III. KERANGKA PEMIKIRAN
|
|
- Ridwan Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Supply Chain Management Pada saat ini perusahaan-perusahaan tak terkecuali perusahaan agribisnis, dituntut untuk menghasilkan suatu produk dengan harga yang relatif murah tapi dengan kualitas produknya yang baik. Tuntutan ini merupakan bagian dari permintaan konsumen untuk mendapatkan produk yang aman dikonsumsi, nilai gizi dan nutrisi produk yang terjamin, serta jaminan akan mutu dan pengiriman produk yang tepat waktu. Tuntutan ini yang menyebabkan perusahaan-perusahaan berlomba-lomba untuk menciptakan produk yang diinginkan konsumen, maka timbulah persaingan di dalam usaha dalam berbagai hal. Persaingan terjadi dalam berbagai bentuk, dimulai dari persaingan harga produk, persaingan kualitas produk, persaingan pelayanan terhadap kosumen, persaingan, hingga kepada persaingan dengan pesaing baru yang muncul di dalam usaha sejenis. Ketika persaingan terjadi, perusahaan dituntut untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya agar mampu bersaing dalam persaingan yang ada. Salah satu solusi untuk meningkatkan keunggulan kompetitif dalam persaingan usaha dengan menggunakan supply chain management (SCM) atau manajemen rantai pasokan, SCM berkonsentrasi dalam pengelolaan rantai pasokan. Dengan menerapkan SCM diharapkan perusahaan mampu menyediakan produk yang diinginkan konsumen tepat tempatnya, tepat waktunya, tepat harganya dan tepat kualitasnya. Supply Chain Management (SCM) atau Manajemen Pasokan merupakan strategi alternatif yang memberikan solusi dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui pengurangan biaya operasi dan perbaikan palayanan konsumen dan kepuasan konsumen. Manajemen rantai pasokan menawarkan suatu mekanisme yang mengatur proses bisnis, peningkatan produktivitas, dan mengurangi biaya operasional perusahaan (Anatan & Ellitan, 2008). Lee & whang (2000) dalam Anatan & Ellitan (2008) mendefiniskan manajemen rantai pasokan sebagai integrasi proses bisnis dari pengguna akhir
2 melalui pemasok yang memberikan produk, jasa, informasi dan bahkan peningkatan nilai untuk konsumen dan karyawan. Sederhananya, manajemen rantai pasokan adalah jaringan dari berbagai organisasi yang berhubungan dan saling terkait yang mempunyai tujuan sama, yaitu menyelenggarakan penyaluran barang dari pemasok hingga ke konsumen dengan efisien, jaringan ini dikelola menjadi satu kesatuan yang utuh. Melalui manajemen rantai pasokan, perusahaan dapat membangun kerjasama melalui penciptaan jaringan kerja (network) yang berhubungan agar kegiatan pengadaan dan penyaluran bahan baku dan produk akhir terintegrasi dengan baik dan benar. Melalui definisi diatas didapat konsep dari SCM, konsep SCM menekankan lebih pada bagaimana perusahaan memenuhi permintaan konsumen tidak hanya sekedar menyediakan barang. Supply Chain Management merupakan proses penciptaan nilai tambah barang dan jasa yang berfokus pada efisiensi dan efektivitas dari persediaan, aliran kas dan aliran informasi. Aliran informasi merupakan aliran terpenting dalam pengelolaan rantai pasokan, karena dengan adanya aliran informasi maka pihak pemasok dapat menjamin tersedianya material lebih tepat waktu, memenuhi permintaan konsumen lebih cepat dengan kuantitas yang tepay sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan secara keseluruhan (Anatan & Ellitan, 2008). Berdasarkan hal tersebut, menurut Said et al (2006) maka prinsip dasar SCM seharusnya meliputi 5 hal, yaitu : 1. Prinsip Integrasi. Artinya semua elemen yang terlibat dalam rangkaian SCM berada dalam satu kesatuan yang kompak dan menyadari adanya saling ketergantungan. 2. Prinsip Jejaring. Artinya semua elemen berada dalam hubungan kerja yang selaras. 3. Prinsip Ujung ke ujung. Artinya proses operasinya mencakup elemen pemasok yang paling hulu sampai konsumen paling hilir. 4. Prinsip Saling Tergantung. Setiap elemen dalam SCM menyadari bahwa untuk mencapai manfaat bersaing diperlukan kerja sama yang saling menguntungkan. 17
3 5. Prinsip Komunikasi. Artinya keakuratan data menjadi darah dalam jaringan untuk menjadi ketepatan informasi dan material. Melihat definisi dan prinsip tersebut, dapat dikatakan bahwa SCM merupakan jaringan kerja dalam pengadaan dan penyaluran bahan baku dari pemasok hingga ke konsumen akhir. Dalam hubungan ini, ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002), pemain utama tersebut diantaranya suppliers, manufacture, distributor, retail outlets, dan customers. Penjelasannya sebagai berikut : 1 : Suppliers Jaringan bermula dari suppliers, yang merupakan sumber penyedia bahan pertama dimana rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa juga dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, sub suku cadang, suku cadang, dan sebagainya. 1 2 : Suppliers Manufacturer pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufaktur yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, merakit, mengkonversikan, ataupun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan dengan rantai pertama tersebut sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghemetan : Suppliers Manufacturer Distributor Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh pabrik sudah mulai disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk penyaluran barang ke pelanggan, yang umumnya adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar rantai pasokan. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor dalam jumlah besar, dan pada waktunya pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailer : Suppliers Manufacturer Distributor Retail Outlets Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau juga dapat menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan ke pihak pengecer. Sekali lagi di sini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam jumlah persediaan dan biaya gudang, dengan 18
