ANALISIS EKONOMI DAN KINERJA JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN RUAS JALAN SOLO - SRAGEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EKONOMI DAN KINERJA JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN RUAS JALAN SOLO - SRAGEN"

Transkripsi

1 ANALISIS EKONOMI DAN KINERJA JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN RUAS JALAN SOLO - SRAGEN Novia Endhianata, Retno Indriyani Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember endhic@yahoo.com Ruas Jalan Solo Sragen merupakan jalan arteri primer pada koridor arteri lintas tengah Pulau Jawa yang merupakan jalur penting untuk distribusi barang dan orang. Keterbatasan dana yang dimiliki oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah menyebabkan pembangunan jalan arteri baru tidak dapat dilaksanakan. Menghadapi persoalan tersebut, perlu dibuat suatu alternatif yaitu peningkatan jalan Solo Sragen dari kondisi 7 meter (2/2 UD) menjadi 14 meter (4/2 D). Dalam penelitian ini menggunakan data primer yang didapat dari hasil survey dan data sekunder yang didapat dari instansi yang terkait. Dalam penelitian ini akan dikaji kinerja jalan pada kondisi sebelum dan sesudah ditingkatkan. Selain itu, dilakukan juga analisis manfaat dan analisis ekonomi dari peningkatan jalan. Total manfaat yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan besarnya biaya peningkatan jalan untuk memperoleh nilai Benefit Cost Ratio (BCR). Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai BCR sebesar 8,59 > 1 dengan discount faktor 15 % sehingga diperoleh rekomendasi bahwa proyek ini sangat layak untuk dilaksanakan. Kata kunci : kelayakan, ekonomi, jalan B-1

2 KONSEP TENTANG SISTEM PEMBERIAN UPAH TERHADAP PRODUKTIVITAS BURUH KONSTRUKSI DI SURABAYA Thahiril Lazib, Retno Indryani, Yusronia Eka Putri Program Magister, Bidang Keahlian Manajemen Proyek Konstruksi Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Indonesia SDM merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan proyek kontraktor, salah satu tolak ukur kesuksesan adalah produktivitasnya. Pemberian upah dilakukan kontraktor untuk meningkatkan produktivitas buruh. Kontraktor selalu berusaha memberikan upah minimal, namun berusaha mendapatkan kinerja yang maksimal, untuk itu sistem pemberian upah yang tepat sangat diperlukan agar hubungan perusahaan dengan buruh bejalan baik. Paper ini menyajikan definisi konseptual mengenai sistem pemberian upah dan produktivitas buruh konstruksi di Surabaya. Kajian literatur mendalam dan survey pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan variabel X (sistem pemberian upah) dan variabel Y (produktivitas buruh). 10 variabel X teridentifikasi yaitu sistem prosentase pekerjaan (termin) (X1), sistem pekerjaan selesai baru dibayar (X2), sistem harian (X3), sistem mingguan (X4), sistem 2 mingguan (X5), sistem bulanan (X6), sistem harian ditambah bonusan (X7), sistem mingguan ditambah bonusan (X8), sistem 2 mingguan ditambah bonusan (X9), sistem bulanan ditambah bonusan (X10), dan 5 indikator variabel terikat (Y) kedisiplinan, presensi, semangat kerja, kuantitas pekerjaan, dan kualitas pekerjaan. Hasil berupa konsep mengenai pengaruh sistem pemberian upah terhadap produktivitas buruh konstruksi agar menjadi hasil yang dapat memberi masukan bagi konsep produktivitas di industri jasa konstruksi dan sebagai bahan pertimbangan memilih sistem pemberian upah untuk peningkatan produktivitas buruh konstruksi. Kata kunci: Sistem pemberian upah, produktivitas buruh konstruksi, kontraktor. B-2

3 ANALISA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT PEDAGANG DAN PENGUNJUNG PASAR BANTO TRADE CENTRE Hadelina 1), Christiono Utomo 2), Retno Indryani 2) Manajemen Aset, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember hd_lina@yahoo.co.id Pasar Banto Trade Centre (BTC) adalah pasar moderen yang dalam pengelolaannya dikerjasamakan dengan PT Citicon Mitra Bukittinggi. Kondisi fisik BTC adalah bangunan seluas m 2 terdiri atas empat lantai yang menyediakan fasilitas pasar lengkap seperti lapangan parkir, tangga eskalator dengan jumlah kiosnya petak toko. Letak BTC berada di pusat kota berhadapan dengan terminal regional Type C. Kondisi sekarang pasar sepi dari pedagang dan pengunjung yang merupakan aktifitas/pelaku utama pasar, kondisi ini tidak segera dicarikan solusi yang tepat, dikawatirkan pasar ini akan semakin ditinggalkan oleh pedagang dan pengunjung. Paper ini menyajikan definisi konseptual untuk mengidentifikasi dan menganalisa faktor yang mempengaruhi minat pedagang dan pengunjung Pasar BTC dengan mempergunakan data primer yang diperoleh melalui survey lokasi dan kuesioner kepada responden pengguna pasar. Data skunder diperoleh dari stakeholder. Dengan diketahuinya konsep tentang faktor yang mempengaruhi minat pedagang dan pengunjung Pasar BTC manfaat pada institusi pengelola pasar maupun Pemerintah Kota Bukittinggi sebagai pemilik aset dan pembuat kebijakan, dalam pengelolaan pasar modern. Kata kunci: Banto Trade Centre, Pasar modern, Faktor minat pedagang dan pengunjung. B-3

4 MODEL PENDANAAN KEMITRAAN PADA PENGELOLAAN KAWASAN WISATA TELAGA SARANGAN DI KABUPATEN MAGETAN Rokhmat Zainuddin, Christiono Utomo, Retno Indryani Manajemen Aset FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember rokhmatzainuddin@yahoo.com Salah satu aset strategis yang memberikan kontribusi bagi PAD di Kabupaten Magetan adalah kawasan wisata Telaga Sarangan. Akan tetapi dalam beberapa tahun terakhir, tingkat kunjungan wisatawan ke Telaga Sarangan dan wisata lain di sekitarnya mengalami penurunan. Dari tahun ke tahun baik pengunjung dan pendapatan asli daerah dari retribusi masuk ke obyek wisata menunjukkan kecenderungan/tren yang terus menurun. Perlu dilakukan suatu kajian ilmiah untuk pengembangan kawasan wisata Telaga Sarangan. Alternatif pengembangan yang mungkin dilakukan adalah pengelolaan tetap dilakukan oleh pemerintah. Alternatif lain adalah kerjasama dengan swasta. Karena bentuk kemitraan sangat beragam, diperlukan suatu penelitian untuk menentukan pola kemitraan yang dapat diterapkan, yang saling menguntungkan bagi pemerintah maupun swasta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proyeksi pemodelan finansial terhadap profitability index (PI) masing-masing alternatif kemitraan dengan dukungan riset empiris survey pada jumlah pengunjung dalam pengelolaan kawasan wisata telaga Sarangan. Sebelum dilakukan analisis berdasarkan PI, perlu dilakukan studi pendahuluan mengenai bentuk kemitraan, studi pendahuluan ini berdasarkan asal dana investasi, modal kerja, tujuan modal swasta, risiko finansial swasta, durasi kerjasama, kepemilikan aset, kewenangan manajemen, dan tujuan utama kerjasama. Paper ini menyajikan definisi konseptual tentang bentuk kerja sama yang tepat antara Pemerintah Kabupaten Magetan dengan swasta dalam pengelolaan kawasan wisata Sarangan. Kata kunci : Telaga Sarangan, kerjasama pemerintah swasta, profitability indeks B-4

5 KONSEPTUAL PENETAPAN TARIF RETRIBUSI PASAR DI KABUPATEN TANAH LAUT PROVINSI KALSEL Sri Hadi, I Putu Artama W, dan Christiono Utomo Program Studi Teknik Sipil FTSP-ITS srihadi74@gmail.com Pasar tradisional yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Tanah Laut pada Tahun 2010 berjumlah 12 buah yang menyebar di 11 kecamatan. Pengelolaan yang baik sangat diperlukan sebagai konsekuensi kemajuan dan perubahan pola hidup. Keterbatasan dana menyebabkan kurangnya optimalisasi aset pasar, sehingga muncul usaha untuk memperbesar pendapatan, salah satunya berasal dari hasil penarikan tarif sewa dan retribusi agar mampu menutup besarnya biaya, dan juga mempertimbangkan kemampuan masyarakat atau pedagang. Penelitian ini bertujuan menetapkan besarnya tarif dasar yang dapat menutup biaya operasional dan pemeliharaan, tetapi tidak memberatkan masyarakat yang sebagai obyek dari tarif. Metode analisa yang digunakan untuk penetapan tarif dasar adalah menggunakan pendekatan biaya dan pendekatan permintaan. Pendekatan biaya dihitung dengan metode analisa akuntansi dengan berdasarkan data skunder dari laporan penerimaan dan pengeluaran di Kantor Pengelola Pasar Kabupaten Tanah Laut dan laporan penjabaran APBD. Pendekatan permintaan ditentukan dengan menggunakan persepsi pedagang atas nilai, sehingga menghasilkan kurva permintaan. Dengan analisa regresi linier dan menggunakan pendekatan marginal diperoleh tarif yang sesuai dengan persepsi pedagang. Hasil dari konsep ini adalah merupakan sebuah konsep penetapan harga dengan batas yang dapat diterima masyarakat atau pedagang dan Pemerintah Kabupaten Tanah Laut. Kata kunci : tarif, retribusi, biaya, pendekatan permintaan, pasar B-5

6 PENGARUH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU TERHADAP BIAYA MUTU PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA Stephani Budihardja, Retno Indryani Manajemen Proyek Konstruksi, FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember Seiring peningkatan mutu yang dilakukan perusahaan konstruksi, seringkali diikuti juga dengan peningkatan biaya mutu. Salah satu cara yang digunakan perusahaan konstruksi untuk meningkatkan mutu adalah dengan menerapkan sistem manajemen mutu. Penerapan sistem manajemen mutu diharapkan dapat mengurangi biaya mutu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui elemen-elemen apa saja dari Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 yang berpengaruh terhadap biaya mutu di dalam pelaksanaan proyek dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Variabelvariabel penelitian diidentifikasi melalui studi pustaka dan survei pendahuluan. Proyekproyek yang dijadikan obyek penelitian adalah proyek konstruksi gedung bertingkat di Surabaya. Responden dalam penelitian ini terdiri dari Project Manager, Site Manager, Engineer, atau Quality Management Resident. Dari hasil penelitian diperoleh hubungan antara penerapan sistem manajemen mutu dengan biaya mutu dalam bentuk model regresi linier berganda yaitu: Y=0,960-0,612X 1 +0,630X 2-0,248X 12. Tiga variabel yang berpengaruh terhadap biaya mutu tersebut adalah ketersediaan dokumen sistem manajemen mutu (X 1 ), adanya pengendalian dokumen dan record (X 2 ), serta ketersediaan fasilitas dan peralatan (X 12 ). Melalui uji model regresi (uji t dan uji F) diperoleh bahwa elemen-elemen dari sistem manajemen mutu berpengaruh terhadap biaya mutu baik secara parsial maupun secara simultan. Ketersediaan dokumen sistem manajemen mutu (X 1 ) merupakan elemen dari sistem manajemen mutu yang memiliki pengaruh paling besar terhadap biaya mutu. Kata kunci: sistem manajemen mutu, biaya mutu, proyek konstruksi B-6

7 KONSEP DASAR LINGKUP KEAHLIAN MANAJEMEN ASET INFRASTRUKTUR WILAYAH Usulan dari Sudut Pandang Teknik Sipil Hitapriya Suprayitno dan Ria A.A. Soemitro Jurusan Teknik Sipil, Insitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya Manajemen Infrastruktur Wilayah telah menjadi sebuah pengertian yang cukup penting didalam bidang Teknik Sipil. Konsep Dasar mengenai hal ini sudah didefinisikan dengan baik dan sedang dielaborasi. Tindak lanjut dari penyusunan Konsep Dasar Manajemen Infrastruktur Wilayah adalah memetakan Keahlian Manajemen Infrastruktur Wilayah. Paper ini ditujukan unutk menyampaikan hasil penelitian penulis mengenai Penyusunan Konsep Peta Keahlian Manajemen Infrastruktur Wilayah. Pertanyaan dasar yang mengemuka didalam penelitian ini adalah : seperti apakah lingkup keahlian manajemen infrastruktur. Lingkup Keahlian Manajemen Infrastruktur Wilayah telah berhasil didefinisikan. Kemampuan ini meliputi pemahaman tentang Siklus Manajemen Infrastruktur Wilayah, pemahaman tentang Infrastruktur Wilayah, kemampuan perencanaan strategis infrastruktur wilayah, penyusunan program manajemen infrastruktur wilayah, pemahaman tentang penyusunan sistem informasi infrastruktur wilayah, pemahaman tentang proses pengadaan jasa perencanaan, perancangan dan pembangunan infrastruktur, pemahaman tentang sistem wilayah dan ekonomi wilayah, kemampuan untuk menyusun analisa kelayakan infrastruktur, kemampuan untuk menyusun konsep investasi infrastruktur, pemahaman tentang sertifikasi infrastruktur, pemahaman tentang sistem operasi infrastruktur, kemampuan untuk menyusun program manajemen pemeliharaan infrastruktur wilayah, kemampuan untuk menyusun konsep pemanfaatan lain serta kemampuan untuk menyusun konsep penghapusan infrastruktur wilayah. Kata kunci : manajemen infrastruktur wilayah B-7

8 ANALISIS PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN REHABILITASI BANGUNAN GEDUNG SD NEGERI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN TULUNGAGUNG Eko Sudharmono 1, I Putu Artama Wiguna 2, Erwin Sudarma 3 Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia 1,2 Teknik Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia 3 ekosudharmono@yahoo.com 1 Bangunan gedung SD Negeri merupakan salah satu prasarana pendidikan sekolah dasar yang sangat penting. Sesuai dengan karakteristiknya, bangunan gedung selalu cenderung mengalami penurunan kondisi yang diindikasikan dengan terjadinya kerusakan pada fisik bangunan. Untuk mempertahankan kondisi bangunan sesuai dengan umur rencana yang telah direncanakan, maka selama masa pelayanan bangunan tersebut perlu kegiatan rehabilitasi berupa pemeliharaan, perawatan dan pembangunan berdasarkan tingkat kerusakan bangunan. Namun sehubungan dengan keterbatasan anggaran, maka perlu dibuat prioritas berdasarkan berbagai kriteria dalam penanganan bangunan gedung melalui mekanisme perencanaan pembangunan daerah. Penelitian menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan oleh Saaty. Obyek penelitian dilakukan terhadap semua bangunan gedung SDN yang diusulkan dalam musrenbang tingkat kecamatan di Kabupaten Tulungagung berjumlah 176 bangunan gedung SDN dengan kondisi rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat yang sumber pembiayaannya dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Data sekunder dikumpulkan melalui studi kepustakaan dan pengumpulan dokumen. Data primer didapat dari penyebaran kuesioner kepada 10 responden, yang terdiri dari 7 orang tim penyusun APBD Kabupaten Tulungagung dan 3 orang instansi pendidikan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kriteria dan bobot kriteria penentuan prioritas rehabilitasi bangunan gedung SDN adalah kriteria kabupaten antara lain kepadatan penduduk (0,557), pertumbuhan penduduk (0,320), luas wilayah (0,123) dan kriteria kecamatan antara lain yaitu tingkat kerusakan bangunan (0,403), jumlah siswa (0,265), umur bangunan (0,178), lokasi bangunan (0,091) dan angka partisipasi murni (0,063). Prioritas pertama rehabilitasi bangunan gedung SDN masing-masing kecamatan adalah SDN Kepatihan 4 kec. Tulungagung, SDN Sanggrahan 1 Kec. Boyolangu, SDN Ringinpitu 2 Kec. Kedungwaru, SDN Ngantru 1 Kec. Ngantru, SDN Ngunut 2 Kec. Ngunut, SDN Sambijajar 2 Kec. Sumbergempol, SDN Blimbing 1 Kec. Rejotangan, SDN Betak 2 Kec. Kalidawir, SDN Demuk 4 Kec. Pucanglaban, SDN Tanggung 4 Kec. Campurdarat, SDN Kresikan 1 Kec. Tanggunggunung, SDN Sukoanyar 1 Kec. Pakel, SDN Gandong 2 Kec. Bandung, SDN Besole 1 Kec. Besuki, SDN Kauman 1 Kec. Kauman, SDN Gondang 1 Kec. Gondang, SDN Nglutung 2 Kec. Sendang, SDN Gedangan 2 Kec. Karangrejo, dan SDN Gambiran 1 Kec. Pagerwojo. Kata kunci : rehabilitasi gedung, kriteria, prioritas, AHP. B-8

9 STUDI PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR PENGARUH TINGKAT KECENDERUNGAN RENOVASI RUMAH DI PERUMAHAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SURVIVAL Fenty Fahminnansih, Retno Indryani, Nur Iriawan Bidang Keahlian Manajemen Proyek Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Renovasi rumah merupakan kegiatan penghuni dalam menyikapi ketidakpuasan atau keinginan untuk mengembangkan rumah yang dihuninya. Setelah observasi dilakukan pada beberapa perumahan menengah ke atas di Surabaya, renovasi ternyata terlihat pada rumah-rumah di perumahan tersebut. Rumah-rumah yang rata-rata berumur 15 tahun tersebut telah mengalami renovasi dalam berbagai macam bentuk, renovasi kecil sampai besar. Penelitian ini berupaya melihat kecenderungan renovasi sebuah rumah ditinjau dari beberapa indikasi yang mempengaruhi rumah yang ditinggali tersebut. Sampel diambil dari perumahan-perumahan yang memiliki tipe rumah yang mirip dan penghuni yang seragam, yaitu menengah ke atas. Data primer didapatkan dari metode survey, dengan pertanyaan seputar karakteristik penghuni dan kondisi rumah pada masing-masing penghuni perumahan. Penelitian ini akan mendemonstrasikan penggunaan dari analisis survival yang dijalankan menggunakan model Cox Proportional Hazard untuk menentukan faktor yang secara signifikan mempengaruhi kecenderungan rumah terenovasi. Hasilnya menunjukkan bahwa masing-masing perumahan menghasilkan model yang berbeda, dimana pada perumahan Taman Pondok Indah indikasi yang dominan adalah faktor penghasilan, perlindungan terhadap cuaca, tingkat suhu udara dan tingkat estetis bangunan. Sedangkan pada perumahan Pondok Nirwana indikasi yang dominan adalah faktor status pernikahan, perlindungan terhadap cuaca, tingkat luas ruangan dan tingkat keawetan rumah. Kata kunci: Analisis Survival, Renovasi, Rumah B-9

10 STRATEGI PENGELOLAAN PASAR INDUK AGROBIS JAWA TIMUR DI JEMUNDO Happy Rosalina dan I Putu Artama Wiguna Bidang Keahlian Manajemen Proyek Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya happyrosa05@yahoo.com Pasar Induk Agrobis (PIA) Jawa Timur saat ini lebih dikenal dengan nama Puspa Agro. PIA Jatim dirancang sebagai bagian infrastruktur untuk mewujudkan visi pembangunan Jawa Timur sebagai pusat agrobisnis. Melihat tahapan-tahapan yang telah dilakukan pemerintah daerah Jawa Timur, terindikasi bahwa PIA merupakan proyek yang mendapatkan prioritas tinggi. Hal tersebut juga didorong dengan peran yang direncanakan bagi PIA dalam pola pembangunan jangka menengah panjang adalah sebagai pelopor bagi terbentuknya industri agrobisnis sebagai tumpuan ekonomi Jawa Timur. Umumnya pasar induk di Indonesia menghadapi berbagai masalah seperti terbatasnya ruang pada lapak yang sempit, tidak teratur dan lemahnya pengelolaan. Kelemahan sistem pengelolaan tersebut menjadi salah satu penyebab penting gagalnya fungsi sebuah pasar, sehingga tidak dapat memenuhi tujuan awal sebagai promotor perekonomian daerah. Rancangan pengelolaan pasar harus cocok dengan ciri produk atau jasa yang akan difasilitasi, sehingga akan memberikan dampak efisiensi yang besar. Berdasarkan informasi tersebut, timbul permasalahan dalam proses penyusunan konsep pengelolaan PIA Jawa Timur yaitu diperlukan strategi dalam pengelolaan pasar dengan memperhatikan kriteria-kriteria dan sub kriteria apa saja yang menjadi prioritas pengelolaan PIA Jawa Timur di Jemundo. Data yang digunakan adalah data primer dalam bentuk kuesioner. Responden penelitian adalah pengelola PIA yaitu Direktur Utama PT. Jatim Graha Utama, Badan Pengelola PIA, dan Stakeholder PIA (Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Dinas Perdagangan dan Dinas Perkebunan, petani dan pedagang kelompok pasar), Calon pembeli dan Pengelola pasar sejenisnya (Kompetitor). Pengolahan data akan dilakukan dengan metode Anayitical Hierarchy Process (AHP) dan analisis SWOT/ TOWS. Dari AHP diketahui kriteria yang paling penting dalam pengelolaan PIA adalah pelayanan kepada masyarakat, disusul dengan efisiensi dalam operasional dan pemberdayaan jaringan distribusi. Sedangkan hasil rancangan usulan strategi pengelolaan PIA lebih menekankan untuk menjadi pionir pasar yang menjaga konsistensi kualitas, regulasi fleksibel, penyediaan fasilitas lengkap serta pembangunan akses transportasi yang belum memadai. Kata kunci: Pasar Induk, AHP, SWOT B-10

11 PENGARUH KARAKTERISTIK PEMBELI TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBELIAN UNIT RUMAH DI PERUMAHAN GRAHA FAMILI Yudhi Brahmanto dan Christiono Utomo Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Dengan adanya perkembangan informasi dan perbaikan tingkat ekonomi, pengetahuan, dan gaya hidup di masyarakat, maka penentuan dalam pemilihan perumahan di lingkungan masyarakat mengalami perkembangan, terlebih perumahan kalangan menengah ke atas. (Galaty,2006) Sampai beberapa tahun ke depan kiblat orang mencari rumah di Surabaya belum bergeser dari Surabaya Barat. Dalam kaitannya dengan keberadaan pesaing yang ada di Surabaya Barat, PT. Grande Family View harus sigap dalam menyikapi keberadaan pesaing-pesaing yang lain. Karena itu penelitian ini mengkaji faktor-faktor apakah yang membuat perumahan Graha Famili diminati oleh pembeli, dan mempengaruhi konsumen untuk membeli hunian di perumahan Graha Famili. Dari hasil yang didapatkan maka Karakteristik pembeli adalah warga negara setempat dari suku Tionghoa dengan range usia antara 51 sampai 65 tahun, sudah menikah dan beranggotakan keluarga 3-4 orang. Dengan tingkat pendidikan terakhir S- 1 dan merupakan wiraswasta sebagai Pemilik Usaha. Adapun penghasilan per-bulan diatas 55 juta rupiah per-bulan dan memiliki pengeluaran antara Juta rupiah perbulan. Dan jarak lokasi pekerjaan dari hunian antara Km. Dari hasil analisis melalui diagram kartesis dua faktor dominan yang dipertimbangkan adalah Faktor Kualitas Bangunan dan Faktor Potensi Pertambahan Nilai. Dan dari segmentasi pasar, ditemukan bahwa karakteristik pembeli yang memiliki pengaruh terhadap faktor dominan adalah pembeli berjenis kelamin laki-laki yang memiliki penghasilan perbulan diatas 55 juta rupiah dan pengeluaran perbulan antara 10 sampai 25 juta rupiah perbulan. Kata kunci: faktor dominan, hubungan, karakteristik pembeli, perumahan graha family B-11

12 ANALISIS PENERAPAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) DENGAN PEMBANGUNAN BUSLANE PARSIAL PADA KORIDOR UTARA-SELATAN KOTA SURABAYA Fitra Hapsari dan Wahju Herijanto Manajemen dan Rekayasa Transportasi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Instiut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, ibukota propinsi Jawa Timur dan pusat perdagangan dan ekonomi Indonesia Timur merupakan kota dengan aktivitas lalu lintas yang sangat tinggi. Kemacetan terparah terjadi pada ruas-ruas jalan yang berhubungan dengan CBD (Central Business District), terutama pada jam sibuk pagi dan sore hari. Alternatif pemecahan masalah adalah penyediaan sarana transportasi masal yang modern dan praktis semisal BRT (Bus Rapid Transit). Beberapa studi terdahulu telah menerapkan BRT penuh pada Koridor Utara-Selatan Surabaya, namun penerapan BRT masih terkendala oleh beberapa masalah antara lain kemacetan jalan utama serta perbedaan kewenangan pembinaan jalan. Maka dalam penelitian ini akan dianalisa apakah dalam koridor ini dapat diterapkan sistem BRT Parsial, untuk meminimalkan efek negatif pada jalan. Lalu akan dianalisa kinerja BRT Parsial serta kinerja jalan akibat adanya lajur khusus bus. Pada penelitian ini akan dievaluasi apakah BRT untuk koridor Utara-Selatan kota Surabaya dapat diterapkan secara parsial, dan ruas mana sajakah yang memungkinkan dan tidak memungkinkan dibangun lajur khusus bus (buslane). Dasar acuan yang akan dijadikan factor penentu adalah derajad kejenuhan jalan saat ini, status kewenangan pembinaan jalan serta geometri jalan. Lalu akan dianalisa kinerja BRT Parsial, antara lain kecepatan rata-rata, headway dan frekuensi dari demand yang telah didapatkan sebelumnya. Setelah itu dapat diketahui kinerja ruas jalan dan persimpangan yang akan dilaluinya. Dari hasil analisa ini ternyata buslane masih dapat secara layak diterapkan secara parsial pada sebagian besar ruas jalan di seluruh koridor, kecuali di 4 jalan yaitu Ahmad Yani, Raya Wonokromo, Perak Barat dan Perak Timur, dimana BRT akan beroperasi secara mix traffic pada ruas jalan tersebut. Headway BRT Parsial adalah 2,3 menit dengan frekuensi kedatangan 26 kend/jam. Kecepatan rata-rata BRT Parsial adalah 24,63 km/jam yang masih lebih tinggi dari bus kota saat ini yaitu 19 km/jam, dan, tentu saja, dengan kualitas kenyamanan dan keandalan yang lebih baik juga. Setelah mengetahui hasil analisa diatas, maka direkomendasikan agar BRT Parsial dapat diimplementasikan dalam jangka waktu yang relatif cepat sehingga Surabaya memiliki alternatif sarana transportasi masal dengan kualitas yang baik dan ekonomis. Kata kunci: kemacetan, BRT (Bus Rapid Transit), buslane, parsial B-12

13 ANALISA REKAYASA NILAI PADA PROYEK PEMBANGUNAN DERMAGA PETI KEMAS TRI SAKTI BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN Mustofa Nawawi 1 dan Retno Idryani tofanwest@gmail.com 1 Magister Manajemen Teknologi-ITS 2 Teknik Sipil ITS PT (Persero) Pelindo III melaksanakan pengembangan dermaga, yaitu pembangunan Dermaga Peti Kemas baru di lahan eks PT Polymer dan PT Jayasakti Barutama. Berdasarkan desain final yang telah disetujui, masih terdapat pemborosan dalam pembiayaan proyek tersebut. Pemborosan yang diidentifikasi yaitu: (1) adanya delatasi pada struktur antar lantai yang kurang berfungsi dengan baik, (2) pada desain tiang pancang pada as D terdapat dua tiang pancang yang diinstal miring, kondisi tersebut perlu dievaluasi lebih lanjut, (3) penggunaan material konstruksi penahan tanah yang kurang efisien karena memerlukan biaya maintenance yang relatif tinggi dan mudah korosi, (4) Tiang pancang as G (letaknya berdekatan dengan sheet pile) yang pemancangannya tidak bisa masuk sampai kedalaman ± 6-7 m, sehingga harus dipotong. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah mencari alternatif desain struktur dermaga yang lebih baik dari desain semula. Dan tujuan utama penelitian ini adalah menemukan atau mencari alternatif desain yang lebih baik dari setiap alternatif lainnya pada struktur Dermaga Pelabuhan Tri Sakti Banjarmasin. Pada umumnya, optimasi biaya yang dilakukan oleh pemilik proyek maupun konsultan perencana didasarkan pada ketersediaan dana pembangunan, sedangkan bagi kontraktor optimasi biaya biasanya dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang besar. Penelitian ini mengaplikasikan rekayasa nilai dengan cara melaksanakan prosedur rencana kerja rekayasa nilai (value engineering job plan) meliputi: Tahap Informasi, Tahap Kreatif, Tahap Penilaian (Judgement), Tahap Pengembangan, dan Tahap Rekomendasi. Untuk mendapatkan hasil perencanaan yang maksimal digunakan life cycle cost project analysis dan analytical hierarchy process. Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil sebagai berikut: (1) delatasi pada struktur lantai perlu ditiadakan, (2) buis beton merupakan alternatif material yang lebih baik sebagai pengganti tiang pancang as G, (3) penggunaan material Corrugated Concrete Sheet Pile (CCSP) sebagai konstruksi penahan tanah sangat layak digunakan untuk memberikan proteksi daerah di belakang dermaga Hal ini juga didasari oleh pertimbangan harga yang lebih murah, dan ketahanan terhadap korosi, (4) hasil rekayasa nilai menunjukkan penghematan sebesar Rp ,- atau sebesar 20,19%. Kata kunci: Alternatif Perencanaan, Dermaga, Pemborosan Biaya, Value Engineering, Life Cycle Cost, Analytical Hierarchy Process B-13

14 MANAJEMEN RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA Hendro Sutowijoyo 1, I Putu Artama W 2, dan Sri Pingit W 3 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp , Hendro.Sutowijoyo@yahoo.com 1, artama@ce.its.ac.id 2, sri_pingit@statistika.its.ac.id 3 Tantangan yang dihadapi oleh dunia usaha saat ini semakin kompleks, termasuk pula pada sektor jasa konstruksi. Salah satu strategi yang dapat digunakan dalam menghadapi tantangan tersebut adalah melakukan kerja sama yang saling menguntungkan antar pihak-pihak yang terlibat demi mencapai tujuan bersama. Konsep supply chain management merupakan salah satu bentuk kerjasama yang dimaksud. Namun dengan diadosinya konsep tersebut ke dalam industi konstruksi, bukan berarti hal ini tidak menimbulkan permasalahan-permasalahan baru. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner dan wawancara kepada pihak-pihak yang terlibat dengan sasaran responden para pengambil keputusan dalam organisasi masing-masing dari proyek bersangkutan. Data yang terkumpul selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan probability impact analysis untuk mengetahui besarnya risiko dan analisis faktor untuk mengetahui variabel risiko yang paling dominan berpengaruh pada hubungan yang terjadi antara kontraktor dan supplier, kontraktor dan subkontraktor, serta subkontraktor dan supplier. Pada hubungan kontraktor terhadap subkontraktor dapat diambil kesimpulan bahwa risiko yang paling dominan adalah hubungan psikologis yang terganggu terkait adanya peringatan sanksi hukuman kepada subkontraktor, sedang pada hubungan kontraktor terhadap supplier adalah risiko akibat eskalasi kenaikan harga material. Pada hubungan subkontraktor terhadap kontraktor adalah pembayaran yang terlambat atau bahkan tidak terbayarnya subkontraktor karena keuangan kontraktor yang bermasalah, pada hubungan subkontraktor terhadap supplier adalah ketidakstabilan suplai material oleh supplier, pada hubungan supplier terhadap kontraktor adalah risiko pembayaran yang terlambat/bahkan tidak terbayarnya supplier karena keuangan kontraktor yang bermasalah, dan pada hubungan supplier terhadap subkontraktor adalah minimnya kepercayaan supplier terhadap subkontraktor. Kata kunci : Supply Chain Management, Manajemen Risiko, Analisis Faktor. B-14

ANALISIS PENERAPAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) DENGAN PEMBANGUNAN BUSLANE PARSIAL PADA KORIDOR UTARA-SELATAN KOTA SURABAYA

ANALISIS PENERAPAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) DENGAN PEMBANGUNAN BUSLANE PARSIAL PADA KORIDOR UTARA-SELATAN KOTA SURABAYA ANALISIS PENERAPAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) DENGAN PEMBANGUNAN BUSLANE PARSIAL PADA KORIDOR UTARA-SELATAN KOTA SURABAYA Fitra Hapsari dan Wahju Herijanto Manajemen dan Rekayasa Transportasi Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN REHABILITASI BANGUNAN GEDUNG SD NEGERI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

ANALISIS PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN REHABILITASI BANGUNAN GEDUNG SD NEGERI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN TULUNGAGUNG ANALISIS PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN REHABILITASI BANGUNAN GEDUNG SD NEGERI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN TULUNGAGUNG Eko Sudharmono 1, I Putu Artama Wiguna 2, Erwin Sudarma 3 Teknik

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) Fitra Hapsari ( ) Jurusan Teknik Sipil Bidang Keahlian Manajemen Rekayasa Transportasi

EVALUASI PENERAPAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) Fitra Hapsari ( ) Jurusan Teknik Sipil Bidang Keahlian Manajemen Rekayasa Transportasi Thesis EVALUASI PENERAPAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) DENGAN PEMBANGUNAN BUSWAY PARSIAL PADA KORIDOR UTARA-SELATAN KOTA SURABAYA Fitra Hapsari (3105 206 001) Jurusan Teknik Sipil Bidang Keahlian Manajemen

Lebih terperinci

Ir. Putu Artama Wiguna, MT., Ph.D Ir. Erwin Sudarma, MT

Ir. Putu Artama Wiguna, MT., Ph.D Ir. Erwin Sudarma, MT ASSALAMU ALAIKUM WR. WB. SELAMAT SIANG tesis ANALISIS PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN REHABILITASI BANGUNAN GEDUNG SD NEGERI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KAB. TULUNGAGUNG DOSEN PEMBIMBING DOSEN

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR PENGARUH TINGKAT KECENDERUNGAN RENOVASI RUMAH DI PERUMAHAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SURVIVAL

STUDI PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR PENGARUH TINGKAT KECENDERUNGAN RENOVASI RUMAH DI PERUMAHAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SURVIVAL STUDI PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR PENGARUH TINGKAT KECENDERUNGAN RENOVASI RUMAH DI PERUMAHAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SURVIVAL Fenty Fahminnansih, Retno Indryani, Nur Iriawan Bidang Keahlian Manajemen Proyek

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR PENGARUH TINGKAT KECENDERUNGAN RENOVASI RUMAH DI PERUMAHAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SURVIVAL

STUDI PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR PENGARUH TINGKAT KECENDERUNGAN RENOVASI RUMAH DI PERUMAHAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SURVIVAL STUDI PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR PENGARUH TINGKAT KECENDERUNGAN RENOVASI RUMAH DI PERUMAHAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SURVIVAL Fenty Fahminnansih, Retno Indryani, Nur Iriawan Jurusan Manajemen Proyek Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi di berbagai kota. Permasalahan transportasi yang sering terjadi di kota-kota besar adalah

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PASAR INDUK AGROBIS JAWA TIMUR DI JEMUNDO

STRATEGI PENGELOLAAN PASAR INDUK AGROBIS JAWA TIMUR DI JEMUNDO STRATEGI PENGELOLAAN PASAR INDUK AGROBIS JAWA TIMUR DI JEMUNDO Happy Rosalina dan I Putu Artama Wiguna Bidang Keahlian Manajemen Proyek Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN TABALONG

PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN TABALONG PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN TABALONG Haris Fakhrozi 1, Putu Artama Wiguna 2, Anak Agung Gde Kartika 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Bidang Keahlian

Lebih terperinci

KONSEP DASAR LINGKUP KEAHLIAN MANAJEMEN ASET INFRASTRUKTUR WILAYAH Usulan dari Sudut Pandang Teknik Sipil

KONSEP DASAR LINGKUP KEAHLIAN MANAJEMEN ASET INFRASTRUKTUR WILAYAH Usulan dari Sudut Pandang Teknik Sipil KONSEP DASAR LINGKUP KEAHLIAN MANAJEMEN ASET INFRASTRUKTUR WILAYAH Usulan dari Sudut Pandang Teknik Sipil Hitapriya Suprayitno dan Ria A.A. Soemitro Jurusan Teknik Sipil, Insitut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Analisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo

Analisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo JURNAL TEKNIK POMITS Vol 1, No 1, (2012) 1-5 1 Analisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo Novan Dwi Aryansyah, Retno Indryani Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PASAR INDUK AGROBIS JAWA TIMUR DI JEMUNDO. Abstrak

STRATEGI PENGELOLAAN PASAR INDUK AGROBIS JAWA TIMUR DI JEMUNDO. Abstrak STRATEGI PENGELOLAAN PASAR INDUK AGROBIS JAWA TIMUR DI JEMUNDO Abstrak Pasar Induk Agrobis (PIA) Jawa Timur saat ini lebih dikenal dengan nama Puspa Agro. PIA Jatim dirancang sebagai bagian infrastruktur

Lebih terperinci

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya) EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya) Widiastuti Hapsari dan Ria Asih Aryani Soemitro Bidang Keahlian Manajemen

Lebih terperinci

Indikator pengukuran kinerja jalan perkotaan

Indikator pengukuran kinerja jalan perkotaan Indikator pengukuran kinerja jalan perkotaan (MKJI, 1997 ; Khisty, 1990) Kapasitas (Capacity) Kapasitas adalah arus lalu lintas (stabil) maksimum yang dapat dipertahankan pada kondisi tertentu (geometri,

Lebih terperinci

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta Dwitanti Wahyu Utami dan Retno Indryani Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA Desy Damayanti Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kondisi distribusi fasilitas pendidikan di Kabupaten Tulunggaung yang tidak merata antar wilayah kecamatan mengakibatkan tidak meratanya layanan pendidikan yang

Lebih terperinci

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-17 Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta Dwitanti Wahyu Utami

Lebih terperinci

Analisis Risiko Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya

Analisis Risiko Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya 1 Analisis Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya Shelly Atma Devinta, I Putu Artama Wiguna, Cahyono Bintang Nurcahyo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

MODEL PENDANAAN KEMITRAAN PENGELOLAAN KAWASAN WISATA TELAGA SARANGAN MAGETAN

MODEL PENDANAAN KEMITRAAN PENGELOLAAN KAWASAN WISATA TELAGA SARANGAN MAGETAN MODEL PENDANAAN KEMITRAAN PENGELOLAAN KAWASAN WISATA TELAGA SARANGAN MAGETAN DOSEN PEMBIMBING : CHRISTIONO UTOMO, ST, MT, Ph.D. Ir. RETNO INDRYANI, MT. Oleh : ROKHMAT ZAINUDDIN NRP. 3109207701 ISI 1. Pendahuluan:

Lebih terperinci

SHELLY ATMA DEVINTA

SHELLY ATMA DEVINTA SHELLY ATMA DEVINTA 3110100036 DOSEN PEMBIMBING: Cahyono Bintang Nurcahyo ST, MT Ir. I Putu Artama Wiguna, MT, Ph.D Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci Jalan Ahmad Yani, frontage road, Jalan layang tol,kinerja, travel time.

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci Jalan Ahmad Yani, frontage road, Jalan layang tol,kinerja, travel time. Analisis Trip Assignment Iterative All or Nothing Untuk Alternatif Relokasi Ruang Jalan Ahmad Yani Surabaya Reza Arfany, Wahju Herijanto. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN APARTEMEN DE PAPILIO TAMANSARI SURABAYA

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN APARTEMEN DE PAPILIO TAMANSARI SURABAYA MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN APARTEMEN DE PAPILIO TAMANSARI SURABAYA M. Ekky Gigih Prakoso, Cahya Buana, ST., MT. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu sektor penting bagi perkembangan perekonomian wilayah dan kehidupan masyarakat. Adanya pertumbuhan dan perkembangan aktivitas di suatu

Lebih terperinci

ANALISA REKAYASA NILAI PADA PROYEK PEMBANGUNAN DERMAGA PETI KEMAS TRI SAKTI BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN

ANALISA REKAYASA NILAI PADA PROYEK PEMBANGUNAN DERMAGA PETI KEMAS TRI SAKTI BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN ANALISA REKAYASA NILAI PADA PROYEK PEMBANGUNAN DERMAGA PETI KEMAS TRI SAKTI BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN Mustofa Nawawi 1 dan Retno Idryani 2 Email: 1 tofanwest@gmail.com 1 Magister Manajemen Teknologi-ITS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PANDAAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PANDAAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PANDAAN Djoko Susilo 1 dan Christiono Utomo Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Email: 1) djokoyysusilo@yahoo.com

Lebih terperinci

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN DAN SIMPANG UNTUK PERSIAPAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR TIMUR - BARAT SURABAYA (STUDI KASUS JL.KERTAJAYA INDAH S/D JL.KERTAJAYA) Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI DAN KINERJA JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN RUAS JALAN SOLO - SRAGEN

ANALISIS EKONOMI DAN KINERJA JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN RUAS JALAN SOLO - SRAGEN ANALISIS EKONOMI DAN KINERJA JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN RUAS JALAN SOLO - SRAGEN Novia Endhianata, Retno Indriyani Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Email:

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT PEDAGANG DAN PENGUNJUNG PASAR BANTO TRADE CENTRE

ANALISA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT PEDAGANG DAN PENGUNJUNG PASAR BANTO TRADE CENTRE ANALISA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT PEDAGANG DAN PENGUNJUNG PASAR BANTO TRADE CENTRE Hadelina 1), Christiono Utomo 2), Retno Indryani 2) Manajemen Aset, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota Semarang dapat ditempuh melalui jalan laut, udara dan darat. Namun demikian pelayanan transportasi darat

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI RUMAH TINGGAL PADA PERUMAHAN MENENGAH DI SURABAYA TIMUR

PEMILIHAN LOKASI RUMAH TINGGAL PADA PERUMAHAN MENENGAH DI SURABAYA TIMUR PEMLHAN LOKAS RUMAH TNGGAL PADA PERUMAHAN MENENGAH D SURABAYA TMUR Nadira 1), Purwanita Setijanti 2) dan Christiono Utomo 3) 1) Program Studi Pascasarjana Arsitektur Alur Perencanaan Real Estat, nstitut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek

Lebih terperinci

Analisa Risiko Pelaksanaan Proyek Apartemen Puncak Kertajaya Surabaya

Analisa Risiko Pelaksanaan Proyek Apartemen Puncak Kertajaya Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Analisa Risiko Pelaksanaan Proyek Apartemen Puncak Kertajaya Surabaya Bagus Prasetyo Budi dan I Putu Artama Wiguna Jurusan Teknik Sipil, FTSP, Institut

Lebih terperinci

ANALISA PEMBEAYAAN INVESTASI PROYEK APARTEMEN PUNCAK KERTAJAYA SURABAYA

ANALISA PEMBEAYAAN INVESTASI PROYEK APARTEMEN PUNCAK KERTAJAYA SURABAYA ANALISA PEMBEAYAAN INVESTASI PROYEK APARTEMEN PUNCAK KERTAJAYA SURABAYA Presented by: M. Awallutfi Andhika Putra 3108100052 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas angkutan barang dan jasa (orang) yang aman, nyaman, dan berdaya guna.

Lebih terperinci

SKALA PRIORITAS PENANGANAN GEDUNG SEKOLAH DASAR / MADRASAH IBTIDAIYAH DI KABUPATEN KAPUAS

SKALA PRIORITAS PENANGANAN GEDUNG SEKOLAH DASAR / MADRASAH IBTIDAIYAH DI KABUPATEN KAPUAS SKALA PRIORITAS PENANGANAN GEDUNG SEKOLAH DASAR / MADRASAH IBTIDAIYAH DI KABUPATEN KAPUAS Satriadi, R. Sutjipto Tantyonimpuno, Tri Joko Wahyu Adi Laboratorium Manajemen Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT

ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT Yandra Rahadian Perdana Jurusan Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Jl. Marsda Adisucipto No. 1 Yogyakarta yrperdana@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA BANGUNAN DI KORIDOR JL. BASUKI RACHMAT KAYUTANGAN MALANG

PENGGUNAAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA BANGUNAN DI KORIDOR JL. BASUKI RACHMAT KAYUTANGAN MALANG PENGGUNAAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA BANGUNAN DI KORIDOR JL. BASUKI RACHMAT KAYUTANGAN MALANG Afief Fithrotun Nisa 1, *), Purwanita Setijanti 2) dan Christiono Utomo 3) Jurusan Arsitektur, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar 1.1. Latar Belakang Makassar merupakan kota yang strategis dimana terletak ditengah-tengah wilayah Republik Indonesia atau sebagai Center Point of Indonesia. Hal ini mendukung posisi Makassar sebagai barometer

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN SUB TERMINAL AGRIBISNIS SUMILLAN KECAMATAN ALLA KABUPATEN ENREKANG

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN SUB TERMINAL AGRIBISNIS SUMILLAN KECAMATAN ALLA KABUPATEN ENREKANG STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN SUB TERMINAL AGRIBISNIS SUMILLAN KECAMATAN ALLA KABUPATEN ENREKANG M. Rizal 1, Wahju Herijanto 2, Anak Agung Gde Kartika 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu modal dasar yang mendasar diperhatikan dalam mencari pekerjaan, namun pengalaman kerja menjadi pertimbangan hal lainnya dalam memperoleh

Lebih terperinci

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Rizal Afriansyah Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Email : rizaldi_87@yahoo.co.id Abstrak - Transportasi mempunyai

Lebih terperinci

Peningkatan Pelayanan Bus Transjakarta Berdasarkan Preferensi Pengguna (Studi Kasus: Koridor I Blok M Kota, Jakarta)

Peningkatan Pelayanan Bus Transjakarta Berdasarkan Preferensi Pengguna (Studi Kasus: Koridor I Blok M Kota, Jakarta) JURNAL TEKNIK POMITS 2014 1 Peningkatan Pelayanan Bus Berdasarkan Preferensi Pengguna (Studi Kasus: Koridor I Blok M Kota, Jakarta) Hasrina Puspitasari 1 dan Sardjito 2 Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

Kata kunci: gedung perkantoran, analisa teknis dan finansial, Kabupaten Kapuas

Kata kunci: gedung perkantoran, analisa teknis dan finansial, Kabupaten Kapuas SWASTANISASI PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN MENGGUNAKAN ANALISA TEKNIS DAN FINANSIAL (Studi Kasus Proyek Pembangunan Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kapuas) Astati Novianti, Retno Indryani,

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PERUMAHAN DAN CIPTA KARYA KABUPATEN TULUNGAGUNG

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU TERHADAP BIAYA MUTU PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA. Stephani Budihardja 1, Retno Indryani 2

PENGARUH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU TERHADAP BIAYA MUTU PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA. Stephani Budihardja 1, Retno Indryani 2 PENGARUH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU TERHADAP MUTU PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA Stephani Budihardja 1, Retno Indryani 2 1 Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Proyek Konstruksi 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

Analisa Penetapan Harga Jual Perumahan Pondok Permata Suci Gresik

Analisa Penetapan Harga Jual Perumahan Pondok Permata Suci Gresik 1 Analisa Penetapan Harga Jual Perumahan Pondok Permata Suci Gresik Dwi Andi Mahendra dan Farida Rachmawati ST. MT. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Oleh : Ratih Ayu ANALISA MANFAAT BIAYA PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA KALI KEDINDING SURABAYA

Oleh : Ratih Ayu ANALISA MANFAAT BIAYA PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA KALI KEDINDING SURABAYA Oleh : Ratih Ayu 3106. 100. 531 ANALISA MANFAAT BIAYA PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA KALI KEDINDING SURABAYA Latar Belakang 1. Tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi di Surabaya, memicu

Lebih terperinci

PENILAIAN PERSEPSI RISIKO MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA. Disampaikan Oleh: Hendro Sutowijoyo (

PENILAIAN PERSEPSI RISIKO MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA. Disampaikan Oleh: Hendro Sutowijoyo ( PENILAIAN PERSEPSI RISIKO MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA Disampaikan Oleh: Hendro Sutowijoyo (3107.203.002) 1. Pendahuluan Latar Belakang Perumusan Masalah Batasan Masalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Persiapan. Pengamatan Pendahuluan. Identifikasi Masalah. Alternatif Pendekatan Masalah. Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder

BAB III METODOLOGI. Persiapan. Pengamatan Pendahuluan. Identifikasi Masalah. Alternatif Pendekatan Masalah. Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder III - 1 BAB III METODOLOGI Persiapan Mulai Studi Pustaka Pengamatan Pendahuluan Identifikasi Masalah Alternatif Pendekatan Masalah Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder T Data Cukup Y Analisa Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang. dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang. dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Umum Transportasi sebagai urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan. Transportasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah wilayah. Menurut Nasution (1996), transportasi berfungsi sebagai sektor penunjang pembangunan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi sebagai urat-nadi berkehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional yang sangat penting perannya dalam ketahanan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keamanan, serta pembangunan nasional, harus diselenggarakan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dan keamanan, serta pembangunan nasional, harus diselenggarakan dengan tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi sebagai urat nadi perekonomian, sosial, politik, pertahanan, dan keamanan, serta pembangunan nasional, harus diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diragukan lagi. Salah satunya adalah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). sementara yang lain merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. diragukan lagi. Salah satunya adalah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). sementara yang lain merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah memang sudah tidak diragukan lagi. Salah satunya adalah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Kehadiran BMT memberikan kontribusi terhadap

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN PERAK KENJERAN SURABAYA

PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN PERAK KENJERAN SURABAYA PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN PERAK KENJERAN SURABAYA Satria Adyaksa, Ir. Wahju Herijanto, MT, Istiar, ST. MT. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN SEBAGAI PENUNJANG KEPUTUSAN PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN (STUDI KASUS JALAN KABUPATEN DI KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG) KETUT CHANDRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Batam adalah kota terbesar di provinsi Kepulauan Riau dan merupakan kota terbesar ke tiga populasinya di Sumatera setelah Medan dan Palembang, dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern. BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern. B. PENGERTIAN JUDUL v Terminal : Perhentian (bus, kereta api, dan sebagainya) penghabisan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi memiliki peranan yang cukup penting dalam peningkatan mobilitas warga, baik dari segi kepentingan umum maupun pelayanan perdagangan barang dan

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri konstruksi dianggap sebagai industri yang memiliki tingkat fragmentasi tinggi. Terpecah-pecahnya suatu proyek konstruksi ke dalam beberapa paket pekerjaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 1 Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan Ivana Putri Yustyarini dan Rulli Pratiwi Swtiawan Jurusan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu pergerakan orang dan barang. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehariharinya, sehingga transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional. Salah satu bidang yang terus mengalami perkembangan yaitu Bidang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional. Salah satu bidang yang terus mengalami perkembangan yaitu Bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terus mengalami perkembangan dalam hal Pembangunan Nasional. Salah satu bidang yang terus mengalami perkembangan yaitu Bidang Transportasi. Salah satu indikasinya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KENDALA MODEL OPTIMASI JUMLAH UNIT RUMAH TIAP TIPE PADA PERUMAHAN

IDENTIFIKASI KENDALA MODEL OPTIMASI JUMLAH UNIT RUMAH TIAP TIPE PADA PERUMAHAN IDENTIFIKASI KENDALA MODEL OPTIMASI JUMLAH UNIT RUMAH TIAP TIPE PADA PERUMAHAN Yusroniya Eka Putri Jurusan Teknik Sipil FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-5946094

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP Junaidi, Retno Indryani, Syaiful Bahri Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS

Lebih terperinci

OPTIMASI DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERUMAHAN PURI KARANG MULYO RESIDENCE DENGAN MENGGUNAKAN METODE SYMPLEKS DAN QM FOR WINDOWS VERSI 2.

OPTIMASI DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERUMAHAN PURI KARANG MULYO RESIDENCE DENGAN MENGGUNAKAN METODE SYMPLEKS DAN QM FOR WINDOWS VERSI 2. OPTIMASI DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERUMAHAN PURI KARANG MULYO RESIDENCE DENGAN MENGGUNAKAN METODE SYMPLEKS DAN QM FOR WINDOWS VERSI 2.0 (1) (1) Program Studi Teknik Sipil S2, Program Pascasarjana, Institut

Lebih terperinci

Arahan Peningkatan Daya Saing Daerah Kabupaten Kediri

Arahan Peningkatan Daya Saing Daerah Kabupaten Kediri JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-81 Arahan Peningkatan Daya Saing Daerah Kabupaten Kediri Eka Putri Anugrahing Widi dan Putut Gde Ariastita Jurusan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap negara memiliki sistem perencanaan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap negara memiliki sistem perencanaan pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap negara memiliki sistem perencanaan pembangunan yang disusun secara sistematis untuk mencapai pembangunan yang telah ditetapkan. Pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI JALAN DI KOTAMADYA KUPANG

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI JALAN DI KOTAMADYA KUPANG ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI JALAN DI KOTAMADYA KUPANG Sandro Fanggidae, I Putu Artama Wiguna Program Studi Magister Manajemen Teknologi Bidang Keahlian Manajemen Proyek

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PEMELIHARAAN FASILITAS GEDUNG KANTOR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA

STRATEGI PENGELOLAAN PEMELIHARAAN FASILITAS GEDUNG KANTOR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA STRATEGI PENGELOLAAN PEMELIHARAAN FASILITAS GEDUNG KANTOR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA Heni Hendayaningsih*, Ria A. A. Soemitro**, dan Tri Joko Wahyu Adi** *Mahasiswa program Magister

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi) KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi) TUGAS AKHIR Oleh: SYAMSUDDIN L2D 301 517 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada umumnya, pasar basah yang sering disebut sebagai pasar tradisional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada umumnya, pasar basah yang sering disebut sebagai pasar tradisional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, pasar basah yang sering disebut sebagai pasar tradisional dipandang sebagai daerah yang kotor, sumber kemacetan lalu lintas dan tempat berasalnya para

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 163 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Menjawab Pertanyaan Penelitian dan Sasaran Penelitian Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini dihasilkan pengetahuan yang dapat menjawab

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN INVESTASI PERUMAHAN GREEN SEMANGGI MANGROVE SURABAYA DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL

STUDI KELAYAKAN INVESTASI PERUMAHAN GREEN SEMANGGI MANGROVE SURABAYA DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL STUDI KELAYAKAN INVESTASI PERUMAHAN GREEN SEMANGGI MANGROVE SURABAYA DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL Disusun oleh: ANDINI PRASTIWI NRP : 3111105038 Dosen Pembimbing: Christiono Utomo, ST., MT., PhD. Program

Lebih terperinci

MODEL PENDANAAN KEMITRAAN PADA PENGELOLAAN KAWASAN WISATA TELAGA SARANGAN DI KABUPATEN MAGETAN

MODEL PENDANAAN KEMITRAAN PADA PENGELOLAAN KAWASAN WISATA TELAGA SARANGAN DI KABUPATEN MAGETAN MODEL PENDANAAN KEMITRAAN PADA PENGELOLAAN KAWASAN WISATA TELAGA SARANGAN DI KABUPATEN MAGETAN Rokhmat Zainuddin, Christiono Utomo, Retno Indryani Manajemen Aset FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan tentang studi pengembangan wilayah di Kapet Bima dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kapet Bima memiliki beragam potensi

Lebih terperinci

ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN

ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN Yusrinawati Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email: yusri47@yahoo.com Retno Indryani Eko Budi Santoso

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN RUMAH SUSUN UNTUK DOSEN DAN PEGAWAI DI ITS SURABAYA

ANALISA KEBUTUHAN RUMAH SUSUN UNTUK DOSEN DAN PEGAWAI DI ITS SURABAYA ANALISA KEBUTUHAN RUMAH SUSUN UNTUK DOSEN DAN PEGAWAI DI ITS SURABAYA Muhammad Rahman Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email: rahman2911@yahoo.com Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister

Lebih terperinci

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR Oleh : AULIA LATIF L2D 002 389 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PERHUBUNGAN RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2015

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PERHUBUNGAN RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2015 PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PERHUBUNGAN RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2015 SURABAYA, SEPTEMBER 2014 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

Kata kunci: Bangkitan Pergerakan, Kinerja Ruas Jalan, Derajat Kejenuhan.

Kata kunci: Bangkitan Pergerakan, Kinerja Ruas Jalan, Derajat Kejenuhan. ABSTRAK Rumah sakit dengan segala fasilitas serta pelayanan kesehatan yang dimiliki cenderung menimbulkan bangkitan pergerakan sehingga berpengaruh terhadap tingkat pelayanan jalan raya di sekitar lokasi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur transportasi darat yang berperan sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Jalan berfungsi untuk mendukung kegiatan

Lebih terperinci

ALTERNATIF INVESTASI BERDASARKAN RATE OF RETURN PADA LAHAN EX-BIOSKOP PANALA KOTA PALANGKARAYA

ALTERNATIF INVESTASI BERDASARKAN RATE OF RETURN PADA LAHAN EX-BIOSKOP PANALA KOTA PALANGKARAYA ALTERNATIF INVESTASI BERDASARKAN RATE OF RETURN PADA LAHAN EX-BIOSKOP PANALA KOTA PALANGKARAYA Ferry Margo Santosa, Retno Indryani, Retna Hapsari Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI ANALISIS RISIKO PELAKSANAAN PEKERJAAN MENGGUNAKAN KONTRAK UNIT PRICE (Studi Kasus: Peningkatan dan Pelebaran Aset Infrastruktur Jalan Alai-By Pass Kota Padang Sebagai Jalur

Lebih terperinci

Analisa Penetapan Harga Jual Unit Rumah Di Perumahan Pakuwon City Surabaya

Analisa Penetapan Harga Jual Unit Rumah Di Perumahan Pakuwon City Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol.3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-65 Analisa Penetapan Harga Jual Unit Rumah Di Perumahan Pakuwon City Surabaya Nila Oktafia, Retno Indryani dan Yusronia Eka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah maka akan bertambah pula taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah maka akan bertambah pula taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring bertambahnya populasi manusia dan peningkatan ekonomi suatu daerah maka akan bertambah pula taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Hal ini juga menimbulkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil (1995:104):

I. PENDAHULUAN. Menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil (1995:104): I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. penting, yakni sebagai wadah yang menampung berbagai aktivitas-aktivitas

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. penting, yakni sebagai wadah yang menampung berbagai aktivitas-aktivitas BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dalam pengembangan suatu kota, lahan memiliki peranan yang sangat penting, yakni sebagai wadah yang menampung berbagai aktivitas-aktivitas perkotaan yang kompleks. Karakter

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu negara yang sedang berkembang. Begitu pula dengan Indonesia, berbagai kota berkembang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang permasalahan yang diangkat, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Transportasi darat

Lebih terperinci