BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan keluarga ialah salah satu dari kekuatan kewirausahaan yang
|
|
- Suhendra Djaja Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan keluarga ialah salah satu dari kekuatan kewirausahaan yang mendominasi ekonomi global sekarang ini (Higginson, 2010). Perusahaan keluarga merupakan bentuk organisasi yang paling banyak di dunia, khususnya perusahaan dalam skala kecil dan menengah. Perusahaan keluarga berperan penting menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial, dimana mereka menghadapi tantangan sangat signifikan untuk tetap bertahan dan tetap berjaya antar generasi (Chirico & Nordqvist, 2010). Kemampuan bertahan dan berjaya antar generasi perusahaan keluarga terindikasi kurang baik. Menurut penelitian, hanya 3 dari 10 perusahaan mampu bertahan pada generasi ke-dua dan hanya 15% mampu bertahan sampai generasi ke-tiga. Fenomena ini menimbulkan berbagai pertanyaan terkait dengan suksesi yang berhasil (Tatoglu, et al., 2008). Faktor utama penyebab kegagalan perusahaan keluarga adalah kegagalan pada saat mentransfer perusahaan ke generasi berikutnya (Floren, 2002; Kimhi, 1997). Proses alih generasi ini adalah proses yang sulit, memakan waktu, dan berisiko (Barach & Ganitsky, 1995). Proses transfer yang tidak mudah dan lama ini menimbulkan ketidakstabilan dan ketidakpastian dalam perusahaan (Trevinyo-Rodriguez, et al., 2006). Penelitian-penelitian dengan cakupan yang luas mengenai berbagai isu kompleksitas perusahaan, ukuran perusahaan, interim pejabat eksekutif tertinggi (CEO), lingkungan, dan pendekatan dari luar dan dalam, menunjukkan bukti bahwa perencanaan suksesi merupakan isu strategis bagi organisasi untuk berhasil dan bertahan (Peters, et al., 2012). 1
2 2 Isu suksesi masih sering menjadi hal yang problematis dan terabaikan dalam banyak perusahaan keluarga (Bachkaniwala, et al., 2001; Tatoglu, et al., 2008). Dari berbagai penelitian, Bhardwaj (2013) menemukan bahwa rencana suksesi sangat sering tidak direncanakan dengan baik oleh perusahaan, meskipun pada faktanya pihak manajemen memahami pentingnya merencanakan suksesi. Isu suksesi perusahaan keluarga telah ditujukan secara ekstensif dalam literatur, meskipun sampai saat ini, kebanyakan perkembangan teoritis diperoleh dari penelitian pada perusahaan milik pria (Higginson, 2010). Kebanyakan penelitian topik ini berfokus pada proses suksesi perusahaan yang dikelola oleh pria (Handler, 1994; Harveston, et al., 1997; Higginson, 2010). Hal ini kontras dengan kecenderungan pertumbuhan pengusaha perempuan di era sekarang. Menurut National Women s Business Council (2005), sekarang perempuan memegang mayoritas kepemilikan (51% atau lebih) dalam seperempat sampai sepertiga dari seluruh perusahaan swasta di dunia. Pertumbuhan pesat tampak terjadi hanya dalam kurun waktu singkat, perempuan pemilik perusahaan sekarang terhitung mendekati sepertiga dari seluruh bisnis yang ada di dunia (Higginson, 2010). Kecenderungan pertumbuhan pengusaha perempuan juga menggejala di Indonesia. Pengusaha perempuan yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) mencapai sekitar anggota (Warta Ekonomi, 2013), dan Antaranews (2013) memberitakan bahwa perempuan pengusaha yang bergabung dalam organisasi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) mencapai orang. Diahsari, et al. (2015) menambahkan bahwa di luar jumlah tersebut, masih banyak yang tidak berada dalam kelompok, komunitas maupun asosiasi tertentu.
