PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN TABALONG
|
|
- Susanti Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN TABALONG Haris Fakhrozi 1, Putu Artama Wiguna 2, Anak Agung Gde Kartika 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Bidang Keahlian Manajeman Aset, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya haris_fma@yahoo.co.id 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, artama@ce.its.ac.id 3 Dosen Jurusan Teknik Sipil, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, kartika@ce.its.ac.id ABSTRAK gedung sekolah dasar merupakan prasarana pendidikan dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun sesuai dengan karakteristiknya bangunan gedung selalu cenderung mengalami penurunan kondisi yang diindikasikan dengan terjadinya kerusakan pada fisik bangunan. Sehubungan dengan keterbatasan anggaran dan Kabupaten Tabalong memiliki gedung sekolah dasar negeri (SDN) yang banyak membutuhkan pemeliharaan, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan model penyusunan hirarki keputusan dan prioritas pemeliharaan bangunan gedung SDN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). Penelitian dilakukan terhadap bangunan gedung SDN di Kecamatan Murung Pudak berjumlah 25 gedung dengan kondisi rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat yang sumber pembiayaannya dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Tabalong. Data sekunder dikumpulkan melalui studi kepustakaan dan pengumpulan dokumen. Data primer didapat dari penyebaran kuisioner kepada 16 responden, yang terdiri dari 12 orang tim penyusun APBD Kabupaten Tabalong dan 4 orang instansi pendidikan. Hasil penelitian menunjukan kriteria yang digunakan untuk penentuan prioritas pemeliharaan bangunan gedung SDN adalah kriteria tingkat kerusakan bangunan, jumlah siswa, umur bangunan, lokasi bangunan dan angka partisipasi murni. Urutan prioritas pemeliharaan bangunan gedung SDN adalah SDN Masukau, SDN Kapar Hulu, SDN 2 Belimbing, SDN 1 Jaing Hilir, SDN 4 Belimbing Raya, SDN 2 Kapar, SDN 2 Sulingan, SDN Mabu un, SDN 1 Sulingan, SDN Pembataan, SDN 1 Kapar, SDN 4 Belimbing, SDN Kasiau Raya, SDN 2 Belimbing Raya, SDN 1 Belimbing Raya, SDN 1 Belimbing, SDN Maburai, SDN Kasiau, SDN Masukau Luar 2 Jaing Hilir, SDN 5 Belimbing, SDN 3 Belimbing Raya, SDN 2 Jaing Hilir, SDN 3 Belimbing, SDN 2 Pembataan dan SDN 3 Kapar. Kata kunci: AHP, Kabupaten Tabalong, pemeliharan bangunan gedung SDN, prioritas. PENDAHULUAN gedung sekolah mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pengembangan dan pertumbuhan pendidikan suatu wilayah dalam upaya mewujudkan pemerataan pembangunan pendidikan serta peningkatan kualitas dan pengembangan sumber daya manusia, dimana bangunan gedung sekolah digunakan sebagai prasarana pendidikan perlu dikelola pemeliharaannya dengan baik agar bangunan gedung tersebut berfungsi sebagaimana mestinya. Gedung SDN merupakan prasarana pendidikan yang sangat penting karena merupakan dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun sesuai dengan karakteristiknya bangunan gedung selalu cenderung mengalami penurunan kondisi yang diindikasikan dengan terjadinya kerusakan pada fisik bangunan. Untuk dapat memberikan pelayanan keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya, bangunan gedung sekolah harus tetap dijaga dalam kondisi baik. Pemeliharaan bangunan gedung sekolah yang baik sangat diperlukan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi agar bangunan gedung sekolah tetap dalam kondisi baik sebagaimana mestinya dan untuk meningkatkan kondisi bangunan gedung sekolah dari ISBN kondisi rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat menjadi kondisi baik serta laik fungsi. Pemeliharaan bangunan gedung sekolah harus direncanakan dengan sebaik mungkin, dengan mempertimbangkan besarnya biaya dan sumber daya yang diperlukan untuk pemeliharaan bangunan gedung sekolah. Sudah semestinya untuk menyikapi hal tersebut diperlukan suatu tindakan dan cara untuk dapat menjalankan program pemeliharaan bangunan gedung sekolah agar sesuai dan tepat sasarannya, sehingga dapat menunjang peningkatan kualitas dan pengembangan sumber daya manusia di daerah. Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten di propinsi Kalimantan Selatan memliki SDN sebanyak 229 buah terdiri dari kelas dengan kondisi baik 601 ruang kelas, rusak ringan 430 ruang kelas, rusak sedang 116 ruang kelas dan rusak berat 234 ruang kelas. Dalam upaya mencerdaskan masyarakat Kabupaten Tabalong sehingga tidak ada diskriminasi untuk memperoleh akses dan fasilitas pendidikan maka sangat diperlukan faktor-faktor pendukung yang salah satunya adalah prasarana pendidikan yang baik. Sedangkan kendala keterbatasan dana yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Tabalong A-93
