BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III AKUNTABILITAS KINERJA"

Transkripsi

1 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Capaian Kinerja Organisasi Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja. Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung selaku pengemban amanah masyarakat melaporkan Akuntabilitas kinerja melalui penyajian Laporan Kinerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung yang dibuat sesuai ketentuan yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan ini memberikan gambaran penilaian tingkat pencapaian target masing-masing indikator sasaran srategis yang ditetapkan dalam dokumen Renstra Tahun maupun Renja Tahun Kerangka Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, sasaran yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan Misi dan Visi Instansi Pemerintah. Pengukuran kinerja dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan KInerja dan Tata Cara Reviu Atas laporan Kinerja Instansi Pemerintah Capaian indikator kinerja utama (IKU) dan capaian indikator kinerja strategis diperoleh berdasarkan pengukuran atas indikator kinerjanya masingmasing, sedangkan capaian kinerja sasaran diperoleh berdasarkan pengukuran atas indikator kinerja sasaran strategis, cara penyimpulan hasil pengukuran kinerja pencapaian sasaran strategis dilakukan dengan membuat capaian rata-rata atas capaian indikator kinerja sasaran. 27 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

2 Penilaian capaian kinerja didasarkan pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 tentang Perubahan Lampiran Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Predikat nilai capaian kinerjanya sesuai dengan Silakip Online Kota Bandung, sebagai berikut : No. Prosentase Interpretasi n/a < 100 % = 100 % > 100 % Tidak Ada Target Tidak Tercapai Tercapai Melebihi Target Penetapan angka capaian kinerja terhadap hasil prosentase capaian indikator kinerja sasaran ditentukan oleh Silakip Kota Bandung yang dibangun oleh Bagian Organisasi Penertiban Aparatur Daerah dan Reformasi Birokrasi Sekretariat Kota Bandung, dengan kriteria n/a jika tidak ada target, dibawah 100% diinterpretasikan tidak tercapai, sama dengan 100 % interpretasi tercapai, dan di atas 100 % interpretasi melebihi target. Dalam laporan ini, Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung dapat memberikan gambaran penilaian tingkat pencapaian target kegiatan dari masing-masing kelompok indikator kinerja kegiatan, dan penilaian tingkat pencapaian target sasaran dari masing-masing indikator kinerja sasaran yang ditetapkan dalam dokumen Reviu Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Tahun , dan Indikator Kinerja Utama Kota Bandung telah ditetapkan sesuai sasaran RPJMD dengan 2 (dua) indikator kinerja (outcomes) yang menjadi Indikator Kinerja Utama (IKU) Kota Bandung Urusan Ketenagakerjaan Tahun 2014 terdapat dalam Sasaran Misi 4 RPJMD , yaitu Tingkat Pengangguran Terbuka; dan Lapangan Pekerjaan Baru yang didasarkan pada Tujuan: Membangun Perekonomian Kota Yang Berkeadilan Sasaran: Meningkatkan Kesempatan Kerja. Hasil Pra Evaluasi yang dilaksanakan Tim Kemmenpan & RB pada tanggal 24 Juni 2015 disarankan adanya indikator kinerja tujuan yang merupakan sari atau resume dari indikator sasaran, dapat juga diambil dari indikator sasaran yang paling pokok, sebagai berikut : 28 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

3 Tabel 3.1. Tujuan, Indikator Tujuan Jangka Menengah Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Tahun (SETELAH REVIU TAHUN 2015) NO. TUJUAN INDIKATOR TUJUAN SATU AN KONDISI AWAL RENSTRA TARGET KINERJA PADA TAHUN KONDISI AKHIR RENSTRA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1. Menyiapkan tenaga kerja yang kompeten, produktif sesuai dengan perkembangan pasar kerja dalam Upaya Peningkatan penempatan tenaga kerja, dan perluasan kesempatan kerja 2. Meningkatkan Perlindungan Ketenagakerjaan 3. Meningkatkan Minat Masyarakat Untuk Bertransmigrasi 4. Meningkatkan Kualitas Kinerja dengan Prinsip Good Governance di Lingkungan Dinas Tenaga Kerja Tingkat Penganggura n Terbuka Perusahaan Zero Acident (Nol Kecelakaan Kerja) Calon Transmigran Siap diberangkatk an Nilai Evaluasi AKIP % 10,98 10,78 10,55 10,36 10,17 10,00 10,00 Perus ahaan KK Nilai 64,16 64,29 65,00 67,00 68,00 69,00 69,00 Untuk menunjang realisasi pencapaian target tersebut di atas, Renstra sebelum Reviu yang dituangkan pada Bab 2, Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung mempunyai 6 sasaran dan 11 indikator kinerja, setelah dilakukan reviu maka tersusun 7 sasaran dengan 13 indikator kinerja Rencana Strategis (RENSTRA) dengan rincian sebagai berikut : - Sasaran 1 terdiri dari 1 indikator - Sasaran 2 terdiri dari 2 indikator - Sasaran 3 terdiri dari 2 indikator - Sasaran 4 terdiri dari 4 indikator - Sasaran 5 terdiri dari 1 indikator - Sasaran 6 terdiri dari 2 indikator - Sasaran 7 terdiri dari 1 indikator 29 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

4 Sasaran dan indikator kinerja Renstra Dinas Tenaga Kerja setelah di-reviu oleh Tim Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, sebagaimana di bawah ini : Tabel 3.2. Sasaran dan Indikator Kinerja RENSTRA Setelah Reviu Tahun 2014 SASARAN INDIKATOR KINERJA (1) (2) 1. Menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka 2. Meningkatnya Kompetensi Tenaga Kerja 3. Meningkatnya Penempatan Tenaga Kerja 4. Meningkatnya Perlindungan Ketenagakerjaan 5. Meningkatnya Minat Bertransmigrasi 6. Meningkatnya Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi 1. Tingkat Pengangguran Terbuka 2. Prosentase Tenaga Kerja Yang Kompeten 3. Jumlah Calon Wirausaha Baru 4. Jumlah Lowongan Pekerjaan Baru 5. Prosentase Pencari Kerja terdaftar yang ditempatkan 6. Prosentase Perusahaan yang berkasus tentang ketenagakerjaan 7. Prosentase Kasus yang diselesaikan melalui Perjanjian Bersama (PB) 8. Prosentase pekerja/buruh yang menjadi peserta program Jamsostek 9. Jumlah Perusahaan Yang Melaksanakan Wajib Lapor Ketenagakerjaan 10. Jumlah Calon Transmigran Terseleksi 11. Nilai Evaluasi AKIP 12. Prosentase Temuan BPK/Inspektorat Yang Ditindaklanjuti 7. Terwujudan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 13. IKM dalam sasaran dan indikator RENSTRA tersebut ditentukan 5 Sasaran dan 10 Indikator yang menjadi Indikator Kinerja Utama (IKU), yaitu sasaran 1 sampai dengan sasaran Capaian Indikator Kinerja NO a. Capaian Indikator Kinerja Tujuan Tabel 3.3. Capaian Indikator Kinerja Tujuan RENSTRA Setelah Pra Evaluasi Tahun 2014 TUJUAN INDIKATOR TUJUAN 30 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja SATUAN KONDISI TAHUN 2013 TARGET REALISASI CAPAIAN (1) (2) (3) (5) (6) (7) (8) (9) 1. Menyiapkan tenaga kerja yang kompeten, produktif sesuai dengan perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka % 10,98 10,78% 8,05% 2,73% Melebihi target

5 pasar kerja dalam Upaya Peningkatan penempatan tenaga kerja, dan perluasan kesempatan kerja; 2. Meningkatkan Perlindungan Ketenagakerjaan; 3. Meningkatkan Minat Masyarakat Untuk Bertransmigrasi; 4. Meningkatkan Kualitas Kinerja dengan Prinsip Good Governance di Lingkungan Dinas Tenaga Kerja. Perusahaan Zero Acident (Nol Kecelakaan Kerja) Jumlah Calon Transmigran Siap Diberangkatka n Nilai Evaluasi AKIP Perusaha an % Tercapai KK n/a Nilai 64,16 64,29 64,29 100% Tercapai Tiga target kinerja tujuan tercapai dengan baik, hanya satu indikator Jumlah Calon Transmigran Siap diberangkatkan belum mempunyai target, seperti yang disarankan Tim Evaluator Kemmenpan untuk indikator tujuan Meningkatkan Perlindungan Ketenagakerjaan harus indikator outcome bukan indikator proses, oleh karena itu tidak mengambil dari indikator sasaran, dan direalisasikan dengan indikator Perusahaan Nol Kecelakaan Kerja (Zero Acident), capaian 15 perusahaan adalah capaian yang sangat valid dan teruji karena banyak kriteria yang harus dipenuhi oleh perusahaan yang bersangkutan. Penghargaan Zero Acident setelah dilakukan verifikasi awal oleh Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Tenaga Kerja kemudian diusulkan ke Pemerintah Pusat melalui Kemmennakertrans, hasilnya dari yang diusulkan 15 perusahaan semuanya mendapat penghargaan Zero Acident Skala Nasional, Nol atau nihil Kecelakaan Kerja berarti perusahaan tersebut sudah mampu memberikan perlindungan keselamatan kerja terhadap Tenaga Kerja nya. b. Capaian Indikator Kinerja Utama Pemerintah Daerah Kota Bandung Setiap instansi pemerintah perlu menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU). Kinerja utama terkandung dalam tujuan dan sasaran strategis instansi pemerintah. Dengan kata lain IKU digunakan sebagai ukuran keberhasilan dari instansi pemerintah. Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Bandung yang berkaitan dengan urusan ketenagakerjaan capaiannya sebagaimana tabel di bawah ini : 31 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

6 Tabel 3.4. Capaian Indikator Kinerja Utama Kota Bandung Urusan Ketenagakerjaan Berdasarkan RPJMD Tahun 2014 No. Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi Capaian 1. Tingkat Pengangguran Terbuka 2. Lapangan Pekerjaan Baru Jumlah Loker 3. Wira Usaha Baru Calon WUB Persen 10,78% 8,05% 2,73% Melebihi target ,17% Melebihi target ,57% Melebihi target Dalam RPJMD Kota Bandung Tahun Indikator Tingkat Pengangguran Terbuka dan Lapangan Pekerjaan Baru masuk di Misi Keempat Membangun perekonomian yang kokoh, maju, dan berkeadilan, sasaran : Meningkatkan kesempatan kerja. Capaian kinerja(1) Tingkat Pengangguran Terbuka menurun sebesar 2,73%, yaitu perhitungan dari target 10,78% realisasi nyata 8,05%, artinya bahwa semakin menurun prosentase tingkat pengangguran terbuka, kinerja Pemerintah Kota Bandung semakin baik; Kemudian indikator (2) Lapangan Pekerjaan Baru, didukung oleh target kinerja Dinas Tenaga Kerja dengan indikator Jumlah Lowongan Pekerjaan Baru tercapai 223,17% yaitu membandingkan target Lowongan Kerja Baru, realisasi Lowongan Kerja Baru. Pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagaimana tabel di atas melampaui target yang ditetapkan. Prosentase pencapaian indikator lowongan kerja baru sangat tinggi. Hal ini adalah merupakan peningkatan upaya yang dilakukan Dinas Tenaga Kerja untuk mencari Lowongan Kerja Baru selain melalui Pameran Bursa Kerja, Bursa Kerja On-Line (BKOL), Bursa Kerja Khusus, juga diupayakan melalui Website BNP2TKI (Badan Nasional Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia), media sosial/koran, juga secara efektif menurunkan para Pejabat Pengantar Kerja langsung ke perusahaan-perusahaan di Kota Bandung untuk mencari informasi lowongan pekerjaan yang tersedia di perusahaan yang bersangkutan. Peningkatan penempatan tenaga kerja akan terjadi apabila kompetensi tenaga kerja meningkat. Kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat harus menjadi satu kesatuan yang terintegrasi dalam upaya perluasan kesempatan kerja atau penciptaan lapangan pekerjaan baru. Pemerintah Daerah mempunyai target penciptaan wira usaha baru melalui program pelatihanpelatihan orientasi penempatan tenaga kerja atau penciptaan wira usaha baru mandiri. Semua unsur dan potensi diberdayakan dalam membangun kepekaan dan 32 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

7 kepedulian aparatur daerah dan masyarakat untuk mengatasi masalah pengangguran. Penyusunan kebijakan dan strategi program kegiatan harus terarah. Salah satu tolok ukur keberhasilan kebijakan nasional dan regional adalah mampu meningkatkan perluasan kesempatan kerja dalam upaya menurunkan tingkat pengangguran. (penjelasan selanjutnya dibahas di analisa capaian kinerja Sasaran 1 RENSTRA Disnaker pada Indikator yang sama). b. Capaian Indikator Kinerja Utama RENSTRA Dinas Tenaga Kerja Indikator Kinerja Utama Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung setelah dilakukan reviu oleh Tim Asistensi Menpan yang difasilitasi Bagian ORPAD&RB Sekretariat Kota Bandung. tetap mengacu pada Dokumen RPJMD Kota Bandung, permasalahan dan isu-isu strategis yang sangat mempengaruhi menjadi perhatian pula dalam penyusunan reviu target kinerja. IKU adalah target utama yang merupakan indikator kelompok program Urusan Pemerintahan yaitu indikator inti atau core bussinesnya tugas pokok dan fungsi pemerintah di bidang Ketenagakerjaan, dan Keputusan Kepala Dinas Tenaga Kerja nomor 800/2147-DISNAKER tentang Penetapan IKU Perubahan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Tahun Realisasi pencapaian target sebagaimana di bawah ini : Tabel 3.5 Capaian Indikator Kinerja Utama Sasaran Strategis Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Tahun 2014 dibanding Tahun sebelumnya, dan Tahun 2018 No. Indikator Kinerja Sasaran Renstra 1. Tingkat Pengangguran Terbuka 2. Prosentase Tenaga Kerja Yang Kompeten 3. Jumlah Calon Wira Usaha Baru 4. Jumlah Lowongan Pekerjaan Baru Satuan Kondisi Tahun 2013 Tahun 2014 Target Realisasi Capaian Kinerja Persen 10,98 10,78 8,05 Menurun 2,73% = (125%) Melebihi target Persen -- 81,23 81,23 100% Tercapai Orang ,57 Melebihi target Jumlah Loker ,17 Melebihi target Target Akhir ,00 68, Prosentase Pencari Kerja Terdaftar Yang Ditempatkan Orang 14,05 14,22 (2.532/ ) 41,92 (3.849/ 9.181) 294,80 Melebihi target 44,88 6. Prosentase Perusahaan yang berkasus tentang ketenagakerjaan Persen -- 5,51 5,51 100% Tercapai 4,09 33 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

8 7. Prosentase Kasus Yang Diselesaikan Melalui Perjanjian Bersama (PB) 8. Prosentase Pekerja/Buruh Yang Menjadi Peserta Program JAMSOSTEK 9. Jumlah Perusahaan Yang Melaksanakan Wajib lapor Ketenagakerjaan 10. Jumlah Calon Transmigrasi Yang Terseleksi Persen 61,32 55 (55/ 100) 55 (60/109) 100% Tercapai Persen 27,67 72,33 72,33 100% Tercapai Perusahaan % Tercapai Jiwa % Tercapai 58,00 82, c. Capaian Indikator Kinerja RENSTRA Dinas Tenaga Kerja Target Kinerja pokok dalam RENSTRA menjadi Indikator Kinerja Utama yaitu nomor 1 sampai nomor 10 seperti tersebut di atas dituangkan dalam Perjanjian Kinerja (PK) yang ditandatangani Kepala Dinas Tenaga Kerja dengan Walikota Bandung, kemudian target kinerja nomor 11 sampai 13 adalah target kinerja RENSTRA yang mendukung atas ketercapaian 10 target IKU. Realisasi 3 target pendukung sebagaimana di bawah ini : Tabel 3.6 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis Dinas Tenaga Kerja Tahun 2014 dibanding Tahun sebelumnya, dan Tahun 2018 No. Indikator Kinerja Sasaran Renstra Satuan Kondisi Tahun 2013 Target Realisasi Capaian Kinerja 11. Nilai Evaluasi AKIP Kategori 64,16 64,29 64,29 100% Tercapai 12. Persentase Temuan BPK/Inspektorat yang ditindaklanjuti Persen % Tercapai Target Akhir Tahun , Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Kategori 70,05 62,00 78,85 127,18 Melebihi Target 70,00 Pengukuran Kinerja 7 (tujuh) Sasaran RENSTRA dengan 13 (tiga belas) indikator kinerja dikelompokkan berdasarkan kategori dengan interpretasi, sebagai berikut : Tabel 3.7 Pencapaian Kinerja Sasaran RENSTRA Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Tahun 2014 NO. SASARAN STRATEGIS CAPAIAN 1 Tidak Ada Target 0 2 Tidak Tercapai 0 3 Tercapai 8 4 Melebihi Target 5 Jumlah Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

9 Adapun pencapaian kinerja sasaran dirinci sesuai Misi dan Sasaran, rata-rata capaian dari pengukuran kinerja dapat dilihat dalam tabel, sebagai berikut: No. Tabel 3.8 Capaian Kinerja sasaran Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Tahun 2014 Sasaran Jumlah Indikator Rata-rata capaian Sasaran n/a < 100% = 100% >100% I Misi 1: Meningkatkan kompetensi dan produktifitas tenaga kerja dalam upaya peningkatan kesempatan kerja 1. Menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka 2. Meningkatnya Kompetensi Tenaga Kerja 3. Meningkatnya Penempatan Tenaga Kerja Tingkat Pengangguran Terbuka Prosentase Tenaga Kerja Yang Kompeten Jumlah Calon Wirausaha Baru Jumlah Lowongan Pekerjaan Baru Prosentase Pencari Kerja terdaftar yang ditempatkan 125 % Menurun 2,73% = 125% 101,79% % ,57 308,99% , ,80 II Misi 2 : Meningkatkan Perlindungan Ketenagakerjaan 4. Meningkatnya Perlindungan Ketenagakerjaan Prosentase Perusahaan yang berkasus tentang ketenagakerjaan Prosentase Kasus yang diselesaikan melalui Perjanjian Bersama (PB) Prosentase pekerja/buruh yang menjadi peserta program Jamsostek Jumlah Perusahaan Yang Melaksanakan Wajib Lapor Ketenagakerjaan 100% % % % % - III Misi 3: Meningkatkan Minat Masyarakat Untuk Bertransmigrasi; 5. Meningkatnya Minat Bertransmigrasi Jumlah Calon Transmigran Terseleksi 100% % - IV Misi 4 : Meningkatkan Kualitas Kinerja dengan Prinsip Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik (good governance) 6. Meningkatnya Kapasitas Akuntabilitas Kinerja Birokrasi. Nilai Evaluasi AKIP 100% % - Prosentase Temuan BPK/Inspektorat yang ditindaklanjuti % - 7. Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) 127, ,18 Jumlah Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

10 Pencapaian realisasi indikator kinerja sasaran Misi terhadap target yang sudah ditetapkan dilihat dari tingkat pencapaian target, sebagai berikut: Misi Tabel 3.9 Pencapaian target Misi RENSTRA Setelah Reviu Tahun 2014 Jumlah Indikator Sasaran Rata-rata capaian Misi (%) Melebihi (>100%) Tingkat Pencapaian Target Tercapai (=100%) Tidak Tercapai (<100%) Tidak Ada Misi , Misi Misi Misi , Jumlah , Kemudian selanjutnya kinerja pencapaian dirinci menurut kategori pencapaian indikator sasaran sebagai berikut: Sasaran Jumlah Indikator Sasaran Tabel 3.10 Kategori Pencapaian Indikator Sasaran RENSTRA Dinas Tenaga Kerja Tahun 2014 Rata-rata capaian Sasaran (%) Melebihi (>100%) Tingkat Pencapaian Target Tercapai (=100%) Tidak Tercapai (<100%) Tidak Ada Sasaran Sasaran , Sasaran , Sasaran Sasaran Sasaran Sasaran , Jumlah , Untuk mengukur keseluruhan kinerja Dinas Tenaga Kerja baik terhadap kinerja teknis, pelayanan publik dan pengukuran kinerja internal tercermin atau sudah terwakili dalam empat misi, tujuh sasaran dan tigabelas indicator sebagaimana dijelaskan di atas. Misi yang disusun dalam RENSTRA Dinas Tenaga Kerja merupakan jawaban Mengapa Dinas Tenaga Kerja menjadi salah satu Organisasi Perangkat 36 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

11 Daerah di Kota Bandung. Disnaker menangani permasalahan ketenagakerjaan dari awal (pre employment), yaitu penganggur dan pencari kerja, kemudian setelah tidak mendapatkan pekerjaan (post employment) yaitu pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan tenaga kerja kurang produktif, penanganannya diakomodir dalam Misi I Meningkatkan kompetensi dan produktifitas tenaga kerja dalam upaya peningkatan kesempatan kerja. Kemudian penanganan ketika sedang bekerja atau disebut during employment yaitu melindungi perusahaan dan pekerja ketika sedang bekerja, dicerminkan dalam Misi 2 (dua) Meningkatkan Perlindungan Ketenagakerjaan. Misi kedua ini pun targetnya semua dapat direalisasikan dengan kategori memuaskan. Misi 3 (tiga) Meningkatkan Minat Masyarakat Untuk Bertransmigrasi dengan satu sasaran Meningkatnya Minat Bertransmigrasi, indikator Jumlah Calon Transmigran Terseleksi. Misi ini merupakan salah satu upaya penyelesaian permasalahan ketenagakerjaan ketika tenaga kerja yang hidup di Kota Bandung sudah tidak mempunyai kompetensi kerja/kalah bersaing dengan Pencari Kerja di Kota Bandung, maka masyarakat tersebut diberikan penyuluhan, diseleksi termasuk keluarganya untuk disiapkan menjadi calon transmigrasi, sehingga apabila mendapat kuota pemberangkatan dari Pusat para calon tersebut sudah siap untuk diberangkatkan. Untuk target ini direalisasikan seratus persen dengan kategori memuaskan. Misi 4 (empat) Meningkatkan Kualitas Kinerja dengan Prinsip Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik (good governance), dua sasaran yaitu Meningkatnya Kapasitas Akuntabilitas Kinerja Birokrasi dengan dua indikator yaitu Nilai Evaluasi AKIP, Prosentase Temuan BPK/Inspektorat yang ditindaklanjuti, dan sasaran kedua Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik indikatornya Indeks Kepuasan Masyarakat. Misi ini sebagai misi pendukung yang tetap penting untuk menilai dan mengukur kinerja pengelolaan keuangan dan pengelolaan barang serta untuk mengukur kepuasan dan harapan masyarakat terhadap kinerja Dinas Tenaga Kerja. Keempat indikator target direalisasikan dengan kategori memuaskan Analisis Pencapaian Kinerja Evaluasi kinerja melalui analisa pencapaian indikator kinerja bertujuan mengetahui perbandingan antara target dan realisasi, serta kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pencapaian misi; dinilai dan dipelajari untuk perbaikan atau penyempurnaan pelaksanaan program/kegiatan di masa yang akan datang. Selain itu, dalam evaluasi kinerja dilakukan pula analisis efisiensi dengan cara membandingkan antara output 37 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

12 dengan input baik untuk rencana maupun realisasi. Analisis ini menggambarkan tingkat efisiensi yang dilakukan oleh instansi dengan memberikan data nilai output per unit yang dihasilkan oleh suatu input tertentu. Selanjutnya dilakukan pula pengukuran/penentuan tingkat efektivitas yang menggambarkan tingkat kesesuaian antara tujuan dengan hasil, manfaat atau dampak. Selain itu, evaluasi juga dilakukan terhadap setiap perbedaan kinerja (performance gap) yang terjadi, baik terhadap penyebab terjadinya gap maupun strategi pemecahan masalah yang telah dan akan dilaksanakan. Dalam melakukan evaluasi kinerja, perlu juga digunakan pembandinganpembandingan antara : - kinerja nyata dengan kinerja yang direncanakan. - kinerja nyata dengan kinerja tahun-tahun sebelumnya. - kinerja nyata dengan kinerja Propinsi, jika terdapat target kinerja yang sama. Analisis Sasaran Renstra Dinas Tenaga Kerja dengan indikator yang telah di-reviu menjelaskan faktor pendukung keberhasilan pencapaian target dan faktor penghambatan atau permasalahan target yang tidak tercapai. 13 target kinerja di atas, 3 (tiga) target kinerja adalah merupakan turunan target kinerja Misi 4 (empat) Pemerintah Kota Bandung yaitu Tingkat Pengangguran Terbuka; Penciptaan Lapangan Pekerjaan Baru; dan Penciptaan Wira Usaha Baru. Selain target tersebut pencapaiannya dikontribusi oleh SKPD terkait. Seluruh program kegiatan Dinas Tenaga Kerja, yaitu 2 (dua) target program pelatihan keterampilan dan produktivitas yang juga mendapat dukungan data program penempatan tenaga kerja, 2 (dua) target program penempatan tenaga kerja dan perluasan kerja (pre & post employment), dan 4 (empat) target program perlindungan tenaga kerja (during employment), serta 1 (satu) target urusan pilihan ketransmigrasian. Kesepuluh target pokok yang menjadi Indikator Kinerja Utama, ditambah 3 (tiga) target indikator penunjang, pada dasarnya semuanya merupakan indikator pendukung untuk mencapai target Misi 4 RPJMD Kota Bandung Pengukuran kinerja yang telah di-reviu, analisis pencapaian kinerja dalam pelaksanaan program dan kegiatan adalah sebagai berikut : 38 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

13 Analisis Capaian Kinerja Sasaran 1 1. Menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka a. Realisasi Kinerja Tahun 2014 Pengangguran terjadi bila pekerja berkeinginan bekerja pada upah yang berlaku tetapi tidak mendapatkan lowongan pekerjaan. Oleh karena itu yang paling pokok adalah perlu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dengan adanya pertumbuhan ekonomi akan memberikan peluang kesempatan kerja baru atau dengan kata lain memberikan kesempatan industri untuk meningkatkan output, peningkatan output tentunya akan meningkatkan penggunaan faktor produksi. Dan Tenaga Kerja adalah salah satu faktor produksi, peningkatan kebutuhan faktor produksi tenaga kerja berdampak pada berkurangnya jumlah pengangguran. Tabel 3.11 Analisis Pencapaian Sasaran 1 Antara Target dan Realisasi Menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka Tahun 2014 No Indikator Kinerja Existing Tahun 2013 Target Tahun 2014 Realisasi Persentase Capaian Kinerja Target Akhir RENSTRA Tingkat Pengangguran Terbuka 10,98% 10,78% 8,05% Menurun 2,73% 10,00 Indikator menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka, menetapkan target 10,78 persen pada tahun 2014, target ini didasarkan pada hasil evaluasi Tahun 2013 Tingkat Pengangguran Terbuka sebesar 10,98 persen, namun diluar dugaan realisasi tahun 2014 mencapai 8,05 persen, berarti terjadi penurunan sebesar 2,73 persen, keberhasilan pencapaian target ini sangat signifikan. Jika dilihat dari data di atas maka target kinerja 10 persen pada akhir RENSTRA yaitu Tahun 2018 di Tahun 2014 sudah terlampaui namun naik turunnya Tingkat Pengangguran Terbuka tidak bisa diprediksi secara dini karena sangat tinggi ketergantungannya pada aspek-aspek lainnya, seperti fluktuasi perkembangan perekonomian, politik, dan keamanan. 39 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

14 b. Realisasi dan Pencapaian Indikator Kinerja Tahun Pengukuran kinerja organisasi perlu dibandingkan dengan pencapaian kinerja tahuntahun sebelumnya sebagai progess report kinerja organisasi yang bersangkutan, sebagai perbandingan disajikan capaian kinerja Tahun , target Tingkat Pengangguran Terbuka adalah target prioritas yang ditetapkan RPJMD Kota Bandung Tahun dan juga RPJMD Kota Bandung Tahun Realisasi sebagai berikut : Uraian Tabel 3.12 Realisasi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Bandung Tahun TPT (%/Tahun) Realisasi 13,83 13,75 10,34 9,17 10,98 8,05 Meningkat ,81 - Menurun - 0,08 3,41 1,17-2,93 Setiap tahun Tingkat Pengangguran Terbuka Kota Bandung terus mengalami penurunan berarti Pemerintah Kota Bandung sedikitnya telah berhasil memberikan peluang kesempatan kerja pada masyarakat Kota Bandung, hanya pada Tahun 2012 ke Tahun 2013 terjadi peningkatan Pengangguran Terbuka (Jawa Barat 0,16 persen, Kota Bandung 1,81 persen) berdasarkan sumber data (BPS) hal ini terjadi sehubungan pada saat dilakukan Sakernas bulan Agustus bertepatan dengan selesainya bulan puasa, dimana yang biasanya bekerja, pada saat dilakukan sensus sedang berhenti/tidak sedang bekerja karena sedang libur Hari Raya Iedul Fitri, sehingga menambah data jumlah penganggur, maka ketika sensus dilakukan Agustus Untuk lebih jelas dapat dilihat grafik di bawah ini : 40 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

15 15 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Bandung Tahun TPT Grafik 3.1.Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Bandung Tahun Sebagai bahan dapat dilihat tren jumlah penganggur, jumlah bekerja, dan jumlah angkatan kerja dari Tahun 2009 ke Tahun 2014 sebagaimana tabel di bawah ini : Tabel 3.13 Data Jumlah Penganggur dan Angkatan Kerja Kota Bandung Tahun No. Uraian Tahun Jumlah Penganggur Jumlah Bekerja 998,227 1,000,140 1,012,946 1,064,167 1,047,235 1,096, Jumlah Angkatan Kerja Sumber data : BPS Kota Bandung Lebih jelas dapat ditampilkan grafik perbandingan di bawah ini : 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Angkatan Kerja Bekerja Penganggur Grafik 3.2. Perbandingan Jumlah Penganggur, Bekerja, dan Angkatan Kerja di Kota Bandung Tahun Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

16 Jumlah penganggur dari Tahun 2009 sampai Tahun 2014 terus mengalami penurunan, sebaliknya jumlah bekerja makin meningkat, walaupun jumlah Angkatan Kerja setiap Tahun meningkat pula. c. Perbandingan Pencapaian Indikator Kinerja Kota Bandung dengan Kabupaten/Kota se - Jawa Barat Tahun 2014 Kota Bandung dengan Propinsi Jawa Barat Tahun Bandung sebagai ibukota Propinsi Jawa Barat memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan pembangunan di Propinsi Jawa Barat. Tahun 2012 PDRB Kota Bandung menyumbang sebesar 12,75 persen terhadap perekonomian Propinsi Jawa Barat, dan Tahun 2013 kontribusi meningkat menjadi 13,16 persen. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi walaupun hanya didukung oleh beberapa faktor, pada akhirnya akan berbanding lurus dengan penurunan tingkat pengangguran terbuka. Tabel 3.14 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Propinsi Jawa Barat dan Kota Bandung Tahun No. Uraian 1. Propinsi Jawa Barat Tingkat Pengangguran Terbuka (Tahun/%) N/T 2013 N/T 2014 N/T 9,81 9,00 T 0,81 9,16 N 0,16 8,45 T 0,71 2. Kota Bandung 10,34 9,17 T 1,17 10,98 N 1,81 8,05 T 2,93 Sumber Data : Sakernas 2011 s.d BPS Jabar. Jika membandingkan Propinsi Jawa Barat dengan Kota Bandung dari Tahun 2012 ke Tahun Tingkat Pengangguran Terbuka Jawa Barat dari Tahun 2011 sebesar 9,81 menjadi 9,00 persen Tahun 2012 menurun 0,81 persen, dan menurun pula sebesar 0.16 persen menjadi 9,16 persen di Tahun 2013, kemudian menurun 0,71 persen dari Tahun 2013 menjadi 8,45 persen pada Tahun Sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka Kota Bandung dari Tahun 2011 sebesar 10,34 persen menurun 1,17 persen Tahun 2012 menjadi 9,17 persen, dan pada Tahun 2013 meningkat 1,81 persen menjadi sebesar 10,98 persen, pada Tahun 2014 secara signifikan turun sebesar 2,93 persen dari Tahun 2013 sebesar 10,98 persen menjadi sebesar 8,05 persen. 42 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

17 Kota Bandung pada Tahun 2012 ke Tahun 2013 terjadi peningkatan Pengangguran Terbuka sama dengan Propinsi Jawa Barat (Jawa Barat 0,16 persen, Kota Bandung 1,81 persen) berdasarkan sumber data (BPS) hal ini terjadi sebagaimana telah dijelaskan di atas dalam Realisasi dan Pencapaian Indikator Kinerja Tahun Untuk lebih jelasnya dilihat dalam grafik di bawah ini : Prop. Jabar Kota Bandung Grafik 3.3. Perbandingan TPT Propinsi Jawa Barat dan Kota Bandung Tahun Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Barat pada ekspos pencapaian target penyerapan dua juta kesempatan kerja di Propinsi Jawa Barat jumlah Pengangguran di Jawa Barat menurun dari menjadi , artinya orang yang menganggur di Jawa Barat turun sekitar orang. Salah satu serapan tenaga kerjanya adalah semakin banyak masyarakat Jawa Barat yang mampu berwirausaha. Sektor paling banyak menyerap tenaga kerja adalah jasa, perdagangan, hotel, restoran, dan industri keuangan. Propinsi Jawa Barat terus berusaha mendorong pertumbuhan penyerapan tenaga kerja pada sektor non formal, dengan tren investasi di Jabar terus naik, kendati serapan tenaga kerja lebih didominasi sektor jasa, harapan Jawa Barat adalah industri manufaktur dapat berorientasi pada industri padat karya. Peningkatan kesejahteraan masyarakat salah satunya dapat diciptakan dengan adanya lapangan kerja yang memadai. Peningkatan pertumbuhan ekonomi korelasinya adalah meningkatnya penyerapan tenaga kerja, aktivitas ekonomi meningkat maka kebutuhan faktor produksi terutama pekerja juga akan mengalami kenaikan, secara simultan akan mengurangi tingkat pengangguran. 43 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

18 Tahun 2010 jumlah Penganggur di Kota Bandung mencapai orang, terjadi penurunan sebanyak orang adalah pengurangan dari data Tahun 2014 (data sementara publish BPS Kota Bandung) berjumlah orang, diprosentasekan penurunannya 4,12 persen dari Tahun 2010 Tingkat Pengangguran Terbuka 12,17 persen, pada Tahun 2014 menjadi 8,05 persen. Indikasi ini sangat baik walaupun jumlah Angkatan Kerja terus meningkat Tahun 2010 sebanyak orang, dan pada Tahun 2014 bertambah menjadi orang, tetapi jumlah orang yang bekerja terus meningkat pula dari Tahun 2010 sebanyak orang, dan Tahun 2014 mencapai di angka orang. Perbandingan Kota Bandung dengan Kabupaten/Kota Se bandung Raya Tahun Keberhasilan kinerja suatu organisasi belum dikatakan berhasil apabila tidak melihat atau membandingkan dengan kinerja daerah lainnya. Oleh karena itu Disnaker mencoba membandingkan realisasi capaian target Menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka dengan Kabupaten/Kota se-bandung Raya dapat dilihat dari tabel di bawah ini : No. Tabel 3.15 Data Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Se- Bandung Raya Tahun Kabupaten/Kota Tingkat Pengangguran Terbuka (Tahun) % (N/T) 2013 % (N/T) 2014 % (N/T) 1. Kota Bandung 10,34 9,17 T 1,17 10,98 N 1,81 8,05 T 2,93 2. Kota Cimahi 10,32 8,57 T 1,75 11,43 N 2,86 9,62 T 1,81 3. Kabupaten Bandung 4. Kabupaten Bandung Barat 10,69 10,38 T 0,31 10,15 T 0,23 8,48 T 1,67 13,01 12,37 T 0,64 9,61 T 2,76 8,15 T 1,46 Sumber Data : Pusat Data dan Analisa Pembangunan Jabar (N : Naik - T : Turun) Perbandingan tingkat pengangguran terbuka dari Tahun 2011 ke Tahun 2014 : Kota Bandung tingkat pengangguran terbuka menurun 2,29 persen dari Tahun 2011 sebesar 10,34 persen menjadi 8,05 persen Tahun 2014; Kota Cimahi Tahun 2011 sebesar 10,32 persen menjadi 11,43 persen pada Tahun 2014 berarti di Kota Cimahi ada peningkatan jumlah penganggur sebesar 1,11 persen; Kabupaten Bandung dari Tahun 2011 sebesar 10,69 persen turun 2,21 persen ke Tahun 2014 sebesar 8,48 persen; dan Kabupaten Bandung Barat Tahun 2011 sebesar 13,01 persen menjadi 9,61 persen Tahun 2013, penurunannya adalah sebesar 3,4 persen. Apabila di ranking maka penyerapan tenaga kerja tertinggi di Bandung Raya pertama adalah Kabupaten Bandung Barat penurunan dari Tahun 2011 ke Tahun 2014 sebesar 44 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

