MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 128/PUU-XIII/2015

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 128/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I) J A K A R T A KAMIS, 5 NOVEMBER 2015

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 128/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa [Pasal 33 huruf g dan Pasal 50 huruf a dan huruf c] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Holidin 2. Mulyadi 3. Sutarmin, dkk. ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Kamis, 5 November 2015, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Arief Hidayat (Ketua) 2) Maria Farida Indrati (Anggota) 3) Aswanto (Anggota) Achmad Edi Subiyanto Panitera Pengganti i

3 Pihak yang Hadir: A. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Gunawan Raka 2. Hambali 3. Muhammad David ii

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: ARIEF HIDAYAT Bismillahirrahmaanirrahiim. Sidang dalam Perkara Nomor 128/PUU-XIII/2015 dengan ini dibuka dan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X hadir. Pemohon, saya persilakan untuk memperkenalkan diri, siapa yang 2. KUASA HUKUM PEMOHON: GUNAWAN RAKA Bismillahirrahmaanirrahiim. Assalamualaikum wr. wb. 3. KETUA: ARIEF HIDAYAT Waalaikumsalam. 4. KUASA HUKUM PEMOHON: GUNAWAN RAKA Nama saya Gunawan Raka, mewakili kepentingan Pemohon, di sebelah kanan saya. 5. KUASA HUKUM PEMOHON: MUHAMMAD DAVID Pak Muhammad David. 6. KUASA HUKUM PEMOHON: HAMBALI Hambali. 7. KETUA: ARIEF HIDAYAT Terima kasih. Saya perlu sampaikan pada Kuasa Pemohon yang di belakang itu siapa? Prinsipal? Oh, bukan ya? Baik, perlu saya sampaikan pada hari ini persidangan yang pertama, Persidangan Panel, permohonan Saudara sudah diterima di Kepaniteraan dan diregister dengan Nomor 128/PUU-XIII/2015, ini nomor perkaranya, diterima di Kepaniteraan tanggal 29 Oktober 2015 diregister. Dan Majelis Panel sudah membaca permohonan Saudara secara lengkap dan teliti. 1

5 Pada persidangan yang pertama ini, Saudara diminta untuk menyampaikan permohonan ini secara lisan, sehingga tidak perlu dibacakan keseluruhan. Saudara bisa menyampaikan pokok-pokoknya yang sistematikanya, silakan Saudara menyampaikan identitas dari Pemohon, pasal undang-undang yang diujikan, kemudian dasar pengujiannya menggunakan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal berapa? Setelah itu, Saudara mau menguraikan masalah apakah Saudara mempunyai legal standing atau tidak. Kalau punya legal standing, di mana legal standingnya? Kemudian, apakah ini termasuk kewenangan Mahkamah Konstitusi? Kemudian Saudara harus mengemukakan, menyampaikan secara lisan juga alasan permohonan ini atau positanya apa? Kemudian yang terakhir, Saudara menyampaikan permintaan Saudara yang tertulis di dalam petitumnya apa? Ya, itu saja yang perlu Saudara sampaikan. Kemudian, Saudara juga menyampaikan bukti-buktinya, apa saja yang sudah disampaikan, dilampirkan sebagai bukti dalam permohonan ini, itu yang pertama. Kemudian yang kedua, pada persidangan yang pertama ini, Majelis Panel akan memberikan nasihat pada Saudara, sebagai upaya yang diatur di dalam Hukum Acara Mahkamah Konstitusi yang tujuannya untuk dengan tujuan agar supaya permohonan Saudara bisa lebih baik, dan lebih sempurna, sehingga memberikan kemudahan dalam kita bersama mengkaji, meneliti, memeriksa, dan mengadili perkara ini. Saya persilakan, siapa yang akan menyampaikan permohonan ini secara lisan? Kemudian nanti nasihat dari para Hakim, silakan. 8. KUASA HUKUM PEMOHON: GUNAWAN RAKA Terima kasih, Majelis Hakim Yang Mulia. Langsung saya sampaikan, bismillahirrahmaanirrahiim. Kepada Yang Terhormat Ketua MK dan Panel Hakim yang sudah dibentuk. Untuk dan atas nama Holidin, Mulyadi, Sutarman, Tulus, Ikhlas, Edi Sanipo, dan Yusuf Sukardi, mereka ini masing-masing adalah Ketua Asosiasi Kepala Desa Kecamatan. Jadi, ini data secara keseluruhan sudah termuat dalam redaksi di Kecamatan Bangunrejo, Kalirejo, Sendangagung, dan seterusnya. Kemudian untuk Pemohon yang ke tujuh adalah Syahrudin salah satu warga di daerah Lampung yang merupakan calon kepala desa, itu untuk Pemohonnya. Adapun yang dimohonkan adalah uji materi terhadap Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pasal 33 huruf g serta Pasal 50 ayat (1) huruf a. Menyangkut Kewenangan Mahkamah Konstitusi, tidak perlu kami bacakan seluruhnya, hanya kami bacakan mungkin Pasal yang diujikan. Bahwa yang dimohonkan dalam perkara ini adalah tentang Pasal 33, yaitu tentang persyaratan menjadi calon kepala desa, dimana kepala 2

