III. METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 26 III. METODE PENELITIAN III.1. Kerangka pemikiran Penelitian ini mencoba memadukan pendalaman konsep yang berkaitan dengan agroindustri, pembangunan wilayah, dan manajemen stratejik sebagai konsep dasar penelitian dengan fokus strategi pengembangan agroindustri berbasis unggulan wilayah melalui pendekatan alur pikir sistemik. Pendekatan berbagai aspek yang berkaitan dengan faktor geofisik, keragaman agronomis, aspek ekonomi dan berbagai input aktifitas industri memberikan kriteria jamak yang dapat dipakai dalam melakukan justifikasi unggulan agroindustri. Pendekatan metodologis yang menggabungkan teknik analisis kualitatif dan teknik analisis kuantitatif diterapkan dengan memanfaatkan berbagai pola dan variabel pendukung. Menurut Moleong (2000) teknik kualitatif yang mengkaji paradigma alamiah dan teknik kuantitatif yang mengkaji paradigma ilmiah tersebut dapat dipakai bersama dalam suatu penelitian. Kajian yang dilengkapi dengan analisis lingkungan strategis merupakan input bagi penyusunan strategi pengembangan agroindustri. Pada penelitian ini sesuai dengan lingkup kajian rekayasa model yang dikembangkan, pengumpulan data dan informasi juga memanfaatkan kaidahkaidah Sistem Keputusan (Saaty 1996), strukturisasi sistem pengembangan, pendekatan matriks ketersediaan dan matriks opsional bagi perancangan berbagai skenario pengembangan. Pakar yang dipilih untuk proses elisitasi dan akuisisi pengetahuan adalah pada bidang keahlian teknologi pertanian, kelembagaan, bisnis industri dan pihak yang terkait adalah dari institusi Bapelitbang, Perindustrian dan Perdagangan, Pertanian/Peternakan, Lembaga Penelitian Perguruan Tinggi dan Pengusaha kalangan industri. Perumusan strategi dilakukan melalui pendalaman konsepkonsep Strategic Management (David 1998; McNamee 1992; Shrivastava 1994). Pemahaman konsep dasar penelitian dan usaha yang dilakukan untuk merumuskan prilaku elemen-elemennya terekspresi sebagai kerangka pikir penelitian sebagaimana terlihat pada Gambar 7 yang akan menjadi acuan penetapan tahap-tahap pengkajian konseptual maupun operasional penelitian.

2 27 Keragaman agroindustri Karakter wilayah Optimalisasi peran Keterkaitan prilaku Preferensi Aspek kesesuaian lahan Aspek produksi Aspek basis ekonomi Aspek investasi Aspek tenaga kerja Formulasi strategi Justifikasi multi kriteria Sistem seleksi agroindustri pilihan: o Metode Justifikasi-Deterministik o Metode Justifikasi-Logis eksplisit Peringkat unggulan agroindustri o Kajian informasi dasar o Identifikasi/kriteria pakar o Penetapan agroindustri pilihan o Penetapan elemen kajian o Prosedur analisis Akuisisi pendapat pakar Sesuai Evaluasi lingkungan strategis (Analisis SWOT) tidak Elemen faktor eksternal Elemen faktor internal Elemen strategi Identifikasi struktur sistem (Analisis ISM VAXO) Elemen sistem pengembangan Sub-elemen kunci pengembangan Klasifikasi sub-elemen kunci Penetapan focus pengembangan ( Analisis AHP) Elemen kriteria pengembangan Elemen sasaran/ alternatif pengembangan Interaksi fokus pengembangan A Gambar 7 Kerangka Pemikiran Manajemen Stratejik Pengembangan Agroindustri Berbasis Unggulan Wilayah (MS-PAW)

3 28 A Implementasi strategi pengembangan Pendekatan kuantitatif / kualitatif Kajian interaksi sumber daya dan focus pengembangan (Matriks Interaksi Ketersediaan) Informasi lokasi potensial Informasi ketersediaan sumber daya Sensitifitas ketersediaan sumber daya Evaluasi strategi pengembangan Kajian skenario pengembangan (Matriks Opsional) Skenario pengembangan sumber daya Skenario pengembangan bahan baku Korektif Tahap formulasi strategi Tahap implementasi strategi Model Sistem Pengembangan (Acuan Kebijakan Strategis) Gambar 7 Kerangka Pemikiran Manajemen Stratejik Pengembangan Agroindustri Berbasis Unggulan Wilayah (MS-PAW) (lanjutan).

4 29 Metode yang digunakan dalam menggali informasi dan pengetahuan adalah dengan melakukan wawancara mendalam sesuai dengan kecukupan informasi yang dibutuhkan. Faktor-faktor dan kriteria pada strategi pengembangan selain bersifat kuantitatif-deterministik, juga banyak yang bersifat deskriptif-kualitatif. Kuesioner digunakan sebagai alat bantu dalam wawancara. Sumber informasi lain yang digunakan adalah data sekunder berupa dokumentasi hasil penelitian /percobaan, laporan data statistik BPS dan Dinas atau instansi terkait serta Pusat Penelitian dan Pengembangan. III.2. Pendekatan sistem Dalam perencanaan dan implementasi pengembangan agroindustri yang menjadi bahan pertimbangan awal adalah kemampuan internal yang dimiliki terutama faktor ketersediaan sumber daya yang sesuai dengan tujuan untuk menghasilkan produk tertentu, pengaruh faktor eksternal terutama peluang pasar dari produk yang dihasilkan dan berbagai hambatan yang dapat menyebabkan kegagalan pengembangan, juga proses transformasi yang dibutuhkan.. Komponen-komponen inti dari proses transformasi seperti material bahan baku, tenaga kerja, teknologi, organisasi, komponen pendukung seperti biaya, kebijakan, strategi dan lingkungan akan sangat menentukan kelangsungan usaha agroindustri pada semua tingkatan operasionalnya. Dilihat dari keseluruhan aktivitas, mulai dari penelusuran dan pengelompokan ide, penetapan kebijakan sampai pelaksanaan kegiatan operasional dilapangan maka aktivitas agroindustri adalah wujud dari suatu sistem. Sistem merupakan kumpulan elemen yang saling berinteraksi dan bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu dalam lingkungan yang komplek. Ciri dari sistem adalah pada pola hubungan yang menentukan strukturnya. Menurut Eryatno (2003) sistem merupakan totalitas himpunan hubungan yang mempunyai struktur dalam nilai posisional serta matra dimensional terutama dimensi ruang dan waktu. Oleh karena itu menurut Eryatno setiap pendekatan kesisteman selalu mengutamakan kajian tentang struktur sistem baik yang bersifat penjelasan maupun sebagai dukungan kebijakan.