19 3,4 persen, Kota Bandung peringkat kedua penurunan sebesar 2,29 persen, kemudian Kabupaten Bandung penurunan sebesar 2,21 persen, sedangkan di Kota Cimahi terjadi peningkatan jumlah penganggur sebesar 1,11 persen kemungkinan banyak migrasi ke Kota tersebut karena selalu mendapatkan beberapa predikat terbaik se Jawa Barat maupun tingkat Nasional, sehingga peluang kerja meningkat. Kota Bandung dengan Kabupaten/Kota se Jawa Barat Tahun 2014 Selanjutnya kita bandingkan Tingkat Pengangguran Terbuka Tahun 2014 se-jawa Barat, posisi Kota Bandung ada di ranking ke-14, Kabupaten Majalengka menduduki posisi tertinggi dengan TPT 4,47 persen, dan terendah adalah Kabupaten Cianjur 14,87 persen. Hal ini untuk membuktikan bahwa menurut Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, dan Reformasi Birokrasi (Kemmenpan, RB) keberhasilan kinerja suatu organisasi belum dikatakan berhasil apabila tidak melihat atau membandingkan dengan kinerja daerah lainnya. Oleh karena itu Disnaker mencoba membandingkan realisasi capaian target Menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka dengan Kabupaten/Kota se-jawa Barat dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Tabel 3.16 Jumlah Pengangguran, Angkatan Kerja, dan TPT se-jawa Barat Tahun 2014 No Kabupaten/Kota Jumlah Jumlah Angkatan TPT Pengangguran Kerja Kabupaten Bogor ,65 Kabupaten Sukabumi ,09 Kabupaten Cianjur ,87 Kabupaten Bandung ,48 Kabupaten Garut ,71 Kabupaten Tasikmalaya ,93 Kabupaten Ciamis ,92 Kabupaten Kuningan ,88 Kabupaten Cirebon ,32 Kabupaten Majalengka ,47 Kabupaten Sumedang ,51 Kabupaten Indramayu ,01 Kabupaten Subang ,74 Kabupaten Purwakarta ,83 Kabupaten Karawang ,10 Kabupaten Bekasi ,79 KabupatenBandung Barat ,15 Kota Bogor ,48 Kota Sukabumi ,64 Kota Bandung ,05 Kota Cirebon ,02 Kota Bekasi ,36 Kota Depok ,44 Kota Cimahi ,62 Kota Tasikmalaya ,38 Kota Banjar ,38 Propinsi Jawa Barat ,45 45 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

20 Berdasarkan data di atas, posisi Kota Bandung berada di peringkat ke-14, jumlah Angkatan Kerja Tahun 2014 di Kota Bandung mencapai , hampir sama dengan jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Cianjur yang menduduki posisi terakhir, yaitu orang (86,49 persen dibanding Kota Bandung) dengan Tingkat Pengangguran Terbuka tertinggi di Jawa Barat di angka 14,87 persen, sedangkan Kabupaten Majalengka menduduki posisi pertama, hanya jumlah Angkatan Kerjanya 52,73 persen lebih sedikit dari Kota Bandung, yaitu hanya orang. Kota Bandung adalah merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, daya tarik migrasinya sangat tinggi, dan juga merupakan Kota Pendidikan dimana berdasarkan survey BPS kebanyakan yang telah mengikuti pendidikan di Kota Bandung mencari kerjanya tetap di Kota Bandung, enggan meninggalkan Kota Bandung, dengan kata lain berkehendak menjadi penduduk tetap Kota Bandung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat grafik di bawah ini : 46 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

21 Tingkat Pengangguran Terbuka Se - Propinsi Jawa Barat Tingkat Pengangguran Terbuka 14,87 13,32 11,1 11,64 11,02 9,48 9,36 9,62 7,65 8,09 8,48 7,71 6,93 7,51 6,88 8,01 6,74 7,83 8,15 8,05 8,44 6,79 7,38 4,92 5,38 4,47 Tingkat Pengangguran Terbuka tertinggi se-jawa Barat adalah di Kab. Cianjur dengan angka TPT sebesar 14,87%, dan TPT terendah Kab. Majalengka dengan angka TPT Sebesar 4,47%. sementara TPT Kota Bandung berada pada posisi ke 14 sebesar 8,05%. Grafik 3.4. Perbandingan TPT se- Propinsi Jawa Barat Tahun Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

22 Analisis Peningkatan/Penurunan Pencapaian Kinerja serta solusi yang dilakukan Keberhasilan ini tidak terlepas dari upayaupaya yang dilakukan Pemerintah Kota Bandung, terutama adanya kebijakan dan tingginya perhatian Walikota Bandung terhadap perkembangan ekonomi kreatif berupa konsep penataan pembangunan kampung juara dengan pola kolaborasi antara pihak swasta/masyarakat dengan Pemerintah Daerah. Kebijakan lainnya adalah dengan memperluas dan meningkatkan informasi kebijakan pemerintah melalui Informasi Teknologi, sehingga dengan pengetahuan meningkatkan minat masyarakat untuk menjadi pelaku usaha ekonomi kreatif, dan indikasi lainnya adalah meningkatnya pelaku usaha bisnis online, dalam hal ini berarti penyerapan tenaga kerja di sector informal meningkat, atau meningkatnya wira usaha baru secara alami sebagai dampak dari adanya inovasi-inovasi kebijakan ekonomi dan teknologi. Kebijakan di atas menjadikan sektor ekonomi di Kota Bandung pemberi kontribusi tertinggi terhadap pengurangan tingkat pengangguran terbuka di Kota Bandung terutama sektor ekonomi kreatif, dan penciptaan wira usaha baru di sektor jasa, (menurut Buku Indikator Makro Bappeda Kota Bandung Tahun 2014) : pada tahun 2013 sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mampu tumbuh menopang pertumbuhan ekonomi Kota Bandung. Di sektor inilah pelaku ekonomi kreatif dan pelaku wira usaha bergerak tumbuh mendongkrak perekonomian Kota Bandung. Solusi yang dilakukan untuk pengentasan pengangguran adalah dengan melaksanakan Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja, Program Peningkatan Kesempatan Kerja, Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan, Program pengembangan wilayah Transmigrasi, dan Program Transmigrasi Regional secara maksimal serta melakukan kolaborasi antara Pemerintah Daerah melalui Dinas Tenaga Kerja dengan masyarakat, juga melakukan pengendalian dan pemantauan kinerja aparat secara terus menerus. 48 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

23 Analisis Capaian Kinerja Sasaran 2 Meningkatkan Kompetensi dan Produktivitas Tenaga Kerja dalam upaya Peningkatan Kesempatan Kerja Meningkatkan Kompetensi dan Produktivitas Tenaga Kerja dalam upaya Peningkatan Kesempatan Kerja mempunyai 2 (dua) indikator kinerja sebagaimana tabel di bawah ini : Tabel 3.17 Analisis Pencapaian Sasaran 2 Meningkatkan Kompetensi dan Produktivitas Tenaga Kerja dalam upaya Peningkatan Kesempatan Kerja No. Indikator Kinerja 1. Prosentase Tenaga Kerja yang Kompeten 2. Jumlah Calon Wirausaha Baru Satuan % Existing Tahun Target 81,23 (7655/9424) Tahun 2014 Realisasi 81,23 (7655/9424) Prosentase Capaian Kinerja Target Akhir Renstra (Tahun 2018) ,10 Orang , Indikator Prosentase Tenaga Kerja yang Kompeten Indikator Prosentase Tenaga Kerja yang Kompeten adalah cerminan kinerja bidang Pelatihan Keterampilan dan Produktivitas Kerja, dan bidang Penempatan Tenaga Kerja, rumusan yang terkandung dalam target tersebut adalah Jumlah Pencari Kerja Terdaftar lulusan SMK sampai dengan Sarjana (produk kinerja bidang Penempatan Tenaga Kerja), ditambah dengan hasil pelaksanaan Uji Kompetensi Tenaga Kerja yang lulus dan mendapatkan sertifikat (produk kinerja bidang Pelatihan dan Produktivitas). Rumusan ini didapat dari pengertian Kompetensi Kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan/keahlian dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan. Tingkat capaian kinerja 100,00% realisasi sesuai target yang ditetapkan. Capaian indikator ini seratus persen tercapai merupakan data real capaian pada tahun 2014 untuk mengukur seberapa persen pencari kerja yang terdaftar, dan peserta pelatihan yang mempunyai kompetensi kerja; target ini adalah target kinerja baru hasil Reviu Tim Menpan, merevisi target Rasio Tenaga Kerja Terampil dan Produktif, alasan revisi adalah target Rasio tersebut hanya 49 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

24 mengukur seberapa banyak/persen usulan musrenbang yang diakomodir untuk dilatih oleh Disnaker, target ini tidak mencerminkan outcome, hanya mengukur output saja. Pencari Kerja terdaftar lulusan SMK keatas dianggap sudah mempunyai kompetensi dibidangnya, tidak perlu sentuhan Disnaker untuk dilakukan pelatihan atau di Uji Kompetensi, permasalahannya yang mereka butuhkan adalah peluang kerja sesuai dengan kompetensi kerja yang dimilkinya. Dari capaian target 81,23 persen, sisanya adalah Pencari Kerja lulusan SMA kebawah sebesar 18,77 persen Pencari Kerja yang dianggap belum kompeten adalah menjadi pekerjaan Bidang Pelatihan dan Produktivitas Kerja untuk dipanggil dan ditawarkan diberi pelatihan pada tahun selanjutnya sesuai bakat dan minat Pencari Kerja tersebut. Menggunakan kata dianggap, maksudnya adalah bahwa tidak semua lulusan SMA ke bawah tidak kompeten, namun karena Disnaker tidak mempunyai data pencari kerja terdaftar dari SMA ke bawah yang kompeten, karena mungkin saja pencari kerja lulusan SMA yang mendaftar sudah/sedang mempunyai pekerjaan, tentunya yang sudah/sedang mempunyai pekerjaan sudah kompeten dibidangnya. Analisa Prosentase Tenaga Kerja yang Kompeten, hanya membandingkan kinerja nyata dengan kinerja yang direncanakan, karena indikator ini baru ditetapkan setelah Reviu- Renstra. Untuk membandingkan kinerja nyata dengan kinerja tahun-tahun sebelumnya dan dengan kinerja instansi Kabupaten/Kota sekitar data tidak tersedia. Sebagai upaya menyajikan laporan kinerja yang lebih berkualitas sudah dilakukan koordinasi dengan Disnakertrans Propinsi Jawa Barat, mencari data pembanding untuk indicator ini juga tidak tersedia, bahwa Propinsi Jawa Barat pun baru akan memunculkan target kinerja Tingkat Kompetensi Tenaga Kerja pada tahun 2016 sehubungan dengan ditetapkannya Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2016, Tenaga Kerja bebas boleh bekerja se-asean sesuai peluang kerja yang ada di Negara yang bersangkutan. Upaya selanjutnya yang telah dilakukan dalam meningkatkan kompetensi tenaga kerja agar Pencari Kerja diterima Dunia Kerja, adalah : 1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Lembaga Pelatihan Kerja melalui pembinaan sertifikasi LPK 50 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

25 2. Mendorong majunya pendidikan formal, karena merupakan salah satu persyaratan untuk bekerja dalam suatu perusahaan, serta melalui pendidikan non formal, berupa keterampilan khusus, kemampuan berkomunikasi serta diarahkan untuk menjadi lulusan sekolah yang mampu menciptakan suatu lapangan pekerjaan. 3. Meningkatkan kegiatan pelatihan kerja Pengangguran kebanyakan disebabkan oleh masalah tenaga kerja yang tidak terampil dan ahli. Perusahaan lebih menyukai calon pegawai yang sudah memiliki keterampilan atau keahlian tertentu. Relevansinya adalah kenyataannya sejumlah besar penganggur adalah orang yang belum memiliki keterampilan atau keahlian tertentu. 2. Indikator Jumlah Calon Wirausaha Baru Selanjutnya indikator kedua adalah turunan dari target RPJMD Kota Bandung Tahun : Penciptaan Wira Usaha Baru yang terdapat di Misi 4 Membangun perekonomian yang kokoh, maju, dan berkeadilan; sasaran 13 meningkatkan Kesempatan Kerja; Strategi 2 Menciptakan Wira Usaha Baru, SKPD leading sektornya adalah Dinas KUKM, Perindustrian dan Perdagangan. Sebagai gambaran target SKPD terkait sebagai berikut : Tabel 3.18 Target Penciptaan Wira Usaha Baru sesuai RPJMD Kota Bandung Tahun No SKPD Target Akhir Renstra (Tahun 2018) 1. Dinas KUKM, Perindustrian dan Perdagangan Dinas Pendidikan Dinas Tenaga Kerja Dinas Pemuda dan Olahraga Dinas Pertanian Tenaga Kerja hasil pelatihan yang sudah mengikuti Uji Kompetensi untuk mendapatkan sertifikasi dibidangnya agar diterima di dunia kerja (dapat bekerja di sektor formal), jika tidak berhasil diarahkan untuk menjadi Calon Wira Usaha Baru. Target Dinas Tenaga Kerja di Kota Bandung pada akhir Tahun 2018 dapat melatih sebanyak orang Calon Wira Usaha Baru. 51 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

