BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Berbagi pengetahuan akan mendorong kinerja tim menjadi lebih baik melalui
|
|
- Suparman Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagi pengetahuan akan mendorong kinerja tim menjadi lebih baik melalui perbaikan pengambilan keputusan dan koordinasi seperti yang dijelaskan oleh Stasser dan Titus (1985) dalam Srivastava, Bartol, dan Locke (2006). Dalam proses yang dihadapi oleh organisasi dan tim, berbagi pengetahuan memegang peran dasar penting ketika akan melakukan generalisasi ide-ide dan menciptakan peluang bisnis baru (Grant, 1996 dalam Srivastava, Bartol, dan Locke, 2006). Pengetahuan yang dikomunikasikan secara efektif akan memberikan keuntungan bagi semua bagian di organisasi melalui memperbaiki kinerja mereka termasuk memperbaiki keuangan, pemasaran, dan hasil luaran lainnya di organisasi (Alavi dan Leidner, 1999 dalam Xue, Bradley, dan Liang, 2011). Dapat disimpulkan bahwa pentingnya memahami perilaku berbagi pengetahuan antar anggota organisasi, karena berdampak pada organisasi (Xue, Bradley, dan Liang, 2011). Pada dasarnya sebuah organisasi tidak dapat memanfaatkan pengetahuan yang dimilikinya jika anggota-anggota di dalamnya tidak ada keinginan dan kemauan untuk berbagi pengetahuan yang mereka miliki dan memahamkan pengetahuan kepada lainnya (Ipe, 2003 dalam Xue, Bradley, dan Liang, 2011). Pada dasarnya pengetahuan adalah segala sesuatu yang individu ketahui baik abstrak maupun nyata. Pengetahuan akan berbeda dengan data atau informasi. Perbedaan ketiganya dikemukakan secara sederhana oleh Davenport 1
2 2 dan Prusak (1998) yang mengatakan bahwa pengetahuan itu bukan data ataupun informasi, tetapi keduanya saling berhubungan. Data adalah seperangkat fakta yang memiliki ciri tertentu mengenai suatu kejadian, biasanya terdapat dalam bentuk catatan-catatan atau transaksi-transaksi. Selanjutnya informasi adalah hasil pengolahan data yang bermakna yang bermanfaat dan berguna dalam pengambilan keputusan. Sedangkan pengetahuan adalah aplikasi dari data dan informasi. Banyak eksekutif perusahaan yang percaya bahwa pelatihan merupakan elemen utama dalam knowledge management. Pelatihan formal berguna tapi banyak berbagi pengetahuan yang muncul melalui proses komunikasi yang cepat dan mengalir, pembagian informasi melalui lintas batas organisasi. Tim juga memainkan peran penting dalam membagi pengetahuan. Organisasi menyebarkan pengetahuan dengan menempatkan anggota baru dalam tim yang dapat membawa pengalaman dari kesuksesan tim di masa lalu (Muscatello, 2003). Menurut De Vries, Van den Hooff, dan De Ridder (2006) dalam Van den Hooff, Schouten, dan Simonovski (2012) berbagi pengetahuan adalah sebuah proses dimana individu yang ada secara bersama melakukan pertukaran pengetahuan yang mereka miliki (baik tacit maupun explicit) dan dari pertukaran tersebut diharapkan akan menghasilkan pengetahuan yang baru. Berbagi pengetahuan akan memberikan pengaruh yang baik pada organisasi yaitu organisasi akan menjadi lebih kompetitif di pasar, dengan tidak adanya keinginan berbagi pengetahuan akan menjadikan organisasi tersebut mengalami kesulitan dalam bertahan (Lin, 2007). Menurut Selamat dan Choudrie (2004), pengetahuan tacit adalah bentuk atau wujud pengetahuan yang paling
3 3 transparan (nyata) dan paling subjektif. Dengan begitu, berbagi pengetahuan tacit merupakan topik penting dalam dunia akademis dan industri. Penelitian tentang berbagi pengetahuan tacit dapat didefinisikan sebagai bagian dari perilaku organisasional yang pro-sosial. Perilaku pro-sosial menggambarkan secara umum perilaku antisipasi seseorang atas konsekuensi yang akan diterimanya dan teman kerja serta organisasi (Brief dan Montowidlo, 1986 dalam Lin, 2007). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dhanaraj et al. (2004), transfer pengetahuan baik tacit maupun explicit akan selalu berhubungan karena pengetahuan tacit diperlukan untuk menyerap pengetahuan explicit. Pengaruh positif dari pengetahuan tacit pada kinerja perusahaan juga dijelaskan dalam resource-based view. Pengetahuan organisasi berpotensi untuk memberikan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan sehingga bernilai, jarang, dan sulit untuk ditiru oleh pesaing lain (Barney, 1991). Dalam Wang dan Noe (2010) dijelaskan mengenai perbedaan transfer pengetahuan, berbagi pengetahuan, dan pertukaran pengetahuan. Berbagi pengetahuan diartikan sebagai ketetapan informasi pekerjaan dan cara untuk membantu orang lain untuk memecahkan masalah, berkolaborasi untuk menemukan ide baru atau untuk membantu melakukan implementasi suatu keputusan atau kebijakan baru. Berbagi pengetahuan dapat terjadi dengan korespondensi tertulis atau komunikasi tatap muka melalui jaringan antar para ahli, dokumen, atau bentuk pengetahuan lainnya (Cummings, 2004). Transfer pengetahuan melibatkan dua aktifitas yaitu berbagi pengetahuan dan pengaplikasian pengetahuan yang dilakukan oleh penerima pengetahuan.
4 4 Biasanya transfer pengetahuan lebih diidentikkan dengan perpindahan pengetahuan antar unit yang berbeda, antar bagian organisasi, antar organisasi dari pada individu (Szulanski, Cappetta, dan Jensen, 2004). Meskipun sebenarnya pertukaran pengetahuan menurut Cabrera, Collins, dan Salgado (2006) dapat disamakan dengan berbagi pengetahuan, tetapi pertukaran pengetahuan terdiri dari dua bagian yaitu berbagi pengetahuan (menyediakan pengetahuan yang dia miliki untuk orang lain) dan pencarian pengetahuan (mencari pengetahuan untuk orang lain). Komunikasi yang dilakukan antar kelompok yang berbeda dengan keanekaragaman demografi (pengalaman yang berbeda) merupakan hal yang baik, karena akan memunculkan konflik konstruktif untuk perkembangan yang nyata (Verde et al., 2011 dalam Baig, Khan, dan Chaudhry, 2014). Adanya proses kolaborasi dan berbagi pengetahuan dalam interaksi antar individu yang berbeda sehingga akan menentukan pandangan dari yang sudah ada sebelumnya. Dalam hal ini, peneliti menggunakan istilah berbagi pengetahuan yang digunakan oleh Srivastava, Bartol, dan Locke (2006). Pengetahuan tidak hanya terbatas pada pekerjaan atau organisasi, karena pengetahuan adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu yang melekat kemanapun individu itu berada. Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai pemahaman individu yang berdasarkan pengalaman, keahlian dan kemampuan yang melekat dan digunakan untuk mempersiapkan masa depan (Baig, Khan, dan Chaudhry, 2014). Ada banyak faktor yang mempengaruhi berbagi pengetahuan antar individu antara lain jejaring sosial dan cultural diversity (Chatzoglou dan Vraimaki, 2009), faktor
5 5 internal (personality traits) dan faktor eksternal (demographic diversity/keanekaragaman demografi dan orientasi sosial) (Baig, Khan, dan Chaudhry, 2014). Menurut Lauring dan Selmer (2012) membagi heterogenitas menjadi dua jenis yaitu keanekaragaman demografi (umur, jenis kelamin, etnis, negara, dsb) dan human capital diversity/keanekaragaman modal manusia (pengalaman, kemampuan, latar belakang pendidikan, dsb). Sedangkan Fernandez dan Gardey (2010) dalam Baig, Khan, dan Chaudhry (2014) berpendapat bahwa keanekaragaman demografi menentukan keanekaragaman modal manusia. Keanekaragaman demografi akan memberikan gambaran tentang komposisi dalam suatu unit dengan membandingkan karakteristik demografi (sama atau berbeda) yang dimiliki oleh seseorang dengan orang lain yang berada dalam unit sosial tersebut (Tsui dan O Reilly, 1989 dalam Riordan dan Shore, 1997). Sejalan dengan tantangan yang dihadapi organisasi sekarang ini adalah faktor keanekaragaman (diversity) pada tempat kerja, salah satunya keanekaragaman demografi (Shore et al., 2009 dalam Hoch, 2014). Keanekaragaman yang ada pastilah akan dihubungkan dengan output organisasi atau tim yaitu kinerja. Ada beberapa penelitian tentang keanekaragaman yang telah dilakukan antara lain relationship-oriented dan task-oriented yang dilakukan oleh Joshi dan Roh (2009) dalam Hoch (2014), surface dan deep level yang dilakukan Shore et al. (2009) dalam Hoch (2014); Mohammed dan Angell (2004). Menurut van Knippenberg et al. (2004) dalam Hoch (2014) menyatakan bahwa semua jenis/dimensi keanekaragaman memiliki konsekuensi positif dan
6 6 negatif. Seperti penelitian tentang keanekaregaman demografi (umur dan masa kerja) pada tim kerja, memberikan hasil yang berbeda-beda atau tidak sama (Harrison dan Humphrey, 2010; Jackson dan Joshi, 2004; Williams dan O Reilly, 1996), sehingga para peneliti berpendapat bahwa keanekaragaman direpresentasikan sebagai pedang bermata dua (Milliken dan Martins, 1996). Menurut Dahlin, Joneborg, dan Runeson (2005) sebuah tim dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi akan memberikan keuntungan lebih pada tim. Karena tim tersebut mampu menggunakan pengetahuan antar anggota tim menjadi tidak melebihi batas untuk meningkatkan inovasi dan kinerja tim atau untuk menemukan solusi/ide kreatif dalam pemecahan masalah tim. Hal itu bertentangan dengan Tajifel dan Turner (1986) dalam Hoch (2014) yang menjelaskan konsekuensi negatif dari keanekaragaman melalui teori identitas sosial dan proses kategorisasi sendiri, atau melalui paradigm keterikatan yang sama (similarityattraction) (Byrne, 1971 dalam Hoch, 2014; Williams dan O Reilly, 1996) mereka berargumen bahwa keanekaragaman yang dimiliki dalam tim akan mengarah pada perbedaan dalam penilaian dan kesalahan, yang akan membuat komunikasi menjadi lebih sulit dan menjadikan outcome tim menurun. Seorang manajer sebuah organisasi yang memahami demografi kelompoknya akan lebih mudah mengatur kelompok (kerja) untuk bekerja lebih efektif (Cohen dan Bailey, 1997 dalam Chou, 2011). Ketika peneliti yang berfokus pada keanekaragaman berusaha memahami dan menyelidiki lebih lanjut terkait keanekaragaman demografi akan berhubungan dengan beberapa teori yaitu categorization theory (Turner, 1987), similarity atraction paradigm (Byrne,
7 7 1971), dan social identity theory (Tajfel dan Turner, 1986; Turner, 1987). Categorization theory dan social identity theory menyebutkan bahwa individu akan menampilkan keterkaitan dan komitmen pada grup dengan asumsi para anggota grup berbagi atribut demografi tertentu seperti umur, jenis kelamin, etnis, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja. penggunaan kategori menciptakan dasar atribut demografi, dimana individu mengidenfikasi mana yang ingroup dan outgroup (Tajfel dan Turner, 1986). Proses tersebut dipengaruhi oleh persepsi dan sikap individu (Hobman et al, 2004) kemudian rasa dan ketertarikan pada anggota grup, mana yang memiliki demografi yang sama. Sebuah tim yang dibentuk dari individu-individu dengan demografi yang berbeda-beda akan lebih mudah berhasil dalam menyelesaikan tugas atau mencapai tujuannya dibandingkan dengan tim yang dibentuk dari individuindividu yang memiliki demografi yang sama, karena keanekaragaman anggota tim akan memberikan kemudahan kepada tim untuk mengumpulkan pengetahuan dan perspektif yang berbeda-beda (Pelled, 1996 dalam Bell et al., 2011). Pernyataan ini didukung oleh information and decision making theory (teori informasi dan pengambilan keputusan) seperti yang dikemukakan oleh Tziner dan Eden (1985) dalam Williams dan O Reilly (1996), besarnya variasi dalam komposisi anggota tim dapat memberikan dampak positif, karena dapat meningkatkan kemampuan, keahlian, informasi, pengetahuan melalui keanekaragaman yang mereka bawa dan tidak adanya ikatan atas apa yang akan terjadi selama proses dalam tim tersebut. Teori ini yang akan menjadi dasar dari penelitian tentang keanekaragaman demografi pada tim ini.
