BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN
|
|
- Irwan Tedjo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur transportasi darat yang berperan sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Jalan berfungsi untuk mendukung kegiatan ekonomi, pendidikan, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan suatu wilayah. Prasarana jalan merupakan salah satu fasilitas infrastruktur transportasi yang paling strategis, sehingga kondisi prasaran jalan harus terus terpelihara dengan baik agar tingkat pelayanan jalan tetap terjaga. Untuk mempertahankan kondisi jalan tetap baik, diperlukan sistem pengelolaan dan pemeliharaan jalan yang baik dan komprehensif. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kapasitas jalan yang dilakukan secara berkala dan berkelanjutan akan menjaga kualitas jalan dan memperpanjang usia layannya. Indonesia sebagai salah satu negara terbesar di dunia memiliki panjang jalan nasional sepanjang ,82 km, dimana untuk mendukung kegiatan perekonomiannya, lebih dari 82% angkutan barang dan penumpang bertumpu pada moda jalan (Mulyono A.T, 2013). Jalan Nasional di Indonesia, pengelolaan dan tanggung jawabnya berada di Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga. Kewenangan penyelenggaraan jalan nasional di Indonesia, baik itu kewenangan dalam pengendalian pelaksanaan konstruksi jalan, operasional, dan pemeliharaan kondisi jalan nasional di tiap Provinsi, dimiliki oleh Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional. Sebagaimana tertuang dalam Permen PU no. 14 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan dilaksanakan Sendiri, Satuan Kerja adalah pihak di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum yang menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dari dana APBN Kementerian Pekerjaan Umum. Satuan Kerja dipimpin oleh seorang kepala Satuan Kerja, yaitu Kuasa Pengguna Anggaran di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum yang bertanggung jawab kepada Menteri Pekerjaan Umum selaku Pengguna Anggaran.
2 2 Tugas dan tanggung jawab Kepala Satuan Kerja berdasarkan Permen PU no. 14 tahun 2011 antara lain: (1) Mengawasi pelaksanaan anggaran sesuai DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran); (2) Menyampaikan laporan keuangan dan laporan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; (3) Mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan dokumen pengadaan barang/jasa; (4) Mengirimkan dokumen laporan hasil pekerjaan konstruksi kepada Sekretaris Jenderal; (5) Memimpin pelaksanaan seluruh rencana kerja yang telah ditetapkan dalam DIPA; (6) Menyusun usulan rencana kerja Satuan Kerja tahunan untuk tahun berikutnya. (7) Bertanggungjawab atas seluruh pelaksanaan kegiatan yang tertuang dalam DIPA; (8) Bertanggungjawab atas seluruh penerimaan/pengeluaran anggaran Satuan Kerja yang membebani APBN; (9) Bertanggungjawab terhadap realisasi keuangan dan pencapaian output yang telah ditetapkan; (10) Bertanggungjawab terhadap pemeliharaan kekayaan negara. Untuk menjamin terpenuhinya peranan jalan sebagaimana mestinya, pemerintah Republik Indonesia menerbitkan Undang-Undang no. 38 tahun 2004 tentang Jalan. Undang-undang ini mewajibkan penyelenggara jalan untuk bekerja secara optimal dalam pemberian pelayanan jalan yang andal dan prima, serta mewujudkan sistem jaringan jalan yang berdaya guna dan berhasil guna untuk mendukung terselenggaranya sistem transportasi yang terpadu. Untuk mewujudkan amanat undang-undang tersebut, Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum telah menetapkan visi pembangunan jalan nasional yaitu: terwujudnya sistem jaringan jalan yang andal, terpadu dan berkelanjutan di seluruh wilayah nasional untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial.