26 Untuk mencapai target tersebut pada umumnya yang dilakukan SKPD adalah melakukan pelatihan sesuai tupoksi bidangnya. Realisasi dari indikator untuk sasaran tersebut di atas, target orang tercapai sebanyak orang. Pencapaian target tersebut di Dinas Tenaga Kerja dilakukan oleh 3 (tiga) unit kerja, yaitu oleh Bidang Lattas, Bidang Penta dan Transmigrasi, dan UPT BLK. Realisasinya melebihi target karena di kegiatan bidang penempatan tenaga kerja Pemberian fasilitasi dan mendorong sistem pendanaan pelatihan berbasis masyarakat dari target bidang 120 orang realisasi 160 orang. Bahwa masalah pengangguran menjadi sedikit terpecahkan apabila muncul keinginan untuk menciptakan lapangan usaha sendiri atau berwirausaha. Cara ini berpeluang besar dalam mengurangi pengangguran dalam masyarakat. Menjadi wira usaha tidak menuntut pendidikan yang tinggi, yang dibutuhkan sedikit modal dan keuletan dalam menjalankan usahanya. Bertambahnya volume program kegiatan pelatihan kerja yang dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja bertujuan untuk memenuhi target di atas, tahap ini merupakan tahap awal dari penciptaan wira usaha baru, karena pengangguran kebanyakan disebabkan oleh masalah tenaga kerja yang tidak terampil dan ahli. Selain berpendidikan, perusahaan lebih menyukai calon pegawai yang sudah memiliki keterampilan atau keahlian tertentu. Dinas Tenaga Kerja melalui Bidang Pelatihan dan Produktivitas melaksanakan pemagangan di perusahaan bagi Calon Wira Usaha Baru yang sudah dilatih harapannya tenaga kerja siap pakai dan diterima di dunia kerja atau menjadi wira usaha baru, sedangkan yang dilaksanakan oleh Bidang Penempatan dan Transmigrasi melakukan pelatihan teknis bagi penciptaan Wira Usaha Baru arahnya murni menyiapkan tenaga kerja calon wira usaha baru, karena materi 100% semua praktek mengolah suatu produksi/industri sejenis, pelatihan dilaksanakan ditempat Wirausahawan yang sudah berhasil. 52 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

27 Kemudian tahap ketiga melakukan intermediasi Perbankan yaitu mempertemukan para calon wira usaha baru yang sudah dilatih dengan perbankan/lembaga keuangan lainnya, materi yang diberikan berupa bimbingan teknis manajerial, pengelolaan administrasi kelembagaan/ keuangan, serta akses permodalan. namun dengan cara demikian tetap kurang berhasil, permasalahannya adalah untuk akses ke perbankan/lembaga permodalan tetap harus memenuhi persyaratan keperbankanan/bankable. Terkendala tupoksi, Disnaker tidak melaksanakannya beberapa tahapan penciptaan WUB, yaitu tahap pendampingan untuk proses perijinan, peningkatan kualitas produk, pemasaran, dan pemberian dana segar/permodalan, tujuannya adalah agar Calon WUB ini mendapatkan kemudahan proses perijinan serta kemudahan fasilitasi pemasaran produk melalui pameran-pameran baik skala lokal, regional, nasional, maupun intenasional, serta memperoleh modal awal untuk melakukan kegiatan usaha; Permasalahan selanjutnya jika Calon WUB hanya diberikan pelatihan kewirausahaan, pemagangan serta fasilitasi akses permodalan melalui intermediasi, dikhawatirkan akan mengakibatkan kekurang berhasilan dalam menciptakan WUB, karena untuk menciptakan satu orang Wira Usaha Baru berdasarkan hasil penelitian Chevron yang disampaikan Kepala BAPPEDA Propinsi (Profesor Denny) pada saat Rapat Koordinasi penyusunan RKPD Urusan Ketenagakerjaan Tahun 2014 di Hotel Khatulistiwa menyatakan, bahwa untuk menciptakan Wira Usaha Baru dari 100 orang yang dilatih hasil seleksi rekruitment Calon WUB paling yang berhasil menjadi WUB sukses hanya 2 orang saja. Sudah tentu untuk penciptaan WUB perlu penanganan yang sinergi antara para pihak. Penyelesaian permasalahan Penciptaan WUB pelaksanaannya harus terkoordinasikan dengan baik dengan SKPD dan Instansi serta Lembaga terkait lain sesuai tupoksinya, seperti Perguruan Tinggi, Perbankan, KADIN, dan instansi/lembaga yang berkaitan dengan pengembangan kewirausahaan, sehingga harapan akhir Tahun 2018 dapat menciptakan Wira Usaha Baru akan berhasil, karena program ini merupakan program unggulan Bapak Walikota dan Wakil Walikota Bandung terpilih periode harapan terjadi multiplayer effect satu orang wira usaha baru berhasil akan mampu menciptakan lapangan kerja yang baru. Upaya selanjutnya yang telah dilakukan dalam meningkatkan penciptaan wira usaha baru yaitu mendorong sikap kewirausahaan para pencari kerja. Masalah pengangguran menjadi sedikit terpecahkan apabila muncul keinginan untuk menciptakan lapangan usaha sendiri dan menjadi wira usaha yang berhasil. Cara ini sebenarnya berpeluang 53 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

28 besar dalam mengurangi pengangguran dalam masyarakat, karena dalam berwirausaha tidak menuntut pendidikan yang tinggi, yang dibutuhkan hanya sedikit modal dan keuletan dalam menjalankan usahanya. Oleh karena itu hal ini dijadikan target prioritas RPJMD Kota Bandung Tahun sesuai janji politik Walikota Tahun 2018 harus tercipta Wira Usaha Baru, karena diindikasikan sektor informal di perkotaan diduga mampu menyerap angkatan kerja yang mendapat tekanan dari rasionalisasi pekerja akibat kontraksi perekonomian. Jika dilihat dari target RPJMD terciptanya WUB, sedangkan berdasarkan LPPD yang sudah dipublish melalui Koran Tribun Tanggal 17 Juni 2015 halaman 5, pada Tahun 2014 dari 5 SKPD yang sudah merealisasikan pelatihan WUB baru Disnaker sebanyak melebihi target yang ditentukan yaitu 1.120, berarti dari target Calon WUB terlatih di akhir Tahun 2018, tanggungjawab Disnaker akhir Tahun 2018 sisa sebanyak Calon WUB, kemudian Tahun 2015 rencana Calon WUB, maka di Tahun 2016 sisa Calon WUB lagi yang harus disentuh melalui pelatihan ketenagakerjaan Analisis Capaian Kinerja Sasaran 3 Meningkatnya Penempatan Tenaga Kerja Pada dasarnya untuk mengatasi pengangguran musiman, perlu adanya pemberian informasi yang cepat. Salah satu penyebab munculnya masalah pengangguran karena pencari kerja tidak tahu perusahaan apa saja yang membuka lowongan kerja, atau perusahaan seperti apa yang cocok dengan keterampilan yang dimiliki. Berkat kinerja Bidang Penempatan Tenaga Kerja yang didukung para Pejabat fungsional Pengantar Kerja, target kinerja terlampaui. Proses Penyediaan Informasi Lowongan Pekerjaan yang dilakukan adalah melalui Job Fair/Pameran Kerja yang dilaksanakan 3 kali Pameran/Bursa Kerja, melalui Bursa Kerja On-line. (BKOL) memberi kemudahan kepada Pengusaha melakukan entry secara on-line lowongan yang tersedia di perusahaan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan, perusahaan mempunyai kewajiban melaporkan perkembangan perusahaannya kepada Pemerintah melalui SKPD yang membidangi ketenagakerjaan. Tahun 2014 Disnaker termasuk sebagai Smart SKPD, inovasi yang dilakukan dalam upaya meningkatkan pelayanan publik adalah menyusun aplikasi Sistem Informasi Ketenagakerjaan yang diberi nama BIMMA S (Bandung Integrated Manpower 54 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

29 Management Aplications System), sub sistem yang sudah berjalan di bidang Pengawasan yaitu Wajib Lapor On-line. dengan sistem ini, memberi kemudahan terhadap perusahaan untuk menyampaikan laporan perusahaannya melalui website Wajib Lapor On-line (paperless), diantara contentnya perusahaan wajib mengisi format lowongan kerja yang tersedia di perusahaannya, harapan kedepan adalah jumlah lowongan kerja yang tersedia di Kota Bandung meningkat dengan diketahuinya dan dilaksanakannya Wajib Lapor Ketenagakerjaan oleh Perusahaan melalui Website tersebut. Jika dibanding dengan target Lowongan Kerja di akhir RENSTA, direalisasikan Tahun 2014 sebanyak loker, melebihi target yang ditentukan, tanggungjawab sebanyak loker lagi harus didapat sampai akhir Tahun 2018, agar para pencari kerja dengan mudah mencari loker sesuai bakat dan minat yang bersangkutan, seperti tabel berikut: Tabel 3.19 Analisis Pencapaian Sasaran 3 Meningkatnya Penempatan Tenaga Kerja No Indikator Kinerja Jumlah Lowongan Pekerjaan Baru Prosentase Pencari Kerja terdaftar yang ditempatkan Satuan Existing Tahun 2013 Tahun 2014 Target Realisasi Prosentase Capaian Kinerja Loker ,17% Target Akhir Renstra (Tahun 2018) % 14,05 14,22 41,92 294,80% 44,88 1. Indikator Jumlah Lowongan Pekerjaan Baru Indikator Menciptakan Lapangan Pekerjaan Baru adalah janji politik Walikota dan Wakil Walikota Bandung Terpilih yang dituangkan dalam Dokumen RPJMD Kota Bandung Tahun , untuk mencapai target tersebut Dinas Tenaga Kerja menetapkan target pada akhir Tahun 2018 Lowongan Pekerjaan Baru sebanyak lowongan kerja, dan Tahun 2014 dari target Lowongan Kerja Baru, terealisasi Lowongan Kerja Baru; Dipersentase mencapai 323,17%, kategori memuaskan. Pencapaian melebihi target sangat signifikan bukan berarti adanya kesalahan dalam menetapkan target ataupun pencapaian kinerja Dinas sangat maksimal. Penentuan target biasanya diambil dari rata-rata lowongan kerja yang tersedia setiap tahun, lima tahun ke belakang rata-rata antara lowongan kerja. Oleh karena pencapaian target Tahun 2014 sangat signifikan serta diperkirakan perkembangan perekonomian tahun selanjutnya lebih meningkat, maka Tahun 2015 ditetapkan target sebanyak lowongan pekerjaan baru, harapan akhirnya adalah 55 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

30 makin meningkat pula penempatan tenaga kerja untuk mengurangi jumlah pengangguran di Kota Bandung. 2. Indikator Prosentase Pencari Kerja terdaftar yang ditempatkan Target Kedua Prosentase Pencari Kerja terdaftar yang ditempatkan akhir Tahun 2018 ditentukan target sebesar 44,88 persen, Tahun 2014 telah ditetapkan target sebesar 14,22 persen (2.532 penempatan/ pendaftaran pencari kerja), dan direalisasikan sebesar 41,92 persen (penempatan 3.849/pendaftaran pencari kerja 9.181). Jika dilihat dalam tabel di atas realisasi sangat tinggi, padahal penempatan tenaga kerja seperti pada tahun tahun sebelumnya peningkatannya tidak terlalu signifikan mencapai 3.849, hal ini disebabkan dengan data pembanding di bawahnya yaitu jumlah pendaftar pencari kerja terdaftar menurun drastis jauh dari perkiraan hanya berjumlah Penurunan pendaftar pencari kerja karena pendaftaran CPNS tahun 2014 tidak mensyaratkan lagi melampirkan Kartu AK.I (Kartu Pencari Kerja), persyaratan tersebut berlaku ketika pencari kerja diterima menjadi Calon PNS. Capaian kinerjanya sebesar 294,80 persen melebihi target yang ditetapkan mencerminkan keberhasilan Dinas Tenaga Kerja melalui Bidang Penempatan Tenaga Kerja baik penempatan di sektor pekerja formal ataupun yang menjadi wira usaha baru. Berdasarkan tabel di atas bahwa realisasi Tahun 2014 kedua indikator sasaran 3 menunjukkan capaian kinerja lebih dari 100 persen yang berarti capaian kinerja Renstra Tahun 2014 melampaui target yang ditetapkan. Realisasi data pendukung pencapaian sasaran 3 apabila dibuat tabel Tahun adalah sebagai berikut : Tabel 3.20 Pencapaian Indikator Sasaran 3 Tahun Indikator Tahun No. Kinerja Satuan Utama Lowongan Kerja Baru Loker Pendaftaran Pencari Kerja Orang Penempatan Tenaga Kerja Orang Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

31 Apabila tabel tersebut di atas dibuat grafik, maka hasilnya seperti di bawah ini: Perkembangan Lowongan Kerja, Penempatan Kerja dan Pendaftar Pencari Kerja Tahun Lowongan Kerja Pendaftaran Pencari Kerja Penempatan Tenaga Kerja Grafik 3.5 Perkembangan Lowongan Kerja, Penempatan Kerja dan Pendaftar Pencari Kerja Tahun Prosentase Pencari Kerja terdaftar yang ditempatkan adalah indikator Standar Pelayanan Minimal ketiga dari tujuh indikator yang ditetapkan oleh Peraturan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 2 Tahun Oleh karena itu target ini dapat diperbandingkan dengan Propinsi Jawa Barat. Diperoleh data capaian SPM Propinsi Jawa Barat melalui Kepala Sub Bagian Keuangan Disnakertrans Propinsi Jawa Barat sebagai berikut : Tabel 3.21 Prosentase Penempatan Tenaga Kerja Propinsi Jawa Barat Kota Bandung Berdasarkan Realisasi SPM Tahun 2014 Uraian Penempatan Kerja Pencari Kerja Persentase Terdaftar Propinsi Jawa Barat ,87 Kota Bandung ,92 Sumber Data : Disnakertrans Prop.Jabar Tahun 2014 Penempatan atau penyerapan Tenaga Kerja Kota Bandung prosentasenya melebihi Jawa Barat, yaitu 41,92 persen dan Jawa Barat 26,87 persen. Kondisi ini dapat didefinisikan Kota Bandung tingkat penyerapan tenaga kerja lebih tinggi dari rata-rata 57 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

32 penempatan Propinsi Jawa Barat yaitu orang penempatan dibanding dengan jumlah penempatan se-jawa Barat hanya 0,81 persen, pencari kerja terdaftar di Kota Bandung hanya 0,052 dari orang pencari kerja di Jawa Barat yang merupakan penjumlahan dari 26 Kabupaten/Kota se-jawa Barat. Hal ini sangat menggembirakan, sedikitnya memberi kontribusi terhadap penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka dari Tahun 2013 sebesar 10,98 persen ke Tahun 2014 menjadi 8,05 persen, walaupun Kota Bandung ibukota Propinsi Jawa Barat, dimana migrasinya cukup tinggi. Namun jika diperbandingkan dengan jumlah lowongan kerja yang tersedia pada Tahun 2014 sebagaimana tabel/grafik di atas terjadi kesenjangan antara penempatan tenaga kerja orang, sedangkan lowongan kerja tersedia formasi, berarti hanya 39,70 persen terjadi penyerapan tenaga kerja. Permasalahannya adalah Pencari Kerja yang ingin memperoleh pekerjaan dari pemberi kerja untuk pengisian lowongan kerja yang tersedia tidak sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya, serta tidak sesuai dengan kualifikasi pekerjaan yang tersedia atau dalam istilah ketenagakerjaan disebut antara Lowongan Kerja Tersedia dengan Pencari Kerja tidak Link and Match. Penyelesaian masalah di atas adalah dengan pelatihan kerja untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan, kemudian dilakukan uji kompetensi kerja adalah pengukuran kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan/keahlian dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan. Selain itu beberapa upaya lain yang bisa dilakukan adalah melalui : 1. Penyediaan Informasi tentang Kebutuhan Tenaga Kerja/Lowongan kerja melalui Job Fair/Pameran Kerja dan Bursa Kerja On-line. Untuk mengatasi pengangguran musiman, perlu adanya pemberian informasi yang cepat mengenai tempat-tempat mana yang sedang memerlukan tenaga kerja. Masalah pengangguran dapat muncul karena orang tidak tahu perusahaan apa saja yang membuka lowongan kerja, atau perusahaan seperti apa yang cocok dengan keterampilan yang dimiliki. Masalah tersebut adalah persoalan informasi. 2. Adanya dorongan-dorongan (penyuluhan) untuk giat bekerja melalui bimbingan teknis memperbaiki kejiwaan, mental dan moralitas para pengangguran untuk melakukan hal yang berguna dan berdampak positif.seperti; pembinaan mental, 58 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

33 taat beragama, memperbaiki karakter, memiliki kepribadian yang baik, memperbaiki kapasitas dan kualitas yang menjadikan diri diterima di lapangan pekerjaan, karena diindikasikan penduduk Kota Bandung bila upah kerja rendah maka orang lebih suka menganggur 3. Bisnis online apabila dijalankan dengan serius, sebenarnya cara ini cukup berhasil dalam mengurangi pengangguran bahkan mengatasi kemiskinan di suatu negara. Dalam menjalankan bisnis online sangatlah mudah dapat dijalankan semua orang, karena tidak diperlukan modal yang besar Jika penyelesaian permasalahan berhasil, dan jika kondisi perekonomian dan keamanan Kota Bandung kondusif dipastikan target 44,88 persen penempatan tenaga kerja dibanding dengan pencari kerja terdaftar pada akhir RENSTRA Tahun 2018 akan berhasil atau mungkin bisa melebihi target yang ditetapkan Analisis Capaian Kinerja Sasaran 4 Meningkatnya Perlindungan Ketenagakerjaan Pencapaian sasaran 4 Misi disusun 4 indikator yaitu: Prosentase Perusahaan yang berkasus tentang ketenagakerjaan, Prosentase Kasus yang diselesaikan melalui Perjanjian Bersama (PB), Prosentase pekerja/buruh yang menjadi peserta program Jamsostek, Jumlah Perusahaan Yang Melaksanakan Peraturan Ketenagakerjaan Jumlah Perusahaan Yang Melaksanakan Wajib Lapor Ketenagakerjaan. Misi ini menjadi target kinerja Bidang Perselisihan Hubungan Industrial dan Jamsostek, dan Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan. Realisasinya sebagaimana tabel di bawah ini : Tabel 3.22 Analisis Pencapaian Sasaran 4 Meningkatnya Perlindungan Ketenagakerjaan dan No Indikator Kinerja Utama Satuan 1. Prosentase Perusahaan yang berkasus tentang Persen ketenagakerjaan 59 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja Existing Tahun 2013 Tahun 2014 Target -- 5,51 Realisasi Target Akhir ,51 4,09

34 2. Prosentase Kasus yang diselesaikan melalui Perjanjian Bersama (PB) 3. Prosentase pekerja/buruh yang menjadi peserta program Jamsostek 4. Jumlah Perusahaan Yang Melaksanakan Wajib Lapor Ketenagakerjaan Persen 61,32 55,00 55,00 58,00 Persen 27,68 72,33 72,33 82,97 Perusah aan Indikator Prosentase Perusahaan yang berkasus tentang ketenagakerjaan Indikator kinerja pertama direalisasikan 100 persen sesuai target yang direncanakan, rumusannya adalah realisasi 109 kasus yang masuk dibanding dengan perusahaan yang melaksanakan wajib lapor ketenagakerjaan pada Tahun 2014, target ini adalah indikator kinerja baru hasil Reviu Tim Menpan&RB. Meningkat dan menurunnya kasus yang masuk tergantung pada pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh kedua bidang yang menangani perlindungan ketenagakerjaan, selain faktor internal juga faktor eksternal sangat mempengaruhi tingginya kasus yang masuk, diantaranya faktor ekonomi dan politik, seperti adanya peningkatan harga BBM dan tarif Listrik akan berpengaruh pada pelaku ekonomi, yaitu menurunkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi biaya produksi, dan Tenaga Kerja adalah salah satu faktor produksi yang ikut terpengaruh akibat kebijakan Pemerintah tersebut. Target akhir RENSTRA menurunnya prosentase kasus yang masuk dari Tahun 2014 sebesar 5,51 persen menjadi 4,09 persen dari jumlah Perusahaan Wajib Lapor Ketenagakerjaan pada Tahun 2018 dapat direalisasikan dengan mengoptimalkan kinerja kedua Bidang yang menangani Perlindungan Ketenagakerjaan, melalui pembinaan SP/SB/SBSI, sosialisasi peraturan ketenagakerjaan&jamsostek, pemeriksaan dan pengawasan perusahaan karena walaupun prosentase kecil tetapi yang namanya penyelesaian perselisihan hubungan industrial bobotnya sangat berat dan memerlukan waktu untuk penyelesaiannya. 2. Indikator Prosentase Kasus yang diselesaikan melalui Perjanjian Bersama (PB) Target kedua yang didasarkan pada indikator kinerja SPM Permennakertrans Nomor 2 Tahun 2014, adalah tindak lanjut penanganan target pertama yaitu 109 kasus yang masuk, realisasi 100 persen yaitu perbandingan 60 kasus yang diselesaikan melalui Perjanjian Bersama. Relisasi Tahun 2013 sebesar 61,32 persen adalah perhitungan Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

35 kasus selesai melalui Perjanjian Bersama dari 106 kasus yang masuk. Target Tahun 2014 diperkirakan 55 kasus selesai melalui Perjanjian Bersama dari perkiraan 100 kasus yang masuk/terdaftar. Realisasi dari 109 kasus yang masuk kasus selesai melalui PB 60 kasus, 40 kasus selesai dengan Anjuran, 9 kasus karena bobotnya berat penyelesaian masih harus dilanjutkan pada tahun berikutnya. Target kinerja ini sama dengan target kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM). Perlu diketahui bahwa permohonan penyelesaian perselisihan hubungan industrial sebanyak 109 kasus didominasi kasus perselisihan PHK sebanyak 81 kasus, selesai melalui Perjanjian Bersama (PB) 51 kasus; perselisihan Hak 11 kasus, selesai melalui PB 5 kasus, dan ketiga Perselisihan Kepentingan 17 kasus selesai melalui PB dari 4 kasus yang masuk, sedangkan perselisihan Antar SP/SB Nihil. Kasus yang masuk dengan kasus yang dapat diselesaikan melalui Perjanjian Bersama, dalam bentuk grafik sebagai berikut : Perbandingan Kasus Yang Masuk dengan Kasus Selesai Melalui Perjanjian Bersama Tahun Kasus Selesai Kasus masuk Grafik 3.6 Perbandingan Kasus Masuk dengan Kasus Selesai Melalui Perjanjian Bersama Tahun Hubungan Industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan UUD Perselisihan Hubungan Industrial merupakan perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, kepentingan, PHK atau perselisihan antar serikat pekerja/buruh dalam satu 61 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

36 perusahaan. Suatu hal yang sangat mendukung pada kondusifitas tripartit yaitu adanya aksi Walikota Bandung yang proaktif menanggapi usulan para pengusaha dan Serikat Pekerja pada tahun 2014 Walikota Bandung langsung menghadap Kementerian Tenaga Kerja Dan Transmgirasi RI pada saat diminta Serikat Pekerja menyampaikan usulan peningkatan jumlah item yang dijadikan alat survey dalam penentuan Kebutuhan Hidup Layak/KHL, maka hubungan industrial di Kota Bandung cukup kondusif sehingga target kinerja dapat direalisasikan dengan baik. Sebagai perbandingan Persentase Kasus Selesai Melalui Perjanjian Bersama berdasarkan data capaian SPM Kota Bandung dan Propinsi Jawa Barat sebagai berikut : Tabel 3.23 Persentase Kasus Selesai Melalui Perjanjian Bersama Propinsi Jawa Barat Kota Bandung Berdasarkan Realisasi SPM Tahun 2014 Uraian Kasus Selesai Melalui PB Kasus Masuk Persentase Propinsi Jawa Barat Kota Bandung Sumber Data : Disnakertrans Prop.Jabar Tahun 2014 Persentase kasus PHI selesai melalui Perjanjian Bersama di Kota Bandung 55 persen berada dibawah Propinsi Jawa Barat yaitu 75 persen. Walaupun dibawah Propinsi, namun kondisi ini tetap merupakan permasalahan, bahwa di Kota Bandung kasus yang masuk bobotnya cukup berat, terutama terjadinya perselisihan kepentingan yang lebih sulit untuk diselesaikan. Dari 400 kasus Jawa Barat 27,25 persen adalah kasus yang terjadi di Kota Bandung, mengandung arti kasus Perselisihan Hubungan Industrial di Jawa Barat hampir didominasi oleh Kota Bandung, dan kemudian yang diselesaikan melalui Perjanjian Bersama dibandingkan dengan Jawa Barat, 20 persennya adalah penyelesaian kasus PHI yang dilakukan Kota Bandung. Oleh karena itu perlu ada penyelesaian masalah yaitu pada tahun berikutnya fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap perusahaan dan serikat pekerja harus lebih ditingkatkan, jika para pihak memahami peraturan ketenagakerjaan yang berlaku, dimungkinkan akan menurunkan terjadinya perselisihan hubungan industrial. Target akhir RENSTRA di Tahun 2018, kasus yang dapat diselesaikan melalui Perjanjian Bersama meningkat menjadi 58 persen, karena trend yang terjadi berdasarkan 62 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

37 pengalaman setiap akhir masa jabatan seorang Kepala Daerah, suhu politik meningkatkan, berkaitan dengan kondisi politik diluar kewenangan Disnaker biasanya paling mudah mempropokasi para pekerja untuk dijadikan alat politik, sehingga sering terjadi demo, akibatnya kegiatan perekonomian terganggu, bisa berdampak pada terjadinya PHK. Maka untuk target ini tidak dapat diperjanjikan pada akhir RENSTRA yang otomatis berakhirnya masa Jabatan Walikota Bandung untuk menetapkan target dibawah Tahun sebelumnya. 3. Indikator Prosentase pekerja/buruh yang menjadi peserta program Jamsostek Indikator ketiga dari target sasaran 4 Perlindungan Ketenagakerjaan yaitu Prosentase pekerja/buruh yang menjadi peserta program Jamsostek adalah, sama seperti indikator kedua adalah target kinerja SPM urusan ketenagakerjaan. Tahun 2014 persentase 72,33 adalah jumlah pekerja/buruh yang masuk program Jamsostek dari pekerja/buruh berdasarkan Wajib Lapor Ketenagakerjaan. Tahun 2013 realisasi prosentase hanya 27,68 persen, dari 283,173 pekerja/buruh yang masuk program Jamsostek, pembandingnya adalah jumlah Bekerja 1,047,235 orang berdasarkan data BPS sehingga prosentase yang didapat lebih kecil. Perbandingan Kota Bandung dengan Propinsi Jawa Barat sesuai Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Perbandingannya seperti tabel di bawah ini : Tabel 3.24 Prosentase pekerja/buruh yang menjadi peserta program Jamsostek Propinsi Jawa Barat Kota Bandung Berdasarkan Realisasi SPM Tahun 2014 Uraian pekerja/buruh yang menjadi peserta program Jamsostek Jumlah pekerja/buruh berdasarkan W.L. Persentase Propinsi Jawa Barat ,88 Kota Bandung ,33 Sumber Data : Disnakertrans Prop.Jabar Tahun 2014 Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang selanjutnya disingkat JAMSOSTEK adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santuan berupa uang penggganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia. Penjaminan ini sangat penting bagi para 63 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

38 pekerja/buruh sebagai upaya preventif bagi perlindungan diri sendiri maupun keluarganya. Dari data di atas, Kota Bandung tingkat kesadaran perusahaan dan pekerjanya sangat tinggi dalam hal keikutsertaan dalam penjaminan sosial ketenagakerjaan, realisasi kepesertaan dari data pekerja/buruh yang menjadi peserta program Jamsostek berdasarkan Wajib Lapor Ketenagakerjaan sebesar 72,33 persen sedangkan untuk Jawa Barat tingkat kepesertaannya masih dibawah 50 persen, yaitu 45,88 persen. Jumlah pekerja orang yang masuk menjadi peserta program Jamsostek di Kota Bandung adalah 3,17 persen dari jumlah peserta program Jamsostek Propinsi Jawa Barat. Serta orang pekerja/buruh di Jawa Barat, pekerja/buruh terdaftar di Wajib Lapor hanya 2,01 persen di Kota Bandung yaitu Kekurang sadaran pengusaha akan tanggungjawabnya dimana Undang-Undang tentang Jaminan Kesejahteraan Nasional (JKN) menyatakan semua masyarakat Indonesia wajib mengikuti program penjaminan sosial, maka target Tahun 2014 kepesertaan Program Jamsostek sebesar 72,33 persen sulit dilakukan, harapan jika para pejabat fungsional mediator, dan fungsional pengawas ketenagakerjaan meningkatkan kinerjanya, yaitu melakukan pembinaan, sosialisasi, dan pemeriksaan dan pengawasan terhadap perusahaan yang melanggar peraturan ketenagakerjaan, khususnya untuk indikator ini maka pada akhir Tahun 2018 target 82,97 persen akan terealisasikan. 4. Indikator Jumlah Perusahaan Yang Melaksanakan Wajib Lapor Ketenagakerjaan Indikator kelima adalah realisasi sebanyak Jumlah Perusahaan Yang Melaksanakan Wajib Lapor Ketenagakerjaan, sama dengan indikator nomor 1 adalah target baru hasil Reviu Tim Menpan, sebetulnya indikator ini kurang tepat karena yang diharapkan adalah ukuran seberapa banyak perusahaan yang melaksanakan Wajib Lapor Ketenagakerjaan yang mentaati peraturan norma ketenagakerjaan, hanya pada Tahun 2014 Dinas Tenaga Kerja belum siap data, maka khusus untuk Tahun 2014 indikator ini yang digunakan, Tahun 2015 diharapkan dapat menyusun data sesuai dengan yang disarankan, yaitu dari rencana perusahaan yang melaksanakan Wajib Lapor Ketenagakerjaan, dapat dipilah berapa perusahaan yang melaksanakan ketentuan norma ketenagakerjaan (dari 33 norma, minimal 5 atau 64 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

39 10 norma dilaksanakan) karena makin meningkatnya jumlah perusahaan yang melaksanakan norma ketenagakerjaan adalah bukti keberhasilan kinerja Dinas Tenaga Kerja melalui Bidang Pengawasan dengan dibantu 14 orang fungsional Pengawas Ketenagakerjaan (Umum dan spesialis) dalam melaksanakan pengawasan ketenagakerjaan terhadap perusahaan. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan perlindungan ketenagakerjaan di atas, diantaranya adalah : 1. Meningkatkan kerjasama dan harmonisasi LKS Tripartit melalui peningkatan volume rapat-rapat koordinasi dengan semua anggota Tim berdasarkan Surat Keputusan Walikota Bandung. 2. Semakin bertambahnya kasus perselisihan kepentingan yang sulit diselesaikan secara damai (PB), sudah menjadi keharusan adanya penambahan tenaga fungsional mediator PHI secara proporsional membandingkan dengan jumlah perusahaan pada tahun 2014, sehingga mediator PHI dapat melaksanakan fungsinya yang utama yaitu melakukan pembinaan hubungan industrial terhadap perusahaan untuk pencegahan terjadinya perselisihan hubungan industrial secara prefentif. Sehubungan tenaga fungsional mediator hanya tinggal 2 (dua) orang lagi, maka selama ini hanya fungsi penyelesaian kasus yang masuk saja yang dapat dilaksanakan. Yang terjadi seorang pejabat fungsional mediator tersita waktunya hanya untuk menyelesaikan kasus saja. 3. Fungsi pemeriksaan perusahaan yang dilaksanakan oleh fungsional Pengawas Ketenagakerjaan perlu dimaksimalkan, misalkan menyelesaikan kasus pelanggaran norma ketenagakerjaan secara tuntas, sehingga pada tahun berikutnya kasus yang sama di perusahaan yang sama tidak muncul kembali Analisis Capaian Kinerja Sasaran 5 Meningkatnya Minat Bertransmigrasi Pengangguran terutama di Pulau Jawa dapat sedikit teratasi melalui upaya mendorong minat masyarakat untuk bertransmgirasi dengan penyuluhan dan pemberian stimulan bagi yang siap diberangkatkan dengan motivasi dan penyampaian informasi positif. Masih luasnya lahan di luar Pulau Jawa lebih banyak menyediakan lapangan pekerjaan. Baik peluang berwirausaha maupun pekerjaan di perusahaan lebih terbuka lebar. 65 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

40 Tabel 3.25 Analisis Pencapaian Sasaran 5 : Meningkatnya Minat Bertransmigrasi No. Indikator Sasaran Satuan Kondisi Tahun2013 Realisasi Tahun 2014 Target Tahun Target Akhir (2018) 1. Jumlah Calon Transmigran Terseleksi Jiwa Target 60 Jiwa Jumlah Calon Transmigran Terseleksi dan berhasil dilaksanakan 100 persen adalah target hasil Reviu Tim Menpan sesuai tupoksi dan kewenangan Pemerintah Daerah sebagai pengganti target penempatan transmigrasi yang tidak dapat direalisasikan sehubungan adanya surat dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor B.684/P2KTRANS/VI/2014 perihal pemenuhan pembangunan kawasan transmigrasi tahun 2014, pagu APBN Perubahan Kemmenakertrans ada Pengurangan Belanja pembangunan pemukiman transmigrasi yang lokasinya adalah rencana lokasi penempatan transmigran Kota Bandung yaitu di Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara. Padahal Memory of Understanding sudah ditandatangani Walikota Bandung dan Bupati Muna, karena penetapan quota penempatan transmigrasi ditentukan oleh Pemerintah Pusat, maka pemerintah daerah tidak dapat melakukan upaya apapun untuk merealisasikan rencana yang sudah ditetapkan dalam RENSTRA, realisasi penempatan transmigasi tahun 2014 sama seperti tahun 2013 adalah Nol Persen berarti target tidak tercapai, maka setelah dilakukan Reviu penentuan target kinerja menurut Tim Menpan disesuaikan dengan kewenangan yang dimiliki atau diberikan kepada Pemerintah Daerah. Target 568 Calon Transmigran terseleksi sudah direalisasikan di Tahun 2014 sebanyak 60 orang, 508 lagi sisa target di akhir Tahun 2018 dalam kurun waktu empat tahun lagi diupayakan dilaksanakan melalui sosialisasi program dan penyuluhan yang dilakukan di kewilayahan. Harapan jika tidak ada permasalahan ketransmigasian di Pemerintah Pusat yang menjadi Indikator Tujuan Renstra sesuai saran Tim Pra Evaluasi SAKIP dari Menpan dan RB yaitu 10 Kepala Keluarga (KK) Calon Transmigran Siap Diberangkatkan di Tahun 2015 akan terealisasi. 66 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja

BAB 1 PENDA HUL UA N. Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung

BAB 1 PENDA HUL UA N. Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung BAB 1 PENDA HUL UA N 1.1 Latar Belakang Penyusunan Laporan Kinerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Tahun 2015 mengacu kepada Intruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Tahun 2014 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja (Renja) merupakan penjabaran dari Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja yang mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan rencana Pembangunan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF (Executive Summary)

RINGKASAN EKSEKUTIF (Executive Summary) RINGKASAN EKSEKUTIF (Executive Summary) Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Tahun 2014 merupakan laporan pertanggungjawaban kinerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum SKPD Peningkatan pelaksanaan pemerintahan yang berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab, telah diterbitkan Intruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja (Renja) merupakan penjabaran dari Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja yang mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan rencana Pembangunan

Lebih terperinci

Bab II Perencanaan Kinerja

Bab II Perencanaan Kinerja Di kantor Bab II Perencanaan Kinerja 2.1. Perencanaan 2.1.1. Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, perencanaan stratejik merupakan langkah awal yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surabaya, Juni 2017 KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TIMUR

KATA PENGANTAR. Surabaya, Juni 2017 KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TIMUR KATA PENGANTAR Ucapan puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, bahwa penyusunan Perubahan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 2019 telah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Kasih sayang-nya sehingga Laporan Inspektorat Kota Bandung Tahun 2015 ini dapat tersusun Laporan ini merupakan

Lebih terperinci

User [Pick the date]

User [Pick the date] RENCANA KERJA KECAMATAN KIARACONDONG KOTA BANDUNG TAHUN 2016 User [Pick the date] KECAMATAN KIARACONDONG KOTA BANDUNG Jl babakan sari no.177 Bandung telepon (022) 7271101 2015 Rencana Kerja Kecamatan Kiaracondong

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Tenaga Kerja Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA Rencana Strategis dan Target Tahun L K I P B K D K o t a B a n d u n g T a h u n

PERENCANAAN KINERJA Rencana Strategis dan Target Tahun L K I P B K D K o t a B a n d u n g T a h u n PERENCANAAN KINERJA Penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2015 ini mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, bahwa perencanaan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN ANGGARAN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2017 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN

DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2018 1 PENDAHULUAN Organisasi Perangkat Daerah Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Mojokerto, sebagai leading sector yang bergerak dibidang urusan ketenagakerjaan,

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai lima tahun secara

Lebih terperinci

Evaluasi atas data-data pendukung dan permasalahan atas setiap sasaran menunjukan beberapa tantangan dan perbaikan yang perlu menjadi perhatian bagi

Evaluasi atas data-data pendukung dan permasalahan atas setiap sasaran menunjukan beberapa tantangan dan perbaikan yang perlu menjadi perhatian bagi RINGKASAN EKSEKUTIF Pelaporan Kinerja Pemerintah melalui penyusunan Laporan Kinerja Intansi Pemerintah ( LKIP ) Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung disusun dengan tujuan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. dalam perekonomian Indonesia. Masalah kemiskinan, pengangguran, pendapatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. dalam perekonomian Indonesia. Masalah kemiskinan, pengangguran, pendapatan Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kelemahan strategi pembangunan ekonomi di masa lalu dan krisis ekonomi yang berkepanjangan, telah menimbulkan berbagai persoalan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sektor perekonomian yang sedang mendapat perhatian dari pemerintah pada saat ini adalah sektor perindustrian. Untuk dapat meningkatkan sektor perindustrian

Lebih terperinci

DINAS TENAGA KERJA PERATURAN KEPALA DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN JOMBANG NOMOR : 188/ /415.21/2018 TENTANG

DINAS TENAGA KERJA PERATURAN KEPALA DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN JOMBANG NOMOR : 188/ /415.21/2018 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG DINAS TENAGA KERJA Jl. KH. Wahid Hasyim No. 175 Telp (0321) 861459 J O M B A N G PERATURAN KABUPATEN JOMBANG NOMOR : 188/ /415.21/2018 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUN 2017

RENCANA KERJA TAHUN 2017 RENCANA KERJA TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI (DISNAKERTRANS) JL. PELABUHAN II KM. 6 NO 703 TLP /FAX (0266) 226088 SUKABUMI 43169 EMAIL : DISNAKERTRANS_KABSMI@YAHOO.COM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab,

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai salah satu upaya meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab, dan untuk memantapkan pelaksanaan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Jl. Soekarno-Hatta No. 532 Telp. 7564327,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surabaya, Juli 2016 KEPALA DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

KATA PENGANTAR. Surabaya, Juli 2016 KEPALA DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI JAWA TIMUR KATA PENGANTAR Ucapan puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, bahwa penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 2019

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 No. 64/11/32/Th. XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Agustus 2017 : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian ini merupakan peserta program Pencetakan Seratus Ribu Wirausaha Baru yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya manusia. Di sejumlah negara yang sedang berkembang pendidikan telah mengambil

Lebih terperinci

BAB II PROGRAM KERJA. Dinas Tenaga Kerja merupakan instansi teknis yang melaksanakan salah

BAB II PROGRAM KERJA. Dinas Tenaga Kerja merupakan instansi teknis yang melaksanakan salah BAB II PROGRAM KERJA 2.1 Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja merupakan instansi teknis yang melaksanakan salah satu urusan rumah tangga Daerah dibidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian, dengan kewenangannya

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG INSPEKTORAT KOTA BANDUNG RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Inspektorat Kota Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA. mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman

BAB II PERENCANAAN KINERJA. mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman BAB II PERENCANAAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2015 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas ridho dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Rencana Kinerja Tahunan Tahun Anggaran ini tanpa kendala

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN No. 91, 2016 TENTANG

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN No. 91, 2016 TENTANG - 1 - S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN 2016 NOMOR 91 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 852 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku

Lebih terperinci

SASARAN REFORMASI BIROKRASI

SASARAN REFORMASI BIROKRASI SASARAN REFORMASI BIROKRASI pemerintahan belum bersih, kurang akuntabel dan berkinerja rendah pemerintahan belum efektif dan efisien pemerintahan yang bersih, akuntabel dan berkinerja tinggi pemerintahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Pemerintah Kabupaten Gowa sebagai penyelenggara Pemerintahan. ditingkat Kabupaten menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

RINGKASAN EKSEKUTIF. Pemerintah Kabupaten Gowa sebagai penyelenggara Pemerintahan. ditingkat Kabupaten menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah RINGKASAN EKSEKUTIF Pemerintah Kabupaten Gowa sebagai penyelenggara Pemerintahan ditingkat Kabupaten menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 sebagai bentuk pertanggungjawaban atas keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma dari manajemen tradisional menjadi manajemen modern menjawab tuntutan percepatan dan keakuratan penyelesaian masalah dan pelayanan sistem birokrasi

Lebih terperinci

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-nya maka Laporan Kinerja Dinas Pemuda dan Olahraga (DISPORA) Kota Bandung

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-nya maka Laporan Kinerja Dinas Pemuda dan Olahraga (DISPORA) Kota Bandung K A T A PE N G A N T A R Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-nya maka Laporan Kinerja Dinas Pemuda dan Olahraga (DISPORA) Kota Bandung Tahun 2016 dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

KEPALA DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA

KEPALA DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KEPUTUSAN KEPALA DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA NOMOR: 188/891 /410.111/2016 TENTANG PENYEMPURNAAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA TAHUN 2015 KEPALA DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA

Lebih terperinci

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN GIANYAR

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN GIANYAR RENCANA KINERJA TAHUN 2016 BIDANG KETENAGAKERJAAN DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN GIANYAR KATA PENGANTAR Puji pangastuti dipanjatkan kehadapat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Target Realisasi Kategori Penilaian (1) (2) (3) (4) (5) (6) Indikator Kinerja. Persentase. pencari kerja

IKHTISAR EKSEKUTIF. Target Realisasi Kategori Penilaian (1) (2) (3) (4) (5) (6) Indikator Kinerja. Persentase. pencari kerja IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Kinerja merupakan wujud akuntabilitas kinerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat. Laporan Kinerja juga memberikan gambaran mengenai pencapaian kinerja dan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 RENCANA STRATEGIS SEBELUM DAN SETELAH REVIU Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Strategis disusun untuk

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Jl. Soekarno-Hatta No. 532 Telp. 7564327,

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Karunianya Reviu Dokumen

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1465, 2015 BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U No.1465, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN. pembangunannya adalah mereka kelompok masyarakat yang belum bekerja

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN. pembangunannya adalah mereka kelompok masyarakat yang belum bekerja BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja Dalam bidang ketenagakerjaan sebagai subjek dan objek pembangunannya adalah mereka kelompok masyarakat

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSKLUSIF. Beberapa hal pokok yang diuraikan dalam Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) ini adalah sebagai berikut:

IKHTISAR EKSKLUSIF. Beberapa hal pokok yang diuraikan dalam Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) ini adalah sebagai berikut: IKHTISAR EKSKLUSIF Laporan Kinerja Instansi Pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014, Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian

Lebih terperinci

b) Melaksanakan koordinasi antar pelaku pembangunan dalam perencanaan pembangunan daerah. c) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan

b) Melaksanakan koordinasi antar pelaku pembangunan dalam perencanaan pembangunan daerah. c) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan IKHTISAR EKSEKUTIF Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, memberikan kewenangan

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PELAYANAN PAJAK KOTA BANDUNG TAHUN 2014

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PELAYANAN PAJAK KOTA BANDUNG TAHUN 2014 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PELAYANAN PAJAK KOTA BANDUNG TAHUN 2014 TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP)

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP) BAGIAN TATA USAHA SETDA KOTA BANDUNG 2015 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP) Bagian Tata Usaha Setda Kota Bandug vi KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan

Lebih terperinci

MATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROV. JAWA TIMUR TAHUN

MATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROV. JAWA TIMUR TAHUN MATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROV. JAWA TIMUR TAHUN 2009-2014 VISI : Terwujudnya ketenagakerjaan, ketransmigrasian dan kependudukan yang maju, berdaya saing,

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang 56 BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN A. Letak Wilayah dan Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 Lintang selatan dan 104 48-108 48 Bujur Timur, dengan luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dokumen Perjanjian Kinerja merupakan suatu dokuman pernyataan kinerja/ kesepakatan kinerja/ perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DAERAH PROVINSI JAWA BARAT 2017 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi... i... ii Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2

Lebih terperinci

LAKIP Kab. Lamandau Tahun 2013 BAB IV PENUTUP

LAKIP Kab. Lamandau Tahun 2013 BAB IV PENUTUP BAB IV PENUTUP Sebagai bagian penutup dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Lamandau Tahun 2013, dapat disimpulkan bahwa secara umum Pemerintah Kabupaten Lamandau telah

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Tangerang

Pemerintah Kota Tangerang RENCANA KERJA INSPEKTORAT KOTA TANGERANG TAHUN 2018 Penyusunan Rancangan Akhir Rencana Kerja Inspektorat Kota Tangerang Tahun 2018 merupakan pelaksanaan kegiatan mengacu pada Rancangan Akhir Rencana Kerja

Lebih terperinci

URUSAN WAJIB KETENAGAKERJAAN

URUSAN WAJIB KETENAGAKERJAAN 4.1.14 URUSAN WAJIB KETENAGAKERJAAN 4.1.14.1 KONDISI UMUM Pembangunan ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi dan keterkaitan dengan berbagai pihak yaitu antara Pemerintah, pengusaha dan pekerja atau

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. VISI DAN MISI Penyusunan visi dan misi Disnakertransduk tidak terlepas dari visi dan misi Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Untuk itu sebelum memasuki visi

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 1.1. Latar Belakang Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 BAB I PENDAHULUAN Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Instansi Pemerintah (LKJiP) Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP)

IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) Tahun 2017 mum Perencanaan Kinerja Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan INDIKATOR KINERJA UTAMA RENCANA STRATEGIS

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN. Pelaporan Kinerja Pemerintah melalui penyusunan Laporan Kinerja Intansi

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN. Pelaporan Kinerja Pemerintah melalui penyusunan Laporan Kinerja Intansi RINGKASAN EKSEKUTIF Pelaporan Kinerja Pemerintah melalui penyusunan Laporan Kinerja Intansi Pemerintah ( LKIP ) Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung disusun dengan tujuan memberikan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA Penyusunan Perjanjian Kinerja merupakan salah satu tahapan dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah yang termuat dalam Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

URGENSI SIPD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

URGENSI SIPD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH URGENSI SIPD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Cirebon, 22 Desember 2015 OUTLINE PEMBAHASAN 1 SIPD DALAM UU 23 TAHUN 2014 2 PERMENDAGRI 8/2014 TENTANG SIPD AMANAT UU 23 TAHUN 2014 Pasal 274: Perencanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DINAS TENAGA KERJA DAN KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH Jl. Cendrawasih No. 28 Telp./ Fax. (0287)

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DINAS TENAGA KERJA DAN KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH Jl. Cendrawasih No. 28 Telp./ Fax. (0287) PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DINAS TENAGA KERJA DAN KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH Jl. Cendrawasih No. 28 Telp./ Fax. (0287) 381462 Email : disnakerkukm@kebumenkab.go.id KEBUMEN 54313 Pendahuluan;

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 2017 IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Kinerja merupakan wujud akuntabilitas kinerja Dinas Tenaga Kerja

Lebih terperinci

Perluasan Lapangan Kerja

Perluasan Lapangan Kerja VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus

Lebih terperinci

B A B III AKUNTABILITAS KINERJA

B A B III AKUNTABILITAS KINERJA B A B III AKUNTABILITAS KINERJA Pendekatan manajemen pembangunan berbasis kinerja, yang utama adalah bahwa pembangunan diorientasikan pada pencapaian menuju perubahan yang lebih baik. Hal ini mengandaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga termasuk pula percepatan/akselerasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas Kinerja RSUD dr Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo merupakan wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas sesuai visi dan misi yang dibebankan kepada

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP) SEKRETARIAT DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP) SEKRETARIAT DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN PEMERINTAH KOTA BANDUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP) SEKRETARIAT DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS TENAGA KERJA DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BINJAI

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS TENAGA KERJA DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BINJAI VISI, MISI, DAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS TENAGA KERJA DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BINJAI 4.1 Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Perdagangan Kota Binjai 4.1.1 Visi Mengacu pada

Lebih terperinci

BERITA ACARA HASIL REVIU RENSTRA DAN IKU BAPPEDA KOTA BANJAR TAHUN Nomor : 050/367.1/Bappeda VISI

BERITA ACARA HASIL REVIU RENSTRA DAN IKU BAPPEDA KOTA BANJAR TAHUN Nomor : 050/367.1/Bappeda VISI BERITA ACARA HASIL REVIU RENSTRA DAN IKU BAPPEDA KOTA BANJAR TAHUN 2017 Nomor : 050/367.1/Bappeda Pada hari ini Selasa, Tanggal 4 Bulan April Tahun 2017, kami Tim Reviu Renstra dan IKU Bappeda yang dibentuk

Lebih terperinci

2015 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BOGOR

2015 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bogor dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

KEPALA DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA

KEPALA DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KEPUTUSAN KEPALA DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA NOMOR: 188/891 /410.111/2016 TENTANG PENYEMPURNAAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA TAHUN 2015 KEPALA DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 PEMERINTAH KOTA BANDUNG

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 PEMERINTAH KOTA BANDUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 PEMERINTAH KOTA BANDUNG 2015 0 1 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 PEMERINTAH KOTA BANDUNG 2015 2 2015 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT 5.1. PDRB Antar Kabupaten/ Kota oda perekonomian yang bergulir di Jawa Barat, selama tahun 2007 merupakan tolak ukur keberhasilan pembangunan Jabar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice.

BAB I PENDAHULUAN. An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap pelaksanaan urusan kepemerintahan akan selalu dikaitkan dengan pengelolaan kepemrintahan yang baik (good governance) dengan tiga pilar utama yaitu, Partisipasi,

Lebih terperinci

MATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROV. JAWA TIMUR TAHUN

MATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROV. JAWA TIMUR TAHUN MATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROV. JAWA TIMUR TAHUN 20 - VISI : Terwujudnya tenaga kerja yang berdaya saing dan harmonis, masyarakat transmigrasi yang mandiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah. Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang bergulir tahun 1998 telah membuat perubahan politik dan administrasi, salah satu bentuk reformasi tersebut adalah perubahan bentuk pemerintahan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II 2.1. RENCANA STRATEGIS

BAB II 2.1. RENCANA STRATEGIS BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Agenda pembangunan bidang ekonomi sebagaimana tertuang dalam RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2014 adalah meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci