BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beta karoten merupakan salah satu bentuk karotenoid yaitu zat yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beta karoten merupakan salah satu bentuk karotenoid yaitu zat yang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beta karoten merupakan salah satu bentuk karotenoid yaitu zat yang disintesis oleh tanaman, alga, dan bakteri fotosintesis sebagai sumber warna kuning, oranye, dan merah bagi tumbuhan (International Agency for Research on Cancer, 1998). Sebagian beta karoten diubah menjadi vitamin A yang keduanya dapat bertindak sebagai antioksidan di dalam tubuh untuk melawan radikal bebas yang menjadi penyebab kebanyakan dari penyakit degeneratif dan kronis seperti penyakit kardiovaskular, neurodegeneratif, kanker, penyakit autoimun, rheumatoid artritis, katarak, dan aging (Tapan, 2005; Pham-Huy dkk., 2008). Beta karoten banyak dikonsumsi sebagai suplemen karena sifatnya sebagai antioksidan tersebut. Pemanfaatan karotenoid sebagai bahan fungsional dalam makanan dan minuman saat ini masih terbatas karena memiliki kelarutan yang rendah di dalam air, titik leleh yang tinggi, ketidakstabilan secara kimiawi, serta bioavailabilitas yang rendah (Qian dkk., 2012). Sifat beta karoten yang tidak larut di dalam air (United States Pharmacopeial Convention, 2006) menyebabkan beta karoten harus dikonsumsi bersama dengan makanan atau susu untuk membantu kelarutannya di dalam tubuh sehingga dapat diabsorbsi dan menimbulkan efek. Banyak peneliti (Yuan dkk., 2008; Silva dkk., 2011; Qian dkk., 2012) yang telah mengembangkan sediaan nanoemulsi beta karoten. Fase air yang terdapat di 1

2 2 dalam sediaan nanoemulsi dikhawatirkan akan mempengaruhi stabilitas beta karoten (Gupta dkk., 2011). Adanya kandungan oksigen dalam air akan menyebabkan sifat antioksidan beta karoten menurun (Sutresna, 2008). Selain itu, air akan mempengaruhi stabilitas biologi beta karoten karena kandungan air yang tinggi memicu pertumbuhan mikroba (Arisman, 2008). Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan formulasi sediaan SNEDDS (Self-Nanoemulsifying Drug Delivery Sistem) yaitu sistem yang terdiri dari campuran minyak, surfaktan, dan kosurfaktan. SNEDDS dapat membentuk nanoemulsi secara spontan ketika bertemu fase air melalui agitasi yang ringan dalam lambung dengan ukuran tetesan emulsi berkisar nanometer (Mahmoed dkk., 2013). SNEDDS akan menghasilkan sediaan yang lebih stabil secara biologi dan kimiawi serta volume penggunaan yang lebih acceptable dibandingkan bentuk sediaan nanoemulsi. Sifat-sifat yang dimiliki SNEDDS antara lain memiliki kapasitas kelarutan yang tinggi, ukuran partikel yang kecil, dan stabilitas fisik yang sangat baik. SNEDDS dapat meningkatkan permeasi melewati membran usus, mengurangi atau menghilangkan efek makanan, dan meningkatkan bioavaibilitas obat (Rane dan Anderson, 2008; Wasan dkk., 2009). Pada penelitian ini, formulasi SNEDDS beta karoten dilakukan dengan menggunakan minyak zaitun (Olea europaea) serta surfaktan dan kosurfaktan yang sesuai. Minyak zaitun dipilih sebagai fase minyak dalam pembuatan sediaan SNEDDS ini karena memiliki sifat antioksidan yang dapat melindungi beta karoten dari proses degradasi serta dapat meningkatkan absorbsi karotenoid di

3 3 dalam tubuh (Vissers dkk., 2004). Hasil sediaan tersebut kemudian dioptimasi berdasarkan waktu emulsifikasi dan kejernihan nanoemulsi yang dihasilkan. Kemudian dilakukan karakterisasi meliputi stabilitas fisik di dalam cairan lambung buatan, ukuran dan distribusi ukuran tetesan nanoemulsi, serta potensial zeta nanoemulsi formula optimum. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan bentuk sediaan beta karoten yang memiliki sistem penghantaran lebih baik daripada bentuk sediaan beta karoten lain yang sudah ada di pasaran, yaitu tablet dan kapsul. B. Rumusan Masalah 1. Berapa perbandingan minyak zaitun, surfaktan, dan kosurfaktan optimum yang dapat digunakan untuk membuat sediaan SNEDDS beta karoten dengan dosis 3 mg/g? 2. Bagaimana karakteristik SNEDDS beta karoten dengan formula optimum meliputi waktu emulsifikasi, nilai transmitan nanoemulsi, stabilitas fisik nanoemulsi dalam media AGF (artificial gastric fluid), ukuran dan distribusi ukuran tetesan nanoemulsi, serta potensial zeta nanoemulsi?

4 4 C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui perbandingan minyak zaitun, surfaktan, dan kosurfaktan optimum yang dapat digunakan untuk membuat sediaan SNEDDS beta karoten dengan dosis 3 mg/g. 2. Mengetahui karakteristik SNEDDS beta karoten dengan formula optimum meliputi waktu emulsifikasi, nilai transmitan nanoemulsi, stabilitas fisik nanoemulsi dalam media AGF (artificial gastric fluid), ukuran dan distribusi ukuran tetesan nanoemulsi, serta potensial zeta nanoemulsi. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai formulasi SNEDDS beta karoten sehingga dapat menjadi alternatif dalam formulasi beta karoten terutama untuk penggunaan per oral.