3 3 Implikasi yang muncul tentang penyelenggaraan jalan adalah bagaimana mewujudkan sistem jaringan jalan yang bermutu, handal, dan berkelanjutan, yang menuju kepada capaian kekuatan konstruksi jalan yang mampu melayani kendaraan sampai umur rencana yang ditetapkan tanpa mengalami kerusakan struktural, agar tercapai perencanaan dan penyelenggaraan jalan yang efektif dan efisien. Untuk mencapai cita-cita tersebut, pemerintah berupaya untuk terus menyediakan jaringan jalan yang handal dan berkelanjutan bagi masyarakat dengan cara menyediakan anggaran untuk penyelenggaraan jalan yang cukup besar setiap tahunnya yang mencakup kegiatan pemeliharaan, peningkatan kapasitas dan pembangunan jalan baru. Namun demikian, upaya pemerintah tersebut belum mampu secara optimal untuk memaksimalkan investasi yang telah dikeluarkan untuk penyelenggaraan jalan dikarenakan masih banyaknya masalah yang dihadapi di lapangan seperti pelanggaran muatan, ketidaksadaran mutu pelaksana pekerjaan, sistem drainase yang buruk, hingga buruknya kerjasama antar instansi yang terkait dengan penyelenggaraan jaringan jalan yang baik. Mulyono (2007) menyatakan bahwa di Indonesia, perkembangan nilai investasi pembangunan jalan dan pertumbuhan lalulintas belum sebanding dengan peningkatan kemantapan jalan. IRI (International Roughness Index) merupakan nilai yang mendiskripsikan kondisi perkerasan jalan, semakin besar nilai IRI pada suatu kondisi jalan, maka semakin buruk kondisi jalan tersebut, dan begitu pula sebaliknya. Mulyono (2007) menyebutkan bahwa kinerja jalan nasional dan propinsi dari tahun 2002 sampai 2005 menunjukkan bahwa semakin besar nilai investasi tidak berdampak langsung pada penurunan nilai IRI. Dengan kata lain tidak adanya korelasi antara peningkatan investasi penanganan jalan nasional dan propinsi dengan peningkatan kemantapan perkerasan jalan, walaupun dengan standar mutu perkerasan yang sama. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang merupakan tanggung jawab dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional III, memiliki jalan nasional sepanjang 554,117 km. Dalam tanggung jawab penyelenggaraan jalannya, jalan nasional di Provinsi Bangka Belitung dibagi menjadi dua wilayah kerja yakni
4 4 Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional I dan II. Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I (Satker PJN Wilayah I) Bangka Belitung memiliki tanggung jawab penyelenggaraan jalan nasional sepanjang 396,958 km, sedangkan Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II (Satker PJN Wilayah II) Bangka Belitung sendiri memiliki tanggung jawab penyelenggaraan jalan nasional sepanjang 157,159 km. Pada Tahun Anggaran 2013, Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II mendapatkan dana pagu anggaran untuk penyelenggaraan jalan sebesar Rp ,-. Pagu anggaran tersebut sebagian besar merupakan dana untuk paket-paket kontraktual, yakni sebesar Rp ,-. Sedangkan untuk Tahun Anggaran 2014, Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II mendapatkan dana pagu anggaran untuk penyelenggaraan jalan sebesar Rp ,- dengan alokasi untuk paket-paket kontraktual sebesar Rp ,- (e-monitoring Ditjen. Bina Marga, 2014). Proses penyelenggaraan jalan di Indonesia menggunakan metode pelelangan, dimana paket-paket pekerjaan penyelenggaraan jalan di kontrakkan kepada pihak ketiga yakni penyedia jasa (kontraktor), sehingga sebagian besar dana investasi penyelenggaraan jalan nasional diserahkan kepada pihak penyedia jasa. Dana investiasi yang dialokasikan pemerintah untuk penyelenggaraan jalan selalu meningkat tiap tahunnya, namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa kinerja konstruksi jalan nasional masih belum sesuai dengan standar mutu dan standar teknis yang diharapkan. Mulyono (2013) menyatakan bahwa terdapat enam (6) fenomena proyek penanganan jalan nasional di lapangan yaitu: (1) Intensitas keterlambatan progres proyek terjadi pada bulan Agustus hingga Oktober; keterlambatan hampir 40,0% dari rencana capaian progress; (2) Keterlambatan progres memberikan peluang penyimpangan mutu pelaksanaan pekerjaan jalan; (3) Penyimpangan mutu pelaksanaan merupakan awal terjadinya kegagalan pekerjaan konstruksi bangunan jalan;
5 5 (4) Kegagalan pekerjaan konstruksi jalan jika dibiarkan maka akan ada peluang terjadinya kegagalan bangunan pasca FHO; (5) Peningkatan dana penanganan konstruksi jalan tidak berbanding lurus dengan peningkatan mutu jalan; (6) Umur pelayanan jalan lebih rendah dari capaian umur rencana yang ditargetkan. Dari fenomena-fenomena diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar permasalahan penyelenggaraan jalan nasional terdapat di lapangan. Ketidaktepatan mutu yang terjadi di lapangan merupakan penyebab utama tidak tercapainya umur rencana jalan. Ketidaktepatan mutu yang sering terjadi di lapangan antara lain pada saat pekerjaan agregat adalah tidak terpenuhinya kedalaman rencana pada saat pekerjaan penghamparan agregat, kualitas material yang tidak sesuai spesifikasi, dan pemadatan agregat yang tidak sempurna. Sedangkan penyimpangan yang sering terjadi pada saat pekerjaan aspal antara lain adalah penyemprotan coat yang tidak merata, hingga penghamparan aspal hot mix tanpa pembersihan lahan eksisting terlebih dahulu sehingga aspal hasil pemadatan akan cepat rusak karena tidak melekat sempurna. Kondisi tersebut diperparah dengan pekerjaan pemeliharaan jalan yang seringkali tidak mementingkan mutu dan terkesan asal tidak ada lubang pada jalan. Oleh karenanya proses pengendalian pada saat pelaksanaan dan pemeliharaan jalan merupakan proses yang sangat penting menuju kondisi jalan yang mantap. Proses pengendalian yang ada di Ditjen. Bina Marga terdiri dari aspek pengendalian lapangan (yang dilakukan oleh Satuan Kerja), pengendalian dari pihak Balai dan Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah. Satuan Kerja (pengguna jasa) yang melaksanakan pengendalian di lapangan merupakan aspek terpenting dari pengendalian karena langsung berkaitan dengan pekerjaan di lapangan, hal ini menjadikan kinerja satuan kerja berdampak penting bagi tercapainya mutu jalan yang diharapkan. Kinerja Satuan Kerja yang tidak maksimal akan berdampak signifikan terhadap kualitas mutu jalan, dikarenakan fenomena penyedia jasa di Indonesia
6 6 yang kurang sadar mutu sehingga memerlukan pengawasan yang ketat. Mulyono (2013) mengemukakan karakteristik pengguna jasa yaitu: (1) Rendahnya kualitas SDM di pihak pengguna jasa berdampak langsung lemahnya pengendalian terhadap kinerja kontraktor (penyedia jasa) di lapangan sehingga mempengaruhi potensi kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan; (2) Pengguna jasa terlalu percaya terhadap pengawas untuk mengendalikan kinerja kontraktor; (3) Perlu upaya rekrutmen SDM yang baru, kaderisasi pembinaan teknis serta pendidikan dan pelatihan yang terstruktur dan sistematis komprehensif baik teknis maupun non-teknis. Sistem pengendalian yang tidak dilaksanakan dengan baik oleh pengguna jasa (satuan kerja) dapat berdampak terhadap terjadinya penyimpangan mutu yang dilakukan penyedia jasa. Pada prakteknya selama ini di lapangan, Satuan Kerja dianggap belum mampu untuk menjalankan fungsi pengendalian pekerjaan konstruksi jalan dengan baik dan benar dikarenakan seringnya terjadi permasalahan dalam pekerjaan di lapangan. Mulyono (2013) menyimpulkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki pihak Satuan Kerja dalam pengendalian pekerjaan dilapangan antara lain: (1) pihak Satuan Kerja kurang mampu melakukan penjadwalan pengendalian yang baik, sehingga tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan pemeriksaan mendadak di lapangan; (2) selalu terlambat dalam mengambil keputusan ketika terjadi konflik di lapangan; (3) sering terlambat dalam mengambil keputusan untuk menyetujui perubahan desain; (4) tidak mampu memberikan keputusan yang tepat ketika terjadi permasalahan di lapangan karena terlalu percaya kepada pihak Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam mengendalikan kontraktor dan konsultan pengawas; (5) terlalu lama menyetujui rapat dan pelaporan yang berkaitan dengan pengendalian mutu pekerjaan dikarenakan birokrasi yang panjang; (6) tidak tanggap dan kurang cepat dalam mengatasi konflik sosial yang terjadi di lapangan; dan (7) tidak memiliki keberanian untuk melakukan pemutusan kontrak terhadap kontraktor yang melakukan penyimpangan mutu karena pertimbangan non-teknis.
