BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
|
|
- Suhendra Sugiarto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu negara yang sedang berkembang. Begitu pula dengan Indonesia, berbagai kota berkembang secara pesat di Indonesia dan salah satunya adalah Kota Bandung. Sejak jaman kolonial, Kota Bandung telah difungsikan sebagai salah satu kota pemerintahan dan salah satu kota tujuan wisata. Sebagai pusat pemerintahan, maka Kota Bandung memiliki berbagai infrastruktur utama seperti jalan raya guna mendukung kegiatan yang ada di Kota Bandung pada masa itu. Kegiatan pariwisata yang terdapat di Kota Bandung dapat dilihat sejak jaman kolonial. Hal tersebut dapat dilihat dari dipersiapkannya berbagai macam sarana dan prasarana pendukung seperti jalan raya, hotel, gedung pertemuan, bioskop/teater dan lainnya. Selain mengacu pada sejarah perkembangan Kota Bandung, dalam RTRW Kota Bandung tahun juga disebutkan bahwa Kota Bandung berperan sebagai kota jasa dengan satu sektor andalan adalah sektor pariwisata khususnya wisata perkotaan yang dapat membantu pertumbuhan ekonomi Kota Bandung. Dalam RENSTRA Kota Bandung tahun juga disebutkan bahwa Pemerintah Kota Bandung ingin menjadikan kegiatan pariwisata Kota Bandung sebagai salah satu usaha dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung. Dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Bandung tahun 2006, disebutkan betapa pentingnya sektor pariwisata bagi pengembangan Kota Bandung. Pengembangan pariwisata diharapkan dapat memberikan pemasukan bagi Kota Bandung misalnya dalam Pendapatan Asli Daerah. Sektor pariwisata memberikan kontribusi yang cukup besar, yaitu sebesar 35% dari total Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung pada tahun 2004 (Sumber: RKPD Kota Bandung tahun 2006).
2 Dalam perkembangannya, pola perkembangan pariwisata Kota Bandung dipengaruhi oleh pola perkembangan Kota Bandung pada masa kolonial dimana terdapat sedikit perbedaan antara jenis kegiatan di kawasan Bandung Utara dan Bandung Selatan. Perbedaan yang dimaksud antara lain adalah fungsi guna lahan bagian Bandung Utara yang lebih dimanfaatkan sebagai tempat peristirahatan bagi golongan atas yang ditandai dengan banyaknya rumah-rumah peristirahatan (vila) dan terdapatnya bangunan hotel pada ruas jalan utama di Kota Bandung seperti Hotel Grand Preanger dan Savoy Homann, sedangkan wilayah Bandung Selatan merupakan wilayah yang dihuni oleh kaum pribumi dan golongan bawah. Perbedaan pola kegiatan tersebut dapat mempengaruhi pola pekembangan kegiatan pariwisata yang kemudian dapat mempengaruhi karakteristik wisatawan yang datang ke Kota Bandung. Berdasarkan temuan studi awal, untuk wilayah Bandung Utara, wisatawan yang datang didominasi oleh wisatawan yang datang dari Jakarta, sedangkan untuk wilayah Bandung Selatan, wisatawan yang datang cenderung berasal dari daerah sekitar Kota Bandung seperti Cimahi, Garut, Sumedang, Kabupaten Bandung dan daerah lain di sekitar Kota Bandung. Perkembangan pariwisata Kota Bandung berkaitan erat dengan ketersediaan infrastruktur serta sarana dan prasarana yang ada seperti jaringan transportasi dan penyediaan akomodasi (Jansen-Verbeke dalam Gunn, 1986). Sebagai suatu destinasi pariwisata, dibutuhkan aksesibilitas yang baik dengan daerah sekitar, linkage antara daya tarik wisata lain di sekitarnya, akomodasi, dan berbagai sarana pendukung lainnya. Pembangunan jaringan transportasi dimulai dengan pembangunan jalur kereta api yang telah tersedia sejak jaman penjajahan, hingga pembangunan berbagai sarana dan prasarana pendukung perkembangan kota. Berbagai sarana dan prasarana pendukung seperti pembangunan jalan layang Pasupati, jalan tol Purbaleunyi, dan pesatnya perkembangan jasa transportasi travel yang menjadi faktor yang membantu perkembangan pariwisata Kota Bandung. Selain itu, Kota Bandung juga didukung oleh ketersediaan terminal bus, stasiun kereta api serta Bandar udara Husein Sastranegara. Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung diatas menyebabkan tingginya pergerakan terutama
3 wisatawan yang datang ke Kota Bandung dan di dalam Kota Bandung sendiri. Sebagai gambaran, jumlah kendaraan (mobil) yang masuk Kota Bandung melewati pintu tol Pasteur pada Tahun 2005 sebanyak 7 juta unit (Sumber: Bandung Dalam Angka Tahun 2005). Untuk ketersediaan jaringan jalan, panjang jaringan jalan yang tersedia di Kota Bandung sekitar Km (Bandung Dalam Angka tahun 2005) dan luas permukaan jalan di Kota Bandung hanya sekitar 3,8% dari total keseluruhan luas Kota Bandung yang seharusnya mampu mencapai 20% dari total keseluruhan luas kota Bandung. Sedangkan untuk ketersediaan fasilitas lahan parkir hanya tersedia sebanyak 238 titik (Sumber: Bandung Dalam Angka Tahun 2005). Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi pembangunan berbagai sarana kegiatan pariwisata seperti hotel dan pusat perbelanjaan. Saat ini, jumlah hotel di Kota Bandung mencapai 227 unit, pusat perbelanjaan mencapai 24 unit, Factory Outlet mencapai 80 unit, restoran mencapai 121 unit dan berbagai jasa lainnya (Sumber: Peningkatan jumlah sarana prasarana pendukung kegiatan pariwisata tersebut dapat menjadi salah satu faktor pendukung tingginya jumlah wisatawan yang datang ke Kota Bandung (sekitar 2,5 juta jiwa wisatawan pada tahun 2008 (Sumber: RIPPDA Kota Bandung 2006)). Sayangnya, hal tersebut tidak diimbangi dengan penambahan jaringan jalan maupun fasilitas parkir yang memadai sehingga menyebabkan terjadinya berbagai permasalahan. Permasalahan yang timbul adalah kemacetan lalu lintas di berbagai kawasan wisata yang dapat terjadi karena penumpukan kendaraan di jalan akibat dari sulitnya mencari parkir. Kemacetan lalu lintas yang terjadi di Kota Bandung dapat menjadi salah satu pertanda bahwa daya dukung yang dimiliki Kota Bandung sebagai kota tujuan wisata mulai mendekati puncaknya. Apabila daya dukung yang dimiliki oleh Kota Bandung telah melampaui batasnya, maka dihawatirkan akan berpengaruh terhadap kepariwisataan Kota Bandung.