5 30 Pengkajian dengan pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap sejumlah kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Flood dan Jackson (1990), menjelaskan sistem sebagai suatu jaringan yang sangat terkait dan kompleks dari bagian-bagian yang bersinergi. Suatu sistem berisi sejumlah elemen dan setiap elemen dapat berupa gugus sejumlah sub-elemen dengan tingkat keeratan hubungan yang lebih tinggi. Kualitas peran setiap elemen maupun sub-elemen dapat berbeda dalam pencapaian tujuan suatu sistem. Ketepatan dalam menganalisis peran setiap elemen maupun sub-elemen sangat menentukan keberhasilan dari suatu pengambilan keputusan. Analisis kebutuhan Analisis kebutuhan adalah tahap awal dalam penerapan metodologi sistem yang tujuannya mengidentifikasi pelaku (aktor) dari sistem dan menginventarisasi kebutuhan setiap pelaku tersebut. Sistem pengembangan yang dirancang, dalam operasionalnya harus mampu memenuhi kebutuhan setiap pelaku baik pelaku individual, kelompok, atau kelembagaan yang terkait dan terlibat dengan aktifitas agroindustri kajian sehigga perlu dilakukan identifikasi kebutuhan umum dan spesifik dari setiap pelaku. Analisis kebutuhan selalu menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem. Identifikasi pelaku agroindustri dan kebutuhannya pada penelitian ini ditetapkan melalui pengkajian yang dalam berdasarkan hasil suatu survei, pendapat ahli, diskusi, dan observasi lapang kemudian ditabulasi sebagaimana terlihat pada Tabel 2. Formulasi permasalahan Permasalahan yang terjadi pada pengembangan sistem dapat disebabkan karena interaksi antar respon setiap aktor yang terkait dengan kebutuhan yang ingin dipenuhi. Kelompok kebutuhan antar pelaku dapat bersifat (1) sinergi atau saling mendukung, tetapi dapat juga bersifat (2) konflik kepentingan yang akan saling mengganggu. Sebagai tantangan adalah bagaimana menselaraskan konflik kepentingan dengan pencapaian kebutuhan yang komplementer. Permasalahan

6 31 pada aspek operasional adalah lemahnya dukungan komponen inti (input, proses, output) agroindustri terhadap kebutuhan operasional dari hulu sampai hilir. Permasalahan klasik strategis adalah lemahnya strategi manajemen yang digunakan sebagai landasan sistem pengembangan yang mampu mengoptimalkan potensi agroindustri. Potensi-potensi yang dimiliki suatu wilayah merupakan keunggulan komparatif yang dapat dikembangkan sebagai keunggulan kompetitif agroindustri. Kemampuan pengambil keputusan dalam memotret keseluruhan entitas dari suatu sistem dan kecermatan dalam melakukan kajian secara holistik, sibernetik dan effektip akan menentukan keberhasilan pencapaian dari tujuan yang ditetapkan. Tabel 2 Identifikasi elemen-elemen aktor dan kebutuhannya Pelaku Petani / pemilik kebun Pelaku industri hulu Pedagang pengumpul Pelaku industri hilir Eksportir Kebutuhan Peningkatan pendapatan melalui: Peningkatan permintaan produksi pertanian (jumlah dan kesinambungan permintaan) Jaminan harga jual yang layak Kesinambungan pasokan bahan baku Tersedianya peralatan pengolahan Tenaga kerja trampil Manajemen yang tepat Jaminan harga beli dan harga jual yang layak Akses pada lembaga pembiayaan Tersedianya pasokan dari industri hulu Meningkatnya permintaan industri hilir Sarana transportasi Kesinambungan pasokan bahan baku Standar mutu bahan baku Pengembangan teknologi Tenaga kerja profesional Akses pada lembaga pembiayaan Jaminan kebijakan pemerintah Kelangsungan pasokan produk siap ekspor dengan mutu bersaing Peningkatan fasilitas ekspor (pelabuhan udara / laut) dan kemudahan penggunaannya Perluasan pasar Jaminan regulasi perdagangan nasional, maupun global Akses pada lembaga pembiayaan

7 32 Tabel 2 (lanjutan) Identifikasi elemen-elemen aktor dan kebutuhannya Tenaga kerja Pelaku Pemasok bahan penunjang agroindustri Lembaga pembiayaan Pemerintah Pusat (Instansi terkait) Pemerintah Daerah Koperasi Asosiasi (agroindustri hulu, hilir, eksportir) Perguruan tinggi Pusat / Balai penelitian Masyarakat sekitar / konsumen Kebutuhan Peningkatan keterampilan Upah yang layak Perluasan lapangan kerja Perluasan usaha Peningkatan sdm / penguasaan teknologi Peningkatan jumlah nasabah dan jumlah penyaluran kredit usaha dengan pengembalian terjamin Iklim bisnis yang kondusif Peningkatan penerimaan devisa Realisasi program perencanaan pembangunan nasional Peningkatan pendapatan daerah Bertambahnya lapangan kerja Peningkatan kesejahteraan masyarakat Jaminan usaha petani Peningkatan peran koperasi Kemudahan birokrasi Komitmen standarisasi mutu Perluasan lapangan kerja profesional Peningkatan program pelatihan tenaga kerja agroindustri Peningkatan efektivitas penelitian khususnya pengkajian teknologi Obyek penilitian yang lebih luas Tersedianya produk sesuai kebutuhan dalam hal jumlah, mutu dan kesinambungan Peluang lapangan kerja Minimalisasi dampak industri terhadap lingkungan Identifikasi sistem Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara kebutuhankebutuhan dengan permasalahan yang harus dipecahkan. Identifikasi sistem kemudian dilanjutkan dengan interpretasi elemen-elemen dengan lebih dahulu mengkaji semua informasi yang diperlukan yang dapat dikategorikan dalam tiga golongan yaitu (1) peubah input, (2) peubah output dan (3) parameter-

8 33 parameter yang membatasi struktur sistem sebagaimana ditampilkan dalam diagram input output (Gambar 8). Input Lingkungan 1. Kebijakan/ peraturan pemerintah/ birokrasi 2. Globalisasi perekonomian 3. Stabilitas politik, ekonomi, sosial 4. Agro-klimat Input tak terkontrol 1. Harga bahan/produk 2. Persaingan industri 3. permintaan pasar (domestik/ eksport) 4. Karakteristik wilayah 5. Infrastruktur 6. Nilai tukar rupiah. Input terkontrol 1. Teknologi 2. Sumber daya 3. Sumber modal/ investasi 4. Ketrampilan pengelolaan usaha 5. Kelembagaan 6. Program pembinaan 7. Biaya-biaya 8. Kemitraan MANAJEMEN STRATEJIK PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS UNGGULAN WILAYAH Parameter: Ketersediaan sumber daya Sistem nilai Output yang dikehendaki 1. Peningkatan produktivitas & daya saing agroindustri wilayah 2. Peningkatan pendapatan setiap pelaku usaha 3. Kontinuitas bahan baku 4. Peningkatan nilai ekspor 5. Skenario progresif Output tak dikehendaki 1. Sumber daya tidak teridentifikasi dengan baik 2. Penetapan strategi yang kurang tepat 3. Penurunan produksi 4. Tidak memenuhi standar mutu MANAJEMEN PENGENDALIAN AGROINDUSTRI Gambar 8 Diagram Input-Output manajemen stratejik pengembangan agroindustri berbasis unggulan wilayah.