8 8 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Harrison dan Klein (2007) tentang keanekaragaman menjelaskan tentang tipe-tipe konstruk keanekaragaman yaitu pemisahan, varietas, dan kesenjangan. Dalam penelitian tersebut menggaris bawahi mengenai penelitian-penelitian tentang keanekaragaman yang akan datang diharapkan supaya tidak melakukan kesalahan dalam mengukur keanekaragaman. Jadi penelitian itu memberikan gambaran jelas tentang konsep, pengukuran, dan pengetesan teori dalam hal ini lebih fokus pada keanekaragaman demografi, seperti jenis kelamin, umur, masa jabatan, ras, etnis, pendidikan, latar belakang fungsional, dan status perkawinan. Menurut Harrison dan Klein (2007), pengukuran keanekaragaman dibagi menjadi tiga yaitu pemisahan (separation), varietas (variety), dan kesenjangan (disparity). Pemisahan adalah perbedaan dalam posisi atau pendapat antar anggota, dapat direfleksikan sebagai jarak horizontal antar anggota. Varietas adalah perbedaan dalam kategori, pengetahuan, informasi, pengalaman antar anggota. Kesenjangan adalah perbedaan dalam pemberian nilai sosial (asset/sumber daya) seperti gaji atau status antar anggota, dapat juga direfleksikan sebagai perbedaan vertikal. Dalam Harrison dan Klein (2007), menjelaskan beberapa variabel keanekaragaman demografi dapat menggunakan ketiga pengukuran keanekaragaman (pemisahan, varietas, dan kesenjangan) untuk satu variabel tergantung dari maksud atau tujuan atau definisinya, misalnya: jenis kelamin, umur, dan masa jabatan. Pengukuran jenis kelamin dengan pemisahan, jika jenis kelamin merupakan perbandingan pengaruh dominasi antara pria dan wanita
9 9 dalam sebuah tim. Dengan varietas, jika jenis kelamin merupakan perbedaan kualitas pengetahuan antara pria dengan wanita dalam hal hasil luaran inovasi atau kreativitas yang dihasilkan. Jika jenis kelamin merupakan perbedaan kekuatan antara pria dengan wanita, maka menggunakan kesenjangan (Harrison dan Klein, 2007). Pengukuran umur dengan pemisahan, jika hanya berpengaruh pada diri sendiri bukan tim. Dengan varietas, jika berhubungan dengan masa lalu yang pengaruhnya dirasakan sampai saat ini. Jika umur berhubungan dengan pengalaman atau senioritas dalam tim, maka pengukurannya menggunakan kesenjangan (Harrison dan Klein, 2007). Pengukuran masa jabatan dengan pemisahan, jika masa jabatan anggota mampu menumbuhkan sikap, keyakinan, dan nilai yang serupa antar anggota tim. Dengan varietas, jika masa jabatan antar anggota yang berbeda-beda, maka dimungkinkan adanya perbedaan pengalaman, informasi, dan jaringan yang dimiliki anggota tersebut. Jika masa jabatan berhubungan dengan senioritas, maka pengukurannya menggunakan kesenjangan (Harrison dan Klein, 2007). Sehubungan dengan adanya perbedaan operasional pengukuran keanekaragaman (diversity) yang akan menjadi kebaruan dalam penelitian ini yaitu membandingkan pengaruh keanekaragaman demografi yang mempunyai operasional pengukuran yang berbeda pada berbagi pengetahuan pada tim (Harrison dan Klein, 2007). Dari serangkaian literatur yang telah dilakukan, seringkali penelitian tentang keanekragaman dilakukan pada perusahaan dalam skala besar dan dalam
10 10 konteks negara maju. Peneliti masih belum menemukan penelitian mengenai berbagi pengetahuan dalam konteks industri kreatif khususnya untuk negara berkembang yang biasa disebut juga dengan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Hal ini menjadikan dorongan bagi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai berbagi pengetahuan di negara berkembang. Pemilihan UMKM di negara berkembang, karena UMKM merupakan salah satu sektor penting dalam rangka menopang sistem ekonomi pada negara berkembang. Indonesia sebagai negara berkembang menunjukkan bahwa selama krisis pada tahun ketika sektor lain khususnya sektor konstruksi dan industri manufaktur mengalami kontraksi hebat, UMKM tetap mampu tumbuh positif (Syam dan Dermoredjo, 2000). Ketika sektor-sektor lain melakukan pemutusan hubungan kerja besar-besaran, penyerapan tenaga kerja pada UMKM justru meningkat tajam (Syam dan Noekman, 2000). Hal ini tercermin dari besarnya penyerapan tenaga kerja oleh sektor UMKM. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 menyebutkan jumlah tenaga kerja di sektor UMKM sebesar 107,6 juta pekerja atau sekitar 97 persen dari jumlah pekerja di Indonesia. Sebagian besar tenaga kerja berada pada usaha Mikro yang mencapai 90 persen. Adapun persentase tenaga kerja pada usaha Kecil dan Menengah masing-masing mencapai 4 persen dan 3 persen. Kementerian Koperasi dan UKM melalui rakornas pada tahun 2013 menjelaskan bahwa sekitar 95 persen dari total unit usaha di dunia merupakan UMKM, yang menyediakan lapangan kerja bagi 60 persen dari total tenaga kerja, dan memberikan kontribusi terhadap hampir 50 persen PDB (Pendapatan
11 11 Domestik Bruto). Hal tersebut terutama dibuktikan oleh beberapa negara seperti China, India, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina dimana 99 persen dari total unit usaha yang ada bergerak pada sektor UMKM yang memberikan kontribusi terhadap PDB sekitar 60 persen. Dapat dikatakan bahwa kontribusi sektor UMKM dalam satu dekade terakhir terhadap PDB cukup tinggi dan stabil diatas 50 persen (Rakornas Kemenkop, 2013). Menurut Baumol (2002) dalam Franquesa dan Brandyberry (2009) UMKM memiliki peran penting dalam industri inovasi dan pembaharuan di sektor ekonomi, dengan demikian UMKM adalah kontributor utama terhadap daya saing ekonomi. Perbedaan mendasar antara UMKM dan bisnis (perusahaan) besar dapat dilihat dari tingkat, jenis, dan mekanisme dalam melakukan inovasi pada seluruh konteks dan sangat bervariasi (Dandridge, 1979;Welsh dan White, 1981; Thong, 1999 dalam Franquesa dan Brandyberry, 2009). Dengan sumber daya yang terbatas (Oviatt dan NcDougall, 1994; Baker dan Nelson, 2005 dalam Franquesa dan Brandyberry, 2009) dan ukuran perusahaan yang relatif kecil, UMKM dituntut untuk melakukan inovasi (kebaruan) akan mempengaruhi UMKM tersebut dalam mengambil risiko (Freeman, Caroll, dan Hannan, 1983 dalam Franquesa dan Brandyberry, 2009). Selain itu, menurut Baumol (2002) dalam Franquesa dan Brandyberry (2009) UMKM rata-rata memiliki 10 karyawan dan satu lokasi, sedangkan bisnis (perusahaan) besar rata-rata memiliki karyawan dan 61 lokasi. Dari penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan. Pertama, UMKM memiliki keterbatasan modal (Holtz-Eakin, Joulfaian, dan Rosen,, 1994a, 1994b
12 12 dalam Franquesa dan Brandyberry, 2009) dan sumber daya (Baker dan Nelson, 2005; George, 2005; Oviatt dan NcDougall, 1994 dalam Franquesa dan Brandyberry, 2009). Kedua, mereka cenderung memiliki struktur yang sangat terpusat yaitu pemilik membuat sebagian besar keputusan perusahaan. Ketiga, mereka terbebani atas tuntutan kinerja yang stabil, di sisi yang lain mereka perusahaan dengan ukuran kecil/ramping dan harus melakukan inovasi (menghasilkan kebaruan) yang otomatis akan mempengaruhi mereka dalam mengambil resiko (Freeman, Caroll, dan Hannan, 1983 dalam Franquesa dan Brandyberry, 2009) UMKM yang memiliki kontribusi dalam industri inovatif, maka dalam proses kesehariannya tidak dapat dilepaskan dari adanya berbagi pengetahuan antar anggotanya. Melalui berbagi pengetahuan individu dapat memperoleh hasil yang lebih besar dari pada melakukan sendirian (Cohen dan Levintal, 1990). Banyak penelitian menyebutkan bahwa berbagi pengetahuan antar karyawan akan mendorong untuk lebih cepat merespon keinginan konsumen dan menekan biaya operasional (Sher dan Lee, 2004 dalam Law dan Ngai, 2008). Berbagi pengetahuan merupakan salah satu bagian yang melengkapi aktivitas pembelajaran organisasi untuk memperbaiki kemampuan memahami pasar dan melakukan inovasi. Berbagi pengetahuan memberikan kontribusi dalam penerapan inovasi melalui pertukaran pengalaman yang dimiliki karyawan lain (organisasi) dan melalui pencarian pendekatan dan penerapan inovasi yang baru (Law dan Ngai, 2008).
13 13 Pengertian UMKM adalah usaha produktif milik orang perorangan dan / atau badan usaha perorangan (sesuai dengan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008) dan seperti yang dijelaskan diatas, bahwa kontribusi UMKM pada perekonomian Indonesia lebih banyak diberikan oleh usaha mikro dibandingkan dengan usaha kecil dan menengah. Usaha mikro dengan salah satu kriteria jumlah karyawan tidak lebih dari 10 orang dan pengertian dari tim kerja adalah sekelompok individu yang bekerja saling ketergantungan, memiliki tujuan bersama, bertanggung jawab bersama-sama untuk menyelesaikan tugas/pekerjaan yang diberikan (Hackman, 1987 dalam Kirkman et al., 2004), maka peneliti bermaksud menjadikan usaha mikro sebagai fokus dari penelitian ini. Berbagi pengetahuan dapat dilakukan pada tingkatan yang berbeda, misalnya antar individu, tim, departemen/bagian, dan organisasi (Crossan et al.,1999 dalam Matzler dan Mueller, 2010). Berbagi pengetahuan akan lebih mudah terjadi jika ada keinginan anggotanya untuk belajar lebih dari anggota yang lain. Menurut Mark et al. (2001) dalam Wang dan Noe (2010) menyarankan bahwa untuk dapat lebih memahami berbagi pengetahuan dalam tim diperlukan penelitian tentang perbedaan jenis dan frekuensi pengetahuan yang dibagikan dalam tim terutama dalam tim yang memiliki tugas yang bermacam-macam. Dewasa ini sudah banyak organisasi yang mulai mengadopsi struktur kerja yang berbasis tim yang disebabkan oleh perubahan lingkungan yang begitu cepat dan tidak menentu (Hoch, 2014). Suatu tim lebih memungkinkan untuk memperoleh kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan kinerja yang dihasilkan oleh suatu individu ataupun perusahaan karena pada dasarnya sebuah tim adalah
14 14 sekelompok kecil individu yang menghasilkan sinergi positif melalui usaha terkoordinasi, keterampilan yang saling melengkapi dan komitmen untuk tujuan yang sama (Gibson et al., 2008). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses bekerja secara tim antara lain perbedaan dalam komposisi gender, dalam negeri dan luar negeri (Gordon dan Connor, 2001 dalam Analoui, Sambrook, dan Doloriert, 2014), budaya dan agama, adanya perbedaan pandangan dalam memahami suatu masalah (Sampson dan Cohen, 2001 dalam Analoui, Sambrook, dan Doloriert, 2014). Dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam penelitian di bidang keanekaragaman (diversity) yaitu adanya evaluasi terkait perbedaan 3 (tiga) konstruk pengukuran diversity yaitu pemisahan, varietas, dan kesenjangan dari hasil penelitian Harrison dan Klein (2007). Kontribusi lainnya dalam bidang knowledge sharing (berbagi pengetahuan) terutama pada level tim/kelompok yaitu: penelitian ini merupakan elaborasi dari berbagi pengetahuan, dan keanekaragaman (diversity) melalui demografi (umur dan masa jabatan) Rumusan Masalah Berbagi pengetahuan menjadi sesuatu hal yang tidak dapat dihindari di sebuah organisasi maupun kelompok (tim), terutama dalam UMKM yang memiliki kontribusi yang besar dalam industri inovatif. Dengan sumber daya yang terbatas (Oviatt dan NcDougall, 1994; Baker dan Nelson, 2005 dalam Franquesa dan Brandyberry, 2009) dan ukuran perusahaan yang relatif kecil, UMKM dituntut untuk melakukan inovasi (kebaruan) akan mempengaruhi UMKM tersebut dalam
15 15 mengambil risiko (Freeman, Caroll, dan Hannan, 1983 dalam Franquesa dan Brandyberry, 2009). Dengan ukuran (perusahaan) UMKM yang relatif kecil dan dengan struktur yang sangat terpusat (pemilik), otomatis akan mempengaruhi dalam mengambil risiko untuk melakukan inovasi yang juga tidak dapat dipisahkan dengan berbagi pengetahuan antar individu (tim) dalam UMKM tersebut (Franquesa dan Brandyberry, 2009). Salah satu faktor yang berperan dalam berbagi pengetahuan yaitu keanekaragaman (demografi) antar anggota tim. Dalam implementasinya, keanekaragaman demografi memiliki tiga pengukuran yang berbeda yaitu: pemisahan, varietas, dan kesenjangan. Maka dari itu, dapat dirumuskan bahwa dimungkinkan adanya perbedaan hasil berbagi pengetahuan antar ketiga pengukuran keanekaragaman demografi Pertanyaan Penelitian Keanekaragaman demografi merupakan tantangan utama bagi semua pihak yang terlibat dalam pembentukan tim dalam berbagi pengetahuan dalam tim. Untuk itu, dilakukan pengujian empiris mengenai keanekaragaman demografi (umur dan masa jabatan) dengan tiga pengukuran yang berbeda (pemisahan, varietas, dan kesenjangan) sebagai variabel independen. Pertanyaan penelitian yang muncul dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah keanekaragaman demografi dengan pengukuran pemisahan berpengaruh positif terhadap berbagi pengetahuan dalam tim?
16 16 2. Apakah keanekaragaman demografi dengan pengukuran varietas berpengaruh positif terhadap berbagi pengetahuan dalam tim? 3. Apakah keanekaragaman demografi dengan pengukuran kesenjangan berpengaruh positif terhadap berbagi pengetahuan dalam tim? 4. Apakah ada perbedaan pengaruh keanekaragaman demografi antara pemisahan, varietas, dan kesenjangan terhadap berbagi pengetahuan dalam tim? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menguji pengaruh positif keanekaragaman demografi dengan pengukuran pemisahan terhadap berbagi pengetahuan dalam tim 2. Untuk menguji pengaruh positif keanekaragaman demografi dengan pengukuran varietas terhadap berbagi pengetahuan dalam tim 3. Untuk menguji pengaruh positif keanekaragaman demografi dengan pengukuran kesenjangan terhadap berbagi pengetahuan dalam tim 4. Untuk menguji perbedaan pengaruh keanekaragaman demografi antara pemisahan, varietas, dan kesenjangan terhadap berbagi pengetahuan dalam tim 1.5. Motivasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan untuk memperjelas apakah ada perbedaan dari ketiga konstruk keanekaragaman yaitu pemisahan, varietas, dan kesenjangan. Adapun potensi-potensi yang mungkin ditimbulkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah:
17 17 1. Adanya perbedaan dari ketiga konstruk keanekaragaman yang mungkin terlupakan dari penelitian sebelumnya. 2. Adanya faktor-faktor lain yang mungkin berhubungan dengan keanekaragaman 1.6. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan untuk dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang terkait. Manfaat dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi instansi terkait, hasil penelitian bermanfaat sebagai bahan pertimbangan untuk penetapan langkah-langkah strategis mengenai pemberdayaan sektor yang berkaitan guna mendukung keberlanjutan program pengembangan atau kebijakan tentang UMKM. 2. Bagi akademisi, dengan adanya penelitian ini diharapkan menjadi pelengkap referensi mengenai berbagi pengetahuan dan keanekaragaman demografi (diversity) pada industri kreatif, khususnya UMKM. 3. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan pemahaman mengenai fenomena berbagi pengetahuan pada industri kreatif (UMKM) sehingga menambah khasanah keilmuan mengenai penelitian dengan topik berbagi pengetahuan Kontribusi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan untuk dapat memberikan kontribusi bagi beberapa bidang. Kontribusi dari hasil penelitian ini adalah:
18 18 1. Secara teoritis, penelitian ini mengkonfirmasi tentang perbedaan 3 (tiga) konstruk pengukuran keanekaragaman yaitu (pemisahan, varietas, dan kesenjangan) dari hasil penelitian Harrison dan Klein (2007) dan pengaruh keanekaragaman demografi terhadap berbagi pengetahuan dalam tim. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan masukan dan berkontribusi untuk pengembangan literatur maupun penelitian yang berkaitan dengan keanekaragaman (diversity), berbagi pengetahuan (knowledge sharing) dan untuk unit analisis tim. 2. Secara praktis, hubungan antara keanekaragaman demografi dan berbagi pengetahuan dapat memberikan petunjuk bagaimana atasan atau pihak terkait dalam menentukan anggota tim atau membentuk tim Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menentukan ruang lingkup dan batasan-batasan tertentu sebagai penegasan bagaimana penelitian ini berlangsung. Adapun ruang lingkup dan batasan-batasan dari peneliti adalah: 1. Ruang lingkup penelitian ini hanya untuk UMKM yang berada di Soloraya tanpa melihat atau membedakan bidang industri. 2. Penelitian ini hanya terbatas pada keanekaragaman demografi yaitu umur dan masa jabatan, meskipun masih banyak atribut-atribut demografi yang lain.