4 1.2 Rumusan Persoalan Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kegiatan pariwisata memberikan kontribusi yang besar bagi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung. Namun pada kenyataannya, perkembangan kegiatan pariwisata di Kota Bandung tidak diikuti oleh perkembangan sarana prasarana pendukung kegiatan pariwisata, sehingga menimbulkan permasalahan seperti kemacetan lalu lintas di berbagai kawasan wisata. Pertumbuhan berbagai sarana prasarana pendukung kegiatan pariwisata seperti sarana akomodasi, pusat perbelanjaan, dan restoran tidak diimbangi oleh perkembangan dan penyediaan sarana prasarana lain seperti penambahan kapasitas jalan serta penyediaan fasilitas parkir. Kemacetan lalu lintas yang disebabkan ketidakseimbangan diatas memberikan dampak negatif bagi berbagai pihak, seperti bagi masyarakat Kota Bandung, wisatawan yang datang ke Kota Bandung, Pemerintah Kota Bandung dan investor/pedagang. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang lebih besar dapat timbul apabila perkembangan kegiatan pariwisata di Kota Bandung tidak diikuti oleh perkembangan sarana dan parasana pendukung seperti jaringan jalan dan fasilitas parkir. Permasalahan yang dimaksud adalah terlampauinya daya dukung Kota Bandung sebagai kota tujuan wisata, yang akan berpengaruh terhadap kondisi kepariwisataan Kota Bandung. Yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah apakah Kota Bandung telah kehilangan daya dukungnya sebagai salah satu kota tujuan wisata? 1.3 Tujuan dan Sasaran Berdasarkan persoalan yang telah dijelaskan sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi kepariwisataan Kota Bandung akibat pengaruh kemacetan lalu lintas yang terjadi di Kota Bandung. Berdasarkan tujuan tersebut, maka sasaran penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui karakteristik pengunjung dan kunjungan wisatawan yang datang ke Kota Bandung. 2. Mengetahui persepsi pengunjung Kota Bandung mengenai toleransi atau daya tahan mereka dalam menghadapi kemacetan lalu lintas ketika melakukan kegiatan pariwisata di Kota Bandung.
5 3. Mengidentifikasi sarana dan prasarana apa saja yang masih dianggap kurang oleh pengunjung untuk mendukung kegiatan pariwisata di Kota Bandung. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian pada penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup studi Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah pada penelitian ini adalah kawasan-kawasan wisata di Kota Bandung, khususnya yang memiliki permasalahan seperti kemacetan lalu lintas dan kurangnya sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwisata. Wilayah studi dipilih berdasarkan kantong-kantong pengembangan wisata di Kota Bandung yang kemudian dipilih dengan berbagai pertimbangan. Kawasan-kawasan wisata yang terletak di Kota Bandung tersebut akan diwakilkan oleh beberapa titik pusat kegiatan wisata yang dianggap dapat mewakili pariwisata Kota Bandung Ruang Lingkup Studi Ruang lingkup studi pada penelitian ini akan mengacu pada studi-studi mengenai pariwisata dan infrastruktur atau sarana dan prasarana yang akan didapat melalui berbagai sumber seperti literatur dan observasi. Studi mengenai pariwisata yang dimaksud antara lain mengenai karakteristik pengunjung, peranan sektor pariwisata, dan melihat pariwisata sebagai suatu sistem yang terkait antara satu dengan lainnya. Studi mengenai pariwisata juga dilakukan dengan melihat kondisi dan kegiatan pariwisata yang terdapat di Kota Bandung khususnya di daerah yang menjadi wilayah studi penulis berdasarkan hasil
6
7 observasi. Selain itu, studi kali ini akan lebih memfokuskan pada persepsi pengunjung mengenai toleransi mereka dalam menghadapi berbagai permasalahan seperti kemacetan lalu lintas pada akhir pekan di berbagai kawasan wisata di Kota Bandung dan pengaruhnya terhadap pola perjalanan mereka. Studi infrastruktur yang dimaksud antara lain mengenai jenis-jenis infrastruktur atau sarana dan prasarana penunjang kegiatan perkotaan, peranan infrastruktur, dan infrastruktur yang dapat mendukung kegiatan pariwisata, khususnya kegiatan wisata perkotaan di Kota Bandung. Untuk studi mengenai infrastruktur akan lebih difokuskan mengenai persepsi pengunjung mengenai sarana prasarana yang paling dibutuhkan pengunjung guna mempermudah dan memberikan kenyamanan kepada pengunjung selama berkegiatan di berbagai kawasan wisata di Kota Bandung. 1.5 Metodologi Penelitian Penelitian ini diawali dengan mengumpulkan berbagai informasi awal mengenai berbagai permasalahan yang terkait dengan kegiatan pariwisata di Kota Bandung. Selain diawali dengan mengetahui berbagai permasalahan, penelitian ini juga diawali dengan pengumpulan berbagai informasi tentang kebutuhan data yang didapat dari berbagai sumber. Pada sub bab ini akan dibahas mengenai metoda pengumpulan data, metoda pemilihan lokasi, dan metoda pemilihan sampel Metoda Pengumpulan Data Metoda yang akan digunakan dalam pengumpulan data dibagi kedalam dua cara, yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. 1. Data Primer Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian kali ini akan didapatkan dengan cara sebagai berikut: - Wawancara dengan pengunjung mengenai kebutuhan infrastruktur penunjang kegiatan pariwisata. - Wawancara dengan pengunjung mengenai toleransi wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata di Kota Bandung.
8 - Observasi lapangan. 2. Data Sekunder Untuk pengumpulan data sekunder, data didapat dengan cara mengumpulkan berbagai data instansional yang didapat dari berbagai instansi terkait di Kota Bandung yang terkait dengan permasalahan yang terjadi Metoda Pemilihan Kawasan Wisata Metoda yang digunakan penulis dalam menentukan lokasi adalah dengan menggunakan metoda stratified dan metoda purposif. Pada dasarnya, ruang lingkup yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah Kota Bandung dengan memfokuskan kepada lokasi-lokasi yang menjadi tujuan utama wisata di Kota Bandung. Pada awalnya penulis memilih lokasi-lokasi kegiatan wisata di Kota Bandung berdasarkan kantong-kantong pariwisata yang terdapat dalam RIPPDA Kota Bandung Tahun Berdasarkan RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006 tersebut, penulis mendapatkan bahwa terdapat 15 kantong-kantong wisata yang merupakan daya tarik wisata yang dimiliki Kota Bandung. Dari ke 15 kantongkantong kawasan wisata tersebut, penulis menentukan beberapa kawasan yang dianggap paling dapat mewakili kegiatan pariwisata di Kota Bandung. Penulis menentukan beberapa titik-titik kawasan wisata yang menjadi pemusatan kegiatan pariwisata berdasarkan berbagai sumber dan pertimbangan, seperti berdasarkan RTRW, RIPPDA, artikel, serta hasil observasi. Pemilihan lokasi yang dimaksud dilihat dari dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan pariwisata di kawasan tersebut, pemusatan kegiatan wisatawan, kemacetan lalu lintas, dan jumlah kunjungan wisatawan. Beberapa lokasi yang menjadi pilihan penulis yang dianggap dapat mewakili kegiatan pariwisata Kota Bandung antara lain adalah sebagai berikut: Kawasan wisata belanja Jl. Ir. H. Juanda (Dago) Kawasan wisata belanja Jl. L.L.R.E. Martadinata (Riau) Kawasan wisata belanja Jl. Setiabudi Kawasan wisata belanja Jl.Cihampelas
9 Kawasan wisata Kebon Binatang Bandung Kawasan wisata Alun-alun Kota Bandung dan sekitarnya Berdasarkan beberapa kawasan yang telah penulis tentukan tersebut, penulis kemudian kembali mengklasifikasikan kawasan-kawasan wisata tersebut berdasarkan karakteristik di masing-masing kawasan berdasarkan beberapa variabel seperti jenis kegiatan wisata, karakteristik wisatawan, permasalahan serta ketersediaan sarana dan prasarana. Setelah melakukan klasifikasi berdasarkan karakteristiknya, penulis kemudian menemukan bahwa terdapat 4 kawasan yang menjadi lokasi sasaran penyebaran kuesioner. Ke empat kawasan tersebut dapat dilihat pada TABEL I-1 berikut ini: TABEL I-1 PENENTUAN LOKASI KAWASAN WISATA No Kawasan Wisata Pertimbangan 1 Dago, Riau, Setiabudi 2 Cihampelas 3 Alun-alun 4 Kebon Binatang Bandung Lokasi wisata belanja yang menjadi daya tarik utama Kota Bandung saat ini (RTRW Kota Bandung Tahun ) yang memiliki karakteristik yang sama dalam berbagai hal. Wisatawan yang datang didominasi oleh wisatawan dari Jabodetabek dan menggunakan kendaraan pribadi. Lokasi wisata belanja yang menjadi daya tarik bagi wisatawan yang datang dari daerah sekitar Kota Bandung. Salah satu lokasi tujuan wisata daerah sekitar Kota Bandung dan menjadi ikon Kota Bandung bagi daerah-daerah disekitarnya. Salah satu lokasi tujuan wisata yang memiliki jumlah wisatawan terbanyak dibandingkan dengan jumlah wisatawan di objek wisata lain (BDA Tahun 2005). Lokasi penyebaran Kuesioner Factory Ooutlet, tempat makan di kawasan tersebut. Alun-alun, dalem kaum, pusat perbelanjaan Kings. Kebon Binatang Dari tabel diatas kemudian akan diambil 4 kawasan lokasi penyebaran kuesioner yang dianggap akan mewakili kegiatan pariwisata di Kota Bnadung. Ke empat lokasi itu antara lain adalah sebagai berikut: Beberapa Factory Outlet di Kawasan Wisata belanja Jl. L.L.R.E. Martadinata (Riau) yang akan difokuskan pada Factory Outlet Heritage, Cascade, dll. Beberapa Factory Outlet atau pertokoan di kawasan wisata belanja Jl. Cihampelas seperti di Rambo, Batman, dll.