9 34 III.3. Tahap penelitian Pada penelitian ini dikembangkan tahap pengkajian manajemen stratejik pengembangan agroindustri berbasis unggulan wilayah (MS-PAW) yang terdiri dari pokok kajian, input model, metode, dan output model sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 3. Tabel 3 Tahap kajian MS-PAW 1 Identifikasi potensi wilayah Kajian Input Metode Output - Data geofisik wilayah - Data administratif - Data komoditi perkebunan (jenis, luas lahan dan produksi) - Deskriptif - Tabel informasi karakter wilayah - Tabel komoditas perkebunan (jenis, luas lahan, produksi) 2 Seleksi agroindustri: 1. Seleksi unggulan agroindustri - Data luas areal penyebaran, produksi, produktivitas komoditi perkebunan - Data agroindustri (jenis, investasi, tenaga kerja, sector basis ekonomi ) - Indeks Agroindustri ( I A ) - Peringkat unggulan agroindustri 2. Seleksi Unggulan produk - Peringkat unggulan agroindustri - Jenis produk - Kriteria penilaian - Pendapat pakar - Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) - Peringkat unggulan produk 3 Formulasi strategi pengembangan - Evaluasi lingkungan strategis (internal & eksternal) - Elemen-elemen pengembangan - pendapat pakar - AI SWOT (AHP ISM SWOT) - Prioritas sasaran strategi pengembangan - Faktor-faktor kunci pengembangan 4 Implementasi strategi pengembangan 5 Evaluasi strategi pengembangan - Sasaran strategi pengembangan - Lokasi pilihan - Alokasi sumber- daya - Data kelayakan usaha - Pendapat pakar - Informasi keterbatasan sumber daya - Reevaluasi lingkungan strategis - Matriks Interaksi - Analisis Finansial - Matriks opsional - Tabel lokasi potensial - Informasi ketersediaan sumber daya - Informasi kelayakan finansial - Skenario pengembangan

10 35 Pengkajian dilakukan setelah lebih dahulu menetapkan langkah-langkah operasional sebagai acuan keseluruhan tahapan penelitian. Penelitian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : (1) Melakukan penelusuran sumber-sumber informasi yang dapat memberi gambaran mengenai batasan, pokok kajian, perkembangan dan permasalahan yang menentukan kinerja agroindustri, pemahaman kewilayahan, pemahaman manajemen stratejik, untuk kemudian menetapkan formulasi tujuan sebagai arah pelaksanaan penelitian. (2) Melakukan kajian sektor real agroindustri, menentukan jenis agroindustri pilihan yang digunakan sebagai objek kajian sistem pengembangan. (3) Sesuai landasan penelitian yang ingin mengintegrasikan konsep wilayah, agroindustri dan manajemen stratejik, maka penelitian ini terfokus pada pemahaman elemen-elemennya melalui tahapan pengkajian yang secara sistematis dapat diuraikan sebagai berikut: Kajian agroindustri dengan tahapan: 1) identifikasi agroindustri, 2) penetapan agroindustri unggulan, 3) identifikasi produk, 4) penetapan produk unggulan. Kajian wilayah dengan tahapan: 1) penetapan wilayah penelitian, 2) identifikasi karakter wilayah dengan elemen: karakter geofisik, karakter biofisik, dan karakter demografi, 3) identifikasi potensi bahan baku agroindustri wilayah Kajian manajemen stratejik dengan tahapan: 1) perumusan strategi dengan elemen: evaluasi lingkungan strategis, menghasilkan dan memilih strategi, 2) implementasi strategi dengan elemen: mengkaji ketersediaan sumber daya pada penerapan strategi, 3) evaluasi strategi dengan elemen mengukur prestasi, merumuskan skenario pengembangan Pemilihan input kajian strategi pengembangan: Pendekatan strategis diarahkan pada penanganan input primer proses produksi suatu usaha agroindustri yaitu bahan baku, ketersediaan berbagai sumber daya dan lingkungan strategis yang sangat menentukan operasionalnya. Formulasi penanganan bahan baku meliputi aspek-aspek:

11 36 Jenis, diarahkan pada pengembangan komoditas unggulan yang penentuannya didasarkan pada karakter bio/geofisik wilayah dan jenis agroindustri yang existing. Kuantitas, diarahkan pada pengembangan yang optimal disesuaikan daya dukung wilayah. Kualitas, diarahkan pada pola standardisasi yang berlaku sesuai kebutuhan operasional industri dalam memenuhi standar kualitas produk. Kontinuitas, diarahkan pada kesinambungan ketersediaan bahan baku yang merupakan syarat mutlak suatu proses produksi. Penentuan sistem pengadaan bahan baku dilakukan untuk memenuhi aspek kontinuitas. Formulasi strategi penyediaan tenaga kerja (SDM) ditetapkan dengan pertimbangan prasyarat tenaga kerja sesuai kebutuhan operasional agroindustri dan ketersediaan tenaga kerja pada wilayah operasional, menyangkut jumlah dan kualitas SDM sesuai spesifikasi kegiatan agroindustri yang ditetapkan. Sasaran strategi input adalah memaksimalkan peran input terkontrol (controlable input) dan mengatasi efek input tak terkontrol (non controlable input). Formulasi strategi proses diarahkan pada pengamatan ketersediaan teknologi agroindustri yang ada dengan fokus pada empat komponen teknologi yaitu Technoware, Humanware, Infoware dan Organoware (Ramanathan 1993; Gumbira Sa id E et al. 2001). Technoware/Hardware: kemungkinan pemilihan dan pengadaan teknologi khusus perangkat kerasnya yang lebih sesuai dengan kecenderungan pengembangan dan memberi nilai tambah dalam kegiatan operasional transformasi; kesesuaian lokasi industri dan perencanaan desain produksi. Humanware: menyelaraskan kemampuan SDM menyangkut keahlian, kemampuan, pengetahuan, ketrampilan dan kreativitas, dengan target pengembangan agroindustri yang ditetapkan. Infoware: menyiapkan perangkat teknologi yang memungkinkan kecepatan mengakses informasi yang dibutuhkan terutama menyangkut perkembangan teknologi agroindustri dan kebutuhan/kondisi pasar.

12 37 Organoware: menyiapkan organisasi yang menjamin sistem koordinasi yang efisien dan efektif dalam jaringan kerja yang produktif agar kegiatan menyeluruh dalam proses transformasi dapat memenuhi target-target yang ditetapkan. Menurut Fauzi (2003) pengembangan agroindustri memerlukan kelembagaan yang cocok, yang dicirikan oleh adanya jaringan rantai nilai (penyediaan bahan baku sampai pasar), dan dukungan infrastruktur ekonomi, baik fisik (prasarana dan sarana transportasi, produksi, komunikasi dan pemasaran) maupun non-fisik (kebijakan), agar dapat dicapai kesetimbangan materi, finansial, sosial dan lingkungan. Pengamatan terhadap aplikasi standar mutu produk/ manajemen dan sistem nilai juga dilakukan dalam penyusunan strategi proses. III.4. Tahap permodelan Permodelan dilakukan untuk: 1) merekayasa model manajemen stratejik dengan pengkajian lebih spesifik pada tahap formulasi strategi, tahap implementasi strategi, dan tahap evaluasi strategi, 2) merancang model seleksi agroindustri unggulan, 3) merancang model strukturisasi sistem pengembangan, 4) merancang model keputusan pilihan strategi pengembangan, 5) merancang model kajian ketersediaan sumber daya, dan 6) merancang model skenario pengembangan. III.4.1. Rekayasa model manajemen stratejik Hampir keseluruhan model manajemen stratejik yang ditunjukkan pada Gambar 1 sampai dengan Gambar 5 menunjukkan proses pengkajian dengan tahapan: Mengembangkan pernyataan Visi dan Misi organisasi Menetapkan tujuan Melakukan evaluasi lingkungan internal / eksternal Perumusan strategi Implementasi strategi dan Evaluasi strategi. Proses rekayasa dilakukan dengan memasukkan konsep-konsep yang terkait dengan agroindustri dan unggulan wilayah pada model analog (diagramatik) dari manajemen stratejik tersebut sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 9.

13 38 KOMITMEN ORGANISASI o Pernyataan Visi dan Misi Organisasi o Penetapan Tujuan Organisasi POTENSI WILAYAH o Deskripsi wilayah kajian o Potensi internal dan eksternal o Kondisi sumber daya AGROINDUSTRI o Beragam agroindustri o Beragam kapasitas o Lingkungan strategis FORMULASI STRATEGI o Evaluasi lingkungan internal o Evaluasi lingkungan eksternal o Merumuskan berbagai alternatif strategi / menetapkan strategi pilihan IMPLEMENTASI STRATEGI o Menetapkan program-program o Mengkaji ketersediaan sumber daya yang terkait dengan strategi pilihan EVALUASI STRATEGI o Pengujian prestasi unit kajian o Evaluasi lingkungan strategis o Perumusan skenario pengembangan Integrasi Konsep MODEL MANAJEMEN STRATEJIK PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS UNGGULAN WILAYAH (MS-PAW) Konfigurasi - Nalar Pustaka - Survei Pakar - Identifikasi stakeholder - Transformasi visi / misi / tujuan a Gambar 9 Diagram Alir Rekayasa Model Manajemen Stratejik Pengembangan Agroindustri Berbasis Unggulan Wilayah (MS-PAW)

14 39 a Tahap Komitmen Organisasi Pernyataan Visi / Misi Penetapan Tujuan Model Seleksi Unggulan o Sub-model seleksi unggulan agroindustri o Sub-model seleksi unggulan produk Model Formulasi Strategi o Sub-model evaluasi lingkungan strategis o Sub-model strukturisasi sistem pengembangan o Sub-model penetapan strategi pilihan Model Implementasi Strategi Analisis lokasi potensial o Sub-model analisis ketersediaan sumber daya Penerapan strategi pilihan Model Evaluasi Strategi Analisis kendala strategi o Sub-model skenario pengembangan sumber daya, bahan baku, proses, dan pemasaran Gambar 9 Diagram Alir Rekayasa Model Manajemen Stratejik Pengembangan Agroindustri Berbasis Unggulan Wilayah (MS-PAW) (lanjutan)

15 40 Berdasarkan struktur (morfologi), model manajemen stratejik digolongkan sebagai model analog atau diagramatik yang berusaha menggambarkan atau menganalogikan prilaku suatu sistem dari realitas yang dikaji dengan sistem lain yang secara fisik berbeda tapi memiliki prilaku yang sama. Pada prinsipnya model bukanlah abstraksi dari suatu sistem tetapi hanyalah representasi dari aspek yang dipilih yang terkait dengan suatu permasalahan spesifik. Validasi dilakukan melalui akuisisi pendapat pakar dan tinjauan teoritis terhadap struktur hubungan antar elemen yang mewakili kondisi riil, yang terekspresi dalam model (Gaspersz 1992, Barlas 2002). III.4.2. Model seleksi unggulan Pada tahap seleksi unggulan dikembangkan 2 sub-model yaitu: 1) sub-model seleksi unggulan agroindustri, dan 2) sub-model seleksi unggulan produk. Sub-model seleksi unggulan agroindustri Seleksi unggulan agroindustri menggunakan Metode Indeks Agroindustri. Proses perancangan model indeks agroindustri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1. Identifikasi agroindustri berdasarkan bahan bakunya 2. Tabulasi data (kuantitatif) tersedia setiap peubah agroindustri 3. Pengurutan nilai pada tabel data peubah (tinggi ke rendah) 4. Transformasi nilai (khusus untuk sebaran data yang luas) 5. Penetapan potensial rating (Pr) skala 9 (tertinggi) s/d 1 (terendah) 6. Pemetaan nilai Pr pada nilai/ nilai transformasi setiap peubah. Nilai Indeks agroindustri (I A ), adalah penjumlahan indeks peubah agroindustri yang dalam penelitian ini adalah: 1. Indeks luas lahan (I LL ) 2. Indeks total produksi (I PR ) 3. Indeks Investasi (I IN ) 4. Indeks tenaga kerja (I TK ) atau dengan formula:

16 41 n I A = Σ (I VAj ) (1) j=1 dengan: I A = indeks agroindustri I VA = indeks peubah agroindustri ke j n = jumlah peubah agroindustri yang ditetapkan I VAj = {Pr ( ) VAj} (2) dengan: Pr = penetapan nilai potensial rating VAj = nilai peubah agroindustri ke j ( ) = pemetaan nilai {Pr ( ) VAj}= nilai dari pemetan potensial rating pada nilai peubah agroindustri ke j Asumsi : nilai I A dipengaruhi oleh penetapan jumlah VA sehingga dalam penelitian ini berlaku : I A = I LL + I PR + I IN + I TK (3) Output model adalah urutan peringkat unggulan agroindustri. Urutan teratas dipilih untuk kajian selanjutnya, dalam rangka penyusunan formulasi strategi pengembangan. Justifikasi unggulan didasarkan pada besaran nilai indeks agroindustri, lebih besar nilai berarti lebih unggul. Catatan: pada penelitian ini transformasi data menggunakan logaritma. Logaritma adalah proses perubahan suatu bilangan dasar menjadi suatu bilangan spesifik yang bertujuan membantu penyederhanaan proses aritmatika (Singer 2005). Transformasi Log adalah trasformasi nilai dari fungsi non linier (Dowling 2001). Sub-model Seleksi Unggulan Produk. Seleksi unggulan produk menggunakan pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). MPE dilakukan untuk menetapkan prioritas pilihan pakar terhadap berbagai produk dari agroindustri yang ditetapkan sebagai unggulan teratas. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pemilihan keputusan dengan menggunakan MPE adalah:

17 42 penentuan alternatif keputusan, penyusunan kriteria keputusan yang akan dikaji, penentuan derajat kepentingan relatif setiap kriteria keputusan dengan menggunakan skala konversi tertentu sesuai dengan keinginan pengambil keputusan, penentuan derajat kepentingan relatif setiap pilihan keputusan pada setiap kriteria keputusan, penghitungan nilai dari setiap alternatif keputusan, pemeringkatan nilai yang diperoleh dari setiap alternatif keputusan. Penghitungan total nilai setiap pilihan keputusan dapat diformulasikan sebagai berikut: m Total Nilai = Σ (Rk ij ) TKK j (4) j=1 dengan: Rk ij = derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada alternatif ke-i, yang dapat dinyatakan dengan skala ordinal. TKK j = derajat kepentingan alternatif keputusan, yang dinyatakan dengan n m bobot = jumlah pilihan keputusan = jumlah kriteria keputusan Rekayasa model seleksi agroindustri unggulan dan produk unggulan dengan pendekatan alat analisis Metode Indeks Agroindustri (I A ) yang bersifat kuantitatif deterministik dan Metode Perbandingan Eksponensial yang merupakan metode analisis kualitatif, dilakukan dengan memadukan nalar pustaka, pengamatan empiris dan wawancara mendalam (in depth interview) dengan para pakar yang dapat dirumuskan dalam beberapa langkah sebagai berikut: 1) identifikasi agroindustri, 2) identifikasi komponen analisis dan alat analisisnya, 3) penetapan kriteria penilaian, 4) penetapan agroindustri unggulan dan 5) penetapan alternatif produk unggulan, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 10.

18 43 Mulai Identifikasi Agroindustri Penentuan Agroindustri Pilihan (Metode Indeks Agroindustri) Komponen Analisis - Teknik Analisis Ketersediaan lahan : Statistik Produksi bahan baku :,, Investasi :,, Tenaga kerja :,, (Peubah Input) Justifikasi I A = I LL + I P + I I + I TK Peringkat Unggulan Agroindustri Pilihan I A maks Alternatif I A =maks Unggulan Penentuan Produk Unggulan (Metode Perbandingan Eksponensial) Peringkat Unggulan Produk Selesai Gambar 10 Diagram alir rekayasa model seleksi agroindustri / produk unggulan

19 44 III.4.3. Model evaluasi lingkungan strategis Rekayasa model evaluasi lingkungan strategis, menggunakan analisis SWOT yang dilakukan terhadap potensi agroindustri unggulan wilayah meliputi Evaluasi faktor Internal yang dikenal sebagai: 1. Faktor Kekuatan (Strengths = S), 2. Faktor Kelemahan (Weaknesses = W), dan Evaluasi faktor Eksternal yang dikenal sebagai: 3. Faktor Peluang (Opportunities = O), dan 4. Faktor Ancaman (Threats = T). Elemen-elemen pada komponen SWOT dipilih sebagai elemen kajian untuk penetapan faktor-faktor pendukung dan kendala sistem pengembangan, sedangkan Alterrnatif kebijakan sebagai kajian interaksi antar faktor SWOT, ditetapkan sebagai rumusan alternatif Strategi. Prosedur analisis lingkungan strategis mulai dari penetapan tujuan sampai pada penyajian rumusan hasil evaluasi mengikuti alur pikir sebagaimana pada Gambar 11. PENETAPAN TUJUAN PENETAPAN / PEMILIHAN PAKAR IDENTIFIKASI PELAKU PENETAPAN ELEMEN KAJIAN PENETAPAN METODE ANALISIS NALAR PUSTAKA tidak Sesuai ya SURVEY PAKAR Aplikasi pada Agroindustri pilihan AKUISISI PENDAPAT PAKAR PENYAJIAN RUMUSAN HASIL EVALUASI Gambar 11 Diagram Alir Rekayasa Model Evaluasi Lingkungan Strategis

20 45 III.4.4. Model strukturisasi sistem Model I SWOT adalah rekayasa model strukturisasi sistem pengembangan agroindustri unggulan wilayah yang dilakukan dengan memasukkan elemenelemen SWOT pada penggunaan teknik Interpretative Structural Modeling (ISM) yang merupakan alat strukturisasi dalam permodelan deskriptif. Hubungan kontekstual disajikan dalam bentuk Structural Self-interaction Matrix (SSIM) dengan menggunakan simbol VAXO yang kemudian ditransformasi kedalam bentuk matriks bilangan biner (bilangan O dan 1 ). ISM-VAXO menggambarkan kondisi sebagaimana terlihat pada Tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4. Simbol hubungan dan definisi kontekstual antar elemen ISM-VAXO Simbol hubungan kontekstual antar elemen idan j ( e ij ) V A X O Definisi hubungan kontekstual antar elemen (e ij ) Elemen i menyebabkan hubungan kontekstual dengan j tapi tidak sebaliknya... (e ij = 1 dan e ji = 0) Elemen j menyebabkan hubungan kontekstual dengan i tapi tidak sebaliknya...(e ij = 0 dan e ji = 1) Elemen i dan j saling menyebabkan hubungan kontekstual... (e ij = 1 dan e ji = 1) Elemen i dan j dan sebaliknya, tidak menyebabkan hubungan kontekstual... (e ij = 0 dan e ji = 0) Tahapan dalam teknik ISM-VAXO adalah: 1. Penyusunan Structural Self-Interaction Matrix VAXO 2. Transformasi SSIM VAXO menjadi Reachability matrix bilangan biner 3. Pengujian transitive matriks 4. Klasifikasi sub-elemen berdasarkan Driver Power (DP) dan Dependence (D) 5. Penyusunan hirarki berdasarkan rangking sub-elemen Diagram alir Rekayasa Model I SWOT ditunjukkan pada Gambar 12

21 46 Kelompok Elemen dan Kelompok Sub-Elemen pada Kajian SWOT Nama Elemen Nama Sub-elemen Nama ahli Mulai Penilaian Hubungan Kontekstual (VAXO) antar Sub-Elemen pada setiap Elemen untuk setiap Ahli Matrik Self StructuralInterpretive (SSIM) Untuk setiap Ahli dan pada setiap Elemen Pembentukan Matrik Reachability (RM) untuk setiap Ahli dan pada setiap Elemen Modifikasi menjadi Matriks Transitif Transitif? Matrik Reachability Pendapat Gabungan Ahli Pembentukan RM Pendapat Gabungan Ahli Strukturisasi Elemen Sistem Penetapan Sub-elemen Kunci Kategorisasi Sub-Elemen Strukturisasi Sistem Pengembangan Kelompok Sub-Elemen : Model ISM-VAXO) Selesai Gambar 12 Diagram Alir Rekayasa Model I SWOT pada Strukturisasi Sistem Pengembangan Menggunakan Model ISM-VAXO dari Machfud (2001)

22 47 III.4.5. Model penetapan strategi pilihan Model pilihan strategi menggunakan teknik pairwise comparison pada metode Analytical Hierarchi Process (AHP). Prosedur yang diwajibkan pada penggunaan metode AHP adalah: a. perumusan tujuan (sasaran), kriteria, dan alternatif yang merupakan unsur-unsur dari permasalahan yang dikaji, b. penyusunan struktur hirarki, c. penentuan prioritas bagi setiap kriteria dan alternatif dengan bantuan skala nilai yang memadai, nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh kriteria dan alternatif, d. konsistensi logis dengan menggunakan kriteria nilai Consistency Ratio (CR) Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 5 skala pendapat sebagai berikut: Tabel 5 Skala pendapat (nilai dan definisinya) Nilai Definisi 1 Sama penting (equal) 3 Sedikit lebih penting (moderate) 5 Jelas lebih penting (strong) 7 Sangat jelas penting (very strong) 9 Mutlak lebih penting (extreme) 2,4,6,8 Apabila ragu antara dua nilai yang berdekatan 1 / (1 9 ) Kebalikan nilai tingkat kepentingan dari skala 1-9 Pembobotan Kriteria Matrix pendapat responden yang dalam proposal ini dipilih lebih dari satu responden dan selanjutnya dilakukan penggabungan matrix pendapat terhadap pentingnya setiap kriteria (A-H): Perhitungan matrix gabungan dengan rumus:

23 48 m g ij = mcaij k = (5) g ij = elemen matrix gabungan pada baris ke-i kolom ke-j m a ij = jumlah responden = elemen matrix individu pada baris ke-i kolom ke-j Selanjutnya pembobotan dengan perhitungan Nilai Eigen secara manual menurut Marimin (1999). Pengolahan data untuk penentuan urutan prioritas kriteria, juga dengan perhitungan konsistensi pendapat individu. (dicoba pengolahan pada matrix gabungan). A H = setiap kriteria NE = Nilai Eigen = dari hasil perkalian matrix sampai Iterasi ke 2 WV = Weighted sum vector = a ij x NE CV = Consistency vector = π = n WV NE (6) CV =1 n (atau nilai rata-rata dari Consistensi vektor).... (7) i CI = Consistensy Index = (π - n) / (n 1) ; n : banyaknya kriteria atau juga alternatif CR = CI RCI RCI = Random Consistency Index (8) Penilaian Kriteria telah konsisten bila nilai CR tidak lebih dari 0.10 Nilai CR sebesar > 0.10 berarti perbandingan berpasangan untuk kriteria belum dilakukan dengan konsisten, sehingga penilaian perlu direvisi. Berdasarkan nilai eigen ditetapkan urutan pentingnya kriteria. Hasil akhir pembobotan keseluruhan, kriteria maupun alternatif, berdasarkan penilaian responden ditampilkan dalam diagram struktur. Pada penelitian ini selain operasi secara manual juga digunakan perangkat lunak Criterium Decision Pluss versi 2.0

24 49 Rekayasa model penetapan strategi pilihan dengan pendekatan AI SWOT dilakukan dengan menggunakan elemen-elemen kajian I SWOT sebagai dasar penetapan Sasaran, Kriteria, dan berbagai Alternatif pada metode analisis AHP sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 13. Kelompok Elemen dan Kelompok Sub-Elemen pada Kajian SWOT dan Elemen Fokus Pengembangan pada kajian I SWOT Sasaran Kriteria A Kriteria B Kriteria C Strategi D Strategi E Strategi F Strategi G Alternatif D.1 Alternatif D.2.. Alternatif D.n Alternatif E.1 Alternatif E.2.. Alternatif E.n Alternatif F.1 Alternatif F.2.. Alternatif F.n Alternatif G.1 Alternatif G.2.. Alternatif G.n AHP Gambar 13 Diagram Alir Rekayasa Model Penetapan Strategi Pilihan dengan AI SWOT

25 50 III.4.6. Model analisis ketersediaan sumber daya Interaksi antara ketersediaan berbagai sumber daya dan fokus pengembangan (alternatif strategi pilihan) dianalisis menggunakan model matriks ketersediaan setelah lebih dahulu dilakukan penetapan kriteria, survey pendapat pakar, dan survey lapang terhadap lokasi-lokasi kajian, sebagaimana digambarkan pada diagram alir tahap analisis ketersediaan sumber daya (Gambar 14). Mulai Penetapan lokasi kajian Dasar: Sentra produksi Penetapan tipologi sumber daya Penetapan kriteria ketersediaan Observasi: Penetapan metode, pengumpulan data, analisis data Matriks ketersediaan sumber daya Selesai Gambar 14 Diagram Alir Tahap Analisis Ketersediaan Sumber daya Ketersediaan sumber daya tertentu pada keseluruhan alternatif strategi pengembangan dapat dipakai sebagai gambaran ketersediaan sumber daya dalam hal jumlah dan kualitas. Ketersediaan keseluruhan sumber daya pada alternatif strategi tertentu dapat dipakai sebagai gambaran kesiapan operasional agroindustri yang dikaji. Pada tahap awal adalah penetapan kriteria sumber daya.

26 51 Sistem penilaian setiap kriteria mengikuti pola biner yaitu: ada = 1, dan tidak ada = 0, sehingga total kisaran nilai pengamatan adalah tertinggi 5 dan terendah 0, dengan atribut: Nilai 5 = tersedia Nilai 3 = kurang tersedia Nilai 1 = hampir tidak tersedia Nilai 4 = cukup tersedia Nilai 2 = sangat kurang tersedia Nilai 0 = tidak tersedia Data ketersediaan sumber daya dari lokasi potensial yang dijadikan lokasi kajian disajikan dalam bentuk tabel sumber daya. Data pada tabel sumber daya kemudian dianalisis menggunakan Matriks Ketersediaan Sumber daya yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Nilai ketersediaan terbatas (S) adalah nilai maksimum kesenjangan terbobot (I) yang diperoleh dari hasil multiplikasi nilai kesenjangan sumber daya (K) dan nilai bobot fokus pengembangan (B). Nilai kesenjangan diperoleh dari selisih antara nilai maksimum ketersediaan sumber daya yang dalam penelitian ini adalah 20 dengan total nilai sumber daya yang terdata pada lokasi penelitian (T) (Lampiran 10). Nilai S dapat dirumuskan sebagai berikut: n S = [( SDmax Σ SDi ) x B ]max i=1 S = nilai ketersediaan terbatas = Max {Ij} untuk semua j = 1,2,..,m SDmax = nilai maksimum sumber daya yang ditetapkan ΣSDi = total sumber daya terdata = T B = bobot fokus pengembangan (penilaian pakar) n = tipe sumber daya III.4.7. Model skenario pengembangan Skenario dapat digambarkan dalam bentuk matriks. Khusus skenario pengembangan bahan baku menggunakan pendekatan Matriks Strategi Opsional yang dikembangkan untuk merancang ketersediaan bahan baku optimal dengan membandingkan kondisi real di lapang dan kondisi ideal yang dapat dicapai. Metode yang dikembangkan mengikuti alur sebagai berikut:

27 52 Matriks strategi opsional Jenis Komoditas: Kondisi empiris (real): a Nilai teoritis (ideal): b Strategi a = b: tanpa perlakuan a > b: peninjauan a < b: pengembangan Opsi (penyesuaian): a = b, a < b, a > b Penggambaran skenario dalam bentuk matriks, mengikuti pola scenario matrix dari Pieerre Wack sebagaimana terlihat pada Gambar 15. Scenario Matrix VARIABLE 1 V A R I A B L E Outcome 1A Outcome 1B Outcome 2A Scenario 1 Scenario 2 Outcome 2B Scenario 3 Scenario 4 2 Gambar 15 Matriks skenario menurut Pierre Wack (netmba 2006) Skenario pengembangan proses dirumuskan dengan menggunakan Model Matriks Prioritisasi Proses menurut Brelin et.al (1997), dengan fokus pengamatan pada 1) faktor sukses kritis (critical success factors-csf) yang merupakan faktor penentu pengembangan proses dan 2) proses kunci sebagai rangkaian proses inti yang memberi dampak terhadap CSF. Tujuan utama penggunaan matriks ini adalah untuk melihat rangkaian proses mana yang memerlukan prioritas penanganan segera dengan indikator nilai kesenjangan terbobot sebagai perkalian jumlah dampak dan nilai kinerja proses. Kunci pemeringkatan yang ditetapkan adalah: Dampak proses pada CSF diberi nilai 1 = Rendah, 2 = Sedang dan, 3 = Tinggi.

28 53 Kinerja proses diberi nilai 1 = Tidak cukup, 5 = Oke dan, 9 = Baik, dibawah nilai sempurna kinerja proses yaitu nilai 10. Bagan matriks ditunjukkan pada Gambar 16. Kunci Pemeringkatan Dampak proses Kinerja Proses: pada CSF: 1= Tidak cukup 1 = Rendah 5 = Oke 2 = Sedang 9 = Baik 3 = Tinggi Proses Kunci Faktor Sukses Kritis Jumlah Dampak Kinerja Proses Kesenjangan Kinerja Proses Kesenjangan Terbobot Prioritas n Gambar 16 Matriks Prioritisasi Proses III.5. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan mulai bulan Maret 2004, diawali dengan penelusuran sumber-sumber informasi (antara lain studi pustaka), kemudian melakukan diskusi-diskusi mengenai penyusunan desain penelitian, pemahaman dan identifikasi pakar, pemahaman metode-metode analisis yang sebagian besar dilakukan di Laboratorium Teknik dan Manajemen Industri, Jurusan Teknologi Industri Pertanian IPB. Penelitian dilanjutkan dengan survei lapang setelah lebih dahulu menetapkan lokasi penelitian yaitu Provinsi Sulawesi Utara.

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 27 III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kerangka berfikir logis. Kajian strategi pengembangan agroindustri bioetanol

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 18 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan September-November 2010 di Pangkalan Pendaratan Ikan Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Pemerintahan Aceh

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Bogor dan lingkungan industri Kota Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren.

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren. 44 V. PEMODELAN SISTEM Dalam analisis sistem perencanaan pengembangan agroindustri aren di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa terdapat berbagai pihak yang terlibat dan berperan didalam sistem tersebut. Pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 83 BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 5.1. Konfigurasi Model Analisis sistem pada Bab IV memperlihatkan bahwa pengembangan agroindustri sutera melibatkan berbagai komponen dengan kebutuhan yang beragam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pembangunan daerah merupakan langkah yang ditempuh dalam mewujudkan visi dan misi yang ingin dicapai oleh Kota Depok, pembangunan daerah memiliki

Lebih terperinci

I.1. Latar Belakang strategi Permasalahan Dari sisi pertanian

I.1. Latar Belakang strategi  Permasalahan Dari sisi pertanian 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagai industri yang mengolah hasil pertanian, yang menggunakan dan memberi nilai tambah pada produk pertanian secara berkelanjutan maka agroindustri merupakan tumpuan

Lebih terperinci

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS Formatted: Swedish (Sweden) Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 menunjukkan bahwa sistem kemitraan setara usaha agroindustri

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 66 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian perancangan model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri dilakukan berdasarkan sebuah kerangka berpikir logis. Gambaran kerangka

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sistem pasokan bahan baku dalam suatu agroindustri merupakan salah satu faktor yang penting untuk menjaga kelangsungan proses produksi. Sistem pasokan ini merupakan

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN 76 VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN Sistem pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Utara terdiri atas sistem lokasi unggulan, industri inti unggulan, produk unggulan,

Lebih terperinci

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN 140 MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN Model kelembagaan klaster agroindustri minyak nilam dirancang melalui pendekatan sistem dengan menggunakan metode ISM (Interpretative Structural Modelling). Gambar 47 menunjukkan

Lebih terperinci

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala 50 III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3.1.1 Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala a. Penentuan Kriteria dan Alternatif : Diperlukan data primer berupa kriteria yang digunakan dalam pemilihan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran 62 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Agroindustri sutera alam merupakan industri pengolahan yang mentransformasikan bahan baku kokon (hasil pemeliharaan ulat sutera) menjadi benang, kain sutera,

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Indonesia merupakan negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Namun, hal ini tidak sejalan dengan jumlah produk agroindustrinya yang tembus dijual di pasar ekspor.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, 98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah: IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan Teknologi (BPT) Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang terletak di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian mengenai strategi bauran pemasaran pertama kali peneliti akan mempelajari mengenai visi misi dan tujuan perusahaan, dimana perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di 135 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian merupakan studi kasus yang dilakukan pada suatu usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 56 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek penelitian ini adalah strategi pengadaan bahan baku agroindustri ubi jalar di PT Galih Estetika Indonesia Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data 19 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Papua Barat. Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa Papua Barat sebagai wilayah yang mempunyai potensi sumber

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kerangka berfikir logis. Pemodelan sistem kelembagaan pasokan bahan baku agroindustri

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA SISTEM

BAB IV ANALISA SISTEM 71 BAB IV ANALISA SISTEM 4.1. Analisa Situasional Agroindustri Sutera Agroindustri sutera merupakan industri pengolahan yang menghasilkan sutera dengan menggunakan bahan baku kokon yaitu kepompong dari

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENERAPAN TEKNIK INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PENERAPAN TEKNIK INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Heri Apriyanto NRP. P062100201 Dadang Subarna NRP. P062100081 Prima Jiwa Osly NRP. P062100141 Program Studi

Lebih terperinci

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN 5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN Dalam bab ini akan membahas mengenai strategi yang akan digunakan dalam pengembangan penyediaan air bersih di pulau kecil, studi kasus Kota Tarakan. Strategi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Kajian Penelitian Kajian dilakukan di Kabupaten Indramayu. Dasar pemikiran dipilihnya daerah ini karena Kabupaten Indramayu merupakan daerah penghasil minyak

Lebih terperinci

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data 13 3 METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi wilayah Kabupaten yang mencakup 10 kecamatan. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 6 bulan yaitu dari bulan Mei sampai Oktober

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran 24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran San Diego Hills Visi dan Misi Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran Bauran Pemasaran Perusahaan: 1. Produk 2. Harga 3. Lokasi 4. Promosi

Lebih terperinci

A. KERANGKA PEMIKIRAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Agroindustri sutera alam terutama untuk produk turunannnya berupa kokon, benang sutera, dan kain merupakan suatu usaha yang menjanjikan. Walaupun iklim dan kondisi

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT NIC merupakan perusahaan yang memproduksi roti tawar spesial (RTS). Permintaan RTS menunjukkan bahwa dari tahun 2009 ke tahun 2010 meningkat sebanyak

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran

IV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran IV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran Manajemen rantai pasokan berkembang menjadi langkah strategis yang menyinergikan pemasaran, pabrikasi, dan pengadaan dalam suatu hubungan yang kompleks dalam rangkaian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 41 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengelolaan pengadaan paprika, yaitu pelaku-pelaku dalam pengadaan paprika,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengelolaan pengadaan paprika, yaitu pelaku-pelaku dalam pengadaan paprika, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek yang diteliti dalam penelitian ini antara lain adalah sistem pengelolaan pengadaan paprika, yaitu pelakupelaku dalam pengadaan paprika,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Halaman.. i..vi.. viii.. ix I. PENDAHULUAN.. 1 1.1. Latar Belakang.. 1 1.2. Identifikasi Masalah..5 1.3. Rumusan Masalah.. 6 1.4. Tujuan

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORI A. PERENCANAAN PROYEK INVESTASI

III. LANDASAN TEORI A. PERENCANAAN PROYEK INVESTASI III. LANDASAN TEORI A. PERENCANAAN PROYEK INVESTASI Menurut Khadariah (986), proyek adalah suatu keseluruhan kegiatan yang menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat (benefit), atau suatu kegiatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pengembangan agroindustri kelapa sawit sebagai strategi pembangunan nasional merupakan suatu keniscayaan guna memperkecil kesenjangan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan 22 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategi Penelitian ini menggunakan perencanaan strategi sebagai kerangka teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yakni Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, khususnya di Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Agroforestry yang membawahi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup...

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup... DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1.2. Perumusan Masalah... 1.3. Tujuan Penelitian... 1.4. Manfaat Penelitian... 1.5. Ruang Lingkup...

Lebih terperinci

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Analisis stuktur, kemitraan, agribisnis sayuran

Kata Kunci: Analisis stuktur, kemitraan, agribisnis sayuran ANALISIS STRUKTUR SISTEM KEMITRAAN PEMASARAN AGRIBISNIS SAYURAN (Studi Kasus di Kecamatan Nongkojajar Kabupaten Pasuruan) Teguh Sarwo Aji *) ABSTRAK Pemikiran sistem adalah untuk mencari keterpaduan antar

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORITIS

III. LANDASAN TEORITIS III. LANDASAN TEORITIS 3.1. Quality Function Deployment (QFD) QFD dikembangkan pertama kali oleh Mitsubishi s Kobe Shipyard sebagai cara menjabarkan harapan konsumen, selanjutnya secara sistematis diterjemahkan

Lebih terperinci

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Pada masa krisis periode 1998-2000 usaha kecil merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian Indonesia dikarenakan kemampuannya dalam menghadapi terpaan krisis

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di peternakan domba Tawakkal Farm (TF) Jalan Raya Sukabumi Km 15 Dusun Cimande Hilir No. 32, Caringin, Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Juni hingga September 2011.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

Lebih terperinci

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Rizal Afriansyah Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Email : rizaldi_87@yahoo.co.id Abstrak - Transportasi mempunyai

Lebih terperinci

(SM-1) Evaluasi Prioritas Strategi SWOT dengan Analytical Hierarchy Process

(SM-1) Evaluasi Prioritas Strategi SWOT dengan Analytical Hierarchy Process (SM-1) Evaluasi Prioritas Strategi SWOT dengan Analytical Hierarchy Process Rohmatulloh 1 dan Sri Winarni 2 1Badan Diklat Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta 2Jurusan Statistika FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Basis Data

Sistem Manajemen Basis Data 85 KONFIGURASI MODEL Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pengembangan Agrokakao bersifat kompleks, dinamis, dan probabilistik. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya pelaku yang terlibat dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 25 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan miniatur keseluruhan dari proses penelitian. Kerangka pemikiran akan memberikan arah yang dapat dijadikan pedoman bagi para

Lebih terperinci

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel 54 ANALISIS SISTEM Sistem pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa seperti halnya agroindustri lainnya memiliki hubungan antar elemen yang relatif kompleks dan saling ketergantungan dalam pengelolaannya.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan di Dapur Geulis yang merupakan salah satu restoran di Kota Bogor. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi bauran pemasaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Invensi perguruan tinggi hendaknya dapat menjawab kebutuhan masyarakat. Semakin banyak digunakan masyarakat umum tentunya semakin baik. Hal ini sebagai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang 35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Jenis Kajian Ditinjau dari aspek tujuan penelitian, kajian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode deskriptif

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada usaha Durian Jatohan Haji Arif (DJHA), yang terletak di Jalan Raya Serang-Pandeglang KM. 14 Kecamatan Baros, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data 13 BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Kegiatan ini dibatasi sebagai studi kasus pada komoditas pertanian sub sektor tanaman pangan di wilayah Bogor Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Penelitian pendahuluan telah dilakukan sejak tahun 2007 di pabrik gula baik yang konvensional maupun yang rafinasi serta tempat lain yang ada kaitannya dengan bidang penelitian.

Lebih terperinci

X. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Model Pengembangan Usaha Agroindustri Nenas AINI-MS yang dihasilkan

X. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Model Pengembangan Usaha Agroindustri Nenas AINI-MS yang dihasilkan X. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Model Pengembangan Usaha Agroindustri Nenas AINI-MS yang dihasilkan adalah model yang menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic versi 6.0. Model AINI-MS merupakan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 20 3. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan agroindustri udang merupakan hal yang sangat penting dalam siklus rantai komoditas udang. Pentingnya keberadaan agroindustri udang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Strategi perusahaan menggambarkan arah perusahaan secara keseluruhan mengenai sikap perusahaan secara umum terhadap arah pertumbuhan

Lebih terperinci

3.2 METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL

3.2 METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL III. LANDASAN TEORI 3.1 TEKNIK HEURISTIK Teknik heuristik adalah suatu cara mendekati suatu permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan-hubungan

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Bertolak dari kondisi, potensi, dan prospek usaha mikro dan kecil makanan ringan, maka penelitian ini diarahkan untuk menghasilkan model untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 65 3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan utama yang dihadapi industri gula nasional yaitu rendahnya kinerja khususnya produktivitas dan efisiensi pabrik gula. Untuk menyelesaikan permasalahan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN 42 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Pemerintah daerah Sumatera Barat dalam rangka desentralisasi dan otonomi daerah melakukan upaya memperbaiki perekonomian dengan menfokuskan pengembangan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1 Kerangka Pemikiran Konseptual

IV. METODOLOGI 4.1 Kerangka Pemikiran Konseptual IV. METODOLOGI 4.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Pendekatan klaster industri telah ditetapkan sebagai strategi pengembangan industri nasional dalam Undang-undang Program Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI Jakarta Imam Sunoto, Fiqih Ismawan, Ade Lukman Nulhakim,, Dosen Universitas Indraprasta PGRI Email : raidersimam@gmail.com, vq.ismaone@gmail.com,

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta meliputi: 1. Strategi Pemasaran (Relation Marketing) dilaksanakan dengan fokus terhadap pelayanan masyarakat pengguna, sosialisasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor mulai Desember 2010 Maret 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10.1 Kebijakan Umum Potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Kupang yang cukup besar dan belum tergali secara optimal, karenanya

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Perusahaan Manajemen meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengendalian atas keputusan-keputusan dan

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua desa yaitu di Desa Tangkil dan Hambalang di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor. Penelitian di kedua desa ini adalah

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko. RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, 2005. Analisis Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Agribisnis di Kabupaten Dompu Propinsi Nusa Tenggara Barat. Di Bawah bimbingan E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kuantitas produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit dan menempatkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRACT...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..... HALAMAN PENGESAHAN...... KATA PENGANTAR..... DAFTAR ISI..... DAFTAR TABEL..... DAFTAR GAMBAR..... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii iii v vii x xi xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai 45 METODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Semakin ketatnya persaingan produk agroindustri pangan merupakan tantangan bagi industri dalam memenuhi harapan konsumen, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemilihan Supplier Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan kegiatan strategis terutama apabila supplier tersebut memasok item yang kritis atau akan digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan

Lebih terperinci