PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user"

Transkripsi

1 PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DAN INTENSITAS PENGGUNAAN DIAPERS TERHADAP TINGKAT KESIAPAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI LITTLE CARE STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan OLEH NINING FITRIANINGSIH S PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

2 PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DAN INTENSITAS PENGGUNAAN DIAPERS TERHADAP TINGKAT KESIAPAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI LITTLE CARE STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA TESIS Oleh Nining Fitrianingsih S Dewan Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing Pembimbing I Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd NIP Pembimbing II DR. dr. Hari Wujoso, Sp. F., MM NIP Telah dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal.2013 Mengetahui, Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana UNS DR. dr. Hari commit Wujoso, to user Sp. F., MM NIP

3

4 PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa: 1. Tesis yang berjudul: PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DAN INTENSITAS PENGGUNAAN DIAPERS TERHADAP TINGKAT KESIAPAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI LITTLE CARE STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan (Permendiknas No 17, tahun 2010) 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Magister Kedokteran Keluarga PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Magister Kedokteran Keluarga PPs UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku. Surakarta, 5 Februari 2012 Mahasiswa, Nining Fitrianingsih S

5 ABSTRAK Nining Fitrianingsih. S Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Intensitas Penggunaan Diapers Terhadap Tingkat Kesiapan Toilet Training Pada Anak Usia Toddler di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta. Tesis. Pembimbing I: Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd, Pembimbing II: DR. dr. Hari Wujoso, Sp. F., M.M. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pendahuluan: Anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan diasuh secara bertanggung jawab sehingga berkembang secara sehat dan optimal. Golden age terjadi saat anak berumur 1 3 tahun. Keberhasilan toilet training tergantung pada kesiapan anak dan keluarga. Kebiasaan yang salah dalam mengontrol BAB dan BAK akan menimbulkan masalah fisik dan psikologis. Anak yang terbiasa memakai diapers sejak kecil akan mengalami keterlambatan pada toilet training. Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pola asuh orang tua dan intensitas penggunaan diapers terhadap tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta. Metode penelitian: Jenis penelitian adalah analitik kuantitatif observasional melalui pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak usia 1-3 tahun di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta dan tidak menggunakan teknik sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 9-17 November 2012 menggunakan kuesioner yang diisi oleh 42 responden. Teknik analisis menggunakan ANAVA dua jalur. Pengolahan data menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS versi 16.0 for windows. Hasil dan kesimpulan: Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang dilakukan dengan menggunakan taraf signifikansi 5% diperoleh: (1) Ada pengaruh pola asuh orang tua terhadap tingkat kesiapan toilet training diperoleh nilai p 0,000 (<0,05); (2) Ada pengaruh intensitas penggunaan diapers terhadap tingkat kesiapan toilet training diperoleh nilai p 0,006 (<0,05); (3) Tidak ada interaksi antara pola asuh orang tua dan intensitas penggunaan diapers terhadap tingkat kesiapan toilet training dengan nilai p 0,655 (>0,05). Kata kunci: Pola Asuh Orang Tua, Diapers, Toilet Training, Toddler

6 Nining Fitrianingsih. S The Influence of Parenting Parents and The Intensity of The Use of Diapers to Toilet Training Readiness Level In Children Aged of Toddler at The Little Care Surya Global School of Health Yogyakarta. Thesis. Supervisor I: Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd, II: Dr. dr. Hari Wujoso, Sp.F, MM. The Master of Family Medicine, Post Graduate Program of Sebelas Maret University of Surakarta ABSTRACT Introduction: Children who are born shall be raised and cared for in a responsible manner so that the healthy development and optimal. Golden age occurs when a child is 1-3 years of old. The success of toilet training depends on the readiness of the child and family. Wrong habits to control bowel and bladder will cause physical and psychological problems. Children who are used to wearing diapers since childhood will experience delays in toilet training. Objectives: This study aimed to analyze the influence of parenting parents and the intensity of the use of diapers to toilet training readiness levels in children aged of toddler at Little Care Surya Global School of Health Yogyakarta. Research methods: The study was a quantitative observational analytic with cross sectional approach. The population of this study are all mothers with children aged 1-3 years at Little Care Surya Global School of Health Yogyakarta and not using sampling technique. The data collection was conducted on 9 to 17 November 2012 using questionnaires completed by 42 respondents. The data is then analyzed by ANOVA two lines techniques. The processing data using computer statistical programs with SPSS version 16.0 for windows. Results and conclusions: Based on the data analysis and discussion with a significance level of 5% was obtained: (1) There is a significant effect between parenting parents to toilet training readiness level with p value (<0.05), (2) There is a significant effect between the intensity of the use of diapers to toilet training readiness level with p value (<0.05), (3) There is no significant interaction between parenting parents and intensity of use of diapers to toilet training readiness level with p value (> 0.05). Keywords: Parenting Parents, Diapers, Toilet Training, Toddler

7 KATA PENGANTAR Assalamua laikum Wr. Wb. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis dengan judul Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Intensitas Penggunaan Diapers Terhadap Tingkat Kesiapan Toilet Training Pada Anak Usia Toddler di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah ke zaman penuh ilmu dan teknologi seperti sekarang ini. Terwujudnya tesis ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Prof. Dr. H. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Sebels Maret Surakarta. 2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Dr. H. Hari Wujoso, dr., Sp.F., M.M., selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat commit Utama to user Pendidikan Profesi Kesehatan dan

8 sekaligus selaku pembimbing II yang telah memberikan dorongan, bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini. 4. Ari Natalia Probandari, dr. M.P.H, Ph.D., selaku Sekretaris Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan. 5. Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyusun tesis ini. 6. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd., selaku ketua penguji yang telah memberikan arahan kepada penulis. 7. Prof. Dr. Sunardi, M.Sc., selaku sekretaris penguji yang telah memberikan arahan kepada penulis. 8. Sugiono, S.IP., M.M., M.P.H., selaku Ketua STIKES Surya Global Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta. 9. Semua responden penelitian di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta, atas kerjasama dan kesediaannya menjadi responden penelitian. 10. Suami tercinta dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini, maka saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Amin. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Yogyakarta, Februari 2013 Penulis

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING TESIS... i ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI TESIS... iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ISI TESIS... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR DAFTAR ISI..... DAFTAR TABEL... iv v vi vii ix xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan Penelitian... 5 D. Manfaat Penelitian... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pola Asuh Orang Tua Diapers Toilet Training Toddler Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Intensitas Penggunaan Diapers terhadap Tingkat Kesiapan Toilet Training B. Penelitian yang Relevan C. Kerangka Pikir... 34

10 D. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Jenis Penelitian C. Populasi dan Sampel Penelitian D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional E. Teknik Pengumpulan Data F. Teknik dan Instrumen untuk Mengumpulkan Data G. Uji Validitas dan Reliabilitas H. Pengolahan Data I. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Deskripsi Data Responden Penelitian Deskripsi Data Variabel Penelitian Uji Persyaratan B. Pembahasan Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat Kesiapan Toilet Training Toddler Pengaruh Intensitas Penggunaan Diapers Terhadap Tingkat Kesiapan Toilet Training Toddler Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Intensitas Penggunaan Diapers Terhadap Tingkat Kesiapan Toilet Training Toddler.. 69 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

11 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Tabel 3.2. Kisi-Kisi Kuesioner Pola Asuh Orang Tua.. 41 Tabel 3.3. Skoring Riwayat Intensitas Penggunaan Diapers berdasar usia Anak Tabel 3.4. Kisi-Kisi Tingkat Kesiapan Toilet Training Pada Anak Usia Toddler Tabel 3.5. Kisi-kisi Tingkat Kesiapan Toilet Training Post Uji Coba. 46 Tabel 3.6. Rancangan Analisis ANAVA Dua Jalur Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Umum Responden Berdasarkan Umur ibu, Agama, Suku, Pendidikan,Pekerjaan, Penghasilan, Jenis Kelamin Anak, dan Umur Anak di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta Tahun Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Pola Asuh Orang Tua. 54 Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Intensitas Penggunaan Diapers Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Tingkat Kesiapan Toilet Training 56 Tabel 4.5. Hasil Uji Homogenitas Tabel 4.6. Estimasi Interval Nilai Rata-Rata Tabel 4.7. Estimasi Interval Nilai Rata-Rata (Gabungan) Tabel 4.8. Hasil Uji ANAVA Dua Jalur Tentang Perbedaan Rata-Rata Pola Asuh Orang Tua dan Intensitas Penggunaan Diapers Menurut Tingkat Kesiapan Toilet Training Tabel 4.9. Hasil Uji Scheffe Variabel Pola Asuh Orang Tua Menurut Tingkat Kesiapan Toilet Training... 62

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Kerangka Pikir Gambar 4.1. Grafik Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pola Asuh Orang Tua Gambar 4.2. Grafik Distribusi Frekuensi Responden Menurut Intensitas Penggunaan Diapers Gambar 4.3. Histogram Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Kesiapan Toilet Training Gambar 4.4. Means Plot (Grafik Posisi Mean) Interaksi Pola Asuh Orang Tua Dan Intensitas Penggunaan Diapers Terhadap Tingkat Kesiapan Toilet Training... 60

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Lembar Surat Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 2. Lembar Surat Tanggapan Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 3. Lembar Surat Permohonan Kesediaan Menjadi Responden Lampiran 4. Lembar Persetujuan Respnden Lampiran 5. Lembar Kuesioner Penelitian Lampiran 6. Lembar Kunci Jawaban Lampiran 7. Data Uji Coba Kuesioner Lampiran 8. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Lampiran 9. Tabel Data Variabel Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat Kesiapan Toilet Training Toddler Lampiran 10. Hasil Analisis Variabel Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat Kesiapan Toilet Training Toddler Lampiran 11. Tabel Data Variabel Intensitas Penggunaan Diapers Terhadap Tingkat Kesiapan Toilet Training Toddler Lampiran 12. Hasil Analisis Variabel Intensitas Penggunaan Diapers Terhadap Tingkat Kesiapan Toilet Training Toddler Lampiran 13. Tabel Data Variabel Pola Asuh Orang Tua dan Intensitas Penggunaan Diapers Terhadap Tingkat Kesiapan Toilet Training Toddler Lampiran 14. Hasil Analisis Variabel Pola Asuh Orang Tua dan Intensitas Penggunaan Diapers Terhadap Tingkat Kesiapan Toilet Training Toddler Lampiran 15. Hasil Uji Normalitas Variabel Tingkat Kesiapan Toilet Training Toddler

14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, diyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Selanjutnya, pada pasal 132 bagian kesatu tentang kesehatan ibu, bayi dan anak dikatakan bahwa anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan diasuh secara bertanggung jawab sehingga memungkinkan anak tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal. Masa anak anak adalah masa untuk tumbuh dan berkembang. Masa golden age adalah masa yang paling hebat dalam tumbuh kembang mereka dan masa yang penting untuk perkembangan kepandaian dan pertumbuhan intelektual. Pada masa itu orang tua atau keluarga harus mendukung seorang anak agar tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan tugas perkembangannya (Santi, 2008). Golden age terjadi saat anak berumur 1 3 tahun atau bisa disebut juga masa toddler. Anak toddler pertumbuhannya ditandai dengan peningkatan keterampilan daya gerak, kemampuan untuk melepas pakaian dan perkembangan kontrol sfingter yang memungkinkan anak untuk toilet training, tetapi jika anak tersebut telah mengembangkan perkembangan kognitifnya terlebih dahulu maka anak tersebut dikatakan sudah siap melaksanakan toilet training (Potter & Perry, 2009).

15 Toilet training merupakan suatu proses pengajaran untuk kontrol buang air besar dan buang air kecil secara benar dan teratur. Biasanya kontrol buang air kecil (BAK) lebih dahulu dipelajari oleh anak kemudian kontrol buang air besar (BAB) (Hidayat, 2008). Peran orang tua di sini membaca kesiapan seorang anak dalam toilet training ini. Pada kenyataannya, ada orang tua yang tidak membiasakan anaknya untuk BAK atau BAB pada tempatnya bahkan kadang memaksakan untuk pelatihan ini saat anak belum siap. Keberhasilan toilet training juga tergantung pada kesiapan yang ada pada diri anak dan keluarga seperti kesiapan fisik, di mana kemampuan anak secara fisik sudah kuat dan mampu duduk atau berdiri sehingga memudahkan anak untuk dilatih buang air, demikian pula kesiapan psikologis di mana anak membutuhkan suasana yang nyaman agar mampu mengontrol dan konsentrasi dalam merangsang untuk buang air besar atau kecil (Nursalam, 2009). Konsep penerapan toilet training memang belum banyak dipahami di kalangan masyarakat, bahkan dipandang tidaklah penting dalam tahap perkembangan anak usia 1-3 tahun. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Wong (2008) yang mengatakan bahwa kebiasaan yang salah dalam mengontrol BAB dan BAK akan menimbulkan hal-hal yang buruk pada anak di masa mendatang, antara lain dapat menyebabkan anak tidak disiplin, manja, dan yang terpenting adalah di mana nanti pada saatnya anak akan mengalami masalah psikologis, anak akan merasa berbeda dan tidak dapat secara mandiri dalam mengontrol buang air besar dan buang air kecil.

16 Masa sekarang ini banyak dari kalangan ibu muda yang lebih memilih menggunakan diapers untuk anaknya. Dahulu diapers hanya dikonsumsi oleh kaum menengah ke atas saja, kini pemakaian diapers sudah mulai merata di kalangan ibu-ibu muda yang mempunyai anak usia 1-3 tahun di semua kalangan. Diapers tersebut tidak hanya dipakai saat bepergian atau anak jauh dari toilet saja, namun juga digunakan dalam aktivitas sehari-hari karena penggunaannya yang praktis. Anak usia toddler yang terbiasa memakai diapers dari kecil akan mengalami keterlambatan pada toilet training jika dibandingkan anak yang tidak memakai diapers ketika berhadapan pada tuntutan lingkungan yang mengharuskan anak untuk mampu mengeluarkan sisa makanan dan minuman di tempat yang semestinya yaitu toilet. Keterlambatan anak-anak yang memakai diapers tersebut dinamakan dengan hambatan yang dampaknya akan panjang hingga anak dewasa apabila tidak segera ditangani. Kebiasaan memakai diapers pada anak usia toddler maka anak akan kehilangan masa toilet trainingnya, dan ini membawa dampak pada lingkungan, anak akan tidak percaya pada lingkungan karena ketidakberhasilannya dalam melakukan toilet training (Hidayat, 2008). Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta merupakan suatu tempat yang menaungi anak-anak usia dini khususnya usia toddler dalam hal penitipan dan pendidikan anak bagi karyawan dan masyarakat sekitar. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui observasi di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta pada tanggal Agustus 2012 terdapat anak usia toddler sebanyak 42 anak yang terdiri dari laki-laki 15 anak dan perempuan 27

17 anak. Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 orang tua yang memiliki anak batita didapatkan bahwa tujuh orang anak masih menggunakan diapers dengan alasan lebih praktis karena belum dapat memberitahukan bila ingin buang air, tiga orang anak sudah bisa memberitahukan bila ingin buang air, belum dapat ke kamar mandi sendiri dan masih memerlukan bantuan untuk cebok. Selain itu juga dua orang tua kurang tanggap jika anaknya ingin buang air besar atau buang air kecil dengan membiarkan anaknya menangis. Sebagian orang tua yang diwawancarai mengaku bahwa mereka memulai latihan toilet training kepada anak setelah usia dua tahun, hal ini dikarenakan mereka ada yang bekerja dan yang lain melatih toilet training setelah anak sudah dapat berjalan dan jongkok. Ibu-ibu mengutarakan bahwa mulai bayi sampai anak dapat berjalan mereka tidak lagi menggunakan popok kain tetapi menggunakan popok sekali pakai (diapers) dikarenakan lebih praktis dan tidak repot. Berdasarkan pengamatan peneliti juga diketahui bahwa sebagian besar anak di antaranya masih memiliki kebiasaan yang salah dalam buang air besar dan buang air kecil. Misalnya buang air besar dan buang air kecil di celana tidak memberi tahu ibu ataupun pengasuh, buang air kecil dan buang air besar sambil menangis. Terlihat juga perilaku yang kurang tepat yang dilakukan oleh ibu ketika menghadapi anak yang buang air besar dan buang air kecil di celana yaitu ibu terlihat kurang tanggap ketika anaknya buang air besar dan buang air kecil, bahkan ada dua orang ibu yang marah dan membentak anak. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, maka faktor pola asuh orang tua dan intensitas penggunaan diapers dapat dijadikan sebagai faktor yang ikut berperan serta dalam

18 mempengaruhi tingkat kesiapan anak dalam melakukan toilet training di tempat yang tepat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh pola asuh orang tua dan intensitas penggunaan diapers terhadap tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis pengaruh pola asuh orang tua dan intensitas penggunaan diapers terhadap tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Menganalisis pengaruh pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, dan pola asuh permisif terhadap tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler b. Menganalisis pengaruh intensitas penggunaan diapers tinggi dan intensitas penggunaan diapers rendah terhadap tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler

19 c. Menganalisis interaksi antara pola asuh orang tua dan intensitas penggunaan diapers terhadap tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mendukung teori yang dikemukakan oleh Hidayat (2008) bahwa pola asuh orang tua dapat mempengaruhi kualitas dalam penerapan toilet training pada anak di mana orang tua yang perhatian akan memantau perkembangan toddler maka akan berpengaruh lebih cepat dalam melatih toddler untuk melakukan toilet training secara dini. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Orang Tua 1) Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang pola asuh yang dapat mendukung dalam tingkat kesiapan toilet training anak usia toddler. 2) Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang intensitas penggunaan diapers terhadap tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler. b. Bagi Anak Usia Toddler Meningkatkan tingkat kesiapan anak untuk belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil secara benar dan teratur. c. Bagi Mahasiswa Magister Kedokteran Keluarga Menambah khasanah pengetahuan khususnya tentang pengaruh pola asuh orang tua dan intensitas commit penggunaan to user diapers terhadap tingkat kesiapan

20 toilet training pada anak usia toddler. d. Bagi Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kesiapan toilet training pada anak usia toddler dengan cara memberikan bimbingan kepada para orang tua maupun para pengasuh anak untuk melakukan toilet training pada anak usia toddler secara dini.

21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pola Asuh Orang tua a. Pengertian Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan asuh dapat berati menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu; melatih dan sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga. Lebih jelasnya, kata asuh adalah mencakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat (Pusat Bahasa, 2008). Pola asuh berarti pendidikan, sedangkan pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Jadi, pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak, di mana orang tua bermaksud menstimulasi anaknya dengan mengubah pengetahuan, nilai-nilai serta tingkah laku yang dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal (Yusniyah, 2008).

22 b. Syarat Pola Asuh Efektif Menurut Santi (2008), agar pola asuh menjadi efektif antara lain: 1) Pola asuh harus dinamis Pola asuh harus sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan anak, misalnya pola asuh batita berbeda dengan pola asuh anak usia sekolah. Kemampuan berfikir batita masih sederhana. Jadi pola asuh harus disertai komunikasi tidak bertele-tele dan dengan bahasa yang mudah dimengerti. 2) Pola asuh harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak Hal ini dilakukan karena setiap anak memiliki minat dan bakat berbeda. Bakat anak mulai terlihat ketika anak berusia satu tahun, misalkan anak mulai mendengarkan musik tampak tertarik daripada anak seusianya, bisa jadi anak memiliki potensi kecerdasan musical. Jika orang tua memiliki gambaran potensi anak, maka perlu diarahkan dan difasilitasi. Selain pemenuhan kebutuhan fisik, orang tua pun mesti memenuhi kebutuhan psikis anak. Sentuhan-sentuhan fisik seperti merangkul, mencium pipi, mendekap dengan penuh kasih sayang, akan membuat anak bahagia sehingga dapat membuat pribadinya berkembang dengan matang. Kebanyakan anak yang tumbuh menjadi pribadi yang dewasa dan matang, ternyata sewaktu kecil ia mendapatkan kasih sayang dan cinta yang utuh dari orang tuanya. Artinya, jika pola asuh orang tua membuat anak senang, tentu anak bisa berkembang secara optimal.

23 3) Ayah-ibu mesti kompak Ayah dan ibu sebaiknya menerapkan pola asuh yang sama. Dalam hal ini, kedua orang tua sebaiknya berkompromi dalam hal menetapkan nilai-nilai yang boleh dan tidak boleh. Jangan sampai orang tua saling bersebrangan karena hanya akan membuat anak bingung. 4) Pola asuh disertai perilaku positif orang tua Penerapan pola asuh juga membutuhkan sikap-sikap yang positif dari orang tua sehingga bisa dijadikan contoh atau panutan bagi anaknya. Menanamkan nilai-nilai kebaikan dengan disertai penjelasan yang mudah dipahami. Diharapkan kelak anak bisa menjadi manusia yang memiliki aturan dan norma yang baik dan berbakti. 5) Komunikasi efektif Komunikasi efektif merupakan sub bagian dari pola asuh efektif. Syaratnya sederhana dengan meluangkan waktu untuk berbincangbincang dengan anak, menjadi pendengar yang baik dan tidak meremehkan pendapat anak. Dalam setiap diskusi, orang tua dapat memberikan saran atau meluruskan pendapat anak yang keliru sehingga anak lebih terarah dan dapat mengembangkan potensi yang maksimal. 6) Disiplin Penerapan disiplin juga menjadi bagian dari pola asuh. Mulai halhal yang kecil dan sederhana, misalnya membereskan mainan. Anak perlu diajarkan membuat jadwal harian sehingga bisa teratur dan efektif mengelola kegiatannya. Namun penerapan disiplin harus fleksibel

24 sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak, misalnya dalam kondisi kelelahan jangan lantas diminta mengerjakan tugas sekolah hanya karena saat itu merupakan waktunya untuk belajar. 7) Orang tua konsisten Orang tua juga bisa menerapkan konsistensi sikap, misalnya anak tak boleh minum air dingin jika sedang terserang batuk. Tapi kalau anak dalam keadaan sehat ya boleh-boleh saja. Dari situ ia belajar untuk konsisten terhadap sesuatu. Yang penting setiap aturan mesti disertai penjelasan yang bisa dipahami anak, kenapa ini tidak boleh, kenapa itu boleh. Lama-lama anak akan mengerti atau terbiasa mana yang boleh dan tidak. Orang tua juga sebaiknya konsisten, jangan sampai lain kata lain perbuatan. Misalnya, ayah atau ibu malah minum air dingin saat sakit batuk. c. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Gordon (2010) menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh, antara lain: 1) Pendidikan orang tua Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi persiapan mereka menjalankan pengasuhan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan antara lain: terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak-anak

25 dan menilai perkembangan fungsi keluarga dan kepercayaan anak. Orang tua yang sudah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak akan lebih siap menjalankan peran asuh, selain itu orang tua akan lebih mampu mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan yang normal. 2) Lingkungan Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anaknya. 3) Budaya Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat di sekitarnya dalam mengasuh anak, karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak ke arah kematangan. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima di masyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya. d. Macam-Macam Pola Asuh Menurut Gordon (2010), terdapat tiga macam pola asuh orang tua antara lain: demokratis, otoriter, dan permisif.

26 1) Pola Asuh Demokratis Ciri-ciri pola asuh demokratis adalah (a) memprioritaskan kepentingan anak; (b) orang tua bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran; (c) orang tua bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak; (d) orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat. 2) Pola Asuh Otoriter Ciri-ciri pola asuh otoriter meliputi: (a) cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya disertai dengan ancamanancaman; (b) orang tua tipe ini juga cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tidak segan menghukum anak; (c) orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi, dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah, tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya. 3) Pola Asuh Permisif Ciri-ciri pola asuh permisif atau pemanja yaitu: (a) memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup, tidak mengenal tata tertib atau sopan santun; (b) tidak menegur atau

27 memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya; (c) tidak mengenal disiplin; (d) sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh orang tua; (e) tidak dapat menghargai orang tua; (f) lebih mementingkan diri sendiri (egois); Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak. e. Dampak Pola Asuh Nursalam (2009) menguraikan dampak pola asuh pada anak dapat dikarakteristikkan sebagai berikut: 1) Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, dan koperatif terhadap orang-orang lain. 2) Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri. 3) Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsif, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial. 2. Diapers a. Pengertian Diapers merupakan alat yang berupa popok sekali pakai berdaya serap tinggi yang terbuat dari plastik dan campuran bahan kimia untuk menampung sisa-sisa metabolisme seperti air seni dan feses (Wong, 2008).

28 b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Diapers Hidayat (2008) menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan diapers pada anak, antara lain: 1) Faktor predisposisi (predisposing factors) a) Pengetahuan Pengetahuan ibu tentang penggunaan diapers pada anak sangat berhubungan erat dengan pengetahuan ibu tentang toilet training pada anak. Pengetahuan ibu yang rendah mengenai dampak dari penggunaan diapers pada anak ini akan berpengaruh pada perkembangan anak dalam hal toilet training. Semakin tinggi pengetahuan ibu tentang dampak dari penggunaan diapers pada anaknya semakin baik pula pengetahuan ibu tentang toilet training pada anaknya, di mana apabila anak tidak memakai diapers maka anak akan melalui masa toilet trainingnya. b) Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu serta pengalaman sangat berpengaruh dalam hal penggunaan diapers pada anak usia toddler. Pendidikan akan memberikan dampak bagi pola pikir dan pandangan ibu dalam penggunaan diapers pada anaknya. c) Pekerjaan Status pekerjaan ibu mempunyai pengaruh besar dalam penggunaan diapers pada anak. Pekerjaan ibu yang menyita waktu

29 untuk anak dalam melakukan pelatihan toilet training menjadi alasan penggunaan diapers pada anak. d) Tingkat Sosial ekonomi Tingkat sosial ekonomi akan mempengaruhi penggunaan diapers pada anak. Rata-rata masyarakat atau keluarga dengan tingkat sosial ekonomi yang cukup baik akan lebih memilih menggunakan diapers pada anaknya karena kelebihan dari diapers seperti kenyamanan, kepraktisan dan lain-lain. 2) Faktor pendukung (enabling factors) Ketersediaan sarana dan fasilitas dalam hal ini meliputi: a) Banyaknya toko yang menjual diapers Diapers bukan lagi suatu hal yang sulit di dapat karena sudah banyak dijual misalnya di toko, pasar swalayan, atau supermarket yang menjual diapers. Jadi, diapers bisa di dapat di mana saja dan kapan saja terutama di kota-kota besar sehingga ini menjadi alasan ibu menggunakan diapers untuk anaknya. b) Iklan Banyak iklan yang manawarkan kelebihan dari diapers dengan harga yang relatif murah. Ini menjadi salah satu alasan ibu menggunakan diapers untuk anaknya. 3) Faktor pendorong (reinforcing factors) a) Sikap dan kebiasaan ibu

30 Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan, pemikiran, dan tindakan seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Azwar, 2011). Sikap dan kebisaan ibu hidup penuh dengan serba praktis dan tidak mau repot ini akan berpengaruh dengan penggunaan diapers pada anak. b) Pengaruh lingkungan masyarakat Lingkungan masyarakat mempunyai peranan penting dalam penggunaan diapers pada anak, di mana ibu akan memperhatikan lingkungan sekitar apakah anak usia toddler yang lain masih menggunakan diapers atau tidak seperti anak ibu yang masih menggunakan diapers. Misalnya anak yang berusia dua tahun yang lain masih menggunakan diapers seperti anak ibu. Hal ini akan merepotkan ibu apabila anak sedang bersosialisasi atau bermain dengan teman sebaya. c. Intensitas Penggunaan Diapers Dewar (2010) menyatakan bahwa pada anak usia toddler untuk BAB dan BAK tidak seperti pada masa infant, selain dari feses yang lebih kental, frekuensi BAK tidak sesering infant. Penggantian diapers sebaiknya dilakukan setiap tiga jam atau setiap anak BAB harus langsung diganti dan dibersihkan untuk mencegah terjadinya iritasi pada anak. d. Dampak Penggunaan Diapers Menurut Wong (2008), dampak dari penggunaan diapers pada anak meliputi:

31 1) Dari aspek fisik Aspek fisik yang paling berpengaruh adalah di bagian pinggul bawah, yang terkait langsung dengan penggunaan diapers tersebut adalah cara berjalan anak yang sedikit mengangkang atau kakinya tidak bisa merapat. Pada kulit anak juga akan mengalami iritasi karena terbiasa menggunakan diapers setiap saat. 2) Dari aspek psikologis Anak-anak yang terbiasa menggunakan diapers akan mengalami kesulitan yang levelnya setingkat di atas anak-anak lainnya yang tidak terbiasa menggunakan diapers ketika dihadapkan pada tuntutan lingkungan yang mengharuskan anak mengeluarkan sisa-sisa sari makanan dan minuman anak di tempat yang semestinya. Anak akan mengalami keterlambatan dalam beradaptasi dengan tuntutan lingkungan, dan dampaknya akan panjang sampai anak dewasa. Anak kurang sensitif dengan lingkungan sekitar dan rasa percaya diri yang kurang terhadap lingkungan. Jika penggunaan diapers berlangsung dalam jangka panjang misalkan sampai umur 2-3 tahun maka anak akan kehilangan masa toilet training, di mana anak dapat belajar cara menggunakan toilet, kapan harus ke toilet, bagaimana cara membersihkan toilet dan sebagainya. Sehingga dikhawatirkan pada usia selanjutnya anak akan ngompol / malas ke kamar mandi, dan sedikit banyak akan mempengaruhi perkembangan kreativitas anak karena sudah terbiasa dengan hidup yang praktis.

32 3. Toilet Training a. Pengertian Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. Dalam proses toilet training ini diharapkan terjadi pengaturan atau rangsangan dan instink anak dalam melakukan buang air besar dan buang air kecil secara benar dan teratur (Hidayat, 2008). b. Manfaat Toilet Training Santi (2008), menyatakan bahwa toilet training pada anak usia dini memiliki beberapa manfaat, yaitu: 1) Kesempatan belajar Jika bayi tidak merasa mengompol karena selalu memakai diapers akan menjadi kehilangan kesempatan belajar mengenali tandatanda ingin buang air kecil dan keinginan untuk mengendalikannya hingga tiba di tempat yang semestinya, yakni toilet training. 2) Rasa percaya Karena merasa tidak nyaman, tentunya bayi akan menangis mengungkapkan perasaannya. Tangisan tersebut membuat orang-orang memberikan respon yang baik, yakni membersihkan dan mengeringkan kulitnya, mengganti popok yang basah. Sehingga, tumbuh kepercayaan dalam diri bayi bahwa ia disayang dan diterima oleh lingkungan.

33 3) Lebih peka Melalui pengalaman mengompol, bayi belajar tentang konsep basah, hangat, dan tidak nyaman. Pada saat inilah kepekaan bayi terasah, yang selanjutnya dinyatakan dalam sebuah reaksi yakni mengangkat kakinya atau menangis. 4) Cerdas emosi Kegiatan mengompol juga dapat menjadi sarana mengembangkan atau menumbuhkan kecerdasan emosi bayi. Ini dapat terjadi apabila ada interaksi dengan lingkungan. Sebaliknya, tujuan mengembangkan kecerdasan emosi ini tidak akan tercapai bila bayi tidak mendapatkan reaksi dari orang-orang di sekitarnya. Seandainya dibiarkan basah dan tidak digantikan popoknya, sehingga bayi menganggap kegiatan mengompol yang baru dialaminya sebagai sesuatu yang biasa saja. c. Prinsip Toilet Training Menurut Nursalam (2009), pada prinsipnya ada tiga langkah dalam toilet training yaitu melihat kesiapan anak, persiapan dan perencanaan serta toilet training itu sendiri. Dalam melihat tanda kesiapan anak melakukan toilet training dapat dilakukan oleh toddler dengan cara: (1) dapat menjalankan perintah sederhana; (2) menggunakan kata-kata untuk menjelaskan urin dan kotoran; (3) dapat mengontrol otot-otot yang mengatur pengeluaran urin dan menahan buang air besar; (4) ingin tahu kapan orang akan menggunakan kamar kecil; (5) tidak mengompol paling

34 tidak selama dua jam; (6) dapat melepas dan memakai celana dalam dan celana pendek; (7) menggaruk selangkangan atau berhenti melakukan kegiatan sejenak sebelum BAK/BAB; (8) mengetahui apa yang terjadi saat BAK/BAB; dan (9) meminta diapers diganti sesudah BAK/BAB. Persiapan dan perencanaan toilet training meliputi 10 aspek, yaitu: (1) gunakan istilah yang mudah dimengerti oleh anak yang menunjukkan perilaku BAK/BAB; (2) memperlihatkan penggunaan toilet pada anak; (3) berikan kenyamanan pada anak dengan segera mengganti diapers yang sudah basah atau kotor; (4) meminta pada anak untuk memberitahukan atau menunjukkan bahasa tubuhnya apabila dia ingin BAK/BAB; (5) mendiskusikan tentang toilet training dengan anak; (6) orang tua bisa menunjukkan dan menekankan bahwa pada anak kecil memakai diapers dan pada anak besar memakai celana dalam. Orang tua juga bisa membacakan cerita tentang cara yang benar dan tepat ketika buang air; (7) menunjukkan penggunaan toilet; (8) orang tua harus mencontohkan kepada anak sesuai dengan jenis kelamin anak (ayah dengan anak laki-laki dan ibu dengan anak perempuan). Orang tua juga bisa meminta kakaknya untuk menunjukkan pada adiknya bagaimana menggunakan toilet dengan benar (disesuaikan juga dengan jenis kelaminnya); (9) membeli pispot yang sesuai dengan kenyamanan anak; (10) pilih dan rencanakan metode reward untuk anak. Dengan sistem reward yang tepat anak juga bisa melihat sendiri kalau dirinya bisa melakukan kemajuan dan bisa mengerjakan apa yang sudah menjadi tuntutan untuknya, sehingga hal ini akan menambah

35 rasa mandiri dan rasa percaya dirinya. Orang tua bisa memilih metode peluk cinta dan pujian di depan anggota keluarga yang lain ketika dia berhasil melakukan sesuatu (Nursalam, 2009). Beberapa hal yang harus diketahui yang berhubungan dengan pelaksanaan toilet training antara lain: toilet training merupakan latihan yang membutuhkan kerja sama; toilet training merupakan keterampilan yang bersifat kompleks; kesiapan otot bladder dan bowel dibutuhkan dalam pengontrolan BAK/BAB; sifat orang tua dari anak sangat menentukan dalam keberhasilan toilet training; paksaan dari orang tua tidak selamanya akan membuat anak lebih awal bisa mengikuti toilet training (Potter & Perry, 2009). d. Cara Menggunakan Toilet Terdapat beberapa cara menggunakan toilet yang praktis dalam pelaksanaan toilet training, yaitu: (1) tunjukkan bagaimana caranya, ajak anak ke toilet ketika anda menggunakannya dan biasanya mereka duduk di atasnya sambil tetap menggunakan diapers. Ketika saatnya tiba untuk latihan menggunakan toilet, proses ini sudah akan lebih dikenal oleh anak; (2) sesuaikan toilet, dengan cara menyiapkan dudukan yang sesuai untuk anak, dengan menggunakan toilet sebagai tempat latihan toilet. Dudukan ini harus kencang posisinya dan aman berada di atas jamban sehingga selain nyaman diduduki anak juga mencegah mereka selip dan jatuh ke dalam; (3) menggunakan anak tangga atau dengan bangku pendek untuk meletakkan kaki sehingga anak dapat naik sendiri. Orang tua sering disibukkan dengan

36 berbagai kegiatan dalam rumah sehingga tidak perlu setiap saat menggendong anaknya duduk di toilet dan mengangkat sesudahnya. Apalagi bila pada masa awal dituntut untuk melakukan ini setiap lima menit sekali. Bangku ini menjadi fondasi sendiri sehingga mereka merasa lebih aman saat duduk di toilet; (4) ajarkan anak untuk selalu menjaga kebersihan, karena anak akan menggunakan tangan mereka untuk menyeimbangkan diri duduk di toilet, maka pastikan toilet dibersihkan dengan anti kuman. Dorong mereka untuk melakukan kebiasaan bersih dengan mencuci tangan mereka, dengan berdiri menggunakan pijakan bangku; (5) jangan pernah memaksa anak, karena untuk beberapa anak balita, toilet dapat membantu mereka takut, dengan suaranya yang keras dan air yang menciprat. Walaupun ada dudukan khusus, mereka mungkin akan takut jatuh dan terbawa oleh air yang banyak tersebut (Gilbert, 2005). e. Kesalahan Utama Orang Tua Menurut Santi (2008), pada saat mengajari cara buang air pada anak, ada beberapa kesalahan yang seringkali dilakukan orang tua, yaitu: (1) cepat hilang kesabaran, hal ini dapat dikarenakan anak kecil merupakan penyerap emosi. Meskipun sangat sulit untuk menjadi orang tua yang tenang setiap saat, namun sebaiknya orang tua dapat menyampaikan pesan kepada anak bahwa memakai toilet adalah proses alami. Sehingga, jika anak gagal melakukannya bukan masalah karena toilet akan ada kapan pun anak merasa siap; (2) menggunakan jadwal orang tua bukan jadwal anak dalam melatih anak melakukan toilet training dengan tidak terburu-buru karena

37 hanya akan membuat anak frustasi dan kecewa; (3) memaksa anak untuk duduk di toilet mini selama berjam-jam: (4) berlebihan dalam mengingatkan anak meskipun anak tidak perlu ke toilet; (5) tidak konsisten; (6) terlalu cepat memulai latihan toilet training meskipun anak terlihat belum siap. f. Hambatan Dalam Toilet Training Beberapa hambatan umum yang sering ditemui saat mengajari cara buang air pada anak, yaitu: (1) buang air di tempat yang salah, orang tua sebaiknya jangan menunjukkan perasaan kecewa ketika anak buang air di tempat yang salah. Hal ini merupakan akibat ketidakmatangan otot atau pengaturan waktu yang buruk; (2) diare, saat anak mengalami diare, informasikan kepada anak bahwa menghentikan pengajaran cara buang air sementara tidak apa-apa. Biarkan dia memakai diapers kembali selama beberapa hari selama dia ingin; (3) sembelit, merupakan BAB yang keras dan sakit yang dapat menggangu anak belajar menggunakan toilet. Anak lebih suka menunda untuk menghindari rasa sakit yang malah menyebabkan sembelit yang lebih buruk; (4) cirit (Encopresis), yaitu BAB secara tidak sengaja dalam diapers atau celana. Jika anak merasa tertekan dalam mempelajari cara mempergunakan toilet dan tidak siap, ia mungkin mengalami cirit (encopresis) (Dewar, 2010). g. Kesiapan Toilet Training Menurut Wong (2008), kesiapan toilet training adalah keberhasilan yang dicapai anak saat peralihan dari popok ke pakaian dalam dan tidak lagi memerlukan pengawasan secara penuh pada siang hari. Tanda kesiapan

38 anak mampu mengontrol rasa ingin berkemih dan defekasi, antara lain meliputi: 1) Kesiapan fisik Tanda kesiapan fisik adalah: kemampuan mengontrol sfingter anal dan uretral (usia bulan), kemampuan tidak mengompol selama dua jam, penurunan jumlah popok yang basah, bangun dari istirahat siang tetap kering, buang air besar secara teratur, kemampuan motorik kasar (seperti duduk, berjalan, meloncat), dan kemampuan motorik halus (membuka baju dan celana). 2) Kesiapan psikologis Tanda anak yang sudah siap secara psikologisnya untuk melakukan toilet training adalah: anak mampu mengungkapkan keinginannya untuk membiarkan orang tua membantunya, anak mampu untuk duduk di toilet selama 10 menit tanpa menolak, anak merasa ingin tahu tentang kebiasaan saudaranya atau orang dewasa di toilet, anak mulai tidak sabar dengan popok yang basah dan berkeinginan untuk diganti segera, anak mampu untuk mengkomunikasikan keinginannya untuk buang air kecil dan buang air besar, anak mampu untuk meniru secara tetap terhadap perilaku dan kemampuan untuk mengikuti petunjuk, dan terakhir anak sudah mengenali adanya keinginan untuk buang air kecil dan buang air besar.

39 3) Kesiapan orang tua Orang tua perlu untuk mengenali kesiapan anak sebelum dilakukan toilet training. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara ingin menyediakan waktu yang dibutuhkan dalam toilet training dan ketidakadaan stress atau perubahan dalam keluarga, seperti perceraian, perpindahan, saudara baru atau liburan yang dekat. h. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Toilet Training Menurut Hidayat (2008), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan toilet training, yaitu: 1) Pendidikan Tingkat pendidikan orang tua turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh. Tingkat pendidikan berpengaruh pada pengetahuan orang tua tentang penerapan toilet training, apabila pendidikan orang tua rendah akan berpengaruh pada pengetahuan tentang penerapan toilet training sehingga berpengaruh pada cara melatih secara dini penerapan toilet training. 2) Pekerjaan Status pekerjaan mempunyai hubungan yang bermakna dengan penerapan toilet training secara dini pada toddler, di mana pekerjaan dapat menyita waktu orang tua untuk melatih anak melakukan toilet training secara dini sehingga akan berdampak pada terlambatnya anak untuk mandiri melakukan toilet training.

40 3) Pola asuh orang tua Kasih sayang dan perhatian orang tua yang dimiliki mempengaruhi kualitas dalam penerapan toilet training secara dini di mana orang tua yang perhatian akan memantau perkembangan toddler maka akan berpengaruh lebih cepat dalam melatih toddler melakukan toilet training secara dini. Dengan dukungan perhatian orang tua maka anak akan lebih berani atau termotivasi untuk mencoba karena mendapatkan perhatian dan bimbingan. 4) Pengetahuan Pengetahuan yang dimiliki orang tua pada dasarnya dapat berpengaruh pada cepat atau lambatnya orang tua melakukan penerapan toilet training, di mana orang tua yang memiliki pengetahuan yang baik tentang toilet training akan berdampak pada cepatnya melatih toilet training secara dini pada toddler, hal ini berdampak positif bagi orang tua maupun toddler yaitu anak dapat mandiri melakukan toilet training. 5) Lingkungan Lingkungan berpengaruh besar pada cepat atau lambatnya penerapan toilet training, di mana orang tua akan memperhatikan lingkungan sekitar apakah anak seusianya sudah dilatih toilet training atau belum. Hal ini menjadi suatu hambatan, di mana anak usia satu tahun sebenarnya sudah harus dilakukan penerapan toilet training secara dini agar tidak merepotkan apabila sedang bersosialisai atau bermain dengan teman sebaya.

41 i. Dampak Toilet Training Menurut Hidayat (2008), dampak yang paling umum dalam kegagalan toilet training dapat berupa adanya perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang tua kepada anaknya yang dapat mengganggu kepribadian anak atau cenderung bersifat retentif di mana anak cenderung bersikap keras kepala bahkan kikir. Hal ini dapat dilakukan oleh orang tua apabila sering memarahi anak pada saat buang air besar atau kecil, atau melarang anak saat berpergian. Bila orang tua santai dalam memberikan aturan dalam toilet training maka anak akan dapat mengalami kepribadian ekspresif di mana anak lebih tega, cenderung ceroboh, suka membuat gara-gara, emosional, dan seenaknya dalam melakukan kegiatan sehari-hari. 4. Toddler a. Pengertian Toddler adalah anak antara rentang usia 12 sampai 36 bulan. Toddler tersebut ditandai dengan peningkatan kemandirian yang diperkuat dengan kemampuan mobilitas fisik dan kognitif lebih besar. Perkembangan fisik, perkembangan keterampilan motorik yang cepat membolehkan anak untuk berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri sendiri seperti makan, berpakaian, dan eliminasi (Bengiugul & Rios, 2012). Potter & Perry (2008), menyatakan bahwa pada anak usia toddler ini dimulai dari usia 1-3 tahun, di mana pada periode ini meluas dari masa anak-anak mencapai peningkatan daya gerak sampai anak masuk sekolah,

42 yang ditandai dengan aktivitas dan penemuan yang intens, ini adalah waktu penandaan perkembangan fisik dan kepribadian. Perkembangan motorik meningkat secara stabil. Anak-anak pada usia ini mendapatkan bahasa dan perluasan hubungan sosial, belajar standar peran, meningkatkan kontrol diri dan penguasaan, mengembangkan peningkatan kesadaran tentang ketergantungan dan kemandirian, dan mulai mengembangkan konsep diri. b. Tugas-Tugas Perkembangan Toddler Adapun tugas perkembangan pada anak usia toddler adalah: 1) menyusun dua atau tiga kotak; 2) dapat mengatakan lima sampai 10 kata; 3) mampu naik turun tangga; 4) belajar makan sendiri; 5) bermain dengan anak lain; 6) bertanya; 7) mampu menyusun kalimat; 8) mulai belajar mengontrol BAK dan BAB (Hidayat, 2008). Peningkatan keterampilan daya gerak, kemampuan untuk melepas pakaian termasuk melepas celana pada saat anak akan buang air besar atau buang air kecil, dan perkembangan control spingter uretra dan spingter ani memungkinkan anak usia toddler ini melakukan toilet training (Wong, 2008). Menurut Ericson dalam Gunarsa (2010), mengatakan bahwa anak usia toddler akan melalui tahapan perkembangan sebagai berikut: 1) Otonomi versus rasa malu Pada usia ini alat gerak dan rasa telah matang serta rasa percaya terhadap ibu dan lingkungannya. Perkembangan otonomi selama periode balita berfokus pada peningkatan kemampuan anak untuk mengontrol tubuhnya, dirinya dan lingkungan. Anak menyadari bahwa

43 anak dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan berbuat sesuai dengan kemauannya sendiri. Misalnya anak akan puas jika bisa berjalan, mampu melakukan toilet training dengan baik. Selain itu anak menggunakan kekuatan mentalnya untuk menolak dan mengambil sebuah keputusan. Rasa otonomi ini perlu untuk dikembangkan karena sangat penting untuk terbentuknya rasa percaya diri dan harga diri di kemudian hari. Adapun peranan lingkungan dalam hal ini adalah memberikan dukungan dan memberikan keyakinan yang jelas. Perasaan negatif pada anak adalah rasa malu dan rasa ragu yang timbul jika anak merasa tidak mampu untuk mengatasi segala tindakan yang dipilihnya sendiri serta kurangnya dukungan dari kedua orang tua dan lingkungan, misalnya orang tua selalu mengintervensi anak, orang tua tidak memberikan keleluasaan bagi anak untuk memilih satu atau dua pilihan dari berbagai alternatif pilihan yang ada. 2) Fase anal Anak usia toddler mengalami tahapan perkembangan pada fase anal. Fungsi tubuh yang memberikan kepuasan terpusat pada anus. Misalnya anak akan melakukan buang air besar dan buang air kecil secara mandiri. Orang tua jangan memarahi anak jika dia tidak bersih menyiram WC, atau jangan dimarahi jika anak kedapatan kencing di tembok belakang rumah. Jika hal tersebut terjadi, berikan pengertian dan contohkan di mana dia harus buang air kecil dan buang air besar serta bagaimana cara menyiram bekas kencing dan BAB dan

44 bagaimana cara bercebok yang baik. Apabila ibu memarahi anak akibatnya di lain hari jika anak ingin buang air besar dan buang air kecil dia akan menahannya dan tidak memberitahukan orang tua, atau dia akan buang air kecil dan buang air besar setelah selesai akan mengacak-ngacaknya. Pada fase ini ajarkan anak konsep bersih, ketetapan waktu dan cara mengontrol diri. Latihan otot anal dapat menurunkan ketegangan. 3) Perkembangan intelektual Menurut Piaget anak usia toddler mengalami tahapan perkembangan intelektual sebagai berikut: a) Sensorik-Motorik (sejak lahir-2 tahun) Merupakan tahap di mana anak menggunakan sistem penginderaan, sistem motorik dan benda-benda untuk mengenal lingkungannya. Bayi tidak hanya menerima rangsangan secara pasif dan luar tetapi juga akan memberikan jawaban terhadap rangsangan tersebut. Jawaban tersebut berupa reflek-reflek bersin, makan, menggenggam, dan lain sebagainya yang diharapkan dengan adanya reflek ini bayi dapat berkomunikasi dengan lingkungannya. b) Pre operasional (umur 2-7 tahun) Adanya perubahan fungsi kognitif pada tahap ini adalah yang semula dari sensorik motorik menjadi pre operasional. Pada pre operasional anak mampu menggunakan simbol-simbol dengan menggunakan kata-kata, mengingat masa lalunya, masa sekarang

45 dan akan terjadi di masa yang akan datang. Tingkah laku akan mulai berubah dari yang semula sangat egosentris menjadi lebih rasional. 5. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Intensitas Penggunaan Diapers Terhadap Tingkat Kesiapan Toilet Training Salah satu upaya yang dilakukan oleh orang tua untuk meningkatkan kesiapan toilet training pada anak adalah dengan menggunakan pola asuh yang baik dan meminimalisir penggunaan diapers. Hal ini sesuai dengan pendapat Hidayat (2008), yang menyatakan bahwa tingkat kesiapan toilet training dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pola asuh orang tua, pekerjaan, lingkungan, pendidikan dan pengetahuan termasuk di dalamnya adalah penggunaan diapers. B. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang pola asuh orang tua, penggunaan diapers, dan toilet training pada usia toddler pernah dilakukan oleh: 1. Irawati (2005), dengan judul Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Anak Usia 1-3 Tahun di RW XI Kelurahan Tanjungrejo Kota Malang dengan hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan anak usia 1-3 tahun, dengan nilai rho hitung > rho tabel. Hal ini berarti bahwa pola asuh orang tua yang diterapkan mempengaruhi perkembangan anak. Hal ini perlu diperhatikan bagi setiap

46 orang tua dalam menerapkan pola asuh yang sesuai dengan tahap perkembangan anak agar mendapat hasil yang sesuai dengan tahap perkembangan anak agar mendapat hasil yang baik. 2. Larosa (2008), dengan judul Parental Depressive Symptoms: Relationship to Child Development, Parenting, Health, and Result on Parent Reported Screening Tools, menyatakan 15% orang tua dengan skor positif pada skrining untuk depresi. Orang tua dengan hasil skrining positif memiliki dua kali kecenderungan untuk menilai anak-anak mereka di bawah rata-rata perkembangan anak termasuk masalah-masalah kesehatan pada anak-anaknya. Orang tua dengan hasil skrining positif mempunyai lebih kecil kemungkinannya untuk mengasuh anak-anak mereka menjadi anak-anak yang tumbuh optimal. 3. Bruce (2005), dengan judul Post Separation Pattern Of Parenting In Australia Who Opts For Which Pattern And Why, menyatakan bahwa adanya perbedaan yang membandingkan setelah dilakukan identifikasi dan menggali pola pengasuhan yaitu 50/50 dalam pengasuhan, sedikit atau tidak ada kontak dengan orang tua, setiap hari libur atau sekali kontak, setiap waktu, dan selalu kontak. 4. Heriyanto (2010), dengan judul Pengaruh Peran Keluarga Terhadap Pelaksanaan Toilet Training Pada Anak Toddler di Pos PAUD Harapan Bangsa Wonokromo Surabaya. Pengumpulan data dengan kuesioner dalam bentuk pertanyaan dikotomi. Sampel berjumlah 30 keluarga yang mempunyai anak usia bulan. Data dianalisis dengan menggunakan Regresi Logistik.

47 Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran keluarga pada anak toddler sebagian besar (63,3%) adalah baik, pelaksanaan toilet training pada anak toddler sebagian besar (6%) adalah baik, terdapat pengaruh peran keluarga terhadap pelaksanaan toilet training pada anak usia toddler di Pos PAUD Harapan Bangsa Wonokromo Surabaya dengan tingkat signifikansi p=0, Rahayu (2010), dengan judul Pengaruh Pembelajaran Metode Demonstrasi Terhadap Perubahan Perilaku Orang Tua dan Kemampuan Toilet training Pada Anak Usia Bulan di Poliklinik Anak Rumah Sakit Sardjito. Penelitian ini merupakan ekperimental dengan teknik simple random sampling dengan jumlah 30 sampel. Metode statistik yang digunakan adalah uji t test dan hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh antara pembelajaran metode demonstrasi terhadap perubahan perilaku orang tua dan kemampuan toilet training pada anak usia bulan (p<0,05). 6. Barone & Ankem (2001), dengan judul Use Of Cyanoacrylate Tissue Adhesive Under A Diaper. Penelitian bersifat retrospektif dengan mengambil data selama dua tahun (dari bulan juli 1998 juli 2000) dengan mengidentifikasi 45 anak laki-laki yang tidak mampu melakukan toilet training dikarenakan pembedahan inguinal (hernia, hidrokel). Semua sampel dilakukan follow up setiap dua minggu. Hasil penelitian diperoleh data bahwa cyanoacrylate adhesive aman dan efektif digunakan di bawah popok. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian di atas adalah terletak pada variabel independen yaitu pola asuh orang tua dan intensitas penggunaan diapers, dan variabel dependen yaitu tingkat kesiapan toilet training, tempat yang

48 digunakan yaitu Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta, waktu pelaksanaan pada bulan November 2012, analisis yang digunakan adalah ANAVA dua jalur. C. Kerangka Pikir Pola Asuh Orang Tua: 1. Demokratis 2. Permisif 3. Otoriter Intensitas Penggunaan Diapers: 1. Intensitas Tinggi 2. Intensitas rendah Tingkat Kesiapan Toilet Training Gambar 2.1 Kerangka Pikir D. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Ada pengaruh pola asuh orang tua demokratis, permisif, dan otoriter terhadap tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler. 2. Ada pengaruh intensitas penggunaan diapers tinggi dan intensitas penggunaan diapers rendah terhadap tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler. 3. Ada interaksi antara pola asuh orang tua dan intensitas penggunaan diapers terhadap tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler.

49 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta dengan alamat di Jalan Ringroad Selatan Blado Potorono Banguntapan Bantul Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9-17 November B. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik kuantitatif observasional karena peneliti ingin mengetahui pengaruh pola asuh orang tua dan intensitas penggunaan diapers terhadap tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler dan datanya berbentuk angka. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian di mana variabel-variabel bebas dan variabel terikat diteliti pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010). C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Polulasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang tua yang mempunyai anak

50 usia toddler (1-3 tahun) yang berjumlah 42 orang di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan Nomogram Harry King dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan 5%, didapatkan persentase populasi yang diambil sebagai sampel adalah 85%, maka jumlah sampel minimal yang diteliti adalah 0,85 x 42 = 36 sampel. Karena jumlah populasi yang tidak jauh berbeda jumlahnya dengan jumlah sampel minimal, sehingga peneliti tidak melakukan teknik sampling, di mana semua anggota populasi dijadikan sampel penelitian. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kriteria inklusi: 1) Orang tua yang mempunyai anak dengan usia 1-3 tahun 2) Orang tua bersedia menjadi responden 3) Anak memiliki riwayat atau masih menggunakan diapers 4) Berada di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta. b. Kriteria eksklusi: 1) Orang tua yang mempunyai anak dengan usia kurang dari 1 tahun atau lebih dari 3 tahun 2) Anak tidak pernah menggunakan diapers 3) Orang tua yang mempunyai anak usia 1-3 tahun dengan cacat bawaan

51 4) Orang tua yang mempunyai anak usia 1-3 tahun dengan spincter uretra terganggu. 5) Orang tua tidak bersedia menjadi responden 6) Berada di luar Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Definisi Penelitian Operasional 1. Independen: a. Pola asuh Cara yang Diukur dengan orang tua dilakukan oleh metode kuesioner orang tua (ibu yang terdiri dari 30 atau ayah) dalam pernyataan tentang mengasuh anak pola asuh: yang berusia pernyataan tahun, yang pola asuh meliputi: dengan otoriter paksaan / otoriter, - 10 pernyataan kebebasan / pola asuh demokratis, demokratis maupun acuh tak - 10 pernyataan acuh / permisif pola asuh yang permisif. berhubungan Dengan dengan toilet menggunakan skala training guttman, untuk pernyataan favourable: 1:ya 0:tidak Pernyataan unfavourable: 0: ya 1: tidak b. Intensita Pemakaian suatu Diukur dengan spenggu alat yang berupa metode kuesioner naan popok sekali yang terdiri dari 2 Instrumen Hasil ukur Skala Merupakan skor yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pola asuh otoriter 2. Pola asuh demokratis 3. Pola asuh Permisif Data dikategorikan berdasarkan Nominal Interval

52 diapers pakai berdaya serap tinggi yang terbuat dari bahan plastik dan campuran bahan kimia untuk menampung urin dan feses pada anak. 2. Dependen: Tingkat kesiapan toilet training Kesiapan yang telah dimiliki anak usia 1-3 tahun baik secara fisik maupun psikologis dalam hal latihan buang air besar dan buang air kecil di tempat yang benar. pertanyaan tentang lama penggunaan diapers yang dikendalikan dengan faktor usia anak dan jumlah penggunaan diapers dengan 5 pilihan jawaban: a (skor 1), b (skor 2), c (skor 3), d (skor 4), dan e (skor 5). Skor tertinggi (10) dan terendah (2) Diukur dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh orang tua, yang terdiri dari 16 pernyataan: 4 pernyataan untuk menilai kesiapan fisik, dan 12 pernyataan untuk kesiapan psikologis. Menggunakan skala likert, untuk pernyataan favourable: SL : 4 TP : 1 Pernyataan unfavourable: SL : 1 TP : 4 Skor tertinggi 64 skor terendah 16 median/nilai tengah data (skor 2-10 mediannya adalah 6), menjadi: - Intensitas tinggi: Skor Intensitas rendah: Skor 2-6 Data berupa rentang skor mulai dari skor Interval

53 E. Teknik Pengumpulan Data Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang dibagikan langsung oleh peneliti kepada orang tua dari anak yang berusia 1-3 tahun. Kuesioner berupa pernyataan untuk mengetahui pola asuh orang tua dan tingkat kesiapan toilet training anak. Sedangkan untuk intensitas penggunaan diapers menggunakan kuesioner dalam bentuk pertanyaan tertutup. F. Teknik dan Instrumen untuk Mengumpulkan Data 1. Pola Asuh Orang Tua Data tentang pola asuh orang tua diperoleh dengan menggunakan kuesioner pola asuh orang tua mengacu pada indikator dari Gordon (2010), yaitu: a. Pola asuh demokratis, yaitu: memprioritaskan kepentingan anak, rasional, realistis, dan kebebasan. b. Pola asuh permisif, yaitu: tidak ada pengawasan, tidak ada teguran, sedikit bimbingan. c. Pola asuh otoriter, yaitu: paksaan, hukuman, ancaman. Pengukuran dalam penelitian pola asuh ini dengan diberikan kuesioner pola asuh orang tua untuk kemudian diisi. Kisi-kisi kuesioner pola asuh orang tua adalah sebagai berikut:

54 Jenis Pola Asuh 1. Pola asuh Otoriter 2. Pola asuh Demokratis 3. Pola asuh permisif Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Pola Asuh Orang Tua Indikator Jumlah No Soal Item Favourable Unfavourable a. Perilaku 1 7, 10 b. Aturan , 8 c. Hukuman 3 4 d. Realistis 6, 9 - a. Perilaku 11 17, 20 b. Aturan 10 12, c. Hukuman - 13,1 4 d. Realistis 16, 19 - a. Perilaku 21, b. Aturan , 25 c. Hukuman d. Realistis 26, 29 - TOTAL Pengukuran yang digunakan adalah menggunakan Skala Guttman dengan dua alternatif pilihan jawaban yaitu ya dan tidak. Untuk pernyataan Favourable ya diberi skor 1 dan tidak diberi skor 0, sedangkan untuk pernyataan Unfavourable ya diberi skor 0, dan tidak diberi skor 1 (Azwar, 2011). dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: nomor item 1-10 berisikan pernyataan tentang pola asuh otoriter, item untuk pernyataan pola asuh demokratis, dan item berkaitan dengan pernyataan untuk pola asuh permisif. Skoring untuk pernyataan favourable dinyatakan dengan ya (skor 1) dan tidak (skor 0). Pernyataan unfavourable dinyatakan dengan ya (skor 0) dan tidak (skor 1). Responden dengan jumlah skor tertinggi dari ketiga kelompok pola asuh tersebut maka dapat dinyatakan sebagai jenis pola asuh yang diterapkan oleh orang tua tersebut.

55 2. Intensitas Penggunaan Diapers Data untuk instrumen intensitas penggunaan diapers diperoleh dengan kuesioner. Skoring untuk intensitas penggunaan diapers adalah sebagai berikut: Tabel 3.3 Skoring Riwayat Penggunaan Diapers Berdasarkan Usia Anak Riwayat Penggunaan Skor Berdasar Usia Anak Diapers 1 1,5 tahun >1,5 tahun-2 tahun >2 tahun - 3tahun < 6 bulan bulan-1 tahun tahun - 1,5 tahun > 1,5 tahun - 2 tahun 5 4 >2 tahun 5 Sumber: Data Primer, 2012 Berdasarkan tabel di atas, skoring untuk pertanyaan riwayat / lama penggunaan diapers dikendalikan dengan usia anak, yaitu pada orang tua yang mempunyai anak usia 1-1,5 tahun adalah: jika anak sudah menggunakan diapers < 6 bulan maka diberi skor 3; 6 bulan-1 tahun diberi skor 4, dan jika penggunaan diapers 1-1,5 tahun maka diberi skor 5. Responden yang mempunyai anak usia >1,5-2 tahun dengan riwayat penggunaan diapers < 6 bulan maka diberi skor 2; 6 bulan-1 tahun (skor 3); 1-1,5 tahun (skor 4); > 1,5-2 tahun (skor 5). Sedangkan responden yang mempunyai anak usia >2 tahun dengan riwayat penggunaan diapers < 6 bulan maka diberi skor 1; 6 bulan-1 tahun (skor 2); 1-1,5 tahun (skor 3); > 1,5-2 tahun (skor 4); serta penggunaan diapers >2 tahun (skor 5). Skoring untuk jumlah diapers yang digunakan setiap harinya terdiri dari lima alternatif pilihan jawaban, commit yaitu: to a user (skor 1), b (skor 2), c (skor 3), d (skor

56 4), dan e (skor 5). Skor total untuk variabel intensitas penggunaan diapers adalah 10, didapatkan dari penjumlahan skor riwayat lamanya penggunaan diapers serta jumlah diapers yang digunakan setiap harinya, dan skor terendah adalah 2. Data dikategorikan berdasarkan median / nilai tengah data. Skor 2-10 mediannya adalah pada angka 6. sehingga dikategorikan intensitas tinggi jika skor total > 6 dan intensitas rendah jika skor total < Tingkat Kesiapan Toilet Training pada Anak Usia Toddler Penilaian tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler menggunakan instrumen berupa kuesioner yang dilakukan dengan memberikan angket kepada orang tua untuk diisi yang berupa pertanyaan tentang tingkat kesiapan toilet training anak. Kisi-kisi kuesioner tingkat kesiapan toilet training anak adalah sebagai berikut: Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Kesiapan Toilet Training Pada Anak Usia Toddler Kesiapan Indikator Jumlah No Soal Item Favourable Unfavourable 1. Fisik Perkembangan fisik dan 4 1, 3 2, 4 kebiasaan toileting 2. Psikolo a. Perkembang 1, 2, 6, 9, 4 gis an psikis 12 11, 12 b. Kebiasaan 3, 5, 7 8, 10 toileting TOTAL

57 Pengukuran yang digunakan adalah menggunakan Skala Likert dengan 4 alternatif pilihan jawaban yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KD), dan Tidak Pernah (TP). Untuk pernyataan Favourable, Selalu (SL) diberi skor 4 dan Tidak Pernah (TP) diberi skor 1, sedangkan untuk pernyataan Unfavourable, Selalu (SL) diberi skor 1, dan Tidak Pernah (TP) diberi skor 4 (Azwar, 2011). G. Uji Validitas dan Reliabilitas Sebelum digunakan untuk penelitian, sebuah instrumen pengumpulan data harus diuji kesahihan dan keajegannya dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas. Untuk kuesioner pola asuh orang tua, intensitas penggunaan diapers, dan tingkat kesiapan toilet training dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada orang tua yang mempunyai anak usia 1-3 tahun di PAUD Ibnul Qoyyim Yogyakarta dengan jumlah responden 30 orang tua. Hasil dari uji validitas dan reliabilitas instrumen yang dinyatakan valid dan reliabel dijadikan sebagai alat untuk mengambil data dalam penelitian ini. 1. Uji Validitas Validitas adalah tingkat tingkat kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010). Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson sebagai berikut:

58 Keterangan: r X Y n = Koefisien korelasi = Sigma/Jumlah = skor item pertanyaan = skor total item pertanyaan = jumlah sampel Keputusan uji: Bila r hitung > t tabel maka instrumen valid Bila r hitung < t tabel maka instrumen tidak valid a. Pola Asuh Orang Tua Berdasarkan hasil uji coba untuk 30 item dari kuesioner pola asuh orang tua, jika dianalisis menggunakan SPSS, dinyatakan valid di mana korelasi item total untuk semua item > 0,2. Selain itu, nilai r tabel pada uji validitas dengan n = 30 sampel dan taraf kepercayaan 5 % adalah 0,361 maka untuk item soal dengan nilai r hitung < 0,361 dinyatakan tidak valid. Jumlah awal item soal sebanyak 30 butir didapatkan sebanyak 30 soal yang nilai r hitung > 0,361. Sehingga semua pernyataan dapat digunakan untuk mengambil data. b. Intensitas Penggunaan Diapers Hasil uji validitas untuk instrumen intensitas penggunaan diapers didapatkan semua item pertanyaan sebanyak dua soal dinyatakan valid dengan korelasi item total untuk semua item > 0,2.

59 c. Tingkat Kesiapan Toilet Training Berdasarkan hasil uji coba untuk 16 item dari kuesioner tingkat kesiapan toilet training, dinyatakan memenuhi standar validitas sebanyak 13 item dikarenakan korelasi item total < 0,2 atau r hitung < 0,361. Berikut kisi-kisi kuisioner untuk instrumen tingkat kesiapan toilet training setelah dilakukan uji validitas: Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Kesiapan Toilet Training (pasca uji coba) Pada Anak Usia Toddler Kesiapan Indikator Jumlah No Soal Item Favourable Unfavourable 3. Fisik Perkembangan fisik dan 4 1, 3 2, 4 kebiasaan toileting 4. Psikolo c. Perkembang 1, 2, 6, 11 4 gis an psikis 9 d. Kebiasaan 3, 5, 7 10 toileting TOTAL Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan bahwa variabel suatu penelitian dapat dipercaya. Dalam penelitian ini digunakan teknik pengukuran reliabilitas internal dengan rumus Alpha Cronbrach, yaitu sebagai berikut: Keterangan: r k = reliabilitas variabel t = banyaknya butir pernyataan

60 b = jumlah varians butir = varians total Keputusan uji: Bila r hitung > r tabel maka instrumen reliabel Bila r hitung < r tabel maka instrument tidak reliabel Uji reliabilitas dapat juga dilakukan penghitungan dengan bantuan program SPSS, di mana jika dilihat dari nilai Alpha Cronbach > 0,6 maka dapat dikatakan instrumen tersebut reliabel. a. Pola Asuh Orang Tua Berdasarkan hasil uji coba reliabilitas pola asuh orang tua, diperoleh nilai Alpha Cronbach 0,918 (> 0,6). Nilai r tabel pada uji reliabilitas dengan n = 30 sampel dan taraf kepercayaan 5 % adalah 0,792. Instrumen tersebut mempunyai r hitung 0,918, maka dapat diambil kesimpulan bahwa instrumen tersebut reliabel. b. Intensitas Penggunaan Diapers Hasil uji coba reliabilitas intensitas penggunaan diapers, diperoleh nilai Alpha Cronbach 0,918 (> 0,6). Instrumen tersebut mempunyai r hitung 0,921 (> 0,792), sehingga dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut reliabel. c. Tingkat Kesiapan Toilet Training Berdasarkan hasil uji coba untuk 13 item dari kuesioner tingkat kesiapan toilet training, dinyatakan memenuhi standar reliabilitas di mana korelasi item total > 0,2 dan Alpha Cronbach > 0,6 yaitu 0,914.

61 H. Pengolahan Data 1. Editing Memeriksa seluruh daftar pernyataan dan pertanyaan yang diberikan kepada responden apakah kembali secara lengap. Editing dilakukan di tempat pengumpulan data dalam hal ini di Little Care Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global Yogyakarta. 2. Coding Jawaban-jawaban yang ada pada lembar kuesioner dilakukan klarifikasi dengan jalan memberi tanda dari tiap-tiap option dengan simbol yang berupa angka, kemudian dimasukkan dalam lembar tabel kerja untuk mempermudah membacanya. 3. Scoring Teknik pemberian nilai pada setiap variabel yang perlu diberi skor. 4. Entry Teknik memasukkan seluruh data ke dalam program komputer untuk dilakukan analisis data. I. Teknik Analisis Data Analisis dari penelitian terdiri dari dua analisis yaitu deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif dilakukan dengan menyajikan data melalui tabel data distribusi frekuensi dan histogram. Analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis. Dalam analisis data diadakan uji persyaratan sebagai berikut:

62 1. Uji Persyaratan Uji persyaratan digunakan untuk mengetahui normalitas data dan homogenitas varians populasi agar Analisis Varians (Anava) dapat digunakan. Uji kenormalan data menggunakan teknik uji Kolmogorov-Smirnov sedangkan homogenitas varians populasi dengan bantuan SPSS. 2. Uji hipotesis Untuk menguji hipotesis dalam pengolahan data digunakan teknik analisis varians dua jalur, karena teknik Anava dua jalur dipakai untuk menguji perbedaan dua means atau lebih. Tabel 3.6 Rancangan Analisis Anava Dua Jalur Intensitas Diapers (B) Pola Asuh (A) Intensitas Tinggi (B1) Intensitas Rendah (B2) Pola Asuh Otoriter (A1) A1B1 A1B2 Pola Asuh Demokratis (A2) A2B1 A2B2 Pola Asuh Permisif (A3) A3B1 A3B2 Keterangan: A A1 A2 A3 B B1 B2 : Pola Asuh Orang Tua : Pola Asuh Otoriter : Pola Asuh Demokratis : Pola Asuh Permisif : Intensitas Penggunaan Diapers : Intensitas tinggi : Intensitas rendah A1B1 : Pola Asuh Otoriter dengan commit penggunaan to user diapers intensitas tinggi

63 A1B2 : Pola Asuh Otoriter dengan penggunaan diapers intensitas rendah A2B1 : Pola Asuh Demokratis dengan penggunaan diapers intensitas tinggi A2B2: Pola Asuh Demokratis dengan penggunaan diapers intensitas rendah A3B1 : Pola Asuh Permisif dengan penggunaan diapers intensitas tinggi A3B2 : Pola Asuh Permisif dengan penggunaan diapers intensitas rendah Setelah dilakukan uji Anava kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffee untuk mengetahui sampel manakah yang mempunyai hubungan dominan yang lebih memberikan efek terhadap tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler. Rumus Uji Scheffee: F i j X RKG i 1 n i X 2 j 1 n j Keterangan: F = nilai F Sheffee i j X i = rataan pada baris ke-i X j = rataan pada baris ke-j RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi n i = ukuran sampel baris ke-i n j = ukuran sampel baris ke-j

64 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Responden Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta. Responden penelitian ini terdiri dari ibu yang mempunyai anak usia 1-3 tahun sebanyak 42 orang. Karakteristik responden dibedakan berdasar umur ibu, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, jenis kelamin anak, dan umur anak. Kuesioner yang dididtribusikan sebanyak 42 lembar, dan semuanya diisi dengan lengkap sehingga seluruhnya dapat diolah. Deskripsi lengkap data reponden penelitian ini dapat dibaca pada tabel berikut: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Umum Responden Berdasarkan Umur ibu, Agama, Suku, Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan, Jenis kelamin anak, dan Umur anak di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta Tahun 2012 No Karakteristik Frekuensi Persentase (%) 1. Umur Ibu 20 tahun tahun 17 40,48 31 tahun 25 59,52 Total Agama Islam 36 85,71 Kristen 1 2,39 Katolik 5 11,90 Total Suku Jawa Luar Jawa - - Total Pendidikan SD 4 9,52 SLTP 10 23,81

65 SMU 11 26,19 PT 17 40,48 Total Pekerjaan Petani 1 2,39 PNS 12 28,57 Karyawan swasta 29 69,04 Lain-lain - - Total Penghasilan < Rp ,- 1 2,39 Rp Rp , ,14 > Rp Rp ,95 > Rp ,- 4 9,52 Total Jenis Kelamin Anak Laki-laki 15 35,71 Perempuan 27 64,29 8. Umur Anak 1 1,5 tahun 5 11,91 >1,5 tahun-2 tahun 27 64,28 >2 tahun - 3tahun 10 23,81 Total Sumber: Data primer, 2012 Berdasarkan tabel 4.1 di atas, diketahui bahwa sebagian besar responden berusia lebih dari 30 tahun yaitu berjumlah 25 orang (59,52 %) dan tidak ada responden yang berusia 20 tahun. Sebagian besar responden beragama islam yaitu sebanyak 36 orang (85,71 %) dan yang paling sedikit responden yang beragama kristen yaitu satu orang (2,39 %). Adapun untuk suku asal responden seluruhnya berasal dari suku jawa, yaitu sebesar 42 orang (100%). Pendidikan responden sebagian besar adalah dari Perguruan Tinggi (PT) yaitu sebanyak 17 orang (40,48%) dan yang paling sedikit adalah responden dengan pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak empat orang (9,52%). Sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta yaitu sebanyak 29 orang (69,04%) dan yang paling sedikit adalah pekerjaan sebagai petani yaitu satu orang (2,39%).

66 Dilihat dari jumlah penghasilan setiap bulannya, sebagian besar responden berpenghasilan antara Rp Rp yaitu sebanyak 24 orang (57,14%) dan yang paling sedikit responden dengan penghasilan < Rp yaitu satu orang (2,39%). Sebagian besar responden mempunyai anak berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 27 orang (64,29%) dan responden yang mempunyai anak laki-laki sebanyak 15 orang (35,71%). Responden terbanyak adalah responden yang mempunyai anak dengan usia >1,5 tahun-2 tahun yaitu sebanyak 27 orang (64,28%) dan sebagian kecil responden mempunyai anak usia 1-1,5 tahun yaitu sebanyak 5 orang responden (11,91%). 2. Deskripsi Data Variabel Penelitian Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari tiga variabel, yaitu dua variabel bebas terdiri dari pola asuh orang tua dan intensitas penggunaan diapers serta satu variabel terikat berupa tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler. a. Pola Asuh Orang Tua Berdasarkan hasil penelitian variabel pola asuh orang tua diperoleh data untuk responden kode nomor 1, 10, 11, 14, 16, 17, 28, dan 41 menerapkan pola asuh permisif. Responden dengan kode nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, dan 27 menerapkan pola asuh demokratis. Sedangakan untuk responden yang menerapkan pola asuh otoriter adalah kode nomor 12, 13, 15, dan 42. Melalui proses tabulasi data pola asuh orang tua, peneliti mengemukakan hasil penelitian sebagai berikut:

67 Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Pola Asuh Orang Tua Pola Asuh Orang Tua Frekuensi Persentase Otoriter 4 9,52 Demokratis 30 71,43 Permisif 8 19,05 Total Sumber: Data Primer, 2012 Gambar 4.1 Grafik Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pola Asuh Orang Tua Sumber: Data Primer, 2012 Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa responden menerapkan pola asuh demokratis sebesar 30 (71,43 %), otoriter sebesar 4 (9,52%), dan permisif sebesar 8 (19,05%). b. Intensitas Penggunaan Diapers Hasil penelitian variabel intensitas penggunaan diapers diperoleh data untuk responden kode nomor 1, 3, 5,8, 10, commit 11, 12, to user 13, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 22, 27, 28,

68 31, 33, 36, 37, 38, 41 dan 42 dengan penggunaan diapers intensitas tinggi. Responden dengan kode nomor 2, 4, 6, 7, 9, 16, 19, 23, 24, 25, 26, 29, 30, 32, 34, 35, 39 dan 40 dengan penggunaan diapers intensitas rendah. Hasil penelitian untuk variabel intensitas penggunaan diapers diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Intensitas Penggunaan Diapers Nilai intensitas penggunaan diapers Frekuensi Persentase Tinggi (skor 7-10) 24 57,14 Rendah (skor 6-2) 18 42,86 Total Sumber: Data Primer, 2012 Gambar 4.2 Grafik Batang Distribusi Frekuensi Responden Menurut Intensitas Penggunaan Diapers (n=42) Sumber: Data Primer, 2012 Berdasarkan tabel 4.6 dan gambar 4.2 di atas dapat diketahui bahwa responden dengan intensitas penggunaan diapers tinggi sebesar 24 (57,14%), sedangkan yang intensitas penggunaan diapers rendah sebesar 18 (42,86%) dengan nilai mean 6,33 dan standar deviasi (SD) commit =2,02. to user

69 c. Tingkat Kesiapan Toilet Training Hasil penelitian berdasarkan distribusi responden menurut tingkat kesiapan toilet training adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Tingkat Kesiapan Toilet Training Nilai Frekuensi Persentase , , , ,4 Total Sumber: Data Primer, 2012 Gambar 4.3 Histogram Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Kesiapan Toilet Training Sumber: Data Primer, 2012 Tabel 4.8 dan gambar 4.3 menunjukkan bahwa skor terendah tingkat kesiapan toilet training toddler terdapat pada rentang nilai yaitu sebanyak satu responden (2,4%). Adapun untuk skor tertinggi terdapat pada rentang skor dengan jumlah responden 15 (35,70 %). Skor rata-rata untuk tingkat kesiapan toilet training adalah 35,52 dengan standar deviasi 9,115.

70 3. Uji Persyaratan a. Uji Normalitas Uji normalitas pada penelitian ini hanya dilakukan untuk variabel dengan skala data interval, yaitu pada variabel intensitas penggunaan diapers dan tingkat kesiapan toilet training toddler. Uji normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov dan diperoleh nilai signifikansi 0,068 dan 0,468 (>0,05). Hal ini berarti data untuk variabel intensitas penggunaan diapers dan data untuk variabel tingkat kesiapan toilet training terdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan Levene s test dan dilakukan tiga kali yaitu untuk menguji kesamaan variansi kesiapan toilet training berdasar pola asuh, kesamaan variansi kesiapan toilet training berdasarkan intensitas penggunaan diapers, dan kesamaan variansi kesiapan toilet training berdasar pola asuh dan intensitas penggunaan diapers. Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Varians Populasi Desain variabel F Sig. Tingkat kesiapan toilet training dan Pola asuh 9,927 0,503 orang tua Tingkat kesiapan toilet training dan Intensitas 8,555 0,180 penggunaan diapers Tingkat kesiapan toilet training, Pola asuh orang tua, dan Intensitas penggunaan diapers 1,278 0,296 Sumber: Data Primer, 2012 Hasil uji homogenitas pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai signifikansi ketiga desain variabel di atas lebih besar dari 0,05 yang berarti varians sama (homogen) sehingga asumsi anava 2 jalur terpenuhi.

71 c. Estimasi Interval Nilai Rata-Rata Tabel 4.6 Estimasi Interval Nilai Rata-Rata Variabel dependen: Tingkat Kesiapan Toilet Training Variabel Mean Std. Error Pola asuh orang tua: Demokratis Permisif Otoriter Intensitas penggunaan diapers: Rendah Tinggi Sumber: Data Primer, ,000 33,750 35,500 39,000 33,137 0,698 0,328 0,465 0,416 0,961 95% Confidence Interval Lower Upper Bound Bound 32,565 27,098 26,093 30,052 29,164 39,435 40,402 44,907 47,948 37,111 Tabel 4.10 menunjukkan bahwa: 1) Nilai rata-rata pola asuh demokratis adalah 36,000 dengan batas bawah dan batas atas nilai rata-rata masing-masing adalah 32,565 dan 39,435. 2) Nilai rata-rata pola asuh permisif adalah 33,750 dengan batas bawah dan batas atas nilai rata-rata masing-masing adalah 27,098 dan 40,402. 3) Nilai rata-rata pola asuh otoriter adalah 35,500 dengan batas bawah dan batas atas nilai rata-rata masing-masing adalah 26,093 dan 44,907. 4) Nilai rata-rata intensitas penggunaan diapers rendah adalah 39,000 dengan batas bawah dan batas atas nilai rata-rata masing-masing adalah 30,052 dan 47,948. 5) Nilai rata-rata intensitas penggunaan diapers tinggi adalah 33,137 dengan batas bawah dan batas atas nilai rata-rata masing-masing adalah 29,164 dan 37,111.

72 d. Estimasi Interval Nilai Rata-Rata Gabungan Tabel 4.7 Estimasi Interval Nilai Rata-Rata Gabungan Variabel Dependen: Tingkat Kesiapan Toilet Training Pola asuh Intensitas Penggunaan Diapers Mean Std. Error 95% Confidence Lower Interval Upper Bound Bound Demokratis Rendah 40,000 2,082 35,782 44,218 Tinggi 30,769 2,381 25,945 35,593 Otoriter Rendah. a... Tinggi 35,500 4,292 26,804 44,196 Permisif Rendah 38,000 8,584 20,608 55,392 Tinggi 33,143 3,244 26,569 39,717 Sumber: Data Primer, 2012 Berdasarkan tabel di atas diketahui untuk pola asuh demokratis dengan intensitas penggunaan diapers rendah memiliki nilai mean tertinggi, yaitu 40,000. Sedangkan untuk pola asuh demokratis dengan intensitas penggunaan diapers tinggi mempunyai nilai mean terendah, yaitu 30,769. Dan tidak ada responden yang mempunyai pola asuh otoriter dengan intensitas penggunaan diapers rendah. e. Uji Hipotesis Tabel 4.8 Hasil Uji ANAVA Dua Jalur Tentang Perbedaan Rata-Rata Pola Asuh Orang Tua dan Intensitas Penggunaan Diapers Menurut Tingkat Kesiapan Toilet Training Dependent Variable: Tingkat Kesiapan Toilet Training Source Type I Sum of Squares df Mean F Sig. Alpha Square Corrected Model 53681,835 a , ,716,000 0,05 Intercept 20865, , ,437,000 0,05 Pola asuh 53033, , ,927,000 0,05 Intensitas penggunaan diapers Pola asuh * intensitas penggunaan 633, ,375 8,596,006 0,05 14, ,961,203,655 0,05

73 diapers Error 2726, ,680 Total 5640, Corrected Total 3406, a. R Squared =,952 (Adjusted R Squared =,940) Berdasarkan hasil analisis yang disajikan pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa taraf signifikansi hasil hitungan sebagai berikut: 1) Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan tingkat kesiapan toilet training toddler antara pola asuh orang tua permisif, demokratis, dan otoriter ditolak, sehingga dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan tingkat kesiapan toilet training toddler pada ibu dengan pola asuh permisif, demokratis, dan otoriter dengan nilai signifikansi 0,000 (< 0,05). 2) Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan tingkat kesiapan toilet training toddler antara intensitas penggunaan diapers tinggi dan rendah ditolak, sehingga dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan tingkat kesiapan toilet training toddler pada intensitas penggunaan diapers tinggi dan rendah dengan nilai signifikansi 0,006 (< 0,05). 3) Ho yang menyatakan tidak terdapat interaksi antara pola asuh orang tua (permisif, demokratis, otoriter) dan intensitas penggunaan diapers (tinggi, rendah) terhadap tingkat kesiapan toilet training toddler diterima, sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat interaksi yang antara pola asuh orang tua (permisif, demokratis, otoriter) dan intensitas penggunaan diapers (tinggi, rendah) terhadap tingkat kesiapan toilet training toddler dengan nilai signifikansi 0,655 (> 0,05).

74 Gambar 4.3 Means Plot (grafik posisi mean) Interaksi Pola Asuh Orang Tua dan Mean Intensitas Penggunaan Diapers terhadap Tingkat Kesiapan Toilet Training Gambar 4.1 menunjukkan bahwa garis untuk interaksi variabel pola asuh orang tua dan variabel intensitas penggunaan diapers tidak berpotongan, dan tidak ada responden yang menerapkan pola asuh otoriter dengan intensitas penggunaan diapers rendah. Hal ini berarti tidak ada interaksi antara pola asuh orang tua dan intensitas penggunaan diapers terhadap tingkat kesiapan toilet training. Dari gambar tersebut juga dapat diketahui bahwa kelompok pola asuh demokratis dengan intensitas penggunaan diapers tinggi memiliki estimated marginal means paling kecil dibandingkan kelompok pola asuh otoriter dan permisif dengan intensitas penggunaan diapers tinggi. Nilai estimated marginal means paling besar dimiliki oleh kelompok pola asuh demokratis dengan intensitas penggunaan diapers rendah.

PENGARUH STRATEGI MIND MAP

PENGARUH STRATEGI MIND MAP PENGARUH STRATEGI MIND MAP DAN METAKOGNITIF TERHADAP PRESTASI BELAJAR ASUHAN KEBIDANAN II MAHASISWA SEMESTER III PRODI DIII KEBIDANAN STIKES ABI SURABAYA TESIS Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFIKASI DIRI, KEMANDIRIAN BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

HUBUNGAN EFIKASI DIRI, KEMANDIRIAN BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA i HUBUNGAN EFIKASI DIRI, KEMANDIRIAN BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak selanjutnya (Nursalam dkk, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak selanjutnya (Nursalam dkk, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia toddler merupakan usia emas karena perkembangan anak di usia ini yaitu usia 1-3 tahun mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat. Sehingga apabila

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG SADARI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM MELAKUKAN SADARI PADA IBU

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG SADARI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM MELAKUKAN SADARI PADA IBU PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG SADARI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM MELAKUKAN SADARI PADA IBU TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Magister Kesehatan Program Studi Kedokteran Keluarga

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI DOSEN DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN ESTU UTOMO BOYOLALI

PENGARUH KOMPETENSI DOSEN DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN ESTU UTOMO BOYOLALI PENGARUH KOMPETENSI DOSEN DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN ESTU UTOMO BOYOLALI TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DAN ADVERSITY

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DAN ADVERSITY HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN II MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN YAPPI SRAGEN TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerapan Toilet Training 1. Pengertian Toilet Training Toilet training atau latihan berkemih dan defekasi adalah salah satu tugas perkembangan anak usia toddler (1-3 tahun).

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN INTELEKTUAL DAN INTENSITAS

HUBUNGAN KECERDASAN INTELEKTUAL DAN INTENSITAS HUBUNGAN KECERDASAN INTELEKTUAL DAN INTENSITAS PENGGUNAAN LABORATORIUM DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA (Pada Mata Kuliah ASKEB 1 di STIKES Insan Unggul Surabaya) TESIS Disusun untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN MOTIVASI DENGAN

HUBUNGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN MOTIVASI DENGAN digilib.uns.ac.id HUBUNGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN MOTIVASI DENGAN PENCAPAIAN JUMLAH PERTOLONGAN PERSALINAN PADA MAHASISWA SEMESTER VI PRODI D III KEBIDANAN STIKES YARSI SURABAYA TESIS Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP DIRI DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP

PENGARUH KONSEP DIRI DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PENGARUH KONSEP DIRI DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN I PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA TESIS Disusun untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI GURU DAN SARANA

HUBUNGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI GURU DAN SARANA HUBUNGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI GURU DAN SARANA PRASARANA DENGAN PENGETAHUAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA TUNARUNGU (Di SLB Dharma Pendidikan Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo tahun 2014) TESIS Disusun

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE IBU DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA KARANGSAMBUNG KABUPATEN KEBUMEN

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE IBU DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA KARANGSAMBUNG KABUPATEN KEBUMEN HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE IBU DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA KARANGSAMBUNG KABUPATEN KEBUMEN TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR ASKEB III SEMESTER III PRODI DIII KEBIDANAN STIKES ICME JOMBANG TESIS

HUBUNGAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR ASKEB III SEMESTER III PRODI DIII KEBIDANAN STIKES ICME JOMBANG TESIS HUBUNGAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR ASKEB III SEMESTER III PRODI DIII KEBIDANAN STIKES ICME JOMBANG TESIS Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA DOSEN DALAM PELAKSANAAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI DI AKBID MAMBA UL ULUM SURAKARTA TESIS

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA DOSEN DALAM PELAKSANAAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI DI AKBID MAMBA UL ULUM SURAKARTA TESIS digilib.uns.ac.id 1 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA DOSEN DALAM PELAKSANAAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI DI AKBID MAMBA UL ULUM SURAKARTA TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

HUBUNGAN METAKOGNITIF, KEMAMPUAN BELAJAR MANDIRI, MOTIVASI BELAJAR, DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KOMPETENSI DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR TESIS

HUBUNGAN METAKOGNITIF, KEMAMPUAN BELAJAR MANDIRI, MOTIVASI BELAJAR, DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KOMPETENSI DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR TESIS digilib.uns.ac.id HUBUNGAN METAKOGNITIF, KEMAMPUAN BELAJAR MANDIRI, MOTIVASI BELAJAR, DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KOMPETENSI DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR (Studi Kasus pada Kedokteran Keluarga angkatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN LINGKUNGAN FISIK DAN FAKTOR INDIVIDU BALITA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI LINGKUNGAN PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN LINGKUNGAN FISIK DAN FAKTOR INDIVIDU BALITA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI LINGKUNGAN PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA HUBUNGAN LINGKUNGAN FISIK DAN FAKTOR INDIVIDU BALITA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI LINGKUNGAN PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagaian persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN PELAYANAN ANTENATAL PADA IBU HAMIL MASYARAKAT SAMIN TESIS

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN PELAYANAN ANTENATAL PADA IBU HAMIL MASYARAKAT SAMIN TESIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN PELAYANAN ANTENATAL PADA IBU HAMIL MASYARAKAT SAMIN TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KOMPETENSI DOSEN DAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KOMPETENSI DOSEN DAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KOMPETENSI DOSEN DAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH KDK MAHASISWA PRODI D III KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA SUKOHARJO TESIS Disusun untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERSALINAN DENGAN KESIAPAN PRIMIGRAVIDA MENGHADAPI PERSALINAN TESIS

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERSALINAN DENGAN KESIAPAN PRIMIGRAVIDA MENGHADAPI PERSALINAN TESIS HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERSALINAN DENGAN KESIAPAN PRIMIGRAVIDA MENGHADAPI PERSALINAN TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Kedokteran

Lebih terperinci

PENGARUH ASAL SEKOLAH DAN TEMPAT TINGGAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PRODI D III KEBIDANAN UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP

PENGARUH ASAL SEKOLAH DAN TEMPAT TINGGAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PRODI D III KEBIDANAN UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP PENGARUH ASAL SEKOLAH DAN TEMPAT TINGGAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PRODI D III KEBIDANAN UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP TESIS Disusun untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 commit to user

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 commit to user HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN METAKOGNITIF DENGAN PRESTASI BELAJAR ASKEB I MAHASISWA DIII KEBIDANAN AKBID UMMI KHASANAH BANTUL YOGYAKARTA TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MAHASISWA KOST DAN

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MAHASISWA KOST DAN PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MAHASISWA KOST DAN MAHASISWA NON KOST DI TINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER 2 (Di AKPER Bina Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN MINAT MASUK PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR KONSEP KEBIDANAN

HUBUNGAN MINAT MASUK PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR KONSEP KEBIDANAN HUBUNGAN MINAT MASUK PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR KONSEP KEBIDANAN TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program

Lebih terperinci

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, MOTIVASI, DAN MONITORING TERHADAP KINERJA KLINIS PERAWAT DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, MOTIVASI, DAN MONITORING TERHADAP KINERJA KLINIS PERAWAT DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, MOTIVASI, DAN MONITORING TERHADAP KINERJA KLINIS PERAWAT DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi MKK

Lebih terperinci

SEKS PRANIKAH REMAJA (PENYEBAB, PERILAKU, DAN DAMPAK) STUDI KASUS KELOMPOK MAHASISWA DAN REMAJA SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN

SEKS PRANIKAH REMAJA (PENYEBAB, PERILAKU, DAN DAMPAK) STUDI KASUS KELOMPOK MAHASISWA DAN REMAJA SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN SEKS PRANIKAH REMAJA (PENYEBAB, PERILAKU, DAN DAMPAK) STUDI KASUS KELOMPOK MAHASISWA DAN REMAJA SMA) DI KABUPATEN KEBUMEN TESIS Diajukan Guna Mendapat Gelar Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Defenisi Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon / jawaban di dalam acara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian

Lebih terperinci

TESIS Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh : Endang Lestari S

TESIS Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh : Endang Lestari S PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY (IT) PADA PEMBELAJARAN IPA TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR DI GUGUS DIPONEGORO UNIT PELAKSANA TUGAS (UPT) PENDIDIKAN

Lebih terperinci

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan. Magister Program Studi Kedokteran Keluarga

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan. Magister Program Studi Kedokteran Keluarga HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN SUAMI DALAM MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS URANGAGUNG SIDOARJO TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP A. Toilet Training Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. (Hidayat

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG CARA MEMANDIKAN BAYI DAN PRAKTEK MEMANDIKAN BAYI IBU POST PARTUM PRIMIPARA TESIS Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW DAN KONVENSIONAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN MINAT BELAJAR MAHASISWA TESIS.

PENGARUH PERBEDAAN ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW DAN KONVENSIONAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN MINAT BELAJAR MAHASISWA TESIS. PENGARUH PERBEDAAN ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW DAN KONVENSIONAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN MINAT BELAJAR MAHASISWA Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister

Lebih terperinci

TESIS OLEH: DHESKA ARTHYKA PALIFIANA NIM S

TESIS OLEH: DHESKA ARTHYKA PALIFIANA NIM S PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN PRAKTIK LABORATORIUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR ASUHAN KEBIDANAN II (PERSALINAN) MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN NYAI AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA TESIS Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEPERAWATAN

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEPERAWATAN HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEPERAWATAN TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Pada Program Studi Magister Kedokteran

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP SIKAP TENTANG SADARI DITINJAU DARI PENGETAHUAN TESIS

PERBEDAAN PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP SIKAP TENTANG SADARI DITINJAU DARI PENGETAHUAN TESIS PERBEDAAN PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP SIKAP TENTANG SADARI DITINJAU DARI PENGETAHUAN TESIS Disusun untuk memenuhi sebagai persyaratan Mencapai Derajat Magister Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami tahapan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami tahapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami tahapan tumbuh kembang dan setiap tahap mempunyai ciri tertentu. Tahapan yang paling memerlukan perhatian adalah

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT PONKESDES DI WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK TESIS

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT PONKESDES DI WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK TESIS PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT PONKESDES DI WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Kedokteran KeluargaMinat

Lebih terperinci

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERBEDAAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN METODE CERAMAH DIBANDINGKAN BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA PADA WANITA USIA SUBUR DI KABUPATEN MAGETAN JAWA TIMUR

Lebih terperinci

TOILET TRAINING. 1) Imam Rifa i 2) Rut Aprilia Kartini 3) Sukmo Lelono 4) Sulis Ratnawati

TOILET TRAINING. 1) Imam Rifa i 2) Rut Aprilia Kartini 3) Sukmo Lelono 4) Sulis Ratnawati TOILET TRAINING 1) Imam Rifa i 2) Rut Aprilia Kartini 3) Sukmo Lelono 4) Sulis Ratnawati Definisi Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN BERPIKIR KRITIS DAN WAKTU TANGGAP PERAWAT DENGAN KUALITAS ASUHAN KEPERAWATAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA.

HUBUNGAN BERPIKIR KRITIS DAN WAKTU TANGGAP PERAWAT DENGAN KUALITAS ASUHAN KEPERAWATAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA. HUBUNGAN BERPIKIR KRITIS DAN WAKTU TANGGAP PERAWAT DENGAN KUALITAS ASUHAN KEPERAWATAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA. TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah anugerah dan merupakan titipan serta amanah yang. sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah anugerah dan merupakan titipan serta amanah yang. sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah dan merupakan titipan serta amanah yang diberikan oleh Allah SWT dan akan menjadi generasi penerus serta generasi masa depan bangsa. Dalam kehidupannya,

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN DENGAN

PERBEDAAN PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN DENGAN PERBEDAAN PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN DENGAN LEAFLET DAN CERAMAH TERHADAP SIKAP REMAJA TENTANG PERNIKAHAN DINI DI TINJAU DARI JENIS KELAMIN (DI DESA SUMBERJO JOMBANG) TESIS Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 PENGARUH KEPESERTAAN ASURANSI KESEHATAN DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN BEROBAT PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

HUBUNGAN RELIGIUSITAS, KONSEP DIRI DAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

HUBUNGAN RELIGIUSITAS, KONSEP DIRI DAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA HUBUNGAN RELIGIUSITAS, KONSEP DIRI DAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk mencapai Derajat

Lebih terperinci

PENGARUH KEMAMPUAN METAKOGNITIF, LINGKUNGAN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

PENGARUH KEMAMPUAN METAKOGNITIF, LINGKUNGAN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PENGARUH KEMAMPUAN METAKOGNITIF, LINGKUNGAN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN POLTEKKES BHAKTI MULIA SUKOHARJO TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 HUBUNGAN PERSEPSI SISWA PADA KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DAN KECERDASAN INTELEKTUAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KELAS VIII SMP N 1 KUDUS TESIS Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN TOILET TRAINING PADA ANAK

SATUAN ACARA PENYULUHAN TOILET TRAINING PADA ANAK SATUAN ACARA PENYULUHAN TOILET TRAINING PADA ANAK Disusun oleh kelompok 3 1. I Putu Endra Setyawan 2. K. Rani Ardinanthi 3. Lanang Galih Kriswianto 4. Maya Rosita 5. Mei Ratna Sari 6. Muhammad Reza 7.

Lebih terperinci

TESIS. O l e h : NUR ROCHMAH S

TESIS. O l e h : NUR ROCHMAH S PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN MODEL JIGSAW DAN MODEL STAD TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X SMAN 2 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 TESIS O l e h : NUR ROCHMAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 tahun), usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), sekolah

BAB I PENDAHULUAN. 1 tahun), usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam rentan perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, 2009). Masa anak merupakan waktu anak untuk tumbuh

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENDERITA HIPERTENSI DITINJAU DARI ASPEK SIKAP TENTANG HIPERTENSI DI DESA MALASAN KECAMATAN DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program studi Teknologi Pendidikan. Oleh. Istanto S

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program studi Teknologi Pendidikan. Oleh. Istanto S PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN COMPETENCY BASED TRAINING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MELAKUKAN PERBAIKAN DAN ATAU SETING ULANG KONEKSI JARINGAN BERBASIS LUAS (WIDE

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA HUBUNGAN MOTIVASI DAN PENGETAHUAN TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN KETAATAN PERIKSA DAHAK PENDERITA SUSPECT TUBERKULOSIS PARU (Di Puskesmas Trenggalek KabupatenTrenggalek) TESIS Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Oleh: IMAM SANTOSA S

Oleh: IMAM SANTOSA S PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVISIONS ( STAD ) TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS XI

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN KELAS IBU HAMIL DI KABUPATEN SIDOARJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN KELAS IBU HAMIL DI KABUPATEN SIDOARJO HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN KELAS IBU HAMIL DI KABUPATEN SIDOARJO TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP SIKAP TENTANG KEJADIAN MENARCHE

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP SIKAP TENTANG KEJADIAN MENARCHE PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP SIKAP TENTANG KEJADIAN MENARCHE TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk mencapai Derajat Magister Kedokteran Keluarga Dengan Minat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENDAPATAN DAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENDAPATAN DAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENDAPATAN DAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI TESIS Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan EFEKTIVITAS INTERNALISASI NILAI KARAKTER MELALUI MODEL VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS VIII SMP 4 SURAKARTA TESIS

Lebih terperinci

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH, PREMATUR DAN KEJADIAN IKTERUS DENGAN INFEKSI NEONATORUM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TESIS

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH, PREMATUR DAN KEJADIAN IKTERUS DENGAN INFEKSI NEONATORUM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TESIS HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH, PREMATUR DAN KEJADIAN IKTERUS DENGAN INFEKSI NEONATORUM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program

Lebih terperinci

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 1 2 3 4 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Ibu Post Partum Terhadap Perawatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN AKSES MEDIA SOSIAL DENGAN SIKAP TENTANG REPRODUKSI SEHAT

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN AKSES MEDIA SOSIAL DENGAN SIKAP TENTANG REPRODUKSI SEHAT HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN AKSES MEDIA SOSIAL DENGAN SIKAP TENTANG REPRODUKSI SEHAT TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Minat Utama Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN KONVENSIONAL,

PENGARUH INTENSITAS PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN KONVENSIONAL, PENGARUH INTENSITAS PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN KONVENSIONAL, PERPUSTAKAAN DIGITAL DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR KOMUNIKASI KEPERAWATAN MAHASISWA AKADEMI KEPERAWATAN GIRI SATRIA HUSADA WONOGIRI

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PERBEDAAN PENGARUH JENIS PERMAINAN DAN KELOMPOK UMUR TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK DASAR (Eksperimen Pada Siswa Umur 6-7 tahun dan Siswa Umur 10-11 tahun pada SD Negeri Jombor 01 Sukoharjo) TESIS

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, DUKUNGAN KELUARGA DAN KEPATUHAN BEROBAT DENGAN STATUS KESEHATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 TESIS

HUBUNGAN PENGETAHUAN, DUKUNGAN KELUARGA DAN KEPATUHAN BEROBAT DENGAN STATUS KESEHATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 TESIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, DUKUNGAN KELUARGA DAN KEPATUHAN BEROBAT DENGAN STATUS KESEHATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program

Lebih terperinci

ANALISIS MULTILEVEL PENGARUH STATUS TUBERKULOSIS IBU,

ANALISIS MULTILEVEL PENGARUH STATUS TUBERKULOSIS IBU, ANALISIS MULTILEVEL PENGARUH STATUS TUBERKULOSIS IBU, IMUNISASI BACILLUS CELMETTE-GUERIN, PENDAPATAN KELUARGA, PENDIDIKAN DAN SANITASI RUMAH TERHADAP RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA BALITA DI KOTA MALANG

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN MODEL LEARNING CYCLE DAN MODEL STAD TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA PADA SISWA KELAS XII IPA SMA NEGERI KABUPATEN KUDUS TESIS Disusun untuk

Lebih terperinci

TESIS. DisusunOleh: NUR HIDAYAT NIM : S PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA MINAT UTAMA PENDIDIKAN PROFESI KESEHATAN

TESIS. DisusunOleh: NUR HIDAYAT NIM : S PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA MINAT UTAMA PENDIDIKAN PROFESI KESEHATAN HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DALAM HAL PEMENUHAN AKTIFITAS HIDUP SEHARI-HARI DAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT- PASIEN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

TESIS Disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh : SRI REJEKI NIM.

TESIS Disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh : SRI REJEKI NIM. PENGARUH PEMBELAJARAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI DABIN V KRADENAN DITINJAU DARI DISIPLIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etika-moral. Perkembangan anak sangat penting untuk diperhatikan karena akan

BAB I PENDAHULUAN. etika-moral. Perkembangan anak sangat penting untuk diperhatikan karena akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa anak adalah masa yang paling penting dalam proses pembentukan dan pengembangan kepribadian baik dalam aspek fisik, psikis, spiritual, maupun etika-moral. Perkembangan

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Ekonomi. Oleh

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Ekonomi. Oleh PENGARUH PEMBELAJARAN PEMASARAN MELALUI UNIT PRODUKSI, KREATIVITAS BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMK DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017 TESIS Disusun untuk

Lebih terperinci

ANALISIS JALUR FAKTOR PENENTU PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-3 TAHUN DI KOTA SALATIGA TESIS

ANALISIS JALUR FAKTOR PENENTU PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-3 TAHUN DI KOTA SALATIGA TESIS ANALISIS JALUR FAKTOR PENENTU PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-3 TAHUN DI KOTA SALATIGA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat

Lebih terperinci

POGRAM PASCA SARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2016

POGRAM PASCA SARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2016 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA DAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI RUMAH SAKIT Tesis Disusun Oleh: SHOLICHAN BADRI NIM S021308079 POGRAM PASCA SARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KONSTRUK HEALTH

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KONSTRUK HEALTH PATH ANALYSIS HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KONSTRUK HEALTH BELIEF MODEL DENGAN KINERJA KADER PADA PENGENDALIAN KASUS TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

PENGARUH METAKOGNITIF DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MATA KULIAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN TESIS

PENGARUH METAKOGNITIF DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MATA KULIAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN TESIS PENGARUH METAKOGNITIF DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MATA KULIAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN (PROGRAM S1 KEPERAWATAN BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO) TESIS Disusun Untuk Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI DESA GLODOGAN KECAMATAN KLATEN SELATAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI DESA GLODOGAN KECAMATAN KLATEN SELATAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI DESA GLODOGAN KECAMATAN KLATEN SELATAN Yeni Frestina, Chori Elsera, Dian Wahyu A Latar belakang Jumlah balita di Indonesia

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, STATUS PEKERJAAN IBU DAN PERAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS WEDARIJAKSA PATI TESIS

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, STATUS PEKERJAAN IBU DAN PERAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS WEDARIJAKSA PATI TESIS HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, STATUS PEKERJAAN IBU DAN PERAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS WEDARIJAKSA PATI TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

Oleh Yulia Yekti Subekti S

Oleh Yulia Yekti Subekti S PENGARUH JENIS KELAMIN, PAJANAN MEDIA, PERAN TEMAN SEBAYA, PENGETAHUAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL, KEDEKATAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU BERISIKO PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PADA ANAK JALANAN TESIS Disusun untuk

Lebih terperinci

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR PKn DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA MTs N DI KABUPATEN KUDUS TESIS Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Psikologi Terapan UI ini.

Psikologi Terapan UI ini. SERING BUANG AIR BESAR DI CELANA Boleh jadi si kecil enggak sakit perut, tapi semata-mata lantaran ingin membangkang. Penyebabnya, toilet training yang salah. Dibanding si kecil mengompol, buang air besar

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN BEDSIDE TEACHING TERHADAP KETERAMPILAN IBU MELAKUKAN PIJAT BAYI DI TINJAU DARI PARITAS

PENGARUH PENYULUHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN BEDSIDE TEACHING TERHADAP KETERAMPILAN IBU MELAKUKAN PIJAT BAYI DI TINJAU DARI PARITAS PENGARUH PENYULUHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN BEDSIDE TEACHING TERHADAP KETERAMPILAN IBU MELAKUKAN PIJAT BAYI DI TINJAU DARI PARITAS TESIS Disusun untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL, TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN JARAK LAYANAN KESEHATAN DENGAN CAKUPAN PELAYANAN ANTENATAL Di Bidan Praktek Swasta (BPS) Desa Sekarputih, Kota Batu TESIS Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

TOILET TRAINING. C. Faktor-Faktor Yang Mendukung Toilet Training Pada Anak

TOILET TRAINING. C. Faktor-Faktor Yang Mendukung Toilet Training Pada Anak 1 TOILET TRAINING A. Pengertian Toilet Training Toilet Training pada anak adalah latihan menanamkan kebiasaan pada anak untuk aktivitas buang air kecil dan buang air besar pada tempatnya (toilet). B. Tanda-Tanda

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI DOSEN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TESIS

PENGARUH KOMPETENSI DOSEN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TESIS i PENGARUH KOMPETENSI DOSEN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN

HUBUNGAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN i HUBUNGAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN MOTIVASI BELAJAR TEHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA (Studipada Mahasiswa Akademi Keperawatan Bakti Nusantara) TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. proses kedewasaan, hingga kepada upaya pembentukan norma-norma yang. diharapkan oleh masyarakat pada umumnya (Casmini, 2007).

BAB II TINJAUAN TEORI. proses kedewasaan, hingga kepada upaya pembentukan norma-norma yang. diharapkan oleh masyarakat pada umumnya (Casmini, 2007). digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar Pola Asuh 1. Pengertian Pola Asuh Pola asuh adalah cara orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing, mendisiplinkan serta melindungi anak

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH MEDIA YOUTUBE DAN ALAT PERAGA TERHADAP KECEMASAN DAN PRESTASI KETERAMPILAN LABORATORIUM KEBUTUHAN DASAR MANUSIA TESIS

PERBEDAAN PENGARUH MEDIA YOUTUBE DAN ALAT PERAGA TERHADAP KECEMASAN DAN PRESTASI KETERAMPILAN LABORATORIUM KEBUTUHAN DASAR MANUSIA TESIS PERBEDAAN PENGARUH MEDIA YOUTUBE DAN ALAT PERAGA TERHADAP KECEMASAN DAN PRESTASI KETERAMPILAN LABORATORIUM KEBUTUHAN DASAR MANUSIA TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat MagisterKesehatan

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG PROFESI ASISTEN APOTEKER DAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR FARMASETIKA PADA MAHASISWA PRODI DIII FARMASI TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK, KEPATUHAN MENGKONSUMSI ANTI DIABETIK ORAL DENGAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI FASYANKES PRIMER KLATEN

HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK, KEPATUHAN MENGKONSUMSI ANTI DIABETIK ORAL DENGAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI FASYANKES PRIMER KLATEN HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK, KEPATUHAN MENGKONSUMSI ANTI DIABETIK ORAL DENGAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI FASYANKES PRIMER KLATEN TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CARA BELAJAR DAN KEAKTIFAN BELAJAR DALAM TUTORIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA BLOK TAHAP TAHAP KEHIDUPAN

HUBUNGAN ANTARA CARA BELAJAR DAN KEAKTIFAN BELAJAR DALAM TUTORIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA BLOK TAHAP TAHAP KEHIDUPAN HUBUNGAN ANTARA CARA BELAJAR DAN KEAKTIFAN BELAJAR DALAM TUTORIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA BLOK TAHAP TAHAP KEHIDUPAN (Mahasiswa Fakultas Kedokteran Angkatan 2010/2011 Universitas Mataram) TESIS Disusun

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI KERENTANAN PENYAKIT DAN KESERIUSAN PENYAKIT DENGAN PELAYANAN KESEHATAN PADA HEALTH BELIEF MODEL TESIS

HUBUNGAN PERSEPSI KERENTANAN PENYAKIT DAN KESERIUSAN PENYAKIT DENGAN PELAYANAN KESEHATAN PADA HEALTH BELIEF MODEL TESIS HUBUNGAN PERSEPSI KERENTANAN PENYAKIT DAN KESERIUSAN PENYAKIT DENGAN PELAYANAN KESEHATAN PADA HEALTH BELIEF MODEL TESIS OLEH: PIPIT TRI INDRIAN S541302088 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. pada kehidupan selanjutnya. Perhatian yang diberikan pada masa balita akan

Bab 1 PENDAHULUAN. pada kehidupan selanjutnya. Perhatian yang diberikan pada masa balita akan Bab 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak ia lahir sampai mencapai usia dewasa. Pada masa balita pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi sangat cepat. Masa

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN MINAT BELAJAR TERHADAPPENGETAHUAN PEMASANGAN KONTRASEPSI IUD

PERBEDAAN PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN MINAT BELAJAR TERHADAPPENGETAHUAN PEMASANGAN KONTRASEPSI IUD PERBEDAAN PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN MINAT BELAJAR TERHADAPPENGETAHUAN PEMASANGAN KONTRASEPSI IUD (PRODI D III KEBIDANAN STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO) TESIS Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PENYULUHAN (KIE) TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN BER-KB DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN

PENGARUH METODE PENYULUHAN (KIE) TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN BER-KB DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN PENGARUH METODE PENYULUHAN (KIE) TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN BER-KB DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN (Studi Eksperimen pada PUS Non Akseptor KB di Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto) TESIS Untuk

Lebih terperinci

PENGARUH METODE DRILL

PENGARUH METODE DRILL PENGARUH METODE DRILL DAN DEMONSTRASI TERHADAP KETERAMPILAN MELAKUKAN PEMERIKSAAN LEOPOLD DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL MAHASISWA ( Di Akademi Kebidanan Sakinah Pasuruan ) TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERPERAN TERHADAP KEGAGALAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN (Studi Kasus di Puskesmas Moropelang Kab.

FAKTOR YANG BERPERAN TERHADAP KEGAGALAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN (Studi Kasus di Puskesmas Moropelang Kab. FAKTOR YANG BERPERAN TERHADAP KEGAGALAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2014 (Studi Kasus di Puskesmas Moropelang Kab. Lamongan) TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

PENGARUH KEHARMONISAN KELUARGA DAN IDENTITAS DIRI TERHADAP TINGKAT KENAKALAN REMAJA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK BLITAR TESIS

PENGARUH KEHARMONISAN KELUARGA DAN IDENTITAS DIRI TERHADAP TINGKAT KENAKALAN REMAJA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK BLITAR TESIS PENGARUH KEHARMONISAN KELUARGA DAN IDENTITAS DIRI TERHADAP TINGKAT KENAKALAN REMAJA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK BLITAR TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikkan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikkan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan yang dapat memberi kasih sayang. Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang

Lebih terperinci

PENGARUH SELF HELP GROUP TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA KEPALA KELUARGA DENGAN PENDERITA DEPRESI TESIS

PENGARUH SELF HELP GROUP TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA KEPALA KELUARGA DENGAN PENDERITA DEPRESI TESIS PENGARUH SELF HELP GROUP TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA KEPALA KELUARGA DENGAN PENDERITA DEPRESI TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI, KOMPETENSI DAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI TESIS

HUBUNGAN MOTIVASI, KOMPETENSI DAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI TESIS HUBUNGAN MOTIVASI, KOMPETENSI DAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci