BAB VII. DESAIN METRIK PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR MODEL DAN FUZZY AHP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VII. DESAIN METRIK PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR MODEL DAN FUZZY AHP"

Transkripsi

1 BAB VII. DESAIN METRIK PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR MODEL DAN FUZZY AHP Metode pengukuran kinerja rantai pasok sayuran dataran tinggi dikembangkan berdasarkan aspek-aspek kornpetitif yang perlu dimiliki oleh rantai pasok sayuran dataran tinggi agar dapat memenangi persaingan. Metode tersebut diawali dengan merancang metrik kinerja rantai pasok, nienganalisis kinerja, menentukan kinerja pemsahaan yang dikehendaki pada waktu mendatang dan merancang strategi peningkatan kinerja rantai pasokan pada masa mendatang. Menurut Aramyam et al. (2006), pengembangan sistem pengukuran kinerja rantai pasok perlu mempertimbangkan karakter-karakter khusus dari rantai pasok yang akan diukur. Secara umum terdapat dua jenis rantai pasok produk pertanian yaitu 1) rantai pasok produk pertanian segar dan 2) rantai pasok produk olahan pertanian. Penelitian ini fokus pada rantai pasok produk pertanian segar. Menurut Vorst (2000) dan Spiegel (2004) dalam Aramyam ef al. (2006), aspekaspek khusus yang perlu dipertimbangkan dalam rantai pasok pertanian segar adalah : 1) Mudah rusak dan perubahan tingkat kualitas produk sepanjang rantai pasok; 2) Waktu produksihudidaya yang lama; 3) Produksi musiman; 4) Membutuhkan moda transportasi dan fasilitas penyimpanan yang terkondisi; 5) Kuantitas dan kualitas produk sangat dipengaruhi oleh banyak variabel seperti cuaca, hamalpenyakit, dan lainnya; 6) Bulky; 7) Sensitif dengan isu-isu lingkungan; 8) Ditentukan oleh atribut fisik produk seperti rasa, warna, ukuran, tekstur, dan lainnya; 9) Kenyamanan saat dikonsumsildimakan; 10) Keamanan produk; dan 11) Persepsi kualitas. Menurut Aramyam et al. (2006), aspek kualitas produk dan lingkungan mempunyai dampak paling besar dalam kinerja rantai pasok produk pertanian secara keseluruhan. Karena itu, dalam mengembangkan sistem pengukuran kinerja rantai pasok produk pertanian, indikator yang menggambarkan aspek kualitas produk dan proses adalah sangat relevan dan bersama-sama dengan indikator-indikator finansial dan non-finansial lainnya tergabung dalam satu sistem pengukuran kinerja. Dalam penelitian ini, aspek kualitas atau kesesuaian

2 dengan standar kualitas merupakan salah satu indikator yang dimasukkan dalam penyesuaian metrik kinerja dengan pendekatan model SCOR. ' 7.1. Proses Bisnis Rantai Pasok Sayuran Dataran Tinggi Dengan menggunakan suatu definisi tertentu yang telah disediakan oleh SCOR, maka mampu memudahkan perusahaan untuk memodelkan dan mendeskripsikan proses bisnis rantai pasokan yang terjadi. Menurut Supply Chain Council (2006), dalam SCOR Model proses-proses rantai pasokan tersebut didefinisikan ke dalam lima proses yang terintegrasi, yaitu perencananaan (PLAN), pengadaan (SOURCE), produksi (MAKE), distribusi (DELIVER), dan pengembalian (RETURN). Pada rantai pasok sayuran dataran tinggi, proses bisnis tersebut disesuaikan terdiri dari perencanaan (PLAN), pengadaan (SOURCE), budidaya (MAKE), pengolahan (PROCESS), pengiriman (DELIVER). 1) Perencanaan (PLAN) Proses ini merupakan proses untuk merencanakan rantai pasokan mulai dari mengakses sumber daya rantai pasokan, merencanakan penjualan dengan mengagregasi besarnya permintaan, merencanakan penyimpanan (inventory) serta distribusi, merencanakan produksi, merencanakan kebutuhan bahan baku, merencanakan pemilihan suplier, dan merencanakan saluran penjualan. Perencanaan diarahkan untuk pengembangan strategi dalam mengatur seluruh sumberdaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. 2) Pengadaan (SOURCE) Proses ini merupakan proses yang berkaitan dengan keperluan pengadaan bahan baku (material) dan pelaksanaan outsource. Proses ini meliputi kegiatan negosiasi, komunikasi, penerimaan barang, inspeksi dan verifikasi barang, hingga pada pembayaran (pelunasan) barang ke pemasok. Umumnya proses ini dilakukan oleh bandar, usaha dagang dan koperasi dengan menjalin kerjasama dengan petani baik secara individu maupun kelompok yang dipercaya dapat lneinasok produk yang dibutuhkan sesuai dengan standar mutu. Manajemen pengadaan mencakup penentuan harga, dan pengiriman, pembayaran kepada pemasok (kelompok tanilpetani) dan menjaga dan

3 meningkatkan hubungan baik. Harga ditetapkan melalui mekanisme pasar dengan berpatokan pada pasar tujuan (pasar tradisionailpasar modern), dan jalur rantai distribusi. 3) Budidaya (MAKE) Budidaya merupakan faktor penentu terhadap kelangsungan rantai pasok. Budidaya merupakan proses produksi sayuran dataran tinggi yang membutuhan ketersediaan sarana produksi baik lahan, benih, pupuk, irigasi dan lain-lain. 4) Pengiriman (DELIVER) Pengiriman merupakan sebuah proses bisnis yang melibatkan pergerakan fisik dari produk sayuran dataran tinggi yang berada dalam satu jalar rantai pasok. Manajemen pengiriman barang didahului komunikasi pendahuluan terutama informasi tentang harga, jumlah, kualitas dan frekuensi yang harus dikirimkan. Proses tawar menawar dan negosiasi sering dilakukan melalui telepon. 5) Pengolahan (PROCESS) Kegiatan pengolahan mencakup kegiatan produksi, sortasi, pengemasan, pelabelan dan persiapan pengiriman. Sortasi menjadi bagian penting yang harus dilakukan karena tingkat kualitas ditujukan ke pasar berbeda-beda Faktor Peningkatan Kinerja 1) Nilai tambah Nilai tambah produk pada masing-masing pelaku rantai pasok sayuran dataran tinggi berbeda-beda, bergantung pada aktifitas pengolahanlpengemasan yang dilakukan. Sebagai gambaran, nilai tambah produk Brokoli pada petani di Cipanas berbeda dengan nilai tambah produk Paprika pada petani di Pasir Langu karena petani Brokoli melakukan aktifitas pengolahan pasca panen yaitu proses trinznling pada Brokoli. Besarnya nilai tambah produk menjadi salah satu faktor penentu tingkat kesejahteraan para pelaku rantai pasok. 2) Risiko Risiko merupakan ha1 penting untuk diperhitungkan agar dalaln rantai pasok tidak lnenanggung kerugian hanya di satu pihak. Risiko yang diterima pada setiap anggota rantai pasok berbeda-beda. Pada petani, risiko yang dihadapi

4 adalah gaga1 panen yang disebabkan oleh keadaan alam dan pengembalian produk oleh perusahaan dari petani. Risiko tersebut sepenuhnya masih ditanggung oleh petani. Pada tingkat prosesor dan ritel, risiko yang paling umum adalah tidak terjualnya keseluruhan produk. 3) Kualitas Kualitas merupakan salah satu faktor penting dalam manajemen rantai pasok sayuran dataran tinggi untuk mendukung strategi akan diferensiasi, biaya rendah, dun respons cepat. Peningkatan kualitas membantu pelaku rantai sayuran dataran tinggi pasok meningkatkan penjualan dan mengurangi biaya, yang keduanya akan meningkatkan keuntungan. Peningkatan penjualan sering terjadi saat para pelaku rantai pasok sayuran dataran tinggi mempercepat respons, merendahkan harga jual sebagai hasil dari skala ekonomis, dan memperbaiki reputasi terhadap produk yang berkualitas. Sama halnya, kualitas yang diperbaiki menyebabkan biaya turun karena perusahaan meningkatkan produktifitas dan menurunkan rework, bahan yang terbuang (scrap), dan biaya garansi Atribut dan Metrik Pengukurau Kinerja Rantai Pasok Sayuran Dataran Tinggi Suatu metrik dapat digunakan sebagai kriteria atau indikator yang menggambarkan suatu kondisi atau performa suatu manajemen rantai pasok. Metrik merupakan ukuran derajat kuantitatif dari atribut teltentu pada suatu sistem, komponen, atau proses. Melalui proses pengukuran, dapat memberikan indikasi dari pengembangan secara kuantitatif mengenai jumlah, dimensi, kapasitas atau ukuran dari beberapa atribut produk atau proses. Dalam menentukan daftar metrik, beberapa ha1 yang harus diperhatikan yaitu bahwa metrik harus komplit, berhubungan dengan variabel bebas, praktis, dan metrik menipakan kriteria yang popular untuk perbandingan di pasar. Selain itu merupakan proses yang dapat diulang (repeatable), dan harus sesuai dengan aktifitas proses yang dilakukan oleh perusahaan. Karena itu, tidak semua metrik yang diberikan digunakan untuk pengembangan Supply Chain Operation Reference(SC0R). Dalam metode SCOR versi 6.0, metrik-metrik untuk

5 mengukur perfonna perusahaan merupakan kesepakatan yang telah ditetapkan oleh Supply Chain Council. Metrik tersebut terbagi ke dalam dua tujuan. Tujuan pertama menerangkan metrik yang diinginkan oleh pasar (custornerleksternal), sedangkan tujuan kedua menerangkan metrik yang dihadapi oleh perusahaan serta pemegang saham (internal). Uraian metrik dalam metode SCOR, disajikan pada Tabel 44. Tabel 44. Metrik Level 1 dan Atribut Perfonna SCOR Atribut Kineria Metrik Level 1 Eksternal (Custon~er) Internal Reliabilitas Responsivitas Fleksibilitas Biaya Aset Pemenuhan Pesanan x Kinerja pengirman x Kesesuaian dengan.. n standar mutu Siklus Pemenuhan Pesanan X Lead time pemenuhan pesanan %, Fleksibilitas Rantai Y * Pasok Biaya SCM x Siklus Cash-to-Cash x Inverztory days of supply x Sumber: Supply Chain Council 2006, Disesuaikan - Metrik kinerja pengiriman, pemenuhan pesanan, dan kesesuaian dengan standar adalah metrik yang menerangkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen. Pemenuhan permintaan secara sempurna tersebut meliputi ketepatan jenis produk yang dipesan, ketepatan waktu pengiriman, ketepatan jumlah pengiriman, kesesuaian dengan persyartan mutu yang diminta, ketepatan tempat pengiriman, dan ketepatan dokumentasi data pengiriman. Metrik kesesuaian dengan standar mutu merupakan metrik baru yang ditambahkan dalam SCORcard level 1 ini karena karakteristik produk pertanian yang berbeda dengan produk manufaktur lainnya. Sama halnya dengan produk pertanian secara umum, sayuran dataran tinggi mempunyai karakteristik perishable atau rnudah rusak, bahkan laju kerusakan sayuran dataran tinggi dapat

6 terjadi dalam hitungan jam. Metrik kesesuaian dengan standar mutu mencakup aspek-aspek seperti keamanan dan kesehatan produk, sensorik dan penampakan, serta keterandalan produk dan kenyamanan. Bagi industri sayuran dataran tinggi, performa metrik tersebut sangat penting untuk membangun kepercayaan (reliabilitas) pada pelanggan. Semakin baik citra reliabilitas para pelaku rantai pasok yang dibangun, semakin baik pula tingkat kepercayaan atau trust building yang diberikan oleh pelanggan. Manajemen rantai pasok akan berlangsung dengan baik dan lancar ketika trust building diantara anggota rantai pasok terbangun dengan baik. Untuk itu, perlu dipertimbangankan metrik ini sebagai salah satu acuan peningkatan manajemen rantai pasok perusahaan. Metrik siklus pemenuhan pesanan atau order furfillnrent cycle time menerangkan waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen mulai dari pemasok hingga ke tangan konsumen. Dengan demikian metrik tersebut meliputi siklus waktu dari pemasok (solirce), siklus waktu produksi (make), dan siklus pengiriman produk (deliver). Semakin cepat siklus waktu pemenuhan pesanan, semakin responsif pula bagi perusahaan dalam melayani permintaan konsumen dengan baik. Metrik ini sangat penting agar pesanan sayuran dataran tinggi dari konsumen dapat segera dilayani dalam waktu yang relatif singkat. Kecepatan merupakan faktor penting penentu daya saing khususnya dalam memenuhi permintaan konsumen. Metrik fleksibilitas rantai pasok atas atau upside supply chain flexibility adalah metrik yang menerangkan kemampuan perusahaan dalam melayani peningkatan pesanan yang tak terduga sebesar 20%. Fleksibilitas disini meliputi kemampuan pemasok untuk menyediakan tambahan pasokan sebesar 20%, kemampuan produksi untuk meningkatkan produksi sebesar 20%, serta kemampuan peningkatan distribusi sebesar 20%. Dalam penjualan sayuran dataran tinggi, permintaan pasar yang timbul sangat fluktuatif. Angka 20% tersebut merupakan rata-rata tingkat fluktuasi perubahan permintaan pasar. Mendekati hari-hari besar, pada umumnya permintaan pasar melonjak cukup tinggi, sehingga diperlukan tingkat responsifitas yang tinggi dari para pelaku rantai pasok.

7 Metrik penyesuaian rantai pasok atas atau upside supply chain adaptability menerangkan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan kapasitas penyediaan produk dalam memenuhi permintaan pasar dalam kurun waktu 30 hari. Sebaliknya metrik penyesuaian rantai pasok bawah atau downside supply chain adaptability adalah penurunan kapasitas pesanan yang sanggup dihadapi oleh perusahaan tanpa membuat tambahan biaya atau denda biaya yang terjadi dalatn kurun waktu 30 hari. Kedua metrik tersebut cukup penting untuk diperhatikan oleh para pelaku rantai pasok sayuran dataran tinggi. Semakin baik nilai yang ditunjukkan kedua metrik tersebut, sernakin fleksibel perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen. Metrik biaya manajemen rantai pasok atau supply chain management cost menerangkan total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan material handling mulai dari pemasok hingga ke konsumen. Setiap perusahaan tentu memiliki nilai yang berbeda pada metrik ini. Namun, metrik tersebut dapat dibandingkan dengan perusahaan lain jika biaya SCM yang dikeluarkan dibagi dengan satuan jumlah sayuran dataran tinggi yang diproses. Tingginya biaya SCM yang dikeluarkan mempengaruhi harga sayuran dataran tinggi yang dijual. Metrik siklus cash to cash atau cash-to-cash cycle lime menerangkan perputaran uang perusahaan mulai dari pembayaran bahan baku ke pemasok, hingga pembayaran atau pelunasan produk oleh konsumen. Semakin singkat siklus cash-to-cash perusahaan maka semakin cepat pula mendapatkan return uang dari hasil penjualan. Sementara itu, metrik inventoiy days of supply mengukur kecukupan persediaan dengan satuan waktu (hari) yang berarti lamanya rata-rata (dalam hari) suatu pelaku rantai pasok bisa bertahan dengan jumlah persediaan yang dimilikinya. Kinerja rantai pasok dikatakat~ bagus jika lnampu memutar asset dengan cepat. Seperti yang telah di-jelaskan sebelumnya, bahwa metrik adalah variabel kuantitatif bebas dari suatu sistem. Maka pada perhitungan metrik level 1 kinerja rantai pasokan sayuran dataran tinggi, merupakan hasil dari perhitungan metrik level 2 dan level 3. Metrik level 2 dan 3 merupakan breakdown dan penjabaran dari metrik level 1. Penjabaran metrik perforrna rantai pasokan sayuran dataran tinggi secara keseluruhan dijelaskan dalam Tabel 45.

8 Tabel 45. Tabel Hierarki Metrik Performa Rantai Pasokan Saung Mirwan Atribut Hierarki Level Metrik Performa Level 1 Level 2 Level 3 % pemenuhan Petnenuhan pesanan Ketepatan jenis, Ketepatan jumlah pesanan Akurasi Dokumentasi pengiriman, dokumentasi keluhan, dan waktu pembayaran Reliabilitas Kinerja Pengiriman % pesanan terkirim Ketepatan jadwal Ketepatan waktu, Ketepatan lokasi Kesesuaian % kehilangan dengan standar beratlvolume mutu dan % pemenuhan volume standar mutu Bebas kerusakan, penyakit, Return Siklus source Waktu transfer, verifikasi, dan validasi pembayaran Siklus Siklus make Waktu penyiapan material, Pemenuhan produksi, dan penyimpanan Responsivitas Pesanan Waktu pengemasan, verifikasi Siklus deliver pengiriman, pemuatan barang, transportasi, dan verifikasi Lead time Waktu pemesanan pemenuhan pesanan Waktu pengiriman Fleksibilitas source Fleksibilitas Fleksibilitas Rantai Pasok Fleksibilitas make - Fleksibilitas deliver Biaya Plan Biaya forecasting penjualan, produksi, dan bahan baku Biaya source Biaya outsource sayuran dataran tinggi, biaya manajemen suplier Biaya inbound transportation, Biaya Rantai Biaya SCM Biaya make biaya loss Pasok Biaya manajemen pelanggan, Aset Rantai Pasok Siklus Cash-to- Cash Biaya deliver Biaya return Rentang hari pembayaran utang Rentang hari pembayaran piutang I~~ventory days Jumlah persediaan of ~ U P P ~ Lama oersediaan Sumber: S~ipply Chain Co1mcil2006, Diolah biaya penerimaan pesanan, biaya outbound transportation Biaya return produk, biaya return bahan baku

9 7.4. Pemilihan metrik pengukuran kinerja rantai pasok dengan Fuzzy AHP Pemilihan metrik kinerja rantai pasok sayuran dataran tinggi dilakukan dengan pendekatan AHP. Struktur hirarki pemilihan metrik pengukuran kinerja rantai pasok sayuran dataran tinggi terdiri dari level 1 yaitu Proses Bisnis, level 2 terdiri Parameter kinerja, level 3 terdiri dari Atribut kinerja dan Level 4 terdiri dari Metrik kinerja. Struktur hirarki pemilihan metrik pengukuran kinerja dapat dilihat pada Gambar 22. Mahiks perbandingan fuzzy dari perbandingan berpasangan berdasarkan rataan geometri untuk level proses bisnis, parameter kinerja dan atribut kinerja menggunakan triangular ficzzy number (-1,-3,-5,-7,-9) disampaikan dalam Tabel 46,47 dan 48. Sementara, matriks perbandingan fuzzy dari alternatif metrik pengukuran kinerja dapat dilihat pada Tabel 49. Tabel 46. Matrik perbandingan fuzzy dari level proses bisnis terhadap tujuan pemilihan metrik kinerja rantai pasok sayuran dataran tinggi Perencanaan Pengadaan Budidaya Pengolahan Pengiriman Perencanaan Pengadaan -y 1 I I Budidaya -1-I -1.l Pengolahan Pengiriman Tabel 47. Matrik perbandingan fuzzy dari level parameter kinerja terhadap aspek perencanaan pada proses bisnis rantai pasok sayuran dataran tinggi Nilai tambah Kualitas Risiko Nilai tambah 1-1.l -1 Kualitas Risiko

10

11 Tabel 48. Matrik perbandingan fuzzy dari level atribut kinerja terhadap kualitas pada level parameter kinerja rantai pasok sayuran dataran tinggi Flexibilily Responsiveness Reliabiliry Cosl Assel Flexibility l -7-7 Responsiveness -3.' I Reliability -3-1.' Cost -7-I Asset Tabel 49. Matrik perbandingan fuzzy dari level metrik pengukuran kinerja terhadap Reliability pada level atribut kinerja rantai pasok sayuran dataran tinggi Kinerja Pengiriman (MI) 1-1 -I Pemenuhan pesanan (M2).;I.] I Siklus waktu pesanan (M3) j Lead time pemenuhan (M4) yl ' -I -1 -I Fleksibilitas pemenuhan pasokan I I, -j-~ -1 -I -I (M51 ~, Kesesuaian dengan standar mutu -7 1 ' (M6) Biaya SCM (M7) - 1 j Cash to cash cycle (M8) -1.1 j -5 I-' -1' Inventory days of supply (M9) I - ' -1' I Batas atas dan batas bawah dari angka-angka fuzzy dengan a didefinisikan dengan menerapkan persamaan 1 berikut;

12 Dengan memasukkan nilai-nilai, a = 0.5 dan p = 0.5 dari persamaan di atas ke dalam matriks perbandingan fuzzy, akan diperoleh semua a - cut dari matriks perbandingan fuzzy (Tabel 50, 51, 52, dan 53). Persamaan 2 berikut ini digunakan untuk menghitung eigenvektor untuk semua matriks perbandingan : Tabel 50. a-cut matriks perbandingan fuzzy pada level proses bisnis terhadap tujuan (a = 0.5 dan p = 0.5) Perencanaan Pengadaan Budidaya Pengolahan Pengiriman Perencanaan I [461 [I21 [241 [461 Pengadaan [1/4:1/6] 1 [1,21 [1,21 [1,21 Budidaya [1/2,11 [1/2,11 1 [1,21 12,41 Pengolahan [112,1/4] [1/2,11 [1/2,11 1 [1,21 Pengiriman [1/4,1/6] [1/2,11 [1/2,1/4] [112,1] 1 Tabel 51. a-cut matriks perbandingan fuzzy pada level parameter kinerja terhadap aspek perencanaan pada proses bisnis rantai pasok sayuran dataran tinggi (a = 0.5 dan p = 0.5) Nilai tambah Kualitas Risiko Nilai tambah 1 [1/2,11 [1,21 Kualitas Risiko Tabel 52. a-cut Matrik perbandingan fuzzy dari level atribut kinerja terhadap kualitas pada level parameter kinerja rantai pasok sayuran dataran tinggi (a = 0.5 dan p = 0.5) Flexibility Resportsiveness Reliability Cost Asset Flexibility 1 [451 [1/4,116] [6,81 [6,81 Responsiveness [1/4,1/6] 1 [ 1,21 [1,21 [1,21 Reliabiliry 14,61 l1/2,11 I L6.81 [631 Cost [1/6,1/8] [112,11 [116,1/8] 1 [4,61 Asset [1/6,118] [1/2,11 [1/6,1/8] [1/4,1/6] I

