STUDI PENINGKATAN KINERJA MANAJEMEN RANTAI PASOK BUAH- BUAHAN DI JAWA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI PENINGKATAN KINERJA MANAJEMEN RANTAI PASOK BUAH- BUAHAN DI JAWA TIMUR"

Transkripsi

1 STUDI PENINGKATAN KINERJA MANAJEMEN RANTAI PASOK BUAH- BUAHAN DI JAWA TIMUR Yeni Agustina 1, Alfi Nur Shoba Stifronis 1 1 Jurusan Transportasi Laut, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya yeniagustina29@gmail.com, alfi.stifronis@gmail.com ABSTRAK Model pengukuran kinerja sangat diperlukan sebagai alat untuk peningkatan kinerja rantai pasok buah-buahan di wilayah jawa timur. Pengukuran kinerja dapat mendukung perencanaan tujuan, evaluasi kinerja, perumusan kebijakan strategic, taktis dan operasional rantai pasok. Studi ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan system yang didukung dengan SCOR model untuk merancang metric pengukuran kinerja, Data Envelopment Analysis (DEA) untuk pengukuran kinerja individu anggota rantai pasok dan analisis SWOT untuk merumuskan strategi peningkatan kinerja rantai pasok. 3 (tiga) komoditi buah-buahan yang diunggulkan di jawa timur yaitu Mangga, Pisang dan Jeruk. Hasil SCOR model menghasilkan bobot metric kinerja rantai pasok: kinerja pengiriman, kesesuaian dengan standar kualitas, kinerjapemenuhan pesanan, waktu tunggu pesanan, pemenuhan siklus pesanan, fleksibilitas rantai pasok, biaya manajemen rantai pasok, siklus pembayaran tunai, dan stok harian. Kata kunci: buah-buahan di Jawa Timur, pengukuran kinerja, manajemen rantai pasok, strategi peningkatan kinerja rantai pasok. PENDAHULUAN Hortikultura merupakan salah satu sub sektor andalan yang diharapkan mampu memberikan sumbangan positif bagi pembangunan sektor pertanian di Jawa Timur. Komoditas hortikultura khususnya buah-buahan memiliki ekonomi tinggi dan sangat prospektif untuk dikembangkan mengingat potensi serapan pasar dalam negeri dan internasional yang terus meningkat. Kondisi agro-ekologi Jawa Timur yang bervariasi, di dukung dengan kesesuaian lahan yang tersedia, dapat dimanfaatkan untuk pengembangan berbagai jenis komoditas hortikultura tropik maupun sub tropik. Total lahan kering yang masih tersedia seluas Ha, yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya tanaman hortikultura seluas Ha berupa lahan pekarangan dan Ha berupa lahan tegal (Laporan Tahun 2007 Dinas Pertanian Prop. Jatim). Peningkatan daya saing produk sangat penting untuk menghadapi persaingan yang ketat produk produk buah-buahan di pasar domestik. Produk buah-buahan Indonesia khususnya Jawa Timur masih terkendala dalam jaminan kesinambungan atas kualitas produk, minimnya jumlah pasokan, dan ketepatan waktu pengiriman serta belum efektif dan efisiennya kinerja rantai pasok (Morgan dkk, 2004). Dinamika pasar dipengaruhi oleh ketersediaan buah di pasaran dan harga. Salah satu unsur penting dalam sistem logistik adalah pasokan, baik mengenai volume maupun kesinambungan. Faktor kesinambungan menjadi maslaah kritis untuk produk buah-buahan yang menjadi kebutuhan masyarakat sepanjang tahun. Ketika musim panen tidak bagus dan harga tinggi, konsumen cenderung pilih impor. Apalagi selisih harga buah lokal dan impor tidak signifikan. Sifat produk buah-buahan yang mudah rusak dan kondisi lingkungan Indonesia dengan temperatur dan kelembaban yang tidak teratur akibat pemanasan global akan mempercepat proses kerusakan komoditas. Sehingga dibutuhkan penanganan khusus yang mencakup penanganan di sentra produksi (pasca panen), dalam proses pengiriman, dan di tempat tujuan. Secara umum, proses penanganan produk hortikultura di Indonesia masih kurang baik. Perlakuan yang buruk terhadap komoditas ketika didistribusikan juga memperburuk kualitas komoditas pertanian. Hal ini berdampak terhadap tingkat kerusakan produk yang tinggi hingga mencapai kisaran 40%. Kerusakan produk ini dibebankan kepada produk yang terjual dengan kondisi baik, sehingga harga produk menjadi mahal. Penelitian mengenai metode dan model pengukuran kinerja SCM sudah banyak dikembangkan antara lain : metode SCOR (Supply Chain Council, 2004; Lai dkk, 2002; Wang, 2003), metode Balanced Scorecard (Lee dkk, 2001; Bhagwat dan Sharma, 2007), Activity Based Costing (Lapide, 2000), Multi-criteria Analysis (Romero dan Rehman, 2003), Life Cycle Analysis (Azapagic dan Clift 1999; Hagelaar dan Van der Vorst 2002; Carlsson-Kanyama dkk, 2003), Data Envelopment Analysis (Zhu, 2003; Talluri dan Baker, 2002; Wong W.P dan Wong K.Y, 2007) (Tabel 1). Penelitian mengenai pengukuran kinerja

2 rantai pasok buah-buahan belum penulis temukan terutama di Indonesia. Penelitan-penelitian tersebut berguna dalam pengembangan metode pengukuran kinerja rantai pasok komoditi pertanian khususnya buahbuahan dan diharapkan dapat menginspirasi dalam pengembangan topik-topik penelitian lanjutan tentang manajemen rantai pasok sayuran. Penelitian ini mencakup rancangan metode pengukuran kinerja dengan mengadaptasi metode SCOR, penentuan bobot metrik dengan teknik AHP dan implementasi dengan menggunakan analisis SWOT untuk merekomendasikan strategi yang digunakan dalam peningkatan kinerja manajemen rantai pasok buah-buahan. Tujuan penelitian ini adalah : 1) Merancang dan mengimplementasikan model pengukuran kinerja rantai pasok buah-buahan dan, 2) Merumuskan strategi peningkatan rantai pasok buah-buahan tersebut. METODE PENELITIAN Kerangka Konseptual Kerangka konseptual penelitian ini dirumuskan dalam rangka membangun metode pengukuran kinerja SCM. Analisis kondisi rantai pasok dilakukan untuk mengidentifikasi buahbuahan unggulan, analisis struktur dan pelaku rantai pasok, serta analisis nilai tambah pada masing-masing pelaku. Perancangan metode pengukuran kinerja dibangun dengan mengidentifikasi metrik kinerja dan penentuan bobot metric pengukuran kinerja. Selanjutnya dilakukan impelementasi dan integrasi penilaian metode pengukuran kinerja rantai pasok buah di Jawa Timur dan perumusan strategi peningkatan kinerja rantai pasok buah. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di sentra produk pertanian segar di Provinsi Jawa Timur khususnya di daerah Malang dan Probolinggo yang terkenal akan buah khas daerah tersebut. Penelitian dimulai pada bulan Mei Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan secara tidak langsung (data sekunder) melalui web-web, maupun penelitian yang terdahulu serta data statistik dari badan terkait. Analisis potensi Buah-buahan Jawa Timur unggulan Analisis Kondisi Rantai Pasok Pemilihan produk buahbuahan Jawa Timur unggulan Kondisi objektif rantai pasok buah-buahan Jawa Timur Analisis nilai tambah produk buah-buahan jawa Timur Supply Chain Operation Reference (SCOR) Model Perancangan metrik pengukuran kinerja Penentuan bobot metrik pengukuran Perancangan Metode Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja rantai pasok Perumusan Strategi Peningkatan Kinerja Analisis IFE-EFE dan TOWS Analsis strategi peningkatan kinerja Analisis kelembagaan rantai pasok Program aksi/implikasi manajerial Gambar 1 Diagram Alir Metodologi Penelitian

3 Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini antara lain : 1) kondisi umum dan model rantai pasok dianalisis dengan mengunakan metode deskriptif-kualitatif. 2) pemilihan produk ungguluan dan alternatif pemasok dilakukan menggunakan metode perbandingan eksponensial untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak. 3) AHP untuk penentuan bobot metrik pengukuran kinerja yang dilakukan melalui tahapan dari perbandingan capaian skor dengan triangular fuzzy number, pembangunan matrik perbandingan, pemecahan eigen value, perkalian antar matriks, penentuan Consistency Ratio (CR); 4) analisis IFE-EFE dan SWOT untuk merumuskan strategi. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Pemilihan Buah Unggulan Secara umum perkembangan produksi tanaman hortikultura Jawa Timur selama 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini: Tabel 1 Hasil Produksi Hortikultura di Jawa Timur Dari data diatas sudah diketahui buah apa saja yang memiliki jumlah produksi terbesar antara lain Mangga, Jeruk, dan Pisang. Sedangkan di tabel 1 ketiga buah tersebut juga merupakan buah kategori prioritas dengan kata lain ketiga buah tersebut adalah komoditas buah yang memiliki demand paling tinggi. Sehingga dalam tugas ini akan menggunakan ketiga buah tersebut. Analisis Kondisi Eksisting Rantai Pasok Buah Dari bagan di bawah ini diketahui alur distribusi barang/produk yang pertama dari petani kemudian ke tengkulak dari tengkulak kemudia ke perusahaan besar ataupun langsung ke perusahaan besar (jika petani melalui koperasi). Atau dari tengkulak ke pedagang pasar dan sampai ke konsumen terakhir. Atau dari perusahaan besar/hotel/restaurant langsung ke end customers. Petani Petani Customer Akhir Pemasok, Pabrik, Hotel, Restaurant, Supermarket Petani Tengkulak/ pedagang Petani Petani Pasar tradisional Bandar Petani Usaha Dagang Aliran Barang Aliran Uang Gambar 2 Rantai Pasok Eksisting Buah-buahan

4 Analisis Deskriptif Struktur rantai Sasaran rantai Sasaran pasar berdasarkan kualitas produk yang dibedakan pada grade A, B, C Tabel 2 Analisis deskriptif Buah-buahan Produk Buah Prioritas Mangga Jeruk Pisang Anggota ada petani, Anggota ada petani, distributor, tengkulak, distributor, tengkulak, retailer retailer retailer Sasaran pengembangan rantai pasok adalah memperluas area produksi dan membangun sentra-sentra produksi baru Manajemen rantai Kerjasama dan pemilihan mitra antar pelaku rantai masih didasarkan pada kepercayaan Proses bisnis rantai Belum adanya kesepakatan kontraktual di dalam rantai pasokan dan sistem transaksi yang dilakukan masih cash dan carry Pola distribusi secara umum mengikuti pola distributor storage with package carrier delivery (produk dikirim kepada konsumen melalui jasa distributor) Sasaran pasar berdasarkan kualitas produk yang dibedakan pada grade A, B, C Sasaran pengembangan rantai pasok adalah memperluas area produksi dan membangun sentra-sentra produksi baru Kerjasama dan pemilihan mitra antar pelaku rantai masih didasarkan pada kepercayaan Belum adanya kesepakatan kontraktual di dalam rantai pasokan dan sistem transaksi yang dilakukan masih cash dan carry Pola distribusi secara umum mengikuti pola distributor storage with package carrier delivery (produk dikirim kepada konsumen melalui jasa distributor) Anggota ada petani, distributor, tengkulak, Sasaran pasar berdasarkan kualitas produk yang dibedakan pada grade A, B, C Sasaran pengembangan rantai pasok adalah memperluas area produksi dan membangun sentra-sentra produksi baru Kerjasama dan pemilihan mitra antar pelaku rantai masih didasarkan pada kepercayaan Belum adanya kesepakatan kontraktual di dalam rantai pasokan dan sistem transaksi yang dilakukan masih cash dan carry Pola distribusi secara umum mengikuti pola distributor storage with package carrier delivery (produk dikirim kepada konsumen melalui jasa distributor) Desain Metrik Pengukuran Kinerja Pemilihan metrik kinerja rantai pasok buah dilakukan dengan pendekatan AHP. Struktur hirarki pemilihan metrik pengukuran kinerja rantai pasok buah terdiri dari level 1 yaitu proses bisnis, level 2 terdiri parameter kinerja, level 3 terdiri dari atribut kinerja dan level 4 terdiri dari metrik kinerja. Proses bisnis rantai pasok sayuran dataran tinggi meliputi aspek perencanaan (plan), pengadaan (source), budidaya (make), pengolahan (process), dan pengiriman (deliver). Parameter kinerja meliputi nilai tambah, kualitas, dan risiko. Atribut kinerja meliputi reabilitas, fleksibilitas, biaya, responsifitas dan aset. Rancangan metrik kinerja meliputi kinerja pengiriman (KP), kesesuaian dengan standar mutu (KS), pemenuhan pesanan (PP), leadtime pemenuhan pesanan (LTPP), siklus waktu pemenuhan pesanan (SPP), fleksibilitas pesanan (FP), biaya SCM (BSCM), cash-to-cash cycle time (SCTC) dan persediaan harian (PH). perbandingan berpasangan berdasarkan rataan geometri untuk level proses bisnis, parameter kinerja dan atribut kinerja menggunakan triangular fuzzy number (~1,~3,~5, ~7,~9).Hasil perancangan menggunakan AHP dengan mengadaptasi model evaluasi SCOR

5 menghasilkan metrik pengukuran kinerja dengan bobot masing-masing yaitu : kinerja pengiriman/ KP (0,117), kesesuaian dengan standar mutu/ KS (0,296), pemenuhan pesanan/ PP (0,179), leadtime pemenuhan pesanan/ LTPP (0,072), siklus waktu pemenuhan pesanan/ SPP (0,081), fleksibilitas pesanan/ FP (0,031), biaya SCM/ BSCM (0,109), cash-to-cash cycle time/ SCTC (0,088) dan persediaan harian/ PH (0,027). Hasil akhir penentuan bobot metrik pengukuran kinerja rantai pasok buah-buahan pada Gambar 3 Penentuan bobot metrik pengukuran kinerja PLAN (0,416) SOURCE (0,062) MAKE (0,262) PROCESS (0,161) DELIVER (0,099) Nilai Tambah (0,306) Kualitas (0,514) Risiko (0,186) Realibilitas (0,361) Fleksibilitas (0,239) Biaya (0,091) Responsifitas (0,234) Aset (0,076) KP (0,117) PP (0,179) KS (0,296) FP (0,031) BSCM (0,109) SPP (0,081) LTPP (0,072) SCTC (0,088) PH (0,027) Gambar 3 Hasil AHP Adapun untuk perhitungan lebih mendetailnya mengenai hasil akhir pembobotan diatas terdapat dalam lampiran nantinya. Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasok Analisis strategi peningkatan kinerja rantai pasok menggunakan pendekatan analisis IFE-EFE dan SWOT (Marimin,2004). Posisi perusahaan pada tiap kuadran akan menunjukkan pengambilan strategi yang tepat agar perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya. Pada kuadran I menandakan bahwa perusahaan atau organisasi kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi adalah agresif, artinya perusahaan dalam keadaan mantap dan prima sehingga dapat terus melakukan ekspansi, dengan memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal. Pada kuadran II menandakan bahwa perusahaan kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi adalah diversifikasi, artinya diperkirakan perusahaan akan mengalami kesulitan untuk terus berputar jika hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Sementara itu, pada kuadran III menandakan perusahaan yang lemah namun berpeluang, sehingga strategi yang tepat adalah turn-around. Pada kuadran IV menandakan perusahaan yang lemah dan menghadapi tantangan yang besar sehingga strategi harus dipertahankan sambil terus membenahi diri (defensive strategy). Berikut merupakan tabel analisis IFE-EFE dan SWOT.

6 Tabel 3 analisis IFE No Keterangan Bobot Rating Nilai Strengths 1 SDM terkait - Pelaku usaha inovatif dan kreatif Menyerap banyak SDM Produksi - Jumlah produksi jeruk selalu meningkat setiap tahun Cepat berbuah Daya adaptasi jeruk luas Kualitas jeruk lokal tidak kalah dengan jeruk impor Adanya grading produk grade A, B, C, D Menggunakan teknologi untuk menjaga hasil produksi Teknologi Menggunakan manajemen penanaman dan pemanenan untuk - menjaga jumlah produksi tetap stabil/meningkat Weaknesses 1 SDM Kurangnya edukasi/penyuluhan kepada petani jeruk untuk - menjaga kualitas jeruk Proses grading dilakukan oleh tengkulak sehingga tengkulak memperoleh keuntungan paling tinggi Kesinergisan hubungan antar entitas Produksi - Jumlah produksi tidak sama setiap bulannya (seasonal product) Mudah rusak/busuk Membutuhkan treatment khusus untuk menjaga kualitas Teknologi - Kelemahan dalam jejaring kerja dan sistem informasi TOTAL

7 Tabel 4 Analisis EFE No Keterangan Bobot Rating Nilai Opportunities 1 Ekonomi - Secara umum perekonomian di Indonesia meningkat Social budaya - Meningkatnya kesadaran gaya hidup sehat di masyarakat Indonesia Meningkatnya konsumsi buah-buahan oleh masyarakat Politik - Adanya kondisi lingkungan konsensus pertanian berkelanjutan (go green, back to nature) Teknologi - Dukungan informasi dan teknologi perjerukan yang lebih maju Persaingan - Terbukanya pasar bebas yang memperluas akses pasar produk (AEC) Demografi - Meningkatnya pertumbuhan penduduk Jeruk dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi Threats 1 Ekonomi - Harga jeruk tidak stabil akibat kenaikan harga BBM yang tidak stabil Social budaya - Banyak konsumen masih berorientasi pada produk impor lebih baik Politik dan pemerintahan Kekurangan penyuluh lapang, POPT dan PBT hortikultura (Kuantitas - dan kualitas) Persyaratan standar mutu semakin tinggi Teknologi - Kelemahan dalam jejaring kerja dan sistem informasi SCM Jeruk Saran dan pra sarana pendukung SCM jeruk masih terbatas Persaingan - Meningkatnya tuntutan kualitas dan kuantitas jeruk local Masuknya jeruk impor dengan harga lebih murah Demografi - kondisi infrastruktur kurang mendukung konversi lahan dan issue perusakan lingkungan perubahan pola iklim yang tidak menentu TOTAL

8 EFE Tabel 5 Koordinat IFE - EFE Tinggi 3-4 Sedang Rendah IFE Kuat Sedang Lemah I II III IV V VI VII VIII IX Hasil perhitungan skor pada matriks IFE-EFE menunjukkan koordinat kondisi posisi para pelaku rantai pasok buah-buahan pada kuadran IV yang berarti grow dan built. Strategi yang bisa diterapkan antara lain strategi yang intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) atau integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan dan integrasi horizontal) bisa menjadi pilihan yang paling tepat. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil analisis menggunakan tiga komoditas buah-buahan terpilih yaitu Pisang, Mangga dan Jeruk. 2. Anggota struktur rantai pasok buah-buahan umumnya terdiri dari petani/ kelompok tani/ koperasi, pedagang/ bandar/ usaha dagang, prosesor, dan konsumen institusi (hotel, restauran, eksportir, dan retailer). Hasil analisis menunjukkan nilai tambah petani masih lebih kecil dibandingkan pelaku yang lain. Persentase nilai tambah petani akan lebih besar jika terjadi pengalihan sebagian aktifitas pengolahan produk, peningkatan kualitas dan efektifitas peran kelembagaan petani 3. Hasil analisis AHP dengan mengadaptasi model evaluasi SCOR menghasil metrik pengukuran kinerja dengan bobot masingmasing yaitu : kinerja pengiriman/ KP (0,117), kesesuaian dengan standar mutu/ KS (0,296), pemenuhan pesanan/ PP (0,179), leadtime pemenuhan pesanan/ LTPP (0,072), siklus waktu pemenuhan pesanan/ SPP (0,081), fleksibilitas pesanan/ FP (0,031), biaya SCM/ BSCM (0,109), cash-to-cash cycle time/ SCTC (0,088) dan persediaan harian/ PH (0,027). 4. Integrasi Model SCOR dan IFE-EFE SWOT menghasilkan metode pengukuran yang seimbang dalam berbagai dimensi pada proses bisnis rantai pasok buah-buahan serta menghasilkan informasi yang detail tentang efisiensi pada masing-masing pelaku dan potensi perbaikan kinerja rantai pasok. 5. Berdasarkan hasil perhitungan matriks internal dan eksternal dalam analisa SWOT, posisi para pelaku rantai pasok buah jeruk terdapat pada kuadran IV. DAFTAR PUSTAKA Haryotejo, Bagas Analisis Sektor Logistik dalam Rangka Kelancaran Arus Barang dan Peningkatan Daya Saing Komoditi Ekspor Daerah. Jakarta: Kementerian Perdagangan RI. Marimin.2004.Teknik dan Aplikasi pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta : Grasindo Yun, Yun dan Asep Kurniawan Supply Chain dan Logistik dalam Kaitannya dengan Ketahanan Pangan di Pedesaan. Cimahi: LPPM. Zhang, He dkk An AHP/DEA Methodology for Vendor Selection in Agile Supply Chain. Working Paper : Hal 3-4

9 LAMPIRAN Proses Bisnis Plan Source Make Process Deliver Plan Source 0,2 1 0,3 0,33 0,500 Make 0, ,0 Process 0, ,5 1 2 Deliver 0,25 2 0,333 0,5 1 2,283 15,000 4,083 6,833 10,500 Plan Source Make Process Deliver Total Rata2 Plan 0,438 0,333 0,490 0,439 0,381 2,081 0,416 Source 0,088 0,067 0,061 0,049 0,048 0,312 0,062 Make 0,219 0,267 0,245 0,293 0,286 1,309 0,262 Process 0,146 0,200 0,122 0,146 0,190 0,805 0,161 Deliver 0,109 0,133 0,082 0,073 0,095 0,493 0,099 Konsistensi Consistency Vektor 2,1291 5,1154 λ max 5,0683 0,3140 5,0345 CI 0,0171 1,3372 5,1080 CR 0,0153 2% 0,8150 5,0603 0,4952 5, ,3416 Parameter Kinerja PLAN Nilai Consistency Kualitas Risiko Nilai Tambah Kualitas Risiko Total Rata2 Tambah Konsistensi Vektor Nilai Tambah 1 0,333 2 Nilai Tambah 0,222 0,200 0,333 0,756 0,252 0,7667 3,0441 λ max 3,0539 Kualitas Kualitas 0,667 0,600 0,500 1,767 0,589 1,8222 3,0943 CI 0,0270 Risiko 0,5 0,333 1 Risiko 0,111 0,200 0,167 0,478 0,159 0,4815 3,0233 CR 0,0465 5% 4,500 1,667 6,000 1,000 9,1617 SOURCE Nilai Consistency Kualitas Risiko Nilai Tambah Kualitas Risiko Total Rata2 Tambah Konsistensi Vektor Nilai Tambah 1 0,500 3 Nilai Tambah 0,300 0,273 0,429 1,001 0,334 1,0208 3,0584 λ max 3,0538 Kualitas Kualitas 0,600 0,545 0,429 1,574 0,525 1,6169 3,0817 CI 0,0269 Risiko 0,333 0,333 1 Risiko 0,100 0,182 0,143 0,425 0,142 0,4277 3,0214 CR 0,0464 5% 3,333 1,833 7,000 1,000 9,1615 MAKE Nilai Consistency Kualitas Risiko Nilai Tambah Kualitas Risiko Total Rata2 Tambah Konsistensi Vektor Nilai Tambah 1 0,333 3 Nilai Tambah 0,231 0,211 0,375 0,816 0,272 0,8346 3,0672 λ max 3,0741 Kualitas Kualitas 0,692 0,632 0,500 1,824 0,608 1,9040 3,1318 CI 0,0371 Risiko 0,333 0,3 1 Risiko 0,077 0,158 0,125 0,360 0,120 0,3626 3,0234 CR 0,0639 6% 4,333 1,583 8,000 1,000 9,2224 PROCESS Nilai Consistency Kualitas Risiko Nilai Tambah Kualitas Risiko Total Rata2 Tambah Konsistensi Vektor Nilai Tambah 1 2,000 3 Nilai Tambah 0,545 0,571 0,500 1,617 0,539 1,6248 3,0147 λ max 3,0092 Kualitas 0,5 1 2 Kualitas 0,273 0,286 0,333 0,892 0,297 0,8943 3,0085 CI 0,0046 Risiko 0,333 0,5 1 Risiko 0,182 0,143 0,167 0,491 0,164 0,4921 3,0044 CR 0,0079 1% 1,833 3,500 6,000 1,000 9,0276

10 DELIVER Nilai Tambah Kualitas Risiko Nilai Tambah Kualitas Risiko Total Rata2 Consistency Konsistensi Vektor Nilai Tambah 1 0,500 0 Nilai Tambah 0,167 0,143 0,182 0,491 0,164 0,4921 3,0044 λ max 3,0092 Kualitas Kualitas 0,333 0,286 0,273 0,892 0,297 0,8943 3,0085 CI 0,0046 Risiko Risiko 0,500 0,571 0,545 1,617 0,539 1,6248 3,0147 CR 0,0079 1% 6,000 3,500 1,833 1,000 9,0276 Parameter Bobot level Bobot Plan Source Make Process Deliver Kinerja Proses Bisnis Final Nilai Tambah 0,252 0,334 0,272 0,539 0,164 0,4162 0,300 Kualitas 0,589 0,525 0,608 0,297 0,297 0,0624 0,514 Risiko 0,159 0,142 0,120 0,164 0,539 0,2618 0,186 0,1611 0,0986 Atribut Kinerja NILAI TAMBAH Realibilitas Fleksibilitas Biaya Responsifitas Aset Consistenc Konsistensi y Vektor Realibilitas ,2227 5,1597 λ max 5,1636 Fleksibilitas 0,5 1 2,0 0,5 2 0,8578 5,1025 CI 0,0409 Biaya 0,25 0,5 1 0,25 0,5 0,3744 5,0920 CR 0,0365 4% Responsifitas ,1896 5,3091 Aset 0,5 0,5 2 0,25 1 0,5617 5,1546 5,250 6,000 13,000 2,333 9,500 25,8179 Realibilitas Fleksibilitas Biaya Responsifitas Aset Total Rata2 Realibilitas 0,190 0,333 0,308 0,143 0,211 1,185 0,237 Fleksibilitas 0,095 0,167 0,154 0,214 0,211 0,841 0,168 Biaya 0,048 0,083 0,077 0,107 0,053 0,368 0,074 Responsifitas 0,571 0,333 0,308 0,429 0,421 2,062 0,412 Aset 0,095 0,083 0,154 0,107 0,105 0,545 0,109 1,000 KUALITAS Realibilitas Fleksibilitas Biaya Responsifitas Aset Konsistensi Consistenc y Vektor Realibilitas ,1291 5,1154 λ max 5,0683 Fleksibilitas 0, ,3372 5,1080 CI 0,0171 Biaya 0,25 0, ,5 2 0,4952 5,0234 CR 0,0153 2% Responsifitas 0,333 0, ,8150 5,0603 Aset 0,2 0,25 0,5 0, ,3140 5,0345 2,283 4,083 10,500 6,833 15,000 25,3416 Realibilitas Fleksibilitas Biaya Responsifitas Aset Total Rata2 Realibilitas 0,438 0,490 0,381 0,439 0,333 2,081 0,416 Fleksibilitas 0,219 0,245 0,286 0,293 0,267 1,309 0,262 Biaya 0,109 0,082 0,095 0,073 0,133 0,493 0,099 Responsifitas 0,146 0,122 0,190 0,146 0,200 0,805 0,161 Aset 0,088 0,061 0,048 0,049 0,067 0,312 0,062 1,000 RISIKO Realibilitas Fleksibilitas Biaya Responsifitas Aset Konsistensi Consistenc y Vektor Realibilitas ,1083 5,1888 λ max 5,1135 Fleksibilitas 0, ,5175 5,2011 CI 0,0284 Biaya 0,25 0, ,5 2 0,4854 5,0584 CR 0,0253 3% Responsifitas 0,333 0, ,7474 5,0646 Aset 0,2 0,2 0,5 0, ,2952 5,0547 2,283 3,867 10,500 7,833 16,000 25,5675

11 Realibilitas Fleksibilitas Biaya Responsifitas Aset Total Rata2 Realibilitas 0,438 0,517 0,381 0,383 0,313 2,032 0,406 Fleksibilitas 0,219 0,259 0,286 0,383 0,313 1,459 0,292 Biaya 0,109 0,086 0,095 0,064 0,125 0,480 0,096 Responsifitas 0,146 0,086 0,190 0,128 0,188 0,738 0,148 Aset 0,088 0,052 0,048 0,043 0,063 0,292 0,058 1,000 Atribut Nilai Bobot level Bobot Kualitas Risiko Kinerja Tambah Parameter Kinerja Final Realibilitas 0,237 0,416 0,406 0,2998 0,361 Fleksibilitas 0,168 0,262 0,292 0,5142 0,239 Biaya 0,074 0,099 0,096 0,1860 0,091 Responsifitas 0,412 0,161 0,148 0,234 Aset 0,109 0,062 0,058 0,076 Metrik Kinerja REALIBILITAS KP PP KS FP BSCM SPP LTPP SCTC PH Consistency Konsisten Vektor si KP 1 0,5 0, , ,3044 λ max 9,9424 PP 2 1 0, , ,2101 CI 0,1178 KS , ,0803 CR 0,0812 8% FP 0,167 0,167 0, ,5 0,333 0,25 0,2 2 0,2625 9,4503 BSCM 0,2 0,2 0, ,5 0, , ,4200 SPP 0,25 0,25 0, ,50 0, ,5739 9,7901 LTPP 0,333 0,333 0, ,5 5 0,8477 9,9670 SCTC 0,5 0,5 0, , ,0089 9,5916 PH 0,143 0,143 0,125 0,5 0,5 0,25 0,2 0, ,2016 9,6673 7,593 5,093 3,051 34,500 23,333 20,083 14,283 12,200 42,000 89,4812 KP PP KS FP BSCM SPP LTPP SCTC PH Total Rata2 KP 0,132 0,098 0,109 0,174 0,214 0,199 0,210 0,164 0,167 1,467 0,163 PP 0,263 0,196 0,164 0,174 0,214 0,199 0,210 0,164 0,167 1,752 0,195 KS 0,395 0,393 0,328 0,203 0,257 0,249 0,280 0,246 0,190 2,541 0,282 FP 0,022 0,033 0,047 0,029 0,021 0,017 0,018 0,016 0,048 0,250 0,028 BSCM 0,026 0,039 0,055 0,058 0,043 0,025 0,023 0,246 0,048 0,563 0,063 SPP 0,033 0,049 0,066 0,087 0,086 0,050 0,035 0,027 0,095 0,528 0,059 LTPP 0,044 0,065 0,082 0,116 0,129 0,100 0,070 0,041 0,119 0,765 0,085 SCTC 0,066 0,098 0,109 0,145 0,014 0,149 0,140 0,082 0,143 0,947 0,105 PH 0,019 0,028 0,041 0,014 0,021 0,012 0,014 0,014 0,024 0,188 0,021 FLEXIBILITAS KP PP KS FP BSCM SPP LTPP SCTC PH Consistency Konsisten Vektor si KP 1 0,25 0, ,2 0,5 2 0, ,4892 9,3151 λ max 9,7270 PP 4 1 0, ,5 6 1,6544 9,9778 CI 0,0909 KS , ,1907 CR 0,0627 6% FP 0,25 0,143 0, ,125 0,2 0,333 0,167 0,5 0,1752 9,5521 BSCM 5 0,5 0, , ,0773 SPP 2 0,333 0,2 5 0, ,8987 9,9556 LTPP 0,5 0,2 0, ,167 0, ,25 2 0,3362 9,2578 SCTC 3 2 0,25 6 0,333 0, ,1744 9,8649 PH 0,333 0,167 0, ,143 0,25 0,5 0,2 1 0,2367 9, ,083 7,593 2,829 45,000 6,218 14,783 28,833 11,450 36,500 87,5430 KP PP KS FP BSCM SPP LTPP SCTC PH Total Rata2 KP 0,045 0,033 0,059 0,089 0,032 0,034 0,069 0,029 0,082 0,473 0,053 PP 0,181 0,132 0,118 0,156 0,322 0,203 0,173 0,044 0,164 1,492 0,166 KS 0,272 0,395 0,353 0,200 0,322 0,338 0,243 0,349 0,219 2,691 0,299 FP 0,011 0,019 0,039 0,022 0,020 0,014 0,012 0,015 0,014 0,165 0,018 BSCM 0,226 0,066 0,177 0,178 0,161 0,271 0,208 0,262 0,192 1,740 0,193 SPP 0,091 0,044 0,071 0,111 0,040 0,068 0,104 0,175 0,110 0,812 0,090 LTPP 0,023 0,026 0,050 0,067 0,027 0,023 0,035 0,022 0,055 0,327 0,036 SCTC 0,136 0,263 0,088 0,133 0,054 0,034 0,139 0,087 0,137 1,071 0,119 PH 0,015 0,022 0,044 0,044 0,023 0,017 0,017 0,017 0,027 0,228 0,025

12 BIAYA KP PP KS FP BSCM SPP LTPP SCTC PH Consistency Konsisten Vektor si KP ,1480 9,8529 λ max 9,4959 PP 0,25 1 0,25 5 0, ,7426 9,4222 CI 0,0620 KS 2 4, , ,0177 9,7996 CR 0,0427 4% FP 0,125 0,200 0, ,143 0,500 0,3 0,17 0,25 0,1753 9,2774 BSCM 0,5 3 0, ,5136 9,7984 SPP 0,143 0,25 0, , ,5 0,2 0,333 0,2379 9,1679 LTPP 0,167 0,333 0, , , ,4140 9,3062 SCTC 0, ,2 6 0, ,9905 9,6632 PH 0,2 0,500 0, , ,500 0, ,4488 9,1750 4,718 15,283 2,829 45,000 7,593 36,500 27,333 12,617 22,583 85,4629 KP PP KS FP BSCM SPP LTPP SCTC PH Total Rata2 KP 0,212 0,262 0,177 0,178 0,263 0,192 0,220 0,238 0,221 1,962 0,218 PP 0,053 0,065 0,088 0,111 0,044 0,110 0,110 0,040 0,089 0,709 0,079 KS 0,424 0,262 0,353 0,200 0,395 0,219 0,256 0,396 0,266 2,771 0,308 FP 0,026 0,013 0,039 0,022 0,019 0,014 0,012 0,013 0,011 0,170 0,019 BSCM 0,106 0,196 0,118 0,156 0,132 0,164 0,183 0,159 0,177 1,390 0,154 SPP 0,030 0,016 0,044 0,044 0,022 0,027 0,018 0,016 0,015 0,234 0,026 LTPP 0,035 0,022 0,050 0,067 0,026 0,055 0,037 0,020 0,089 0,400 0,044 SCTC 0,071 0,131 0,071 0,133 0,066 0,137 0,146 0,079 0,089 0,923 0,103 PH 0,042 0,033 0,059 0,089 0,033 0,082 0,018 0,040 0,044 0,440 0,049 RESPONSIFITAS KP PP KS FP BSCM SPP LTPP SCTC PH Consistency Konsisten Vektor si KP 1 0,167 0,143 0,5 0,333 0,2 0, ,3508 9,1397 λ max 9,5138 PP 6 1 0, ,1336 9,9011 CI 0,0642 KS ,9815 9,8029 CR 0,0443 4% FP 2 0,2 0, ,5 0,25 0, ,5107 9,2546 BSCM 3 0,25 0, ,333 0, ,7222 9,5061 SPP 5 0,5 0, ,4786 9,9249 LTPP 4 0,333 0, , ,0778 9,6474 SCTC 0,5 0,167 0,143 0,333 0,25 0,167 0, ,2554 9,1172 PH 0,333 0,143 0,125 0,25 0,25 0,25 0,167 0, ,2064 9, ,833 4,760 2,861 22,083 16,333 7,700 11,450 34,500 39,000 85,6246 KP PP KS FP BSCM SPP LTPP SCTC PH Total Rata2 KP 0,035 0,035 0,050 0,023 0,020 0,026 0,022 0,058 0,077 0,345 0,038 PP 0,208 0,210 0,175 0,226 0,245 0,260 0,262 0,174 0,179 1,939 0,215 KS 0,243 0,420 0,350 0,272 0,306 0,390 0,349 0,203 0,205 2,737 0,304 FP 0,069 0,042 0,058 0,045 0,031 0,032 0,029 0,087 0,103 0,497 0,055 BSCM 0,104 0,053 0,070 0,091 0,061 0,043 0,044 0,116 0,103 0,684 0,076 SPP 0,173 0,105 0,117 0,181 0,184 0,130 0,175 0,174 0,103 1,341 0,149 LTPP 0,139 0,070 0,087 0,136 0,122 0,065 0,087 0,145 0,154 1,005 0,112 SCTC 0,017 0,035 0,050 0,015 0,015 0,022 0,017 0,029 0,051 0,252 0,028 PH 0,012 0,030 0,044 0,011 0,015 0,032 0,015 0,014 0,026 0,199 0,022 ASSET KP PP KS FP BSCM SPP LTPP SCTC PH Consistency Konsisten Vektor si KP 1 2 0, ,1344 9,7816 λ max 9,4080 PP 0,5 1 0, ,4993 9,7153 CI 0,0510 KS ,9809 9,7113 CR 0,0352 4% FP 0,143 0,167 0, ,2 2 0,5 0,25 0,333 0,2362 9,1038 BSCM 0,333 0,5 0, ,0397 9,5485 SPP 0,125 0,143 0,111 0,5 0, ,333 0,2 0,25 0,1744 9,2217 LTPP 0,167 0,2 0, , , ,3361 9,0768 SCTC 0,25 0,333 0,2 4 0, ,7143 9,3446 PH 0,2 0,25 0, , ,5 1 0,4888 9,1684 4,718 7,593 2,829 36,500 11,450 45,000 28,833 16,283 22,083 84,6719 KP PP KS FP BSCM SPP LTPP SCTC PH Total Rata2 KP 0,212 0,263 0,177 0,192 0,262 0,178 0,208 0,246 0,226 1,964 0,218 PP 0,106 0,132 0,118 0,164 0,175 0,156 0,173 0,184 0,181 1,389 0,154 KS 0,424 0,395 0,353 0,219 0,349 0,200 0,243 0,307 0,272 2,763 0,307 FP 0,030 0,022 0,044 0,027 0,017 0,044 0,017 0,015 0,015 0,234 0,026 BSCM 0,071 0,066 0,088 0,137 0,087 0,133 0,139 0,123 0,136 0,980 0,109 SPP 0,026 0,019 0,039 0,014 0,015 0,022 0,012 0,012 0,011 0,170 0,019 LTPP 0,035 0,026 0,050 0,055 0,022 0,067 0,035 0,020 0,023 0,333 0,037 SCTC 0,053 0,044 0,071 0,110 0,044 0,111 0,104 0,061 0,091 0,688 0,076 PH 0,042 0,033 0,059 0,082 0,029 0,089 0,069 0,031 0,045 0,480 0,053

13 Metrik Kinerja Realibilitas Fleksibilitas Biaya Responsifitas Aset Bobot level Bobot Atribut Kinerja Final KP 0,163 0,053 0,218 0,038 0,218 0,3606 0,117 PP 0,195 0,166 0,079 0,215 0,154 0,2393 0,179 KS 0,282 0,299 0,308 0,304 0,307 0,0906 0,296 FP 0,028 0,018 0,019 0,055 0,026 0,2339 0,031 BSCM 0,063 0,193 0,154 0,076 0,109 0,0756 0,109 SPP 0,059 0,090 0,026 0,149 0,019 0,081 LTPP 0,085 0,036 0,044 0,112 0,037 0,072 SCTC 0,105 0,119 0,103 0,028 0,076 0,088 PH 0,021 0,025 0,049 0,022 0,053 0,027

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Kinerja Rantai Pasok Kinerja rantai pasok merupakan ukuran kinerja secara keseluruhan rantai pasok tersebut (Chopra

Lebih terperinci

Integrasi Model SCOR dan Fuzzy AHP untuk Perancangan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Sayuran

Integrasi Model SCOR dan Fuzzy AHP untuk Perancangan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Sayuran 148 Integrasi Model SCOR dan Fuzzy AHP untuk Perancangan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Sayuran Alim Setiawan S Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Marimin

Lebih terperinci

STUDI PENINGKATAN KINERJA MANAJEMEN RANTAI PASOK SAYURAN DATARAN TINGGI DI JAWA BARAT

STUDI PENINGKATAN KINERJA MANAJEMEN RANTAI PASOK SAYURAN DATARAN TINGGI DI JAWA BARAT STUDI PENINGKATAN KINERJA MANAJEMEN RANTAI PASOK SAYURAN DATARAN TINGGI DI JAWA BARAT Study of Performance Improvement for Highland Vegetables Supply Chain Management in West Java Alim Setiawan S 1, Marimin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan manusia, karena di dalam sayuran mengandung berbagai sumber vitamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan, dimana memiliki sumber daya perikanan yang besar, baik ditinjau dari kuantitas maupun diversitas. Sektor kelautan dan perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan asumsi yang digunakan dalam penelitian ini. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI. DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Saat ini dunia perindustrian berkembang semakin pesat dan mengakibatkan persaingan antar perusahaan yang semakin ketat. Kondisi ini menuntut dihasilkannya produk atau jasa yang lebih baik, lebih

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK KOMODITAS IKAN BANDENG BEKU DENGAN PENDEKATAN SCOR

PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK KOMODITAS IKAN BANDENG BEKU DENGAN PENDEKATAN SCOR Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 e-issn 2550-0244 Volume 8 Nomor 2, Oktober 2017 91 PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK KOMODITAS IKAN BANDENG BEKU DENGAN PENDEKATAN SCOR PERFORMANCE MEASUREMENT OF SUPPLY CHAIN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

Lebih terperinci

Puryantoro Fakultas Pertanian - Universitas Abdurachman Saleh Situbondo

Puryantoro Fakultas Pertanian - Universitas Abdurachman Saleh Situbondo STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING MANGGA MANALAGI DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA PELAKU RANTAI PASOK (STUDI PADA PEDAGANG PENGUMPUL MANGGA DI SITUBONDO) Puryantoro Fakultas Pertanian - Universitas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus suatu rantai pasokan udang vaname. Penelitian ini dilaksanakan di berbagai tempat, yaitu pada produsen benih

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Perkembangan konsumsi komoditas perikanan khususnya udang di tingkat internasional dan tingkat nasional dianggap oleh sebagian petani dan nelayan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya buah tropis yang melimpah yang bisa diandalkan sebagai kekuatan daya saing nasional secara global dan sangat menjanjikan. Buah tropis adalah

Lebih terperinci

BAB VII. DESAIN METRIK PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR MODEL DAN FUZZY AHP

BAB VII. DESAIN METRIK PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR MODEL DAN FUZZY AHP BAB VII. DESAIN METRIK PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR MODEL DAN FUZZY AHP Metode pengukuran kinerja rantai pasok sayuran dataran tinggi dikembangkan berdasarkan aspek-aspek kornpetitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok masyarakat, salah satunya adalah sayur-sayuran yang cukup banyak

BAB I PENDAHULUAN. pokok masyarakat, salah satunya adalah sayur-sayuran yang cukup banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki tanaman pangan maupun hortikultura (buah dan sayuran) yang beraneka ragam. Iklim tropis menjadi kemudahan dalam menanam

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan

BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan 144 BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1 Analisis Matriks EFE dan IFE Tahapan penyusunan strategi dimulai dengan mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta kekuatan dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i iii iii iv 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 5 Ruang Lingkup Penelitian 5 2 TINJAUAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan 41 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus yaitu pengamatan yang bersifat spesifik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjamin tercapainya kepuasan konsumen akan produk akhir yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. menjamin tercapainya kepuasan konsumen akan produk akhir yang berkualitas, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan usaha yang semakin ketat menuntut adanya perubahan pola kerja dari setiap pelaku. Pelaku usaha dituntut dapat memenuhi pesanan dan permintaan konsumen secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Sektor pertanian memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Sayuran adalah salah satu komoditas pertanian yang memiliki potensi pengembangan pasar

Lebih terperinci

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU Almasdi Syahza Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PPKPEM) Universitas Riau Email: asyahza@yahoo.co.id:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Studi kelayakan yang juga sering disebut dengan feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 18 3 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Maluku Tenggara dikhususkan pada desa percontohan budidaya rumput laut yakni Desa Sathean Kecamatan Kei

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang 35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor XVI Tahun 1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Sentra Produksi Pisang di Lampung. Tanjung Karang merupakan Ibukota sekaligus pusat pemerintahan provinsi Lampung, sebagai salah satu provinsi sentra produksi utama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3.3 Analisis Data

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3.3 Analisis Data 9 BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sentra Kerajinan Bambu (SKB) Putra Handicraft, Jl. AH Nasution, Kampung Situ Beet, Kelurahan Cipari, Kecamatan Mangkubumi,

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI VII. PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI 7.1 Analisis Lingkungan Perusahaan Hasil analisis lingkungan perusahaan dilakukan melalui pengamatan di lapangan dan wawancara secara

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi yang sesuai untuk Rumah Makan Ayam Goreng & Bakar Mang Didin Asgar yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Seperti yang terdapat pada Gambar 1.1, dari 110.804.042

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bagian pendahuluan berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. Penjelasan rinci dari masing-masing subbab dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini sektor industri terus berkembang,sehingga segala aspek yang terdapat pada sebuah industri sangat menentukan keberhasilan dan kemajuan industri tersebut.

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura. 2. Penerapan budidaya pertanian yang baik / Good Agriculture Practices

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Tingginya persaingan bisnis di berbagai bidang industri, telah meningkatkan daya saing perusahaan menjadi penting dalam hal efektifitas dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan Menurut Rosyidi (2007), dalam melakukan kegiatan ekspor suatu perusahaan dapat menentukan sendiri kebijakan mengenai pemasaran

Lebih terperinci

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37 Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37 Penyusunan Master Plan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur meliputi beberapa tahapan kegiatan utama, yaitu : 1) Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR.... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Identifikasi Masalah.... 8 1.3.Perumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai

BAB I PENDAHULUAN. majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat. Dengan semakin majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai asupan gizi. Oleh karena

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

MODEL SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK SISTEM PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

MODEL SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK SISTEM PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT F.6 MODEL SUPPLY HAIN OPERATION REFERENE (SOR) DAN ANALYTI HIERARHY PROESS (AHP) UNTUK SISTEM PENGUKURAN KINERJA SUPPLY HAIN MANAGEMENT Herlinda Padillah *, Yulison Herry hrisnanto, Agung Wahana Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia bisnis sekarang ini terus bersaing untuk menciptakan berbagai kebutuhan pelanggan (customer) yang semakin tinggi, dan semakin cerdas dalam memilih kebutuhannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan pendahuluan dari penelitian yang diuraikan menjadi enam sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari II TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata didefinisikan sebagai kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata

Lebih terperinci

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR 45 Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh armada pancing di perairan Puger adalah jenis yellowfin tuna. Seluruh hasil tangkapan tuna yang didaratkan tidak memenuhi kriteria untuk produk ekspor dengan

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

Penerapan Metode Multi Attribute Decision Making) MADM- (Weighted Product) WP dalam Pemilihan Supplier di PT. XYZ

Penerapan Metode Multi Attribute Decision Making) MADM- (Weighted Product) WP dalam Pemilihan Supplier di PT. XYZ Penerapan Metode Multi Attribute Decision Making) MADM- (Weighted Product) WP dalam Pemilihan Supplier di PT. XYZ Suhartanto 1, Putiri Bhuana Katili 2, Hadi Setiawan 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

Gambar 18. Denah Lokasi PT Momenta Agrikultura, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang

Gambar 18. Denah Lokasi PT Momenta Agrikultura, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang 107 Lampiran 1. Denah Wilayah Desa Kayuambon Gambar 17. Denah Wilayah Desa Kayuambon Gambar 18. Denah Lokasi PT Momenta Agrikultura, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang 108 Lampiran 1. Denah Wilayah Desa

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM

IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM Sistem Penunjang Keputusan Rantai Pasok Sutera Alam berbasis Web dirancang sebagai alat bantu yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan rantai

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI Oleh: Erwidodo PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

Gambar 5. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 5. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Kajian konsep strategi pengembangan manajemen rantai pasok sayuran organik bernilai tambah tinggi di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung merupakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS Analisis SCOR (Supply Chain Operation Reference)

BAB V ANALISIS Analisis SCOR (Supply Chain Operation Reference) BAB V ANALISIS Bab ini berisi tentang analisis yang dilakukan pada pengolahan data yang telah diolah. Pada bab ini berisi mengenai analisis SCOR (Supply Chain Operation Reference) dan analisis desain traceability.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Kegiatan MRP adalah strategi alternatif yang memberikan solusi untuk mencapai keunggulan

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Kegiatan MRP adalah strategi alternatif yang memberikan solusi untuk mencapai keunggulan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Kegiatan MRP adalah strategi alternatif yang memberikan solusi untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui pengurangan biaya operasi, serta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dipresentasikan metodelogi penelitian yang diuraikan menjadi tujuh sub bab yaitu fokus kajian dan tempat, diagram alir penelitian, k-chart penelitian, konseptual

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Halaman.. i..vi.. viii.. ix I. PENDAHULUAN.. 1 1.1. Latar Belakang.. 1 1.2. Identifikasi Masalah..5 1.3. Rumusan Masalah.. 6 1.4. Tujuan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) (Studi Kasus: UKM Batik Sekar Arum, Pajang, Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Lebih terperinci

Strategi Pemasaran Pada Usaha Kuliner Warung Pasta Margonda Raya Depok Dengan Analisis SWOT NPM :

Strategi Pemasaran Pada Usaha Kuliner Warung Pasta Margonda Raya Depok Dengan Analisis SWOT NPM : Strategi Pemasaran Pada Usaha Kuliner Warung Pasta Margonda Raya Depok Dengan Analisis SWOT Nama : Dewi Ratnasari NPM : 11210912 Fakultas / Jurusan : Ekonomi / Manajemen Latar Belakang Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Inventarisasi Produk Unggulan Komoditas Tanaman Pangan dengan Menggunakan Metode Skoring

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Inventarisasi Produk Unggulan Komoditas Tanaman Pangan dengan Menggunakan Metode Skoring BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Analisis Inventarisasi Produk Unggulan Komoditas Tanaman Pangan dengan Menggunakan Metode Skoring Berdasarkan hasil perhitungan pada sub sektor

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Supply Chain Management Pada saat ini perusahaan-perusahaan tak terkecuali perusahaan agribisnis, dituntut untuk menghasilkan suatu produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT. HARVITA TISI MULIA SEMARANG

PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT. HARVITA TISI MULIA SEMARANG PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT. HARVITA TISI MULIA SEMARANG 1 Febriarto Adhi Wiwoho 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro Jalan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data 19 III. METODE KAJIAN Kajian ini dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie, Bogor dengan waktu selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus hingga bulan November 2007. A. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT X MENGGUNAKAN MATRIKS EVALUASI FAKTOR

PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT X MENGGUNAKAN MATRIKS EVALUASI FAKTOR PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT X MENGGUNAKAN MATRIKS EVALUASI FAKTOR Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Abstrak: Perubahan lingkungan industri dan peningkatan persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang

BAB I PENDAHULUAN. maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah nasional menghadapi tantangan dari negara-negara maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang saat ini masih

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengelolaan pengadaan paprika, yaitu pelaku-pelaku dalam pengadaan paprika,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengelolaan pengadaan paprika, yaitu pelaku-pelaku dalam pengadaan paprika, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek yang diteliti dalam penelitian ini antara lain adalah sistem pengelolaan pengadaan paprika, yaitu pelakupelaku dalam pengadaan paprika,

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja SCM

Pengukuran Kinerja SCM Pengukuran Kinerja SCM Pertemuan 13-14 Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu

Lebih terperinci

V. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK KOPI ORGANIK DENGAN PENDEKATAN DEA

V. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK KOPI ORGANIK DENGAN PENDEKATAN DEA 57 V. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK KOPI ORGANIK DENGAN PENDEKATAN DEA 5.1. Parameter Pengukuran Kinerja Pelaku Rantai Pasok Pengukuran kinerja dengan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah metode yang digunakan untuk meneliti sekelompok manusia,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode yang bertujuan membantu memecahkan masalah yang bertujuan membantu memecahkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Frida Agro yang terletak di Lembang, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Persaingan perusahaan-perusahaan sangat ketat dalam era globalisasi ini yang menghendaki perdagangan bebas. Persaingan yang sengit dalam pasar global sekarang ini,

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PISANG DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA DI KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PISANG DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA DI KABUPATEN SUMENEP CEMARA VOLUME 1 NOMOR 1 NOPEMBER 015 ISSN: 087-484 ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PISANG DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA DI KABUPATEN SUMENEP Fatmawati 1, dan Henny Dianawati 1 Fakultas Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik 96 BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik Analisis lingkungan membantu perusahaan dalam menentukan langkah strategi yang tepat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi membuat keterkaitan ekonomi nasional dengan perekonomian internasional menjadi makin erat. Dalam skala nasional, globalisasi berarti peluang pasar internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa tahun belakangan ini, keunggulan optimasi dan integrasi supply chain menjadi fokus dari beberapa organisasi perusahaan besar di dunia, Persaingan

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOK UKM BATIK DENGAN SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR)

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOK UKM BATIK DENGAN SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) STRATEGI PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOK UKM BATIK DENGAN SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) Mila Faila Sufa 1*,Latifa Dinar Wigaringtyas 2, Hafidh Munawir 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun Oleh: Puput Resno Aji Nugroho (09.11.2819) 09-S1TI-04 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) AMIKOM YOGYAKARTA Jalan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kepuasan pelanggan ditentukan oleh bagaimana perusahaan dapat memenuhi tuntutan dalam hal pemenuhan kualitas yang diinginkan, kecepatan merespon permintaan,

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN MODEL

BAB IV PERANCANGAN MODEL BAB IV PERANCANGAN MODEL Perancangan model supply demand komoditas pertanian di Indonesia akan menggunakan hasil dari analisis yang dilakukan di bab sebelumnya. IV.1 Metode Perancangan Model Dari hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis dan industri saat sekarang ini semakin ketat dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin meningkat serta sangat cerdas dalam memilih produk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Perumusan Masalah. Mengidentifikasi Entitas atau Anggota Rantai Pasok

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Perumusan Masalah. Mengidentifikasi Entitas atau Anggota Rantai Pasok BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini berisi mengenai metodologi penelitian. Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian. Berikut

Lebih terperinci

KINERJA PROSES INTI RANTAI PASOK AGROINDUSTRI DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR) PENDAHULUAN

KINERJA PROSES INTI RANTAI PASOK AGROINDUSTRI DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR) PENDAHULUAN P R O S I D I N G 319 KINERJA PROSES INTI RANTAI PASOK AGROINDUSTRI DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR) Abdul Wahib Muhaimin, Djoko Koestiono, Destyana Ellingga Pratiwi, Silvana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and

BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, distribusi dan logistik telah memainkan peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan perdagangan dunia. Terlebih lagi persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari survey yang dilakukan Accenture pada tahun 2010 terhadap sejumlah eksekutif perusahaan, sebanyak 89% menyatakan bahwa manajemen rantai pasok (Supply Chain Management,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3. Disain Penelitian Menurut Sarwono, Jonathan (2006:79) dalam melakukan penelitian salah satu hal penting adalah membuat desain penelitian. Desain Penelitian bagaikan sebuah peta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergulirnya wacana otonomi daerah di Indonesia berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi stimulan berbagai daerah untuk mengembangkan daerah

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF AGUS RUSLI.

RINGKASAN EKSEKUTIF AGUS RUSLI. RINGKASAN EKSEKUTIF AGUS RUSLI. 2008. Strategi Implementasi Percepatan Pembangunan HTI : Dukungan Terhadap Pasokan Kayu Industri dan Daya Saing Komoditi Pulp. Di bawah bimbingan AGUS MAULANA dan NUNUNG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam yang tersebar luas di wilayahnya. Negara Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris dan sebagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Strategis STI Cassidy (2006:41) mendefinisikan perencanaan adalah suatu proses penetapan tujuan organisasi/perusahaan, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola konsumsi makanan pada masyarakat memberikan dampak positif bagi upaya penganekaragaman pangan. Perkembangan makanan olahan yang berbasis tepung semakin

Lebih terperinci