19 Sistematika Penulisan Dalam rangka memudahkan pembaca dalam mencari bab maupun sub bab dibutuhkan, maka penulisan laporan penelitian ini menggunakan sistematika penulisan laporan penelitian sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan, sub bab yang tercakup di dalamnya meliputi: latar belakang masalah; rumusan masalah; tujuan penelitian; manfaat penelitian; dan sistematika penulisan. 2. Bab II Landasan Teori, sub bab yang tercakup di dalamnya meliputi: landasan teori dan pengembangan hipotesis. 3. Bab III Metode Penelitian, sub bab yang tercakup di dalamnya meliputi: desain penelitian; data, sampel penelitian, dan teknik pengambilan sampel; prosedur pengumpulan data; definisi operasional dan pengukuran variabel; teknik analisis data. 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, sub bab yang tercakup di dalamnya meliputi: analisis deskriptif; hasil uji validitas dan reliabilitas; uji hipotesis. 5. Bab V Simpulan, sub bab yang tercakup di dalamnya meliputi: simpulan; implikasi penelitian; keterbatasan penelitian; saran.
BAB V SIMPULAN Simpulan. Tujuan melaksanakan penelitian ini adalah memberikan bukti empiris bahwa
BAB V SIMPULAN 5.1. Simpulan Tujuan melaksanakan penelitian ini adalah memberikan bukti empiris bahwa keanekaragaman demografi mempengaruhi berbagi pengetahuan terutama pada level tim/kelompok di UMKM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak lagi terelakkan. Dalam organisasi-organisasi bisnis, kondisi ini terkadang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan tim yang komposisinya heterogen saat ini menjadi satu keadaan yang tidak lagi terelakkan. Dalam organisasi-organisasi bisnis, kondisi ini terkadang justru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor publik dalam pelayanan publik (Nurmandi, 2006). Banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan mempunyai peranan penting dalam kemajuan suatu organisasi, khususnya bagi sektor publik dalam pelayanan publik (Nurmandi, 2006). Banyak organisasi semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perubahan yang begitu cepat dan persaingan yang semakin ketat menuntut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan yang begitu cepat dan persaingan yang semakin ketat menuntut perusahaan-perusahaan di dunia untuk selalu berkembang dan melahirkan inovasiinovasi baru demi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor ekonomi yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM). Kurang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, terutama dalam sektor ekonomi yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM). Kurang kokohnya perekonomian
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. Alvin Toffler (1990) membagi sejarah peradaban manusia dalam tiga gelombang
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alvin Toffler (1990) membagi sejarah peradaban manusia dalam tiga gelombang yaitu era pertanian, era industri dan era informasi. Dalam era pertanian, faktor yang menonjol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi suatu negara dalam membantu laju pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ketika krisis moneter
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan yang vital dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara. Kontribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi penting dalam kemajuan peradaban modern (Sesen, 2013; Shane dan Venkataraman, 2000).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. UKM, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil Menengah (UKM) memainkan peran penting dalam mendukung pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Dengan adanya sektor UKM, pengangguran akibat angkatan kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu fenomena menarik dalam perkembangan teknologi adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena menarik dalam perkembangan teknologi adalah adanya internet yang dapat memberi kemudahan baik setiap individu untuk berhubungan dalam jangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses untuk mengoptimalisasi kekayaan intelektual yang dapat dilihat dari kinerja karyawan di suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep pembangunan seringkali dianggap sama dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan salah satu jalur
Lebih terperinciKetua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI
PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan
Lebih terperinciKELOMPOK SOSIAL, KELOMPOK KERJA, DAN TIM
Mata kuliah: Komunikasi Kelompok Hari/ Tanggal: Jumat/ 25 Februari 2011 KPM (212) Nama/ NRP : Lutfi Afifah/ A34070039 Praktikum ke-: 1 Asisten: Auliyaul Hafizhoh (I34070021) KELOMPOK SOSIAL, KELOMPOK KERJA,
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. lebih memandang kepada produk yang lebih high-quality, lowcost, dan
BAB I LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi pasar, meningkatnya interpenetrasi ekonomi dan saling ketergantungan pelaku-pelaku ekonomi menuntut perusahaan-perusahaan untuk mendesain kembali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbasis pengetahuan di mana pengetahuan menjadi sumber daya yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia telah beralih dari perekonomian industrial ke perekonomian berbasis pengetahuan di mana pengetahuan menjadi sumber daya yang sangat penting dan strategis bagi
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini peneliti menguraikan ulasan mengenai simpulan penelitian, implikasi penelitian yang terdiri dari implikasi teoritis dan praktis serta keterbatasan dan saran penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan organisasi yang memiliki budaya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan organisasi yang memiliki budaya kerja yang berbeda dengan bisnis lainnya. Hal ini dikarenakan dalam bisnisnya, KAP menyediakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, sehingga merupakan harapan bangsa dan memberikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini istilah wirausaha (entrepreneur) dan kewirausahaan (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan, program pemberdayaan sampai
Lebih terperinciDENI HAMDANI, 2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, PERSAINGAN, DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG
1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Manusia merupakan mahluk sempurna, sehingga untuk mendapatkan sesuatu manusia harus berusaha. Semua mahluk hidup memiliki kebutuhan tak terkecuali manusia, bahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berkembang, salah satunya bidang yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berkembang, salah satunya bidang yang mengalami perkembangan adalah bidang perekonomian, bidang perekonomian merupakan bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat terjadinya krisis ekonomi yang melanda Asia pada tahun 1997-1998, banyak negara-negara di Asia seperti Thailand, Singapura, Filipina, Malaysia dan lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainable competitive advantage) agar dapat berkompetisi dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dituntut untuk mengembangkan keunggulan kompetitif berkelanjutan (sustainable competitive advantage) agar dapat berkompetisi dalam kondisi persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi organisasi dalam pembentukan keunggulan kompetitifnya (Lam, 2000; Ramirez
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan saat ini telah diakui sebagai salah satu sumberdaya yang penting bagi organisasi dalam pembentukan keunggulan kompetitifnya (Lam, 2000; Ramirez et al.,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, KONTRIBUSI, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN Pemasaran keterhubungan yang diukur dengan dua konstruk yaitu komitmen dan
BAB V SIMPULAN, KONTRIBUSI, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN 5.1 SIMPULAN 5.1.1 Pemasaran keterhubungan yang diukur dengan dua konstruk yaitu komitmen dan kepercayaan berperan sebagai variabel mediasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis moneter dan ekonomi terus melanda baik itu di negara maju maupun negara berkembang. Salah satu negara yang merasakannya yaitu Indonesia, dimana krisis moneter
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan benteng penyelamat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan benteng penyelamat Ekonomi Indonesia dari krisis global. Saat ini UMKM telah melibatkan 96% tenaga kerja
Lebih terperinciBAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai
BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang akan datang (Posner, 2015; Hannan dan Freeman, 1984). Hal ini membuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika lingkungan eksternal membuat setiap perusahaan berpotensi terperangkap pada paradoks kesuksesan, karena mereka terpaku pada kesuksesan sebelumnya yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi menggambarkan suatu dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan juga menghasilkan inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi konsumen. juga teknologi (Ferrell, Hirt, & Ferrell, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kecil tidak dapat dipandang sebelah mata karena keberadaannya yang turut menyokong perekonomian suatu negara. Usaha kecil memiliki banyak peranan, diantaranya
Lebih terperinciADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014
ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 OUTLINE 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 3 PELUANG BONUS DEMOGRAFI Bonus Demografi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan ulasan mengenai latar belakang yang mendasari pentingnya
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan ulasan mengenai latar belakang yang mendasari pentingnya melakukan penelitian ini, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan UMKM di Indonesia tidak bisa dipungkiri merupakan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan UMKM di Indonesia tidak bisa dipungkiri merupakan suatu badan usaha yang sangat membantu pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementrian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia secara nasional menunjukkan bahwa kegiatan usaha mikro merupakan salah satu bidang usaha yang konsisten dan berkembang. Bahkan sejarah telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang terus meningkat. negeri. Untuk menopang perekonomian suatu negara, UMKM memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang terus meningkat setiap tahun merupakan sinyal positif untuk memperkuat perekonomian dalam negeri. Untuk menopang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan keluarga ialah salah satu dari kekuatan kewirausahaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan keluarga ialah salah satu dari kekuatan kewirausahaan yang mendominasi ekonomi global sekarang ini (Higginson, 2010). Perusahaan keluarga merupakan bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersaing dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Negara-negara di ASEAN
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Awal tahun 2016, Indonesia sebagai salah satu anggota ASEAN sudah memperbaiki pola pikir dalam menciptakan produk unggulan yang mampu bersaing dalam Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat tergantung kepada kemampuan untuk memberikan respon terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi dalam dunia kerja, terjadi berbagai perubahan di dalam hampir semua aspek. Kelangsungan hidup organisasi sangat tergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manajemen adalah bagaimana sebuah perusahaan dapat bertahan, dan faktor-faktor apa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya tingkat turbulensi di hampir setiap industri ditandai oleh banyaknya perusahaan baru yang bermunculan dan bahkan menggeser perusahaan lama (Caves, 1998; Li
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan
BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perekonomian indonesia, terutama pada era akhir 1990-an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) pernah berperan sebagai penyelamat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. inovasi (Zander dan Kogut, 1995; Elche-Hotelano, 2011). Kemampuan perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetisi di dalam industri mendorong perusahaan harus mampu melakukan inovasi (Zander dan Kogut, 1995; Elche-Hotelano, 2011). Kemampuan perusahaan melakukan inovasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan UMKM di Indonesia dari tahun telah. Tabel 1.1. Jumlah Unit UMKM dan Industri Besar
BAB I PENDAHULUAN No 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan UMKM di Indonesia dari tahun 2007-2008 telah mengalami perkembangan yang positif jika dibandingkan dengan usaha yang berskala besar. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Pemerintah Indonesia yang tertuang dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, adalah menjadikan Indonesia
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. yang seara langsung telah mempengaruhi cara pengusaha menciptakan dan
1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menciptakan lingkungan bisnis yang lebih kompetitif, yang seara langsung telah mempengaruhi cara pengusaha menciptakan dan mempertahankan operasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang berdiri sendiri dan berskala kecil serta dikekola oleh kelompok masyarakat atau keluarga.
Lebih terperinciBAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Manajemen SDM Dewasa ini dalam dunia praktik, manajer SDM semakin terlibat dalam komite strategis untuk menentukan arah strategis perusahaan. Manajemen SDM telah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengangguran dan kemiskinan masih merupakan masalah besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia sekarang ini dan beberapa tahun kedepan. Tingginya angka pengangguran
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN. dalam bab sebelumnya, keterbatasan dan saran untuk penelitian selanjutnya. Hasil
BAB V SIMPULAN Bab ini berisi tentang simpulan hasil analisis yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, keterbatasan dan saran untuk penelitian selanjutnya. Hasil pengujian diperoleh dari partisipan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan antar produsen terjadi hampir di semua sektor industri. Salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar produsen terjadi hampir di semua sektor industri. Salah satu sektor industri yang tingkat persaingannya tinggi saat ini yaitu sektor industri teknologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menurut data Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia), industri
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara berkembang seperti Indonesia, kemajuan sektor industri sangat berpengaruh bagi perekonomian negara. Salah satu industri yang menunjukan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia. Perkembangan Koperasi dan UMKM ini langsung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kepadatan UMKM Lintas Dunia Sumber: World Bank IFC (2010)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil Menengah atau UMKM merupakan sektor penting sebagai mesin penggerak utama ekonomi global. Hal ini dapat terlihat dari mendominasinya jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia yang berdasarkan pada konsep pengembangan perekonomian rakyat banyak didapat dari sektor Usaha Mikro, Kecil Menengah (U MKM).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat dirasakan baik oleh perusahaan maupun karyawan (Giannikis dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama satu dekade terakhir, pembahasan mengenai pengaturan kerja fleksibel telah mengalami peningkatan (Kattenbach, 2010; Origo dan Pagani, 2008; Sanchez
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harapan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di lingkup Indonesia, akan tetapi tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor usaha kecil dan menengah di Indonesia merupakan sebuah harapan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di lingkup Indonesia, akan tetapi tidak