4 cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang pabrik maupun ke toko pengecer (retail outlets) : Suppliers Manufacturer Distributor Retail Outlets Custumers Retailers menawarkan barangnya langsung kepada pelanggan atau pembeli atau pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlets adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko koperasi, mal, club stores, dan sebagainya. Aplikasi manajemen rantai pasokan pada dasarnya memiliki tiga tujuan utama, yaitu penurunan biaya, penurunan modal dan perbaikan pelayanan. Penurunan biaya bisa dicapai dengan meminimalkan biaya logistik, misalnya dengan memilih alat atau model transportasi, pergudangan, standar layanan yang meminimalkan biaya. Untuk mencapai penurunan modal yang diperlukan dalam aktivitas bisnis adalah perusahaan harus mampu meminimalkan tingkat investasi dalam dalam bidang logistik. Sedangkan perbaikan pelayanan sangat penting dilakukan secara proaktif karena pelayanan atau jasa logistik yang dilakukan perusahaan sangat mempengaruhi pendapatan dan profitabilitas perusahaan (Anatan & Ellitan, 2008). Analisis rantai pasokan dapat dievaluasi dalam konteks jaringan rantai pasokan makanan yang kompleks, disebut juga sebagai Food Supply Chain Network (FSCN). Dalam FSCN, beberapa perusahaan yang berbeda berkolaborasi secara strategis dalam satu atau lebih area, sementara menjaga identitas dan otonominya sendiri (Lazzarini dalam Vorst, 2005). Ketika peneliti dan atau manajer mendiskusikan pengembangan jaringan dan rantai pasok yang potensial, dibutuhkan suatu kerangka kerja (framework) untuk mendeskripsikan rantai pasok, pelakunya, prosesnya, produk-produknya, sumberdaya dan manajemen, hubungan antara pelaku rantai pasokan dan jenis atribut terkait, dalam upaya untuk memungkinkan pelaku rantai pasokan saling mengerti perannya secara jelas (Vorst, 2005). Empat elemen yang dapat digunakan untuk menjelaskan, menganalisis dan atau mengembangkan secara spesifik rantai pasokan dalam FSCN antara lain struktur rantai, manajemen rantai, proses bisnis rantai dan sumberdaya rantai. Kerangka analisis manajemen rantai pasokan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. 19
5 Siapa saja anggota rantai dan apa perannya? Konfigurasi peraturannya? Struktur Pasokan Siapa pelaku bisnis dan proses apa dalam MRP? Bagaimana tingkat integrasi dari setiap proses? Sasaran Manajemen Proses Bisnis Kinerja Manajemen struktur apa yang digunakan? Bagaimana kontraknya? Struktur Pengelolaanya? Sumber Daya Sumberdaya apa saja yang digunakan di setiap proses dalam rantai? Gambar 1. Kerangka Analisis Manajemen Pasokan (Van der Vorst, 2005) Empat elemen yang digunakan untuk menjelaskan, menganalisis dan atau mengembangkan secara spesifik rantai pasokan sayuran pada Frida Agro dengan FSCN ini nantinya akan menghasilkan gambaran mengenai kondisi nyata yang terjadi dalam rantai pasokan tersebut. Untuk menjamin penerapan SCM optimal, faktor kunci yang harus diperhatikan adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal pada para pelanggan (Indrajit dan Djokopranoto, 2002) Kemitraan Kemitraan merupakan bentuk kerjasama antara dua pihak yang memiliki tingkat kemampuan berbeda namun memiliki tujuan yang sama yakni dalam upaya memperoleh pendapatan yang lebih baik. Kemitraan juga dapat didefiniskan sebagai suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama, dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Keberhasilan dari strategi bisnis tersebut sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara pihak yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Kemitraan merupakan bentuk kerjasama antara perusahaan dengan pihak lain yang mendukung berkembangnya perusahaan. Kemitraan telah banyak dilakukan oleh berbagai perusahaan, termasuk di dalam sektor agribisnis. Beberapa unsur penting dalam kemitraan agribisnis antara 20
6 lain adanya komitmen untuk menjadi mitra dan adanya transfer teknologi diantara kedua belah pihak, dimana hal ini ditujukan untuk meningkatkan kuantitas maupun kualitas produk yang dihasilkan. Kerjasama kemitraan dapat dilihat sebagai integrasi vertikal atau koordinasi vertikal antara dua atau lebih perusahaan berjalan pada tingkatan yang berbeda. Integrasi vertikal berarti kemitraan yang terjadi dalam proses produksi, pengolahan dan pemasaran yang masih bersatu di bawah satu manajemen atau kepemilikan, sedangkan dikatakan koordinasi vertikal jika kemitraan yang terjalin berupa kontrak produksi atau kontrak pemasaran dengan pihak di luar perusahaan. Tujuan dari sebuah kemitraan adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, adanya jaminan sumlah pasokan, peningkatan kualitas produksi, peningkatan kualitas kelompok mitra, peningkatan usaha serta penciptaan kemandirian kelompok mitra. Oleh karena itu, hubungan kemitraan yang dibangun antara kedua belah pihak haruslah saling menguntungkan, saling membutuhkan dan saling memperkuat. Saling menguntungkan bukan berarti partisipan dalam kemitraan tersebut harus memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi yang lebih penting adalah adanya posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing. Hal tersebut sangat dibutuhkan untuk mendorong terciptanya integrasi yang lebih baik dalam suatu kerangka rantai pasokan. Pelaksanaan kemitraan yang terjadi dalam rantai pasokan sayuran pada Frida Agro akan diukur kinerjanya dengan menggunakan analisis kesesuaian atribut. Analisis ini digunakan untuk menghitung tingkat kesesuaian kepentingan dengan kinerja kemitraan (Rangkuti, 2003). Tingkat kepentingan merupakan tingkat harapan pelaku rantai akan suatu pelaksanaan manajemen rantai pasokan yang diharapkan, sedangkan tingkat kinerja merupakan segala tindakan yang telah dilakukan untuk mengelola dan menjalankan rantai pasokan. Tujuan dari penggunaan analisis kesesuaian atribut adalah mengukur sejauh mana atribut dalam pelaksanaan kemitraan telah memuaskan pihak yang bermitra. Selain itu, analisis kesesuaian atribut digunakan untuk mengevaluasi keadaan rantai pasokan dalam persepsi pelaku rantai pasokan, serta menemukan atribut apa yang belum memuaskan pelaku rantai pasokan. 21
7 Keunggulan dari analisis ini adalah pelaku rantai dapat mengetahui tingkat kepuasan secara keseluruhan dari atribut-atribut kemitraan. Penilaian ini biasanya dijadikan acuan untuk evaluasi kinerja kemitraan dalam rantai pasokan, dengan melihat ini pihak yang bermitra dapat memantau bagaimana kinerja kemitraan dalam rantai pasokan setelah perbaikan. Kelemahan dari analisis ini yaitu hanya dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan secara keseluruhan dari kinerja kemitraan dalam rantai pasokan. Pelaku rantai tidak dapat membuat perumusan strategi yang tepat hanya dari nilai kesesuaian atribut, tapi dengan analisis ini dapat dilakukan evaluasi yang menyeluruh. Sebagai pedoman pengambilan data dan sebagai fokus pembahasan penilaian kinerja kemitraan, ditentukan atribut-atribut yang secara langsung berpengaruh kepada pelaksanaan kemitraan. Atribut-atribut tersebut diperoleh berdasarkan kerangka kerja FSCN dan kondisi nyata terjadi di lapangan. Sebelum ditetapkan atributnya, penulis mendiskusikannya dengan pihak Frida Agro untuk menyempurnakan hasil penelitian. Atribut-atribut yang digunakan dalam pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan sayuran pada Frida Agro dapat dilihat pada Tabel Kerangka Pemikiran Operasional Perubahan gaya hidup khususnya pada konsumen di beberapa daerah di Jawa Barat telah mengarahkan permintaan untuk produk khususnya sayuran agar masih segar pada saat sampai ke tangan konsumen, sayuran dikemas sesuai dengan kebutuhan konsumen dan sayuran aman untuk dikonsumsi. Permintaan konsumen terhadap sayuran yang demikian mengindikasikan bahwa semakin kritisnya konsumen dalam hal penentuan proses konsumsi produk, hal ini mengakibatkan perubahan paradigma industri dan persaingan yang berorientasi pada pemenuhan kepuasan dan permintaan pasar (consumer driven). Permintaan konsumen terhadap sayuran yang berkualitas, dikemas dalam kemasan yang higienis, mudah diakses dan terjamin keamanannya menjadi salah satu contoh consumer driven. Frida Agro merupakan salah satu produsen sayuran yang juga menghadapi perubahan paradigma tersebut. Pada awal berdirinya perusahaan ini dan mulai melakukan pemasaran sayurannya di beberapa supermarket, seringkali produk 22
8 yang ditawarkan tidak dapat diterima oleh pihak supermarket dengan alasan bahwa produk yang dihasilkan oleh Frida Agro tidak sesuai dengan permintaan konsumen. Mulai sejak itu, pelaku usaha sayuran di Lembang ini menyadari pentingnya memanfaatkan berbagai potensi yang ada maupun permintaan konsumen. Hal itu ditunjukkan oleh adanya suatu komitmen kerjasama serta melakukan koordinasi diantara pelaku usaha sayuran dalam rangkaian rantai pasokan sayurannya, yakni petani mitra Frida Agro, Frida Agro dan supermarket. Komitmen kerjasama yang tertulis dalam suatu kontrak tersebut merupakan suatu upaya menciptakan pengelolaan rantai pasokan sayuran secara terintegrasi atau manajemen rantai pasokan. Upaya manajemen rantai pasokan sayuran pada Frida Agro yang baru berjalan sekitar dua tahun tersebut masih menghadapi berbagai kendala dan permasalahan. Permasalahan yang terkadang muncul antara lain berupa petani mitra Frida Agro terkadang mengalami kesulitan dalam mendapatkan tambahan modal usaha, penanggungan resiko yang masih belum merata atau belum adil di dalam rantai pasokan, dan kesepakatan yang terjalin antara petani dan Frida Agro belum dituangkan dalam kontrak tertulis. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan konsep manajemen rantai pasokan (MRP) yang menjadi salah satu strategi perusahaan dalam bersaing dengan pesaingnya. Konsep manajemen rantai pasokan (MRP) yang telah digunakan bertujuan untuk menciptakan kolaborasi serta kerjasama di antara pelaku rantai pasokan sayuran. Penerapan MRP sayuran tersebut bertujuan untuk menciptakan kepuasan anggota rantai pasokan dan memenuhi permintaan konsumen. Pengkajian rantai pasokan pada produk sayuran membutuhkan penelusuran informasi dan investigasi yang menyeluruh. Metode analisis deskriptif penerapan MRP secara komprehensif yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada kerangka pengembangan rantai pasokan FSCN yang dimodifikasi oleh Van der Vorst (2005). Metode pengembangan rantai pasokan tersebut mengkaji enam aspek yang terstruktur yakni sasaran rantai pasokan, struktur rantai pasokan, sumberdaya pasokan, manajemen rantai, proses bisnis rantai, dan kinerja rantai pasokan. Pembahasan atas enam aspek tersebut diharapkan dapat menghasilkan gambaran utuh mengenai penerapan manajemen rantai pasokan sayuran pada 23
9 Frida Agro. Pembahasan secara spesifik mengenai kinerja rantai pasokan yang akan dibahas meliputi kinerja dalam hal kemitraan. Kinerja kemitraan akan dievaluasi secara deskriptif dan dianalisis dengan menggunakan analisis kesesuaian atribut kemitraan. Informasi mengenai kondisi kinerja kemitraan dan integrasi rantai pasokan diharapkan dapat diketahui dari analisis yang dilakukan. Hal tersebut kemudian dapat dijadikan suatu input bagi perumusan alternatif kebijakan untuk mengembangkan rantai pasokan sayuran. Hasil dari analisis tersebut diharapkan dapat menjadi rekomendasi alternatif pengembangan manajemen rantai pasokan sayuran. Kerangka pemikiran operasional penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2. Gaya hidup masyarakat yang mengakibatkan perubahan paradigma persaingan yang berorientasi kepada consumer driven Penerapan Manajemen Pasokan sayuran pada Frida Agro Kondisi dan permasalahan rantai pasokan sayuran pada Frida Agro Analisis Pengelolaan Pasokan sayuran secara Komprehensif dengan metode FSCN dan penilaian kinerja Analisis Deskriptif MRP : 1. Sasaran 2. Struktur 3. Sumberdaya 4.Manajemen 5. Proses Bisnis Analisis Kinerja : 1. Kinerja Kemitraan Analisis Kesesuaian Atribut Kondisi dan Kinerja Penerapan MRP pada Frida Agro Alternatif Kebijakan Pengembangan MRP pada Frida Agro Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian 24
10 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Frida Agro yang terletak di Lembang, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Frida Agro merupakan salah satu produsen sayuran yang mempunyai potensi untuk berkembang. Selain itu, Pengumpulan data dilaksanakan bulan Juli hingga Agustus Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer, berupa informasi tentang Frida Agro yang diperoleh dengam memberikan kuisioner dan wawancara langsung kepada pihak Frida Agro beserta pihak yang terkait dalam rantai pasokannya. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari literatur-literatur yang relevan seperti buku tentang sayuran dan tentang Supply Chain Management, internet, Badan Pusat Statistika, perpustakaan IPB dan instansi lainnya yang dapat membantu untuk ketersediaan data. 4.3 Metode Pengumpulan Data Beberapa metode yang digunakan dalam pengumpulan data yakni dengan metode wawancara langsung terhadap pihak-pihak terkait, penyebaran kuisioner dan studi literatur. Data primer didapat melalui wawancara langsung dengan responden dengan harapan agar peneliti memperoleh informasi secara langsung mengenai karakteristik responden, jenis usaha yang dilakukan dan peran responden dalam rantai pasokan. Pengumpulan data dengan cara ini akan dibantu menggunakan kuisioner yang berisikan daftar-daftar pertanyaan yang relevan dengan tujuan penelitian, Kuisioner ini diberikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan Frida Agro dalam menjalankan kegiatan rantai pasokannya. Pemilihan responden dalam kuisioner ini dilakukan dengan sengaja (purposive sampling) untuk responden dari petani mitra Frida Agro, pihak Frida Agro dan pihak supermarket. Kuisioner yang dibahas berdasarkan karakteristik maupun profil pelaku rantai pasokan sayuran dan persepsi anggota rantai pasokan mengenai
11 kinerja kemitraan yang berlangsung. Penggunaan kuisioner bermanfaat sebagai pemandu agar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan lebih terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Teknis penggunaan atau pengisian kuisioner oleh responden akan dipandu oleh peneliti. Data sekunder yang akan dikumpulkan meliputi teori dari berbagai literatur yang mendukung penelitian ini, internet, statistik yang berhubungan dengan penelitian ini dari Badan Pusat Statistika, dan lain-lain. Pihak-pihak yang menjadi responden dalam penelitian ini antara lain petani yang menjadi mitra dari Frida Agro (30 responden), pihak Frida Agro (tiga responden), pihak supermarket (satu responden dari satu supermarket). Jumlah 30 petani dirasakan dirasakan penulis cukup mewakili karakteristik total populasi petani yang menjadi mitra Frida Agro dalam rantai pasok sayuran ini, total petani yang menjadi mitra Frida Agro adalah sebanyak 46 petani. Responden dari Frida Agro adalah pemilik perusahaan, manajer operasional dan kepala divisi pemasaran dari Frida Agro, sedangkan responden dari pihak supermarket adalah salah satu staf pemasaran supermarket. Pemilihan secara purposive sampling tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa responden tersebut merupakan pihak-pihak yang paling mengetahui perspektif perusahaan dan supermarket terhadap kondisi pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasok. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis data Kajian manajemen rantai pasokan membutuhkan suatu pendekatan metode analisis yang mampu menjabarkan permasalahan secara komprehensif. Penjabaran permasalahan rantai pasokan meliputi beberapa hal antara lain mengenai model rantai pasokan, kinerja rantai pasokan, hambatan yang dihadapi rantai pasokan serta alternative kebijakan bagi pengembangan rantai pasokan. Oleh karena itu, dalam penelitian mengenai manajemen rantai pasokan sayuran pada Frida Agro ini akan dilakukan kajian yang meliputi deskripsi model rantai pasokan sayuran yang terjadi saat ini. Analisis kinerja rantai pasokan dalam hal kemitraan, serta alternatif kebijakan pengembangan rantai pasokan yang dapat dilakukan. 26
12 4.4.1 Model Pasokan Sayuran pada Frida Agro Model rantai pasokan yang terjadi dibahas dengan analisis deskriptif menggunakan metode pengembangan yang mengikuti kerangka proses Food Supply Chain Networking (FSCN) dari Lambert dan Cooper (2000), dan kemudian telah dimodifikasi oleh Van der Vorst, Selain dijelaskan secara deskriptif, model rantai pasokan juga dianalisis secara kuantitatif yakni terkait dengan pengukuran kinerja rantai pasokan. Gambar kerangka analisis manajemen rantai pasokan dapat dilihat pada Gambar 3 : Struktur Pasokan Sasaran Manajemen Proses Bisnis Kinerja Sumber Daya Gambar 3. Kerangka Analisis Manajemen Pasokan (Van der Vorst, 2005) A. Sasaran (i) Sasaran Pasar Menjelaskan bagaimana model suatu rantai pasokan berlangsung terhadap produk yag dipasarkan. Tujuan pasar dijelaskan dengan jelas, seperti siapa pelanggannya, apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari produk tersebut. Sasaran pasar dalam FSCN dapat diklasifikasikan ke dalam (1) upaya segmentasi pasar, (2) kualitas yang terintegrasi, (3) optimalisasi rantai, atau kombinasi diantara tiga hal tersebut. (ii) Sasaran Pengembangan Bagian ini mejelaskan target atau objek dalam rantai pasokan yang hendak dikembangkan oleh beberapa pihak yang terlibat di dalamnya. Sasaran 27
13 pengembangan rantai pasokan sayuran dirancang secara bersama-sama oleh pelaku rantai pasokan yakni petani, Frida Agro dan supermarket. Bentuk sasaran pengembangan dapar berupa penciptaan koordinasi, kolaborasi, atau pengembangan penggunaan tekonologi informasi serta prasarana lain yang dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan. B. Struktur Pasokan Struktur jaringan menjabarkan batasan dari jaringan rantai pasokan sayuran pada Frida Agro dan pelaku utama dari jaringan, menandai peranan yang dilakukan, dan seluruh konfigurasi dalam jaringan. Kuncinya adalah untuk mengetahui anggota mana yang memegang peranan krusial terhadap keberhasilan perusahaan dan rantai pasok (sesuai dengan tujuannya) sehingga harus dialokasikan perhatian manajerial dan sumberdaya. Aspek ini menjelaskan mengenai anggota atau pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pasokan dan peranannya masing-masing. Struktur jaringan akan dijelaskan dalam dua bagian, yakni (i) anggota rantai dan aliran komoditas dan (ii) entitas rantai pasokan, penjelasan kedua bagian tersebut sebagai berikut: (i) Anggota rantai dan aliran komoditas Pada bagian ini dijelaskan siapa saja yang menjadi anggota rantai pasokan yang terlibat di dalamnya, dan dijelaskan pula peran tiap anggota rantai pasokan. Aliran komoditas mulai dari hulu sampai ke hilir serta penyebarannya ke berbagai lokasi dijelaskan dan dikaitkan dengan keberadaan anggota rantai pasokan serta bentuk kerjasama yang terjadi diantara berbagai pihak. (ii) Entitas Pasokan Entitas rantai pasokan dijelaskan sebagai elemen-elemen di dalam rantai pasokan yang mampe menstimulasi terjadinya berbagai proses bisnis. Elemenelemen tersebut meliputi produk, pasar, stakeholder dan situasi persaingan. C. Manajemen Manajemen rantai menggambarkan bentuk koordinasi dan struktur manajemen dalam jaringan MRP yang memfasilitasi proses pengambilan keputusan secara cepat oleh pelaku rantai pasokan, dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki dalam rantai pasokan guna meningkatkan kinerja rantai 28
14 pasokan. Aspek khusus yang menjadi perhatian antara lain komponen manajerial dan perilaku (budaya) setiap pelaku rantai pasokan yang berbeda-beda sehingga dapat menghambat pengembangan kepercayaan, komitmen dan keterbukaan diantara pelaku rantai pasokan. Beberapa aspek khusus tersebut harus dikelola dengan baik agar tidak menghambat kinerja MRP secara keseluruhan. Beberapa hal yang akan dikaji dalam manajemen rantai antara lain : (i) Pemilihan Mitra Dijelaskan bagaimana prosedur dan syarat apa saja yang digunakan untuk memilih mitra kerjasama dan bagaimana prakteknya dilapangan. Selain itu, dijelaskan pula mengenai bagaimana proses kemitraan itu terbentuk dan bagaimana prakteknya di lapangan. (ii) Kesepakatan Kontraktual dan Sistem transaksi Dijelaskan mengenai bentuk kesepakatan kontraktual yang disepakati dalam membangun hubungan kerjasama disertai dengan sistem transaksi yang dilakukan diantara berbagai pihak yang bekerjasama. Penjelasan kesepakatan kontraktual dalam pelaksanaan manajemen rantai pasokan sayuran akan dikaitkan dengan komitmen bersama yang telah disepakatai antar pelaku rantai. (iii) Dukungan Pemerintah Bagian ini menjelaskan peran pemerintah sebagai pihak yang mengambil kebijakan dalam mengatur dan mendukung proses di sepanjang rantai pasokan. (iv) Kolaborasi Pasokan Koordinasi kerjasama dalam suatu rantai pasokan sayuran dijelaskan secara lengkap meliputi tingkatan kolaborasi yang terjadi, perencanaan kolaboratif, penelitian kolaboratif serta proses trust building. D. Sumber Daya Mengkaji potensi sumber daya yang dimiliki oleh anggota rantai pasokan adalah penting guna mengetahui potensi-potensi apa saja yang mendukung upaya pengembangan rantai pasokan. Sumber daya yang dikaji meliputi sumber daya fisik, teknologi, sumber daya manusia, dan permodalan. 29
15 E. Proses Bisnis Proses bisnis rantai menjelaskan proses-proses yang terjadi di dalam rantai pasokan untuk mengetahui apakaha keseluruhan alur rantai pasokan sudah terintegrasi dan berjalan dengan baik atau tidak, dan menjelaskan bagaimana melalui suatu tindakan strategik tertentu mampu mewujudkan rantai pasokan yang mapan dan terintegrasi. Proses bisnis rantai ditinjau berdasarkan aspek hubungan proses bisnis antar anggota rantai pasokan, pola distribusi serta jaminan identitas merk Analisis Kinerja Pasokan Setelah melakukan pengkajian dari aspek-aspek yang sebelumnya dijelaskan, rantai pasokan kemudian dinilai berdasarkan kinerjanya dalam memenuhi permintaan konsumen serta memuaskan anggota rantai pasokan yang terkait. Pengukuran kinerja rantai pasokan sayuran menggunakan beberapa pendekatan yakni terkait kinerja kemitraan. A. Kinerja Kemitraan Kemitraan menjadi aspek yang sangat penting dalam kerangka pengembangan manajemen rantai pasokan suatu produk. Kemitraan yang terjalin akan sangat mendukung terjadinya koordinasi dan kolaborasi dari rantai pasokan secara terintegrasi. Oleh karena itu kinerja kemitraan dari suatu rantai pasokan sangat penting untuk dievaluasi secara berkelanjutan guna perbaikan kinerja rantai pasokan. Pelaksanaan kemitraan antara pelaku dalam rantai pasokan sayuran dievaluasi secara deskriptif. Indikator kinerja kemitraan dari rantai pasokan sayuran diukur dengan melihat tingkat kepuasan setiap pelaku rantai pasokan (petani, perusahaan dan supermarket) terhadap pelaksanaan kemitraan. Analisis yang dilakukan menggunakan metode analisis kesesuaian atribut, Analisis ini digunakan untuk menghitung tingkat kesesuaian kepentingan dengan kinerja kemitraan (Rangkuti, 2003), yakni membandingkan antara skor total tingkat kepentingan (harapan) dari beberapa atribut kemitraan dengan skor total tingkat kinerja atribut yang dipersepsikan (dirasakan) oleh pelaku rantai pasokan. Rumus yang digunakan adalah : 30
16 Nilai Kesesuain Atribut = Nilai Kinerja Total Skor Atribut Nilai Kepentingan Total Skor Atribut X 100% Nilai kesesuaian atribut didapatkan dari pembagian antara nilai kinerja total skor atribut dengan nilai kepentingan total skor atribut dan dikalikan dengan 100 persen, hasilnya dalam bentuk persentase. Atribut dengan nilai sama dengan atau lebih dari 100 persen, maka atribut tersebut dinilai atau dipersepsikan oleh pelaku rantai pasok telah memuaskan dan sesuai dengan harapannya. Sebaliknya, jika nilai kesesuaian kurang dari 100 persen, maka atribut tersebut dinilai atau dipersepsikan tidak memuaskan oleh pelaku rantai pasok karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dalam kemitraan ini. Hasil dari penilaian terhadap kepentingan dan kinerja setiap atribut kemitraan tersebut ditabulasi untuk kemudian dilakukan penarikan kesimpulan secara umum apakah kemitraan yang selama ini berjalan telah memberikan kepuasan bagi anggota rantai pasok. Sebagai pedoman pengambilan data dan sebagai fokus pembahasan penilaian kinerja kemitraan, ditentukan atribut-atribut yang secara langsung berpengaruh kepada pelaksanaan kemitraan. Atribut-atribut tersebut diperoleh berdasarkan kerangka kerja FSCN dan kondisi nyata terjadi di lapangan. Sebelum ditetapkan atributnya, penulis mendiskusikannya dengan pihak Frida Agro untuk menyempurnakan hasil penelitian. Keberhasilan pelaksanaan kemitraan dinilai meliputi 12 atribut diantaranya adalah harga jual sayur, tingkat penjualan, tingkat keuntungan, kualitas sayuran, keterbukaan informasi pasar, efisiensi biaya pengelolaan resiko dan lain-lain. Secara lengkap atribut kemitraan yang akan dinilai dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Atribut kemitraan dalam Pasokan Sayuran pada Frida Agro No Atribut Kemitraan Harga Jual sayuran 2 Penanggungan resiko secara adil 3 Tingkat keuntungan 4 Keterbukaan informasi 5 Upaya peningkatan keterampilan 6 Komitmen dalam kerjasama 7 Penelitian kolaboratif 8 Akses permodalan 9 Tingkat Penjualan 10 Kualitas produk sayuran 11 Penerapan standar budidaya 12 Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran 31
17 Penilaian kepentingan dan kinerja atribut kemitraan menggunakan metode skala ordinal. Skala ordinal yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari jawaban yang diberi skor sesuai dengan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja. Pada penelitian ini skor yang digunakan hanya empat dan tidak menggunakan jumlah skor yang biasa digunakan pada skala likert yaitu lima. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari adanya kecenderungan pemilihan respon cukup atau netral oleh responden. Skor dan respon yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, pertama skor dan respon untuk tingkat kepentingan yang ditunjukkan oleh Tabel 3 dan kedua skor dan respon untuk tingkat keinerja yang ditunjukkan oleh Tabel 4. Tabel 3. Skor dan respon Tingkat Kepentingan Atribut Kemitraan Pasokan Respon Tingkat Kepentingan Skor Sangat Penting 4 Penting 3 Tidak Penting 2 Sangat Tidak Penting 1 Tabel 3 menunjukkan skor dan respon tingkat kepentingan atribut kemitraan rantai pasokan merupakan penilaian terhadap kepentingan atau harapan dari pelaku rantai dalam pelaksanaan kemitraan yang diwakilkan dalam setiap atribut. Pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan setiap atribut dengan empat respon, yaitu sangat tidak penting (skor 1), tidak penting (skor 2), penting (skor 3) dan sangat penting (4). Tiap respon yang dipilih oleh tiap tingkatan pelaku rantai akan menghasilkan skor yang sesuai dengan porsinya, skor dari 12 atribut yang telah dinilai oleh setiap tingkatan pelaku rantai pasokan inilah yang kemudian dijumlahkan dan menghasilkan nilai kepentingan total skor atribut. Respon sangat tidak penting, berarti pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan salah satu atribut sangat tidak penting atau tidak diharapkan pengaruhnya dalam pelaksanaan kemitraan yang akan dijalankan. Sebaliknya, respon sangat penting berarti pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan salah satu atribut sangat penting atau sangat diharapkan pengaruhnya dalam pelaksanaan kemitraan yang akan dijalankan. Bagian berikutnya akan dilanjutkan dengan Tabel 4. 32
18 Tabel 4. Skor dan Respon Tingkat Kinerja Atribut Kemitraan Pasokan Respon Tingkat Kinerja Skor Sangat Baik 4 Baik 3 Tidak Baik 2 Sangat Tidak Baik 1 Tabel 4 menunjukkan skor dan respon tingkat kinerja atribut kemitraan rantai pasokan merupakan penilaian terhadap kinerja atau hasil dari pelaksanaan kemitraan yang diwakilkan dalam setiap atribut. Pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan setiap atribut dengan empat respon, yaitu sangat tidak baik (skor 1), tidak baik (skor 2), baik (skor 3) dan sangat baik (4). Tiap respon yang dipilih oleh tiap tingkatan pelaku rantai akan menghasilkan skor yang sesuai dengan porsinya, skor dari 12 atribut yang telah dinilai oleh setiap tingkatan pelaku rantai pasokan inilah yang kemudian dijumlahkan dan menghasilkan nilai kinerja total skor atribut. Respon sangat tidak baik berarti pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan bahwa salah satu atribut dalam kemitraan kinerjanya atau hasilnya sangat tidak baik atau tidak memberikan pengaruh terhadap pelaku rantai pasokan dalam melaksanakan kemitraan ini. Sebaliknya, respon sangat baik berarti pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan bahwa salah satu atribut dalam kemitraan kinerjanya atau hasilnya sangat baik atau memberikan pengaruh yang besar kepada pelaku rantai pasokan dalam melaksanakan kemitraan ini. 33
IV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Frida Agro yang terletak di Lembang, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan
Lebih terperinciMANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain
MANAJEMEN OPERASIONAL BAB VI Supply Chain Pengertian Supply Chain Supply chain adalah jaringan perusahaan yang bekerja sama untuk menciptakan dan mengantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-
Lebih terperinciKONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.
KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran Internet
Lebih terperinciKONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.
KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem SCM. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Supply Chain Management Pembahasan yang berkaitan tentang Supply Chain Management sudah banyak diangkat dalam penulisan penulisan sebelumnya. Menurut Fortune Megazine (artikel
Lebih terperinciPembahasan Materi #2
Materi #2 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan Materi #2 2 Konsep Dasar Pemain Utama SC Pengelolaan Aliran SC The Interenterprise Supply Chain Model Inventory Optimalisasi Rantai Pasokan Push & Pull
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus suatu rantai pasokan udang vaname. Penelitian ini dilaksanakan di berbagai tempat, yaitu pada produsen benih
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Perkembangan konsumsi komoditas perikanan khususnya udang di tingkat internasional dan tingkat nasional dianggap oleh sebagian petani dan nelayan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor XVI Tahun 1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka
Lebih terperinciALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura. 2. Penerapan budidaya pertanian yang baik / Good Agriculture Practices
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Manajemen Rantai Pasokan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Manajemen Rantai Pasokan a. Definisi Manajemen Rantai Pasokan Supply Chain Management (SCM) merupakan serangkaian aktivitas yang terintegrasi, dari pengadaan
Lebih terperinci4. METODOLOGIPENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Jenis dan Sumber Data. Metode Penentuan Responden
27 4. METODOLOGIPENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa barat karena merupakan salah satu sentra produksi jagung di Indonesia (BPS, 2013). Pengumpulan data dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi suatu industri sangat penting demi memberikan nilai tambah baik bagi industri itu sendiri maupun bagi
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran
BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Distribusi 2.1.1. Pengertian Distribusi Kebanyakan produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membantu
Lebih terperinciJulian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ.
Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ http://adamjulian.web.unej.ac.id/ A. Supply Chain Proses distribusi produk Tujuan untuk menciptakan produk yang tepat harga, tepat kuantitas, tepat kualitas, tepat
Lebih terperinciTUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : NANANG PURNOMO 11.21.0616 S1 TI-TRANSFER JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
22 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rantai Pasokan Menurut Indrajit dan Pranoto (2002), rantai pasokan adalah suatu tempat sistem organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, distribusi dan logistik telah memainkan peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan perdagangan dunia. Terlebih lagi persaingan
Lebih terperinciMANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA
MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Suhada, ST, MBA MATERI Supply Chain Supply Chain Management ERP MODULES (POSISI SCM, CRM) ERP Modules (Posisi SCM, CRM) SUPPLY CHAIN Sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep Supply Chain Management (SCM) telah menerima banyak perhatian dalam literatur marketing (pemasaran), logistic (logistik), dan purchasing (pembelian).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meskipun perekonomian dan perindustrian nasional kini dihadapkan kepada dampak krisis ekonomi global, namun bisnis ritel di Indonesia tidak terkendala bahkan masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari gelombang globalisasi menuntut para pelaku usaha atau perusahaan untuk lebih responsif dalam menghadapi
Lebih terperinci8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI
8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI Pengembangan agroindustri terintegrasi, seperti dikemukakan oleh Djamhari (2004) yakni ada keterkaitan usaha antara sektor hulu dan hilir secara sinergis dan produktif
Lebih terperinciSUPPLY CHAIN MANAGEMENT
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun Oleh: Puput Resno Aji Nugroho (09.11.2819) 09-S1TI-04 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) AMIKOM YOGYAKARTA Jalan
Lebih terperinciMuhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan
Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I Pengelolaan Rantai Pasokan 1 Rantai Pasok(Supply Chain) Suatu konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai suplai melalui optimalisasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kompetisi di dunia usaha yang berlangsung ketat, menuntut. perusahaan untuk memberikan tanggapan secara cepat dan tepat agar
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetisi di dunia usaha yang berlangsung ketat, menuntut perusahaan untuk memberikan tanggapan secara cepat dan tepat agar mampu bersaing dan berkembang. Salah satu cara
Lebih terperinciDwi Hartanto, S,.Kom 03/04/2012. E Commerce Pertemuan 4 1
1.Pengertian E Market Place 2.Pertimbangan Bergabung g ke dalam E Market Place Suatu lokasi diinternet, di mana suatu perusahaan dapat memperoleh atau memberikan informasi, mulai transaksi pekerjaan, atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia akan teknologi semakin besar. Peran teknologi akhir-akhir ini sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, kebutuhan manusia akan teknologi semakin besar. Peran teknologi akhir-akhir ini sangat diperlukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diera informasi ini, perilaku konsumen akan semakin diperhatikan. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin berkembang diera informasi ini, perilaku konsumen akan semakin diperhatikan. Hal ini disebabkan karena
Lebih terperinciBAB II TELAAH KEPUSTAKAAN
BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN Dalam Bab ini akan dibahas teori-teori yang berhubungan dengan strategi rantai pasok yang diterapkan di perusahaan distribusi dan akan digunakan dalam menganalisis permasalahan
Lebih terperinciSCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business
1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business Supply Chain Management Pengertian supply adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan pendahuluan dari penelitian yang diuraikan menjadi enam sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
Lebih terperinci5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR
5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Kinerja Rantai Pasok Kinerja rantai pasok merupakan ukuran kinerja secara keseluruhan rantai pasok tersebut (Chopra
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tidak dapat lepas dari persoalan transportasi, baik untuk pengadaan bahan baku ataupun dalam mengalokasikan barang jadinya. Salah satu metode yang
Lebih terperinciMANAJEMEN RANTAI PASOKAN SAYURAN (Studi Kasus: Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat) SKRIPSI BRAHMANTYO ADINUGROHO H
MANAJEMEN RANTAI PASOKAN SAYURAN (Studi Kasus: Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat) SKRIPSI BRAHMANTYO ADINUGROHO H34076036 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT
Lebih terperinciPembahasan Materi #5
1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Latar Belakang Kunci Sukses SCM Manajemen Logistik Fungsi dan Kegunaan Pengendalian Logistik Konvensional dan Logistik Mengelola Jaringan SC Strategi Proses
Lebih terperinciDeskripsi Mata Kuliah
Materi #1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Deskripsi Mata Kuliah 2 Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management/SCM) merupakan mata kuliah yang akan membahas pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada masa sekarang ini industri manufaktur telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa sekarang ini industri manufaktur telah berkembang sangat pesat. Persaingan dalam dunia industri menjadi sangat ketat. Untuk menyikapi fenomena tersebut perusahaan
Lebih terperinciKemitraan Agribisnis. Julian Adam Ridjal. PS Agribisnis Universitas Jember
Kemitraan Agribisnis Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember www.adamjulian.net KEMITRAAN AGRIBISNIS Teori Kemitraan Menurut Martodireso, dkk, (2001) dalam Agribisnis Kemitraan Usaha Bersama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu rantai yang disebut Supply Chain. Saat ini bukan merupakan persaingan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan di bidang industri (barang dan jasa) semakin ketat, sebagai akibat dari globalisasi dan ekonomi pasar bebas yang diberlakukan oleh beberapa organisasi perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang mengintegrasikan seluruh proses bisnis pada suatu produk mulai dari hulu hingga ke hilir dengan tujuan menyampaikan
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian dan Pola Kemitraan Usaha Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management
II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management Menurut Punjawan (2005) definisi dari supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 8 1.3 Tujuan Penelitian... 9 1.4 Manfaat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bawang merah belum terasa nikmat (Rahayu, 1998).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bawang merah merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran rempah. Sayuran rempah ini banyak dibutuhkan terutama sebagai pelengkap bumbu masakan guna menambahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkungan bisnis yang kompetitif dan turbulen mengakibatkan persaingan bisnis yang begitu ketat. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pesaing yang ada sekarang dan para pesaing potensial, yang setiap saat bisa menjadi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem informasi yang baik, bernilai dan berkualitas adalah sangat penting bagi sebuah perusahaan, terutama berkaitan dengan posisi persaingannya terhadap para pesaing
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan industri ini kurang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini semakin berkembangnya jumlah permintaan produk pangan, semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi perusahaan untuk memproduksi pangan
Lebih terperinciV. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani
V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri yang melibatkan berbagai aktivitas dan operasi bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak lingkungan yang ditimbulkan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hortikultura tergolong sebagai komoditas komersial bernilai ekonomi tinggi (high value commodity). Kontribusi sub sektor hortikultura pada nilai Produk Domestik Bruto (PDB)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. semakin ketat. Tiap-tiap perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin meningkatkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pasar yang semakin mengglobal, persaingan di dunia bisnis semakin ketat. Tiap-tiap perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin meningkatkan produktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis dan industri saat sekarang ini semakin ketat dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin meningkat serta sangat cerdas dalam memilih produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umumnya, serta kondisi persaingan yang ketat dalam lingkungan bisnis yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kondisi perekonomian global sekarang ini, yang ditunjukkan dengan hilangnya batas-batas negara dan segi investasi, individu, dan informasi pada umumnya, serta
Lebih terperinciCopyright Rani Rumita
Strategi Distribusi Topik yang Dibahas Bagaimana sifat saluran pemasaran dan mengapa saluran pemasaran penting? Bagaimana perusahaan saluran berinteraksi dan diatur untuk melakukan pekerjaan saluran? Masalah
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Rantai Pasok Menurut Pujawan (2005), rantai pasok adalah jaringan perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Seperti yang terdapat pada Gambar 1.1, dari 110.804.042
Lebih terperinciSUPPLY CHAIN MANAGEMENT
LAPORAN E-BISNIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : PHAZA HENDRA KUMARA (08.11.2243) S1 TI 6F JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI PENELITIAN Produksi bunga krisan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun memberikan kontribusi yang positif kepada petani dalam peningkatan kesejahteraan mereka.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat. Dengan semakin majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai asupan gizi. Oleh karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature) membawa perubahan pada pola konsumsi obat dari yang berbahan kimiawi, ke obat-obatan yang terbuat
Lebih terperinciSUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) INTRODUCTION T I P F T P U B KONTRAK 50 % UTS 30 % Tugas 20 % Kuis/ present WHAT IS SUPPLY CHAIN? Sebuah rantai pasokan yang terdiri dari semua pihak yang terlibat, secara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi hutan rakyat Definisi Hutan rakyat dapat berbeda-beda tergantung batasan yang diberikan. Hutan rakyat menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999
Lebih terperinciPembahasan Materi #1
1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Istilah Definisi SCM Ruang Lingkup SCM Model Umum SCM Dasar Pemikiran SCM Tingkat Kepentingan SCM Teknik Penerapan SCM Efektifitas SCM Keuntungan SCM 6623
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Supply Chain Management (SCM) sebenarnya dikenal dari beberapa tahun yang lalu dan terintegrasi dengan logistik. Hal ini terkait dengan kegiatan rantai pasokan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikembangkan oleh pelaku industri karena merupakan salah satu bahan pangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian mempunyai fungsi penting dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan pangan pokok. Salah satu bahan tersebut adalah gula pasir.
Lebih terperinciTUGAS AKHIR ANALISA BULLWHIP EFFECT DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA PT. MONDRIAN KLATEN
TUGAS AKHIR ANALISA BULLWHIP EFFECT DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA PT. MONDRIAN KLATEN Diajukan Guna Memenuhi dan Melengkapi Syarat Gelar Sarjana Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pembentukan klaster industri kecil tekstil dan produk tekstil pada Bab IV. Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap model
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORETIS
BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Perilaku Konsumen Perilaku konsumen menyangkut masalah keputusan yang diambil seseorang dalam persaingannya dan penentuan untuk mendapatkan dan mempergunakan
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Menurut Saragih (2001), pengembangan sektor agribisnis pada. masa yang akan datang menghadapi sejumlah tantangan besar yang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Saragih (2001), pengembangan sektor agribisnis pada masa yang akan datang menghadapi sejumlah tantangan besar yang bersumber dari tuntutan pembangunan ekonomi domestik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka kebutuhan atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka kebutuhan atau perilaku konsumen akan semakin diperhatikan. Untuk sekarang ini, selain menginginkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini, pemenuhan pelayanan berkualitas bagi perusahaan kemudian tidak jarang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan kondisi perekonomian, maka dunia industri semakin mendapat tuntutan yang tinggi dari masyarakat. Tuntutan yang dimaksud salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri konstruksi dianggap sebagai industri yang memiliki tingkat fragmentasi tinggi. Terpecah-pecahnya suatu proyek konstruksi ke dalam beberapa paket pekerjaan
Lebih terperinciVII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat
VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT 7.1. Kinerja Lembaga Penunjang Pengembangkan budidaya rumput laut di Kecamatan Mangarabombang membutuhkan suatu wadah sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses tersebut, perusahan mengalami saat-saat dimana perusahaan. dituntut untuk menentukan keputusan-keputusan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam berbisnis baik skala kecil sampai dengan skala besar dan dalam berbagai bidang, melakukan sistem operasional dan proses produksi yang secara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki trust, baik untuk dirinya sendiri maupun trust kepada pihak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Trust Trust atau kepercayaan merupakan suatu hal yang penting bagi sebuah komitmen atau janji. Penting bagi sebuah perusahaan untuk memiliki trust, baik untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiga tahapan utama dalam manajemen operasi adalah pengaturan input, proses dan output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.
Lebih terperinciKolaborasi (Collaboration)
Kolaborasi (Collaboration) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Topik Organisasi logistik Pengembangan hubungan kolaborasi Manajemen hubungan/relasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kemajuan di segala bidang. Tidak hanya dalam bidang teknologi saja, perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan di zaman seperti sekarang ini telah banyak mengalami perubahan dan kemajuan di segala bidang. Tidak hanya dalam bidang teknologi saja, perusahaan saat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting bagi Indonesia, sehingga peranan sektor pertanian dalam pembangunan tidak perlu diragukan lagi. Pemerintah memberikan amanat
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya buah tropis yang melimpah yang bisa diandalkan sebagai kekuatan daya saing nasional secara global dan sangat menjanjikan. Buah tropis adalah
Lebih terperinciMANFAAT KEMITRAAN USAHA
MANFAAT KEMITRAAN USAHA oleh: Anwar Sanusi PENYULUH PERTANIAN MADYA pada BAKORLUH (Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian,Perikanan dan Kehutanan Prov.NTB) Konsep Kemitraan adalah Kerjasama antara usaha
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT NIC merupakan perusahaan yang memproduksi roti tawar spesial (RTS). Permintaan RTS menunjukkan bahwa dari tahun 2009 ke tahun 2010 meningkat sebanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis pasar modern sudah cukup lama memasuki industri retail Indonesia dan dengan cepat memperluas wilayahnya sampai ke pelosok daerah. Bagi sebagian konsumen pasar
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang menjadi tempat studi kasus penelitian ini yaitu Tani Sejahtera Farm serta anggota rantai pasoknya di Kabupeten Bogor. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR TA ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI
LAPORAN AKHIR TA. 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAII EKONOMI TINGG GI Oleh: Henny Mayrowani Nur Khoiriyahh Agustin Dewa Ketut Sadra Swastika Miftahul Azis Erna Maria Lokollo
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi telah mendorong terciptanya persaingan yang sengit diantara para pelaku bisnis di setiap bidang. Kemampuan perusahaan dalam merespon perubahan secara cepat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian The International Journal of Bussiness and Management
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam dunia perindustrian di era globalisasi saat ini semakin ketat dengan kemajuan teknologi informasi. Kemajuan dalam teknologi informasi menjadikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Supply Chain Management (SCM) merupakan bagian penting dalam industri manufaktur. Dalam industri manufaktur, SCM memiliki kegiatan-kegiatan utama yaitu, merancang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daging merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, serta merupakan komoditas ekonomi yang mempunyai nilai
Lebih terperinciBAB. X. JARINGAN USAHA KOPERASI. OLEH : Lilis Solehati Y, SE.M.Si
BAB. X. JARINGAN USAHA OLEH : Lilis Solehati Y, SE.M.Si SEBAGAI EKONOMI RAKYAT Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan manajemen untuk memberikan terobosan yang strategis untuk tetap dapat mengembangkan
Lebih terperinci