, (3) kecilnya permodalan yang dimiliki, (4) regulasi yang tidak berpihak ke patani, (5) sistem tataniaga yang kurang menguntungkan pegaram, (6) mutu/kualitas garam yang masih belum sesuai dengan permintaan, dan (7) ketidakpastian 73

2 Analisis Pemasaran Garam (Try S., Elys Fauziyah, Fuad Hasan) cuaca (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2010). Permasalahan yang dihadapi oleh pegaram secara nasional juga dihadapi oleh pegaram yang ada di Desa Kertasada Kabupaten Sumenep. Petani garam, berada dalam posisi lemah dalam proses penetapan kualitas dan harga di setiap. Pulau penghasil garam terbesar di Indonesia ini tidak mampu memenuhi stok garam nasional. hanya karena cuaca yang kurang baik namun keprihatinan terjadi saat musim panen harga pun sangat fluktuatif. Petani garam tidak mengetahui secara pasti spesifikasi teknis/kelas/grade mutu garam berdasarkan Standart Nasional (SNI) dan tidak mengetahui bagaimana harga patokan garam yang ditetapkan, pada umumnya harga ditingkat petani garam di tentukan oleh tengkulak. Berdasarkan latarbelakang tersebut diatas, penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui bentuk saluran pemasaran garam, (2) Menganalisis marjin pemasaran garam untuk pegaram dan lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran garam, dan (3) Menganalisis efisiensi pemasaran pada pemasaran garam di daerah penelitian Metodologi Penelitian Metodologi Penentuan Lokasi dan Sampel Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu di Desa Kertasada, Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dikarenakan di Desa Kertasada, merupakan salah satu sentra daerah penggaraman di Kabupaten Sumenep. Pengambilan sampel Pegaram dilakukan dengan cara acak sederhana (simple random sampling), dengan jumlah sampel sebesar 35 pegaram. Sedangkan untuk analisis saluran pemasaran penentuan sampelnya dilakukan secara snowball sampling. Metode Analisis Data Untuk menjawab tujuan pertama dilakukan dengan cara analisis kualitatif yaitu menelusuri lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegiatan pemasaran komoditas garam mulai dari pegaram sampai konsumen. Sedangkan tujuan kedua dianalisis secara kuantitatif dengan rumus sebagai berikut : a. Analisis Margin Pemasaran Analisis margin di gunakan untuk mengukur jumlah keuntungan yang diperoleh masingmasing lembaga pemasaran. Dengan analisis margin juga dapat diketahui bagian (share) yang di terima petani (Azaino,1981). Secara matematis rumus analisis margin adalah : MP = Pr Pf.. (1) Keterangan: MP = marjin pemasaran (Rp/ton); Pr = harga konsumen (Rp/ton); Pf = harga produsen (Rp/ton) b. Share Harga yang diterima Petani Salah satu ukuran yang perlu diperhatikan dalam analisis margin adalah persentase bagian yag diterima produsen dari harga konsumen akhir. Untuk menentukan persentase harga yang di terima produsen dari harga konsumen akhir di gunakan rumus : SPF=Pf/Pr..(2) Keterangan: SPf = share harga di tingkat petani; Pf = harga di tingkat petani; Pr = harga di tingkat konsumen. c. Share Biaya Pemasaran dan Share Keuntungan Persentase biaya pemasaran dan persentase keuntungan yang di peroleh lembaga pemasaran di tentukan dengan memakai rumus sebagai berikut : Sbi =(bi/pr) x 100%...(3) Ski =(ki/pr) x 100%...(4) Keterangan: Ski = share keuntungan lembaga pemasaran ke i; Sbi = share biaya pemasaran ke i. d. Distribusi marjin pemasaran DM=(Mi/Mtot) x 100%...(5) Keterangan : DM=Distribusi Marjin; Mi=Marjin pemasaran kelompok lembaga pemasaran; i = 1 ( pengumpul); i = 2 ( pengecer) Mtot = M1 + M2 + + Mn. Tujuan ketiga dianalisis dengan kreteria sebagai berikut : 74

3 Tabel 1. Model Analisis dan Alat Ukur yang Digunakan dalam Pengukuran Efisiensi Pemasaran No Model Analisis Alat Ukur Kriteria Efisien Efisien 1 Struktur Pasar a. Jumlah pembeli () b. Jumlah penjual (petani) c. Kemudahan Memasuki Pasar d. Kolusi antar e. Konsentrasi pasar Mudah ada Sulit Terkonsentrasi terkonsentrasi 2 Perilaku Pasar a. Penentuan harga Berdasarkan standarisasi b. Pembentukan harga c. Praktek tidak jujur 3 Penampilan Pasar a. Teknologi Sumber : Indrian (2006) b. Distribusi margin c. Share petani ditentukan oleh ada Menggunakan teknologi Besar apabila fungsi pemasaran yang dilakukan banyak Adil berdasarkan standarisasi Ditentukan oleh Kecil apabila fungsi pemasaran yang dilakukan sedikit Belum adil Hasil dan Pembahasan Saluran Pemasaran Garam Saluran pemasaran adalah organisasi suatu produk atau lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses penyaluran pemasaran suatu produk dan jasa, sehingga produk dan jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen. Sebagian besar produsen yang membuat suatu produk tidak menjual secara langsung produknya kepada konsumen akhir, hal ini disebabkan karena produsen tidak mampu menanggung biaya besarnya distribusi dan pengolahan. Hal ini juga terjadi pada aliran pemasaran garam di Desa Kertasada Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep. Saluran pemasaran garam melibatkan beberapa lembaga pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran pemasaran untuk komoditas garam rakyat di Desa Kertasada Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep hanya tersusun dari satu saluran pemasaran yaitu: Gambar 1. Saluran Pemasaran Garam di Desa Kertasada Kondisi dari masing-masing lembaga pemasaran yang ada pada saluran pemasaran garam rakyat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pegaram beberapa kriteria penentuan pegaram yang dijadikan sebagai responden dalam menentukan 75

4 Analisis Pemasaran Garam (Try S., Elys Fauziyah, Fuad Hasan) saluran pemasaran yaitu pegaram yang melakukan kegiatan produksi dan pemasaran dengan lahan yang dimiliki sendiri sewa dan bagi hasil sedangkan pegaram yang hanya sebagai penggarap saja tidak dapat dijadikan responden, karena pegaram tersebut hanya melakukan kegiatan produksi sedangkan proses transaksi dilakukan oleh pemilik lahan. Dalam proses transaksinya Pegaram menjual garam ke Tengkulak dalam bentuk curah dan yang kemudian dikemas oleh Tengkulak dalam karung 50 kg. Pegaram yang ada di desa Kertasada di kategorikan dalam 3 kelompok : Kelompok pegaram yang memiliki hubungan dengan tengkulak. Beberapa karakteristik pegaram dalam kategori ini adalah : (a) Pegaram mendapatkan pinjaman modal yang di pergunakan untuk kegiatan proses produksi, (b) Pegaram yang menjual outputnya ke pegaram yang memberikan pinjaman modal dan, (c) Pegaram yang tidak bisa menjual pada tengkulak lain yang memberikan nilai jual lebih tinggi. Bentuk transaksi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi pegaram, karena harga yang di berikan pada pegaram lebih rendah dari harga normal. Dalam proses pemasarannya pegaram memiliki hubungan yang baik (kekerabatan) dengan tengkulak, sehingga seringkali pegaram tidak menjual kepada tengkulak lain walau harga yang ditawarkan lebih tinggi. Pegaram akan memilih menjual produknya pada tengkulak yang selama ini menampung hasil usahataninya. Selain percaya, dengan adanya kedekatan keluarga timbul rasa tidak enak jika harus menjual ke tengkulak lain. Kelompok pegaram yang ikut dalam Organisasi APGAT Organisasi pegaram yang ada di Desa Kertasada dikenal dengan nama APGAT (Asosiasi Pegaram Garam Kertasada), yang berfungsi menjadi wadah aspirasi pegaram dalam melakukan kegiatan produksi serta pemasaran. Dalam proses pemasarannya APGAT ini memberikan arahan, saran dalam melakukan transaksi tengkulak. Saran-saran yang diberikan ini yaitu informasi-informasi seperti harga dari masing-masing tengkulak dengan perbedaan harga yang ditawarkan pada pegaram sehingga dalam pemasarannya pegaram dapat memilih tengkulak yang memberikan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan tengkulak lainnya. Kelompok pegaram yang tidak memiliki hubungan dengan tengkulak dan tidak ikut organisasi Pegaram yang termasuk dalam kategori ini memiliki kebebasan dalam membuat keputusan untuk memasarkan garam. Namun pada kategori ini tidak lantas membuat pegaram ini mendapatkan harga yang menguntungkan. Hal itu disebabkan karena pegaram tidak mempunyai informasi yang akurat di bandingkan dengan informasi dari APGAT, sehingga posisi tawar pun tidak kuat. 2. Tengkulak Dalam memperoleh bahan baku garam pabrik tidak secara langsung mendapatkan dari pegaram. Pabrik memperoleh garam dari tengkulak. semua tengkulak garam dapat menjual produk dimiliki ke pabrik. Hal itu disebabkan karena pabrik hanya menerima garam dari tengkulak yang sudah memiliki badan usaha berupa UD, CV dan PT. Selain itu, pihak pabrik garam mensyaratkan volume pasok garam harus jumlah yang besar. Dengan adanya ketentuan tersebut artinya para pegaram tidak dapat langsung menjual garam pada gudang/pabrik. tiga badan usaha yang bertindak penyetok garam pada pabrik garam pada pabrik garam yaitu : (1) UD. Ahmad Dewa, (2) UD. Eka Jaya, dan (3) UD. Tani Garam. Keberadaan pabrik garam memberikan kemudahan bagi tengkulak untuk menjual garamnya karena pihak pabrik memberikan bantuan operasional untuk mengangkut garam yang dibeli dari tengkulak sehingga dapat menghemat biaya. 3. Pabrik Dalam saluran pemasaran garam di Desa Kertasada terdapat 2 pabrik yang terlibat yaitu PT. Garindo dan PT. Budiono. Sedangkan PT. Garam tidak bisa menampung garam yang di hasilkan oleh pegaram karena kualitas yang disyaratkan oleh PT. Garam yaitu KP I (kualitas baik sekali), yang tidak bisa dipenuhi oleh masyarakat pegaram. Dalam hal ini tentu PT. Garindo dan PT. Boediono sangat dibutuhkan guna menampung hasil produksi garam rakyat oleh pegaram yang sudah melalui tengkulak. PT. Garindo dan PT. Boediono ini merupakan cabang perusahaan yang berada di Gresik. Fungsi dari Kedua Pabrik ini yaitu hanya untuk menampung garam dari tengkulak yang ada di Kecamatan Kalianget. Namun sebelum didistribusikan ke Perusahaan yang ada di gresik garam terlebih dahulu sudah 76

5 melalui proses pencucian yang berguna untuk mengurangi kandungan senyawa yang tidak dibutuhkan dalam syarat bahan baku industri maupun garam konsumsi. 4. Agen Fungsi agen adalah menjual produk olahan pabrik yang siap untuk di konsumsi. Saluran pemasaran ini tidak rumit karena dalam proses pemasarannya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu para pengecer mendatangi langsung pada pihak agen dalam melakukan transaksi, atau agen ini yang dapat mendatangi langsung para toko/pengecer dalam melakukan transaksi garam. Dalam saluran pemasaran mereka hanya melakukan kegiatan penyimpanan dan transportasi. Produk garam yang di jual pun juga merupakan produk garam yang dihasilkan oleh pabrik. ada penambahan atau inovasi yang dilakukan, karena agen ini merupakan penyalur dari pabri ke pengecer. 5. Pengecer Lembaga pemasaran ini merupakan rantai terakhir dalam pemasaran garam. Sasaran dari pembeli yaitu konsumen yang merasakan langsung garam yang tadinya dalam bentuk kasar dan masih karungan namun setelah dilakukan proses pengolahan di pabrik garam berubah dalam bentuk sachet yang telah dihaluskan dan diberi tambahan obat berupa yodium. Proses transaksi ini dimana konsumen terakhir dapat langsung membeli kepada pengecer yang dekat. Fungsi pemasaran juga tidak banyak yang dilakukan hanya transportasi untuk membeli produk pada agen. Margin Pemasaran Garam Marjin pemasaran sering digunakan sebagai indikator efisiensi pemasaran. Besarnya marjin pemasaran pada berbagai saluran pemasaran dapat berbeda, karena tergantung pada panjang pendeknya saluran pemasaran dan aktivitasaktivitas yang telah dilaksanakan serta keuntungan yang diharapkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran. Margin pemasaran garam rakyat dari petani sampai ke pengecer seperti terlihat pada Tabel 2. Dalam pemasaran garam rakyat di Desa Kertasada Kecamatan Kalianget ini bagian yang di terima petani garam (farmer s share) sebesar 11%. Bagian yang diterima petani garam (farmer s share) ini sama dengan yang diterima petani garam (Rp ,-/ton) dibagi dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir atau harga di tingkat pengecer (Rp ,-/ton) dikalikan dengan 100% dengan mengetahui bagian yang diterima petani garam ini maka kita dapat melihat keterkaitan antara pemasaran dan proses produksi. Tabel 2. Margin Pemasaran, Distribusi Margin, dan Share pada Pemasaran Garam di Desa Kertasada Tahun 2010 No Lembaga Pemasaran Kode Nilai Margin Distribusi Share (%) dan Komponen Margin (Rp/ton) Margin (%) 1 Pegaram a. Harga Jual 2 Tengkulak a. Harga beli b. Biaya pengemasan c. Biaya bongkar muat d. Biaya Transportasi e. Biaya penyimpanan f. Keuntungan g. Harga jual Pabrik a. Harga beli b. Biaya transportasi c. Biaya bongkar muat d. Biaya penyimpanan e. Biaya pencucian f. Biaya pengemasan karung g. Biaya penghalusan

6 Analisis Pemasaran Garam (Try S., Elys Fauziyah, Fuad Hasan) h. Biaya obat-obatan i. Biaya pengemasan dos j. Keuntungan k. Harga jual Agen a. Harga beli b. Biaya transportasi c. Keuntungan d. Harga jual 4 Pengecer a. Harga beli b. Keuntungan c. Harga jual Sumber : Data Mentah Diolah (2011) Jika dilihat pada Tabel 2 margin yang terbentuk sebesar (Rp ,-/ton) dengan selisih dari harga beli konsumen akhir (Rp ,-/ton) dan harga yang diterima pegaram yaitu sebesar (Rp ,-/ton). Distribusi margin yang panjang terletak dilembaga pemasaran pabrik, karena pabrik melakukan banyak sekali fungsi pemasaran yang terdiri dari : proses transportasi, bongkar muat, penyimpanan, pencucian, pengemasan karung dan dus, pengalusan, pemberian obat dan retribusi, sehingga terbentuk margin yang besar dari pabrik. Sedangkan Share keuntungan paling besar diterima oleh Pabrik (32,16%), kemudian secara berturut-turut diterima oleh Pengecer (13,13%) dan Agen (3,13%). Efisiensi Pemasaran Garam Struktur, perilaku, dan penampilan pasar garam di Desa Kertasada dapat dijelaskan dalam Tabel 3 berikut : Tabel 3. Struktur, perilaku, dan penampilan pasar garam di Desa Kertasada Tahun 2011 Kreteria Model Alat Ukur Efisien Efisiensi Kondisi lapang Struktur Pasar a. Jumlah pembeli () b. Jumlah penjual (petani) c. Kemudahan Memasuki Pasar d. Kolusi antar e. Konsentrasi pasar Mudah ada Sulit Sulit terkonsentrasi Terkonsentrasi terkonsentrasi Perilaku Pasar a. Penentuan harga Berdasarkan Terdapat standar standarisasi b. Pembentukan harga c. Praktek tidak jujur ditentukan oleh berdasarkan standarisasi Ditentukan oleh Ditentukan oleh 78

7 Penampilan Pasar a. Teknologi b. Distribusi margin ada Menggunakan teknologi Besar apabila fungsi pemasaran yang dilakukan banyak Kecil apabila fungsi pemasaran yang dilakukan sedikit Menggunakan teknologi Kecil c. Share petani Sumber : Data Mentah Diolah (2011) Adil Belum adil Belum adil Tabel 4. Struktur Pasar garam di Desa Kertasada Tahun Tingkat Pasar Jumlah Penjual Jumlah Pembeli Differensiasi Produk Hambatan Keluar masuk pasar Struktur Pasar Pegaram 35 3 ada Monopsoni Tengkulak 3 2 ada Monopsoni Sumber : Data Mentah Diolah Struktur pasar dapat dianalisa secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisa kualitatif dapat dilihat dari jumlah penjual dan pembeli, diferensiasi produk dan hambatan keluar masuk pasar. Sedangkan analisa kuantitatif menggunakan analisa konsentrasi ratio. Analisa Kualitatif struktur pasar garam ditunjukkan dalam Tabel 4. Jika dilihat dari jumlah penjual dan pembeli yang tidak sebanding, maka pemasaran garam di Desa Kertasada Kecamatan Kalianget dikategorikan sebagai pasar tidak efisien, karena beberapa tingkat pasar ini hampir semuanya mengarah pada pasar monopsoni. Sedangkan kalau dilihat dari aspek differensisi produk, tidak ada perubahan bentuk yang dapat menciptakan nilai tambah dari garam yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran garam di Desa Kertasada Kecamatan Kalianget. garam yang dihasilkan pegaram seluruhnya dijual dalam bentuk karungan tanpa pengubahan nilai tambah. Sedangkan hambatan keluar masuk pasar dapat dilihat dari kondisi dimana pegaram yang memiliki hubungan seperti pinjaman kepada tengkulak, tidak dapat memilih menjual garam kepada tengkulak yang dapat memberikan harga yang lebih baik. Sedangkan dalam pasar, antara tengkulak juga tidak dapat keluar masuk pasar secara bebas, karena tengkulak tidak mudah untuk mendapatkan garam dari pegaram hal ini disebabkan para pegaram sebagian besar terikat secara tidak formal dengan tengkulak lain yang sudah lama memiliki ikatan dengan mereka. Selain itu terdapat kolusi yang dilakukan oleh para Pedagang, ini terlihat dari kondisi dimana pabrik memberikan ketentuan untuk memasok garam harus mempunyai badan hukum. Hal itu tentu merugikan pegaram yang tidak dapat memasok garam langsung ke pabrik. Untuk menganalisis perilaku pasar dapat digunakan pendekatan kualitatif yang dapat dilihat dari proses penentuan dan pembentukan harga dan ada atau tidaknya praktek pemasaran yang tidak jujur. Proses penentuan harga garam petani diatur dalam ketentuan PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 44/MDAG/PER/ TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 20/M-DAG/PER/9/2005 TENTANG KETENTUAN IMPOR GARAM dalam Pasal 1 ayat 2 dimana KP1 dan KP2 adalah pengelompokan jenis garam petani untuk penentuan harga penjualan garam di tingkat petani. Sedangkan pembentukan harga garam terdapat pada PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 44/MDAG/PER/ TENTANG PERUBAHAN ATAS 79

8 Analisis Pemasaran Garam (Try S., Elys Fauziyah, Fuad Hasan) PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 20/M-DAG/PER/9/2005 TENTANG KETENTUAN IMPOR GARAM terdapat pada pasal 3 ayat 7 dimana Harga garam KP1 dan KP2 ditetapkan oleh Direktur Jenderal berdasarkan kesepakatan instansi/asosiasi terkait. Di dalam proses pemasaran garam terdapat praktek tidak jujur, hal ini terlihat dari kejadian dimana pegaram yang memiliki hubungan dengan tengkulak menetapkan harga garam di bawah strandar yang telah ditentukan oleh pemerintah. Dalam penelitian ini penampilan pasar dalam pemasaran garam digunakan indikator teknologi analisis marjin pemasaran, distribusi marjin, share harga yang diterima pegaram. Teknologi ini merupakan metode atau alat yang digunakan oleh setiap lembaga pemasaran yang dapat membantu mempermudah dan mengefisienkan biaya yang harus dikeluarkan. Dari segi pemasaran untuk pendistribusian barang dari pegaram sampai terdistribusi ke konsumen akhir dibantu alat transportasi berupa truk. Sedangkan di pabrik teknologi digunakan untuk pencucian, penghalusan dan pengemasan. Sedangkan dari sisi distribusi margin lembaga pemasaran yang banyak melakukan fungsi pemasaran mendapatkan distribusi margin yang terbesar dalam penelitian ini distribusi margin yang terbesar diterima oleh pabrik garam. Dari aspek share pegaram, mereka hanya menerima sebesar 11%, ini lebih kecil dibandingkan dengan share yang diterima oleh pabrik atau tengkulak. Simpulan 1. Hanya ada satu Saluran pemasaran garam di Desa Kertasada yaitu: Petani Tengkulak Pabrik Agen Pengecer Konsumen 2. Marjin pemasaran untuk saluran pemasaran garam sebesar Rp ,-/ton, dengan distribusi margin terbesar ada di lembaga pemasaran pabrik garam. 3. Berdasarkan analisis efisiensi pemasaran dengan pendekatan SCP (Structure, Conduct, Performance) disimpulkan bahwa pemasaran garam di Desa Kertasada Kecamatan Kalianget tidak efisien. Saran Saluran pemasaran garam pada penelitian cukup panjang, sedangkan share yang diterima oleh petani kecil, untuk mengatasi hal tersebut pegaram dapat memaksimalkan fungsi Asosiasi ini yaitu dengan cara mengganti posisi dengan Asosiasi. Asosiasi ini dapat membentuk badan hukum yang dapat menaikkan posisi tawar terhadap pabrik. Daftar Pustaka Aboot, M Agricultural Economic and Marketing in The Tropic. Longman Group Ltd. Essex. Aprianto Analisis Pemasaran Gula Merah Kelapa. [Skripsi] Jurusan SosialEkonomi Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya, Malang. Asih, N Analisis Pemasaran Makanan Tradisional Getuk Goreng. Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya, Malang. Azaino, Z Pengantar Tataniaga Hasil Pertanian. Departemen ilmuilmusocial ekonomi pertanian. IPB Bogor. Kottler, Philip Marketing Management Analysis, Planning, Implementation and Control. New Jersey: Prentice Hall Internasional inc. 9 thn edition. Limbong dan Sitorus Pengantar Tata Niaga Pertanian. IPB Bogor Masrofie Pengantar Tata Niaga Pertanian. IPB Bogor Marihati dan Prasetya Profil Penggaraman di II Daerah Penghasil Garam Rakyat dan Upaya Yang Perlu Dilakukan Guna Meningkatkan Mutu Produk Garam Beryodium. [skripsi].vol 4, No.2, April 32 Jurnal Gaky Indonesia (Indonesia Jurnal Of IDD) IL ( diakses pada Minggu 16 Januari Syafi i, Achmad Potret Pemberdayaan Petani Garam (Implementasi 80

9 Konsep Strategi).[skripsi].untag Press Surabaya Suryani dan Wirjodirdjo Scenario Kebijakan Pengembangan Garam Nasional. Prosiding Seminar Nasional Teknik Industri dan manajemen produksi Institut Teknologi Sepuluh Nopember, juni Surabaya. 81

PEMASARAN GARAM RAKYAT DI DESA PANGARENGAN KECAMATAN PANGARENGAN KABUPATEN SAMPANG

PEMASARAN GARAM RAKYAT DI DESA PANGARENGAN KECAMATAN PANGARENGAN KABUPATEN SAMPANG PEMASARAN GARAM RAKYAT DI DESA PANGARENGAN KECAMATAN PANGARENGAN KABUPATEN SAMPANG [MARKETING OF SMALLHOLDER SALT IN VILLAGE OF PANGARENGAN, DISTRICT OF PANGARENGAN, SAMPANG REGENCY] Manda Ayu Widiyastutik

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PEMASARAN GARAM RAKYAT (Studi Kasus di Desa Lembung, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan)

PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PEMASARAN GARAM RAKYAT (Studi Kasus di Desa Lembung, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan) PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PEMASARAN GARAM RAKYAT (Studi Kasus di Desa Lembung, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan) Fauziyah dan Ihsannudin Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PEMASARAN GARAM RAKYAT (Studi Kasus di Desa Lembung, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan) 1

PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PEMASARAN GARAM RAKYAT (Studi Kasus di Desa Lembung, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan) 1 PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PEMASARAN GARAM RAKYAT (Studi Kasus di Desa Lembung, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan) 1 Fauziyah dan Ihsannudin Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer) ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer) Dimas Kharisma Ramadhani, Endang Siti Rahayu, Setyowati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L) Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L) Benidzar M. Andrie 105009041 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi BenizarMA@yahoo.co.id Tedi Hartoyo, Ir., MSc.,

Lebih terperinci

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK 56 TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA Agus Trias Budi, Pujiharto, dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam memasarkan suatu produk diperlukan peran lembaga pemasaran yang akan membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Untuk mengetahui saluran

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kabupaten Brebes merupakan daerah sentra produksi bawang merah di Indonesia, baik dalam hal luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas per

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG 131 Buana Sains Vol 8 No 2: 131-136, 2008 ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG Ahmad Zubaidi PS Agribisnis Fak. Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi Abstract

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN TATANIAGA PERTANIAN Tataniaga Pertanian atau Pemasaran Produk-Produk Pertanian (Marketing of Agricultural), pengertiannya berbeda

Lebih terperinci

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju) Analisis Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju) Analysis of Green Mustard Marketing in Balun Ijuk Village, Merawang, Bangka (A case Study of Farmer

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI ANALISIS PEMASARAN KEDELAI Bambang Siswadi Universitas Islam Malang bsdidiek171@unisma.ac.id ABSTRAK. Tujuan Penelitian untuk mengetahui saluran pemasaran dan menghitung margin serta menganalisis efisiensi

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PEMBUATAN GARAM DI KELURAHAN TALISE KECAMATAN MANTIKULORE KOTA PALU

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PEMBUATAN GARAM DI KELURAHAN TALISE KECAMATAN MANTIKULORE KOTA PALU e-j. Agrotekbis 3 (4) : 515-520, Agustus 2015 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PEMBUATAN GARAM DI KELURAHAN TALISE KECAMATAN MANTIKULORE KOTA PALU Income Analysis and Salt Making

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Saluran Pemasaran, dan Fungsi Pemasaran Saluran pemasaran jagung menurut Soekartawi (2002) merupakan aliran barang dari produsen kepada konsumen. Saluran pemasaran jagung

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

Analisis Pemasaran Domba dari Tingkat Peternak Sampai Penjual Sate di Kabupaten Sleman

Analisis Pemasaran Domba dari Tingkat Peternak Sampai Penjual Sate di Kabupaten Sleman Sains Peternakan Vol. 7 (1), Maret 2009: 25-29 ISSN 1693-8828 Analisis Pemasaran Domba dari Tingkat Peternak Sampai Penjual Sate di Kabupaten Sleman F.X. Suwarta dan G. Harmoko Jurusan Peternakan, Fakultas

Lebih terperinci

KERAGAAN PEMASARAN GULA AREN

KERAGAAN PEMASARAN GULA AREN KERAGAAN PEMASARAN GULA AREN Lina Humaeroh 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi linaanimania@yahoo.com Riantin Hikmah Widi 2) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi riantinhikmahwidi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

EFISIENSI PEMASARAN JERUK PAMELO DALAM WILAYAH MAGETAN (CITRUS GRANDIS L. OSBEK)

EFISIENSI PEMASARAN JERUK PAMELO DALAM WILAYAH MAGETAN (CITRUS GRANDIS L. OSBEK) HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 ISSN: 0853-5167 EFISIENSI PEMASARAN JERUK PAMELO DALAM WILAYAH MAGETAN (CITRUS GRANDIS L. OSBEK) (MARKETING EFFICIENCY ANALYSIS OF PAMELO ORANGES FOCUS IN MAGETAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI AGRISE Volume XV No. 2 Bulan Mei 2015 ISSN: 1412-1425 ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI (MARKETING

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN PENAMPILAN PASAR OUTPUT DAN PASAR INPUT KEDELAI LOKAL DI DESA MLORAH PENDAHULUAN

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN PENAMPILAN PASAR OUTPUT DAN PASAR INPUT KEDELAI LOKAL DI DESA MLORAH PENDAHULUAN P R O S I D I N G 369 ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN PENAMPILAN PASAR OUTPUT DAN PASAR INPUT KEDELAI LOKAL DI DESA MLORAH Excel Virgi Swastika¹, Nur Baladina² 1 Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,

Lebih terperinci

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN Pengaruh Biaya Pemasaran Terhadap Tingkat Pendapatan Petani Kopra Di Kecamatan Tobelo Selatan Kabupaten Halmehara Utara Stefen Popoko * Abstrak Kecamatan Tobelo Selatan, Kabupaten Halmahera Utara merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Gapoktan Bunga Wortel Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penetuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data 21 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah sentra produksi karet rakyat di Provinsi Jambi. Lokasi yang dipilih yaitu Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Bungo.

Lebih terperinci

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi Analysis Of Self-Help Pattern Of Cocoa Marketing In Talontam Village Benai Subdistrict Kuantan Singingi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian khususnya tanaman hortikultura selama ini mempunyai peluang yang besar, tidak hanya sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang saat

Lebih terperinci

PEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK

PEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK PEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK Idah Lumahtul Fuad Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Imail: faperta.@yudharta.ac.id ABSTRAKSI Degradasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini secara garis besar merupakan kegiatan penelitian yang hendak membuat gambaran

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan pada lokasi yang ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah atau lokasi yang terpilih merupakan salah satu sentra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tataniaga Pertanian Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar. Pemasaran adalah kegiatan mengalirkan barang dari produsen ke konsumen akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Hal ini didasarkan pada kesadaran bahwa negara Indonesia adalah negara agraris yang harus melibatkan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN KOPI DI KECAMATAN BERMANI ULU RAYA KABUPATEN REJANG LEBONG

ANALISIS PEMASARAN KOPI DI KECAMATAN BERMANI ULU RAYA KABUPATEN REJANG LEBONG ANALISIS PEMASARAN KOPI DI KECAMATAN BERMANI ULU RAYA KABUPATEN REJANG LEBONG (Analysis of Coffee Marketing in Bermani Ulu Raya Subdistrict, District Rejang Lebong) Sri Sugiarti Jurusan Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal ISSN ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN

AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal ISSN ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal.63-70 ISSN 2302-1713 ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN Cindy Dwi Hartitianingtias, Joko Sutrisno, Setyowati Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI JALAR DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH. (Analysis of the Marketing Efficiency of Sweet Potato In Central Lampung Regency)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI JALAR DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH. (Analysis of the Marketing Efficiency of Sweet Potato In Central Lampung Regency) ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI JALAR DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Analysis of the Marketing Efficiency of Sweet Potato In Central Lampung Regency) Angginesa Pradika, Ali Ibrahim Hasyim, Achdiansyah Soelaiman

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

Melisa Dinda Anggraeni, Nur Baladina * Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang *

Melisa Dinda Anggraeni, Nur Baladina * Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang * Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA) Volume I No. 2 Bulan Desember 2017 ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN PENAMPILAN PASAR KENTANG DI DESA SUMBERBRANTAS, KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU (ANALYSIS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu. 37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga

Lebih terperinci

ANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN. Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara

ANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN. Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara ANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN Arini Pebristya Duha *), HM Mozart B Darus **), Luhut Sihombing **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

PEMASARAN GARAM RAKYAT (Studi Kasus Desa Lembung, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur)

PEMASARAN GARAM RAKYAT (Studi Kasus Desa Lembung, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur) PEMASARAN GARAM RAKYAT (Studi Kasus Desa Lembung, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur) Ahmad Syariful Jamil 1), dan Netti Tinaprilla 2) 1,2) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasari oleh teori-teori mengenai konsep sistem tataniaga; konsep fungsi tataniaga; konsep saluran dan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, Volume 1, Nomor 3, Desember 2012, hlm 29-36 ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA Dani Apriono 1),

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis digunakan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam penelitian

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Penentuan Daerah Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Penentuan Daerah Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Penentuan Daerah Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di desa Banjar, Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan pertimbangan bahwa desa tersebut

Lebih terperinci

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH (Capsicum annuum SP.) (Kasus : Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo) Masyuliana*), Kelin Tarigan **) dan Salmiah **)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BUAH NAGA ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BANYUWANGI

ANALISIS TATANIAGA BUAH NAGA ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BANYUWANGI ANALISIS TATANIAGA BUAH NAGA ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BANYUWANGI Ardito Atmaka Aji 1, Kurniawan Muhammad Nur 2 1 Program Studi Agribisnis / Politeknik Negeri Banyuwangi,

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province) ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province) Nuni Anggraini, Ali Ibrahim Hasyim, Suriaty Situmorang Program Studi Agribisnis,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani Soeharjo dan Patong (1973), mengemukakan definisi dari pendapatan adalah keuntungan yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjuan Pustaka 1. Tanaman Melinjo Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae), dengan tanda-tanda : bijinya tidak terbungkus daging tetapi

Lebih terperinci

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang AGRISE Volume XI No. 1 Bulan Januari 2011 ISSN: 1412-1425 ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (ZEA MAYS L.) (STUDI KASUS DI DESA SEGUNUNG, KECAMATAN DLANGGU, KABUPATEN MOJOKERTO) (MARKETING EFFICIENCY

Lebih terperinci

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP , ANALISIS TATANIAGA SAYURAN KUBIS EKSPOR DI DESA SARIBUDOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA KABUPATEN SIMALUNGUN Roma Kasihta Sinaga 1), Yusak Maryunianta 2), M. Jufri 3) 1) Alumni Program Studi Agribisnis FP USU,

Lebih terperinci

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA 6.1. Lembaga Tataniaga Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal (Kota Palembang) dan ke pasar luar kota (Pasar Induk Kramat Jati). Tataniaga nenas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU Bungamayang, Kabupaten Lampung Utara. Lokasi dipilih secara purposive karena PTPN

Lebih terperinci

EFISIENSI PEMASARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI DESA KANDANGSEMANGKON KECAMATAN PACIRAN, KABUPATEN LAMONGAN, PROVINSI JAWA TIMUR

EFISIENSI PEMASARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI DESA KANDANGSEMANGKON KECAMATAN PACIRAN, KABUPATEN LAMONGAN, PROVINSI JAWA TIMUR EFISIENSI PEMASARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI DESA KANDANGSEMANGKON KECAMATAN PACIRAN, KABUPATEN LAMONGAN, PROVINSI JAWA TIMUR Faisol Mas ud dan Slamet Hariyanto Fakultas Perikanan Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUNGA MAWAR POTONG DI DESA KERTAWANGI, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG BARAT. Abstrak

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUNGA MAWAR POTONG DI DESA KERTAWANGI, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG BARAT. Abstrak DI DESA KERTAWANGI, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG BARAT Armenia Ridhawardani 1, Pandi Pardian 2 *, Gema Wibawa Mukti 2 1 Alumni Prodi Agribisnis Universitas Padjadjaran 2 Dosen Dept. Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN RANTAI PASOK BERAS DI DISTRIK TANAH MIRING KABUPATEN MERAUKE ABSTRACT

KAJIAN RANTAI PASOK BERAS DI DISTRIK TANAH MIRING KABUPATEN MERAUKE ABSTRACT Agricola, Vol 5 (1), Maret 2015, 32-46 p-issn : 2088-1673., e-issn 2354-7731 KAJIAN RANTAI PASOK BERAS DI DISTRIK TANAH MIRING KABUPATEN MERAUKE Marthen A. I. Nahumury 1) dan Maria M. D. Widiastuti 1)

Lebih terperinci

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT 55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pemasaran, Ikan Gurami, Efisiensi

Kata Kunci : Pemasaran, Ikan Gurami, Efisiensi KERAGAAN PEMASARAN IKAN GURAMI (Osphrounemus gouramy) PADA KELOMPOK MINA BERKAH JAYA Irni Rahmi Zulfiyyah 1) Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Irnirahmi18@gmail.com Dedi Darusman,

Lebih terperinci

A. WAKTU DAN TEMPAT B. METODE PENELITIAN

A. WAKTU DAN TEMPAT B. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilakukan di Kabupaten Sukabumi, Banyumas, Kebumen dan Boyolali. Pemilihan sample pada keempat lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GULA AREN (Sebuah Kasus di Industri Rumah Tangga di Desa Cigemblong Kecamatan Cigemblong Kabupaten Lebak)

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GULA AREN (Sebuah Kasus di Industri Rumah Tangga di Desa Cigemblong Kecamatan Cigemblong Kabupaten Lebak) ANALISIS SALURAN PEMASARAN GULA AREN (Sebuah Kasus di Industri Rumah Tangga di Desa Cigemblong Kecamatan Cigemblong Kabupaten Lebak) Lili Gojali 1, Aris Supriyo Wibowo 2, Ari Tresna Sumantri 2 1 Alumni

Lebih terperinci

RINGKASAN. Anggur merupakan salah satu tanaman hortikultura yang mempunyai nilai

RINGKASAN. Anggur merupakan salah satu tanaman hortikultura yang mempunyai nilai RINGKASAN Ni Ketut Suartining, STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA PEMASARAN ANGGUR, (STUDI KASUS DI DESA BANJAR KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG). Di Bawah bimbingan: Prof. Dr. Ir. Dwi Putra Darmawan,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April 2012 di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Pemilihan

Lebih terperinci

Delianne Savitri 1), Rahmantha Ginting 2) dan Salmiah 3) 1) Mahasiswa Program Studi Agribisnis, 2) dan 3) Dosen Program Studi Agribisnis

Delianne Savitri 1), Rahmantha Ginting 2) dan Salmiah 3) 1) Mahasiswa Program Studi Agribisnis, 2) dan 3) Dosen Program Studi Agribisnis ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT (Hevea brasilliensis Muell Arg.) ( Studi Kasus : Desa Naga Jaya I, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun) Delianne Savitri 1), Rahmantha Ginting

Lebih terperinci

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (2) 2015 ISSN Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan²

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (2) 2015 ISSN Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan² ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAWI MANIS DENGAN PENDEKATAN STRUCTURE, CONDUCT, AND PERFORMANCE (SCP) DI KECAMATAN JAMBI SELATAN KOTA JAMBI Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan²

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Pedagang Karakteristik pedagang adalah pola tingkah laku dari pedagang yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana pedagang

Lebih terperinci

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT Adida 1, Kukuh Nirmala 2, Sri Harijati 3 1 Alumni Program

Lebih terperinci

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran ANALISIS PEMASARAN IKAN NEON TETRA (Paracheirodon innesi) STUDI KASUS DI KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN CURUG JAYA II (KECAMATAN BOJONGSARI, KOTA DEPOK JAWA BARAT) Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN DURIAN DI DESA WONOAGUNG, KECAMATAN KASEMBON, KABUPATEN MALANG

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN DURIAN DI DESA WONOAGUNG, KECAMATAN KASEMBON, KABUPATEN MALANG HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 ISSN: 0853-5167 ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN DURIAN DI DESA WONOAGUNG, KECAMATAN KASEMBON, KABUPATEN MALANG (MARKETING EFFICIENCY ANALYSIS OF DURIAN IN WONOAGUNG

Lebih terperinci

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN ANALISIS PEMASARAN SEMANGKA DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN ANALISIS PEMASARAN SEMANGKA DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal. 310 320 ISSN 2302-1713 ANALISIS PEMASARAN SEMANGKA DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO Hedita Ashilina, Setyowati, Bekti Wahyu Utami Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga dan pemasaran merupakan terjemahan dari marketing, selanjutnya tataniaga

Lebih terperinci

28 ZIRAA AH, Volume 38 Nomor 3, Oktober 2013 Halaman ISSN

28 ZIRAA AH, Volume 38 Nomor 3, Oktober 2013 Halaman ISSN 28 ANALISIS PEMASARAN AGRIBISNIS LADA (Piper nigrum L) DI DESA MANGKAUK KECAMATAN PENGARON KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN (Marketing Analysis of Pepper (Piper nigrum L) Agribussines in the Mangkauk

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA Evi Naria ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA Efendi H. Silitonga Staf Pengajar Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara Medan Abstract North

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pedagang di Kabupaten Lima Puluh Kota. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI ej. Agrotekbis 4 (1) :75 83, Februari 2016 ISSN : 23383011 ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI Marketing Analysis of Shallot In Oloboju Village Sigi Biromaru

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ganti Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat, mengingat bahwa mayoritas masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kecamatan Pulubala merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo. Secara Geografis Kecamatan ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tomat (Lycopersicum Esculentum L. Mill.) Di Desa Bangun Rejo Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. Tomat (Lycopersicum Esculentum L. Mill.) Di Desa Bangun Rejo Kecamatan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian dilakukan oleh Sabang (2008), tentang Sistem Pemasaran Tomat (Lycopersicum Esculentum L. Mill.) Di Desa Bangun Rejo Kecamatan Tenggarong Seberang

Lebih terperinci

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOMODITAS PANDANWANGI DI DESA BUNIKASIH KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOMODITAS PANDANWANGI DI DESA BUNIKASIH KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOMODITAS PANDANWANGI DI DESA BUNIKASIH KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR Oleh : Rosda Malia S.P, M.Si * dan Wisnu Mulyanu Supartin, S.P ** ABSTRAK Pandanwangi adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani 6 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Kelayakan Usahatani II. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soeharjo dkk (1973) dalam Assary (2001) Suatu usahatani dikatakan layak atau berhasil apabila usahatani tersebut dapat menutupi

Lebih terperinci