13 Tabel 53. a-cut Matrik perbandingan fuzzy dari level metrik pengukuran kinerja terhadap Reliability pada level atribut kinerja rantai pasok sayuran dataran tinggi (a = 0.5 dan p = 0.5) (MI) (MI) (M3) (M4) (M5) (M6) (M7) (M8) (M9) Kinerja Pengirirnan (MI) I (1.21 [1,21 [1,21 C4.61 [116,1/81 [4,61 [l,21 r4.61 Pernenuhan pesanan (M2) [1/2, 11 I [4,61 [4,61 [4,6l [I21 [4,61 [4,61 [4,61 Siklus waktu pesanan (M3) [1/2, I] [114,1/61 1 [1,2] [l,2] [1/4,1/6] [1,2] [1/4,1/6] [4,6] Lead time pemenuhan (M4) [1/2, 11 [1/4,1/6] [1/2, I] 1 [1/4,1/61 [1,21 [l,21 [1,21 Fleksibilitas pernenuhan [1/4,1/6] [1/4,1/6] [1/2, I] [1/2, I] 1 [1/4,1/6] [1,2] [1,2] [1,2] pasokan (M5) Kesesuaian dengan standar [G,Sl [1/2, 11 [4,61 [4,61 [4,61 1 [6,81 [6,81 [6,81 mutu (M6) Biaya SCM (M7) [1/4,1/6] [1/4,1/6] [1/2, I] [1/2, I] [1/2, I] [1/6,1/8] 1 [1,21 [4,61 Cash lo cash [1/2, I] [1/4,1/6] [4,6] [1/2, I] [I/2, I] [1/6,1/8] [1/2, I] 1 [4,6] (M8) lnventovdaysof [1/4,1/G] [1/4,1/6] [1/4,1/6] [1/2,1] [1/2,1] [1/6,1/8] [1/4,1/6] [1/4,1/6] I supply (M9) Kemudian, eigenvektor untuk matriks perbandingan fuzzy dari semua level dihitung dengan menggunakan persamaan 3. dimana, untuk 0 < a 5 1 dan semua i, j, dimana i = 1,2,... n, dan j = 1,2,... n. Nilai (consistency ratio) CR untuk matrik perbandingan berpasangan alternatif pemilihan lokasi terhadap criteria jumlah komoditas dihitung dengan menggunakan persamaan 4 dan 5.

14 Consistency ratio (CR) digunakan untuk perkiraan secara langsung konsistensi dari perbandingan berpasangan. CR dihitung dengan membagikan CI dengan nilai tabel dari Random Consistency Index (RI); C'I C'R=- RI... (5) Sebagai cantoh, perhitungan nilai CR untuk matrik perbandingan fuzzy pada level proses bisnis terhadap tujuan pemilihan metrik pengukuran kinerja rantai pasok sayuran dataran tinggi adalah sebagai berikut : Untuk matriks perbandingan fuzzy dari alternatif produk dan lokasi yang sisanya, CR dihitung dengan menggunakan cara yang sama, dan dengan jelas ditemukan sebagian besar nilai CR mendekati 0,Ol. Contoh hasil perhitungan eigenvector dan nilai CR matrik perbandingan fuzzy untuk masing-masing level ditunjukkan pada Tabel 54, 55,56, dan 57. Tabel 54. Nilai eigen matriks perbandingan fuzzy pada level proses bisnis terhadap tujuan Perencanaan Pengadaan Budidaya Pengolahan Pengiriman Perencanaan 1,000 5,000 1,500 3,000 5,000 Pengadaan 0,208 1,000 0,750 0,750 0,750 Budidaya 0,750 1,500 1,000 1,500 3,000 Pengolahan 0,375 1,500 0,750 1,000 0,750 Pengiriman 0,208 1,500 0,375 1,500 1,000

15 Perencanaan Pengadaan Budidaya Pengolahan I ~obot (nilai eigen) 1 k, = I 0,418 0,102 0,23 1 0,130 Pengiriman 0,119 CI = 0,099 RI = 1,12 CR = 0.09 Tabel 55. Nilai eigen matriks perbandingan fuzzy pada level parameter kinerja terhadap aspek perencanaan pada proses bisnis rantai pasok sayuran dataran tinggi Nilai tambah Kualitas Risiko Nilai tambah 1,000 0,750 1,500 Kualitas 1,500 1,000 3,000 Risiko 0,750 0,375 1,000 Tabel 56. Nilai eigen Matrik perbandingan fuzzy dari level atribut kinerja terhadap kualitas pada level parameter kinerja rantai pasok sayuran dataran tinggi Flexibility Responsiveness Reliabilify Cost Asset Flexibility 1,000 3,000 0,375 7,000 7,000 Responsiveness 0,375 1,000 0,750 1,500 1,500 Reliability 3,000 1,500 1,000 7,000 7,000 Cost 0,146 0,750 0,146 1,000 3,000 Asset 0,146 0,750 0,146 0,375 1,000 Bobot (nilai eigen) Flexibilip 1,769 Responsiveness I 0,764 Reliability Cosr Asset I I 2,453 0,438 0,288 ;i, = C1=0,174 RI = 1,12 CR= I

16 Tabel 57. Nilai eigen Matrik perbandingan fuzzy dari level metrik pengukuran kinerja terhadap Reliability pada level atribut kinerja rantai pasok sayuran dataran tinggi Pemenuhan Pesanan (M2) 0,750 1,000 5,000 5,000 5,000 1,500 5,000 5,000 5,000 Siklus waktu pesanan (M3) Lead time pemenuhan 0,750 0,208 1,000 0,750 1,500 0,208 0,750 0,208 5,000 (M4) Fleksibilitas 1,500 0,208 1,000 1,000 1,500 0,208 0,750 1,500 1,500 pemenuhanpasokan(m5) 0,208 0,208 0,750 0,750 1,000 0,208 1,500 1,500 1,500 Kesesuaian dengan standar mutu (M6) 7,000 0,750 5,000 5,000 5,000 1,000 7,000 7,000 7,000 Biaya SCM (M7) 0,208 0,208 1,500 1,500 0,750 0,146 1,000 1,500 3,000 Inventory days of supply (M9) 0,375 0,208 0,208 0,750 0,750 0,146 0,375 0,375 1,000 Kinerja Pengiriman (MI) Pemenuhan pesanan (M2) Siklus waktu pesanan (M3) Lead time pemenuhan (M4) Fleksibilitas pemenuhan pasokan (M5) Kesesuaian den~an - standar mutu (M6) Biaya SCM (M7) Cash to cash cycle (M8) Inventory days of supply (M9) Bobot (nilai eigen) 1,370 2,433 0,594 0,695 0,515 3,339 0,59 1 0,759 0,317 Secara keseluruhan, bobot akhir perbandingan berpasangan masingmasing level pada hirarki pemilihan metrik pengukuran kinerja rantai pasok sayuran dataran tinggi dapat dilihat pada Tabel 58, 59, 60, dan 61

17 Tabel 58. Bobot akhir pada level proses bisnis rantai pasok sayuran dataran tinggi Proses bisnis Perencanaan (Plan) Pengadaan (Source) Budidaya (Make) Pengolahan (Process) Pengiriman (Deliver) Bobot (nilai eigen) 0,418 0,102 0,231 0,130 0,119 Tabel 59. Bobot akhir pada level parameter kinerja rantai pasok sayuran dataran tinggi Bobot pada Bobot Parameter Plan Source Make Process Deliver level proses (nilai kinerja bisnis eigen) Nilai tambah 0,311 0,376 0,3 11 0,500 0,200 0,418 0,329 Kualitas 0,493 0,474 0,493 0,250 0,400 0,102 0,449 Risiko 0,196 0,149 0,196 0,250 0,400 0,23 1 0, Tabel 60. Bobot akhir pada level atribut kinerja rantai pasok sayuran dataran tinggi tz&, Bobot pada level Atribut kinerja Kualitas Risiko arameter kiner.a Flexibilitv 0,216 0,309 0,177 0,329 0,249 Responsiveness 0,282 0,135 0,152 0,449 0,187 Reliability 0,255 0,428 0,454 0,222 0,377 Cost 0,123 0,077 0,140 0,106 Asset 0,124 0,051 0,076 0,081 Bobot (nilai eigen)

18 sayuran dataran tinggi untuk mendukung strategi akan dijerensiasi, biaya rendah, dan respons cepat. Kualitas produk menjadi pertimbangan penting dalam sekaligus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kontrak kerjasama antar masing-masing pelaku rantai pasok sayuran dataran tinggi. Pada level atribut kinerja, reliabilitas memiliki bobot 0,377, resposifitas memiliki bobot 0,187, fleksibilitas memiliki bobot 0,249, biaya memiliki bobot 0,106, dan aset memiliki bobot 0,081. Dengan demikian reliabilitas menjadi prioritas pertama karena produk sayuran dataran tinggi masih bergantung pada musim, sehingga reliabilitas dalam pemenuhan pesanan harus ada, khususnya terkait dengan kinerja pengiriman dan pemenuhan pesanan. Pada level metrik kinerja, metrik kinerja pengiriman memiliki bobot 0,110, metrik pemenuhan pesanan memiliki bobot 0,182, siklus waktu pesanan memiliki bobot 0,074, lead time pemenuhan pesanan memiliki bobot 0,068, metrik fleksibilitas pemenuhan pesanan memiliki bobot 0,052, metrik kesesuaian dengan standar mutu memiliki bobot 0,299, metrik biaya SCM memiliki bobot 0,080, dan metrik inventory days of supply memiliki bobot 0,048. Dengan demikian metrik kesesuaian dengan standar mutu menjadi prioritas pertama akan menentukan nilai dan harga sayuran. Apalagi produk sayuran berorientasi ekspor, produk yang diperdagangkan harus memenuhi standar internasional. Pada Gambar 23 disampaikan bobot akhir perbandingan berpasangan masing-masing level dalam struktur hirarki pemilihan metrik pengukuran kinerja rantai pasok sayuran dataran tinggi.

19 Tabel 61. Bobot akhir pada level metrik kinerja rantai pasok sayuran dataran tinggi Bobot Metrik kinerja pada Bobot Flexi Respon- Reliability Cost Asset level (nilai bility siveness atribut eigen) kinerja Kinerja Pengiriman 0,093 0,058 0,129 0,166 0,122 0,249 0,110 Pemenuhan pesanan 0,125 0,244 0,229 0,093 0,119 0,187 0,182 Siklus waktu pesanan 0,094 0,112 0,056 0,046 0,045 0,377 0,074 Lead time pemenuhan 0,084 0,069 0,065 0,048 0,053 0,106 0,068 Fleksibilitas pemenuhan 0,053 0,064 0,048 0,039 0,053 0,081 0,052 Kesesuaian dengan 0,229 0,307 standar 0,315 0,338 0,373 0,299 Biaya SCM 0,139 0,067 0,056 0,105 0,085 0,086 Cash to cash cycle 0,105 0,049 0,071 0,100 0,083 0,080 Inventory days of 0,077 0,030 supply 0,030 0,065 0,065 0,048 Pada level proses bisnis, aspek perencanaan memiliki bobot 0,418, pengadaan memiliki bobot 0,102, budidaya memiliki bobot 0,231, pengolahan memiliki bobot 0,130 dan pengiriman memiliki bobot 0,119. Berdasarkan hasil tersebut, perencanaan menjadi prioritas pertama dalam proses bisnis. Perencanaan merupakan proses untuk merencanakan rantai pasokan mulai dari mengakses sumber daya rantai pasokan, merencanakan penjualan dengan mengagregasi besamya permintaan, merencanakan penyimpanan (inveniory) serta distribusi, merencanakan produksi, merencanakan kebutuhan bahan baku, merencanakan pemilihan suplier, dan merencanakan saluran penjualan. Perancanaan juga berarti terdapat kerjasama, kesatuan, dan penyelarasan informasi antara satu anggota rantai dengan anggota rantai lainnya dalam melakukan perancanaan rantai pasok. Perencanaan tersebut juga meliputi pertanyaan yang menjawab mengenai berapa volume dan jenis sayuran dataran tinggi yang harus diproduksi, berapa harga yang harus dijual, apa saja material yang diperlukan, mutu sayuran dataran tinggi seperti apa yang hendak dicapai, dan lain sebagainya. Pada level parameter kinerja nilai tambah memiliki bobot 0,329, kualitas memiliki bobot 0,449, dan risiko memiliki bobot 0,222. Dengan demikian kualitas menjadi prioritas pertama dalam level parameter kinerja. Pakar menilai kualitas merupakan salah satu faktor penting dalam manajemen rantai pasok

20

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Saat ini dunia perindustrian berkembang semakin pesat dan mengakibatkan persaingan antar perusahaan yang semakin ketat. Kondisi ini menuntut dihasilkannya produk atau jasa yang lebih baik, lebih

Lebih terperinci

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Kinerja Rantai Pasok Kinerja rantai pasok merupakan ukuran kinerja secara keseluruhan rantai pasok tersebut (Chopra

Lebih terperinci

Integrasi Model SCOR dan Fuzzy AHP untuk Perancangan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Sayuran

Integrasi Model SCOR dan Fuzzy AHP untuk Perancangan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Sayuran 148 Integrasi Model SCOR dan Fuzzy AHP untuk Perancangan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Sayuran Alim Setiawan S Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Marimin

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan 41 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus yaitu pengamatan yang bersifat spesifik dan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROFIL DAN MEKANISME RANTAI PASOKAN SUTERA ALAM Rantai pasokan merupakan interaksi dari beberapa pihak yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Keterkaitan tersebut

Lebih terperinci

BAB VIII. PENGUKUFUN KINERJA FUNTAI PASOK SAYURAN LETTUCE HEAD DENGAN PENDEKATAN DEA

BAB VIII. PENGUKUFUN KINERJA FUNTAI PASOK SAYURAN LETTUCE HEAD DENGAN PENDEKATAN DEA BAB VIII. PENGUKUFUN KINERJA FUNTAI PASOK SAYURAN LETTUCE HEAD DENGAN PENDEKATAN DEA 8.1. Metrik pengukuran kinerja rantai pasok Lettuce head Pengukuran manajemen rantai pasokan digunakan untuk menentukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Tingginya persaingan bisnis di berbagai bidang industri, telah meningkatkan daya saing perusahaan menjadi penting dalam hal efektifitas dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... xiv DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xvii. BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... xiv DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xvii. BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iv SURAT PERNYATAAN...Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi MOTTO... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dipresentasikan metodelogi penelitian yang diuraikan menjadi tujuh sub bab yaitu fokus kajian dan tempat, diagram alir penelitian, k-chart penelitian, konseptual

Lebih terperinci

27 Penentuan dan pembobotan KPI...(Ariani dkk)

27 Penentuan dan pembobotan KPI...(Ariani dkk) 27 Penentuan dan pembobotan KPI...(Ariani dkk) PENENTUAN DAN PEMBOBOTAN KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK PRODUKSI KEJU MOZARELLA DI CV. BRAWIJAYA DAIRY INDUSTRY

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 43 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Saung Mirwan adalah perusahaan agribisnis yang memproduksi berbagai sayuran hidroponik maupun konvensional. Komoditi yang diproduksi diantaranya

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) (Studi Kasus: UKM Batik Sekar Arum, Pajang, Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja SCM

Pengukuran Kinerja SCM Pengukuran Kinerja SCM Pertemuan 13-14 Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek penelitian ini adalah strategi pengadaan bahan baku agroindustri ubi jalar di PT Galih Estetika Indonesia Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i iii iii iv 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 5 Ruang Lingkup Penelitian 5 2 TINJAUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan, dimana memiliki sumber daya perikanan yang besar, baik ditinjau dari kuantitas maupun diversitas. Sektor kelautan dan perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR

PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR Mariyatul Qibtiyah 1), Nunung Nurhasanah 2), Widya Nurcahayanty Tanjung 3) 1),2),3 ) Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Persaingan perusahaan-perusahaan sangat ketat dalam era globalisasi ini yang menghendaki perdagangan bebas. Persaingan yang sengit dalam pasar global sekarang ini,

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK KOMODITAS IKAN BANDENG BEKU DENGAN PENDEKATAN SCOR

PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK KOMODITAS IKAN BANDENG BEKU DENGAN PENDEKATAN SCOR Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 e-issn 2550-0244 Volume 8 Nomor 2, Oktober 2017 91 PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK KOMODITAS IKAN BANDENG BEKU DENGAN PENDEKATAN SCOR PERFORMANCE MEASUREMENT OF SUPPLY CHAIN

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun Oleh: Puput Resno Aji Nugroho (09.11.2819) 09-S1TI-04 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) AMIKOM YOGYAKARTA Jalan

Lebih terperinci

STUDI PENINGKATAN KINERJA MANAJEMEN RANTAI PASOK BUAH- BUAHAN DI JAWA TIMUR

STUDI PENINGKATAN KINERJA MANAJEMEN RANTAI PASOK BUAH- BUAHAN DI JAWA TIMUR STUDI PENINGKATAN KINERJA MANAJEMEN RANTAI PASOK BUAH- BUAHAN DI JAWA TIMUR Yeni Agustina 1, Alfi Nur Shoba Stifronis 1 1 Jurusan Transportasi Laut, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

2.3.1 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Penetapan Kriteria dan Sub Kriteria Pemilihan Pemasok Analytic Hierarchy Process

2.3.1 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Penetapan Kriteria dan Sub Kriteria Pemilihan Pemasok Analytic Hierarchy Process ABSTRAK UD Bandung Textile adalah merupakan unit dagang untuk penjualan kain yang menjual kain di kota Bandung. UD Bandung Textile didirikan pada tahun 1995 dengan menjual beberapa jenis kain yaitu bahan

Lebih terperinci

V. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK KOPI ORGANIK DENGAN PENDEKATAN DEA

V. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK KOPI ORGANIK DENGAN PENDEKATAN DEA 57 V. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK KOPI ORGANIK DENGAN PENDEKATAN DEA 5.1. Parameter Pengukuran Kinerja Pelaku Rantai Pasok Pengukuran kinerja dengan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOK UKM BATIK DENGAN SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR)

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOK UKM BATIK DENGAN SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) STRATEGI PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOK UKM BATIK DENGAN SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) Mila Faila Sufa 1*,Latifa Dinar Wigaringtyas 2, Hafidh Munawir 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

Bab 3 Faktor Pengendali Supply Chain

Bab 3 Faktor Pengendali Supply Chain Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Bab 3 Faktor Pengendali Supply Chain Dr. Eko Ruddy Cahyadi 3-1 Pengendali kinerja Supply Chain Fasilitas Persediaan Transportasi

Lebih terperinci

APLIKASI METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) DALAM MENGANALISIS INDIKATOR KINERJA KUNCI RANTAI PASOK TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT di PT.

APLIKASI METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) DALAM MENGANALISIS INDIKATOR KINERJA KUNCI RANTAI PASOK TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT di PT. APLIKASI METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) DALAM MENGANALISIS INDIKATOR KINERJA KUNCI RANTAI PASOK TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT di PT. YZ Yudi Rahmad Pertama, Nofialdi, Kardiman Abstract: Oil

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 67 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Responden Pakar Analisis strategi melibatkan lima responden pakar yaitu Manufacturing Director, Factory Manager, SCM Manager, Procurement

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

Bab V Pengolahan Data dan Analisis

Bab V Pengolahan Data dan Analisis 20 Bab V Pengolahan Data dan Analisis V. Analisis Model Menurut SCOR Versi 9.0, atribut SCOR terdiri atas: Atribut dari sisi pelanggan. Keandalan (Reliability) 2. Ketanggapan (Responsiveness). Ketangkasan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS Analisis SCOR (Supply Chain Operation Reference)

BAB V ANALISIS Analisis SCOR (Supply Chain Operation Reference) BAB V ANALISIS Bab ini berisi tentang analisis yang dilakukan pada pengolahan data yang telah diolah. Pada bab ini berisi mengenai analisis SCOR (Supply Chain Operation Reference) dan analisis desain traceability.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM :

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM : PENGUKURAN KINERJA SUPPY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SCOR DAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT LOTUS INDAH TEXTILE INDUSTRIES SURABAYA SKRIPSI Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV. Motekar merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan boneka, dimana pemenuhan kebutuhan bahan baku bergantung sepenuhnya dari supplier. Saat ini perusahaan memiliki 2 supplier produksi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI. DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kepuasan pelanggan ditentukan oleh bagaimana perusahaan dapat memenuhi tuntutan dalam hal pemenuhan kualitas yang diinginkan, kecepatan merespon permintaan,

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) INTRODUCTION T I P F T P U B KONTRAK 50 % UTS 30 % Tugas 20 % Kuis/ present WHAT IS SUPPLY CHAIN? Sebuah rantai pasokan yang terdiri dari semua pihak yang terlibat, secara

Lebih terperinci

KINERJA PROSES INTI RANTAI PASOK AGROINDUSTRI DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR) PENDAHULUAN

KINERJA PROSES INTI RANTAI PASOK AGROINDUSTRI DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR) PENDAHULUAN P R O S I D I N G 319 KINERJA PROSES INTI RANTAI PASOK AGROINDUSTRI DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR) Abdul Wahib Muhaimin, Djoko Koestiono, Destyana Ellingga Pratiwi, Silvana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan pendahuluan dari penelitian yang diuraikan menjadi enam sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. rahmat dan kasih sayang -Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan

KATA PENGANTAR. rahmat dan kasih sayang -Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang -Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir (skripsi) yang berjudul Analisa

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PT. MATARAM TUNGGAL GARMENT

TUGAS AKHIR PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PT. MATARAM TUNGGAL GARMENT TUGAS AKHIR PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PT. MATARAM TUNGGAL GARMENT Disusun oleh : Zakiya Muallifa Rahman 10660034 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa tahun belakangan ini, keunggulan optimasi dan integrasi supply chain menjadi fokus dari beberapa organisasi perusahaan besar di dunia, Persaingan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Perumusan Masalah. Mengidentifikasi Entitas atau Anggota Rantai Pasok

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Perumusan Masalah. Mengidentifikasi Entitas atau Anggota Rantai Pasok BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini berisi mengenai metodologi penelitian. Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian. Berikut

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SCOR PADA PERENCANAAN BAHAN BAKU DI IKM TPT ABC DAN XYZ DENGAN PENDEKATAN OBJECTIVE MATRIX

PENGUKURAN KINERJA SCOR PADA PERENCANAAN BAHAN BAKU DI IKM TPT ABC DAN XYZ DENGAN PENDEKATAN OBJECTIVE MATRIX PENGUKURAN KINERJA SCOR PADA PERENCANAAN BAHAN BAKU DI IKM TPT ABC DAN XYZ DENGAN PENDEKATAN OBJECTIVE MATRIX Meliantika 1), Widya Nurcahaya Tanjung 2), Nunung Nurhasanah 3) 1)2)3) Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari survey yang dilakukan Accenture pada tahun 2010 terhadap sejumlah eksekutif perusahaan, sebanyak 89% menyatakan bahwa manajemen rantai pasok (Supply Chain Management,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management) pada sebuah pabrik

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management) pada sebuah pabrik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management) pada sebuah pabrik produksi merupakan suatu terobosan rangkaian proses dan aliran produk yang saling terintegrasi

Lebih terperinci

Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016

Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016 Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016 Strategi Kompetitif-Strategi Supply Chain Strategi Kompetitif : strategi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan/keinginan konsumen melalui barang dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #4

Pembahasan Materi #4 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Kompetisi Waktu Alasan Perhitungan Waktu Siklus Hidup Produk Waktu Sebagai Strategi Konsep dan Cara Pandang Lead Time Manajemen Pipeline Logistik Added Cost

Lebih terperinci

A. KERANGKA PEMIKIRAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Agroindustri sutera alam terutama untuk produk turunannnya berupa kokon, benang sutera, dan kain merupakan suatu usaha yang menjanjikan. Walaupun iklim dan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang mengintegrasikan seluruh proses bisnis pada suatu produk mulai dari hulu hingga ke hilir dengan tujuan menyampaikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah tata cara yang terperinci mengenai tahap-tahap melakukan sebuah penelitian. Metodologi penelitian pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan asumsi yang digunakan dalam penelitian ini. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK Terdapat dua konsep nilai tambah yang digunakan dalam menganalisis beberapa kasus, yaitu nilai tambah produk akibat pengolahan dan nilai tambah perolehan pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Rantai pasok dan rantai nilai (Fredenhall and Hill, 2001)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Rantai pasok dan rantai nilai (Fredenhall and Hill, 2001) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Rantai Pasok Mentzer et al (2001) mendefinisikan rantai pasok sebagai serangkaian entitas yang terdiri atas tiga atau lebih entitas (baik individu maupun organisasi)

Lebih terperinci

BAB 2 PEMASOK SUSTAINABEL

BAB 2 PEMASOK SUSTAINABEL BAB 2 PEMASOK SUSTAINABEL Pemilihan pemasok merupakan proses penting dan diperhatikan karena hasilnya mempengaruhi kualitas produk, performa perusahaan dan rantai pasok. Karena pasar yang kompetitif pada

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data & Analisis Pemilihan Pemasok 4.1.1 Hierarki Keputusan Pemilihan Pemasok Pada proyek D80N (D64G), PT. XXXX menetapkan sejumlah kriteria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari gelombang globalisasi menuntut para pelaku usaha atau perusahaan untuk lebih responsif dalam menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya perusahaan di dunia industri saat ini menuntut setiap perusahaan untuk terus berusaha mencari cara terbaik agar memiliki daya saing yang lebih tinggi daripada

Lebih terperinci

Gambar 18. Denah Lokasi PT Momenta Agrikultura, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang

Gambar 18. Denah Lokasi PT Momenta Agrikultura, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang 107 Lampiran 1. Denah Wilayah Desa Kayuambon Gambar 17. Denah Wilayah Desa Kayuambon Gambar 18. Denah Lokasi PT Momenta Agrikultura, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang 108 Lampiran 1. Denah Wilayah Desa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu produk pertanian Indonesia adalah produk holtikultura. Salah satu produk holtikultura adalah sayur-sayuran. Sayuran merupakan sebutan umum bagi hasil pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 22 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rantai Pasokan Menurut Indrajit dan Pranoto (2002), rantai pasokan adalah suatu tempat sistem organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bagian pendahuluan berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. Penjelasan rinci dari masing-masing subbab dijelaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemasok merupakan salah satu mitra bisnis yang memegang peranan sangat penting dalam menjamin ketersediaan barang pasokan yang dibutuhkan oleh perusahaan.

Lebih terperinci

#4 KONSEP LEAD TIME DALAM SCM

#4 KONSEP LEAD TIME DALAM SCM #4 KONSEP LEAD TIME DALAM SCM 1. Kompetisi Waktu Salah satu komponen yang dapat menentukan sebuah perusahaan dapat bersaing adalah waktu. Ada pepatah yang mengatakan WAKTU ADALAH UANG. Pepatah ini masih

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) Hendang Setyo Rukmi Hari Adianto Dhevi Avianti Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

PERBAIKAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DAN FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PERBAIKAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DAN FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PERBAIKAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DAN FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Yandra Rahadian Perdana Jurusan Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi UIN

Lebih terperinci

Analisis Pemilihan Supplier Yang Tepat Untuk Produk Gigi Palsu (Studi Kasus Di CV. Brother Dent)

Analisis Pemilihan Supplier Yang Tepat Untuk Produk Gigi Palsu (Studi Kasus Di CV. Brother Dent) Analisis Pemilihan Supplier Yang Tepat Untuk Produk Gigi Palsu (Studi Kasus Di CV. Brother Dent) Agus Syamsudin 1*, Ellysa Nursanti 2, Emmalia Adriantantri 3 1 Mahasiswa Progam Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan manusia, karena di dalam sayuran mengandung berbagai sumber vitamin,

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM

IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM Sistem Penunjang Keputusan Rantai Pasok Sutera Alam berbasis Web dirancang sebagai alat bantu yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan rantai

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR MANAJEMEN RANTAI PASOK SCOR pada Produk Mie Kering Ubi Jalar

TUGAS TERSTRUKTUR MANAJEMEN RANTAI PASOK SCOR pada Produk Mie Kering Ubi Jalar TUGAS TERSTRUKTUR MANAJEMEN RANTAI PASOK SCOR pada Produk Mie Kering Ubi Jalar Disusun oleh : Eka Nuraini S. 115100700111004 Febry Setyawan 115100700111020 Moh. Ali Rozikin Fauzi 115100701111012 Erin Prastyo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk terus berusaha meningkatkan produktivitasnya dalam melayani

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk terus berusaha meningkatkan produktivitasnya dalam melayani BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin ketat menjadi suatu tantangan bagi perusahaan untuk terus berusaha meningkatkan produktivitasnya dalam melayani konsumen. Untuk memberikan

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin maju dan berkembangnya kondisi perekonomian menyebabkan persaingan di dunia bisnis menjadi semakin ketat. Persaingan tersebut menuntut para pelaku bisnis melakukan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #1

Pembahasan Materi #1 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Istilah Definisi SCM Ruang Lingkup SCM Model Umum SCM Dasar Pemikiran SCM Tingkat Kepentingan SCM Teknik Penerapan SCM Efektifitas SCM Keuntungan SCM 6623

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengelolaan pengadaan paprika, yaitu pelaku-pelaku dalam pengadaan paprika,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengelolaan pengadaan paprika, yaitu pelaku-pelaku dalam pengadaan paprika, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek yang diteliti dalam penelitian ini antara lain adalah sistem pengelolaan pengadaan paprika, yaitu pelakupelaku dalam pengadaan paprika,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan terhadap supply chain proses interfacing antara perusahaan dengan supplier PT XYZ, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

X. KESIMPULAN DAN SARAN

X. KESIMPULAN DAN SARAN X. KESIMPULAN DAN SARAN 10.1. Kesimpulan Penelitian ini telah berhasil merancang model sistem penunjang pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok produk/komoditi jagung yang diberi nama

Lebih terperinci

PEMODELAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MENGGUNAKAN SCORE MODEL UNTUK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

PEMODELAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MENGGUNAKAN SCORE MODEL UNTUK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG PEMODELAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MENGGUNAKAN SCORE MODEL UNTUK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG Dadan Teja Nugraha Program Studi Magister Sistem Informasi, Fakultas Pascasarjana

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI INDIKATOR KINERJA GREEN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DI INDUSTRI BAJA HILIR

IDENTIFIKASI INDIKATOR KINERJA GREEN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DI INDUSTRI BAJA HILIR IDENTIFIKASI INDIKATOR KINERJA GREEN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DI INDUSTRI BAJA HILIR Achmad Bahauddin 1, Putro Ferro Ferdinant 2, Mega Metta Ritajeng 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal

Lebih terperinci

KONSEP PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA SYSTEM MANUFACTUR

KONSEP PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA SYSTEM MANUFACTUR KONSEP PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA SYSTEM MANUFACTUR DENGAN MODEL PERFORMANCE OF AKTIVITY ( POA ) DAN SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE ( SCOR ) Sidarto Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

PEMBUKTIAN PENERAPAN SCOR MODEL VERSI 10.0 PADA PERUSAHAAN DISTRIBUTOR (PT SURYA PERDANA LESTARI) DENGAN PERUSAHAAN PRODUKSI

PEMBUKTIAN PENERAPAN SCOR MODEL VERSI 10.0 PADA PERUSAHAAN DISTRIBUTOR (PT SURYA PERDANA LESTARI) DENGAN PERUSAHAAN PRODUKSI PEMBUKTIAN PENERAPAN SCOR MODEL VERSI 10.0 PADA PERUSAHAAN DISTRIBUTOR (PT SURYA PERDANA LESTARI) DENGAN PERUSAHAAN PRODUKSI Ian Darma Saputra, Haryadi Sarjono Department of Management, School of Business

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang menjadi tempat studi kasus penelitian ini yaitu Tani Sejahtera Farm serta anggota rantai pasoknya di Kabupeten Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya buah tropis yang melimpah yang bisa diandalkan sebagai kekuatan daya saing nasional secara global dan sangat menjanjikan. Buah tropis adalah

Lebih terperinci

#14 PENGUKURAN KINERJA SCM

#14 PENGUKURAN KINERJA SCM #14 PENGUKURAN KINERJA SCM Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peningkatan persaingan industri baik industri manufaktur maupun industri jasa akibat adanya perdagangan bebas menyebabkan seluruh industri berusaha untuk melakukan

Lebih terperinci

MENGELOLA SUPPLY CHAIN (RANTAI PASOKAN)

MENGELOLA SUPPLY CHAIN (RANTAI PASOKAN) MENGELOLA SUPPLY CHAIN (RANTAI PASOKAN) 1. Pentingnya Supply Chain 2. Strategi Supply Chain 3. Mengelola Supply Chain 4. E-Procurement 5. Manajemen Logistik PENGERTIAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. integrasi yang efisien antara pemasok (Supplier), pabrik (manufacture), pusat

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. integrasi yang efisien antara pemasok (Supplier), pabrik (manufacture), pusat BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. 1.1 Latar Belakang Supply Chain Management (SCM) adalah sebuah

Lebih terperinci

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK Analisis pengendalian persediaan dilakukan hanya pada ani Sejahtera Farm karena ani Sejahtera Farm menjadi inti atau fokus analisis dalam rantai pasok beras organik.

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING ENTERPRISE RESOURCE PLANNING 06 ERP: SCM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SCM adalah satu rangkaian bisnis demand dan supply yang melibatkan perusahaan dengan mitra kerjanya. Kelancaran proses dalam supply chain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah Pamella Swalayan 1. Jl. Kusumanegara

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah Pamella Swalayan 1. Jl. Kusumanegara 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Pamella Swalayan 1. Jl. Kusumanegara 135-141 Yogyakarta. 3.2 Penentuan Kriteria Identifikasi kriteria menurut Verma dan Pullman

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Pemilihan Supplier dan Kriteria Dalam industri manufaktur, pemilihan supplier akan memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja dari perusahaan (Herbon dkk,

Lebih terperinci

RIWAYAT HIDUP ABSTRAK ABSTRACK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

RIWAYAT HIDUP ABSTRAK ABSTRACK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... i ABSTRAK... ii ABSTRACK... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Bahan baku merupakan sumber daya utama dalam kegiatan produksi selain sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dan mesin sebagai sumber daya teknologi, dengan alasan diatas maka perlu dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Konsumen tidak lagi hanya menginginkan produk yang berkualitas, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Konsumen tidak lagi hanya menginginkan produk yang berkualitas, tetapi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Di era globalisasi saat ini, persaingan antar perusahaan semakin ketat. Konsumen tidak lagi hanya menginginkan produk yang berkualitas, tetapi juga menuntut

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1. Latar Belakang Permasalahan Lingkup bisnis PT Pantja Motor, pada Gambar 3.1, baik untuk jumlah unit untuk memenuhi permintaan dan jumlah pemesanan komponen menerapkan pull

Lebih terperinci