5 5 E. Tinjauan Pustaka 1. Beta Karoten Karotenoid merupakan zat yang disintesis oleh tanaman, alga, dan bakteri fotosintesis. Molekul karotenoid yang kaya akan warna merupakan sumber warna kuning, oranye, dan merah bagi tumbuhan (International Agency for Research on Cancer, 1998). Karotenoid provitamin A merupakan karotenoid yang dapat dikonversi menjadi retinol seperti alfa karoten, beta karoten, dan beta kriptoksantin sedangkan karotenoid non provitamin A merupakan karotenoid yang tidak memiliki aktivitas vitamin A seperti likopen, lutein, dan zeaksantin (United States Department of Agriculture, 2000). Karena warnanya mempunyai kisaran dari kuning sampai merah, maka deteksi panjang gelombangnya diperkirakan antara nm (Schwartz dan Elbe, 1996). Beta karoten merupakan salah satu bentuk karotenoid yang dapat ditemukan pada buah-buahan berwarna hijau tua atau kuning tua (seperti wortel). Sebagian beta karoten diubah menjadi vitamin A yang keduanya dapat bertindak sebagai antioksidan di dalam tubuh (Tapan, 2005). Beta karoten banyak dikonsumsi sebagai suplemen karena memiliki berbagai manfaat antara lain untuk kesehatan mata, mencegah penyakit kanker, meningkatkan daya tahan tubuh melalui peningkatan komunikasi antarsel, mengurangi risiko terjadinya stroke, dan memberikan efek analgetik serta antiinflamasi (Kasih, 2008). FDA (2015) merekomendasikan diet vitamin A dalam sehari adalah sebesar 5000 IU atau setara dengan 3 mg beta karoten sintesis.

6 6 Gambar 1. Struktur kimia beta karoten (Kusumaningtyas and Limantara, 2009) Beta karoten memiliki nama kimia (all-e)-1,1'-(3,7,12,16-tetramethyl- 1,3,5,7,9,11,13,15,17-octadecanonaene-1,18-diyl)bis(2,6,6- trimethylcyclohexene). Beta karoten mengandung tidak kurang dari 96,0 persen dan tidak lebih dari 101,0 persen rumus molekul C 40 H 56 dengan bobot molekul 536,87 g/mol serta titik leleh antara 176 o dan 182 o yang disertai dekomposisi. Senyawa ini harus disimpan dalam kemasan tertutup rapat dan terlindung dari cahaya karena mudah terdegradasi oleh oksidan serta cahaya (USP Convention, 2006). Beta karoten yang termasuk dalam golongan karotenoid memiliki sifat larut dalam minyak, kloroform, benzena, karbon disulfida, aseton, dan petroleum eter; tidak larut dalam air, etanol, dan metanol dingin; peka terhadap oksidasi, autooksidasi, dan cahaya; serta memiliki ketahanan panas dalam keadaan vakum (Meyer, 1966 dalam Gunawan, 2009). Faktor utama yang mempengaruhi karotenoid selama pengolahan dan penyimpanan adalah oksidasi oleh oksigen maupun perubahan struktur oleh panas. Pemanasan sampai dengan suhu 60 0 C akan mengakibatkan perubahan stereoisomer pada beta karoten. Panas juga akan menyebabkan dekomposisi pada beta karoten (Klauni dan Bauernfeind, 1981 dalam Gunawan, 2009). Beta karoten adalah senyawa tetraterpen yaitu tersusun dari 8 unit isoprena yang mengalami siklisasi pada kedua ujungnya (Dreasti, 2012). Tetraterpen merupakan senyawa terpen rantai panjang sehingga memiliki

7 7 sifat yang tidak dapat menguap pada suhu ruang, berbeda dengan terpen rantai pendek seperti monoterpen dan seskuiterpen yang mudah menguap pada suhu ruang (Bach dan Rohmer, 2012). 2. Minyak Zaitun Minyak zaitun adalah minyak yang diperoleh dari buah pohon zaitun (Olea europaea). Minyak zaitun memiliki kandungan utama asam lemak tidak jenuh antara lain asam oleat (80%), asam linoleat (6%), asam linolenat (0,7%), dan asam palmitoleat (0,6%). Minyak zaitun juga mengandung asam lemak jenuh, antara lain asam palmitat (9%), asam stearat (3%), dan asam arakidat (0,4%) (Singh dkk., 2009). Minyak zaitun merupakan salah satu minyak alami yang dapat digunakan untuk pembuatan SNEDDS (Dash dkk., 2015). Minyak zaitun banyak dipilih sebagai fase minyak dalam formulasi SNEDDS karena mengandung asam oleat yang memiliki kemampuan self-emulsifying yang tinggi dan kapasitas drug loading yang besar (Surya, 2014). Gambar 2. Struktur kimia asam oleat (Kelter dkk., 2009) Karakteristik minyak zaitun yang memiliki kandungan utama asam lemak tidak jenuh menguntungkan dalam pembuatan SNEDDS beta karoten ini karena karotenoid lebih tahan disimpan dalam lingkungan asam lemak tidak jenuh daripada asam lemak jenuh. Asam lemak tersebut lebih mudah menerima radikal bebas dibandingkan dengan karotenoid. Sehingga apabila ada faktor yang menyebabkan oksidasi, asam lemak akan teroksidasi terlebih dahulu dan karotenoid akan telindungi lebih lama (Chichester dan Feeters, 1970). Minyak

8 8 zaitun juga mengandung vitamin E yang diketahui dapat meningkatkan efisiensi absorbsi karotenoid di dalam tubuh serta dapat bertindak sebagai antioksidan yang melindungi karotenoid dari degradasi (Moore, 1957). 3. SNEDDS (Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System) SNEDDS adalah sistem yang terdiri dari campuran minyak, surfaktan, dan kosurfaktan yang dapat membentuk nanoemulsi secara spontan ketika bertemu fase air melalui agitasi ringan di dalam lambung dengan ukuran tetesan emulsi berkisar nanometer (Mahmoud dkk., 2013). SNEDDS secara spontan apabila terkena cairan lambung akan membentuk nanoemulsi minyak dalam air dengan ukuran tetesan kurang dari 100 nm (Mou dkk., 2008; Thakur dkk., 2013). Kelebihan SNEDDS dibandingkan nanoemulsi yang mengandung air adalah lebih stabil dan lebih kecil volumenya sehingga memungkinkan untuk dijadikan bentuk sediaan hard atau soft gelatin capsule. SNEDDS juga dapat meningkatkan kelarutan obat yang sukar larut dalam air dengan melewati tahapan disolusi obat. Selain itu, SNEDDS dapat meningkatkan ketersediaan hayati obat di dalam plasma darah (Gupta dkk., 2011). SNEDDS memiliki komponen utama berupa minyak sebagai pembawa obat, surfaktan sebagai pengemulsi minyak ke dalam air melalui pembentukan dan penjagaan stabilitas lapisan film antarmuka, dan kosurfaktan untuk membantu tugas surfaktan sebagai pengemulsi. Perbandingan dan sifat fisikokimia masing-masing komponen SNEDDS, ph dan suhu saat emulsifikasi terjadi, serta sifat fisikokimia obat akan mempengaruhi karakteristik formula SNEDDS (Obitte dkk., 2011).

9 9 Komponen utama SNEDDS antara lain a. Fase minyak Minyak merupakan komponen paling penting dalam formulasi SNEDDS karena berperan sebagai pembawa obat hidrofobik dalam jumlah tertentu dan mampu meningkatkan fraksi obat hidrofobik yang tertransport melalui sistem intestinal limfatik sehingga meningkatkan absorpsi dari saluran gastro intestinal tergantung dari struktur molekul trigliserida (Gursoy dan Benita, 2004). Kelarutan obat pada fase minyak menentukan efisiensi drug loading dan bagian terlarut obat selama penyimpanan dan dilusi in vivo. Minyak yang dipilih untuk formulasi SNEDDS adalah minyak yang mampu melarutkan obat secara maksimal dan juga mampu menghasilkan nanoemulsi dengan ukuran tetesan yang diharapkan (Makadia dkk., 2013). Penelitian ini menggunakan minyak zaitun (Olea europaea) sebagai fase minyak karena memiliki kandungan utama asam lemak tidak jenuh yang dapat bertindak sebagai antioksidan sehingga dapat melindungi beta karoten dari degradasi serta dapat meningkatkan absorbsi karotenoid di dalam tubuh (Vissers dkk., 2004). b. Surfaktan Surfaktan merupakan komponen lain yang juga vital dalam formulasi SNEDDS (Makadia dkk., 2013). Surfaktan berperan mengurangi tegangan antar muka minyak dengan air saat pembentukan emulsi. Komposisi surfaktan dalam formulasi SNEDDS tidak boleh terlalu banyak karena dapat mengakibatkan iritasi saluran cerna sehingga jumlahnya harus disesuaikan. Surfaktan yang

10 10 bersifat amfifilik dapat melarutkan jenis obat hidrofobik dalam jumlah banyak (Sapra dkk., 2012). Surfaktan dengan nilai HLB < 10 bersifat hidrofobik seperti sorbitan monoester dapat membentuk nanoemulsi air dalam minyak (w/o). Sedangkan surfaktan dengan nilai HLB > 10 bersifat hidrofilik seperti polisorbat 80 dapat membentuk nanoemulsi minyak dalam air (o/w). Dalam beberapa formulasi, dapat digunakan campuran surfaktan hidrofobik dan hidrofilik untuk membentuk nanoemulsi dengan karakteristik yang diinginkan (Debnath dkk., 2011). Kemampuan emulsifikasi surfaktan menentukan kemampuan SNEDDS terdispersi secara cepat dalam kondisi pengadukan ringan. Surfaktan juga meningkatkan kemampuan minyak dalam melarutkan obat (Patel dkk., 2011). Surfaktan nonionik yang larut air banyak digunakan dalam formulasi SNEDDS. Surfaktan jenis ini juga lebih aman, biokompatibel dan tidak terpengaruh oleh ph jika dibandingkan dengan jenis surfaktan ionik (Singh dkk., 2009). Surfaktan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Tween 80 Tween 80 atau polyoxyethylene (20) sorbitan monooleate (C 64 H 124 O 26 ) merupakan salah satu surfaktan yang merupakan ester oleat dari sorbitol di mana tiap molekul anhidrida sorbitolnya berkopolimerisasi dengan 20 molekul etilenoksida.

11 11 Gambar 3. Struktur molekul Tween 80 (Rowe dkk., 2009) Tween 80 berwujud cairan kental berwarna kekuningan, memiliki nilai HLB 15, dan dikategorikan sebagai generally regarded as nontoxic and nonirritant dengan LD50 pemberian secara oral bagi tikus sebesar 25 g/kg BB (Rowe dkk., 2009; Zhao dkk., 2010). 2) Tween 20 Tween 20 atau polisorbat 20 (C 26 H 50 O 10 ) memiliki berat molekul 1128 g/mol (Rowe dkk., 2009). Tween 20 adalah ester laurat dari sorbitol dan anhidridanya berkopolimerisasi dengan sekitar 20 molekul etilen oksida untuk setiap molekul sorbitol dan anhidrida sorbitol. Nilai HLB Tween 20 adalah 16,7. Gambar 4. Struktur molekul Tween 20 (Rowe dkk., 2009) w + x + y + z = 20; R = asam laurat Penampilan fisik Tween 20 berupa cairan, berwarna kuning muda hingga coklat muda, dan berbau khas lemah. Tween 20 larut di dalam air, etanol, etil

12 12 asetat, metanol, dan dioksan, serta tidak larut dalam minyak mineral (Depkes RI, 1995). c. Kosurfaktan Kosurfaktan merupakan senyawa ampifilik yang memiliki afinitas terhadap fase air dan minyak. Kosurfaktan digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan drug loading pada sistem SNEDDS, memodulasi waktu selfnanoemulsification, memodulasi ukuran tetesan nanoemulsi, serta meningkatkan kemampuan spontanitas surfaktan untuk membentuk sistem nanoemulsi. Pada SNEDDS, umumnya kosurfaktan yang digunakan berupa alkohol rantai pendek yang terbukti dapat menurunkan tegangan antarmuka dan pembentukan spontan nanoemulsi (Makadia dkk., 2013). Kosurfaktan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) PEG 400 Gambar 5. Struktur molekul PEG 400 (Rowe, 2009) PEG 400 atau polietilenglikol memiliki rumus kimia H(O-CH 2 -CH 2 )noh dimana harga n antara 8,2 dan 9,1. Wujud PEG 400 berupa cairan kental jernih, tidak berbau atau praktis tidak berwarna, dan memiliki bau khas lemah. PEG 400 larut dalam air, dalam etanol (95%) P, dalam aseton P, dalam glikon lain dan dalam hidrokarbon aromatik; praktis tidak larut dalam eter P dan dalam hidrokarbon alifatik (Depkes RI, 1979).

13 13 2) Propilen glikol Gambar 6. Struktur molekul propilen glikol (Rowe, 2009) Propilen glikol memiliki bobot molekul 76,09 g/mol (Rowe dkk., 2009). Wujud dari propilen glikol berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna, berasa khas, praktis tidak berbau, dan menyerap air pada udara lembap. Propilen glikol dapat bercampur dengan air, aseton, dan kloroform. Selain itu, propilen glikol juga larut dalam eter dan beberapa minyak esensial tetapi tidak dapat larut dengan minyak lemak. Bobot jenis dari propilen glikol berkisar antara 1,035 dan 1,037 (Depkes RI, 1995). 4. Simplex Lattice Design Simplex lattice design merupakan salah satu metode optimasi, yaitu metode atau desain eksperimental untuk memudahkan dalam penyusunan dan interpretasi data secara matematis (Bolton, 1997). Simplex lattice design digunakan untuk menentukan formula optimum dari berbagai perbedaan jumlah komposisi bahan (dinyatakan dengan berbagai bagian), yang jumlah totalnya dibuat sama yaitu satu bagian. Profil respon dapat ditentukan melalui persamaan berdasarkan simplex lattice design sebagai berikut. Y = B1(A) + B2(B) + B12(A)(B)

14 14 Keterangan : B1 = Respon dari bahan A B2 = Respon dari bahan B B12 = 4 (Respon dari 50% bahan A dan 50% bahan B) 2 (Respon dari bahan A + Respon dari bahan B) (Bolton, 1997) Nilai respon yang didapat dari hasil percobaan disubtitusikan ke dalam persamaan di atas, maka dapat dihitung nilai koefisien a, b dan ab. Jika nilai-nilai koefisien ini telah diketahui, dapat pula dihitung nilai Y (respon) pada setiap variasi campuran A dan B sehingga didapatkan gambaran profilnya (Bolton, 1997). Metode ini digunakan untuk optimasi rasio komponen yang digunakan dalam pembuatan SNEDDS sehingga dapat dihasillkan SNEDDS dengan sifatsifat yang diharapkan.

15 15 F. Landasan Teori Beta karoten banyak digunakan sebagai suplemen karena merupakan salah satu antioksidan yang memiliki manfaat untuk mencegah berbagai penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh, dan memberikan efek analgetik dan antiinflamasi (Kasih, 2008). Sifat beta karoten yang tidak larut dan mudah teroksidasi di dalam air menjadi masalah dalam formulasi beta karoten untuk aplikasi per oral terkait disolusi, absorbsi, dan bioavailabilitasnya di dalam tubuh (Qian dkk., 2012). Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut adalah formulasi beta karoten dalam bentuk SNEDDS (Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System). SNEDDS adalah bentuk sediaan yang mengandung minyak, surfaktan, dan kosurfaktan yang dapat membentuk nanoemulsi secara spontan di dalam cairan gastrointestinal. SNEDDS memiliki ukuran tetes emulsi dalam kisaran nanometer sehingga dapat meningkatkan disolusi dan absoprsi oral lalu meningkatkan bioavailabilitas dalam tubuh secara signifikan (Nazzal dkk., 2002). Tidak adanya kandungan air di dalam SNEDDS memberikan keuntungan yaitu lebih menjaga stabilitas beta karoten dan memberikan kenyamanan penggunaan bagi pasien karena volume sediaan lebih kecil dibandingkan nanoemulsi konvensional. Beta karoten diketahui dapat larut di dalam minyak (Meyer, 1966 dalam Gunawan, 2009). Minyak zaitun digunakan sebagai fase minyak karena memiliki kandungan utama asam lemak tidak jenuh dan vitamin E yang dapat bertindak sebagai antioksidan sehingga dapat melindungi beta karoten dari degradasi serta

16 16 dapat meningkatkan absorbsi karotenoid di dalam tubuh (Vissers dkk., 2004; Moore, 1957). Surfaktan dan kosurfaktan yang kompatibel dengan minyak zaitun akan membentuk lapisan film dan menurunkan tegangan muka tetesan minyak sehingga dapat membentuk nanoemulsi secara spontan di dalam cairan gastrointestinal. Surfaktan yang digunakan dalam formulasi SNEDDS beta karoten ini adalah Tween 80 atau Tween 20 dan kosurfaktan yang digunakan adalah PEG 400 atau propilen glikol. Keberhasilan dalam formulasi SNEDDS dapat dilihat dari parameter waktu emulsifikasi, kejernihan, stabilitas fisik nanoemulsi dalam AGF, ukuran dan distribusi ukuran tetesan nanoemulsi yang dinyatakan dalam PI (polydispersity index), dan potensial zeta nanoemulsi. SNEDDS yang baik akan menghasilkan nanoemulsi dengan waktu emulsifikasi kurang dari satu menit (Makadia dkk., 2013), kejernihan atau nilai transmitan lebih dari 90% (Costa dkk., 2012), stabil secara fisik dalam AGF selama 4 jam (Ziessman dkk., 2007), ukuran tetesan nanoemulsi rata-rata kurang dari 100 nm dengan PI kurang dari 1 (Thakur dkk., 2013; Elsheikh dkk., 2012), dan potensial zeta lebih besar dari 30 mv dengan muatan negatif atau positif (Singh dan Liliard, 2009). Telah banyak formulasi SNEDDS yang berhasil dilakukan menggunakan surfaktan dan kosurfaktan yang digunakan dalam penelitian ini. Fitriani (2013) dalam penelitiannya berhasil memformulasikan SNEDDS Pentagamavunon-0 menggunakan minyak zaitun sebagai fase minyak, Tween 80 sebagai surfaktan, dan PEG 400 sebagai kosurfaktan. Fathirnadiva (2015) dalam penelitiannya berhasil memformulasikan SNEDDS ekstrak akar purwoceng gunung dengan

17 17 asam oleat sebagai fase minyak, Tween 20 sebagai surfaktan, dan propilen glikol sebagai kosurfaktan. Beta karoten juga sudah pernah diformulasikan ke dalam bentuk nanoemulsi oleh Qian dkk. (2012) dengan menggunakan trigliserida rantai panjang sebagai fase minyak dan Tween 20 sebagai surfaktan. Perbandingan yang digunakan untuk komposisi minyak, surfaktan, dan kosurfaktan dalam pembuatan SNEDDS beta karoten diperkirakan adalah 1:8:1 berdasarkan pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, antara lain oleh Rachmawati dkk. (2010) dan Rachmawati dkk. (2014) dalam pembuatan SNEDDS Bovine Serum Albumine dan kurkumin yang memiliki permasalahan kelarutan di dalam air seperti beta karoten (Diederich dan Noworyta, 2012). Berdasarkan hasil beberapa penelitian yang telah disebutkan dan teori yang mendukung, diperkirakan formulasi SNEDDS beta karoten menggunakan minyak zaitun, surfaktan, dan kosurfaktan tertentu dapat dilakukan.

18 18 G. Hipotesis 1. SNEDDS beta karoten dengan dosis 3 mg/g dapat dibuat menggunakan minyak zaitun, surfaktan, dan kosurfaktan dengan perbandingan kurang lebih 1:8:1. 2. SNEDDS beta karoten dengan formula optimum memiliki karakteristik waktu emulsifikasi kurang dari 1 menit, nilai transmitan nanoemulsi lebih dari 90%, stabil secara fisik dalam media AGF selama 4 jam, ukuran tetesan nanoemulsi kurang dari 100 nm dengan Polydispersity Index kurang dari 1, dan potensial zeta nanoemulsi lebih dari ±30 mv.

A. Landasan Teori 1. Tetrahidrokurkumin

A. Landasan Teori 1. Tetrahidrokurkumin BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tetrahidrokurkumin Kurkumin merupakan senyawa polifenol yang diekstrak dari rimpang kunyit (Curcuma longa Linn.). Kurkumin dilaporkan memiliki efek farmakologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketoprofen merupakan obat anti-peradangan kelompok nonsteroidal. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan rematoid artritis, osteoartritis, dan berbagai penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. diambil akarnya dan kebanyakan hanya dibudidayakan di Pegunungan Dieng

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. diambil akarnya dan kebanyakan hanya dibudidayakan di Pegunungan Dieng BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Purwoceng merupakan tumbuhan yang sudah banyak dikenal masyarakat karena dipercaya memiliki khasiat sebagai afrodisiak. Purwoceng termasuk ke dalam kategori tumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) terdiri dari minyak, surfaktan, kosurfaktan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. banyak dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional. Jinten hitam umum digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. banyak dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional. Jinten hitam umum digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jinten hitam (Nigella sativa) merupakan salah satu tanaman obat yang banyak dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional. Jinten hitam umum digunakan sebagai antihipertensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen (asam 2-(3-benzoilfenil) propanoat) merupakan obat anti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen (asam 2-(3-benzoilfenil) propanoat) merupakan obat anti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketoprofen (asam 2-(3-benzoilfenil) propanoat) merupakan obat anti inflamasi NSAID (Non Steroidal Anti Inflamatory Drugs) golongan propanoat yang biasa digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. iridoid, lignan, dan polisakarida (Chan-Blan-co et al., 2006). Senyawa flavon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. iridoid, lignan, dan polisakarida (Chan-Blan-co et al., 2006). Senyawa flavon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengkudu banyak dimanfaatkan sebagai agen hipotensif, antibakteri, antituberkulosis, antiinflamasi, dan antioksidan. Mengkudu mengandung berbagai komponen antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antaranya tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Penggunaan tumbuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. antaranya tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Penggunaan tumbuhan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia dengan kekayaan alamnya memiliki berbagai jenis tumbuhan, di antaranya tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Penggunaan tumbuhan untuk mengobati berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan rematoid artritis, osteoartritis, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan rematoid artritis, osteoartritis, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketoprofen merupakan obat anti-peradangan kelompok nonstreoidal. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan rematoid artritis, osteoartritis, dan berbagai penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen menjadi pilihan dalam terapi inflamasi sendi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen menjadi pilihan dalam terapi inflamasi sendi, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketoprofen menjadi pilihan dalam terapi inflamasi sendi, seperti rheumatoid arthritis dan osteoarthritis karena lebih efektif dibandingkan dengan aspirin, indometasin,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka digilib.uns.ac.id 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Salam (Syzygium polyanthum (Wight)Walp.) a. Klasifikasi dan deskripsi salam Klasifikasi tumbuhan salam menurut Van Steenis (2003) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk yang memiliki gaya hidup beragam dan cenderung kurang memperhatikan pola makan dan aktivitas yang sehat. Akibatnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan buah yang sering digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan buah yang sering digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) atau dikenal dengan Noni merupakan buah yang sering digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya untuk terapi penyakit

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi yang stabil secara termodinamika dengan ukuran globul pada rentang 10 nm 200 nm (Prince, 1977). Mikroemulsi dapat dibedakan dari emulsi biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penghantaran obat dengan memperpanjang waktu tinggal di lambung memiliki beberapa keuntungan, diantaranya untuk obat-obat yang memiliki absorpsi rendah

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan arthritis rheumatoid,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan arthritis rheumatoid, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketoprofen merupakan obat antiinflamasi kelompok nonstreoidal. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan arthritis rheumatoid, osteoarthritis, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Penelitian ini diawali dengan pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi mikroemulsi ini dimaksudkan untuk standardisasi agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketoprofen atau asam 2-(3-benzoilfenil) propionat merupakan obat antiinflamasi non steroid yang digunakan secara luas untuk pengobatan rheumatoid arthritis,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pterostilben (3,5-dimetoksi-4 -hidroksistilben) adalah komponen stilben

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pterostilben (3,5-dimetoksi-4 -hidroksistilben) adalah komponen stilben 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pterostilben (3,5-dimetoksi-4 -hidroksistilben) adalah komponen stilben yang secara alami terdapat dalam buah blueberries, kulit buah berbagai varietas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obat antiinflamasi, NSAIDs (Non-Steroid Anti Inflammatory Drugs), memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obat antiinflamasi, NSAIDs (Non-Steroid Anti Inflammatory Drugs), memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat antiinflamasi, NSAIDs (Non-Steroid Anti Inflammatory Drugs), memiliki mekanisme kerja menghambat enzim siklooksigenase (cox-1 dan cox-2) sehingga tidak terbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berasal dari bahan alam. Tanaman merupakan salah satu sumber obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berasal dari bahan alam. Tanaman merupakan salah satu sumber obat-obatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar masyarakat Indonesia telah lama menggunakan obat herbal yang berasal dari bahan alam. Tanaman merupakan salah satu sumber obat-obatan herbal,

Lebih terperinci

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2.

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2. PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2. Mengetahui dan memahami cara menentukan konsentrasi

Lebih terperinci

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat; BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, perkembangan terhadap metode pembuatan sediaan obat untuk meningkatkan mutu obat juga semakin maju. Dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka SNEDDS Self-nanoemulsifying Drug Delivery Systems atau SNEDDS dapat didefinisikan sebagai campuran

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka SNEDDS Self-nanoemulsifying Drug Delivery Systems atau SNEDDS dapat didefinisikan sebagai campuran BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. SNEDDS Self-nanoemulsifying Drug Delivery Systems atau SNEDDS dapat didefinisikan sebagai campuran isotropik dari minyak, surfaktan, kosurfaktan, dan zat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan homeostasis tubuh.penelitian mengenai peran imunostimulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan homeostasis tubuh.penelitian mengenai peran imunostimulan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunostimulan merupakan salah satu bahan yang dapat dimanfaatkan untuk mempertahankan homeostasis tubuh.penelitian mengenai peran imunostimulan terhadap mekanisme pertahanan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF- NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM ) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM DENGAN PEMBAWA OLIVE OIL

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF- NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM ) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM DENGAN PEMBAWA OLIVE OIL OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF- NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM ) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM DENGAN PEMBAWA OLIVE OIL Disusun Oleh : SITI FATIMAH MEIRANI M0613038 SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia PENGARUH PEMANASAN TERHADAP PROFIL ASAM LEMAK TAK JENUH MINYAK BEKATUL Oleh: Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paparan sinar matahari dapat memicu berbagai respon biologis seperti sunburn, eritema hingga kanker kulit (Patil et al., 2015). Radiasi UV dari sinar matahari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17. Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN ARTI SINGKATAN. RINGKASAN... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN ARTI SINGKATAN. RINGKASAN... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN ARTI SINGKATAN. RINGKASAN... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Penelitian.. B. Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pendahuluan Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pelarut lain yang digunakan adalah etanol dan minyak. Selain digunakan secara oral, larutan juga

Lebih terperinci

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1 Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1 Melibatkan berbagai investigasi bahan obat mendapatkan informasi yang berguna Data preformulasi formulasi sediaan yang secara fisikokimia stabil dan secara biofarmasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (compression coating). Sekarang salut film enterik telah banyak dikembangkan. dan larut dalam usus halus (Lachman, et al., 1994).

BAB I PENDAHULUAN. (compression coating). Sekarang salut film enterik telah banyak dikembangkan. dan larut dalam usus halus (Lachman, et al., 1994). BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Penyalutan tablet dilakukan karena berbagai alasan, antara lain melindungi zat aktif dari udara, kelembaban atau cahaya, menutupi rasa dan bau yang tidak enak, membuat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Oksidasi dapat menyebabkan hilangnya nutrien, terbentuknya flavor yang

BAB I. PENDAHULUAN. Oksidasi dapat menyebabkan hilangnya nutrien, terbentuknya flavor yang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Oksidasi dapat menyebabkan hilangnya nutrien, terbentuknya flavor yang tidak disukai, perubahan warna, dan terbentuknya senyawa toksis yang membuat produk makanan tidak

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka A. Minyak Sawit Bab II Tinjauan Pustaka Minyak sawit berasal dari mesokarp kelapa sawit. Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentagamavunon-0 (PGV-0) atau 2,5-bis-(4ʹ hidroksi-3ʹ metoksibenzilidin) siklopentanon adalah salah satu senyawa analog kurkumin yang telah dikembangkan oleh

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh : MEYLANA INTAN WARDHANI NIM.

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh : MEYLANA INTAN WARDHANI NIM. OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF-NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) DENGAN OLEIC ACID SEBAGAI MINYAK PEMBAWA TUGAS AKHIR Diajukan

Lebih terperinci

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak A. Pengertian Lemak Lemak adalah ester dari gliserol dengan asam-asam lemak (asam karboksilat pada suku tinggi) dan dapat larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelarutan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia yang penting untuk diperhatikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) banyak diteliti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) banyak diteliti sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) banyak diteliti sebagai tanaman berkhasiat obat. Beberapa penelitian mengenai khasiat farmakologi sambiloto diantaranya sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng Minyak goreng merupakan salah satu bahan yang termasuk dalam lemak, baik yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

tanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit

tanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit BAB 1 PENDAHULUAN Dalam dekade terakhir, bentuk sediaan transdermal telah diperkenalkan untuk menyediakan pengiriman obat yang dikontrol melalui kulit ke dalam sirkulasi sistemik (Tymes et al., 1990).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh gaya

BAB I PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh gaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hiperkolesterolemia merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh gaya hidup seperti diet tinggi kolesterol atau asam lemak jenuh tinggi dan kurangnya olahraga.

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat.

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Organoleptis Nanopartikel Polimer PLGA Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan bentuk nanopartikel PLGA pembawa deksametason natrium fosfat. Uji organoleptis

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA SNEDDS (SELF-NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM

OPTIMASI FORMULA SNEDDS (SELF-NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM OPTIMASI FORMULA SNEDDS (SELF-NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) DENGAN PALM KERNEL OIL SEBAGAI MINYAK PEMBAWA TUGAS AKHIR Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radiasi sinar matahari yang mengenai permukaan bumi merupakan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Radiasi sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi dan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH digilib.uns.ac.id xvi DAFTAR SINGKATAN A/M ANOVA BHA BHT CMC CoCl 2 HIV HLB M/A O/W ph SPSS t-lsd UV W/O : Air dalam Minyak : Analysis of Variance : Butylated Hydroxyanisole : Butylated Hydroxytoluen)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang tahun. Sebagian penduduknya bekerja di luar ruangan sehingga mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses normal seiring dengan pertambahan usia, kulit akan mulai mengendur dan berkerut. Hal ini disebabkan fungsi fisiologis dari organ terutama kulit mulai

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh : NYANTI MUHAROMAH NIM.

TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh : NYANTI MUHAROMAH NIM. OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF-NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN CENGKEH (Syzigium aromaticum L Merrill & Perry) TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan karotenoid yang paling banyak ditemukan dalam. makanan yang direkomendasikan oleh FDA (Food and Drug Administration),

BAB I PENDAHULUAN. merupakan karotenoid yang paling banyak ditemukan dalam. makanan yang direkomendasikan oleh FDA (Food and Drug Administration), 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN β-karoten merupakan karotenoid yang paling banyak ditemukan dalam makanan yang direkomendasikan oleh FDA (Food and Drug Administration),

Lebih terperinci

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi BAB 1 PENDAHULUAN Sampai saat ini, sediaan farmasi yang paling banyak digunakan adalah sediaan tablet, yang merupakan sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkular,

Lebih terperinci

Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 2

Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 2 PENGARUH PENINGKATAN TWEEN 20 SEBAGAISURFAKTAN TERHADAPKARAKTERISTIK DAN KESTABILAN FISIK SEDIAANSELFNANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM (SNEDDS) SIMVASTATIN THE EFFECT OF INCREASING TWEEN 20 AS SURFACTANTS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang.

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang. Obat ini dapat menyebabkan masalah gastrointestinal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketoprofen merupakan obat anti-inflamasi kelompok non-steroid yang poten.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketoprofen merupakan obat anti-inflamasi kelompok non-steroid yang poten. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketoprofen merupakan obat anti-inflamasi kelompok non-steroid yang poten. Ketoprofen secara luas digunakan untuk pengobatan akut dan jangka panjang rheumatoid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature), baik untuk upaya preventif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature), baik untuk upaya preventif, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengobatan tradisional mulai banyak digunakan seiring dengan kesadaran masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature), baik untuk upaya preventif, kuratif, maupun

Lebih terperinci

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari x BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lipid Pengertian lipid secara umum adalah kelompok zat atau senyawa organik yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari zat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI MINYAK Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dan NaOH. Asam lemak yang digunakan pada produk sabun transparan yang dihasilkan berasal dari

Lebih terperinci

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Penggolongan minyak Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Definisi Lemak adalah campuran trigliserida yang terdiri atas satu molekul gliserol yang berkaitan dengan tiga molekul asam lemak.

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF- NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM DENGAN PEMBAWA MINYAK KEMIRI

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF- NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM DENGAN PEMBAWA MINYAK KEMIRI OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF- NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM DENGAN PEMBAWA MINYAK KEMIRI Disusun Oleh: ULFA AFRINURFADHILAH DAROJATI NIM M0613042 SKRIPSI

Lebih terperinci

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 LEMAK DAN MINYAK Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan protein

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I EMULSI FINLAX Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Hari : Jumat Tanggal Praktikum : 5 Maret 2010 Dosen Pengampu : Anasthasia Pujiastuti,

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid)

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid) LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA (Uji Pembentukan Emulsi Lipid) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A KELOMPOK : IV (Empat) LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketoprofen merupakan obat OAINS dari turunan asam propionat yang memiliki khasiat sebagai antipiretik, antiinflamasi dan analgesik pada terapi rheumatoid arthritis

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C 29 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap bahan baku vitamin C meliputi pemerian, kelarutan, identifikasi dan penetapan kadar. Uji kelarutan dilakukan

Lebih terperinci

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker. BAB 1 PENDAHULUAN Pemberian obat oral telah menjadi salah satu yang paling cocok dan diterima secara luas oleh pasien untuk terapi pemberian obat. tetapi, terdapat beberapa kondisi fisiologis pada saluran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baku baru yang potensial. Salah satu bahan yang potensial untuk pembuatan surfaktan adalah

BAB I PENDAHULUAN. baku baru yang potensial. Salah satu bahan yang potensial untuk pembuatan surfaktan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembuatan surfaktan tidak hanya dalam pencarian jenis surfaktan yang baru untuk suatu aplikasi tertentu di suatu industri, tetapi juga melakukan pencarian

Lebih terperinci

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat Al Syahril Samsi, S.Farm., M.Si., Apt 1 Faktor yang Mempengaruhi Liberation (Pelepasan), disolution (Pelarutan) dan absorbtion(absorbsi/difusi)lda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kaptopril adalah senyawa aktif yang berfungsi sebagai inhibitor angiotensin converting enzyme (ACE) yang banyak digunakan untuk pasien yang mengalami gagal jantung

Lebih terperinci

Tanaman pegagan (C.asiatica) merupakan tanaman liar yang banyak tumbuh di berbagai tempat seperti di ladang, perkebunan maupun

Tanaman pegagan (C.asiatica) merupakan tanaman liar yang banyak tumbuh di berbagai tempat seperti di ladang, perkebunan maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Herba pegagan (C.asiatica) memiliki efek antioksidan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak etanol herba pegagan memiliki aktivitas antioksidan

Lebih terperinci

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini BAB I PENDAHULUAN Dalam dua dasawarsa terakhir penggunaan obat bahan alam mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik di negara berkembang maupun di negara-negara maju. Hal ini dapat dilihat dari semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penampilan kulit adalah indikator utama dari usia. Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap pengaruh luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia.

Lebih terperinci

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan di bidang teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, memberikan dampak pengembangan terhadap metode untuk meningkatkan mutu suatu obat.

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA @Dhadhang_WK Laboratorium Farmasetika Unsoed 1 Pendahuluan Sediaan farmasi semisolid merupakan produk topikal yang dimaksudkan untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI MINYAK Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dan NaOH. Asam lemak yang digunakan untuk membuat sabun transparan berasal dari tiga jenis minyak,

Lebih terperinci

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inflamasi adalah suatu respon biologi reaksi - reaksi kimiawi secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inflamasi adalah suatu respon biologi reaksi - reaksi kimiawi secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inflamasi adalah suatu respon biologi reaksi - reaksi kimiawi secara berurutan dan bertugas melindungi tubuh dari infeksi dan memperbaiki jaringan yang rusak akibat

Lebih terperinci

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Sediaan cair banyak dipilih untuk pasien pediatrik dan geriatric karena mudah untuk ditelan, dan fleksibilitas

Lebih terperinci

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN Hingga saat ini, kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C Lipid Sifat fisika lipid Berbeda dengan dengan karbohidrat dan dan protein, lipid bukan merupakan merupakan suatu polimer Senyawa organik yang terdapat di alam Tidak larut di dalam air Larut dalam pelarut

Lebih terperinci

Fransiska Victoria P ( ) Steffy Marcella F ( )

Fransiska Victoria P ( ) Steffy Marcella F ( ) Fransiska Victoria P (0911010030) Steffy Marcella F (0911010080) Pengertian & Fungsi Emulsifier atau zat pengemulsi adalah zat untuk membantu menjaga kestabilan emulsi minyak dan air. Pengemulsi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vitamin C telah digunakan dalam kosmesetika berupa produk dermatologis karena telah terbukti memiliki efek yang menguntungkan pada kulit, antara lain sebagai pemutih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan cara penggorengan. Minyak kelapa sawit merupakan jenis minyak utama yang digunakan masyarakat

Lebih terperinci

Bilamana beberapa fase berada bersama-sama, maka batas di antara fase-fase ini dinamakan antarmuka (interface).

Bilamana beberapa fase berada bersama-sama, maka batas di antara fase-fase ini dinamakan antarmuka (interface). 2 3 4 Bilamana beberapa fase berada bersama-sama, maka batas di antara fase-fase ini dinamakan antarmuka (interface). Antar muka dapat berada dalam beberapa jenis, yang dapat berwujud padat, cair atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. nonsteroidal anti-inflamatory drug (NSAID) yang tidak selektif. Ketoprofen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. nonsteroidal anti-inflamatory drug (NSAID) yang tidak selektif. Ketoprofen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketoprofen merupakan obat antiperadangan kelompok nonsteroidal atau nonsteroidal anti-inflamatory drug (NSAID) yang tidak selektif. Ketoprofen bekerja dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak digunakan untuk terapi arthritis rheumatoid dan osteoarthritis kronis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak digunakan untuk terapi arthritis rheumatoid dan osteoarthritis kronis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketoprofen merupakan obat anti-inflamasi kelompok nonstreoid yang banyak digunakan untuk terapi arthritis rheumatoid dan osteoarthritis kronis (Główka dkk., 2011). Penggunaan

Lebih terperinci

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets I. Formula Asli R/ Krim Kosmetik II. Rancangan Formula Nama Produk : Jumlah Produk : 2 @ 40 g Tanggal Pembuatan : 16 Januari 2013 No. Reg : No. Bets : Komposisi : Tiap 40 g mengandung VCO 15% TEA 2% Asam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori digilib.uns.ac.id 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Mahkota Dewa a. Klasifikasi Mahkota Dewa Kingdom Devisi Kelas Ordo Family : Tumbuhan : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Malvales : Thymelaeaceae

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 PLA hasil sintesis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 PLA hasil sintesis 3 ke dalam 50 ml bufer fosfat ph 7.2. Campuran tersebut disaring dan filtratnya diencerkan sebanyak 10 kali. Setelah itu, filtrat dibaca absorbansnya dengan spektrofotometer UV/Vis pada panjang gelombang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. penelitian ini dipilih karena tidak menyebabkan iritasi dan toksisitas (Rowe,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. penelitian ini dipilih karena tidak menyebabkan iritasi dan toksisitas (Rowe, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sediaan krim merupakan sediaan setengah padat yang mengandung fase minyak, fase air dan surfaktan (emulgator). Emulgator diperlukan untuk penyatuan dan penstabilan

Lebih terperinci