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori strategi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa sumber daya yang tak terlihat (intangible resources) seperti pengetahuan, keahlian, motivasi, budaya, teknologi, kompetensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama (Jones, 2013).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi merupakan wadah bagi sekelompok orang yang bekerja secara terkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama (Jones, 2013). Dalam suatu organisasi terdapat tugas-tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Di era globalisasi ini, industri menjadi penopang dan tolak ukur kesejahteraan suatu negara. Berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting bagi kunci sukses sebuah organisasi. Pengetahuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran pengetahuan pada era globalisasi dan teknologi seperti sekarang ini menjadi sangat penting bagi kunci sukses sebuah organisasi. Pengetahuan merupakan aset berharga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor yang memicu orang-orang untuk mencari pekerjaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini masyarakat kesulitan dalam menemukan lapangan pekerjaan. Banyak sarjana yang menjadi pengangguran, akibatnya pendidikan yang dulunya begitu diagung-agungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tergantung pada berbagi pengetahuan yang terjadi antar anggota di dalamnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tim merupakan unit dasar pelaksanaan suatu pekerjaan pada tingkat organisasi (Gerard, 1995). Untuk itu, tim menjadi wadah utama yang memfasilitasi mengalirnya pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber daya organisasi menurut Wernerfelt (1984) berfokus pada aset
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya organisasi menurut Wernerfelt (1984) berfokus pada aset yang dimiliki oleh organisasi. Aset yang dimaksud adalah aset berwujud dan aset tidak berwujud.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perluasan usaha kecil dan menengah yang semakin berkembang dan menjamur
1 I.1 LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia di era reformasi ini mempunyai peranan yang sangat berarti dalam menunjang perekonomian nasional. Hal ini dapat dibuktikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kurang kokohnya perekonomian Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, terutama dalam sektor ekonomi yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kurang kokohnya perekonomian Indonesia
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. terhadap transfer of tacit knowledge dalam pembentukan non-financial business
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap transfer of tacit knowledge dalam pembentukan non-financial business performance (NFPI) pada UKM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktivitas. Organisasi semacam itu bukan melihat investasi modal, melainkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen pegawai dalam pekerjaan menjadi bagian integral dari proses manajemen. Memahami pentingnya pegawai dalam organisasi berarti mengakui bahwa eksistensi sumberdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya lokal dan proses produksi sederhana yang produknya dijual secara lokal telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) adalah salah satu penopang perekonomian Indonesia. Hal ini terbukti ketika Indonesia mampu menghadapi krisis ekonomi tahun 1997/1998.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kinerja dan keberlanjutan sebuah organisasi adalah tantangan terbesar yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja dan keberlanjutan sebuah organisasi adalah tantangan terbesar yang dihadapi oleh seorang pemimpin (Emmons, 2013). Kesuksesan tidak hanya berbicara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu ketidakpastian. Ketidakpastian ini dapat berbentuk banyak hal, misalnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan setiap individu, terdapat satu hal yang tidak pernah lepas yaitu ketidakpastian. Ketidakpastian ini dapat berbentuk banyak hal, misalnya apakah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara ataupun daerah, termasuk di Indonesia. Suatu usaha
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, termasuk di Indonesia. Suatu usaha dikatakan sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tekad untuk melakukan aktivitas tertentu atau menghasilkan suatu keadaan
BAB II LANDASAN TEORI A. INTENSI KNOWLEDGE SHARING 1. Definisi Intensi Intensi, menurut Ajzen dan Fishbein (1980) adalah komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran sektor pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata dalam pembentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyediakan kerangka komprehensif bagi eksekutif untuk digunakan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balanced scorecard (BSC) merupakan sebuah alat manajemen yang menyediakan kerangka komprehensif bagi eksekutif untuk digunakan dalam menerjemahkan visi dan strategi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. yang telah dilakukan pada bab sebelumnya adalah: mempengaruhi individu untuk melakukan internalisasi nilai-nilai organisasi
BAB V PENUTUP A. Simpulan Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik atas hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya adalah: 1. Identifikasi organisasional berpengaruh positif dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam suatu kelompok kerja (Dale, dalam Widyatmini dan Izzati, 1995). Selain
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan kesatuan proses perencanaan mulai dari penyusunan, pengembangan dan pemeliharaan suatu struktur atau pola hubungan kerja dari orangorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Cheng, et.al.,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah perusahaan pada dasarnya memiliki tujuan utama yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Kesejahteraan dapat di tingkatkan dengan terciptanya kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kewirausahaan mengalami perkembangan yang cukup pesat di berbagai negara. Kewirausahaan tidak hanya berperan dalam meningkatkan output dan pendapatan per kapita, namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang baik (Bastian, 2001).Tingkatan kinerja organisasi dapat dilihat dari sejauh mana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja organisasi merupakan sebuah alat ukur untuk menilai dan mengevaluasi berhasil atau tidak tujuan organisasi. Kinerja didefinisikan sebagai suatu gambaran
Lebih terperinciTUGAS KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS. Tantangan Bisnis Masa Kini
TUGAS KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS Tantangan Bisnis Masa Kini Di Susun Oleh: ARDIAN FAJAR FEBRIYANTO 11-S1TI-05 11.11.4922 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 Abstrak I. Abstrak Perubahan yang sangat cepat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan jenis usaha yang dapat dikelola
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan jenis usaha yang dapat dikelola secara mandiri oleh masyarakat maupun keluarga. UKM mempunyai peranan penting bagi perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang begitu pesat hal ini ditandai dengan munculnya industri baru
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti saat ini perekonomian dunia mengalami perkembangan yang begitu pesat hal ini ditandai dengan munculnya industri baru yang berbasis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dalam perekonomian di Indonesia. UKM memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bidang yang sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran UMKM dalam perekonomian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), menjelaskan bahwa pengertian UMKM: usaha mikro adalah usaha produktif
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum keberadaan usaha kecil menengah (UKM) di negara-negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum keberadaan usaha kecil menengah (UKM) di negara-negara berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Dengan adanya UKM tersebut
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini sudah sangat berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya yang terdapat pada bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan inovasi untuk pengembangan produknya dan. mempertahankan konsumennya. Perusahaan yang tidak mampu bersaing akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Kebutuhan dan selera pasar terus berkembang seiring waktu dan perkembangan jaman. Hal inilah yang mendasari perusahaan untuk bersaing dengan melakukan inovasi untuk pengembangan
Lebih terperinci