BAB I PENDAHULUAN. inovasi (Zander dan Kogut, 1995; Elche-Hotelano, 2011). Kemampuan perusahaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. inovasi (Zander dan Kogut, 1995; Elche-Hotelano, 2011). Kemampuan perusahaan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetisi di dalam industri mendorong perusahaan harus mampu melakukan inovasi (Zander dan Kogut, 1995; Elche-Hotelano, 2011). Kemampuan perusahaan melakukan inovasi akan menentukan pertumbuhan, kesuksesan dan keberlanjutan perusahaan (Varis dan Littunen, 2010). Namun, tidak ada jaminan bahwa suatu inovasi yang dilakukan perusahaan akan sukses (Tidd dan Bessant, 2009:17). Tidak ada jaminan inovasi akan sukses dikarenakan kompleksitas dan ketidakpastian inovasi (Tushman dan Nadler, 1986). Ketidakpastian ini yang menjadi pandangan bahwa inovasi merupakan hal yang berisiko (Brown, 1991; Leiponen dan Helfat, 2010). Oleh karena itu, kemampuan menciptakan inovasi merupakan hal penting bagi perusahaan (Gao dan Zhang, 2011). Kemampuan inovasi dipandang sebagai respon perusahaan terhadap lingkungan eksternal (Akman dan Yilmaz, 2008). Respon ini terwujud dalam kemampuan perusahaan untuk menciptakan produk baru yang inovatif (Katila, 2002). Produk baru yang inovatif dihasilkan dari transformasi suatu ide dan pengetahuan (Lawson dan Samson, 2001). Proses transformasi ide dan pengetahuan ke suatu produk (i.e. hasil atau output inovasi) dimulai dari penciptaan ide (idea generation) (Hansen dan Birkinshaw, 2007). Penciptaan ide merupakan suatu aktivitas yang penting untuk kesuksesan perusahaan dengan adanya lingkungan yang kompetitif (van den Ende et al., 2014). Penciptaan ide dimulai dari suatu aktivitas pencarian pengetahuan (knowledge 1

2 sourcing) sebagai dasar proses inovasi (Love et al., 2011). Aktivitas pencarian pengetahuan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan perusahaan (Nelson dan Winter, 1982:210) melalui penciptaan pengetahuan ataupun akuisisi pengetahuan (Lin dan Wu, 2010). Perusahaan dalam mencari pengetahuan perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya waktu dan biaya yang dibutuhkan (Laursen dan Salter, 2006; Kang dan Kang, 2009), serta risiko ketidakpastian yang tinggi atas ide yang dihasilkan dari aktivitas tersebut (van den Ende et al., 2014). Oleh karena itu, perusahaan harus mampu membuat keputusan yang tepat tentang aktivitas pencarian pengetahuan. Aktivitas pencarian pengetahuan yang dilakukan perusahaan dapat dipandang dari segi internal dan eksternal perusahaan (Lin dan Wu, 2010; Aminullah dan Adnan, 2012; van den Ende et al., 2014). Dari segi internal, teori berbasis sumberdaya (resource based view) yang dikemukakan oleh Barney (1991) menyebutkan sumberdaya di dalam perusahaan merupakan sesuatu yang penting untuk keunggulan kompetitif berkelanjutan. Selanjutnya, teori tersebut diperjelas oleh Grant (1996) dalam teori berbasis pengetahuan (knowledge based view) yang menekankan bahwa pengetahuan sebagai sumberdaya yang penting bagi perusahaan. Kedua teori ini menjelaskan bahwa sumberdaya (i.e., pengetahuan) merupakan hal yang penting untuk mencapai keunggulan kompetitif perusahaan. Aktivitas pencarian pengetahuan dari segi internal dilakukan melalui berbagai metode, diantaranya aktivitas penelitian dan pengembangan (R&D) (Frenz dan Letto-Gillies, 2009), proses berbagi pengetahuan internal (lihat Hansen, 1999; Liao et al., 2007) dan sistem pengumpulan ide dari karyawan yang sering disebut sistem saran (suggestion systems) (Frese et al., 1999; Fairbank dan Williams, 2001; 2

3 van Djik dan van den Ende, 2002; Verworn, 2009). Aktor-aktor yang terlibat dalam aktivitas tersebut antara lain karyawan (lihat Amara dan Landry, 2005; Salge et al., 2013; Deichmann dan Stam, 2015) dan pemilik perusahaan (lihat Smeltzer et al., 1988; Indarti, 2010). Dari segi eksternal, teori ketergantungan sumberdaya (resource dependency theory) yang dikemukakan oleh Pfeffer dan Salancik (1978) menjelaskan pentingnya sumberdaya eksternal (Pfeffer dan Salancik, 2003:258). Sumberdaya (i.e., pengetahuan) eksternal dianggap penting karena adanya keterbatasan sumberdaya internal (Ulrich dan Barney, 1984). Kondisi ini mendorong perusahaan mengakuisisi pengetahuan dari eksternal (Pfeffer dan Salancik, 2003:258). Selain itu, kebutuhkan sumberdaya (i.e., pengetahuan) eksternal merupakan wujud semakin terbukanya perusahaan pada pihak eksternal (Chesbrough, 2003). Kebutuhan pengetahuan dari pihak eksternal terwujud dalam aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan pengetahuan eksternal. Aktivitasaktivitas tersebut antara lain aliansi, joint venture, merger dan akuisisi (Fey dan Birkinshaw, 2005; Segarra-Ciprés et al., 2012; van de Vrande, 2013), serta melalui hubungan dengan pihak eksternal secara informal (Kang dan Kang, 2009). Dari berbagai metode tersebut, sumber pengetahuan eksternal yang berperan diantaranya konsumen, pemasok, pesaing, konsultan, dan pemerintah (lihat Laursen dan Salter, 2006; Chiang dan Hung, 2010; Indarti, 2010). Penjelasan mengenai aktivitas pencarian pengetahuan internal dan eksternal menunjukkan perusahaan mendapatkan pengetahuan melalui berbagai metode dengan melibatkan beberapa sumber pengetahaun (Kang dan Kang, 2009; van de Vrande, 2013). Dari segi empiris, penelitian yang menguji metode pencarian 3

4 pengetahuan hanya dapat menguji metode tertentu (e.g., Kang dan Kang, 2009; 2014; Parida et al., 2012). Pengujian dilakukan pada metode tertentu karena setiap perusahaan memiliki metode yang berbeda-beda untuk mendapatkan pengetahuan (Kang dan Kang, 2009). Perbedaan metode tersebut menyebabkan kesulitan bagi peneliti untuk mengklaim metode tersebut benar-benar digunakan oleh perusahaan yang diteliti (Kang dan Kang, 2009). Sementara, studi sumber pengetahuan tidak hanya berkembang dengan menguji spesifik pada sumber tertentu. Studi tersebut lebih banyak mengarah pada variasi sumber pengetahuan (e.g., Amara dan Landry, 2005; Henttonen et al., 2011; Salge et al., 2013). Penelitian variasi sumber pengetahuan digunakan untuk mengetahui keberagaman pihak yang terlibat dalam upaya perusahaan mendapatkan pengetahuan (lihat Amara dan Landry, 2005). Penelitian-penelitian variasi sumber pengetahuan berkembang ketika Laursen dan Salter (2006) memperkenalkan konsep keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan. Konsep ini digunakan untuk menguji keterbukaan perusahaan pada sumber pengetahuan eksternal. Konsep ini sebenarnya merupakan pengembangan dari studi Katila dan Ahuja (2002) yang menguji pengaruh paten pada pengembangan produk baru. Keluasan sumber pengetahuan diartikan sebagai jumlah sumber pengetahuan yang digunakan perusahaan, sedangkan kedalaman sumber pengetahuan merupakan jumlah sumber pengetahuan yang penting atau memiliki hubungan yang intens dengan perusahaan (Laursen dan Salter, 2006). Studi empiris pengaruh keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan pada kemampuan inovasi mayoritas mengarah pada sumber pengetahuan eksternal (e.g., Chiang dan Hung, 2010; Henttonen et al., 2011; Henttonen dan Ritala, 2013). Kecenderungan meneliti sumber pengetahuan eksternal karena penelitian pengaruh 4

5 keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan pada kemampuan inovasi mengunakan pandangan inovasi terbuka. Pandangan inovasi terbuka dipahami sebagai paradigma yang menyatakan bahwa keberadaan sumber pengetahuan internal (i.e., R&D) mulai diabaikan perusahaan (lihat Laursen dan Salter, 2006). Padahal konsep inovasi terbuka tidak memberikan pemahaman bahwa sumber pengetahuan internal selalu diabaikan. Hasil studi van den Vrande et al. (2009) yang menguji praktik inovasi terbuka di usaha kecil menengah (UKM) membuktikan adanya keterlibatan karyawan lain di luar R&D dalam praktik tersebut. Hal itu berarti bahwa ada akumulasi pengetahuan dari sumber pengetahuan internal dan eksternal yang digunakan untuk inovasi (Lin dan Wu, 2010). Beberapa studi sebenarnya pernah menguji pengaruh sumber pengetahuan internal dan eksternal pada kemampuan inovasi (e.g., Amara dan Landry, 2005; Elche-Hotelano, 2011; Salge et al., 2013). Namun, sumber pengetahuan internal yang diuji hanya sebatas karyawan perusahaan pada posisi tertentu. Misalnya, Amara dan Landry (2005) yang menguji peran staf R&D, staf pemasaran, staf keuangan, staf SDM dan manajemen sebagai sumber pengetahuan internal yang mendukung kemampuan inovasi. Selanjutnya, Salge et al. (2013) yang menguji peran karyawan berdasarkan pada departemen tertentu dalam level proyek. Bahkan penelitian Elche-Hotelano (2011) yang menguji perusahaan jasa hanya menyebutkan peran karyawan tanpa merinci jabatan karyawan tersebut. Padahal perusahaan memiliki struktur yang kompleks. Misalnya, adanya peran pemilik perusahaan 1 sebagai sumber pengetahuan internal pada perusahaan yang cenderung 1 Indarti (2010) yang menguji stickiness pengetahuan eksternal juga menjelaskan adanya sumber pengetahuan internal perusahaan yang terdiri dari karyawan dan pemilik perusahaan. 5

6 kecil (lihat Smeltzer et al., 1988; Indarti, 2010). Selanjutnya, ada peran karyawan front liner pada perusahaan jasa (i.e., jasa makanan atau kuliner) dalam aktivitas inovasi perusahaan (Ottenbacher dan Harrington, 2007). Pengetahuan dari berbagai sumber pengetahuan internal memunculkan kombinasi pengetahuan yang mendorong munculnya ide untuk inovasi (Kijukuit dan van den Ende, 2007). Kombinasi pengetahuan dihasilkan dari kolaborasi antar sumber pengetahun internal. Kolaborasi ini sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan di dalam perusahaan (Liao et al., 2003). Pengetahuan yang diperoleh dari kolaborasi staf perusahaan diserap dan ditransformasikan untuk mendukung kemampuan perusahaan melakukan inovasi (Tushman dan Nadler, 1986; Liao et al., 2007). Kolaborasi staf untuk mendukung kemampuan inovasi memperlihatkan adanya peran variasi sumber pengetahuan internal (lihat Amara dan Landry, 2005). Berdasarkan penjelasan mengenai variasi sumber pengetahuan internal, konsep keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan internal dikembangkan di samping pengetahuan eksternal. 2 Konsep keluasan dan kedalaman yang selama ini hanya digunakan untuk menguji sumber pengetahuan eksternal ternyata memiliki perbedaan temuan empiris. Laursen dan Salter (2006) yang mengangkat tema inovasi terbuka dan menguji perusahaan manufaktur di Inggris membuktikan adanya pengaruh nonlinear keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan eksternal pada kemampuan inovasi perusahaan. Hasil tersebut didukung oleh Salge et al. (2013) pada pengujian kedalaman sumber pengetahuan eksternal untuk level proyek. 2 Penelitian ini mengembangkan studi Laursen dan Salter (2006) yang mengangkat tema inovasi terbuka dan mengembangkan konsep keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan. 6

7 Pengaruh non-linear keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan eksternal pada kemampuan inovasi perusahaan menunjukkan adanya oversearch pada penggunaan sumber pengetahuan eksternal. Oversearch menyebabkan pengaruh keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan eksternal yang awalnya positif menjadi negatif (Laursen dan Salter, 2006). Elche-Hotelano (2011) menjelaskan bahwa pengaruh non-linear sebenarnya lebih berkaitan dengan biaya. Keterkaitan pengaruh non-linear dengan biaya sebenarnya juga merupakan dasar studi yang dilakukan oleh Salge et al. (2013). Studi Salge et al. (2013) menyebutkan adanya pertimbangan keuntungan dan biaya dalam penggunaan sumber pengetahuan. Hasil non-linear pada pengaruh keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan eksternal terhadap kemampuan inovasi ternyata berbeda dengan hasil studi Chiang dan Hung (2010). Studi Chiang dan Hung (2010) yang menguji perusahaan elektronika di Taiwan menemukan bahwa keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan eksternal pada kemampuan inovasi perusahaan masih menunjukkan pengaruh positif. Penelitian Henttonen et al. (2011) juga menemukan bahwa pengaruh positif sumber pengetahuan eksternal pada kemampuan inovasi. Jika merujuk pada pandangan Nonaka (1990) yang melakukan reviu pada perusahaan Jepang dijelaskan bahwa kelebihan pengetahuan sebenarnya mendorong perusahaan melakukan inovasi. Studi keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan eksternal pada kemampuan inovasi selain memiliki perbedaan temuan empiris juga cenderung dilakukan pada konteks tertentu. Studi-studi yang selama dilakukan mayoritas mengarah pada perusahaan manufaktur dengan menggunakan data sekunder dari Community Innovation Survey (CIS) yang ada di beberapa negara maju (e.g., 7

8 Laursen dan Salter, 2006; Henttonen et al., 2011; Henttonen dan Ritala, 2013). Untuk perusahaan manufaktur yang diteliti antara lain perusahaan di sektor robotika (e.g., Katila dan Ahuja, 2002), elektronik (e.g., Chiang dan Hung, 2010) dan berbagai perusahaan manufaktur (e.g., tekstil, farmasi, ritel dan logistik, kendaraan bermotor). Adapun penelitian perusahaan jasa dilakukan oleh Elche-Hotelano (2011) yang hanya menguji karyawan 3 sebagai sumber pengetahuan internal dan Salge et al. (2013) pada level proyek. Kecenderungan penelitian pada perusahaan manufaktur akan berbeda dengan perusahaan jasa. Hal ini dikarenakan karakteristik perusahaan jasa yang berbeda dengan manufaktur. Itu menjadi dasar pentingnya pengembangan penelitian inovasi pada bidang jasa (lihat Mina et al., 2014). Salah satu perusahaan jasa yang cukup kompetitif adalah perusahaan jasa makanan. Perusahaan jasa makanan dikatakan kompetitif karena rentannya imitasi pada produk makanan. Kondisi ini mendorong perusahaan tidak cukup hanya mampu melakukan inovasi tetapi juga melakukan inovasi secara kontinyu (Harrington, 2004). Selain itu, adanya siklus hidup layanan yang semakin singkat, perubahan tren dan perubahan selera konsumen membuat pasar semakin kompetitif (Ottenbacher dan Harrington, 2007). Di Indonesia, perusahaan jasa makanan (i.e., restoran dan kafe) mulai diperhatikan pemerintah dengan masuk sebagai subsektor terakhir dalam ekonomi kreatif. Sebagai subsektor yang terakhir, subsektor kuliner telah menyumbang kontribusi ekonomi sebesar 32,5% pada produk domestik bruto (PDB), 31,48% pada total tenaga kerja, 56% pada unit usaha dari keseluruhan subsektor dalam 3 Penelitian Elche-Hotelano (2011) hanya meneliti karyawan tanpa memisahkan departemennya dalam pengujian sumber pengetahuan internal (lihat penjelasan tentang pentingnya sumber pengetahuan internal) 8

9 industri kreatif yang ada (Tim Studi dan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif, 2014:42-50). Selanjutnya, menurut data BPS subsektor kuliner juga mengalami nilai rata-rata pertumbuhan sebesar 1,48% di atas nilai rata-rata industri kreatif yang sebesar 0,98% dan nasional sebesar 1,05% (Tim Studi dan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif, 2015:56). Pertumbuhan tersebut diiringi dengan semakin populernya wisata kuliner (Badan Pusat Statistik, 2013:1). Selain itu, kontribusi subsektor kuliner dalam beberapa aspek juga diiringi oleh tingginya tingkat persaingan antar pelaku usaha. Hal ini didukung oleh barrier to entry yang rendah sehingga pelaku usaha baru lebih mudah masuk dan ikut bersaing dalam pasar kuliner (Tim Studi dan Kementrian Pariwisata Ekonomi Kreatif, 2015:55). Jika dilihat dari jumlahnya, data terakhir dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2014) 4 memberikan informasi bahwa pada tahun 2007 sampai 2011, sekitar 70% usaha restoran/rumah makan berada di Pulau Jawa. Jumlah tersebut menunjukkan pasar yang kompetitif dari restoran dan kafe Indonesia berpusat di Pulau Jawa. 1.2 Rumusan Masalah Studi-studi sebelumnya tentang pengaruh sumber pengetahuan pada kemampuan inovasi memperlihatkan beberapa rumusan masalah diantaranya sumber pengetahuan yang diuji, perbedaan hasil temuan empiris dan konteks yang diteliti. Pertama, studi-studi sebelumnya tentang pengaruh sumber pengetahuan pada kemampuan inovasi selama ini fokus pada keterbukaan perusahaan terhadap 4 Data terakhir yang didapatkan dari statistik Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memuat jumlah usaha restoran/rumah makan pada tahun 2007 sampai 2011 diperoleh dari web 9

10 sumber pengetahuan eksternal dengan mengangkat konsep inovasi terbuka (e.g., Laursen dan Salter, 2006; Chiang dan Hung, 2010). Sementara, teori berbasis sumberdaya (Barney, 1991) dan teori berbasis pengetahuan (Grant, 1996) menjelaskan bahwa sumberdaya (i.e., pengetahuan) yang ada di dalam perusahaan penting untuk keunggulan kompetitif perusahaan. Keunggulan kompetitif tersebut berkaitan dengan aktivitas inovasi yang dilakukan perusahaan (lihat Brown, 1991; Lawson dan Samson, 2001). Hal ini berarti sumber pengetahuan internal merupakan bagian penting dalam aktivitas inovasi di perusahaan. Adapun beberapa studi yang meneliti pengaruh sumber pengetahuan internal (e.g., Katila dan Ahuja, 2002; Amara dan Landry, 2005; Salge et al., 2013) kurang dapat menggambarkan variasi sumber pengetahuan internal dalam aktivitas inovasi. Studi tersebut diantaranya Katila dan Ahuja (2002) hanya fokus pada paten. Selanjutnya, Amara dan Landry (2005) hanya meneliti peran dari beberapa staf yang dikategorikan berdasarkan jabatan fungsional. Lebih lanjut, Salge et al. (2013) hanya menguji karyawan dalam departemen tertentu. Ada juga studi yang mengkarakteristikkan sumber pengetahuan internal pada bagian R&D saja (e.g., Huang dan Rice, 2012). Padahal, pemilik perusahaan juga dapat merupakan sumber pengetahuan internal perusahaan (Romijn dan Albaladejo, 2002; Indarti (2010). Selanjutnya, ada karyawan front liner yang mendukung inovasi pada perusahaan jasa (Ottenbacher dan Harrington, 2007). Keberadaan sumber pengetahuan eksternal sebenarnya dilatarbelakangi oleh keterbatasan pengetahuan internal. Hal ini dijelaskan oleh teori ketergantungan sumberdaya (Pfeffer dan Salancik, 1978 dalam Pfeffer dan Salancik 2003:258). Teori ketergantungan sumberdaya mengungkapkan bahwa perusahaan 10

11 menggunakan sumberdaya eksternal untuk mampu bertahan (Pfeffer dan Salancik, 2003:258). Keterbatasan sumberdaya ini mendorong perusahaan tergantung pada pihak eksternal (Ulrich dan Barney, 1984). Dari penjelasan tersebut, dengan dasar teori berbasis sumberdaya, teori berbasis pengetahuan dan teori ketergantungan sumberdaya, penelitian ini bermaksud mengembangkan penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu dikembangkan dengan tidak hanya menguji pengaruh sumber pengetahuan eksternal pada pada kemampuan inovasi tetapi juga menguji sumber pengetahuan internal. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pengaruh sumber pengetahuan internal dan eksternal pada kemampuan inovasi yang dikaji dari keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan tersebut. Kedua, penelitian tentang pengaruh sumber pengetahuan pada kemampuan inovasi yang selama ini fokus pada sumber pengetahuan eksternal memiliki perbedaan hasil temuan empiris. Perbedaan hasil temuan empiris ditunjukkan dari beberapa studi yang menemukan bahwa keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan (i.e., sumber pengetahuan eksternal) berpengaruh non-linear pada kemampuan inovasi di perusahaan (e.g., Laursen dan Salter, 2006; Huang dan Rice, 2012; Salge et al., 2013). Sebaliknya, studi Chiang dan Hung (2010) membuktikan bahwa ada pengaruh positif keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan eksternal pada kemampuan inovasi. Pengaruh non-linier berarti keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan awalnya berpengaruh positif pada kemampuan inovasi hingga titik tertentu. Setelah itu, pengaruhnya menjadi negatif seiring bertambahnya jumlah sumber pengetahuan yang digunakan (Laursen dan Salter, 2006). 11

12 Perbedaan hasil empiris seperti yang telah dipaparkan di atas memberikan peluang untuk menambahkan hasil temuan empiris tentang pengaruh sumber pengetahuan internal dan eksternal pada kemampuan inovasi. Adanya tambahan hasil temuan empiris, diskusi tentang bukti empiris pengaruh sumber pengetahuan pada kemampuan inovasi diharapkan akan menarik. Hal ini tentunya didukung oleh waktu dan konteks penelitian yang berbeda. Ketiga, sebagian besar penelitian pengaruh sumber pengetahuan pada kemampuan inovasi lebih banyak dilakukan pada konteks perusahaan manufaktur dengan menggunakan data sekunder dari CIS (e.g., Katila dan Ahuja, 2002; Laursen dan Salter, 2006; Chiang dan Hung, 2010). Konteks manufaktur dirasakan sempit, karena inovasi tidak hanya berkaitan dengan pengembangan produk baru, tetapi juga pengembangan layanan baru (Harrington dan Ottenbacher, 2013). Adapun penelitian pengaruh sumber pengetahuan pada kemampuan inovasi yang dilakukan pada perusahaan jasa hanya sedikit. Misalnya, penelitian Salge et al. (2013) menguji pengaruh sumber pengetahuan internal dan eksternal perusahaan untuk level analisis proyek. Oleh karena itu, penelitian inovasi di perusahaan jasa perlu dilakukan, misalnya perusahaan jasa makanan. Perusahaan jasa makanan di Indonesia dihadapkan pada pasar yang semakin kompetitif (lihat Tim Studi dan Kementrian Pariwisata Ekonomi Kreatif, 2015:55). Kondisi ini mendorong perusahaan harus melakukan inovasi sebagai modal utama untuk dapat bertahan di persaingan (Ottenbacher dan Harrington, 2007). Untuk mendukung inovasi yang dilakukan, restoran dan kafe membutuhkan sumber pengetahuan baik dari internal maupun eksternal perusahaan (Ottenbacher dan Harrington, 2007). Sumber pengetahuan internal mencakup koki (Harrington dan 12

13 Ottenbacher, 2013) sebagai R&D internal pada restoran dan kafe (Ko, 2015) dan karyawan front liner atau pelayan (Ottenbacher dan Harrington, 2007). Selanjutnya, sumber pengetahuan eksternal adalah konsumen, pesaing, dan asosiasi perdagangan (Ottenbacher dan Harrington, 2007). Dari penjelasan tersebut, pengembangan penelitian pada konteks perusahaan jasa dilakukan. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, pertanyaan penelitian yang ingin dijawab oleh penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah keluasan sumber pengetahuan internal berpengaruh positif terhadap kemampuan inovasi? 2. Apakah kedalaman sumber pengetahuan internal berpengaruh positif terhadap kemampuan inovasi? 3. Apakah keluasan sumber pengetahuan eksternal berpengaruh positif terhadap kemampuan inovasi? 4. Apakah kedalaman sumber pengetahuan eksternal berpengaruh positif terhadap kemampuan inovasi? 1.4 Tujuan Penelitian Dari beberapa pertanyaan penelitian, diuraikan tujuan penelitian pengaruh sumber pengetahuan pada kemampuan inovasi. Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk menguji pengaruh keluasan sumber pengetahuan internal terhadap kemampuan inovasi. 13

14 2. Untuk menguji pengaruh kedalaman sumber pengetahuan internal terhadap kemampuan inovasi. 3. Untuk menguji pengaruh keluasan sumber pengetahuan eksternal terhadap kemampuan inovasi. 4. Untuk menguji pengaruh kedalaman sumber pengetahuan eksternal terhadap kemampuan inovasi. 1.5 Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, penelitian tentang pengaruh sumber pengetahuan (i.e., internal dan eksternal) pada kemampuan inovasi yang dimiliki perusahaan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi akademisi dan praktisi. 1) Manfaat bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi akademisi. Pertama, penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang sumber pengetahuan yang digunakan oleh perusahaan (i.e., restoran dan kafe) di Indonesia untuk mendukung inovasinya. Kedua, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pengaruh sumber pengetahuan internal selain sumber pengetahuan eksternal untuk mendukung kemampun inovasi perusahaan. Ketiga, penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan informasi mengenai inovasi yang dihasilkan oleh restoran dan kafe di Indonesia. 14

15 2) Manfaat bagi Praktisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pelaku usaha mengenai aktivitas inovasi yang dilakukan oleh perusahaan jasa makanan (i.e., restoran dan kafe). Penelitian ini juga diharapkan memberikan gambaran tentang keluasan dan kedalaman sumber pengetahuan yang digunakan oleh perusahaan untuk menciptakaan ide dalam aktivitas inovasi. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan mengenai pengaruh penggunaan sumber pengetahuan (i.e., internal dan eksternal) pada kemampuan inovasi. Lebih lanjut, pelaku usaha diharapkan mampu membuat keputusan terbaik penggunaan sumber pengetahuan. Penggunaan sumber pengetahuan yang tepat diharapkan mampu meningkatkan kemampuan inovasi perusahaan. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan penelitian ini terbagi dalam lima bab yang memuat beberapa sub-bab. Bab I mengulas tentang pendahuluan yang berisi uraian latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian hingga sistematika penulisan. Berikutnya, Bab II menguraikan tentang tinjauan pustaka yang terdiri dari pembahasan konsep dan teori mengenai aktivitas inovasi yang dilakukan perusahaan, khususnya pada kemampuan inovasi, serta mengenai sumber-sumber pengetahuan yang digunakan perusahaan pada aktivitas inovasi. Pada Bab II juga dibahas perumusan hipotesis. Selanjutnya, Bab III memuat metode penelitian yang digunakan oleh studi ini, yang terdiri dari penjelasan desain 15

16 penelitian, metode pengumpulan data, definisi operasional variabel, pengujian instrumen penelitian, hingga pada metode analisis data. Setelah membahas tentang pendahuluan, tinjauan pustaka dan perumusan hipotesis serta metode penelitian, pada Bab IV membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini memuat uraian mengenai proses pengumpulan data, deskripsi responden dan perusahaan, statistik deskriptif, hasil pengujian hipotesis dan pembahasan mengenai hasil pengujian hipotesis. Terakhir, Bab V berisi tentang simpulan hasil penelitian, kontribusi serta keterbatasan dan saran untuk penelitian selanjutnya. 16

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi sebesar 2 persen terhadap produk domestik bruto (Grafik

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi sebesar 2 persen terhadap produk domestik bruto (Grafik BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Bisnis kuliner merupakan bisnis yang sedang berkembang di Indonesia pada saat ini. Munculnya berbagai makanan yang unik, adanya wisata kuliner, dan tren kuliner sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan UMKM di Indonesia tidak bisa dipungkiri merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan UMKM di Indonesia tidak bisa dipungkiri merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan UMKM di Indonesia tidak bisa dipungkiri merupakan suatu badan usaha yang sangat membantu pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementrian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya adalah win-lose, dimana suatu perusahaan berusaha mengalahkan

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya adalah win-lose, dimana suatu perusahaan berusaha mengalahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kompetisi dalam bisnis terjadi karena satu atau lebih pelaku bisnis merasa terhimpit atau melihat peluang untuk mengubah posisi bisnis menjadi lebih baik. Kompetisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi organisasi dalam pembentukan keunggulan kompetitifnya (Lam, 2000; Ramirez

BAB I PENDAHULUAN. bagi organisasi dalam pembentukan keunggulan kompetitifnya (Lam, 2000; Ramirez BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan saat ini telah diakui sebagai salah satu sumberdaya yang penting bagi organisasi dalam pembentukan keunggulan kompetitifnya (Lam, 2000; Ramirez et al.,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini peneliti menguraikan ulasan mengenai simpulan penelitian, implikasi penelitian yang terdiri dari implikasi teoritis dan praktis serta keterbatasan dan saran penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi beroperasi secara efektif dan efisien atau sebaliknya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi beroperasi secara efektif dan efisien atau sebaliknya. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja pada dasarnya merupakan kunci utama dalam mengetahui apakah suatu organisasi beroperasi secara efektif dan efisien atau sebaliknya. Dalam menghasilkan kinerja

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah. Peran penting tersebut telah mendorong banyak negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri mendorong perusahaan untuk dapat menghasilkan kinerja terbaik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. industri mendorong perusahaan untuk dapat menghasilkan kinerja terbaik. Dalam BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini, bisnis kian berfluktuasi dan persaingan bisnis semakin ketat. Fluktuasi bisnis ini disebabkan oleh ketidakpastian lingkungan bisnis dan stabilitas perekonomian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Memperoleh keunggulan bersaing merupakan tantangan utama bagi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Memperoleh keunggulan bersaing merupakan tantangan utama bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memperoleh keunggulan bersaing merupakan tantangan utama bagi perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan bisnis masa kini. Sebelum melakukan perumusan strategi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. UKM, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. UKM, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil Menengah (UKM) memainkan peran penting dalam mendukung pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Dengan adanya sektor UKM, pengangguran akibat angkatan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainable competitive advantage) agar dapat berkompetisi dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainable competitive advantage) agar dapat berkompetisi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dituntut untuk mengembangkan keunggulan kompetitif berkelanjutan (sustainable competitive advantage) agar dapat berkompetisi dalam kondisi persaingan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING UKM

STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING UKM STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING UKM PENDAHULUAN UKM adalah salah satu sektor ekonomi yang sangat diperhitungkan di Indonesia karena kontribusinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (Bastian, 2001).Tingkatan kinerja organisasi dapat dilihat dari sejauh mana

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (Bastian, 2001).Tingkatan kinerja organisasi dapat dilihat dari sejauh mana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja organisasi merupakan sebuah alat ukur untuk menilai dan mengevaluasi berhasil atau tidak tujuan organisasi. Kinerja didefinisikan sebagai suatu gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internal karena menghasilkan informasi untuk pengguna internal seperti manajer,

BAB I PENDAHULUAN. internal karena menghasilkan informasi untuk pengguna internal seperti manajer, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi manajemen dalam suatu perusahaan dapat dikatakan sebagai akuntansi internal karena menghasilkan informasi untuk pengguna internal seperti manajer, eksekutif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber daya organisasi menurut Wernerfelt (1984) berfokus pada aset

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber daya organisasi menurut Wernerfelt (1984) berfokus pada aset BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya organisasi menurut Wernerfelt (1984) berfokus pada aset yang dimiliki oleh organisasi. Aset yang dimaksud adalah aset berwujud dan aset tidak berwujud.

Lebih terperinci

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI 8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI Pengembangan agroindustri terintegrasi, seperti dikemukakan oleh Djamhari (2004) yakni ada keterkaitan usaha antara sektor hulu dan hilir secara sinergis dan produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berkembang, salah satunya bidang yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berkembang, salah satunya bidang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berkembang, salah satunya bidang yang mengalami perkembangan adalah bidang perekonomian, bidang perekonomian merupakan bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasionalisasi perusahaan di Indonesia. Bagian pertama membahas latar

BAB I PENDAHULUAN. internasionalisasi perusahaan di Indonesia. Bagian pertama membahas latar BAB I PENDAHULUAN Bab pertama pada tesis ini menjelaskan topik penelitian yaitu konsep internasionalisasi perusahaan di Indonesia. Bagian pertama membahas latar belakang penelitian yang didasarkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor ekonomi yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM). Kurang

BAB I PENDAHULUAN. sektor ekonomi yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM). Kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, terutama dalam sektor ekonomi yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM). Kurang kokohnya perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran Era Pertanian ke Era Industrialisasi dan semakin majunya Era komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari seluruh pola pikir dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Riset pemasaran sangat penting untuk dilakukan sehingga perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Riset pemasaran sangat penting untuk dilakukan sehingga perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Riset pemasaran sangat penting untuk dilakukan sehingga perusahaan dapat mengetahui posisi merek di pasar, mengetahui selera atau kepuasan konsumen ataupun mengurangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor publik dalam pelayanan publik (Nurmandi, 2006). Banyak

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor publik dalam pelayanan publik (Nurmandi, 2006). Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan mempunyai peranan penting dalam kemajuan suatu organisasi, khususnya bagi sektor publik dalam pelayanan publik (Nurmandi, 2006). Banyak organisasi semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Hamel dan Prahalad dalam bukunya Competing for the Future,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Hamel dan Prahalad dalam bukunya Competing for the Future, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Hamel dan Prahalad dalam bukunya Competing for the Future, persaingan yang akan datang merupakan persaingan untuk menciptakan dan mendominasi peluang-peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepemilikan keunggulan kompetitif merupakan salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Kepemilikan keunggulan kompetitif merupakan salah satu hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepemilikan keunggulan kompetitif merupakan salah satu hal yang tidak mudah untuk dicapai oleh perusahaan dalam lingkungan persaingan bisnis yang ketat dewasa ini.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. kuliner skala UKM. Setelah dilakukan analisis pada bab empat, dapat diperoleh

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. kuliner skala UKM. Setelah dilakukan analisis pada bab empat, dapat diperoleh BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI 5.1. Simpulan Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi strategi bisnis, strategi SDM dan melihat keterkaitan antara strategi bisnis dan strategi SDM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang semakin pesat menyebabkan para

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang semakin pesat menyebabkan para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri yang semakin pesat menyebabkan para pengusaha harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan suatu produk. Inovasi dari produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen adalah bagaimana sebuah perusahaan dapat bertahan, dan faktor-faktor apa

BAB I PENDAHULUAN. manajemen adalah bagaimana sebuah perusahaan dapat bertahan, dan faktor-faktor apa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya tingkat turbulensi di hampir setiap industri ditandai oleh banyaknya perusahaan baru yang bermunculan dan bahkan menggeser perusahaan lama (Caves, 1998; Li

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan ulasan mengenai latar belakang yang mendasari pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan ulasan mengenai latar belakang yang mendasari pentingnya BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan ulasan mengenai latar belakang yang mendasari pentingnya melakukan penelitian ini, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak akan mampu bertahan dan bersaing dalam dunia usahanya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak akan mampu bertahan dan bersaing dalam dunia usahanya. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya merupakan suatu hal yang penting dalam suatu perusahaan. Tanpa adanya sumber daya, maka suatu perusahaan tidak dapat menjalankan kegiatan operasionalnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan inovasi untuk pengembangan produknya dan. mempertahankan konsumennya. Perusahaan yang tidak mampu bersaing akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan inovasi untuk pengembangan produknya dan. mempertahankan konsumennya. Perusahaan yang tidak mampu bersaing akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Kebutuhan dan selera pasar terus berkembang seiring waktu dan perkembangan jaman. Hal inilah yang mendasari perusahaan untuk bersaing dengan melakukan inovasi untuk pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memegang peranan yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memegang peranan yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memegang peranan yang besar dalam perekonomian Indonesia. Berdasarkan Badan Pusat Statistik dalam kurun waktu tahun 1997-2006, jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami peningkatan yang sangat pesat. Sehubungan dengan perdagangan dan industri negara Asia Tenggara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil menengah (UKM) produksi tahu di industri tahu Kota

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil menengah (UKM) produksi tahu di industri tahu Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha kecil menengah (UKM) produksi tahu di industri tahu Kota Bandung saat ini jumlahnya sedang mengalami pola peningkatan (BPS, 2015). Para pengusaha tahu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era keterbukaan ekonomi saat ini, setiap Negara berupaya seoptimal mungkin menggali potensi perekonomian yang memiliki keunggulan daya saing, sehingga mampu membawa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terhadap transfer of tacit knowledge dalam pembentukan non-financial business

BAB V PENUTUP. terhadap transfer of tacit knowledge dalam pembentukan non-financial business BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap transfer of tacit knowledge dalam pembentukan non-financial business performance (NFPI) pada UKM

Lebih terperinci

Teori Ketergantungan Terhadap Sumber Daya (Resource Dependence Theory)

Teori Ketergantungan Terhadap Sumber Daya (Resource Dependence Theory) Teori Ketergantungan Terhadap Sumber Daya (Resource Dependence Theory) Resource Dependence Theory adalah studi tentang bagaimana sumber daya eksternal organisasi mempengaruhi perilaku organisasi. Teori

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemenuhan kebutuhan pelanggan yang cukup besar. Hingga saat ini

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemenuhan kebutuhan pelanggan yang cukup besar. Hingga saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan bisnis ritel di indonesia khususnya swalayan menunjukkan angka yang cukup signifikan sejalan dengan meningkatnya kebutuhan terhadap pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Strategi Resources Based View (RBV) 2.1.1.1 Pengertian Strategi Resources Based View (RBV) Menurut Grant (2001) dalam Raduan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. dunia bisnis saat ini semakin kompetitif. Hal ini berlaku untuk segala jenis

BAB I LATAR BELAKANG. dunia bisnis saat ini semakin kompetitif. Hal ini berlaku untuk segala jenis BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Pada era saat ini perusahaan dituntut untuk lebih bergerak dinamis, inovatif, dan mampu memanfaatkan segala peluang yang ada karena persaingan di dunia bisnis saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang-orang yang terdapat dalam instansi tersebut. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. orang-orang yang terdapat dalam instansi tersebut. Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu instansi didirikan karena mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dalam mencapai tujuannya setiap instansi dipengaruhi oleh perilaku dan sikap orang-orang

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat, memberikan banyak dampak positif dalam persaingan usaha. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya merupakan suatu indikasi bahwa terdapat faktor lain di dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya merupakan suatu indikasi bahwa terdapat faktor lain di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterbatasan kemampuan laporan keuangan dalam menjelaskan nilai perusahaan yang sebenarnya merupakan suatu indikasi bahwa terdapat faktor lain di dalam perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kepariwisataan di Indonesia sekarang ini berkembang cukup pesat. Meningkatnya kecendrungan wisatawan asing maupun domestik untuk melakukan perjalanan wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berfokus pada penggunaan sistem pengukuran kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berfokus pada penggunaan sistem pengukuran kinerja dan BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini berfokus pada penggunaan sistem pengukuran kinerja dan faktor-faktor organisasional yang dapat berpengaruh terhadap akuntabilitas dan kinerja organisasi sektor publik di

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi perlahan-lahan telah mengubah gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat Indonesia. Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep pembangunan seringkali dianggap sama dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan salah satu jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengolahan bidang pangan menjadi konsentrasi yang cukup besar untuk dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya permintaan pangan seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan atas sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya hutan, sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari persaingan usaha yang tidak sehat. Kriteria UKM menurut UU No. 9

BAB I PENDAHULUAN. dari persaingan usaha yang tidak sehat. Kriteria UKM menurut UU No. 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UKM (Usaha Kecil Menengah) merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Industri pariwisata di Indonesia merupakan salah satu penggerak perekonomian nasional yang potensial untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional di masa kini dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama (Jones, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. terkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama (Jones, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi merupakan wadah bagi sekelompok orang yang bekerja secara terkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama (Jones, 2013). Dalam suatu organisasi terdapat tugas-tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Festival film merupakan salah satu bentuk apresiasi terhadap karya film.

BAB I PENDAHULUAN. Festival film merupakan salah satu bentuk apresiasi terhadap karya film. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Festival film merupakan salah satu bentuk apresiasi terhadap karya film. Apresiasi tersebut sebagai wujud penghargaan kerja keras untuk seluruh awak pembuat film dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis usaha kuliner di Indonesia semakin hari semakin diminati dengan melihat semakin banyaknya masyarakat yang gemar memburu beberapa aneka menu makanan baik makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi yang semakin pesat di Indonesia membuat persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini menunjukan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnisnya supaya dapat survive menghadapi persaingan yang ada. Perubahan cara

BAB I PENDAHULUAN. bisnisnya supaya dapat survive menghadapi persaingan yang ada. Perubahan cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi saat ini pertumbuhan perekonomian dunia telah berkembang. Perusahaan-perusahaan harus dengan cepat mengubah cara strategi bisnisnya supaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah mempunyai peranan yang sangat penting

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah mempunyai peranan yang sangat penting 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, memainkan peran yang sangat berpotensi dalam meningkatkan pasokan baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, persaingan usaha semakin kompetitif dan kreatif. Untuk dapat bertahan dalam persaingan usaha yang ketat, pihak manajemen dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan) ke ekonomi berbasis pengetahuan telah terjadi selama dua abad

BAB I PENDAHULUAN. keuangan) ke ekonomi berbasis pengetahuan telah terjadi selama dua abad 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan tren dari ekonomi tradisional (tanah, tenaga kerja, dan keuangan) ke ekonomi berbasis pengetahuan telah terjadi selama dua abad terakhir. Dalam ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai kualitas lingkungan hidup Indonesia pada tahun 2011 sebesar 60,25 dari

BAB I PENDAHULUAN. nilai kualitas lingkungan hidup Indonesia pada tahun 2011 sebesar 60,25 dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki kinerja lingkungan yang tergolong buruk. Menteri lingkungan hidup menyatakan bahwa nilai kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang semakin tidak menentu, khususnya perbankan yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang semakin tidak menentu, khususnya perbankan yang termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini setiap perusahaan dan industri bertahan di dalam perekonomian yang semakin tidak menentu, khususnya perbankan yang termasuk kategori

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan proses megidentifikasi data keuangan, melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan proses megidentifikasi data keuangan, melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi merupakan proses megidentifikasi data keuangan, melakukan pencatatan, dan sebagai hasil akhirnya menghasilkan laporan keuangan. Akuntansi sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peradaban ekonomi dunia terbagi dalam tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kewirausahaan mengalami perkembangan yang cukup pesat di berbagai negara. Kewirausahaan tidak hanya berperan dalam meningkatkan output dan pendapatan per kapita, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dibutuhkan pemakai. Perkembangan sistem informasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dibutuhkan pemakai. Perkembangan sistem informasi tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi sistem informasi dalam organisasi bisnis dewasa ini menjadi penting artinya berkaitan dengan ketepatan waktu dan kebenaran penyediaan informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini prosentase kontribusi ekonomi kreatif Indonesia didalam peningkatan PDB (Produk Domestik Bruto) nasional telah mencapai 7,1% dan telah berkontribusi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan yang vital dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara. Kontribusi

Lebih terperinci

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan yang salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang kaya akan keanekaragaman biota laut (perikanan dan kelautan). Dengan luas wilayah perairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kotler dan Keller (2012) pada bukunya Marketing Management di bab 20

BAB I PENDAHULUAN. Kotler dan Keller (2012) pada bukunya Marketing Management di bab 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kotler dan Keller (2012) pada bukunya Marketing Management di bab 20 yang berjudul Introducing New Market Offerings membahas mengenai beberapa pertanyaan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia sebagai tumpuan dalam memperoleh pendapatan.

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. lebih memandang kepada produk yang lebih high-quality, lowcost, dan

BAB I LATAR BELAKANG. lebih memandang kepada produk yang lebih high-quality, lowcost, dan BAB I LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi pasar, meningkatnya interpenetrasi ekonomi dan saling ketergantungan pelaku-pelaku ekonomi menuntut perusahaan-perusahaan untuk mendesain kembali

Lebih terperinci

PERANAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASIONAL UNTUK PENCAPAIAN KEUNGGULAN KOMPETITIF

PERANAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASIONAL UNTUK PENCAPAIAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PERANAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASIONAL UNTUK PENCAPAIAN KEUNGGULAN KOMPETITIF Santosa Tri Prabawa STIE Wijaya Mulya Surakarta ABSTRAK Kinerja organisasional dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis dan industri saat sekarang ini semakin ketat dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin meningkat serta sangat cerdas dalam memilih produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi skala Nasional, khususnya pada pulau Jawa dan Bali,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi skala Nasional, khususnya pada pulau Jawa dan Bali, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi skala Nasional, khususnya pada pulau Jawa dan Bali, memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi di D.I Yogyakarta. 7,00 6,00 5,00 4,00

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kurang kokohnya perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kurang kokohnya perekonomian Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, terutama dalam sektor ekonomi yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kurang kokohnya perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masakan Indonesia merupakan pencerminan beragam budaya dan tradisi yang berasal dari kepulauan Nusantara yang terdiri dari sekitar 6.000 pulau dan memegang peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting dalam perekonomian di Indonesia, ini bisa dilihat dari proporsi UMKM sebesar 99,99% dari total keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini secara langsung sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan-perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. saat ini secara langsung sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan-perusahaan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda negara-negara Asia tahun 997 maupun krisis global saat ini secara langsung sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu sektor penunjang perekonomian negara yaitu dalam pembangunan ekonomi nasional dan penyerapan tenaga kerja.

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri internal manusia yang berkaitan dengan aspek orisinalitas, imajinasi, aspirasi, kecerdasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perekonomian indonesia, terutama pada era akhir 1990-an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) pernah berperan sebagai penyelamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan utamanya membeli barang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan utamanya membeli barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan utamanya membeli barang untuk dijual kembali dengan mengharapkan laba sebagai sumber pendapatan perusahaan (Weygandt

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian dan ketenagakerjaan di Indonesia. Sejak terjadi krisis

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian dan ketenagakerjaan di Indonesia. Sejak terjadi krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor jasa merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam perekonomian dan ketenagakerjaan di Indonesia. Sejak terjadi krisis keuangan Asia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia banyak perusahaan sulit mengikuti arus perubahan yang terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia banyak perusahaan sulit mengikuti arus perubahan yang terjadi karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi sekarang ini, sebuah perusahaan harus mampu mengikuti perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar perusahaan. Di Indonesia banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis. Persaingan bisnis yang semakin ketat dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis. Persaingan bisnis yang semakin ketat dan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semua perusahaan selalu berupaya untuk menjadi pemenang dalam persaingan bisnis. Persaingan bisnis yang semakin ketat dan perkembangan inovasi di era globalisasi

Lebih terperinci

Minggu-4. Product Knowledge and Price Concepts. Pengembangan Produk Baru (new product development) By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM

Minggu-4. Product Knowledge and Price Concepts. Pengembangan Produk Baru (new product development) By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Product Knowledge and Price Concepts Minggu-4 Pengembangan Produk Baru (new product development) By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Further Information : Mobile : 08122035131 02270704014 ailili1955@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses inovasi (Mention, 2011). Inovasi menjadi tema sentral dalam dunia bisnis di

BAB I PENDAHULUAN. proses inovasi (Mention, 2011). Inovasi menjadi tema sentral dalam dunia bisnis di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, inovasi telah diakui secara luas sebagai salah satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi sehingga meningkatkan ketertarikan dalam mempelajari proses inovasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kompetisi di dunia usaha yang berlangsung ketat, menuntut. perusahaan untuk memberikan tanggapan secara cepat dan tepat agar

I. PENDAHULUAN. Kompetisi di dunia usaha yang berlangsung ketat, menuntut. perusahaan untuk memberikan tanggapan secara cepat dan tepat agar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetisi di dunia usaha yang berlangsung ketat, menuntut perusahaan untuk memberikan tanggapan secara cepat dan tepat agar mampu bersaing dan berkembang. Salah satu cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Wakil Ketua DPRD Kota Yogyakarta, M. Ali Fahmi, SE, MM yang dikutip dalam artikel koran Kedaulatan Rakyat 24 Agustus 2015, selain Yogyakarta mendapat predikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam rencana pengembangan industri kreatif Indonesia tahun 2025 yang dirumuskan oleh Departemen Perdagangan RI dijelaskan adanya evaluasi ekonomi kreatif. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dan telah berkembang menjadi krisis ekonomi dan multidimensi, pertumbuhan ekonomi nasional relatif masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara.

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini tengah memasuki evolusi baru dalam perekonomiannya, yaitu evolusi ekonomi kreatif, pertumbuhan ekonomi kreatif ini membuka wacana baru bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bandung sebagai ibu kota provinsi Jawa Barat merupakan salah satu kota yang mempunyai peluang dan potensi besar untuk dikembangkan. Pengembangan potensi ini didasari

Lebih terperinci