6 desa harus terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di desa setempat paling kurang setahun sebelum pendaftaran. Sebagaimana Pasal tersebut secara redaksional dimuat dalam Pasal 33. Kemudian permohonan kedua adalah uji materi terhadap Pasal 50 ayat (1) tentang perangkat desa, dimana dalam undang-undang tersebut diatur bahwa sekretaris desa pelaksana kewilayahan dan pelaksana teknis diangkat dari warga desa yang memenuhi persyaratan dengan pendidikan paling rendah sekolah menengah umum atau sederajat. Bahwa dari ketentuan-ketentuan tersebut, undang-undang tersebut kita uji, kemudian kita uji berdasarkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, yaitu Pasal 27 ayat (1) yang menyatakan, Segala warga negara sama kedudukannya di depan hukum, dan Pasal 28 poin c ayat (2) UUD yang menyatakan, Setiap orang berhak ( ) 9. KETUA: ARIEF HIDAYAT Saudara menggunakan batu ujinya untuk landasan pengujiannya Undang-Undang Dasar Pasal 27 ya? 10. KUASA HUKUM PEMOHON: GUNAWAN RAKA Landasan hukumnya landasan ujinya ya, untuk landasan ujinya adalah Undang-Undang Dasar. 11. KETUA: ARIEF HIDAYAT Bersamaan kedudukannya di depan hukum dan pemerintahan itu? 12. KUASA HUKUM PEMOHON: GUNAWAN RAKA Ya. 13. KETUA: ARIEF HIDAYAT Terus? 14. KUASA HUKUM PEMOHON: GUNAWAN RAKA Pasal 27, Pasal 28, Pasal 28D, Pasal 28H, dan Pasal 28I ayat (2). 15. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik. Terus silakan. 3

7 16. KUASA HUKUM PEMOHON: GUNAWAN RAKA Kemudian, mengenai legal standing Pemohon. Bahwa Pemohon yang kepala desa berkepentingan langsung terhadap pasal tentang pemberlakuan perangkat desa yang lulusan SMU karena persyaratan di undang-undang itu sendiri untuk kepala desanya adalah lulusan SMP, sementara untuk persyaratan perangkat desanya dalam undang-undang disyaratkan adalah lulusan SMU atau sederajat. Sehingga dalam hal ini, menjadikan praktik di pedesaan itu sendiri menjadi susah karena mencari aparat yang lulusan SMU juga tidak mudah, ini mengganggu sekali terhadap proses pelaksanaan pemerintahan di desa. Mengenai kualifikasi Pemohon kualifikasi Pemohon adalah menyangkut pemberlakuan pengujian pasal tentang perangkat desa bahwa Para Pemohon adalah para ketua asosiasi kepala desa se- Kecamatan Bangunrejo, Kalirejo, Sendangagung, enam desa sebagaimana kami sebutkan dalan identitas para Pemohon. Kemudian, pengujian terhadap domisili, itu Pemohon adalah M. Syahrudin, dimana dia sekarang ini sedang mencalonkan diri sebagai kepala desa. Berdasarkan Undang-Undang tersebut karena dia meskipun dia bertempat tinggal di sana sudah lebih dari tiga tahun, tapi karena baru terdaftar KTP-nya kurang dari satu tahun, maka sampai sekarang belum ada ketentuan dan kami mohon juga kepada Majelis karena ini perkara uji materiil dan tanggal 19 Oktober ini sudah ada pemilihan kalau memungkinkan agar perkara ini memungkinkan lebih dipercepat. Berdasarkan uraian-uraian tersebut, alasan permohonan sudah. Legal standing sudah. Secara lengkap terurai dalam redaksi surat gugatan, Majelis. Jadi, mungkin kalau ada saran dan perbaikan. Berdasarkan uraian tersebut, maka kami mohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi untuk kiranya berkenan: 1. Mengabulkan Permohonan Pengujian Uji Pasal 33 huruf g dan Pasal 50 huruf a dan huruf c Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Undang-Undang Desa berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Menyatakan Pasal 33 huruf a, huruf a dan huruf g, huruf a dan c Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Menyatakan Pasal 33 huruf g, Pasal 50 huruf a dan huruf c Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya. 4. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia, sebagaimana mestinya. Demikian permohonan ini kami sampaikan. Secara selengkapnya ada di dalam surat permohonan. 4

8 Hormat kami, Kuasa Hukum Pemohon Gunawan Raka, S.H., dihadiri Hambali, S.H., M.H., dan M. David, S.H. Demikian kami sampaikan. 17. KETUA: ARIEF HIDAYAT Ya, terima kasih. Saudara telah menyampaikan secara efektif, efisien. Sehingga cepat bisa disampaikan karena Majelis juga sudah membaca permohonan Anda. Untuk agenda yang kedua, saya persilakan akan dimulai dari Prof. Maria atau Prof. Aswanto dulu. Prof. Maria. Saya persilakan, Yang Mulia. 18. HAKIM ANGGOTA:MARIA FARIDA INDRATI Terima kasih, Pak Ketua. Di Mahkamah Konstitusi ini, maka hal-hal yang perlu diajukan di dalam permohonan adalah hal-hal yang bersifat normatif ya, apakah ada pertentangan dari undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar. Jadi, tidak pada kasus-kasus konkret, ya itu. Kemudian di sini kalau melihat pada sistematikanya, sebetulnya sudah tepat ya, ada Pemohon, kemudian Kewenangan Mahkamah, legal standing, dan kemudian alasan permohonan, dan petitum. Tetapi di dalam legal standing dan alasan permohonan, itu sangat rancu bolakbalik ke sana-ke mari, jadi sendiri tidak fokus begitu ya. Sedangkan Anda melihat di sini Pemohonnya, Prinsipalnya ada tujuh dan Anda menyatakan di dalam legal standing tadi, Anda mengatakan bahwa Para Pemohon ya, halaman 4 di situ nomor 12. Kualifikasi sebagai Pemohon, Para Pemohon adalah badan hukum privat, sebagaimana dimaksud pada Pasal 51 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 24. Kalau hukum badan hukum privat apa buktinya bahwa semua adalah hukum privat? Karena ini kan perorangan warga negara di sini yang mengajukan. Yang pertama Anda mengatakan semua Para Pemohon adalah badan hukum privat, tapi Anda tidak menjelaskan lebih lanjut badan hukum privat itu yang seperti apa dan sebagainya. Sedangkan yang nomor 2, kemudian M. Syahrudin tempat tinggal, tanggal lahir, dan sebagainya sebagai pekerjaan buruh harian lepas. Ini termasuk badan hukum privat atau tidak? Karena yang satu sampai tujuh, itu Anda mengatakan semua Para Pemohon hukum privat. Jadi harus jelas karena di sini harus... apakah sebagai Warga Negara Indonesia apakah sebagai badan hukum privat? Karena itu mempunyai konsekuensi yang berbeda nanti ya. Anda harus menjelaskan mengenai itu. Kemudian di dalam Kewenangan Mahkamah Konstitusi, saya rasa uraian nomor 4, 5, dan 6 tidak perlu, pasal... karena Pasal 7 Anda sudah mengatakan bahwa objek permohonan pengujian undang-undang ini 5

9 adalah Pasal 33 huruf g, Pasal 50 huruf a. Huruf a atau huruf a dan c? Anda berapa kali mengatakan huruf a, tapi juga Anda mengatakan huruf a dan huruf c. Seperti dalam petitum Anda. Anda menyatakan beberapa kali di sini, tapi antara posita dan petitumnya berbeda, ya. Di sini nomor 7 Anda mengatakan Pasal 50 huruf a, tapi di dalam petitumnya, Anda mengatakan Pasal 50 huruf a dan huruf c undang-undang itu. Di teliti kembali, sehingga antara alasan permohonan dan legal standing Anda tidak ter apa... tidak rancu begitu, ya. Kalau legal standing, Anda mengatakan siapa Pemohonnya ini, kerugian konstitusional apa yang telah dilanggar oleh undang-undang ini? Begitu, ya. Sedangkan alasan permohonannya, Anda menguraikan kenapa Anda mengajukan permohonan ini? Gitu. Nah, tapi kalau Anda melihat pada undang-undang ini, Pasal 33 misalnya, calon kepala desa wajib memenuhi persyaratan huruf g, terdaftar sebagai penduduk, dan bertempat tinggal di desa setempat paling kurang 1 tahun sebelum pendaftaran. Yang salah apanya? Kalau Anda pertentangkan dengan Undang- Undang Dasar Tahun 1945, yang salah di mana? Karena Anda mau menjadi kepala desa. Kalau menjadi kepala desa, Anda enggak tahu desanya bagaimana? Anda harus menjelaskan ini bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 itu karena apa? Anda harus menjelaskan karena Anda harus meyakinkan Majelis bahwa memang pasal ini kemudian merugikan Para Pemohon, gitu. Kan Anda melihat kalau orang-orang asing tinggal di RT/RW Anda, itu di tempat pak RT/RW kan pasti dituliskan, kalau tinggal di situ lebih dari 3 hari harus lapor. Nah, masa mau jadi kepala desa, enggak lapor gimana, enggak punya KTP? Nah, Anda harus melihat itu dan Anda harus... kalau Anda mau mengajukan ini, konstruksikan alasan Anda, sehingga betul-betul bisa terlihat bahwa ini mengurangi hak konstitusional Anda yang telah ditetapkan dalam konstitusi, gitu. Jadi, saya mengharapkan kalau Anda tetap permohonannya seperti ini, ya, maka perbaikan permohonan harus lebih bagus lagi, ya, kedudukan hukum dan alasan permohonan itu harus dipisahkan secara jelas bahwa alasannya apa sih, gitu. Kalau Anda kedudukan hukumnya sudah jelas, sebagai warga negara, apakah tujuh-tujuhnya mau mencalonkan menjadi kepala desa, begitu? Kalau sudah jadi kepala desa, apa buktinya, misalnya? Nah, itu sebenarnya. Kalau badan hukum privat, bagaimana. Ini harus Anda jelaskan, sedangkan alasan-alasan permohonan, kemudian Anda mengatakan bahwa karena dia sebetulnya penduduk situ, tapi kemudian tinggal merantau di mana, pada waktu pemilihan kepala desa, pengin kembali ke situ dan sebagainya. Tapi pada dasarnya, Anda harus mengonstruksikan bahwa pasal itu secara norma itu bertentangan dengan konstitusi, ya. Saya rasa dari saya seperti itu, Pak Ketua. 6

10 19. KETUA: ARIEF HIDAYAT Mulia. Terima kasih, Yang Mulia. Prof. Aswanto, saya persilakan, Yang 20. HAKIM ANGGOTA: ASWANTO Terima kasih, Yang Mulia Ketua. Saudara Pemohon, ya, ada beberapa hal yang teknis dulu. Pertama, Surat Kuasa, ya. Di Surat Kuasa itu penerima Kuasa ada enam orang. Satu orang Pak Sukriadi Siregar itu belum tanda tangan, ya. Apakah dia tetap menjadi kuasa atau tidak, ini perlu di apa namanya... diperjelas. Kalau memang... walaupun di dalam permohonan Saudara memang namanya sudah enggak muncul, ya, di dalam permohonan Saudara, Kuasa yang menandatangani hanya ada lima, ya. Tapi, ini di surat kuasanya. Nanti belakangan, Wah, saya juga dikuasakan, saya tidak setuju dengan argumen empat orang itu, gitu. Jadi perlu di apa namanya... dipertegas kalau memang dia tidak menjadi kuasa, ya, silakan dikeluarin saja dari surat kuasa gitu, ya. Itu yang pertama. Yang kedua. Saya mau klarifikasi. Tadi, Yang Mulia Prof. Maria sudah menanyakan ini permohonan perseorangan atau badan hukum privat, gitu? Kalau itu badan hukum privat, mestinya ada bukti. Saudara belum ada bukti dari badan itu, misalnya anggaran dasar, Saudara belum lampirkan? 21. KUASA HUKUM PEMOHON: GUNAWAN RAKA Belum lampirkan. 22. HAKIM ANGGOTA: ASWANTO Belum, ya? 23. KUASA HUKUM PEMOHON: GUNAWAN RAKA Belum. 24. HAKIM ANGGOTA: ASWANTO Nah, makanya nanti harus dipertegas, apakah badan hukum privat atau perseorangan. Kalau badan hukum privat, harus di-backup dengan bukti, ya. Itu yang kedua. Nah, yang ketiga. Saya mau klarifikasi ada beberapa hal yang agak apa... menurut saya di dalam permohonan Saudara tidak 7

11 konsisten. Tadi ketika Saudara mempresentasikan Saudara menyampaikan bahwa pasal yang diuji itu adalah Pasal 33 huruf g dan Pasal 50 ayat (1) huruf a. Nah, tetapi di dalam posita Saudara yang kemudian dilanjutkan dalam petitum, yang Saudara minta itu bukan hanya Pasal 50 ayat (1) huruf a, tapi juga huruf c. Ya, bahkan di petitum Saudara itu Pasal 50 enggak ada ayatnya. Di posita kan Saudara selalu menguraikan Pasal 50 ayat (1), coba lihat petitum Saudara. Petitum Saudara itu Pasal 50 huruf a, huruf c, di halaman 7, ya. Halaman 7 di posita Saudara, itu Saudara mengurai Pasal 50 huruf a, selalu mengurai Pasal 50 huruf a pas huruf a dan huruf c di petitum. Tapi ada juga yang Pasal 50 ayat (1) di poin 18, Saudara mencantumkan Pasal 50 ayat (1) huruf a dan huruf c. Kemudian di poin 19, halaman 7 juga, Anda hanya menyebutkan Pasal 50 huruf a dan huruf c, gitu. Nah, nanti di apa namanya disinkronkan, supaya kami nanti tidak bingung, sebenarnya yang diminta diuji yang mana, gitu. Dan disinkronkan dengan apa yang Saudara minta di petitum, gitu. Lebih dari itu, Saudara juga bahkan di dalam bagian ini, di dalam bagian tertentu, Saudara juga malah menyinggung Pasal 33 huruf d, huruf g, huruf i, dan Pasal Pasal 39 ayat (2). Nah, ini tolong nanti di apa namanya lihat di angka 4 itu. Pada angka 4 Saudara meminta di situ tidak hanya 33 huruf g, Pasal 50 ayat (1) huruf a. Nah, di situ Anda cuma menyebut Pasal 50 ayat (1) huruf a. Kemudian Anda juga meminta di angka 4 itu Pasal 33 huruf d, huruf g, huruf i, Pasal 39 ayat (2). Ini tolong di apa namanya di nanti agar bisa konsisten. Nah, di bagian depan. Bagian depan permohonan Saudara kan sebenarnya cuma apa namanya cuma Pasal 33G dan Pasal 50C itu, huruf a, c. Dan tolong nanti dilihat, apakah Anda semua Pasal 50 karena Pasal 50 kan ada ayatnya, Pasal 50 ayat (1) dan ayat (2), gitu ya. Nanti tolong di itu teknis. Nah, ini karena teknisnya apa karena secara teknis, tadi ada beberapa yang inkonsistensi. Sehingga menurut saya pada bagian apa legal standing, akhirnya menjadi kabur, menjadi tidak jelas. Apa sebenarnya kerugian yang dialami oleh Para Pemohon secara keseluruhan? Mestinya Saudara mengurai. Mengurai bahwa dengan adanya norma yang ada di dalam Pasal 33 huruf g, Pasal 50 ayat (1) a, dan c, Pemohon mengalami kerugian bla, bla, bla. Dan kerugian yang dimaksud ini supaya lebih mudah kami pahami, lebih mudah kita melihat. Saudara bikin bikin apa namanya bikin lebih sederhana, gitu. Enggak usah muter-muter, ini banyak muter-muternya ini. Banyak muter-muternya, biasanya kalau kami di kampus itu banyak muter-muter karena ada target halaman yang harus dipenuhi, gitu. Nah, tolong nanti di apa dielaborasi ulang secara sederhana. Bahkan menurut saya, untuk lebih apa namanya untuk lebih meyakinkan kami, mestinya karena ada 7 orang Pemohon ini, ya. Masing-masing Pemohon ini harus diuraikan apa kerugian 8

12 konstitusionalnya. Misalnya Pemohon I Holidin, dengan adanya ketentuan yang ada pada Pasal 33 huruf g, Pasal 50 ayat (1) huruf a dan c, maka Holidin mengalami kerugian konstitusional sebagai berikut. Dengan demikian, norma yang ada pada Pasal 33 huruf g, Pasal 50 ayat (1) a, c, itu bertentangan dengan Pasal bla, bla, di dalam Undang- Undang Dasar. Nah, kalau itu diurai secara apa namanya secara sistematis mulai dari Pemohon I sampai Pemohon VII, saya kira kita bisa lebih yakin nanti bahwa memang ada konflik norma dan tidak hanya sampai di situ mestinya. Saudara juga harus mengurai bahwa kalau norma ini dihilangkan atau norma ini dinyatakan tidak berlaku, maka kerugian atau potensi kerugian menjadi tidak terjadi lagi. Artinya, harus ada causal verband sementara kerugian konstitusional dengan norma yang diuji, gitu. Nah, jadi sederhana saja Saudara bisa mengelaborasi itu di bagian posita, kemudian nanti tinggal ditarik di ujungnya petitum, tapi antara petitum dan apa namanya antara posita dan petitum tolong konsisten pasalnya gitu, jangan lain yang diurai di posita, kemudian lainnya diminta. Nanti kami bingung ini, sebenarnya yang diminta oleh Pemohon ini apa? Gitu ya. Saya kira itu yang saya bisa sampaikan, Yang Mulia. Terima kasih. 25. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik. Terima kasih, Yang Mulia. Saudara Pemohon, sudah banyak yang disampaikan oleh Yang Mulia Hakim Prof. Maria dan Yang Mulia Hakim Prof. Aswanto. Saya hanya saya juga menemukan hal yang sama, sebagaimana pembacaan saya terhadap permohonan Saudara, tapi saya akan tidak akan mengulang. Saya hanya meminta yang pertama, kecermatan di dalam permohonan ini, ketelitian dalam permohonan ini, ya. Kecermatan dan ketelitian ini sangat penting di dalam permohonan. Karena kita bekerja di bidang hukum, itu membutuhkan kecermatan dan ketelitian ya. Karena kalau tidak, bisa berdampak lain yang diminta, lain yang diputus karena ketidakcermatan permohonan. Ya, juga itu akan bisa merugikan Saudara Pemohon dan Prinsipal, ya dalam hal ini tidak hanya Kuasa, tapi Prinsipalnya sangat dirugikan. Oleh karena itu, Saudara harus cermat betul dalam penulisan, kemudian dalam kalimatisasinya juga harus cermat apa yang dimaksud. Kemudian, juga di dalam hal penulisan pasal, ayat itu juga yang betul. Itu sangat penting ya karena kita bekerja di bidang hukum itu ada kepastian hukum. Kepastian penulisan, kecermatan, ketelitian penulisan itu sangat penting sekali ya. Itu harus Anda perhatikan betul. Karena kita kalau bisa melihat ini juga, itu tadi, sudah ditemukan ya banyak sekali 9

13 objek permohonannya yang ditulis di dalam judul permohonan, yang ditulis di dalam objek permohonan, yang ditulis di dalam petitum itu pasalnya saja beda-beda ya kan, ayatnya beda, angkanya beda itu, itu bermasalah besar itu ya. Sehingga Hakim misalnya bisa saja enak saja permohonan Saudara kabur gitu, enggak jelas kok gitu, bisa ya. Makanya itu membutuhkan kecermatan, ketelitian dalam permohonan ini. Itu yang pertama, saya supaya tidak mengulang-ulang. Kemudian yang kedua. Tadi Saudara juga minta diprioritaskan. Saudara juga kalau tidak salah mengirim surat pada kami ya? 26. KUASA HUKUM PEMOHON: GUNAWAN RAKA Ya, Pak. 27. KETUA: ARIEF HIDAYAT Makanya itu juga saya kaget. Ini belum diapa-apakan minta segera diputus, ini apa yang diputus itu? Itu begini, memang Mahkamah bisa melihat dengan alasan yang sangat objektif untuk kepentingan sistem ketatanegaraan untuk berjalannya kalender ketatanegaraan supaya tidak mandeg, itu bisa saja kemudian kita memprioritaskan untuk bisa diputus ya, segera dilakukan persidangan segera dan itu diputus, tapi itu alasan subjektif dalam rangka menjaga sistem ketatanegaraan kalender ketatanegaraan Republik Indonesia berjalan gitu. Ya, misalnya saja kasus-kasus dalam pilkada kemarin, itu ada hal yang mendesak. Karena kalau enggak, berhenti Republik Indonesia ini. Nah, Hakim akhirnya memprioritaskan untuk segera diputus. Itu alasan objektif, tapi Saudara melalui surat atau permohonan yang tadi, itu tidak menunjukkan alasan objektif. Itu alasannya subjektif karena yang bersangkutan ini mau segera. Lha kalau dia enggak mencalonkan, yang lain mencalonkan, kan enggak masalah kalender ketatanegaraan pengisian jabatan kepala desa kan masih bisa berjalan, kecuali memang mandeg. Lha itu bisa. Jadi, ini Saudara supaya tahu bahwa Mahkamah ini bekerja menjaga konstitusi, menjaga negara hukum, menjaga demokrasi, itu supaya negara hukum berjalan sebagaimana yang dicita-citakan sesuai dengan konstitusi negara demokrasi ini juga berjalan dengan sebaikbaiknya dengan alasan-alasan yang objektif, bukan alasan subjektif masing-masing orang ya. Jadi, ini harus Anda perhatikan sekali saya juga menjadi kaget karena surat itu langsung ke Ketua, sehingga saya yang membaca surat itu, kemudian tadi saya diingatkan oleh Panitera. Ini ada surat ini minta segera didahulukan ini, aneh ini surat ini. Itu terasa aneh bagi kita permintaan itu karena alasannya itu alasan yang subjektif ya. 10