10 Alun-alun Kota Bandung, pasar dalem kaum serta pusat perbelanjaan Kings. Kebon Binatang Kota Bandung Metoda Pemilihan Sampel Sebelum menentukan jumlah sampel yang dibutuhkan, terlebih dahulu dilakukan kategorisasi populasi. Untuk penelitian kali ini, penulis memilih populasi berupa para pengunjung yang datang ke Kota Bandung, baik itu pada hari-hari kerja, maupun pada akhir pekan. Jumlah populasi wisatawan yang datang ke Kota Bandung tidak dapat dipastikan dengan pasti berapa jumlahnya karena sulit mengidentifikasi antara wisatawan, pengunjung, maupun warga Kota Bandung. Hal tersebut menyebabkan tidak mungkin untuk mendapatkan kerangka survei yang menjadi dasar untuk menentukan jumlah sampel secara acak (random sampling). Oleh karena hal tersebut, penulis memanfaatkan bantuan software SSCALC untuk menghitung jumlah sampel dengan asumsi tingkat kepercayaan sebesar 95% dan sampling error sebesar 7%. Dari perhitungan menggunakan bantuan software tersebut, maka didapat jumlah sampel sebanyak 196 sampel untuk mewakili populiasi wisatawan yang ada di Kota Bandung. Kemudian, penulis memutuskan untuk melakukan penyebaran kuesioner pada weekdays dan weekends. Karena keterbatasan biaya, tanaga dan waktu, dimutuskan untuk menggunakan sampel sebanyak 300 buah. Berdasarkan pemilihan lokasi, didapat 4 lokasi yang menjadi lokasi penyebaran kuesioner. Oleh karena itu, penyebaran kuesioner akan dibagikan secara merata di 4 lokasi, yaitu sebanyak 75 kuesioner di tiap lokasi. Untuk proporsi jumlah sampel pada weekdays dan weekends, diputuskan untuk meberikan proporsi sebesar 40% dari jumlah sampel untuk weekdays dan 60% dari jumlah sampel untuk weekends. Hal tersebut didapat dari asumsi bahwa jumlah pengunjung akhir pekan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pengunjung pada waktu hari kerja. Jumlah sampel di setiap titik untuk hari weekdays adalah 30 sampel, dan jumlah sampel di tiap titik untuk hari weekends adalah sebanyak 45 sampel. Metoda yang digunakan adalah dengan menyebarkan
11 kuesioner dan melakukan wawancara langsung kepada para pengunjung. Pemilihan pengunjung yang akan diwawancara adalah pengunjung yang dewasa atau dengan umur diatas 17 tahun. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kesahan data yang dikumpulkan. Pemilihan sampel dilakukan dengan metoda kuota karena tidak terdapat kerangka sampel yang dapat digunakan untuk menggunakan metoda random sampling. Pemilihan sampel dengan menggunakan metoda tersebut karena hanya akan mewawancarai pengunjung yang telah dianggap dewasa dan sedang dalam keadaan tidak sibuk. Pemilihan sampel yang ingin diberikan kuesioner dilakukan dengan mencari wisatawan yang tidak sedang melakukan kegiatan belanja agar tidak mengganggu pengunjung yang bersangkutan. Penyebaran kuesioner akan dilakukan kepada wisatawan yang sedang menunggu keluarga atau kerabat di beberapa lokasi yang telah ditetapkan, baik itu di kawasan objek wisata maupun di halaman parkir objek wisata. Wawancara juga dapat dilakukan pada pengunjung yang sedang beristirahat atau sedang dalam waktu senggang, sehingga pengunjung tidak merasa terganggu dan dapat memberikan jawaban yang menurutnya paling cocok. Diusahakan penyebaran kuesioner tidak berasal dari kelompok pengunjung yang sama. Metoda penyebaran kuesioner dilakukan dengan menyebarkan kuesioner di beberapa titik dalam waktu yang bersamaan dan pada waktu yang dirasa menjadi peak hours di kawasan tersebut. Metoda yang digunakan dalam pengisian kuesioner adalah dengan memberikan kuesioner kepada pengunjung, lalu pengunjung tersebut secara langsung mengisi kuesioner yang diberikan.
12 TABEL I-2 METODA PENGUMPULAN DATA Sasaran Mengetahui sarana dan prasarana apa saja yang masih dianggap kurang dalam mendukung kegiatan pariwisata di Kota Bandung berdasarkan persepsi wisatawan. Mengetahui persepsi wisatawan mangenai daya tahan mereka dalam menghadapi berbagai permasalahan yang timbul ketika melakukan kegiatan pariwisata di Kota Bandung. Mengetahui perilaku wisatawan yang datang ke Kota Bandung dalam berwisata. Data Yang Diperlukan Tipologi kegiatan pariwisata di Kota Bandung Mengetahui jumlah penduduk, wisatawan, sarana prasarana pendukung kegiatan pariwisata di Kota Bandung. Jenis sarana dan prasarana perkotaan Jenis sarana dan prasarana penunjang kegiatan pariwisata Permasalahan pariwisata di Kota Bandung Titik - titik lokasi wisatawan di Kota Bandung. Tipologi wisatawan Karakteristik wisatawan di Kota Bandung Masukan Jenis Data Data Sekunder Data Sekunder Data Sekunder Data Sekunder, Data Primer Data Sekunder, Data Primer Data Sekunder, Data Primer Sumber RIPPDA Kota Bandung, Jansen, internet, BPS Catatan kuliah, Literatur Gunn, Lawson, Inskeep, Internet, Wawancara kuesioner RTRW Kota Bandung, RIPPDA Kota Bandung, Observasi, Wawancara kuesioner RIPPDA Kota Bandung, Observasi Teknik Analisis Deskriptif Deskriptif kualitatif Deskriptif Deskriptif Deskriptif Deskriptif Hasil Jenis kegiatan pariwisata di Kota Bandung Perbandingan antara ketersediaan sarana prasarana dengan kebutuhan wisatawan dan penduduk Sarana prasarana perkotaan Sarana prasarana penunjang pariwisata Rumusan persoalan Wilayah studi Data Sekunder Gunn, Lawson Deskriptif Jenis wisatawan Data primer Wawancara kuesioner, Observasi Deskriptif Karakteristik wisatawan di Kota Bandung
13 1.5.4 Metoda Analisis Metoda analisis yang digunakan akan lebih mengarah kepada analisis deskriptif dan kualitatif berdasarkan studi literatur dan persepsi wisatawan. Metoda penelitian dilakukan dengan menggali persoalan, permasalahan, kondisi yang terdapat di lapangan berdasarkan persepsi pengunjung maupun yang didapatkan melalui kuesioner serta dari hasil pengumpulan data dan informasi sekunder yang kemudian akan dibandingkan dengan literatur yang berhubungan dengan kegiatan pariwisata dan infrastruktur penunjang pariwisata. Untuk mengetahui tingkat toleransi pengunjung terhadap kemacetan lalu lintas dan kepuasan terhadap sarana prasarana, akan dilakukan dengan menggunakan rentang 1 sampai dengan 10. Untuk tingkat toleransi, angka 1 berarti tingkat toleransi sangat besar, dimana pengunjung sama sekali merasa tidak terpengaruh terhadap kemacetan lalu lintas yang terjadi di berbagai kawasan wisata di Kota Bandung. Angka 10 akan menunjukkan bahwa pengunjung telah merasa jera untuk kembali ke Kota Bandung setelah menghadapi kemacetan lalu lintas di berbagai kawasan wisata di Kota Bandung. Untuk tingkat toleransi pengunjung, semakin besar angka yang didapat akan menunjukkan bahwa semakin kecil tingkat toleransinya atau semakin merasa tidak tahan dalam menghadapi kemcaetan lalu lintas di berbagai kawasan wisata di Kota Bandung. Seperti tingkat toleransi, kepuasan pengunjung terhadap sarana prasarana juga akan menggunakan rentang 1 sampai dengan 10. Untuk kepuasan akan sarana prasarana, angka 1 akan dianggap sebagai tingkat kepuasan terendah, sedangkan angka 10 akan dianggap sebagai tingkat kepuasan tertinggi. Semakin besar angka yang didapat, maka semakin besar tingkat kepuasan pengunjung terhadap sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata di berbagai kawasab wisata di Kota Bandung. Metoda analisis yang akan dilakukan adalah dengan menghubungkan berbagai variabel yang berkaitan dan melihat bagaimana hubungan antara variabel-variabel tersebut, antara lain dengan menggunakan metoda analisis tabulasi silang. Dalam melihat kaitan dan hubungan antara variabel-variabel yang telah ditetapkan, akan menggunakan bantuan software pengolah data yang akan membantu penulis dalam melalukan analisis.