2 mengakibatkan kurang optimalnya pelaksanaan pemeliharaan bangunan gedung SDN. Mengingat dana yang terbatas sehingga tidak mencukupi untuk membiayai pemeliharaan semua bangunan gedung SDN dalam 1 (satu) tahun anggaran maka diperlukan penelitian untuk mengetahui kriteria dan metode yang digunakan dalam menentukan prioritas pemeliharaan bangunan gedung SDN di Kabupaten Tabalong. DASAR TEORI Gedung gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus [1]. gedung negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas yang menjadi/akan menjadi kekayaan milik negara dan diadakan dengan sumber pembiayaan yang berasal dari dana APBN, dan/atau APBD, dan/atau sumber pembiayaan lainnya, antara lain seperti: gedung kantor, gedung sekolah, gedung rumah sakit, gudang, dan rumah negara [2]. Pemeliharaan bangunan gedung adalah usaha mempertahankan kondisi bangunan gedung agar tetap berfungsi sebagaimana mestinya atau dalam usaha meningkatkan wujud bangunan, serta menjaga terhadap pengaruh yang merusak [2]. Intensistas kerusakan bangunan gedung, digolongkan atas tiga tingkat kerusakan, yaitu [2]: 1. Kerusakan Ringan adalah kerusakan terutama pada komponen non-struktural, seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai dan dinding pengisi. 2. Kerusakan Sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen non struktural, dan atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dll. 3. Kerusakan Berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan, baik struktural maupun non-struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Proses Hirarki Analitik Model Analycal Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan dapat memecahkan masalah yang kompleks dimana aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak. Kompleksitas ini disebabkan oleh struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian persepsi mengambil keputusan serta ketidakpastian tersedianya data statistik yang akurat atau bahkan tidak ada sama sekali [3]. Proses Metode AHP Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi [3]: 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. 2. Membuat struktur hirarki yang diawali tujuan umum dilanjutkan dengan kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah. 3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap kriteria yang setingkat diatasnya. 4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement seluruhnya sebanyak n x [(n- 1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. 5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi. 6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk setiap tingkatan hirarki. 7. Menghitung vektor eigen dari setiap matrik perbandingan berpasangan. 8. Memeriksa konsistensi hirarki, jika nilainya lebih dari 10 persen maka penilaian data judgement harus diperbaiki. Proses yang paling mudah adalah membandingkan dua hal dengan keakuratan perbandingan tersebut dapat dipertanggungjawabkan untuk menetapkan skala kuantitaf 1 sampai dengan 9 untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lainnya [3]. METODE Penelitian ini menggunakan metode AHP. Teknik sampling yang digunakan untuk menentukan responden adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Responden yang dipilih dengan pertimbangan memiliki informasi yang tepat terhadap maksud dan tujuan penelitian, memiliki pengetahuan, memahami permasalahan, serta berperan dalam penentuan prioritas pemeliharaan bangunan gedung sekolah dasar negeri di Kabupaten Tabalong. Responden yang dimaksud yaitu tim penyusun anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Kabupaten Tabalong dan pejabat yang terkait dengan institusi pendidikan berjumlah sebanyak 16 responden yang terdiri dari 12 orang tim penyusun APBD Kabupaten Tabalong dan 4 orang instansi pendidikan. Data primer dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuisioner. Data primer yang didapatkan adalah tingkatan pengaruh atau kepentingan kriteria yang ada. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah di Kabupaten Tablong yang terkait dengan penelitian. Data sekunder yang dikumpulkan berupa dokumentasi dan informasi gambaran umum wilayah, kependudukan, identitas SDN, jumlah siswa SDN, lokasi bangunan gedung SDN, umur bangunan sekolah, Angka Partisipasi Murni (APM) dan rencana anggaran biaya perbaikan bangunan gedung SDN. Penelitian dimulai dengan penyebaran kuisioner tahap I tujuannya adalah untuk mendapatkan kriteria yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan penentuan prioritas pemeliharaan bangunan gedung Sekolah Dasar Negeri sehingga diperoleh model penyusunan hirarki keputusan. Setelah para responden mengisi kuisioner tahap I, selanjutnya diadakan rapat untuk menentukan kriteria yang digunakan untuk A-94 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
3 penentuan prioritas pemeliharaan bangunan gedung Sekolah Dasar Negeri. Selanjutnya penyebaran kuisioner tahap II terhadap responden yang sama pada penelitian tahap I yaitu untuk mengetahui tingkat kepentingan perbandingan antar kriteria secara berpasangan. Data sekunder dari masing-masing kriteria terlebih dahulu dijadikan skala, karena masing-masing nilai mempunyai satuan yang berbeda. Bilamana data memiliki satuan berbeda, maka satuannya dapat dihilangkan (menjadi sama) dengan cara transformasi menjadi data standar. Diagram alir penelitian seperti gambar 1. Gambar 1 : Diagram Alir Penelitian Penentuan peringkat prioritas pemeliharan bangunan gedung sekolah dasar adalah dengan menjumlahkan semua nilai kriteria yang didapat dari perkalian antara skala dari masing-masing kriteria dengan bobot kriteria itu sendiri untuk setiap bangunan gedung sekolah dasar penelitian. tersebut dikalikan dengan bobot tingkat kepentingan kriteria masing-masing kriteria yang telah diperoleh dan ditetapkan dari proses pembobotan tingkat kepentingan kriteria dan kemudian akan menghasilkan nilai. masing-masing kriteria ini dijumlahkan berdasarkan bangunan gedung sekolah dasar yang diteliti dan hasilnya disebut dengan jumlah nilai. Untuk menentukan peringkat (urutan prioritas) adalah ISBN dengan cara melihat jumlah nilai mulai dari yang terbesar sampai ke yang terkecil. Jumlah nilai terbesar merupakan peringkat teratas dan yang terkecil merupakan peringkat terakhir. HASIL DAN PEMBAHASAN Kriteria yang digunakan untuk penentuan prioritas pemeliharaan bangunan gedung sekolah dasar negeri di Kabupaten Tabalong, adalah: 1. Tingkat Kerusakan (TK) adalah besarnya anggaran biaya yang diperlukan untuk penanganan setiap bangunan gedung Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tabalong. Semakin besar tingkat kerusakan semakin diprioritaskan penanganannya. 2. Jumlah Siswa (JS) adalah banyaknya siswa yang aktif belajar yang terdaftar pada masing-masing Sekolah Dasar Negeri. Semakin banyak jumlah siswa yang aktif belajar, semakin diprioritaskan untuk ditangani bangunan gedung sekolahnya. 3. Umur (UB) adalah jangka waktu bangunan dapat tetap memenuhi fungsi dan keandalan bangunan, sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Semakin tua umur bangunan semakin diprioritaskan untuk ditangani. 4. Lokasi (LB) adalah tempat dimana letak bangunan Sekolah Dasar Negeri yang akan ditangani. Semakin dekat tapal batas (wilayah perbatasan) kabupaten/propinsi lokasi sekolah Sekolah Dasar Negeri semakin diprioritaskan. 5. Angka Partisipasi Murni (APM) adalah perbandingan antara jumlah siswa sekolah dengan jumlah penduduk usia sekolah pada jenjang pendidikan sekolah dasar. Makin tinggi APM berarti makin banyak anak usia sekolah dasar yang bersekolah di suatu daerah. Semakin tinggi APM semakin diprioritaskan. Penyusunan Model Hirarki Analitik Model hirarki penentuan prioritas pemeliharaan bangunan gedung sekolah dasar negeri di Kabupaten Tabalong terdiri atas 3 level hirarki, yaitu : tujuan, kriteria dan alternatif. Model tersebut memuat beberapa penjelasan sebagai berikut: 1. Level 1 : Tujuan Tujuan pengambilan keputusan adalah keputusan penentuan prioritas pemeliharaan bangunan gedung Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tabalong. Dalam kondisi rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat yang sumber pembiayaannya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Tabalong 2. Level 2 : Kriteria Penyusunan kriteria dilakukan berdasarkan hasil keputusan rapat oleh pejabat pemerintah daerah Kabupaten Tabalong. Dengan hasil kriteria yang digunakan sebagai berikut : tingkat kerusakan, jumlah siswa, umur bangunan, lokasi bangunan gedung dan angka partisipasi murni (APM). 3. Level 3 : Alternatif bangunan gedung SDN. Alternatif bangunan gedung Sekolah Dasar Negeri yang akan dijadikan fokus penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong. Sekolah dasar negeri tersebut A-95
4 Kriteria sebanyak 25 (dua puluh lima) buah dengan kondisi rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat. Gambar model hirarki penentuan prioritas pemeliharaan bangunan gedung SDN di Kabupaten Tabalong sepeti gambar 2. Level 1 Level 2 Urutan Prioritas Pemeliharaan Gedung Sekolah Dasar Negeri Di Kabupaten Tabalong Tingkat Kerusakan Jumlah Siswa Umur Lokasi Angka Pastisipasi Murni Bobot Bobot TK 1,752 5,250 UB 1,087 5,273 JS 1,400 5,251 APM 0,405 5,102 5,202 0,051 RI = 1,12 CR = 0,051/1,12 CR = 0,045 LB 0,586 5,136 CR = 0,045<0,1 Jumlah 26,012 Konsisten indeks konsistensi yang didapat adalah 0,045 lebih kecil dari 0,1 yang berarti bobot matrik untuk masing-masing krteria tersebut sudah layak. Data sekunder dari masing-masing kriteria dijadikan skala dengan cara standardize menggunakan MINITAB release 14 statistical software dengan range 1 sampai 5. Proses standardize dapat terlihat pada gambar 2, 3 dan 4. Level 3 Gambar 2 : Model Hirarki Penentuan Prioritas Pemeliharaan Gedung SDN Hasil Perhitungan Bobot Kriteria Tabel 1 : Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Kriteria TK UB JS APM LB TK UB 1/2 1 1/2 3 3 JS APM 1/5 1/3 1/2 1 1/2 LB 1/3 1/3 1/2 2 1 Jumlah 3,03 5,67 3,50 13,00 9,50 Gambar 2 : Proses pembukaan standardize Tabel 2 : Matriks Normalisasi Perbandingan Berpasangan Bobot Kriteria TK UB JS APM LB Jumlah (Jumlah/n) TK 0,330 0,353 0,286 0,385 0,316 1,669 0,334 UB 0,165 0,176 0,143 0,231 0,316 1,031 0,206 JS 0,330 0,353 0,286 0,154 0,211 1,333 0,267 APM 0,066 0,059 0,143 0,077 0,053 0,397 0,079 LB 0,110 0,059 0,143 0,154 0,105 0,571 0,114 Jumlah 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 5,000 1,000 Perkalian matriks per kriteria yaitu dengan mengalikan nilai matriks perbandingan berpasangan dengan bobot kriteria ,334 1,752 1/2 1 1/ ,206 1, X 0,267 = 1,400 1/5 1/3 1/2 1 1/2 0,079 0,405 1/3 1/3 1/ ,114 0,586 Gambar 3 : Input data pada Minitab Release 14 Kriteria (n = 5) A-96 Tabel 3 : Perhitungan Konsistensi (a) = Matrik x λ maks = CI = (b) = Jumlah λmaks - (a)/bobot (b)/n n/(n-1) CR = CI / RI Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
5 (3,127), SDN 2 Sulingan (3,120), SDN Mabu un (3,118), SDN 1 Sulingan (3,049), SDN Pembataan (2,960), SDN 1 Kapar (2,945), SDN 4 Belimbing (2,932), SDN Kasiau Raya (2,931), SDN 2 Belimbing Raya (2,866), SDN 1 Belimbing Raya (2,815), SDN 1 Belimbing (2,654), SDN Maburai (2,494), SDN Kasiau (2,475), SDN Masukau Luar 2 Jaing Hilir (2,420), SDN 5 Belimbing (2,402), SDN 3 Belimbing Raya (2,364), SDN 2 Jaing Hilir (2,226), SDN 3 Belimbing (2,142), SDN 2 Pembataan (1,875), dan SDN 3 Kapar (1,175) Gambar 4 : Output pada Minitab Release 14 Hasil hasil perhitungan untuk skala perkriteria selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4. Hasil perhitungan untuk urutan prioritas dapat dilihat pada Tabel 5. KESIMPULAN 1. Kriteria penentuan urutan prioritas-prioritas pemeliharaan bangunan gedung Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tabalong adalah : tingkat kerusakan (0,334), jumlah siswa (0,267), umur bangunan (0,296), lokasi bangunan (0,114) dan angka partisipasi murni (0,079). 2. Urutan prioritas pemeliharaan bangunan gedung Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Murung Kabupaten Tabalong adalah sebagai berikut : SDN Masukau (3,445), SDN Kapar Hulu (3,398), SDN 2 Belimbing (3,355), SDN 1 Jaing Hilir (3,168), SDN 4 Belimbing Raya (3,134), SDN 2 Kapar DAFTAR PUSTAKA [1] Pemerintah Republik Indonesia, 2002, Undang- Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 tentang Gedung, Jakarta. [2] Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2002, Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 332/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara. Jakarta. [3] Saaty, T. L., 1993, Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, PT. Pustaka Binaan Presindo, Jakarta. [4] Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Pengkajian 13 Indikator Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Jakarta. [5] Departemen Pendidikan Nasional, 2007, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Jakarta. ISBN A-97
6 Tabel 4. PerSekolah Dasar Negeri di Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong Untuk Masing- Masing Kriteria No Nama Sekolah Jumlah Umur Lokasi APM Tingkat Kerusakan Siswa (Rp/m (orang) (tahun) (%) (km) ) 1 SDN 1 Belimbing 212 2, ,644 92,33 1, , ,00 1,786 2 SDN 2 Belimbing 99 1, ,119 92,33 1, , ,00 4,571 3 SDN 3 Belimbing 42 1, ,559 92,33 1, , ,00 2,071 4 SDN 4 Belimbing 82 1, ,966 92,33 1, , ,00 4,357 5 SDN 5 Belimbing 112 1, ,831 92,33 1, , ,00 2,357 6 SDN 1 Belimbing Raya 174 2, ,356 91,18 1, , ,00 3,500 7 SDN 2 Belimbing Raya 177 2, ,034 91,18 1, , ,00 3,214 8 SDN 3 Belimbing Raya 202 2, ,966 91,18 1, , ,00 1,929 9 SDN 4 Belimbing Raya 67 1, ,102 91,18 1, , ,00 4, SDN 1 Jaing Hilir 102 1, ,051 98,55 4, , ,00 3, SDN 2 Jaing Hilir 38 1, ,424 95,89 3, , ,00 2, SDN 1 Kapar 180 2, ,797 96,60 3, , ,00 1, SDN 2 Kapar 110 1, ,424 96,60 3, , ,00 4, SDN 3 Kapar 66 1, ,339 96,60 3, , ,00 1, SDN Kapar Hulu 98 1, ,898 96,60 3, , ,00 4, SDN Kasiau 95 1, ,492 98,55 4, , ,00 3, SDN Kasiau Raya 34 1, ,356 95,89 3, , ,00 5, SDN Maburai 196 2, ,237 96,55 3, , ,00 2, SDN Mabu'un 583 5, ,695 98,15 4, , ,00 1, SDN Masukau 36 1, ,000 92,13 1, , ,00 4, SDN Masukau Luar 46 1, ,492 92,13 1, , ,00 3, SDN Pembataan 522 4, ,559 99,37 5, , ,00 1, SDN 2 Pembataan 106 1, ,000 99,37 5, , ,00 1, SDN 1 Sulingan 257 2, ,847 93,58 2, , ,00 3, SDN 2 Sulingan 151 1, ,763 93,58 2, , ,00 4,500 No Tabel 5. Urutan Prioritas Pemeliharaan Gedung Sekolah Dasar Negeri Nama Sekolah Jumlah Siswa Umur APM Lokasi Tingkat Kerusakan Jumlah Hasil Urutan Prioritas 0,267 0,206 0,079 0,114 0,334 Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil 1 SDN 1 Belimbing 2,297 0,612 3,644 0,751 1,562 0,124 5,000 0,571 1,786 0,596 2, SDN 2 Belimbing 1,474 0,393 4,119 0,849 1,562 0,124 4,059 0,463 4,571 1,526 3, SDN 3 Belimbing 1,058 0,282 2,559 0,528 1,562 0,124 4,529 0,517 2,071 0,691 2, SDN 4 Belimbing 1,350 0,360 2,966 0,611 1,562 0,124 3,353 0,383 4,357 1,454 2, SDN 5 Belimbing 1,568 0,418 2,831 0,584 1,562 0,124 4,294 0,490 2,357 0,787 2, SDN 1 Belimbing Raya 2,020 0,538 2,356 0,486 1,000 0,079 4,765 0,544 3,500 1,168 2, SDN 2 Belimbing Raya 2,042 0,544 3,034 0,625 1,000 0,079 4,765 0,544 3,214 1,073 2, SDN 3 Belimbing Raya 2,224 0,593 2,966 0,611 1,000 0,079 3,824 0,436 1,929 0,644 2, SDN 4 Belimbing Raya 1,240 0,331 3,102 0,639 1,000 0,079 4,059 0,463 4,857 1,621 3, SDN 1 Jaing Hilir 1,495 0,398 4,051 0,835 4,600 0,365 4,765 0,544 3,071 1,025 3, SDN 2 Jaing Hilir 1,029 0,274 2,424 0,500 3,300 0,262 3,118 0,356 2,500 0,834 2, SDN 1 Kapar 2,064 0,550 4,797 0,989 3,647 0,290 4,765 0,544 1,714 0,572 2, SDN 2 Kapar 1,554 0,414 2,424 0,500 3,647 0,290 4,529 0,517 4,214 1,406 3, SDN 3 Kapar 1,233 0,329 1,339 0,276 3,647 0,290 4,529 0,517 1,000 0,334 1, SDN Kapar Hulu 1,466 0,391 2,898 0,597 3,647 0,290 5,000 0,571 4,643 1,550 3, SDN Kasiau 1,444 0,385 2,492 0,514 4,600 0,365 1,000 0,114 3,286 1,097 2, SDN Kasiau Raya 1,000 0,267 2,356 0,486 3,300 0,262 2,176 0,248 5,000 1,669 2, SDN Maburai 2,180 0,581 3,237 0,667 3,623 0,288 1,706 0,195 2,286 0,763 2, SDN Mabu'un 5,000 1,333 2,695 0,556 4,404 0,350 3,118 0,356 1,571 0,524 3, SDN Masukau 1,015 0,271 5,000 1,031 1,464 0,116 3,353 0,383 4,929 1,645 3, SDN Masukau Luar 1,087 0,290 2,492 0,514 1,464 0,116 3,118 0,356 3,429 1,144 2, SDN Pembataan 4,556 1,214 2,559 0,528 5,000 0,397 4,059 0,463 1,071 0,357 2, SDN 2 Pembataan 1,525 0,406 1,000 0,206 5,000 0,397 3,824 0,436 1,286 0,429 1, SDN 1 Sulingan 2,625 0,700 3,847 0,793 2,172 0,173 3,353 0,383 3,000 1,001 3, SDN 2 Sulingan 1,852 0,494 2,763 0,570 2,172 0,173 3,353 0,383 4,500 1,502 3,120 7 A-98 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
Penentuan Prioritas Pemeliharaan Bangunan Gedung Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten OKU
Penentuan Prioritas Pemeliharaan Bangunan Gedung Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten OKU Oleh: Yuliantini Eka Putri Abstract Elementary school building is an infrastructure of basic education to continue
Lebih terperinciANALISIS PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN REHABILITASI BANGUNAN GEDUNG SD NEGERI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN TULUNGAGUNG
ANALISIS PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN REHABILITASI BANGUNAN GEDUNG SD NEGERI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN TULUNGAGUNG Eko Sudharmono 1, I Putu Artama Wiguna 2, Erwin Sudarma 3 Teknik
Lebih terperinciSKALA PRIORITAS PENANGANAN GEDUNG SEKOLAH DASAR / MADRASAH IBTIDAIYAH DI KABUPATEN KAPUAS
SKALA PRIORITAS PENANGANAN GEDUNG SEKOLAH DASAR / MADRASAH IBTIDAIYAH DI KABUPATEN KAPUAS Satriadi, R. Sutjipto Tantyonimpuno, Tri Joko Wahyu Adi Laboratorium Manajemen Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil
Lebih terperinciPENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA Desy Damayanti Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP
Lebih terperinciANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN
ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN Yusrinawati Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email: yusri47@yahoo.com Retno Indryani Eko Budi Santoso
Lebih terperinciPenyebaran Kuisioner
Penentuan Sampel 1. Responden pada penelitian ini adalah stakeholders sebagai pembuat keputusan dalam penentuan prioritas penanganan drainase dan exspert dibidangnya. 2. Teknik sampling yang digunakan
Lebih terperinciANALISIS PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN KEGIATAN PENINGKATAN JALAN KOTA DI KOTA BANDAR LAMPUNG
ANALISIS PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN KEGIATAN PENINGKATAN JALAN KOTA DI KOTA BANDAR LAMPUNG Victory Hasan 1, Ria Asih Aryani Soemitro 2, Sumino 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Bidang Keahlian
Lebih terperinciIr. Putu Artama Wiguna, MT., Ph.D Ir. Erwin Sudarma, MT
ASSALAMU ALAIKUM WR. WB. SELAMAT SIANG tesis ANALISIS PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN REHABILITASI BANGUNAN GEDUNG SD NEGERI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KAB. TULUNGAGUNG DOSEN PEMBIMBING DOSEN
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN SEBAGAI PENUNJANG KEPUTUSAN PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN (STUDI KASUS JALAN KABUPATEN DI KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG) KETUT CHANDRA
Lebih terperinciPrioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa
Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Rizal Afriansyah Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Email : rizaldi_87@yahoo.co.id Abstrak - Transportasi mempunyai
Lebih terperinciPRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP
PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP Junaidi, Retno Indryani, Syaiful Bahri Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS
Lebih terperinciPEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Mohamad Aulady 1) dan Yudha Pratama 2) 1,2) Program Studi Teknik Sipil FTSP ITATS Jl. Arief Rahman
Lebih terperinciMETODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM
METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM Oleh : Yuniva Eka Nugroho 4209106015 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan
Lebih terperinciSTRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN SUB TERMINAL AGRIBISNIS SUMILLAN KECAMATAN ALLA KABUPATEN ENREKANG
STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN SUB TERMINAL AGRIBISNIS SUMILLAN KECAMATAN ALLA KABUPATEN ENREKANG M. Rizal 1, Wahju Herijanto 2, Anak Agung Gde Kartika 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Bidang
Lebih terperinciBAB III METODE KAJIAN
47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan
Lebih terperinciPENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS
PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS Endang Widuri Asih 1 1) Jurusan Teknik Industri Institut Sains
Lebih terperinciFasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096
PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERUSAHAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) SEBAGAI TEMPAT KERJA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU) 1. Permasalahan Pemilihan Perusahaan
Lebih terperinciANALISA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN DI KOTA BIMA
ANALISA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN DI KOTA BIMA Rahmad Hidayatullah *), DR. Ir. Ria A.A. Soemitro, M.Eng. **), Ir. Sumino, M.MT ***) Program Magister Teknik Bidang Keahlian Manajemen
Lebih terperinciKata kunci: AHP, Kriteria, Penanganan, Alternatif Gelagar Balok Tipe T, Pile Slab, Gelagar Girder Baja
ALTERNATIF PENAMBAHAN BENTANG PADA JEMBATAN SEI ANJIR KALAMPAN DI KABUPATEN PULANG PISAU PROPINSI KALIMANTAN TENGAH Leonard Adrianus Uda, Rianto B. Adihardjo, Tri Joko Wahyu Adi Lab Manajemen Konstruksi
Lebih terperinciAHP (Analytical Hierarchy Process)
AHP (Analytical Hierarchy Process) Pengertian Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi
Lebih terperinciBab 3 Kerangka Pemecahan Masalah
Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Penelitian Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka sebelumnya peneliti membuat perencanaan tentang langkah-langkah pemecahan masalah yang akan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor mulai Desember 2010 Maret 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan
Lebih terperinciANALISIS PEMILIHAN KONSTRUKSI KUDA-KUDA BAJA BENTANG BESAR
Spectra Nomor 19 Volume X Januari 2012: 52-61 ANALISIS PEMILIHAN KONSTRUKSI KUDA-KUDA BAJA BENTANG BESAR Munasih Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Persaingan usaha jasa konstruksi yang semakin
Lebih terperinciEVALUASI KEANDALAN KESELAMATAN KEBAKARAN PADA GEDUNG FISIP II UNIVERSITAS BRAWIJAYA, MALANG.
EVALUASI KEANDALAN KESELAMATAN KEBAKARAN PADA GEDUNG FISIP II UNIVERSITAS BRAWIJAYA, MALANG. Dheva Vegar Anggara Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang. Jalan Mayjen Haryono
Lebih terperinciPENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom
Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 213-224. PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom
Lebih terperinciANALISA PEMILIHAN ALTERNATIF ALAT PANCANG (STUDI KASUS PROYEK APARTEMEN GUNAWANGSA) I Putu Artama Wiguna, Ir.MT.PhD. Farida Rachmawati, ST.
ANALISA PEMILIHAN ALTERNATIF ALAT PANCANG (STUDI KASUS PROYEK APARTEMEN GUNAWANGSA) DISUSUN OLEH: AGUS PRIADI M 3109 106 048 DOSEN PEMBIMBING: I Putu Artama Wiguna, Ir.MT.PhD. Farida Rachmawati, ST.MT
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan
Lebih terperinciBAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir
29 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir Penerapan AHP dalam menentukan prioritas pengembangan obyek wisata dilakukan
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2018
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,
Lebih terperinciANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)
ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Sunggito Oyama 1, Ernawati 2, Paulus Mudjihartono 3 1,2,3) Jurusan Teknik Informatika,
Lebih terperinciMODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PENILAIAN DESA DALAM PROGRAM DESA MAJU INHIL JAYA. Muh. Rasyid Ridha
MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PENILAIAN DESA DALAM PROGRAM DESA MAJU INHIL JAYA Muh. Rasyid Ridha Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitasi Islam Indragiri
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari sistem pendukung keputusan penentuan kenaikan kelas pada SMA Ar Rahman dengan sistem yang dibangun dapat
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
56 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan,
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)
JIMT Vol. 12 No. 2 Desember 2016 (Hal 160-171) ISSN : 2450 766X FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) E. Salim 1, S. Musdalifah
Lebih terperinciANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) AN ANALYSIS OF THE TUITION FEE PAYMENT SYSTEM IN UKRIDA USING ANALYTICAL
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PAKET INTERNET OPERATOR TELEKOMUNIKASI DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)
ISSN : 2338-4018 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PAKET INTERNET OPERATOR TELEKOMUNIKASI DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Bagus Prasetyo (bagusprasetyo21@ymail.com) Wawan Laksito Y.S.
Lebih terperinciANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek penelitian ini adalah strategi pengadaan bahan baku agroindustri ubi jalar di PT Galih Estetika Indonesia Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2016
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAERAH SWASTA UNTUK SATUAN PENDIDIKAN YANG DISELENGGARAKAN
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau
Lebih terperinciTechno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:
Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013: 223-230 MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KARYAWAN PADA INSTANSI KESATUAN BANGSA POLITIK DAN PELINDUNGAN MASYARAKAT
Lebih terperinciSTUDI PERBANDINGAN PRIORITAS PENANGANAN JALAN PROVINSI DI SUMATERA BARAT
JURNAL REKAYASA SIPIL (JRS-UNAND) Vol. 13 No. 1, Februari 2017 Diterbitkan oleh: Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas (Unand) ISSN (Print) : 1858-2133 ISSN (Online) : 2477-3484 http://jrs.ft.unand.ac.id
Lebih terperinciANALISA MANFAAT BIAYA MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN PRIORITAS PROYEK APBD PENANGANAN DRAINASE DI KOTA BANDUNG
ANALISA MANFAAT BIAYA MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN PRIORITAS PROYEK APBD PENANGANAN DRAINASE DI KOTA BANDUNG Fredy Djunaedi dan Nadjadji Anwar Program Magister Teknik Manajemen Aset,
Lebih terperinciPENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA
PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA Agustian Noor Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Negeri Tanah Laut Jl. A Yani Km 6 Pelaihari Tanah Laut Kalimantan
Lebih terperinciALIKOTA YO GYAKARTYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2017
ALIKOTA YO GYAKARTYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAERAH SWASTA UNTUK SATUAN
Lebih terperinciAnalisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo
JURNAL TEKNIK POMITS Vol 1, No 1, (2012) 1-5 1 Analisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo Novan Dwi Aryansyah, Retno Indryani Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 UMUM Bagian ini akan menjelaskan hasil pengolahan data yang didapat melalui survey kuisioner maupun survey wawancara, beserta analisis perbandingan hasil pengolahan
Lebih terperinciAplikasi Fuzzy Analytical Hierarchy Process Dalam Seleksi Karyawan (Studi Kasus: Pemilihan Staf Administrasi Di PT. XYZ)
J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 2, No. 1, May. 2005, 17 26 Aplikasi Fuzzy Analytical Hierarchy Process Dalam Seleksi Karyawan (Studi Kasus: Pemilihan Staf Administrasi Di PT. XYZ) Mardlijah,
Lebih terperinciAnalytic Hierarchy Process
Analytic Hierarchy Process Entin Martiana INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi
Lebih terperinciPENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA
PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA Virgeovani Hermawan 1 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan di Dapur Geulis yang merupakan salah satu restoran di Kota Bogor. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi bauran pemasaran
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK Surmayanti, S.Kom, M.Kom Email : surmayanti94@yahoo.co.id Dosen Tetap Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Padang Sumatera
Lebih terperinciSpektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 2 : , September 2016
Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 196 Vol. 3, No. 2 : 196-207, September 2016 PERBANDINGAN KELAYAKAN JALAN BETON DAN JALAN ASPAL DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) - STUDI KASUS JALAN MALWATAR-
Lebih terperinciFreza Surya Asrina Strata Satu Sistem Informasi Universitas Dian Nuswantoro ABSTRAK
Analytical Hierarchi Process Modelling Dalam Pendukung Keputusan Reward and Punishment Pada Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah Freza Surya Asrina Strata Satu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tegah. Kabupaten Sragen terdapat 308 jembatan yang menghubungkan dua
Lebih terperinciPEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Dahriani Hakim Tanjung Sistem Informasi, Teknik dan Ilmu Kompuer, Universitas Potensi Utama JL. KL. Yos Sudarso
Lebih terperinci2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran
di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta meliputi: 1. Strategi Pemasaran (Relation Marketing) dilaksanakan dengan fokus terhadap pelayanan masyarakat pengguna, sosialisasi kepada masyarakat
Lebih terperinciPENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN
PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN Oleh : Manis Oktavia 1209 100 024 Dosen Pembimbing : Drs. I Gusti Ngurah Rai Usadha, M.Si Sidang Tugas Akhir - 2013
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2017
WALIKOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun
Lebih terperinciINTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal
METODE AHP INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi sangat sedikit. Intro analytical
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai langkah-langkah yang ditempuh untuk mendapatkan metodologi penelitian yang merupakan suatu tahapan yang harus diterapkan agar penelitian
Lebih terperinciPEMODELAN DECISION SUPPORT SYSTEM MANAJEMEN ASET IRIGASI BERBASIS SIG
PEMODELAN DECISION SUPPORT SYSTEM MANAJEMEN ASET IRIGASI BERBASIS SIG Ryan Hernawan 1),Tri Joko Wahyu Adi 2) dan Teguh Hariyanto 3) 1) Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAERAH (BOSDA) UNTUK SATUAN PENDIDIKAN SWASTA
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : Imam Husni A Abstrak - Penelitian ini mengembangankan Sistem Pendukung
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
ISSN : 2338-4018 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Nurma Agus Sari (nurmaaguss@gmail.com) Bebas Widada (bbswdd@sinus.ac.id)
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SATUAN PENDIDIKAN NON FORMAL SANGGAR KEGIATAN BELAJAR YANG
Lebih terperinciSistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global
Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global Sri Subekti 1, Arni Retno Mariana 2, Andri Riswanda 3 1,2 Dosen STMIK Bina Sarana Global,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.
PENENTUAN MULTI CRITERIA DECISION MAKING DALAM OPTIMASI PEMILIHAN PELAKSANA PROYEK Chintya Ayu Puspaningtyas, Alvida Mustika Rukmi, dan Subchan Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciJURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI
JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI ANALISIS RISIKO PELAKSANAAN PEKERJAAN MENGGUNAKAN KONTRAK UNIT PRICE (Studi Kasus: Peningkatan dan Pelebaran Aset Infrastruktur Jalan Alai-By Pass Kota Padang Sebagai Jalur
Lebih terperinciPEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi
PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi ABSTRAK Tulisan ini memaparkan tentang penerapan Analitycal
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada desa yang mendapat pendampingan dari Program Pemberdayaan Desa (PPD), dan pelaksanaannya didampingi oleh fasilitator
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan pengalaman yang lalu hanya beberapa hari saja TPA Leuwigajah ditutup, sampah di Bandung Raya sudah menumpuk. Oleh karena itu sebagai solusinya Pemerintah
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan Teknologi (BPT) Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang terletak di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea,
Lebih terperinciEVALUASI PERBANDINGAN URUTAN PRIORITAS USULAN PROYEK PEMELIHARAAN JALAN PROVINSI EKSISTING DENGAN METODA PEMBOBOTAN DI SULAWESI SELATAN.
EVALUASI PERBANDINGAN URUTAN PRIORITAS USULAN PROYEK PEMELIHARAAN JALAN PROVINSI EKSISTING DENGAN METODA PEMBOBOTAN DI SULAWESI SELATAN. Muzain Fataruba, Ria Asih Aryani Soemitro Jurusan Teknik Sipil-Bidang
Lebih terperinciANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)
ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS) M.Fajar Nurwildani Dosen Prodi Teknik Industri, Universitasa Pancasakti,
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
ISSN : 2338-4018 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Ambar Widayanti (ambarwidayanti@gmail.com) Muhammad Hasbi (hasbb63@yahoo.com) Teguh Susyanto (teguh@sinus.ac.id)
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)
BAB 2 LANDASAN TEORI 2 1 Analytial Hierarchy Process (AHP) 2 1 1 Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor
Lebih terperinciPENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE
PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE Nunu Kustian Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Matematika dan IPA Email: kustiannunu@gmail.com ABSTRAK Kebutuhan
Lebih terperinciPenentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP)
Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP) Agung Baitul Hikmah 1, Herlan Sutisna 2 1 AMIK BSI Tasikmalaya e-mail: agung.abl@ac.id 2 Universitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya sistem pendukung keputusan merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi. Sistem
Lebih terperinciPEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN PEMBINAAN UMKM DI DINAS KUMKM DAN PERDAGANGAN PROVINSI DKI JAKARTA DENGAN METODE AHP DAN TOPSIS
PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN PEMBINAAN UMKM DI DINAS KUMKM DAN PERDAGANGAN PROVINSI DKI JAKARTA DENGAN METODE AHP DAN TOPSIS Dino Caesaron 1), Leksani B. R. 2 ) Program Studi Teknik Industri-Universitas
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,
98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Sleman, yang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah tata cara yang terperinci mengenai tahaptahap melakukan sebuah penelitian. Metodologi penelitian pada penelitian ini
Lebih terperinciPENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK)
PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK) Rudi S. Suyono 1) Abstrak Sungai merupakan salah satu prasarana yang
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL PENDIDIKAN UNTUK SATUAN PENDIDIKAN MENENGAH YANG DISELENGGARAKAN
Lebih terperinciSELEKSI PEMILIHAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS MENGGUNAKAN METODE AHP STUDI KASUS DINKES KABUPATEN BANTUL
SELEKSI PEMILIHAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS MENGGUNAKAN METODE AHP STUDI KASUS DINKES KABUPATEN BANTUL Totok Suprawoto 1), Sumiyatun 2) Program Studi Teknik Informatika, STMIK AKAKOM Yogyakarta
Lebih terperinciSistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah
Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah A Yani Ranius Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Darma Palembang ay_ranius@yahoo.com Abstrak Sistem
Lebih terperinciSistem pendukung keputusan pemilihan program studi pada perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN pada SMA N 16 Semarang
Sistem pendukung keputusan pemilihan program studi pada perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN pada SMA N 16 Semarang Nufus Wirastama Strata satu Sistem Imformasi Universitas Dian Nuswantoro ABSTRAK Sistem
Lebih terperinciBab II Analytic Hierarchy Process
Bab II Analytic Hierarchy Process 2.1. Pengertian Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor logika, intuisi, pengalaman,
Lebih terperinciPEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)
PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) Hendang Setyo Rukmi Hari Adianto Dhevi Avianti Teknik Industri Institut Teknologi
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Penelitian akan dilakukan di instansi wilayah kecamatan Margorejo Kab.PATI tepatnya pada Unit Pengelola Program Keluarga Harapan (UPPKH) yang merupakan
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Penyusunan Hirarki Dari identifikasi dan subatribut yang dominan, dapat disusun struktur hirarki sebagai berikut: Gambar 4.1 Struktur Hirarki Penerima Beasiswa
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
WA WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LPERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL PENDIDIKAN UNTUK SATUAN PENDIDIKAN MENENGAH YANG
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan dan memanipulasi data. Sistem ini digunakan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. commit to user
digilib.uns.ac.id 26 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kebutuhan Sistem 4.1.1 Deskripsi Data Data yang berhasil dikumpulkan dari hasil wawancara dengan pegawai Kementrian Sosial di dapatkan data hasil survey
Lebih terperinci