RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 8/PUU-VII/2009

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 8/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR, KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT DAN KABUPATEN KEPULAUAN ARU DI PROVINSI MALUKU TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945 ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I) J A K A R T A SELASA, 17 FEBRUARI 2009

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 8/PUU-VII/2009 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Seram Bagian Barat, dan Kabupaten Kepulauan Aru di Provinsi Maluku terhadap Undang-Undang Dasar PEMOHON Fredek Kasele, dkk. ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Selasa, 17 Februari 2009, Pukul WIB Ruang Sidang Pleno Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Dr. Muhammad Alim, S.H., M.Hum. (Ketua) 2) Dr. H.M. Arsyad Sanusi, S.H., M.Hum (Anggota) 3) H.M. Akil Mochtar, S.H. (Anggota) Ida Ria Tambunan, S.H. Panitera Pengganti 1

3 Pihak yang Hadir: Kuasa Hukum Pemohon : - Anthoni Hantane, S.H. - Simon Noy, S.H. - Noya Lenda Meilani, S.H. - Asrchy Sapury, S.H. Pemohon : - Fredek Kasale - Christian Waileruny - Simon Wasia - Drs. Herkop Maatoke - Drs. Hi. A Laitupa - Ali Ely - Ny. Halidja, Polanunu - Yusuf Laisouw, S.Ag., MK., M.Si. 2

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA : Dr. MUHAMMAD ALIM, S.H., M.Hum. Sidang perkara Nomor 8/PUU-VII/2009 dengan ini saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. KETUK PALU 1 X Saudara Pemohon, agar Saudara memperkenalkan diri siapa yang hadir pada kesempatan ini, saya persilakan. 2. KUASA HUKUM PEMOHON : ANTHONI HANTANE, S.H. Terima kasih Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Yang Kami hormati. Pada kesempatan kali ini, yang hadir selain kami, selaku Kuasa dari Pemohon Prinsipal, juga hadir Para Pemohon Prinsipal yaitu delapan orang Pemohon Prinsipal. Untuk itu pada kesempatan ini kami mulai Kuasa Pemohon yang hadir yaitu : 1. Saya Anthoni Hatane, S.H. 2. Saudara Simon Loya, S.H. 3. Saudara Noya Lendamelanie, S.H. 4. Saudara sapuri, S.H. Itu untuk Kuasanya Majelis, sedangkan untuk Pemohon Prinsipalnya; 1. Saudara Fredek Kasale, Pemohon Satu, 2. Saudara Christian Waileruny, Pemohon Dua, 3. Saudara Simon Wasia, Pemohon Tiga, 4. Saudara Drs. Herkop Maatoke, Pemohon Empat, 5. Saudara Drs. Hi. A. Laitupa, Pemohon Lima, 6. Saudara Ali Ely, Pemohon Enam, 7. Saudara Ny. Halidja Polanunu, Pemohon Tujuh, 8. Saudara Yusuf Laisouw, S.Ag., MK., M.Si., Pemohon Delapan. 3. KETUA : Dr. MUHAMMAD ALIM, S.H., M.Hum. Baiklah, jadi seluruh Pemohon Prinsipal hadir semua ya? Sedangkan Kuasanya ada empat orang yang hadir. Yang lain berhalangan. Baik, oke, sendiri-sendiri maupun bersama-sama begitu kan surat kuasanya. Selanjutnya kepada Saudara Kuasanya atau mungkin Pemohon Prinsipalnya agar menjelaskan secara singkat isi pokok atau prinsipprinsip yang ada di dalam permohonan Saudara, kami persilakan. 3

5 4. KUASA HUKUM PEMOHON : ANTHONI HANTANE, S.H. Terima kasih Majelis Hakim Konstitusi yang kami hormati dan kami Muliakan. Isi secara inti yang akan kami jelaskan di sini yaitu menyangkut lampiran 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kabupaten Kepulauan Aru Provinsi Maluku. Dimana dengan berlakunya lampiran 2 undang-undang tersebut maka tadinya Para Pemohon ini yang berada dalam wilayah Kabupaten Maluku Tengah, dan sampai saat ini mereka masih tetap berada dalam wilayah kabupaten Maluku tengah. Dengan berlakunya undang-undang ini maka mereka dimasukkan secara paksa tanpa mereka mengetahui bahwa mereka sudah masuk dalam wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat, itu alasan pertama. Alasan yang ke dua, untuk Pemohon Satu, sampai Pemohon empat, tadinya sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2003 itu rentang kendali yang dari Pemohon Satu sampai Pemohon Empat, hanya bisa dijangkau dengan harga Rp ,00 pulang-pergi untuk mereka melakukan urusan-urusan mereka di Kabupaten Maluku Tengah. 5. KETUA : Dr. MUHAMMAD ALIM, S.H., M.Hum. Maksudnya ibukota kabupaten? 6. KUASA HUKUM PEMOHON : ANTHONI HANTANE, S.H. Ibukota kabupaten, Majelis Konstitusi, tapi dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2003 maka wilayah administratif yang tadinya hanya cuma dengan Rp30.000,00 bertambah menjadi Rp ,00 kalau mereka ke kabupaten sesuai lampiran 2, keputusan tersebut. Yang ke tiga, dalam Undang-Undang Nomor 40 dijelaskan bahwa dalam Pasal 7 ayat (2) dijelaskan bahwa penetapan batas wilayah, kami ulangi Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi yang kami hormati, di dalam Pasal 7 ayat (4) bahwa dijelaskan penetapan batas wilayah secara nyata di lapangan ditentukan oleh Menteri Dalam Negeri, tetapi ternyata dalam lampiran 2, penetapan batas wilayah administratif antara Kabupaten Maluku tengah dan Kabupaten Seram Bagian Barat bukan ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri, tetapi ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia sehingga kami melihat dan Para Pemohon melihat bahwa ada terjadi pertentangan atau kontradiksi antara batang tubuh dari undang-undang tersebut dan lampiran 2 undang-undang tersebut. Nah, untuk itu dari beberapa alasan inti yang tadi kami sebutkan di atas, kami lanjutkan satu poin lagi Majelis Konstitusi, kami lupa untuk 4

6 yang kami tadi kami jelaskan, untuk Pemohon Satu sampai Pemohon Empat. Sedangkan untuk Pemohon Lima sampai Pemohon Delapan yang tadinya wilayah Petuanan mereka yang berada secara nyata dalam kabupaten Maluku Tengah, setelah berlakunya Undang-undang Nomor 40 Tahun 2003 maka wilayah itu dimasukkan ke dalam wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat. Sehingga Pemohon Lima, sampai Pemohon Delapan, merasa kehilangan hak atas tanah, hak atas petuanan mereka, yang secara nyata berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Maluku Tengah. Nah, itu beberapa alasan yang inti, yang Para Pemohon ajukan sebagai satu konsekuensi bahwa hak konstitusional daripada Pemohon dilanggar akibat berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun Terima kasih Majelis Hakim Konstitusi yang kami hormati. 7. KETUA : Dr. MUHAMMAD ALIM, S.H., M.Hum. Sedikit Saudara, hak pertuanan atau yang bisa disebut hak ulayat ya? Yang Saudara kemukakan itu, apa dia diakui dengan suatu peraturan yang tertentu? 8. KUASA HUKUM PEMOHON : ANTHONI HANTANE, S.H. Untuk Maluku, untuk wilayah Maluku, itu hak petuanan, hak ulayat, secara turun temurun itu berlaku dan diakui oleh Pemerintah dalam hal ini baik oleh Pemerintah RI maupun oleh Pemerintah Daerah sampai kepada Pemerintah Kabupaten. Itu diakui dengan dibuktikan dengan bukti-bukti kepemilikan yang diterbitkan oleh, pertama oleh para raja, atau kepala desa. Dengan nama lain, raja mereka mengeluarkan itu sebagai bukti bahwa mereka memiliki hak petuanan dan atau hak ulayat atas tanah yang mereka miliki. 9. HAKIM KONSTITUSI : H. M. AKIL MOCHTAR, S.H., M.H. Saudara Pemohon, sebagai kewajiban Mahkamah dalam Pemeriksaan Pendahuluan ini, Panel memberikan saran-saran untuk perbaikan atas permohonan yang diajukan. Jika memperhatikan, walaupun saran itu, ya Saudara mau mengikuti boleh, tidak juga, ya silakan saja tapi kewajiban ini harus kami sampaikan. Yang Saudara persoalkan itu jika melihat petitum Saudara ini adalah terjadinya pertentangan antara Pasal 7 ayat (4) dengan lampiran dua dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2003 ini, iya? Jika terjadinya pertentangan antara lampiran dan undang-undang tentu harus dipikirkan kembali apakah itu masuk sengketa konstitusional, mengingat yang mengikat walaupun lampiran itu bagian tidak terpisahkan dari Undang- 5

7 Undang Nomor 40 Tahun Kalau kita perhatikan bahwa batas wilayah sebagaimana pada ayat (1), (2), dan (3), digambarkan dalam peta wilayah administrasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari undang-undang ini. kemudian penentuan batas wilayah Kabupaten Seram Bagian Timur, Bagian Barat, dan Kepulauan Aru, dilaksanakan di lapangan ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. Jadi begini, sampai saat ini kan belum ada penetapan resmi yang dikeluarkan oleh Menteri Dalam Negeri sebagai perintah daripada Pasal 7 ayat (4) ini, apa sudah ada? Belum ada? 10. KUASA HUKUM PEMOHON : ANTHONI HANTANE, S.H. Majelis, boleh kami memberikan pendapat sehubungan dengan tadi nasihat Majelis bahwa sampai saat ini sudah beberapa kali, Menteri Dalam Negeri sesuai ketentuan undang-undang ini melakukan pendekatan-pendekatan dan melakukan upaya-upaya untuk menyelesaikan tapal batas antara Kabupaten Maluku Tengah dengan Kabupaten Seram Bagian Barat tapi setelah itu dikembalikan kepada pemerintah provinsi, pemerintah provinsi kembali mengembalikan kepada Menteri Dalam Negeri dan sudah berulangkali dilakukan, sampai saat ini belum ada keputusan dan keputusan itu mengambang sampai saat ini Majelis. Terima kasih. 11. HAKIM KONSTITUSI : H. M. AKIL MOCHTAR, S.H., M.H. Ya, artinya begini, kan ini kan yang diuji ini adalah pasal atau norma untuk Undang-Undang Nomor 40 ini tetapi di dalam petitum Saudara, Saudara kan yang minta dibatalkan itu adalah lampiran duanya, iya kan? Bukan Pasal 7 ayat (4) atau (5)-nya bukan? Karena saya melihat bahwa alasan pembatalan itu, justru lampiran dua itu bertentangan dengan Pasal 7 ayat (5) itu kan? Sedangkan lampiran dua itu bagian tidak terpisahkan dari undang-undang ini yang lahir akibat Pasal 7 ayat (4) dan (5) itu, ayat (4) terutama. Karena itu peta administrasi, peta administrasi secara hukum belum mengikat karena ada klausul di Pasal 5 itu yang menyatakan bahwa peta wilayah yang pasti di lapangan akan ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri, kan begitu. Sepanjang itu belum ditetapkan maka peta administratif itu kan sifatnya administratif sebagai kelengkapan daripada undang-undang ini, itu pengertiannya. Dalam konteks yang demikian, yang menjadi pertanyaan kita adalah yang Saudara minta batalkan itu, lampiran duanya atau Pasal 7 ayat (4) dan (5) itu? Coba, di dalam petitum tiga, menyatakan lampiran dua dan seterusnya, menyatakan lampiran dua dan seterusnya, 6

8 memerintahkan Menteri Dalam Negeri untuk menetapkan batas wilayah. Kalau itu yang menjadi pokok sengketa maka menurut hemat kita itu bukan sengketa konstitusional. Jadi yang Saudara persoalkan kan di dalam undang-undangnya, diserahkan kepada Menteri Dalam Negeri melalui ketetapannya tetapi di dalam lampirannya berdasarkan Keppres itu kata Saudara. Tetapi saya tidak melihat di sini lampiran peta administrasinya, lampiran duanya tidak ada di sini, yang ada pada Majelis, di bukti aslinya ada tidak di dalam berkasnya? Biasanya selalu dilampirkan dengan peta, pemekaran itu. Di mana yang menyatakan lampiran dua ini ditetapkan dengan Keppres. Itu yang harus di-clear-kan dulu sementara undang-undang memerintahkan Keputusan Menteri Dalam Negeri. Tetapi di dalam permohonan Saudara menyatakan itu justru ditetapkan dengan Keppres sehingga bertentangan antara lampiran dua dengan Pasal 7 ayat (4) dan (5), bisa dijelaskan itu? Di mana yang menyatakan bahwa itu dengan Keputusan Presiden? 12. KUASA HUKUM PEMOHON : ANTHONI HANTANE, S.H. Terima kasih Hakim Majelis yang kami hormati dan kami muliakan. Tadi seperti apa yang disampaikan oleh Majelis bahwa di dalam Pasal 7 ayat (4) itu dijelaskan bahwa batas wilayah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan seterusnya, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari undang-undang ini. Dengan demikian kami berpendapat bahwa lampiran ini adalah merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pada undang-undang. Di dalam lampiran dua dijelaskan dalam Pasal 7 ayat (5) penentuan batas wilayah Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Seram Bagian Barat dan seterusnya, itu ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri tapi ternyata di dalam lampiran dua bukan ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri tapi ditetapkan dan ditandatangani oleh Presiden. Jadi seharusnya menurut kami Majelis, kalau sesuai ketentuan Pasal 7 maka di lampirannya harus juga ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri karena batas wilayah secara pasti di lapangan. 13. HAKIM KONSTITUSI : H. M. AKIL MOCHTAR, S.H., M.H. Kalau begitu Saudara keliru menafsirkan itu. Karena dia lampiran, dia kan lampiran daripada undang-undang. Lampiran undang-undang itu kan harus disahkan oleh Presiden, itu ketentuan konstitusi. Oleh sebab itu karena dia bagian dari undang-undang di bawahnya ditandatangani oleh presiden, bukan, ini peta administrasi. Yang diberikan kewenangan kepada Mendagri itu adalah batas wilayah yang sesungguhnya, itu ada Keputusan Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur tentang penataan batas-batas wilayah itu yang 7

9 menyatakan itu harus dilakukan survei nasional. Jadi harus ditentukan kembali melalui Bakosurtanal dan segala macam, sehingga dilakukan pengukuran di lapangan dengan penghitungan-penghitungan yang riil di lapangan, baru kemudian Menteri Dalam Negeri mengeluarkan keputusan yang resmi. Itu yang dimaksud sebagai perintah daripada Pasal 7 ayat (5) itu. Kalau peta administrasi ini, ini adalah peta administrasi yang dipergunakan pada saat pengesahan undang-undang ini atas usul Pemerintah Daerah dan DPRD, itu kan begini, dalam Undang-Undang Nomor 32 itu, usul tentang pemekaran itu berasal dari daerah. Jadi setelah dia mendapat keputusan DPRD dan persetujuan Kepala Daerah, baru dia diusulkan kepada Menteri Dalam Negeri, melalui Gubernur kepada Menteri Dalam Negeri. Undang-undang ini kalau saya melihat dari pertimbangan atau konsiderannya kalau merujuk di dalam Undang- Undang Dasar di sini disebutkan di Pasal 5 ayat (1). Pasal 5 ayat (1) itu adalah kewenangan daripada..., berarti ini, undang-undang ini dimajukan atas usul Pemerintah kepada DPR karena konsiderannya jelas menyebutkan Pasal 5 ayat (1). Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Dasar itu, Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Kalau dia merupakan usul DPR, dia tidak akan menggunakan pertimbangan Pasal 5 ayat (1). Dia menggunakan Pasal 20 daripada Undang-Undang Dasar Jadi mekanismenya adalah dari pemerintah kabupaten induk melalui provinsi diusulkan kepada Menteri Dalam Negeri kemudian Menteri Dalam Negeri atau Pemerintah, Presiden, mengusulkan kepada DPR untuk dibahas secara bersama. Jadi penentuan batas wilayah itu bukan atas kemauan DPR dan pemerintah pusat tetapi itu berdasarkan usulan dari pemerintah daerah karena pemerintah daerah pengusullah yang tahu batas-batas wilayah itu. Nah, pengusulan itu harus disertai dengan peta administrasi yang menjadi lampiran dua itu. Itu peta administrasi, peta sementara, peta diatas kertas, jadi belum dilakukan pengukuran dilapangan. Jadi yang dia lakukan itu, yang menjadi persoalan, ini kan satu Undang-Undang, Seram Timur, Seram Barat dan Aru, satu undangundang, tiga kabupaten. Tapi yang dipersoalkan itu kabupaten Seram Bagian Barat. Nah, jadi yang bagian barat ini, lampiran dua sebagai konsekuensi dari pasal 7 ayat (5) itu adalah nanti kalau misalnya ini lanjut, dari Panel kepada Pleno maka DPR dan Pemerintah akan mengajukan bukti bahwa usulannya itu memang dari pemerintah daerah sejak awal. Oleh sebab itu, Pasal 7 ayat (5)-nya menyatakan, untuk batas wilayah yang pasti, itu ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri, itu sementara sifatnya ini administratif itu. Lampiran dua itu bukan implementasi dari Pasal 7 ayat (5) yang ada, bukan. Itu peta sementara, peta administratif, kenapa? Pasti Bapak lihat di Pasal 7 itu menyebutkan sebelah barat berbatasan dengan ini, sebelah timur berbatasan dengan 8

10 ini, sebelah utara berbatasan dengan ini, untuk batas yang pasti ditetapkan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri. Ini sementara sifatnya. Nah, dalam proses itulah terjadi tumpang tindih kan? Ada yang merasa bahwa hak ulayatnya terlampaui lalu menjadi jauh dari posisi semula, memang akibat pemekaran itu terjadi pergeseran tata batas dan batas-batas wilayah tetapi ini semua atas usul pemerintah kabupaten induk yang diteruskan kepada Menteri Dalam Negeri kepada dewan, dibahas, keluarlah peta administrasi, peta administrasi itu bukan dari pusat. Daerah dulu, tidak mungkin pusat bisa menentukan tetapi karena berdasarkan peraturan pemerintah bahwa kewenangan penetapan batas wilayah itu adalah wewenang daripada Menteri Dalam Negeri, hampir semua daerah pemekaran itu belum mempunyai batas yang pasti. Tapi, peta administrasi itu pasti dilampirkan. Semua pemekaran baik provinsi kabupaten/kota musti dilampiri dengan peta administrasi karena itu adalah hal utama untuk menetapkan batas wilayah. Di atas kertas kira-kira begini Saudara Pemohon, kalau kita jual beli dengan sertifikat tanah dengan notaris kan begitu itu kan mesti disebutkan di dalam sertifikat ini tapi di lapangan diperlukan pengukuran ulang oleh agraria, kira-kira seperti itulah ini. Makanya ditentukan oleh Menteri Dalam Negeri, kalau itu yang menjadi soal maka, kecuali Saudara ingin membatalkan Pasal 7 ayat (4) dan ayat (5) itu bertentangan dengan UUD, tapi kalau lampirannya turunan atau derivasi dari bagian dari undang-undang ini, itu saran kami terima kasih Pak. 14. HAKIM KONSTITUSI : Dr. H.M. ARSYAD SANUSI, S.H., M.Hum Saudara Pemohon, baik Pemohon Prinsipal maupun Kuasa Pemohon, Anthonie Hantane ya? Pemekaran wilayah ini itu tumbuh dari bawah, apa betul itu? 15. KUASA HUKUM PEMOHON : ANTHONI HANTANE, S.H. Majelis, yang Majelis katakan itu benar. 16. HAKIM KONSTITUSI : Dr. H.M. ARSYAD SANUSI, S.H., M.Hum Jadi tumbuh dari bawah, mulai dari raja, apa semua dan lain sebagainya sampai kepada DPR, itu tumbuh dari bawah, menghendaki adanya pemekaran, betul itu? 17. KUASA HUKUM PEMOHON : ANTHONI HANTANE, S.H. Makanya kami jawab tadi Majelis bahwa proses pemekaran seperti tadi kata Majelis tumbuh dari bawah. 9

11 18. HAKIM KONSTITUSI : Dr. H.M. ARSYAD SANUSI, S.H., M.Hum Tumbuh dari bawah, jadi kehendak dari bawah, aspirasi dari bawah, aspirasi raja juga ikut serta di dalamnya, betul? Nah, sekarang kenapa baru tiba-tiba sekarang ini, sedangkan ini berlangsung dari tahun 2003? Atas dasar apa sampai muncul ini? Kemudian juga muncul sikap daripada raja-raja menolak Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2003 ini tentang Pemekaran. Sedangkan ini tumbuh dari bawah. Kenapa sampai kok dari bawah minta pemekaran? Kemudian tiba-tiba menolak pemekaran ini, dalam arti kata, ini ada kontradiksi saja antar undangundang itu sendiri dengan lampirannya, sebagaimana digambarkan tadi Ketua Panel, maupun Pak Akil, Hakim Anggota. Mengapa hal ini terjadi? Proses perdebatan ini, proses sampai dari bawah ini tidak menghendaki adanya (...) katakanlah karena ini ada satu pernyataan sikap tidak menerima yurisdiksi wilayah-wilayah ini, terjadi pernyataan sikap kemudian difasilitasi oleh gubernur, apa betul itu? 19. KUASA HUKUM PEMOHON : ANTHONI HANTANE, S.H. Benar. 20. HAKIM KONSTITUSI : Dr. H.M. ARSYAD SANUSI, S.H., M.Hum Nah sekarang apakah Mendagri juga turun tangan ke bawah kalau ada hal seperti itu? Apa pernah dibicarakan juga? 21. KUASA HUKUM PEMOHON : ANTHONI HANTANE, S.H. Beberapa kali dibicarakan (...) 22. HAKIM KONSTITUSI : Dr. H.M. ARSYAD SANUSI, S.H., M.Hum Nah beberapa kali dibicarakan, sekarang ingin pertanyaan inti yang saya kemukakan, di mana sebetulnya kerugian konstitusional Saudara? Di mana kerugiannya? Sedangkan ini hanya pertentangan dari lampiran dua yang notabene itu apa yang dikatakan tadi itu, masalah administratif, masalah wilayah yang notabene bisa diselesaikan oleh gubernur, oleh bupati, bahkan raja-raja di sana. Di mana kerugian kelihatan konstitusional Saudara? Sedangkan grass-root ini, Saudara ini, grass-root dibawa meminta supaya ada pemekaran wilayah Kabupaten Seram Bagian Timur, Bagian Barat dan Kepulauan Aru. Nah ini, di mana kerugian konstitusionalnya sedangkan yang yang Saudara persoalkan ada pertentangan antara konflik rule-nya itu 10

12 boetsing, pertentangan rule-nya itu Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2003 dengan lampiran itu, oleh karena kalau kita minta petitum Saudara minta lampiran dua itu gara-gara yang seharusnya Mendagri menurut penafsiran Saudara kenapa ditandatanganni oleh presiden. Undangundang itu memang lahirnya dari presiden, nah itu. Nah ini saran Panel bahwa di mana sebenarnya kerugian konstitusional? Di mana letaknya? Sedangkan yang Saudara persoalkan lampiran dua. Lampiran dua memang memberikan satu gambaran peta bahwa Seram Bagian Timur, Seram Bagian Barat, dan Kepulauan Aru, dan dalam posita Saudara hanya mempersoalkan adanya rentang kendali, rentang administratif. Setelah saya mendengar tadi penjelasan Saudara Anthoni tadi, Kuasa Hukum. Panel ini meminta penjelasan yang rinci, Saudara apanya di sini kerugian konstitusionalnya? Sedangkan ini Saudara pertentangkan antara batang tubuh dengan lampiran, kan itu pertentangan batang tubuh dengan lampiran, oleh karena ini tumbuh dari bawah, ya tentu dibicarakan DPR, Gubernur dengan Mendagri selaku pemerintah. Barangkali Pak Ketua demikian. 23. KETUA : Dr. MUHAMMAD ALIM, S.H., M.Hum. Saudara Kuasa Hukum dari Pemohon Prinsipal, diperhatikan baikbaik saran dari panel, karena begini Saudara Pemohon, renungkan baikbaik, karena begini di sini tidak menguji undang-undang terhadap undang-undang lain, apalagi satu undang-undang yang sama lampirannya dan batang tubuhnya dalam hal ini Pasal 7 ayat (5) ini tidak berwenang, bukan kewenangan kami itu. Nah, itu perhatikan baik-baik, karena kalau tidak berwenang itu aturan acaranya itu, ya Anda sudah tahu toh? Kalau kita tidak berwenang ya N.O itu ibaratnya. Jadi direnungkan baik-baik ada di Pasal 24C, hal-hal apa saja yang diadili oleh Mahkamah Konstitusi dalam hal ini Mahkamah Konstitusi yang merupakan Pleno nanti, sekarang ini kan Pemeriksaan Pendahuluan saja, jadi begitu Saudara. Sudah cukup Pak? Kalau begitu, saya persilakan Pak? 24. HAKIM KONSTITUSI : Dr. H.M. ARSYAD SANUSI, S.H., M.Hum Saudara Pemohon, kasus macam ini memang banyak di wilayahwilayah lain. Kenapa demikian, oleh karena, katakanlah satu kabupaten, ada kecamatan, ada desa, yang notabene, induk kecamatan ini, kecamatan ini, itu sebenarnya yang boleh dikata menghidupi seluruh kabupaten ini ya? Di sana ada batubaranya, di sana ada emasnya, di sana ada ikannya, sedangkan yang lainnya itu kering. Kemudian terjadi pemekaran, otomatis bupatinya mencak-mencak, pasti mencak-mencak itu, Jangan, jangan, pemekaran itu, kan begitu. Nah, kalau di sini saya lihat Saudara Pemohon itu hanya 11

13 rentangkan dalih di daerah jauh, biaya sebegini, pulang-balik dan lain sebagainya, nah itu. Nah, jadi ini mohon direnungkan betul-betul oleh karena batu uji yang Saudara kemukakan di sini juga, ya? Pasal 27 hak persamaan hukum dalam pemerintahan. Ya sudah, grassroot-nya ini ya sudah ya, perhatikan di sini. Kemudian Pasal 28D pengakuan jaminan diakui, dijamin, karena ini tumbuh dari bawah. Pasal 28H perlakuan khusus memperoleh kesempatan, terjadi pemekaran, jadi saya ini minta Pak Anthoni Hantane ini sudah terkenal, Pak Simon Noy, ya? Simon Noy ini dalam beracara ini mohon diperhatikan betul ini, sebab kita membicarakan ini yang notabene sebenarnya proses ini juga adanya komplain sikap daripada raja-raja yang difasilitasi oleh gubernur dengan Mendagri. Nah, sekarang kan belum terwujud walaupun Saudara katakan dua, tiga kali, belum selesai-selesai ya? Tetapi itu kalau dibicarakan dengan tenang, dengan baik ya, ya tentu bisa selesai ya, Saudara setuju pemekaran wilayah-wilayah, tetapi daerah-daerah ini barangkali, Pak ini, desa saya jangan diambil, kan begitu? Tetap batas ini, nah itu. Jadi masih internal. Tetapi di mana konstitusionalnya yang dilanggar itu sehingga hakhak Saudara merasa dirugikan? Katakanlah ada potensial yang dirugikan, tetapi kita lihat di sini karena ada apa yang dikemukakan Pak Akil dan Pak Ketua tadi ini mengatakan bahwa loh kok ini sifatnya sementara, nah itu. Masih berproses. Nah, itu ya Saudara Anthoni dan kawankawan? Nah, mohon ini direnungkan, dipikirkan. Barangkali demikian Pak Ketua. 25. KETUA : Dr. MUHAMMAD ALIM, S.H., M.Hum. Tidak menggurui tetapi sekedar mengingatkan ya? Kita sesama manusia harus mengingatkan. Begini, Pasal 24C itu diulangi dalam Pasal 10 Undang-Undang Mahkamah Konstitusi. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 dan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. Itu weweng kami hanya begini, tolong di dengarkan Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final, untuk satu ini menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar jadi bukan Undang-Undang terhadap Undang-Undang yang lainnya. Umpamanya Undang-Undang Nomor 1 lawan Undang-Undang Nomor 2 tidak bisa. Apalagi Undang-Undang Nomor 40 antara batang tubuh dengan lampirannya, tidak bisa. Bukan wewenang kami, oke. Itu nomor satu kewenangannya. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar. Contohnya dulu pengawasan hakim antara Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial. Nah, itu diadili oleh Mahkamah Konstitusi. 12

14 Memutus Pembubaran Partai Politik, ini bukan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum, ini bukan juga, tetapi khusus pengujian Undang-Undang hanya Undang-Undang terhadap Undang- Undang Dasar dan tidak terhadap Undang-Undang terhadap Undang- Undang yang lainnya ataupun Undang-Undang yang sama dengan pasal yang satu dengan yang lainnya, atau pasal satu dengan lampirannya, atau penjelasannya dengan lampirannya, dan lain-lain, tidak. Itu bukan wewenang kami. Kemudan yang satu kewajibannya itu, Memutus pendapat dari DPR bahwa Presiden telah melanggar konstitusi atau melakukan tindak pidana yang berat. Itu yang biasa dikenal dengan impeachment. Hanya itu yang kami bisa. Kalau menguji Undang-Undang terhadap Undang- Undang lain, membatalkan, tidak berwenang kami ya? Jadi tolonglah Saudara renungi baik-baik, untuk kebaikan bersama. Oke, ada mungkin, ada respon? Silakan. 26. KUASA HUKUM PEMOHON : ANTHONI HANTANE, S.H. Terima kasih Majelis yang kami hormati. Atas pertanyaan tadi kami belum sempat menjawab secara rinci atas pertanyaan Anggota Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, bahwa kedudukan hak konstitusional yang dirugikan di mana? Pertama mungkin kami akan menjelaskan dari awal bahwa dalam suatu proses pemekaran, dasarnya adalah aspirasi dari bawah. Itu pendapat kata pendapat Majelis, tetapi dalam kenyataannya untuk pembentukkan kabupaten Kepulauan Aru, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Maluku Tengah, khusus pada lampiran dua yang di Pasal 7- nya itu, ternyata aspirasi itu bukan tumbuh dari bawah, tetapi aspirasi itu datang tanpa diketahui oleh Para Pemohon Prinsipal saat ini mengajukan permohonan. Nah, pada tahun 2003, setelah berlakunya undang undang itu, wilayah administrasi SBB dalam implementasinya, dalam pelaksanaannya, itu belum dilaksanakan. Nanti setelah Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2006 baru pemerintah SBB, dan Pemerintah Provinsi, sampai kepada Mentri Dalam Negeri, memulai untuk melakukan penetapan batas wilayah yang mana Para Pemohon mulai sebelum berlakunya Undang Undang Nomor 40 Tahun 2003, mereka masih mengetahui bahwa mereka berada, karena secara riil, secara fakta, mereka berada dalam wilayah administratif Kabupaten Maluku Tengah. Tetapi pada Tahun , itu penetapan batas wilayahnya sesuai dengan Undang Undang Nomor 40 ditetapkan pada batas yang tidak sesuai dengan apa yang diputuskan oleh DPR. DPR pada saat itu, yang tadi Majelis katakan, salah satu Anggota Majelis katakan bahwa tumbuh dari aspirasi masyarakat dan ini oleh pemerintah daerah induk diusulkan ke atas lewat utusan DPR. Dalam keputusan DPR, kami ada lampirkan dari bukti kami, keputusan DPR batas di wilayah bagian timur, 13

15 itu bukan di sungai Tala, kami ulangi, bukan di sungai Mala, tetapi di sungai Tala, batas antara kecamatan Kairatu dan kecamatan Amahae. Sedangkan batas di bagian selatan itu bukan di Laut Banda tetapi di Laut Buruh. Nah, maka kami sependapat dengan apa yang dikatakan Majelis Konstitusi bahwa aspirasi untuk menguji/menyampaikan suatu produk pembuatan undang-undang apalagi untuk pemekaran suatu wilayah itu harus tumbuh dari bawah. Tapi kenyataan yang kami dapatkan, dan Pemohon dapatkan, aspirasi itutidak tumbuh dari bawah, tiba-tiba lampiran ini, dia berada tidak sesuai dengan apa yang diusulkan dan apa yang diputuskan oleh DPR dan kabupaten induk pada saat itu yang menetapkan bahwa batas wilayah Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Seram Bagian Barat khusus di bagian Timur adalah di Sungai Tala, Kecamatan Kai Ratu dan Kecamatan Amahai. Sedangkan di bagian selatan adalah di Llaut Buruh memanjang lurus sampai ke Selat Seram. Tapi kenyataannya, dalam undang-undang apa yang diusulkan itu tidak berlaku seperti aspirasi yang tumbuh dari para masyarakat, dalam hal ini para Pemohon. Akhirnya para Pemohon pada kesempatan yang mulia ini menyampaikan permohonan untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Kami sangat berterima kasih karena apa yang sudah dinasehati oleh Majelis terhadap kami, untuk dapat kami merenungkan kembali dan memperbaiki kembali apa yang menjadi dasar sehingga kewenangan konstitusional daripada masyarakat dan kewenangan Mahkamah Konstitusi sebagaimana dimaksud dan dinasihati oleh Majelis dapat terpenuhi. Terima kasih. 27. HAKIM KONSTITUSI : H.M. AKIM MOCHTAR, S.H. M.H. Saudara Pemohon, Saudara mengatakan bahwa Kabupaten Seram Barat sebelah mana yang berbatasan dengan sungai Mala tadi? Sebelah Timur. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Seram Utara dan Kecamatan Amahae Kabupaten Maluku Tengah dan Selat Seram. Ini ketentuan Pasal 7 ayat (2), tidak ada menyebutkan Sungai Mala di situ. 28. KUASA HUKUM PEMOHON : ANTHONI HANTANE, S.H. Di Pasal 7 betul, ditetapkan bahwa sebelah Timur itu berbatas di Kecamatan Amahae dan Kecamatan Seram Utara. Kecamatan Amahae dalam lampirannya(...) 29. HAKIM KONSTITUSI : H.M. AKIM MOCHTAR, S.H. M.H. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Seram Utara dan Kecamatan Amahae Kabupaten Maluk Tengah dan Selat Seram, itu batas sebelah Timur. 14

16 Jadi kalau dia di sebelah Timur itu berbatasan dengan Kecamatan Seram Utara, maka di mana batas wilayah Seram Utara yang dulu itulah yang menjadi batas wilayah kan? Kemudian juga dengan berbatasan Kecamatan Amahae, itu masuk Kabupaten Maluku Tengah. Jadi di mana batas wilayah Kecamatan Amahae, maka di situlah batasnya, dan Selat Seram. Oleh sebab itu, begini ya Saudara Pemohon sekali lagi, baca baikbaik ayat (5) nya. Penentuan batas wilayah Kabupaten Seram bagian Timur, Seram bagian Barat, dan Kabupaten Kepulauan Aru, secara pasti di lapangan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. Oleh sebab itu, memang peta adminstrasi itu memang belum pasti. Dia hanya peta administratif untuk melampiri keputusan ini. Jadi batas yang pasti harus diukur di lapangan kembali. itu yang saya maksudkan bahwa kalau tadi, saya kira itu kita harus clear dulu, bahwa lampiran administratif itu ditandatangani oleh presiden karena dia lampiran undang-undang, bukan peta yang sebagaimana ketentuan Pasal 3 ayat (5), bukan. Pasal 7 ayat (5) itu harus mengeluarkan peta baru sebagai produk Keputusan Menteri Dalam Negeri yang sudah diukur di lapangan secara pasti dengan melibatkan Pemerintah Daerah/stakeholder lah, pokoknya termasuk masyarakat. Oleh sebab itu, batas itu belum pasti memang. Ini kan istilahnya digambar di atas meja saja itu, belum dilakukan pengukuran di lapangan, karena memang belum diselesaikan di lapangan, karena orang berpatokan kepada peta administrasi itu, sehingga ada merasa raja-raja ini ada merasa batas-batas wilayahnya menjadi tidak pasti, tapi untuk kepastian hukumnya memang harus di lapangan. Ini adalah soal regulasi daripada undang-undang ini harus dijalankan oleh pemerintah, dalam hal ini Mendagri. Artinya Pasal 7 ayat (5) itu imperatif mengikat Mendagri. Kalau lampiran, saya kira itu sudah selesai, kita perdebatan soal itu sudah selesai. Tapi batas pastinya, Kabupaten Seram itu adalah Pasal 7 ayat (2) tapi kan, di mana Kecamatan Seram Utara itu? Di lapangannya di mana? Kan belum diukur, kan ini baru pakai tanda-tanda alam, laut Banda, gunung di sebelah sana, tapi pastinya belum diukur. Itu yang harus dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri. Kalau itu, maka menjadi kewenangan dari kabupaten yang dibentuk ini kepada Mendagri untuk merealisasikan Pasal 7 ayat (5). Jadi tadi saya hanya tergelitik kembali bicara ini karena Saudara bilang di selat apa tadi, Sungai Mala, sementara di sini belum ada, karena belum ada patokan di sini. Jangan lihat petanya, peta itu lampiran saja tapi batas yang disebutkan undang-undang itu, Pasal 2. Saya kira itu saja dari saya, tambahan saja. Tapi baiklah, Saudara bisa pertimbangkan, kan ada waktu 14 hari untuk perbaikan, terima kasih. 15

17 30. HAKIM KONSTITUSI : Dr. H.M. ARSYAD SANUSI, S.H., M.Hum. Tambahan Saudara Pemohon. Dengan meminta dalam petitum Saudara agar lampiran dua itu batal demi hukum dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Berarti pemekaran wilayah yang terjadi tidak ada. Aspirasi rakyat dari bawah minta pemekaran, kalau lampiran dua hilang, dibatalkan, sama saja Undang-Undang 40 Tahun 2003 itu batal demi hukum. Lampiran dua menjelaskan tentang batas yurisdiksi peta masing-masing wilayah tiga kabupaten. Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Seram Bagian Barat, dan Kepulauan Aru. Apa tidak masuk itu? Meminta lampiran ke dua ini, katakanlah dia buiten effect stellen [sic!]/tidak mempunyai kekutan hukum mengikat/batal demi hukum, lalu pemekaran itu terjadi tidak? Kalau itu dibatalkan berarti seluruh Undang-Undang 40 Tahun 2003 ini, tidak ada pemekaran, kan begitu? Karena lampiran dua ini menyatakan dalam Pasal 4 ini, batas wilayah ayat (1), (2), dan (3) dalam peta wilayah merupakan bagian tidak terpisahkan, betul ya. Sedangkan lampiran dua ini, Undang-Undang 40 Tahun 2003 ini, itu sudah ada di situ. Wilayah Seram Bagian Barat, Timur, kemudian kalau itu yang diminta dihapuskan, berarti apakah perlu ada pemekaran? Seolah-olah Saudara tidak setuju dengan pemekaran. Coba direnungkan betul-betul, karena in masih 14 hari. Saya pikir sekarang ini tidak bisa lagi kita, pemerintah tidak mendengar jeritan aspirasi rakyat bahwa ini masih bisa dipersoalkan dengan DPR, gubernur, bupati, berembuk bersama dengan Mendagri sama Presiden. Tidak bisa ditutup-tutupi dan tidak bisa tidak diselesaikan. Tetapi kalau Saudara minta lampiran duanya berarti batas wilayah tiga kabupaten ini hilang, kan begitu. Sedangkan ini Saudara, itulah yang saya awal di dalam pertanyaan saya, Apakah pemekaran ini kehendak rakyat? Saudara katakan, Ya, ini aspirasi dari bawah. Tentang Seram Timur, Seram Barat, kemudian Aru. Masuk ini ada paksaan soalnya ada tiba-tiba muncul, jadi ini melihat ini. kami sangat memahami perasaan-perasaan Saudara di daerah terhadap hal semacam, ini apalagi raja. 31. HAKIM KONSTITUSI : H.M. AKIM MOCHTAR, S.H. M.H. Saudara Pemohon, ini Serang Barat sudah definitif Kabupatennya? Sudah ada kepala daerahnya, hasil Pilkada? Artinya definitif pemerintahan sudah ada ya? DPRD sudah? Bupati juga sudah? Serang Barat ini, artinya Pemerintah otonomnya sudah ada ya? 32. KETUA : Dr. MUHAMMAD ALIM, S.H., M.Hum. Saudara renungkan baik-baik ya, rembuk dengan yang lain-lain karena sebenarnya ini persoalan ini ada di tangan Mendagri untuk 16

18 membuat peta yang konkrit yang definitif dan tentu saja Mendagri akan mendengarkan aspirasi dari anggota DPR, dan lain-lain, ketua-ketua adat begitu. Kira-kira tolonglah Saudara bicarakan sebaik-baiknya barangkali buat Saudara ada waktu 14 hari untuk memperbaiki permohonannya tahu bisa, Saudara menetukan sikap misalnya mencabut dan lain-lain itu terserah Saudara. Cuma yang Saudara ingat itu bahwa kewenangan kami hanya pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar tidak dengan undang-undang yang lain ataupun bagian dari undangundang itu, itu satu. Ke dua perlu juga Saudara tahu bahwa suatu undang-undang yang dibuat secara sah, itu tidak mungkin dinyatakan batal demi hukum hanya dapat dibatalkan kalau tidak dinyatakan tidak mengikat kalau bertentangan dengan Konstitusi, kalau dengan undang-undang lain tidak bisa. Kami tidak berwenang untuk itu. Nanti seandainya nanti Mendagri membuat peta dan itupun tidak cocok, itu juga tidak bisa masuk kemari karena itu katakanlah semacam aturan yang dibawa oleh undangundang itu, kami tidak berwenang mengadilinya. Tolonglah Saudara pikirkan baiknya ya, demi kebaikan bersama. Baiklah, dengan demikian sidang perkara ini ditutup. KETUK PALU 3 X SIDANG DITUTUP PUKUL