14 GAMBAR 1.2 DIAGRAM ALUR KERANGKA PIKIR Latar Belakang Penelitian Perkembangan kegiatan pariwisata di Kota Bandung yang didukung oleh berbagai sarana dan prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Rumusan Persoalan Terlampauinya daya dukung Kota Bandung yang menyebabkan sering terjadi kemacetan lalu lintas. Hal tersebut dapat menyebabkan berkurangnya daya tarik Kota Bandung sebagai destinasi pariwisata. Kebijakan pengembangan kepariwisataan Kebijakan pembangunan infrastruktur perkotaan Pertanyaan Apakah Kota Bandung telah kehilangan daya dukungnya sebagai kota tujuan wisata. Pendahuluan Tujuan Studi Mengetahui kondisi kepariwisataan Kota Bandung akibat pengaruh kemacetan lalu lintas yang terjadi di Kota Bandung. Mengetahui karakteristik pengunjung dan kunjungan wisatawan yang datang ke Kota Bandung. Mengetahui persepsi pengunjung Kota Bandung mengenai toleransi atau daya tahan mereka dalam menghadapi kemacetan lalu lintas ketika melakukan kegiatan pariwisata di Kota Bandung. Mengidentifikasi sarana dan prasarana apa saja yang masih dianggap kurang oleh pengunjung untuk mendukung kegiatan pariwisata di Kota Bandung. Tujuan dan Sasaran Asumsi Daya dukung Kota Bandung telah terlampaui dan dapat mempengaruhi perkembangan kepariwisataan Kota Bandung. Analisis Analisis Kesimpulan Temuan studi dan Rekomendasi studi Kesimpulan
15 1.6 Sistematika Pembahasan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan dan diceritakan mengenai latar belakang penelitian yang dilakukan, tujuan dan sasaran dari penelitian ini, ruang lingkup penelitian baik wilayah maupun studi, serta metoda penelitian yang akan dilakukan serta tahapan penulisan penelitian yang dilakukan penulis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan pustaka, akan dijelaskan mengenai teori-teori yang terkait dengan penelitian. Teori-teori yang akan dijelaskan didapat dari berbagai sumber literatur yang didapat penulis mengenai pariwisata dan infrastruktur. Pada tinjauan teori akan dijelaskan mengenai definisi pariwisata, tipologi wisatawan di Kota Bandung, pengembangan pariwisata, kebutuhan infrastruktur perkotaan, serta kebutuhan akan infrastruktur penunjang kegiatan pariwisata. BAB III GAMBARAN UMUM PARIWISATA KOTA BANDUNG Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum Kota Bandung mulai dari kondisi pariwisata Kota Bandung sejak jaman kolonial sampai sekarang serta kegiatan pariwisata yang terdapat di Kota Bandung. Pada bab ini juga akan dijelaskan mengenai pemetaan kawasan pariwisata di Kota Bandung. BAB IV TOLERANSI PENGUNJUNG DAN WISATAWAN TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA BANDUNG Pada bab ini akan dilakukan penjabaran mengenai hasil pengumpulan data dan berbagai informasi yang telah dilakukan. Kemudian akan dilakukan analisis dan pengolahan data dari hasil observasi dan hasil pengumpulan data maupun informasi yang telah didapat melalui wawancara atau kuesioner. Pada bab ini akan dibahas mengenai karakteristik pengunjung dan kunjungan yang datang ke Kota Bandung berdasarkan hasil pengoilahan data dan wawancara.
16 BAB V KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA Pada bab ini akan dilakukan penjabaran mengenai hasil pengumpulan data dan berbagai informasi yang telah dilakukan. Kemudian akan dilakukan analisis dan pengolahan data dari hasil observasi dan hasil pengumpulan data maupun informasi yang telah didapat melalui wawancara atau kuesioner. Pada bab ini akan dibahas mengenai ketersediaan berbagai sarana dan prasarana yang terkait dengan kegiatan pariwisata. Pada bab ini juga akan dilihat kaitan antara hasil temuan dalam analisis dengan studi literatur yang akan menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dilihat pada bab selanjutnya. BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil analisis dan temuan studi yang telah dilakukan. Pada bab ini juga akan diberikan rekomendasi dan masukan untuk studi lanjutan.
GAMBAR 6.1 KOMPOSISI PENGUNJUNG YANG DATANG DAN TERDAPAT DI KOTA BANDUNG
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai temuan-temuan studi yang didapat dari penelitian kali ini yang akan menjurus kepada suatu kesimpulan dari penelitian ini. Selain dari
Lebih terperinciBAB 4 TOLERANSI PENGUNJUNG DAN WISATAWAN TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA BANDUNG
BAB 4 TOLERANSI PENGUNJUNG DAN WISATAWAN TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA BANDUNG Pada bab ini akan dijelaskan mengenai temuan yang telah dilakukan pada seluruh sampel yang telah disebarkan kepada
Lebih terperinciBAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA
BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA Pada bab ini akan lebih dibahas mengenai sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Permasalahan sarana prasarana
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu bidang pembangunan yang semakin hari semakin besar kontribusinya dalam pembangunan. Hal ini dibuktikan dengan besarnya penyerapan tenaga
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dari studi penelitian dan rekomendasi yang bisa di ambil dalam studi. Selain itu akan dibahas mengenai kelemahan studi dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi di Jl. Cihampelas yang
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi di Jl. Cihampelas yang terletak di Kelurahan Cipaganti Kecamatan Coblong dan Kelurahan Taman Sari Kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan suatu kota pada umumnya disertai dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini pada akhirnya akan menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata muncul sebagi salah satu sektor yang cukup menjanjikan dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata muncul sebagi salah satu sektor yang cukup menjanjikan dalam pembangunan Negara Indonesia saat ini. Menurut Djulianto Susatio (2003: 1) Pariwisata merupakan
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM PARIWISATA KOTA BANDUNG
BAB 3 GAMBARAN UMUM PARIWISATA KOTA BANDUNG Pariwisata telah menjadi salah satu sektor yang telah menjadi suatu industri dan memiliki peran yang sangat besar bagi pengembangan pembangunan Kota Bandung.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kendaraan yang berjalan atau berhenti. Untuk kendaraan-kendaraan yang berhenti
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalu lintas terdiri dari berbagai aspek yang saling berkaitan. Lalu lintas yang baik adalah yang mampu mewujudkan arus yang lancar, kecepatan yang cukup, aman, nyaman,
Lebih terperinciBab III Gambaran Umum Kota Bandung
Bab III Gambaran Umum Kota Bandung 3.1 Kondisi Umum Kota Bandung adalah ibu kota Provinsi Jawa Barat. Dalam RTRW Kota Bandung 2013 dijelaskan bahwa Kota Bandung memiliki visi sebagai kota Jasa yang Bersih,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi Ibu Kota provinsi Jawa Barat. Kota yang terletak di 140 km sebelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan industri yang turut berperan serta dalam membangun perekonomian negara melalui pemasukan devisa negara dari wisatawan. Selain itu, industri pariwisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Semarang sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah adalah suatu kota yang saat ini berusaha berkembang seperti halnya kota-kota besar lainnya yang ada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu hal pokok untuk perkembangan suatu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu hal pokok untuk perkembangan suatu bangsa dan negara. Transportasi banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stasiun KA Bandara Internasional Soekarno-Hatta Penekanan Desain High Tech Architecture
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta atau Soekarno-Hatta International Airport (SHIA) merupakan bandara terbesar dan utama Indonesia. Secara administratif bandara
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM PARIWISATA KOTA BANDUNG
BAB 3 GAMBARAN UMUM PARIWISATA KOTA BANDUNG Pariwisata telah menjadi salah satu sektor yang telah menjadi suatu industri dan memiliki peran yang sangat besar bagi pengembangan pembangunan Kota Bandung.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Deskripsi Judul Judul dalam laporan Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang diangkat adalah Penataan Plaza dan Pusat Kuliner di Kawasan Simpang Lima Semarang (Pendekatan pada Konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Transportasi Massal di Kota Bandung Salah satu kriteria suatu kota dikatakan kota modern adalah tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang memadai bagi
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA Pada bab sebelumnya telah dilakukan analisis-analisis mengenai karakteristik responden, karakteristik pergerakan responden,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya sektor perekonomian akan menyebabkan makin tingginya aktivitas masyarakat. Peningkatan aktivitas masyarakat ini juga berdampak langsung pada tingginya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Suatu kota selalu berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk, aktivitas dan yang kebutuhan kelengkapan kota lainnya. Sejalan dengan waktu suatu kota dibangun dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (RTRW Kab,Bandung Barat)
BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang studi, rumusan persmasalahan, tujuan, sasaran dan manfaat studi, ruang lingkup studi yang mencakup ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah,
Lebih terperinciBAB VI INFRASTRUKTUR
BAB VI INFRASTRUKTUR Sarana dan prasarana fisik dasar yang baik dapat menjadi bagian penting dalam pembangunan sektor lainnya. Ketersediaan dengan kualitas yang baik tentunya dapat mendorong dan memperlancar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT DAFTAR ISI i iii viii ix xv xvi xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Permasalahan... 9 1.3. Pertanyaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, kota Bandung sudah menjadi kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam beberapa tahun terakhir ini, kota Bandung sudah menjadi kota tujuan wisata belanja orang-orang dari luar daerah. Banyak pengunjung didominasi oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Bandung memiliki daya tarik yang luar biasa dalam bidang pariwisata. Sejak jaman penjajahan Belanda, Bandung menjadi daerah tujuan wisata karena keindahan alamnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Aktifitas keseharian penduduk perkotaan makin tinggi sejalan dengan makin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktifitas keseharian penduduk perkotaan makin tinggi sejalan dengan makin bertambahnya penduduk dan makin tingginya aktifitas ekonomi. Tingginya intensitas pergerakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. daerah maka akan bertambah pula taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Hal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring bertambahnya populasi manusia dan peningkatan ekonomi suatu daerah maka akan bertambah pula taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Hal ini juga menimbulkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang dari penelitian ini, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup penelitian, metodologi yang digunakan, serta sistematika pembahasan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,
130 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Cihampelas termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting, mengingat bahwa fasilitas ruang parkir merupakan bagian dari sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan ruang parkir merupakan masalah yang menjadi fenomena biasa terutama di kota-kota besar, seiring dengan meningkatnya kepemilikan kendaraan bermotor fasilitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota besar yang ada di Indonesia. Banyaknya tempat wisata di sertai dengan suasana kota yang nyaman, membuat Yogyakarta menjadi salah
Lebih terperinciBab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan kekayaan pariwisata dan budayanya. Kepariwisataan di Indonesia tumbuh dan berkembang menjadi salah satu industri besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. ini telah menjadi pendorong pada integrasi kota-kota besar di Indonesia, dan juga di
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia, seperti juga dengan yang terjadi di negara-negara berkembang lainnya, khususnya di Asia, akan semakin kompleks dengan semakin terbukanya
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PASURUAN
PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas sosial ekonomi. Hal ini tercermin dengan semakin meningkatnya penggunaan lahan baik
Lebih terperinciPENGARUH BANGKITAN PERGERAKAN PADA GUNA LAHAN KOMERSIAL TERHADAP TINGKAT PELAYANAN JALAN DI PUSAT KOTA WONOGIRI TUGAS AKHIR
PENGARUH BANGKITAN PERGERAKAN PADA GUNA LAHAN KOMERSIAL TERHADAP TINGKAT PELAYANAN JALAN DI PUSAT KOTA WONOGIRI TUGAS AKHIR Disusun oleh: Desta Eko P. Jati L2D 304 148 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota Semarang dapat ditempuh melalui jalan laut, udara dan darat. Namun demikian pelayanan transportasi darat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan perdagangan adalah kawasan atau tempat yang kegiatannya diperuntukan untuk jual beli barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari. Di Kawasan perdagangan juga
Lebih terperinciOPTIMALISASI PELAYANAN PARIWISATA PROPINSI DI YOGYAKARTA SAAT WEEKEND-WEEKDAYS BERDASARKAN SEGMENTASI WISATAWAN NUSANTARA
OPTIMALISASI PELAYANAN PARIWISATA PROPINSI DI YOGYAKARTA SAAT WEEKEND-WEEKDAYS BERDASARKAN SEGMENTASI WISATAWAN NUSANTARA TUGAS AKHIR Oleh: FRIDA HANDAYANI HASIBUAN L2D 000 427 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan perekonomian daerah yang sedang bertumbuh dan memberikan akses kepadadaerah-daerah yang mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi sudah menjadi kebutuhan manusia yang mendasar saat ini. Tanpa adanya transportasi manusia dapat terisolasi dan tidak dapat melakukan suatu mobilisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata adalah sebuah industri yang saat ini menjadi andalan berbagai negara yang ada di dunia. Pemasukan devisa negara yang didapat dari sektor pariwisata
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
digilib.uns.ac.id BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Pada penelitian ini materi yang diteliti adalah kendaraan roda 4 yang menggunakan fasilitas parkir Solo Grand Mall baik itu di dalam gedung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu pergerakan orang dan barang. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehariharinya, sehingga transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pekembangan persaingan bisnis di Indonesia adalah salah satu fenomena yang sangat menarik untuk kita simak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang
Lebih terperinciPROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA METRO, Menimbang : a. bahwa pembangunan pusat kegiatan, pemukiman
Lebih terperinciLAMPIRAN A KUISIONER
0 LAMPIRAN A KUISIONER A-1 LAMPIRAN A KUISIONER Metode penentuan sampling yang digunakan dalam kajian ini adalah menggunakan non probability sampling, dimana metode ini lebih tepat digunakan dalam kajian
Lebih terperinciTERMINAL TIPE A KOTA BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang menjadi tujuan wisata perekonomian, perdagangan, pariwisata, pendidikan khususnya di Provinsi Jawa Barat.
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS
31 BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS 3.1 Gambaran Umum Kota Bandung Dalam konteks nasional, Kota Bandung mempunyai kedudukan dan peran yang strategis. Dalam Peraturan Pemerintah No.47 Tahun
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Permasalahan... 3 1.3 Tujuan dan Sasaran... 4 1.3.1 Tujuan...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota pada saat ini menunjukkan kemajuan yang pesat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk serta semakin besarnya volume kegiatan pembangunan pada
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan identik dengan fungsi sebagai tempat pelayanan, baik perdagangan maupun jasa. Hal ini membuat perkotaan menjadi tempat utama masyarakat beraktivitas setiap
Lebih terperincilib.archiplan.ugm.ac.id
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang 1.1.1 Transportasi Udara sebagai Pilihan Moda Transportasi yang Paling Efektif di Indonesia Indonesia merupakan negara kepulauan yang area daratannya dipisahkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rahendra Andry Irawan, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung terkenal sebagai kota dengan perwujudan perkembangan sarana dan prasarana yang tinggi sesuai dengan kebutuhan dan dibangun berdasarkan terkenalnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah kependudukan yang saat ini banyak dihadapi oleh banyak negara berkembang termasuk Indonesia adalah pertambahan penduduk yang relatif cepat.
Lebih terperinciminimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo.
minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo. Perpustakaan Jumlah kunjungan ke perpustakaan selama 1 tahun di Kota Bandung dibandingkan dengan jumlah orang yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya jaman yang semakin maju menyebabkan kebutuhan manusia semakin banyak dan beragam. Setiap tahap pembangunan pasti menimbulkan tuntutan berkelanjutan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nasional. Salah satu bidang yang terus mengalami perkembangan yaitu Bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terus mengalami perkembangan dalam hal Pembangunan Nasional. Salah satu bidang yang terus mengalami perkembangan yaitu Bidang Transportasi. Salah satu indikasinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan dan pertumbuhan jumlah penduduk, industri dan perdagangan merupakan unsur utama dalam perkembangan kota Pematangsiantar. Keadaan ini juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang menjadikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang menjadikan pariwisata sebagai sumber utama pendapatan daerah. Provinsi yang memiliki visi sebagai provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keindahan alam Indonesia dengan beranekaragam etnik dan kebudayaan alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak dulu menjadi perhatian dan daya tarik wisatawan mancanegara
Lebih terperinciPENGARUH KEMACETAN LALU LINTAS TERHADAP PERKEMBANGAN KEPARIWISATAAN KOTA BANDUNG
PENGARUH KEMACETAN LALU LINTAS TERHADAP PERKEMBANGAN KEPARIWISATAAN KOTA BANDUNG (Studi Kasus: Kawasan Wisata Riau, Cihampelas, Alun-alun dan Kebon Binatang) TUGAS AKHIR Disusun Oleh Aditio Adi Nugroho
Lebih terperinciGambar 3.1 Lokasi Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di sekitar Jalan Cihampelas yaitu dimulai dari Jalan Bapa Husen sampai Hotel Promenade yang telah di gambarkan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ke tempat kerja, tempat belanja, dan tempat hiburan (Shatnawi, 2010:42).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi merupakan kegiatan yang penting bagi masyarakat. Dari banyak hal, kualitas hidup masyarakat salah satunya dipengaruhi oleh transportasi dan akses ke tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. 1. Tingginya Mobilitas Penggunaan Jalan di Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Latar belakang permasalahan merupakan beberapa isu yang membutuhkan solusi melalui perancagan sebuah fasilitas bangunan untuk memecahkan masalah tersbut.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan perjalanan banyak mengalami perubahan dari sisi jumlah tetapi tidak diimbangi dengan kualitas pelayanannya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu kota besar di Indonesia kekayaan alam dan budaya yang sangat indah. dikenal kehidupan masyarakatnya yang sederhana, kental budaya, arif, dan ramah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan kota yang pesat tanpa diikuti oleh ketersediaan pembiayaan pembangunan yang memadai dapat menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya merupakan kota dengan perkembangan bisnis yang pesat dan cukup signifikan. Pembangunan infrastruktur yang terkait dengan sarana dan prasarana penunjang perekonomian
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN, KONTRIBUSI TEORITIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. 6.1 Kesimpulan
BAB VI KESIMPULAN, KONTRIBUSI TEORITIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan beberapa temuan lapangan yang menyangkut pola sebaran industri kreatif pada lima kawasan amatan yaitu Dago, Cihampelas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek. Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan
1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Obyek Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan dengan masa lalu atau sejarah terbentuknya kota serta berkaitan dengan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan kota sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh berbagai macam faktor-faktor perubahan yang menyangkut segi-segi sosial, ekonomi, politik
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D
STUDI KONTRIBUSI PLAZA CITRA MATAHARI DAN TERMINAL BUS MAYANG TERURAI TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN TUANKU TAMBUSAI KOTA PEKANBARU TUGAS AKHIR Oleh: RICO CANDRA L2D 301 330 JURUSAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang Indonesia merupakan sebuah negara dengan penduduk terpadat keempat di dunia yaitu 215,8 juta jiwa(tahun 2003). Sebuah negara yang memiliki penduduk padat tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi Jawa Barat. Kota Bandung juga merupakan kota terbesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bogor sebagai salah satu kota di Provinsi Jawa Barat, memiliki luas wilayah 11.850 Ha dengan jumlah penduduk sebesar 820.707 jiwa, mengalami pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seminar Tugas Akhir 1
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dibahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancanagan. Latar belakang merupakan dasar pemikiran awal yang diambilnya judul Penataan Kawasan Obyek Wisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi sensus penduduk tahun 2012 yaitu 2,455,517 juta jiwa, dengan kepadatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor khususnya dari sektor
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tangerang sebagai salah satu wilayah satelit dari ibukota Jakarta mengalami pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor khususnya dari sektor pertumbuhan penduduk,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak pemerintahan Belanda, Kota Bandung telah dirancang untuk menjadi kota hunian dan wisata. Pemerintah kota bekerja sama dengan Bandung Maju (Bandoeng
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari pembahasan pada bab
BAB V KESIMPULAN Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari pembahasan pada bab sebelumnya. Pada bab ini juga terdapat implikasi penelitian secara manajerial, serta akan menjabarkan mengenai keterbatasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunan pariwisata Indonesia, pemerintah secara jelas menggariskan bahwa pengembangan industri pariwisata di Indonesia memiliki banyak sasaran, diantaranya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab
106 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Pedoman dalam memberikan kesimpulan, maka data-data yang dipergunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki 17.000 pulau sehingga membuat Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar di dunia. Dengan 17.000 pulau ini maka Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1-1 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Domestik di Kota Bandung Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Bandung merupakan ibukota provinsi Jawa Barat, sekaligus menjadi salah satu kota terbesar di Indonesia. Berdasarkan letak geografisnya, Kota Bandung berada pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk perkembangan suatu daerah, yaitu untuk mempermudah memindahkan barang dan manusia dari suatu tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pola pertumbuhan kota dan tingkat urbanisasi yang terjadi di Indonesia sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA,
BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.
BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern. B. PENGERTIAN JUDUL v Terminal : Perhentian (bus, kereta api, dan sebagainya) penghabisan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktifitas perekonomian terus meningkat begitu pula dengan aktifitas kendaraan guna
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Kota Cimahi sama halnya dengan kota lainnya yang masih berkembang, mengakibatkan aktifitas perekonomian terus meningkat begitu pula dengan aktifitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu sektor penting bagi perkembangan perekonomian wilayah dan kehidupan masyarakat. Adanya pertumbuhan dan perkembangan aktivitas di suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Kota melalui Peraturan Daerah (Perda) Kota Bandung No.7 Tahun 2000 tentang Visi dan Misi Kota Bandung telah menetapkan Kota Bandung sebagai kota jasa. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota yang cukup besar, ada kota sedang dan ada kota kecil. Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia
Lebih terperinciPengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang BAB I PENDAHULUAN. commit to user
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini, akan dibahas mengenai, pengertian dan esensi judul, latar belakang munculnya gagasan atau ide dan judul, tujuan dan sasaran perencanaan dan perancangan, permasalahan
Lebih terperinci