7 7 Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang identifikasi kinerja satuan kerja terhadap penanganan jalan nasional (studi kasus di Satker PJN. Wilayah II Bangka Belitung) untuk mengetahui sejauh mana kinerja pihak Satuan Kerja tersebut dalam melaksanakan fungsi pengendalian pekerjaan konstruksi jalan. B. Perumusan Masalah Salah satu faktor utama tidak tercapainya mutu pelayanan jalan diakibatkan oleh kurangnya pengendalian pelaksanaan pekerjaan oleh satuan kerja dikarenakan pihak satuan kerja tidak bekerja dengan berbasis pada integrasi SILDACOM. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka rumusan masalah dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Bagaimana kinerja satuan kerja ditinjau dari aspek pemahaman terhadap akurasi data hasil survey (Survey)? (2) Bagaimana kinerja satuan kerja ditinjau dari aspek pemahaman dalam investigasi masalah (Investigation)? (3) Bagaimana kinerja satuan kerja ditinjau dari aspek pemahaman terhadap desain (Design)? (4) Bagaimana kinerja satuan kerja ditinjau dari aspek pemeriksaan ulang terhadap ketersediaan lahan (Land Acquisition)? (5) Bagaimana kinerja satuan kerja ditinjau dari aspek relevansi terhadap sasaran program (Action Program)? (6) Bagaimana kinerja satuan kerja ditinjau dari aspek pelaksanaan pekerjaan (Construction)? (7) Bagaimana kinerja satuan kerja ditinjau dari aspek operasional pelayanan jalan (Operation)? (8) Bagaimana kinerja satuan kerja ditinjau dari aspek pemeliharaan jalan (Maintenance)?
8 8 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian identifikasi kinerja Satuan Kerja proyek penanganan jalan nasional di wilayah kerja Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Bangka Belitung ini adalah: (1) Mengidentifikasi kinerja satuan kerja ditinjau dari aspek pemahaman terhadap akurasi data hasil survey (Survey); (2) Mengidentifikasi kinerja satuan kerja; ditinjau dari aspek pemahaman dalam investigasi masalah (Investigation) (3) Mengidentifikasi kinerja satuan kerja ditinjau dari aspek pemahaman terhadap desain (Design); (4) Mengidentifikasi kinerja satuan kerja ditinjau dari aspek pemeriksaan ulang terhadap ketersediaan lahan (Land Acquisition); (5) Mengidentifikasi kinerja satuan kerja ditinjau dari aspek relevansi terhadap sasaran program (Action Program); (6) Mengidentifikasi kinerja satuan kerja ditinjau dari aspek pelaksanaan pekerjaan (Construction); (7) Mengidentifikasi kinerja satuan kerja ditinjau dari aspek operasional pelayanan jalan (Operation); (8) Mengidentifikasi kinerja satuan kerja ditinjau dari aspek pemeliharaan jalan (Maintenance). D. Manfaat Penelitian Manfaat teoritis yang diperoleh dari penelitian tentang identifikasi kinerja satuan kerja pelaksanaan jalan nasional di wilayah II Bangka Belitung, adalah: (1) Peningkatan pemahaman proses analisis pemetaan permasalahan penyelenggaraan jalan nasional berbasis integrasi SIDLACOM; (2) Peningkatan pemahaman konsep pengambilan keputusan IPA (Importance Performance Analysis). Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian tentang monitoring dan evaluasi satuan kerja pelaksanaan jalan nasional wilayah II Bangka Belitung, adalah:
9 9 (1) Pedoman monitoring dan evaluasi penilaian kinerja satuan kerja pelaksanaan jalan nasional, khususnya Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Bangka Belitung; (2) Sebagai masukan bagi Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Bangka Belitung dalam mengetahui kinerja yang sudah berjalan dengan baik sekaligus pangkal masalah yang masih perlu pembenahan. E. Batasan Penelitian Penelitian tentang identifikasi kinerja Satuan Kerja terhadap penanganan jalan nasional ini dilaksanakan di wilayah kerja Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Bangka Belitung, dengan batasan-batasan antara lain: (1) Objek penelitian adalah pihak-pihak yang pernah atau sedang bekerjasama secara langsung dengan satuan kerja pelaksanaan jalan nasional wilayah II Bangka Belitung yang antara lain meliputi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), kontraktor bidang jalan dan konsultan supervisi yang pernah atau sedang menangani paket pekerjaan jalan nasional di wilayah kerja Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Bangka Belitung; (2) Survei dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden yang telah ditentukan. F. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian relevan tentang kinerja Satuan Kerja terhadap penanganan jalan nasional yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya diantaranya adalah: (1) Ditjen. Bina Marga (2013) melakukan penelitian tentang indikator kinerja penyedia dan pengguna jasa terhadap kegiatan penanganan jalan nasional di Ditbinlak. Wilayah-I. Penelitian ini dilaksanakan sebagai upaya untuk menyusun suatu metode atau pedoman monitoring dan evaluasi indikator kinerja penyedia jasa dan pengguna jasa kegiatan pekerjaan konstruksi bangunan jalan nasional di lingkungan Ditbinlak. Wilayah-I. Data yang digunakan merupakan data primer dan data sekunder yang dikumpulkan melalui survei lapangan, survei instansional yang terkait, dan survei
10 10 wawancara. Penelitian ini menyusun indikator penilaian kinerja pengguna dan penyedia jasa berdasarkan pembobotan hasil survei, kemudian menyusun brainware diagram cara monitoring dan evaluasi untuk menilai kinerja pengguna dan penyedia jasa, yang selanjutnya diubah kedalam bentuk software. (2) Parjo dkk. (2010) melakukan penelitian tentang analisa kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Tugas Pembantuan pemeliharaan jalan dan jembatan nasional. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kinerja satuan kerja terhadap kegiatan pemeliharaan jalan dan jembatan nasional, dengan metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, dan sebagai instrumen penelitian digunakan kuesioner. Data yang terkumpul dari hasil kuesioner kemudian dianalisis dengan regresi linier berganda menggunakan program komputer SPSS, untuk mendapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja satuan kerja perangkat daerah terhadap pemeliharaan jalan dan jembatan nasional. Perbedaan penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya diatas adalah, penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis penilaian kinerja satuan kerja pelaksanaan jalan nasional dengan cara mengelompokkan pangkal masalah penanganan jalan nasional yang mempengaruhi kinerja satuan kerja. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif, dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Data hasil kuesioner yang dikumpulkan kemudian akan dianalisis dengan menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA) untuk memperoleh peta pangkal masalah kinerja satuan kerja dan menentukan prioritas penanganan untuk meningkatkan kinerja satuan kerja terkait.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan sebagai salah satu bagian prasarana transportasi darat memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan jalan di Indonesia merupakan prasarana transportasi yang paling dominan (90% angkutan barang menggunakan moda jalan dan 95% angkutan penumpang menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini diamanatkan di dalam Undang Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan yang
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosialbudaya, dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan, dikemukakan bahwa jalan merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang memegang peranan penting
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN JALAN NASIONAL BERBASIS INDIKATOR SIDLACOM
IDENTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN JALAN NASIONAL BERBASIS INDIKATOR SIDLACOM Anggoro Ary Sutio MSTT-JTSL Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Tlp. (0274) 524712 anggoro_ary_sutio@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur jalan nasional merupakan poros pertumbuhan perekonomian masyarakat yang mendukung peningkatkan kemakmuran dari segala aspek kehidupan. Selain itu, infrastruktur
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KINERJA SATUAN KERJA (SATKER) PROYEK PENANGANAN JALAN NASIONAL
IDENTIFIKASI KINERJA SATUAN KERJA (SATKER) PROYEK PENANGANAN JALAN NASIONAL (Studi Kasus: Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Bangka Belitung, di Wilayah Kerja BBPJN-III) Syahputra Amaldani Ginting
Lebih terperinci2. Pra-studi kelayakan Studi kelayakan Rencana induk DED (Detail Engineering Design) Studi AMDAL...
DAFTAR ISI 6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xxx DAFTAR
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kompetensi tinggi merupakan salah satu kunci untuk memenangkan persaingan di pasar internasional. Keunggulan SDM juga penting
Lebih terperinciperencanaan jalan... 86
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xviii INTISARI...
Lebih terperinciPENGARUH ATRIBUT SIDLACOM TERHADAP PENILAIAN KINERJA JASA KONSULTANSI CORE TEAM JALAN NASIONAL PADA SNVT-P2JN PROVINSI GORONTALO
PENGARUH ATRIBUT SIDLACOM TERHADAP PENILAIAN KINERJA JASA KONSULTANSI CORE TEAM JALAN NASIONAL PADA SNVT-PJN PROVINSI GORONTALO Rahmat MSTT-JTSL Fakultas Teknik Uiversitas Gadjah Mada, Yogyakarta Telp:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi sebagai urat-nadi berkehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional yang sangat penting perannya dalam ketahanan nasional.
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
163 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil analisis terhadap penilaian kinerja konsultan perencana dalam pembangunan jalan nasional menuju pelaksanaan kontrak berbasis kinerja di wilayah kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah moda. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen RI No. 34 Tahun 2006 menyatakan bahwa jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan jalan merupakan salah satu infrastruktur utama penggerak roda perekonomian nasional dan daerah sehingga ketersediaan jalan adalah prasyarat mutlak untuk berkembangnya
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 603/PRT/M/2005 TENTANG
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 603/PRT/M/2005 TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA BIDANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja sering digunakan sebagai tolak ukur dalam menilai suatu hasil yang dicapai terhadap sesuatu. Sehingga kesuksesan suatu perusahaan dapat diukur dari kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosialbudaya dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan nasional.sistem
Lebih terperinciBAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII. Jenderal Bina Marga, Kementrian Pekerjaan Umum.
BAB II HASIL SURVEY 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII merupakan satu dari delapan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional
Lebih terperinciGambar 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumbar Tahun (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat (2015)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat terdiri dari 12 kabupaten yang terletak di pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera yang terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi
Lebih terperinciSTANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN (SOP) SHOW CAUSE MEETING (SCM)
STANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN (SOP) DOKUMEN TANGGAL : DJBM/SMM/PP/16 : 19 Juli2012 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM STANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN (SOP) No. Dokumen : DJBM/SMM/PP/16 Tgl berlaku : 19 Juli 2012 Hal
Lebih terperinciPROSEDUR OPERASIONAL STANDAR
( 2 ) PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN KERJA Januari 2009 D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A M A R G A D I R E K T O R A T B
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
2. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Ditjen Bina Marga memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan penyelenggaraan jalan sesuai
Lebih terperinciRencana Kinerja Bagian Pembangunan Tahun 2015 RENCANA KINERJA
RENCANA KINERJA BAGIAN PEMBANGUNAN SETDA KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015 1 KATA PENGANTAR Dengan Mengucap puji syukur Kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmatnya akhirnya dapat disusun Rencana Kinerja Bagian
Lebih terperinciPCM ANALYSIS MENINGKATKAN EFISIENSI PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR JALAN SECARA BEKELANJUTAN
PCM ANALYSIS MENINGKATKAN EFISIENSI PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR JALAN SECARA BEKELANJUTAN 1) Diagnosis Analysis Infrastruktur jaringan jalan di Indonesia merupakan prasarana transportasi darat yang dominan
Lebih terperinciBAB V KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) STUDI LARAP PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK KARANGNONGKO
BAB V KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) STUDI LARAP PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK KARANGNONGKO Uraian Pendahuluan 1. Latar Belakang Rancangan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo memuat
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) JASA KONSULTAN PENGAWAS Pekerjaan : Pengawasan Pembangunan/Rehabilitasi Pasar Doi-Doi Lokasi : Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru Tahun Anggaran 2016 1 KERANGKA ACUAN KERJA
Lebih terperinciPEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN I. Pendahuluan Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Keberadaan infrastruktur yang memadai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Skema bagan alir dalam tahapan penelitian kajian tentang manajemen kualitas dengan kegagalan kosntruksi dapat dilihat pada gambar skema di bawah ini :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan menjelaskan bahwa jalan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional mempunyai peranan yang sangat penting dalam
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG
MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciRUMUSAN HASIL PEMBAHASAN KONREG 2012 WILAYAH TIMUR Kupang, 15 Maret 2012
RUMUSAN HASIL PEMBAHASAN KONREG 2012 WILAYAH TIMUR Kupang, 15 Maret 2012 1. Percepatan Pelaksanaan TA 2012 2. Isu-isu strategis dan tindak lanjut penanganan 3. Alokasi Baseline dan Inisiatif Baru 2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jalan merupakan prasarana infrastruktur dasar yang dibutuhkan manusia untuk dapat melakukan pergerakan dari suatu lokasi ke lokasi lainnya dalam rangka pemenuhan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan
Lebih terperinciPENINGKATAN KUALITAS PERENCANAAN, PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN EVALUASI APBN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2013
MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSIMENTERIPERHUBUNGAN NOMOR: 1M 6 TAHUN 2012 PENINGKATAN KUALITAS PERENCANAAN, PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN EVALUASI APBN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2013 a.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014 TENTANG : PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PU
+ 1 PERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014 TENTANG : PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PU Bimbingan Teknis Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN PENYIAPAN LELANG AWAL TA.2017
t KEBIJAKAN DAN PENYIAPAN LELANG AWAL TA.2017 Oleh: Direktur Jenderal Bina Konstruksi TOPIK PEMBAHASAN Pedoman dan Acuan Pengadaan Barang dan Jasa Tugas dan Fungsi ULP dan Pokja Kebijakan Pelelangan Awal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1. Analisis pengukuran..., Gita Dinarsanti, FE UI, 2010.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas ekonomi baik di pusat maupun daerah dan pengembangan wilayah serta sebagai
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN, SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2002), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.
Lebih terperinciKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 38 /PER-DJPB/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN. 1 Pendahuluan
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN 1 Pendahuluan Jalan merupakan kekayaan atau aset yang sangat besar yang secara tradisional dikelola
Lebih terperinciMENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.253/MEN/X/2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGGUNAAN DANA PERCEPATAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.506,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN FISIK PEMANFAATAN ENERGI BARU DAN ENERGI
Lebih terperinci2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent
No.794, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. ULP. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 43 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan
Lebih terperinciStrategi Sanitasi Kabupaten Malaka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cepat dari waktu yang dijadwalkan, dan dengan tercapainya mutu. Dampak dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan proyek merupakan sasaran utama bagi perusahaanperusahaan yang bergerak dibidang jasa konstruksi. Proyek yang dikatakan berhasil merupakan cerminan dari
Lebih terperinciBUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN TATA RUANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 35/PRT/M/2006
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 35/PRT/M/2006 TENTANG PENINGKATAN PEMANFAATAN ASPAL BUTON UNTUK PEMELIHARAAN DAN PEMBANGUNAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciWALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM
WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE, Menimbang : a.
Lebih terperinciOwner (Pemilik Proyek)
Owner (Pemilik Proyek) Konsultan Perencana Konsultan Pengawas Kontraktor (Pelaksana Proyek PIHAK TERKAIT seseorang atau instansi yang memiliki proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 01/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 01/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA DATABASE PERENCANAAN JALAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG
KERANGKA ACUAN KERJA DATABASE PERENCANAAN JALAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG I. LATAR BELAKANG Transportasi merupakan pendukung perekonomian suatu daerah. Tersedianya suatu jaringan dan sistem transportasi
Lebih terperinciRENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR JL. GAYUNG KEBONSARI NO. 167 SURABAYA
Lebih terperinciDRAFT RANCANGAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR: TAHUN TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN KELAIKAN OPERASI JEMBATAN TIMBANG
DRAFT RANCANGAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR: TAHUN TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN KELAIKAN OPERASI JEMBATAN TIMBANG DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Menimbang : (1) Bahwa untuk
Lebih terperinciTA 2014 DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN
TA 2014 DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Jakarta, Januari 2014 KATA PENGANTAR Kegiatan Sosialisasi Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruas jalan Toyan Karangnongko merupakan ruas jalan nasional yang ditangani oleh Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Provinsi D.I. Yogyakarta yang berlokasi di Kab. Kulonprogo,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/PERMEN-KP/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2018 NOMOR : SP DIPA /2018
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-33.1-/218 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan
Lebih terperincib Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
b Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya sektor transportasi di Indonesia, maka kebutuhan para pengguna jalan untuk mengakses dari dan menuju suatu daerah juga semakin meningkat.
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR B. Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan
LAPORAN AKHIR 2434.002.001.107.B Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan Balai Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Lingkungan Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2014 LAPORAN
Lebih terperinci2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34, 2018 KEMENPU-PR. DAK Infrastruktur PU-PR. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2017 TENTANG PETUNJUK
Lebih terperinciFORMULIR ISIAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PERIKANAN (P4) (TAHUN ANGGARAN BERJALAN)
FORMULIR ISIAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PELABUHAN PERIKANAN (P4) (TAHUN ANGGARAN BERJALAN) A. DATA UMUM 1. Formulir Untuk Bulan :... 2. Nama Pelabuhan Perikanan :... 3. Alamat Pelabuhan Perikanan :.........