14 Sehingga Saudara harus menyadari itu menjadi pengertian kita bersama ya. Itu adalah nasihat dari para Hakim, supaya nasihat ini bisa dipahami betul oleh Saudara, tetapi apakah Saudara akan memperbaiki permohonan ini atau tidak, itu merupakan hak Saudara. Jadi, kewajiban menurut undang-undang, menurut hukum acara, kita harus memberitahukan, memberikan nasihat, supaya permohonan ini sesempurna mungkin, tapi hak Saudara untuk memperbaiki atau tidak. Kalau tidak diperbaiki, juga enggak masalah, tapi mau diperbaiki juga, silakan itu hak Saudara, tapi kita harus memberitahukan. Nah, agenda yang sesuai dengan hukum acara, maka perbaikan itu kita tunggu dalam waktu 14 hari, ya. 14 hari dari sekarang, tanggal 17 November paling lambat perbaikannya itu harus masuk ke Kepaniteraan. Setelah itu, kita akan mengagendakan sidang yang kedua dalam rangka menerima perbaikan permohonan itu. Tapi, Saudara kalau perbaikannya bisa segera, maka segera serahkan ke Kepaniteraan, sehingga kita bisa segera mengagendakan sidang yang kedua, ya gitu. Ada yang akan disampaikan? Saya persilakan. 28. KUASA HUKUM PEMOHON: GUNAWAN RAKA Mungkin mengenai perbaikan akan segera kami lakukan (...) 29. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik (...) 30. KUASA HUKUM PEMOHON: GUNAWAN RAKA Dan akan kami segera serahkan kembali. 31. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik, ya, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya perbaiki. 32. KUASA HUKUM PEMOHON: GUNAWAN RAKA Ya. 33. KETUA: ARIEF HIDAYAT Serahkan kembali Kepaniteraan, tapi itu tadi, cermat, teliti, ya, baik dalam penulisan, redaksional, ya, konsistensinya tadi, Pak Hakim Yang Mulia Prof. Aswanto, ini tidak konsisten ini permohonan ini, ya. Kalau tidak konsisten, Hakimnya gampang ini, ini permohonannya kabur, 11

15 tolak saja, kabur, ya. Ngapain kita susah-sudah, permohonan kabur pusing kita kalau permohonannya begitu. Nah, ini kecermatan, ketelitian sangat dibutuhkan, ya. Silakan Anda perbaiki dalam waktu yang singkat, serahkan, nanti kita agendakan sidang yang berikutnya. Ada yang akan disampaikan lagi? cukup? 34. KUASA HUKUM PEMOHON: GUNAWAN RAKA Cukup. Sementara cukup. 35. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik, kalau cukup, maka... ya, waktunya 14 hari, sebelum 14 hari silakan diserahkan Kepaniteraan, begitu? 36. KUASA HUKUM PEMOHON: GUNAWAN RAKA Siap. 37. KETUA: ARIEF HIDAYAT Ya, baik. Sidang selesai dan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 5 November 2015 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 12