3 3 Pengusaha perempuan lebih banyak berada dalam kelompok industri manufaktur makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi (Tambunan, 2012). Dilihat dari skala usahanya, perempuan pengusaha lebih banyak berada pada skala mikro dan kecil (Diahsari, et al., 2015). Kerstan dan Berningham (1980) menemukan bahwa sektor perdagangan kecil yang didominasi oleh perempuan adalah sebuah tradisi Jawa. Penelitian ini menemukan bahwa industri membuat barang-barang sulaman adalah di antara kegiatan ekonomi populer bagi perempuan pedesaan di Jawa, baik sebagai pengusaha atau pemilik usaha maupun sebagai pekerja yang digaji. Pengusaha perempuan pada umumnya lebih memilih bentuk usaha berskala kecil dan menengah dikarenakan membutuhkan lebih sedikit modal, kegiatan lebih sederhana dan lebih mudah untuk dikelola (Tambunan, 2009). Cadieux dan kawan-kawan (2002) menyatakan bahwa perempuan lebih menekankan pada nilai-nilai kemanusiaan dan sosial, maka sistem nilai mereka menjelaskan gaya manajemen perempuan yang disebut feminin. Selanjutnya, dikarenakan peran tradisional perempuan dalam masyarakat, pengusaha perempuan harus mendevosikan diri pada bidang yang berbeda dalam hidup mereka, yaitu keluarga dan bisnis. Mereka juga mengembangkan ketertarikan lain yang tidak berkaitan dengan bisnis, tidak seperti pria. Penemuan-penemuan ini memunculkan kemungkinan dari tipe dinamika suksesi yang berbeda, yaitu dalam bisnis yang dikelola perempuan, hubungan antara dua individu utama yang terlibat telah terbangun dengan baik. Hal ini berbeda dengan dinamika suksesi bisnis yang dikelola pria, dimana ayah dan anak mereka sering sungguh saling memahami satu sama lain di saat mereka bekerja bersama-sama (Cadieux, et al., 2002).
4 4 Sampai era sekarang, perusahaan keluarga cenderung untuk lebih memilih suksesor dari dalam daripada dari luar keluarga (Bhardwaj, 2013). Pendahulu memilih pewaris yang berasal dari keluarga disebabkan oleh karakter pengetahuan pada perusahaan keluarga yang berupa pengetahuan idiosyncratic (Jassimuddin, et al., 2005; Lee, et al., 2003). Pengetahuan idiosyncratic ialah integrasi antara pengetahuan tacit dan eksplisit. Pengetahuan tacit adalah pengetahuan yang bersifat personal, spesifik, sulit diformalisasi, dan sulit dikomunikasikan. Contoh pengetahuan tacit antara lain pengetahuan tentang bagaimana mengelola inovasi dalam perusahaan. Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang mudah diubah dalam bentuk formal dan dalam bahasa yang sistematis sehingga lebih mudah ditransfer daripada pengetahuan tacit, misalnya pengetahuan mengenai formula dan peraturan (Nonaka & Takeuchi, 1995). Pengetahuan idiosyncratic memungkinkan terjadinya transfer pengetahuan secara lebih mudah dan aman dari risiko diimitasi oleh kompetitor (Jassimuddin, et al., 2005; Lee, et al., 2003). Pengetahuan dalam bentuk idiosyncratic memungkinkan transfer pengetahuan secara eksplisit, namun tidak bisa dipahami secara utuh oleh orang di luar perusahaan. Hal tersebut disebabkan oleh komponen tacit yang melekat di dalam budaya perusahaan yang hanya bisa diakses oleh anggota internal (Jassimuddin, et al., 2005; Lee, et al., 2003). Pendahulu berupaya menjaga kerahasiaan dengan mewariskan pengetahuan idiosyncratic tersebut kepada anggota keluarga (Lee, et al., 2003). Selain karakter pengetahuan yang khas, keputusan untuk mengalihkan perusahaan kepada anggota keluarga juga lebih didorong oleh keputusan emosional dibandingkan keputusan rasional (Floren, et al., 2005). Keputusan emosional ini juga didasari karena adanya nepotisme yang umum terjadi di
5 5 perusahaan keluarga (Barach, et al., 1988; Bertrand, et al., 2006). Pemilik perusahaan akan cenderung memilih anak atau kerabat dekat untuk menjadi pewaris meski kapabilitasnya terbatas, dibandingkan memilih manajer yang berasal dari luar keluarga meskipun kapabilitasnya lebih baik (Bertrand et al., 2006). Jumlah suksesor potensial yang terbatas pada jumlah keluarga menyebabkan suksesi menjadi berisiko gagal yang besar (Tatoglu, et al., 2008). Komponen-komponen emosional suksesi perusahaan keluarga cukup sering dibahas, namun hanya sedikit penelitian yang secara spesifik melihat pada aspek ini, sehingga hal ini dengan jelas menjadi celah penelitian dalam topik ini (Frey, et al., 2004). Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak penelitian mengaitkan rencana suksesi dengan kepemimpinan, tetapi satu dari banyak aspek terpenting yang disorot di bagian kecil penelitian adalah emosi. Sebagian besar perusahaan keluarga memiliki kecenderungan emosional mengenai bisnis mereka, tetapi area ini tidak didokumentasikan atau diteliti (Bhardwaj, 2013). Finansial, pajak, dan aspek non-hukum sering menjadi fokus utama proses perencanaan suksesi, dimana aspek psikologis sering diabaikan. Baik pemilik perusahaan sebelumnya maupun pemilik di masa yang akan datang, memandang sebelah mata pada emosi dan konflik yang muncul (Filser, et al., 2013). Emosi dan konflik seharusnya tidak dipandang sebelah mata ketika mempertimbangkan proses suksesi, sebab salah satu kunci keberhasilan suksesi dalam keluarga ialah ikatan keluarga yang kuat dan solid (Filser, et al., 2013). Emosi-emosi dalam perusahaan keluarga dan keluarga pemilik perusahaan adalah hal yang krusial untuk keberlangsungan usaha (Rau, 2013). Lebih lanjut, Rau (2013) menyatakan bahwa pengaturan secara sadar mengenai emosi dan norma-norma yang berkaitan dengan emosi dalam keluarga lintas
6 6 generasi dapat dipastikan sebagai faktor keberhasilan yang krusial untuk keberlangsungan jangka panjang. Berbagai macam ide mengenai arah masa depan bisnis, khususnya mengenai faktor dari berbagai macam persepsi predesesor dan suksesor, membawa pada konflik-konflik. Perbedaan personal ini merupakan alasan untuk gagalnya suksesi, dan dapat diartikan bahwa kegagalan dapat diatribusikan dengan berbagai emosi (Baldeger & Pock, 2007). Sebagian besar penelitian empiris sampai sekarang hanya sebagian saja yang membahas topik mengenai aspek psikologis dalam perusahaan keluarga, dan sangat jarang menjadikannya sebagai fokus utama (Filser, et al., 2013). Mayoritas studi empiris diidentifikasi tidak secara eksklusif membahas emosiemosi, konflik-konflik, atau aspek-aspek psikologis lain dalam suksesi perusahaan keluarga. Penyelidikan-penyelidikan empiris kualitatif akan memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai efek-efek konflik dan emosi dalam proses suksesi (Filser, et al., 2013). Oleh sebab itu, diperlukan untuk memahami proses perencanaan suksesi dalam referensi psikologi industri dan organisasi (Bhardwaj, 2013). Dengan memberikan fokus pemeriksaan pada aspek-aspek psikologis suksesi perusahaan keluarga, maka akan memberikan kemajuan dan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang penting (Filser, et al., 2013). Penelitian ini penting mengingat perusahaan keluarga merupakan kekuatan ekonomi yang layak diperhitungkan di Indonesia. Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), mayoritas perusahaan di Indonesia adalah perusahaan keluarga. Sesuai dengan survey dari Price Waterhouse Cooper (PwC) tahun 2014, lebih dari 95% perusahaan Indonesia merupakan bisnis keluarga. Pada tahun 2010 perusahaan keluarga Indonesia berkontribusi
7 7 sebesar 82,44% pada Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Di sisi lain, tingkat keberhasilan bertahan hidup perusahaan keluarga tidak terlalu baik. Berdasarkan Boston Consulting Group pada tahun 2012 (Swa, 2013), perusahaan keluarga di Indonesia yang berhasil melakukan transisi dari generasi pertama ke generasi ke-dua hanya sebesar 30%. Sedangkan keberhasilan transisi dari generasi kedua ke generasi ketiga hanya sebesar 7% dari perusahaan keluarga. Perencanaan suksesi memegang peran penting karena dimaksudkan demi menjaga konsistensi bisnis keluarga di masa mendatang (Wahjono, et al., 2014). Apabila generasi penerus merasa memiliki keterikatan dengan pekerjaan, tentu akan memberikan kontribusi pada kegiataan perencanaan bisnis (Wahjono, et al., 2014). Perencanaan suksesi mendapat perhatian penting sebagian besar perusahaan keluarga di dunia, akan tetapi masih sangat sedikit data perencanaan suksesi pada perusahaan keluarga berskala kecil dan menengah (Bhardwaj, 2013; Bracci & Vagnoni, 2011). Hal ini sangat disayangkan mengingat data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia tahun 2015 terdapat usaha kecil-menengah, pada tahun 2012 mampu menyerap tenaga kerja jiwa. Usaha kecil-menengah berkontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 57,9% dan menyerap tenaga kerja hingga 97,2%. Transfer kepemilikan perusahaan keluarga sangat mungkin menciptakan berbagai variasi emosi, dari perasaan bersalah sampai perasaan bebas dan bahagia. Melepaskan apa yang sudah dibangun dengan penuh dedikasi ialah tugas yang tidak mudah dan sering diistilahkan sebagai tes yang paling berat bagi para pendiri usaha (Walsh, 2011). Pemilik perusahaan membutuhkan rasa aman akan penerusnya, dimana penerus usaha harus memiliki ketrampilan dan komitmen untuk mewarisi perusahaan keluarga secara efektif. Pemilik usaha
8 8 butuh mengetahui bahwa bisnis dan nilai-nilai personal yang mereka tanamkan dalam perusahaan akan dihormati. Mereka butuh untuk merasa nyaman dengan peran mereka selama dan setelah proses suksesi. Bagi pewaris usaha, mereka butuh merasa nyaman dengan proses suksesi. Oleh sebab itu, proses perlu berlangsung dalam langkah-langkah yang menyediakan kenyamanan yang diperlukan (Walsh, 2011). Dengan gaya manajemen feminin yang berbeda dari gaya manajemen pria, maka ada kemungkinan tipe dinamika suksesi yang berbeda dalam bisnis yang dikelola perempuan (Cadieux, et al., 2002). Tipe dinamika suksesi yang berbeda ini sangat mungkin melibatkan variasi-variasi emosi yang khas pula, dimana rasa aman bagi predesesor dan rasa nyaman bagi suksesor pada proses suksesi sangat mungkin terdukung oleh hubungan yang telah terbangun dengan baik antara dua individu utama tersebut. Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini mengkaji dinamika emosi pada proses suksesi perusahaan keluarga milik perempuan yang termasuk dalam skala kecil dan menengah di Indonesia. Penelitian ini mengisi celah penelitian dari penelitian-penelitian sebelumnya (e.g. Bhardwaj, 2013; Filser, et al., 2013; Frey, et al., 2004). Secara lebih spesifik, penelitian ini mengeksplorasi dinamika emosi pada proses suksesi perusahaan keluarga milik perempuan berskala kecil dan menengah dalam rangka mempersiapkan penerus menjadi seorang pemimpin perusahaan. Penelitian ini penting bagi pemilik perusahaan dimana harus siap mengadopsi pendekatan proaktif mengenai suksesi yang diperlukan untuk mentransfer pengetahuan manajerial dan teknis. Hal ini penting dilakukan untuk menjaga kepercayaan dari para pemangku kepentingan dan untuk menghilangkan konflik-konflik kekuasaan dalam keluarga (Tatoglu, et al., 2008).
9 9 B. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian ini ialah : Bagaimana dinamika emosi yang mendasari terjadinya proses suksesi perusahaan keluarga milik perempuan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, rincian pertanyaan disusun sebagai berikut: 1) Apa yang menjadi dasar suksesi perusahaan keluarga? 2) Bagaimana proses suksesi perusahaan keluarga yang melibatkan unsur emosi? 3) Apa dampak dari emosi-emosi yang muncul bagi proses suksesi? C. Tujuan dan Manfaat Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun deskripsi yang esensial mengenai dinamika emosi yang terjadi pada proses suksesi perusahaan keluarga milik perempuan berskala mikro, kecil dan menengah dalam rangka mempersiapkan penerus menjadi pemimpin perusahaan. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi teoritis pada kekosongan literatur suksesi perusahaan milik perempuan, kurangnya penelitian pada perusahaan keluarga yang berfokus pada faktor psikologis terutama pada komponen emosional, serta kurangnya penelitian pada perusahaan keluarga berskala kecil dan menengah. 2. Secara praktikal hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan evaluasi dan acuan perencanaan bagi perusahaan keluarga dalam hal melakukan suksesi sebagai fondasi dari proses alih generasi perusahaan.
10 10 3. Hasil penelitian ini diharapkan mampu membantu para pemilik perusahaan keluarga untuk memahami emosi pada proses suksesi, sehingga dapat membangun kenyamanan yang penting dan diperlukan demi terlaksananya proses suksesi perusahaan keluarga yang efektif.
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang sangat pesat, sehingga di era
64 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sangat pesat, sehingga di era globalisasi ini jasa pengiriman barang atau ekspedisi sangat diperlukan, dan sekarang dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan yang diterapkan dari setiap pemimpin di setiap generasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, 88 persen perusahaan besar merupakan perusahaan keluarga (Susanto, 2007 dalam Shinta Rahayu L dan Rony H. Mustamu, 2015). Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan keluarga (family-owned business atau FOB) merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan keluarga (family-owned business atau FOB) merupakan organisasi yang unik, hasil dari interaksi antara anggota keluarga, keluarga itu sendiri, dan bisnis (Chrisman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan suatu organisasi bisa dilihat dengan jelas bahwa salah satu sumber daya yang paling penting adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia di tingkat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini istilah wirausaha (entrepreneur) dan kewirausahaan (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan, program pemberdayaan sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah Roti Gempol Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan bapak B. Jaya Atma Putra pada tanggal 4 februari 2015, Roti Gempol terletak di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasionalisasi perusahaan di Indonesia. Bagian pertama membahas latar
BAB I PENDAHULUAN Bab pertama pada tesis ini menjelaskan topik penelitian yaitu konsep internasionalisasi perusahaan di Indonesia. Bagian pertama membahas latar belakang penelitian yang didasarkan pada
Lebih terperinciA. Proses Pengambilan Keputusan
A. Proses Pengambilan Keputusan a) Definisi Menurut James A.F. Stoner, keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu: (1) ada pilihan atas dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang terbentuk sejak 31 Desember
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang terbentuk sejak 31 Desember 2015 adalah bentuk kerjasama antar anggota negara ASEAN dalam persiapan menghadapi globalisasi ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluarga merupakan bisnis yang tak lekang oleh waktu. Hal ini ditunjukkan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bisnis keluarga merepresentasikan model bisnis paling tangguh di dunia. Keberhasilan perusahaan keluarga yang berkelanjutan dari generasi ke generasi bergantung pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis keluarga telah lama memberi sumbangan terbesar terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Indonesian Institute for Corporate and Directorship (IICD, 2010), lebih dari 95 persen bisnis di Indonesia merupakan perusahaan yang dimiliki maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin maju suatu Negara maka semakin dirasakan pentingnnya dunia
0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin maju suatu Negara maka semakin dirasakan pentingnnya dunia wirausaha. Di era globalisasi ini, dinamika lingkungan yang tidak menentu serta juga dibarengi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini peran wanita sangat dibutuhkan dalam membangun perkembangan ekonomi maupun sektor lain dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, sehingga merupakan harapan bangsa dan memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan yang vital dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara. Kontribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan, pada umumnya manusia menjadikan usaha atau perkerjaan sebagai salah satu cara untuk mendapatkan semua yang dibutuhkan. Umumnya kebutuhan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan keluarga menjadi fenomena yang menarik di dalam dunia bisnis.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan keluarga menjadi fenomena yang menarik di dalam dunia bisnis. Banyak sekali perusahaan di dunia yang merupakan perusahaan keluarga. Perusahaanperusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan keluarga merupakan suatu fenomena tersendiri dalam dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan keluarga merupakan suatu fenomena tersendiri dalam dunia bisnis, selain jumlahnya yang banyak, perusahaan keluarga juga memiliki andil yang cukup signifikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mampu melakukan tugas rumah tangga. Kepala keluarga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepala keluarga memiliki peran sangat penting dalam kehidupan berumah tangga, selain dituntut untuk memberikan nafkah, perlindungan fisik yang efektif dan dukungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perusahaan yang tersebar luas di berbagai wilayah Indonesia, sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang semakin maju dan berkembang, banyak industri dan perusahaan yang tersebar luas di berbagai wilayah Indonesia, sehingga tercipta banyak
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh konflik pekerjaan..., Sekar Adelina Rara, FPsi UI, 2009
1 1. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Manajer merupakan seseorang yang berusaha menggapai tujuan organisasi atau perusahaan dengan mengatur orang lain agar bersedia melakukan tugas yang diperlukan untuk
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Madya dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Setiap fase
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kelangsungan hidupnya memerlukan berbagai aktifitas yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang dilakukan dalam
Lebih terperinciModul ke: Fakultas EKONOMI & BISNIS. Program Studi MANAJEMEN
Modul ke: 10 Eko Fakultas EKONOMI & BISNIS Kewirausahaan I Perencanaan, operasionalisasi, kaidah, lokasi dan fasilitas pendukung, pengorganisasian dan pengelolaan SDM, dan kepemimpinan wirausaha Putra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat penting bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi suatu negara dalam membantu laju pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ketika krisis moneter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/ menyebutkan bahwa perusahaan yang go
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peraturan BAPEPAM Nomor Kep-36/PM/2003 dan Peraturan Bursa Efek Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/07-2004 menyebutkan bahwa perusahaan yang go public diwajibkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
23 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang permasalahan penelitian, pendekatan kualitatif, subjek penelitian, metode pengumpulan data, dan prosedur penelitian. III. A. Permasalahan
Lebih terperinci2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria maupun bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasarnya adalah sektor UKM. Berkaitan dengan hal ini, paling tidak terdapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Semakin membaiknya iklim ekonomi dewasa ini, membuat sektor riil khususnya usaha kecil dan menengah (UKM) tumbuh subur di negeri ini. Pertumbuhannya begitu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. UKM, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil Menengah (UKM) memainkan peran penting dalam mendukung pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Dengan adanya sektor UKM, pengangguran akibat angkatan kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan, perilaku dan kemampuan individu dalam menghadapi tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep dan evaluasi individu tentang
Lebih terperinciBAB l PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalsaat ini, perkembangan pengetahuan dan teknologi sangat pesat sehingga membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Perubahan- perubahan tersebut menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri otomotif khususnya industry otomotif truk di Indonesia memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri otomotif khususnya industry otomotif truk di Indonesia memiliki prospek sangat cerah. Pertumbuhannya cukup tinggi, yakni berkisar 10% per tahun.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menyerap tenaga kerja, menciptakan produk atau jasa baru, serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiataan wirausaha besar, menengah ataupun kecil sudah mampu mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi secara global. Wirausaha sangat berperan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Era Globalisasi dan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat ini, pemerintah sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang yang pada hakekatnya bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kekalutan emosi, instropeksi yang berlebihan, kisah yang besar, dan sensitivitas yang tinggi. Masa remaja adalah masa pemberontakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. PENDAHULUAN. Saat ini perusahaan keluarga sudah menguasai 80 % - 98% bisnis yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENDAHULUAN Saat ini perusahaan keluarga sudah menguasai 80 % - 98% bisnis yang ada di dunia. Di Amerika, bisnis keluarga sangat mempengaruhi perekonomian negara, karena dapat menyerap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan yang ketat antar Negara. Dalam persaingan global yang semakin terbuka saat ini memiliki banyak tantangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sampai saat ini, kepemimpinan masih menjadi topik yang menarik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini, kepemimpinan masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji dan diteliti, karena paling sering diamati namun merupakan fenomena yang sedikit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hidup di tempat kerja, pekerjaan dan keluarga, pekerjaan dan pemenuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan tujuan utama seseorang dalam meraih aktualisasi diri terhadap potensi yang dimiliki. Dalam perjalanan kerja, sebagian besar orang mulai merasakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dinas pendidikan pemuda dan olahraga memiliki kebijakan mutu yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinas pendidikan pemuda dan olahraga memiliki kebijakan mutu yaitu pimpinan dan seluruh pegawai dinas pendidikan pemuda dan olahraga Kabupaten Deli Serdang berkomitmen
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. Tingkat perputaran karyawan (turnover) memang biasa. terjadi dalam sebuah organisasi, namun jika perputaran pada
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tingkat perputaran karyawan (turnover) memang biasa terjadi dalam sebuah organisasi, namun jika perputaran pada karyawan terlalu tinggi akan menjadi masalah bagi kelangsungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia. Perkembangan suatu bangsa dapat dipengaruhi oleh mutu pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap bangsa memiliki kebutuhan untuk berkembang, termasuk bangsa Indonesia. Perkembangan suatu bangsa dapat dipengaruhi oleh mutu pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa sekarang ini semakin ketat. Hal tersebut akan berdampak pada pelanggan, persaingan usaha dan perubahan.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Subjek berasal dari keluarga tidak harmonis, sejak kecil subjek berada dalam
119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.1 Interaksi Dengan Anggota Keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya kepemimpinan suatu organisasi merupakan salah satu faktor lingkungan intern yang sangat jelas mempunyai pengaruh terhadap perumusan kebijaksanaan dan penentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal penting dalam agenda bisnis. Para pemimpin perusahaan yang berhasil adalah mereka yang mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan. Bentuk entrepreneur pada abad pertengahan ini berbentuk clearical yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada abad pertengahan istilah entrepreneur digunakan untuk menggambarkan seorang aktor sebagai orang yang memimpin proyek produksi. Orang ini tidak menanggung risiko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu cara untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia perlu untuk bekerja. Setiap manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan Asean Economic Community, perusahaan UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi dan Asean Economic Community, perusahaan dituntut untuk gesit dalam mengembangkan inovasi dan strategi yang baru agar mampu bersaing dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena di masyarakat khususnya bagi warga yang tinggal di perkotaan, aksiaksi kekerasan baik individual maupun massal mungkin sudah merupakan berita harian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi organisasi dalam pembentukan keunggulan kompetitifnya (Lam, 2000; Ramirez
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan saat ini telah diakui sebagai salah satu sumberdaya yang penting bagi organisasi dalam pembentukan keunggulan kompetitifnya (Lam, 2000; Ramirez et al.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menikah di usia muda masih menjadi fenomena yang banyak dilakukan perempuan di Indonesia. Diperkirakan 20-30 persen perempuan di Indonesia menikah di bawah usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung atau Foreign Direct Investment-FDI. Investasi yang dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi dalam dunia industri memacu perkembangan yang pesat pada bisnis internasional. Salah satunya ditandai dengan maraknya investasi asing langsung atau Foreign
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan perusahaan industri yang selalu ingin survive dan berkembang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam abad informasi dan teknologi seperti sekarang ini, modernisasi dan globalisasi adalah hal yang tidak dapat terelakan lagi dalam semua aspek kehidupan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia. Organisasi yang berorientasi pada profit maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya dipengaruhi oleh faktor sumber daya manusia. Organisasi yang berorientasi pada profit maupun non profit banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri untuk membentuk keluarga. Dahulu pembagian peran pasangan suami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan jenis usaha yang dapat dikelola
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan jenis usaha yang dapat dikelola secara mandiri oleh masyarakat maupun keluarga. UKM mempunyai peranan penting bagi perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kepuasaan pelanggan sangatlah sengit. Terbukti dengan banyaknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, persaingan antar perusahaan untuk meningkatkan kepuasaan pelanggan sangatlah sengit. Terbukti dengan banyaknya perusahaan-perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor publik dalam pelayanan publik (Nurmandi, 2006). Banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan mempunyai peranan penting dalam kemajuan suatu organisasi, khususnya bagi sektor publik dalam pelayanan publik (Nurmandi, 2006). Banyak organisasi semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi sekarang ini, tantangan terhadap perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi sekarang ini, tantangan terhadap perubahan lingkungan yang cepat dan kemajuan teknologi informasi menuntut kepekaan organisasi dalam merespon
Lebih terperinciMateri 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team
Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Anda mungkin memiliki banyak pengalaman bekerja dalam kelompok, seperti halnya tugas kelompok, tim olahraga dan lain sebagainya. Kelompok kerja merupakan
Lebih terperinciPENGELOLAAN KARIER MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSA
Bab 7 PENGELOLAAN KARIER MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSA Tujuan Pembelajaran MendefinisikanManajemen Karier Menjelaskan Perencanaan Karier Mendiskusikan Pengembangan Karier PERENCANAAN KARIER Karier bukanlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat perkembangan era modern ini, pemandangan wanita bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari budaya Timur yang pada umumnya peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan unit sosial yang dengan sengaja diatur, terdiri atas dua orang atau lebih yang berfungsi secara relatif terus menerus untuk mencapai sasaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terus berkembang. Untuk mendukung perubahan organisasi. Pada pelaksanaan pekerjaan, hubungan antara pimpinan dengan bawahan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif, menuntut setiap organisasi untuk bersikap lebih responsif agar sanggup bertahan dan terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki komposisi penduduk dalam rentang usia produktif yang
Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara dengan jumlah populasi penduduk terpadat keempat di dunia, Indonesia memiliki komposisi penduduk dalam rentang usia produktif yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan
BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Temuan dan ulasan yang telah disajikan dalam Bab IV, berkenaan dengan
231 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Temuan dan ulasan yang telah disajikan dalam Bab IV, berkenaan dengan siklus karir dan isu yang dihadapi ketiga mantan pemain sepakbola generasi tahun 1960-an,
Lebih terperinciMANAJEMEN RISIKO crmsindonesia.org
S U R V E Y N A S I O N A L MANAJEMEN RISIKO 2016 crmsindonesia.org Daftar Pustaka 3 Indonesia 6 Potret 7 9 dan Kompetisi Regional dan Tren Manajemen Risiko di Indonesia Adopsi Manajemen Risiko di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi penting dalam kemajuan peradaban modern (Sesen, 2013; Shane dan Venkataraman, 2000).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dimana pada masa itu remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sedang mencari jati diri, emosi labil serta butuh pengarahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gelombang krisis ekonomi di dunia, bahkan berhasil menjadi negara yang meningkat di
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu dari segelintir negara yang berhasil menghadapi gelombang krisis ekonomi di dunia, bahkan berhasil menjadi negara yang meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Periode ini merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bila masa depan adalah kenyataan, apakah masa depan akan dialami oleh setiap orang? Jawabannya bisa iya bisa tidak. Tetapi yang paling terpenting adalah masa depan itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan ditandai oleh perubahan teknologi yang cepat, siklus produk yang lebih
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Organisasi saat ini hampir semua menghadapi lingkungan yang dinamis dengan ditandai oleh perubahan teknologi yang cepat, siklus produk yang lebih pendek,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengaruh Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terhadap perekonomian Indonesia sangat besar dan memiliki kontribusi yang cukup besar. Berdasarkan data yang ada
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku besar berciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah Minangkabau, Aceh, Batak, Melayu, dan ada juga sejumlah suku-suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran guru sangat strategis pada kegiatan pendidikan formal, non formal maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara pendidik dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wayan Nugroho,2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Melalui pendidikan ini manusia dapat mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan dan
Lebih terperinci6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
66 6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab ini akan disimpulkan mengenai hasil penelitian yang telah disampaikan pada bab sebelumnya. Pada bab ini juga akan dijelaskan diskusi yang menyatakan analisis
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk memasuki era globalisasi yaitu, era dimana pertukaran budaya, seni, dan kemajuan ilmu pengetahuan terjadi sangat pesat dan bebas. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan peluang dalam bisnis. Indonesia yang merupakan negara berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan global yang semakin pesat pada saat ini ditambah dengan kemajuan teknologi, serta perubahan sosial ekonomi memunculkan tantangantantangan dan peluang dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang harus merata mencapai pedesaan dan perkotaan. Karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian Indonesia merupakan salah satu aspek pembangunan yang harus merata mencapai pedesaan dan perkotaan. Karena merupakan bukti komitmen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemilik modal atau investor dengan harapan akan mendapatkan sejumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal yang dilakukan oleh pemilik modal atau investor dengan harapan akan mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan investasi dan memegang peranan penting dalam. upaya meningkatkan sumber daya manusia. Melalui peningkatan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi dan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia. Melalui peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat dan lingkup
BAB I PENDAHULUAN Bagian ini menyajikan latar belakang, masalah penelitian yang dijabarkan dalam rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat dan lingkup penelitian serta sistematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan UMKM di Indonesia tidak bisa dipungkiri merupakan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan UMKM di Indonesia tidak bisa dipungkiri merupakan suatu badan usaha yang sangat membantu pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementrian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi sebesar 2 persen terhadap produk domestik bruto (Grafik
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Bisnis kuliner merupakan bisnis yang sedang berkembang di Indonesia pada saat ini. Munculnya berbagai makanan yang unik, adanya wisata kuliner, dan tren kuliner sebagai
Lebih terperinciSesi 8: Pemberitaan tentang Masalah Gender
Sesi 8: Pemberitaan tentang Masalah Gender 1 Tujuan belajar 1. Memahami arti stereotip dan stereotip gender 2. Mengidentifikasi karakter utama stereotip gender 3. Mengakui stereotip gender dalam media
Lebih terperinciID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2
ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors 1 N/A Perencanaan Visi, Misi, Nilai 2 1.d.2 Daftar pemegang kepentingan, deskripsi organisasi induk, situasi industri tenaga kerja, dokumen hasil evaluasi visi
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN. terdapat perbedaan antara pengalaman biasa dan luar biasa (Abraham, 1986) dan
BAB V SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN 5.1. Simpulan Isu sentral penelitian mengenai pengalaman biasa dan luar biasa yaitu terdapat perbedaan antara pengalaman biasa dan luar biasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satunya dapat dipengaruhi oleh gender. Gaya kepemimpinan merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap pemimpin memiliki gaya masing-masing, yang salah satunya dapat dipengaruhi oleh gender. Gaya kepemimpinan merupakan sebuah norma perilaku yang dipakai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitiaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitiaan Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dan kompleks ini, bank tumbuh dan berkembang seiring dengan makin meningkatnya kebutuhan akan jasa di
Lebih terperinci