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA (KAK) TERM OF REFERENCES (TOR)
KOP PERUSAHAN KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) TERM OF REFERENCES (TOR) PEKERJAAN : PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN HOTMIX SANGOWO LOKASI PEKERJAAN : SANGOWO KECAMATAN MOROTAI TIMUR SUMBER DANA : APBD TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang terdiri dari ribuan pulau yang besar dan kecil, sehingga tanpa sarana angkutan transportasi yang memadai
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)
PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN
Lebih terperinciDirektorat Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi Pengadaan LKPP-RI KEBIJAKAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
Direktorat Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi Pengadaan LKPP-RI KEBIJAKAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KEBIJAKAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Dasar Pelaksanaan Latar
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dubnick (2005), akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi dengan
Lebih terperinciT E N T A N G PROSEDUR PERIZINAN PEMANFAATAN BAGIAN BAGIAN JALAN TOL S U R A T E D A R A N DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA
S U R A T E D A R A N DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA NOMOR : 11/SE/Db/2017 TANGGAL : 22 November 2017 T E N T A N G PROSEDUR PERIZINAN PEMANFAATAN BAGIAN BAGIAN JALAN TOL ii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Klaten merupakan sebuah kabupaten di Jawa Tengah yang mengalami perkembangan yang sangat pesat dari aspek ekonomi, pembangunan dan infrastruktur. Disamping itu kemajuan
Lebih terperinciBAB 1 GAMBARAN UMUM. 1.1 Geografis. 1.2 Demografi
H a l a m a n 1-1 BAB 1 GAMBARAN UMUM 1.1 Geografis Provinsi Jawa Timur terletak pada 111,0⁰ BT - 114,4⁰ BT dan 7,12⁰ LS - 8,48⁰ LS. Luas wilayah Provinsi Jawa Timur adalah 47.800 km 2. Provinsi Jawa Timur
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Anggaran. Rehabilitasi. Rekonstruksi. Nanggroe Aceh Darussalam. Pedoman.
No.103, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Anggaran. Rehabilitasi. Rekonstruksi. Nanggroe Aceh Darussalam. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94/PMK.05/2009
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pengelolaan risiko..., Mohamad Taufik H.A., FT UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelangsungan hidup perusahaan atau organisasi seringkali ditentukan oleh suatu keputusan penting dalam rangka mengambil peluang (opportunity) yang jarang terjadi
Lebih terperinciBUPATI BANGKA. Jalan A. Yani (Jalur Dua) Sungailiat Bangka Telp. : (0717) Faximile : (0717) 92534
BUPATI BANGKA Jalan A. Yani (Jalur Dua) Sungailiat 33215 Bangka Telp. : (0717) 92536 Faximile : (0717) 92534 SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN
Lebih terperinciTENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,
u PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 1 TAHUN 2013 NOMOR : 14 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk di dalamnya sektor pariwisata. Pembangunan bidang pariwisata
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan terbentuk atas beberapa lapisan perkerasan yang akan mengalami penurunan kondisi selama masa layannya. Menurunnya tingkat pelayanan jalan ditandai dengan adanya
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2013
LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PRESERVASI INFRASTRUKTUR JALAN PROVINSI MELALUI HIBAH
Lebih terperinciTUGAS POKOK, FUNGSI DAN STRUKTUR DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KAB. LOMBOK BARAT TAHUN 2017
TUGAS POKOK, FUNGSI DAN STRUKTUR DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KAB. LOMBOK BARAT TAHUN 2017 Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Barat Nomor 10 Tahun 2016 tentang Organisasi Perangkat
Lebih terperinciORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 08/PRT/M/2010 TANGGAL 8 JULI 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pekerjaan proyek konstruksi, waktu (time) adalah salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pekerjaan proyek konstruksi, waktu (time) adalah salah satu elemen penting di samping elemen lainnya seperti biaya (cost), dan kualitas (quality). Keterlambatan
Lebih terperinciMENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 30 /PRT/M/2007
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 30 /PRT/M/2007 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI PARTISIPATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 0310-1636-8566-5090 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinciPED OMAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
Lampiran I Peraturan Menteri PU Nomor : 06/PRT/M/2008 Tanggal : 27 Juni 2008 PED OMAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM J l. P a t t i m u r a N o. 2 0, K e b a
Lebih terperinciPendahuluan. Bab Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang sebagai salah satu pusat pertumbuhan di wilayah metropolitan Jabodetabek, yang berada di wilayah barat DKI Jakarta, telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 295/PRT/M/2005 TENTANG BADAN PENGATUR JALAN TOL MENTERI PEKERJAAN UMUM,
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 295/PRT/M/2005 TENTANG BADAN PENGATUR JALAN TOL MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA KEMENTERIAN SOSIAL
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA KEMENTERIAN SOSIAL SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
1 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN MONITORING DAN EVALUASI TERPADU PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinci